PESAWAT ATWOOD
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IA/I
JURUSAN TEKNIK KIMIA
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tentang gerak. Pesawat Atwood terdiri dari beban, m1 dan m2.[ CITATION
Ari19 \l 1057 ].
1.2. Tujuan Percobaan
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
katrol. Benda yang yang lebih berat diletakan lebih tinggi posisinya dibanding
yang lebih ringan. Jadi benda yang berat akan turun karena gravitasi dan menarik
benda yang lebih ringan karena ada tali dan katrol[ CITATION Nad171 \l 1057 ].
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Hukum I Newton berbunyi sebagai berikut “Sebuah benda akan berada
dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang
bekerja pada benda sama dengan nol” Secara matematis, Hukum I Newton yang
dapat dinyatakan dengan:
.............................................................................................................(5.2.1)
∑F = 0
∑ F =m.a
..................................................................................................... (5.2.2)
Keterangan : ∑F= Gaya (N), m= Massa Benda (Kg), a= Percepatan (m/s2)
2.2.3 Hukum III Newton
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Hukum III Newton berbunyi “Apabila benda pertama mengerjakan gaya
pada benda kedua (disebut aksi) maka benda kedua akan mengerjakan gaya pada
benda pertama sama besar dan berlawanan arah dengan gaya pada benda pertama
(reaksi)”[ CITATION Ilh211 \l 1057 ]. Secara matematis dinyatakan dengan
persamaan :
Faksi = −Freaksi
……....................................................................................................(2.2.3)
Keterangan:
F aksi = Arah, F reaksi = Gaya, (-) = Gaya yang berlawana
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
putar, serta panjang lengan momen (jarak ke sumbu putar benda). Contohnya
adalah benda yang memiliki inersia yang besar, cenderung untuk susah bergerak,
begitu pula sebaliknya.
Momen inersia suatu benda bergantung pada distribusi massa terhadap
sumbu putarnya Momen inersia sering juga disebut inersia rotasi, semakin besar
momen inersia benda, semakin sulit benda itu melakukan perputaran dari keadaan
diam dan semakin sulit dia berhenti dari keadaan berotasi, karena besar momen
inersia sebanding dengan besar energi kinetik benda tegar yang berotasi dengan
laju sudut ω tertentu.
Semakin besar momen inerssia maka benda akan sulit bergerak.
Sebaliknya, jika momen inersia yang dimiliki bernilai kecil menyebabkan benda
akan mudah bergerak.
.............................................................................................................(5.2.3)
I = M × R2
Keterangan:
M = Massa Benda (kg), R = Jarak Benda Terhadap Sumbu Putar (m)
Rumus Momen Inersia diatas dapat digunakan jika. Momen Inersia (I)
didalam Suatu Benda Bermassa yg mempunyai titik putar didalam subunya.
Seperti pada gambar dibawah ini.
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gerak lurus merupakan suatu gerak dari suatu obyek yang memiliki
lintasan berupa garis lurus atau gerak suatu objek tanpa berotasi. Jenis gerak ini
biasa disebut juga sebagai suatu gerak translasi beraturan. Dalam jangka waktu
yang bersamaan terjadi perpindahan dengan jumlah nilai besaran yang sama.
Contohnya dapat kita lihat pada mobil yang bergerak maju, gerakan pada buah
apel yang jatuh dari pohonnya, dan pada setiap objek yang bergerak pada lintasan
lurus. Gerak lurus ini juga dapat dikelompokkan menjadi dua yang pertama adalah
gerak lurus beraturan (GLB) dan yang kedua adalah gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) dimana dibedakan dengan cara mengetahui ada tidaknya nilai percepatan.
Keterangan:
s = Jarak waktu tempuh (m), v = Kecepatan (m/s), t = Waktu (s)
Pada GLB benda menempuh jarak yang sama dalam selang waktu yang
sama pula. Sebagai contoh mobil yang melaju menempuh jarak 2 m dalam waktu
1 detik maka 1 detik berikutnya menempuh jarak 2 m lagi, begitu
seterusnya[ CITATION Jos20 \l 14345 ].
