Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

PESAWAT ATWOOD

DISUSUN OLEH:

RESKY JAYA 09220210009


WAODE UWI ANAFSIA 09220210012
DAFFA PUTRI BALQIS 09220210073
MUHAMMAD ALIEF RAMADHAN 09220210075

KELOMPOK IA/I
JURUSAN TEKNIK KIMIA

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesawat Atwood adalah alat eksperimental yang sering digunakan untuk


mengamati hukum-hukum mekanik tentang gerak akselerasi secara teratur. Dalam
percobaan bidang atwood terdapat gerakan lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus
berubah beraturan (GLBB). Gerak lurus beraturan (GLB) merupakan gerakan
garis lurus dengan kecepatan tetap, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak
lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu. Sedangkan gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) adalah gerakan lurus ke arah horizontal dengan kecepatan yang
berubah setiap saat karena akselerasi yang tetap. Tidak hanya gerakan garis lurus
dan gerakan lurus berubah secara teratur, tetapi prinsip kerja katrol juga
diterapkan. Momen inersia sebuah katrol adalah ukuran dari inersia sebuah katrol
untuk memutar atau mengubah keadaan rotasinya ketika ada momen kekuatan
yang dihasilkan bekerja padanya. Momen inersia katrol ini dapat ditentukan
dengan menggunakan pendekatan konseptual atau melalui eksperimen dan
pendekatan matematika. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila beban
tambahan yang diberikan semakin besar maka momen inersia yang dihasilkan
besar, begitu juga sebaliknya [CITATION Mul19 \l 1057 ].
Alat ini mulai dikembangkan sekitar abad ke delapan belas untuk
mengukur percepatan gravitasi g. Sederhananya alat ini tersusun atas seutas tali
yang dihubungkan dengan sebuah katrol, dimana pada ujung tali dikaitkan massa
beban m1 dan m2. Selain itu, Pesawat Atwood merupakan alat peraga yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tegangan, energi potensial dan
energi kinetik dengan menggunakan dua pemberat (massa berbeda) yaitu m1 dan
m2 dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Mesin Atwood atau sering
disebut pesawat Atwood diciptakan pada tahun 1784 oleh matematikawan Inggris
yang George Atwood sebagai percobaan laboratorium untuk memverivikasi
hukum mekanik gerak dengan percepatan konstan. Mesin Atwood adalah
demonstrasi kelas yang umum digunakan untuk memahami hukum II Newton

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tentang gerak. Pesawat Atwood terdiri dari beban, m1 dan m2.[ CITATION
Ari19 \l 1057 ].
1.2. Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Instruksi Umum (TIU)


1. Kami dapat memahami Penggunaan Pesawat Atwood dalam penentuan
tetapan gravitasi
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Kami dapat menjelaskan peristiwa Gerak Lurus Berubah Beraturan
(GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB)
2. Kami dapat menentukan percepatan
3. Kami dapat menentukan nilai gravitasi

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Pesawat Atwood

Semua gejala alam dalam mekanika klasik dapat digambarkan dengan


menggunakan hukum-hukum Newton tentang gerak. Hukum Newton
menghubungkan percepatan sebuah benda dengan massanya dan gaya-gaya yang
bekerja padanya. Hukum II Newton dapat digunakan pada persoalan yang
sederhana seperti pada pesawat atwood.
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang digunakan untuk
mengamati hukum mekanika gerak yang berubah beraturan. Alat ini mulai
dikembangkan sekitar abad ke delapan belas untuk mengukur percepatan gravitasi
g. Sederhananya alat ini tersusun atas seutas tali yang dihubungkan dengan sebuah
katrol, dimana pada ujung tali dikaitkan massa beban m1 dan m2. Selain itu,
Pesawat Atwood merupakan alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan
menggunakan dua pemberat (massa berbeda) yaitu m1 dan m2 dihubungkan
dengan tali pada sebuah katrol.
Pesawat atwood ini dipengaruhi oleh gaya-gaya yang konstan. Jika
ditinjau dari gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka
diperlukan adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan
mempertahankan kontak antara partikel dengan permukaan bidang. Pesawat
Atwood merupakan salah satu alat percobaan fisika untuk penerapan hukum-
hukum Newton. Namun, tak selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap
partikel dapat diketahui. Pendekatan Newton memerlukan informasi gaya total
yang beraksi pada partikel. Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat
gaya yang tak dapat diketahui, maka pendekatan Newton sulit diterapkan. Oleh
sebab itu, ada cara lain untuk merumuskan gerak mekanik dengan meninjau
sistem tersebut dari energinya [ CITATION Ari19 \l 1057 ].
Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk yang menjelaskan
hubungan antara tegangan, energi pontensial dan energi kinetik dengan
menggunakan 2 pemberat (massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
katrol. Benda yang yang lebih berat diletakan lebih tinggi posisinya dibanding
yang lebih ringan. Jadi benda yang berat akan turun karena gravitasi dan menarik
benda yang lebih ringan karena ada tali dan katrol[ CITATION Nad171 \l 1057 ].