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.4.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) merupakan suatu gerakan lurus
suatu obyek, di mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya
percepatan yang tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak
lagi linier melainkan kuadratik. Dengan kata lain benda yang melakukan gerak
dari keadaan
Vt =diam
Vo atau
+ at mulai dengan kecepatan awal akan berubah kecepatannya
karena ada percepatan.
............................................................................................................(5.2.5)
Keterangan:
Vo = Kecepatan awal (m/s), Vt = Kecepatan akhir (m/s), a = Percepatan
(m/s2).
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda dalam lintasan lurus
dan memiliki percepatan yang tetap jadi ciri umum GLBB adalah bahwa dari
waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat dengan
kata lain gerak benda dipercepat[ CITATION Jos20 \l 14345 ].
2.5 Gaya
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Tarikan dan dorongan
yang dilakukan memerlukan tenaga. Gaya ada yang kuat dan ada pula yang
lemah. Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan.
Besar gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya
dinyatakan dalam Newton (N). Gaya dapat memengaruhi gerak dan bentuk benda.
Gerak adalah perpindahan posisi atau kedudukan suatu benda.Bentuk benda
adalah gambaran wujud suatu benda.
Gaya adalah vektor yang mempunyai besar dan arah. Penggambarannya
biasanya berupa garis panjang sesuai dengan skala yang ditentukan. Jadi panjang
garis bisa dikonversikan dengan besarnya gaya [ CITATION Mar20 \l 14345 ].
Resultan sendiri dapat diartikan sebagai jumlahan atau total. Jika diartikan
resultan gaya adalah keseluruhan gaya yang bekerja pada sebuah benda dalam
sebuah sistem.Resultan gaya merupakan besaran vektor yang memiliki besar dan
arahnya. Resultan gaya dapat diilustrasikan sebagai berikut. Bila di suatu ketika
dijalan raya Boni mengendarai mobil dan mogok dijalan. Dia mencoba
mendorong mobilnya sendiri dengan gaya 50N mobilnya belum dapat bergerak.
Di jalan ada Agus yang membantu mendorong mobil Boni dengan gaya 50N dan
ahirnya mobilnya dapat bergerak. Dari kejadian itu mobil mengalami resultan
gaya sebesar 100N dan arahnya searah mobil bergerak [ CITATION Bag21 \l
1057 ].
Gaya gravitasi adalah gaya tarik yang ditimbulkan oleh bumi terhadap
suatu benda. Gaya gravitasi juga dikenal sebagai gaya berat atau gaya tarik
bumi. Ilmuwan pertama yang merumuskan konsep teori mengenai gravitasi
bumi ialah Sir Isaac Newton. Menjelang akhir abad ke-17, Newton
menemukan hukum gravitasi yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tentang apa penyebab benda selalu jatuh ke bawah.
Hukum Gravitasi Newton menyatakan bahwa “Gaya gravitasi antara
dua benda merupakan gaya tarik-menarik yang besarnya berbanding lurus
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dengan perkalian massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara keduanya.”
Dua benda yang dimaksud yaitu bumi dan benda yang jatuh menuju
pusat bumi. Gaya tarik bumi terhadap benda-benda tersebut disebut sebagai
gaya gravitasi bumi. Gravitasi bumi merupakan salah satu ciri bumi, yaitu
benda-benda ditarik ke arah pusat bumi. Contohnya, bumi memiliki massa
yang sangat besar dan menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar pula
untuk menarik benda-benda yang ada di luar angkasa seperti bulan, meteor,
dan benda angkasa lainnya, termasuk satelit buatan manusia [ CITATION
Shu211 \l 1057 ].
Besaran Fisis merupakan besaran yang memiliki nilai yang dapat diukur
dan memiliki nilai atau angka yang dapat dinyatakan dalam suatu satuan tertentu.
Berdasarkan definisi di atas, ada tiga kriteria yang harus dimiliki besaran agar
layak disebut sebagai besaran fisika, yaitu: Dapat diukur, memiliki nilai atau
angka, dinyatakan dengan satuan. Besaran fisika terdiri dari 4 jenis yang
dibedakan berdasarkan asal satuan dan arahnya. Berdasarkan asal satunnya,
besaran fisika terdiri dari besaran pokok dan besaran turunan[ CITATION
Gab20 \l 1033 ].
Dalam melakukan pengamatan dalam fisika biasanya dilakukan sebuah
pengukuran untuk memperoleh nilai kuantitatif dari suatu keadaan. Dimana nilai-
nilai ini biasanya digunakan sebagai tolak ukur dari hasil pengamatan tersebut.
Jadi mengukur adalah melakukan perbandingan antara benda yang diukur dengan
media lain yang memiliki nilai. Dari pengukuran diatas kita mengambil tali
sebagai alat yang akan diukur dan jengkal sebagai media pembanding.
Hasil dari pengukuran biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai dan diiringi
oleh satuannya. Pada pengukuran diatas 7 merupakan nilai sedangkan jengkal
sebagai satuannya. Satuan terbagi menjadi 2 bagian yaitu satuan baku dan satuan
tidak baku. Satuan baku adalah satuan yang nilainya disepakati oleh semua orang.
Satuan ini biasa disebut dengan satuan internasional (SI) [ CITATION Ult20 \l
1057 ].
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.9 Kelajuan dan Kecepatan
Laju merupakan jarak yang ditempuh suatu benda tiap waktu yang
diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Pada kelajuan tetap, semakin besar
jarak yang ditempuh suatu benda maka semakin lama waktu yang
diperlukanuntuk menempuh jarak tersebut. Secara sistematis, laju dirumuskan:
s ..........................................................................................(5.2.6)
v =
t
Keterangan :
v = laju (m/s), s = jarak (m), t = waktu (s)
Persamaan di atas adalah untuk benda yang bergerak dengan laju tetap.
Akan tetapi, pada umumnya benda bergerak dengan kelajuan yang beruba
sehingga kita perlu menentukan laju rata-ratanya. Laju rata-rata didefinisikan
sebagai perbandingan antara jarak total yang ditempuh benda dengan selang
waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.
Kelajuan suatu benda menyatakan besar kecepatan pada suatu benda
tersebut tanpa meninjau arah perpindahannya. Sementara kecepatan yang
meninjau arah perpindahan benda. Dengan demikian, kecepatan merupakan
kelajuan beserta arah geraknya pada suatu benda[CITATION Irb06 \l 1033 ].
Gerak translasi adalah gerak suatu benda dimana setiap titik pada benda
tersebut menempuh lintasan dan bentuk yang sama. Lintasan pada gerak translasi
dapat berupa garis lurus atau bukan. Hal ini terjadi karena syarat sebuah gerak
translasi adalah “setiap titik pada benda tersebut menempuh lintasan dan bentuk
yang sama”.
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
a b c
e f
d
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
silinder M1 dan M2 yang dihubungkan dengan sebuah tali melalui katrol pada
pesawat atwood. Lalu kami meletakkan pemberat pada silinder M2 tepat pada titik
C, sementara di sisi yang lain silinder M1 tetap kami pertahankan pada posisi
paling bawah. Kemudian kami biarkan bergerak melintasi C-B-A. Setelah itu,
kami menghitung dan mengamati waktu tempuh dari C-B dan B-A. Pengamatan
ini kami lakukan beberapa kali sampai data terkumpul. Dan yang terakhir, kami
menimbang massa beban Mb dan Ms menggunakan neraca analitik digital.