Gambar 5.2.1 Pesawat Atwood Sumber [ CITATION Ari19 \l 1057 ]

2.2 Hukum Newton

Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas. Ia


menyimpulkan dari pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda –
benda berat jatuh dengan cara yang sama dengan benda-benda ringan. Tiga puluh
tahun kemudian, Robert Boyle, dalam sederetan eksperimen yang dimungkinkan
oleh pompa vakum barunya, menunjukan bahwa pengamatan ini tepat benar untuk
benda-benda jatuh tanpa adanya hambatan dari gesekan udara. Galileo
mengetahui bahwa ada pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tetapi
pernyataannya walaupun mengabaikan hambatan udara, masih cukup sesuai
dengan hasil pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan yang
dipercayai orangpada saat itu (tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu
kesimpulan Aristoteles yang menyatakan bahwa,” Benda yang beratnya sepuluh
kali benda lain akan sampai ke tanah sepersepuluh waktu dari waktu benda yang
lebih ringan”. Pada tahun 1678 Sir Isaac Newton menyatakan hukum pertamanya
tentang gerak, yang sekarang kita kenal sebagai Hukum I Newton Hukum I
Newton menyatakan “Sebuah benda akan berada dalam keadaan diam atau
bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja pada benda sama
dengan nol” [ CITATION Nad171 \l 1057 ].
2.2.1 Hukum I Newton

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Hukum I Newton berbunyi sebagai berikut “Sebuah benda akan berada
dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang
bekerja pada benda sama dengan nol” Secara matematis, Hukum I Newton yang
dapat dinyatakan dengan:
.............................................................................................................(5.2.1)
∑F = 0

Keterangan : ∑F = Resultan gaya (Kg m/s2 )


Pada Hukum Newton 1, menurut laman M-edukasi Kemdikbud, sifat
benda yang cenderung mempertahankan keadaannya disebut dengan sifat
kelembaman atau inersia. Hukum Newton 1 lantas disebut pula Hukum
Kelembaman.
Bentuk dari momen inersia beragam seperti momen inersia linear, momen
inersia massa, momen inersia polar atau kutub. Besaran tegangan-tegangan pada
bahan seperti tegangan lengung dan tegangan puntir, menghitungnya berdasarkan
momen inersia. Contoh Hukum Newton 1 adalah yaitu ketika mobil berjalan pelan
lalu digas mendadak maka penumpang di dalamnya terdorong ke arah belakang.
Contoh lain, saat naik mobil yang bergerak cepat lalu direm, maka penumpang
otomatis terdorong ke depan [ CITATION Ilh211 \l 1057 ].
2.2.2 Hukum II Newton
Hukum II Newton berbunyi sebagai berikut “Setiap benda yang dikenai
gaya maka akan mengalami percepatan yang besarnya berbanding lurus dengan
besarnya gaya dan berbanding tebalik dengan besarnya massa benda”. Melalui
hukum ini, gaya benda menjadi semakin besar ketika mendapatkan dorongan gaya
searah laju arah benda tersebut. Sebaliknya, jika diberikan gaya berlawanan (gaya
tolak) melawan gaya benda itu, laju gaya akan melambat atau mengecil karena
terjadi perubahan kecepatan dan perubahan laju. Besar kecilnya perlambatan atau
percepatan yang diberikan pada benda maka memengaruhi arah gerak benda.
Secara matematis dinyatakan dengan persamaan :

∑ F =m.a
..................................................................................................... (5.2.2)
Keterangan : ∑F= Gaya (N), m= Massa Benda (Kg), a= Percepatan (m/s2)
2.2.3 Hukum III Newton

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Hukum III Newton berbunyi “Apabila benda pertama mengerjakan gaya
pada benda kedua (disebut aksi) maka benda kedua akan mengerjakan gaya pada
benda pertama sama besar dan berlawanan arah dengan gaya pada benda pertama
(reaksi)”[ CITATION Ilh211 \l 1057 ]. Secara matematis dinyatakan dengan
persamaan :

Faksi = −Freaksi
……....................................................................................................(2.2.3)
Keterangan:
F aksi = Arah, F reaksi = Gaya, (-) = Gaya yang berlawana

2.3 Momen Inersia

Momen inersia merupakan kecenderungan suatu benda untuk tetap diam


atau bergerak lurus beraturan (mempertahankan posisi atau keadaannya). Aplikasi
dari momen inersia dapat dilihat dari benda tegar, dimana benda tegar merupakan
keadaan suatu benda untuk mempertahankan posisinya ketika mendapat gaya atau
tekanan dari luar. Setiap benda tegar memiliki momen inersia yang berbeda
karena disebabkan beberapa faktor yaitu pusat rotasi benda, massa benda dan jari-
jari benda tegar itu sendiri, untuk membuktikan teori tersebut perlu dilakukan
eksperimen yang membahas tentang momen kelembaman atau momen inersia
pada beberapa benda tegar, dengan mengetahui momen inersia suatu benda kita
dapat mengetahui ukuran kecenderungan suatu benda untuk tetap diam untuk
mempertahankan posisi atau keadaannya.
Inersia adalah kecenderungan suatu benda agar tetap mempertahankan
keadaannya (tetap bergerak atau tetap diam) atau biasa dikatakan sebagai
kelembaman suatu benda. Oleh karena itu Hukum pertama Newton disebut juga
sebagai Hukum Inersia atau Hukum Kelembaman. Momen Inersia adalah ukuran
kelembaman/kecenderungan suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya.
Momen inersia atau massa angular atau inersia rotasional merupakan besaran
yang menentukan torsi yang dibutuhkan untuk memberikan percepatan angular
pada benda. Inersia juga memiliki arti kelembaman sebuah benda, yang dijelaskan
oleh Hukum I Newton tetapi kelembaman untuk berotasi. Momen inersia sebuah
benda dapat ditentukan oleh massa benda, geometri (bentuk) benda, letak sumbu

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
putar, serta panjang lengan momen (jarak ke sumbu putar benda).   Contohnya
adalah benda yang memiliki inersia yang besar, cenderung untuk susah bergerak,
begitu pula sebaliknya.
Momen inersia suatu benda bergantung pada distribusi massa terhadap
sumbu putarnya Momen inersia sering juga disebut inersia rotasi, semakin besar
momen inersia benda, semakin sulit benda itu melakukan perputaran dari keadaan
diam dan semakin sulit dia berhenti dari keadaan berotasi, karena besar momen
inersia sebanding dengan besar energi kinetik benda tegar yang berotasi dengan
laju sudut ω tertentu.
Semakin besar momen inerssia maka benda akan sulit bergerak.
Sebaliknya, jika momen inersia yang dimiliki bernilai kecil menyebabkan benda
akan mudah bergerak.
.............................................................................................................(5.2.3)
I = M × R2
Keterangan:
M = Massa Benda (kg), R = Jarak Benda Terhadap Sumbu Putar (m)
Rumus Momen Inersia diatas dapat digunakan jika. Momen Inersia (I)
didalam Suatu Benda Bermassa yg mempunyai titik putar didalam subunya.
Seperti pada gambar dibawah ini.

I=m1 r12 +m2 r22 +...+mnR n2

Gambar 5.2.2 Silinder Pejal Sumber[ CITATION And18 \l 1057 ]

2.4 Gerak Lurus

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gerak lurus merupakan suatu gerak dari suatu obyek yang memiliki
lintasan berupa garis lurus atau gerak suatu objek tanpa berotasi. Jenis gerak ini
biasa disebut juga sebagai suatu gerak translasi beraturan. Dalam jangka waktu
yang bersamaan terjadi perpindahan dengan jumlah nilai besaran yang sama.
Contohnya dapat kita lihat pada mobil yang bergerak maju, gerakan pada buah
apel yang jatuh dari pohonnya, dan pada setiap objek yang bergerak pada lintasan
lurus. Gerak lurus ini juga dapat dikelompokkan menjadi dua yang pertama adalah
gerak lurus beraturan (GLB) dan yang kedua adalah gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) dimana dibedakan dengan cara mengetahui ada tidaknya nilai percepatan.