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Kelompok/Frekuensi : 1A/1
Anggota Kelompok : 1. RESKY JAYA (09220210009)
2. WAODE UWI ANAFSIA (09220210012)
3. DAFFA PUTRI BALQIS (09220210073)
4. MUH ALIEF RAMADHAN (09220210075)
ASISTEN
(ABDUL JABBAR
HASAN)
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB V
PENGOLAHAN DATA
∑Tbc
V.1 Menentukan
n
∑ Tbcn T1+T2+T3
Tbc n = =
n n
∑ Tbc1 1,94 +1,95 +1,96 5,85
Tbc 1 = = = = 1,95 s
n 3 3
∑ Tbc2 2,36 + 2,37 + 2,38 7,11
Tbc 2 = = = = 2,37 s
n 3 3
∑Tba
V.2 Menentukan
n
∑ Tba n T1+T2+T3
Tba n = =
n n
∑Tba 1 2,28+ 2,27 + 2,26
Tba 1 = = = 2,27 s
n 3
2 ( Xbc+Xba )
an =
Tbc2 + 2×Tbc ×Tba
2( Xbc 1 + Xba1 )
a1 =
Tbc 12 + 2× Tbc1 × Tba1
2(0,30 + 0,70 )
=
1,952 +2×1,95 ×2,27
2 (1 )
=
3,8025+ 3,9 × 2,27
2
=
3,8025+ 8,8530
2
=
12,6555
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,1580m/ s 2
2( XBc 2 + XBa2 )
a2 =
Tbc22 + 2× Tbc 2 × Tba2
2(0,70 + 0,30 )
=
2,37 2 +2× 2,37 × 1,31
2 (1)
=
5,6169+ 4,74 × 1,31
2 (1)
=
5,6169+ 6,2094
2
=
11,8263
= 0,1691 m/ s 2
Xba2
a =
2 Xbc . Tba2
2 2 2
δa δa δa
∆a =
√( δXba ) 2
+ ( ∆Xba ) + (
δXbc ) 2
+ ( ∆Xbc ) + (
δTba )+ ( ∆Tba )2
δa Xba2
=
δXba 2 Xbc . Tba 2
Dimana:
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
u = Xba2 u' = 2Xba
v = 2Xbc . Tba2 v' = 0
δa u'.v - u.v'
= 2
δXba v
( 2 Xba . 2Xbc . Tba 2) - (Xba 2 . 0 )
=
(2Xbc . Tba 2 ) 2
( 2.0,7 . 2.0,3 . 2,272 ) - ( 0,7 2 . 0)
=
( 2.0,3 . 2,272 ) 2
4,328436 - 0
=
( 3,09174 ) 2
4,328436
=
9,55886
= 0,452819
1
∆Xba = × Skala terkecil
2
1
= × 10 -3
2
= 5× 10-4
δa Xba2
=
δXbc 2 Xbc . Tba2
Dimana:
u = Xba2 u' = 0
v = 2Xbc . Tba2 v' = 2 Tba2
δa u'.v-u.v'
= 2
δXbc v
0 . (2Xbc . Tba 2 ) - (Xba 2 . 2Tba 2 )
=
(2Xbc . Tba 2 )2
0 . (2 . 0,3 . 2,272 ) - ( 0.7 2 . 2 . 2,27 2 )
=
(2 . 0, 3. 2,272 ) 2
( 0 . 0,6 . 5,1529 ) - ( 0,49 . 2 . 5,1529 )
=
( 0,6 . 5,1529 )2
0 - 5,049842
=
( 3,09174 )2
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
-5,049842
=
9,55886
= -0,528289
1
∆Xbc = × Skala terkecil
2
1
= × 10-3
2
= 5× 10-4
δa Xba 2
=
δTba 2 Xbc× Tba 2
Dimana:
u = Xba2 u' = 0
v = 2Xbc.Tba2 v' = 4Xbc.Tba
δa u'.v-u.v'
=
δTba v 2
0 . (2Xbc . Tba 2 ) - (Xba 2 . 4Xbc.Tba )
=
(2Xbc . Tba 2 ) 2
0 . (2 . 0, 3 . 2,272 ) - ( 0.7 2 . 4 .0,3 . 2,27 )
=
(2 . 0, 3 . 2,27 2 ) 2
( 0 . 0,6 . 5,1529 ) - ( 0,49 . 1,2 . 2,27 )
=
( 0,6 . 5,1529 )2
0 - 1,33476
=
( 3,09174 ) 2
-1,33476
=
9,55886
= -0,139636
2 2
( Tba1 - Tba n ) + ( Tba 2 - Tban )
∆Tba =
√ n ( n-1 )
2 2
=
√ ( 2,27 - 1, 31 ) + ( 1,31 - 2,27 )
2 (2-1 )
0, 9216 +0. 9216
=
√ 2
= √ 0 ,9216
= 0 ,96
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2 2 2
δa δa δa
∆a =
√( δXba )
+ ( ∆Xba )2 +
2
δXbc (
2
)
+ ( ∆Xbc )2 +
δTba
2
(
2
)
+ ( ∆Tba )2
2
∆a = √( 0,4528 ) + ( 0.0005 ) + ( -0,5282 ) + ( 0.0005 ) + ( -0,1396 ) + 0, 96 2
∆a = √ 1,42523
= 1,19383
a
KR = ×100%
2( a + a )
1,19383
KR = ×100%
2( 1,19383 + 0,15848 )
1,19383
= ×100%
2,70462
= 0,44140%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,44140 %
= 99,5586 %
Untuk Gravitasi
( ms+mb ) a
g =
mb
δg 2 δg 2 δg 2
∆g =
√( δms )+ ( ∆ms )2 +
δmb ( )
+ ( ∆mb )2 +
δa ( )
+ ( ∆a )2
δg ( ms+mb ) a
=
δms mb
Dimana:
u = (ms+mb)a u' = a
v = mb v' = 0
δg u'.v-u.v'
= 2
δms v
δg ( a . mb ) - ( a . ms + a . mb) . 0
=
δms mb2
( 0, 1580 . 0,011 ) - (0,1 580 . 0, 16 + 0,1580 . 0,011 ) . 0
=
0,0112
0,00 1738 - 0
=
0,0112
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
0,0079
=
0,000121
= 14,36
1
∆ms = × Skala terkecil
2
1
∆ms = × 10 -3
2
∆ms = 5× 10-4
δg ( ms+mb ) a
=
δmb mb
Dimana:
u = (ms+mb)a u' = a
v = mb v' = 1
δg u'.v - u.v'
= 2
δmb v
δg ( a . mb ) - ( a . ms + a . mb) . 1
=
δmb mb 2
( 0, 1580 . 0,011 ) - (0,1580 . 0, 16 + 0,1580 . 0,011 ) . 1
=
0,0112
0,00 1738 - 0,027018
=
0,000121
-0, 02528
=
0,000121
= - 208,9256
1
∆mb = × Skala terkecil
2
1
∆mb = × 10-3
2
∆mb = 5× 10-4
δg ( ms+mb ) a
=
δa mb
Dimana:
u = (ms+mb)a u' = ms+mb
v = mb v' = 0
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
δ g u'.v-u.v'
= 2
δa v
δg (ms+mb . mb ) - (ms.a + mb . a) . 0
=
δa mb 2
δ g ( 0,16 + 0,011 ) . 0,011 - ( 0,02528 + 0,001738 ) . 0
=
δa 0,0112
δ g ( 0,171 . 0,011 ) - 0
=
δa 0,0112
δ g 0,00 1881 - 0
=
δa 0,000121
0,00 1881
=
0,000121
= 1 5,54
2 2
( a1 - a n ) + ( a2 - a n )
∆a =
√ n ( n-1 )
2 2
=
√ ( 0, 1580 - 0, 1691 ) + ( 0,1691 - 0, 1580 )
2 ( 2-1 )
0,0 0012321 + 0,0 0012321
=
√ 2
= √0,00012321
= 0, 0111
δg 2 2
δg δg 2
∆g =
√( δms )
+ ( ∆ms )2 +
2
δmb ( )
2
+ ( ∆mb )2 +
2
( )
δa
+ ( ∆a )2
2 2 2
= √ ( 14,36 ) + ( 0,0005 ) + ( - 208,9256 ) + ( 0,0005 ) + ( 15,54 ) + ( 0, 0111 )
= √ 44097,60766
= 209,9943
g
KR = ×100%
2( g + g )
209,9943
KR = ×100%
2( 209,9943 + 2,54245 )
209,9943
= ×100%
425,0735
= 0, 49 40 %
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
KB = 100% - KR
KB = 100% - 0, 49 4 0%
KB = 99 , 50 6 %
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VI
ANALISIS PENGOLAHAN DATA
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
titik B beban yang dibawa oleh besi silinder tersebut tertahan sehingga pada saat
besi silinder bergerak dari titik B menuju titik A tidak adanya gaya yang
mempengaruhi sehingga kecepatan besi silinder adalah tetap selain itu pada
pengamatan ini juga dapat dilihat adanya Gerak Lurus Beraturan (GLB) dimana
gerak lurus beraturan ialah gerak dengan lintasan serta kecepatannya selalu tetap
[ CITATION Jos20 \l 14345 ] . Pada percobaan ini di peroleh nilai percepatan dan
gravitasi yaitu, pada percepatan di peroleh 0,1580 m/s 2 dan 0,1691 m/s2 dan pada
gravitasi di peroleh 2,463 m/s2 dan 2,627 m/s2.
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VII
PENUTUP
V.5 Kesimpulan
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
V.6 Saran
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Dengan percobaan yang kami lakukan yaitu Pesawat Atwood kami dapat
menambah ilmu pengetahuan kami mengenai gerak dan gaya, serta Hukum
Newton yang berlaku pada percobaan ini dan bagaimana penerapannya.
Sehingga dari percobaan ini kami mendapatkan ilmu pengetahuan yang baik dan
berguna serta dapat meninggikan derajat kami dihadapan-NYA.
DAFTAR PUSTAKA
Andre. (2018, Oktober 29). Dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
Anwar, I. C. ( 2021, September 19). Pengertian Hukum Newton 1, 2, 3: Bunyi,
Rumus, dan Contohnya.
Ariska, M. (2019). Penyelesaian Dinamika Pesawat Atwood dengan Persamaan
Eular-Lagrange sebagai Alternatif Persamaan Newton pada Fisika SMA.
Journal of Innovation and Physics Teaching, Volume 06, No. 1, 62-69.
Arnum. (2021, November 3). Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB):
Pengertian, Rumus, & Contoh Soal.
Bagus. (2021, maret 13). Resultan Gaya: Pengertian, Rumus, Macam, Soal.
Retrieved from https://rumuspintar.com/resultan-gaya/
Bitar. (2021, Oktober 12). Gerak Lurus Beraturan.
Consolidation, C. L. (2015, Februari 20). Gerak Translasi kelas XI.
Gartiwa, M. (2020). Gaya Gaya dan Keseimbangan Gaya. Unikom Indonesia.
Helmi, S. A. (2021, Mei 27). Pengertian Gaya Gravitasi, Medan Gravitasi, & Kuat
Medan Gravitasi.
Jonathan, G. (2020). Laporan Praktikum Fisika Dasar (Pesawat Atwood)
Laboratorium Fisika Terapan Fakultas Teknik Universitas Suktan Ageng
Tirtayasa Cilebon. Cilebon: Universitas Suktan Ageng Tirtayasa.
Josephine, E. N. (2020). FISIKA . Surabaya: KEMDIKBUD.
Mulyadi Abdul Wahid, F. R. (2019). Eksperimen Menghitung Momen Inersia
dalam Pesawat Atwood Menggunakan Katrol dengan Penambahan Massa
Beban. Pendidikan fisika dan terapan, Vol 2019, No 2.
Nadia. (2017, mei 17). Pesawat Atwood.
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Prasodjo, Budi; dkk. (2006). Teori dan Aplikasi Fisika SMP KEELAS VII. PT
Ghalia Indonesia Printing.
Ulty. (2020, maret 5). Besaran Besaran Fisis dan Konversi Satuan.
PESAWAT ATWOOD