2.4.1 Gerak Lurus Beraturan


Gerak lurus beraturan (GLB) merupakan suatu gerakan lurus dari suatu
obyek, yang dimana pada gerak lurus beraturan ini memiliki nilau kecepatan yang
tetap atau bisa di sebut juga dengan tidak memiliki nilai percepatan, sehingga
jarak yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan memiliki rumus kelajuan yang
dikalikan dengan waktu[ CITATION Gab20 \l 14345 ].
s = vxt
.............................................................................................................(5.2.4)

Keterangan:
s = Jarak waktu tempuh (m), v = Kecepatan (m/s), t = Waktu (s)

Pada GLB benda menempuh jarak yang sama dalam selang waktu yang
sama pula. Sebagai contoh mobil yang melaju menempuh jarak 2 m dalam waktu
1 detik maka 1 detik berikutnya menempuh jarak 2 m lagi, begitu
seterusnya[ CITATION Jos20 \l 14345 ].

Gambar 5.2.3 GLB Sumber [ CITATION Bit211 \l 1057 ]

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.4.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) merupakan suatu gerakan lurus
suatu obyek, di mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya
percepatan yang tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak
lagi linier melainkan kuadratik. Dengan kata lain benda yang melakukan gerak
dari keadaan
Vt =diam
Vo atau
+ at mulai dengan kecepatan awal akan berubah kecepatannya
karena ada percepatan.

............................................................................................................(5.2.5)

Keterangan:
Vo = Kecepatan awal (m/s), Vt = Kecepatan akhir (m/s), a = Percepatan
(m/s2).
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda dalam lintasan lurus
dan memiliki percepatan yang tetap jadi ciri umum GLBB adalah bahwa dari
waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat dengan
kata lain gerak benda dipercepat[ CITATION Jos20 \l 14345 ].

Gambar 5.2.4 GLBB Sumber [ CITATION Arn21 \l 1057 ]

2.5 Gaya

Pengertian Gaya adalah dorongan atau tarikan yang diberikan pada suatu


benda. Untuk melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya dan tenaga
mempunyai arti yang tidaksama, namun keduanya saling berhubungan. Gaya

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Tarikan dan dorongan
yang dilakukan memerlukan tenaga. Gaya ada yang kuat dan ada pula yang
lemah. Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan.
Besar gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya
dinyatakan dalam Newton (N). Gaya dapat memengaruhi gerak dan bentuk benda.
Gerak adalah perpindahan posisi atau kedudukan suatu benda.Bentuk benda
adalah gambaran wujud suatu benda.
Gaya adalah vektor yang mempunyai besar dan arah. Penggambarannya
biasanya berupa garis panjang sesuai dengan skala yang ditentukan. Jadi panjang
garis bisa dikonversikan dengan besarnya gaya [ CITATION Mar20 \l 14345 ].

2.6 Paduan Gaya (Resultan Gaya)

Resultan sendiri dapat diartikan sebagai jumlahan atau total. Jika diartikan
resultan gaya adalah keseluruhan gaya yang bekerja pada sebuah benda dalam
sebuah sistem.Resultan gaya merupakan besaran vektor yang memiliki besar dan
arahnya. Resultan gaya dapat diilustrasikan sebagai berikut. Bila di suatu ketika
dijalan raya Boni mengendarai mobil dan mogok dijalan. Dia mencoba
mendorong mobilnya sendiri dengan gaya 50N mobilnya belum dapat bergerak.
Di jalan ada Agus yang membantu mendorong mobil Boni dengan gaya 50N dan
ahirnya mobilnya dapat bergerak. Dari kejadian itu mobil mengalami resultan
gaya sebesar 100N dan arahnya searah mobil bergerak [ CITATION Bag21 \l
1057 ].

2.7 Teori Gravitasi

Gaya gravitasi adalah gaya tarik yang ditimbulkan oleh bumi terhadap
suatu benda. Gaya gravitasi juga dikenal sebagai gaya berat atau gaya tarik
bumi. Ilmuwan pertama yang merumuskan konsep teori mengenai gravitasi
bumi ialah Sir Isaac Newton. Menjelang akhir abad ke-17, Newton
menemukan hukum gravitasi yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tentang apa penyebab benda selalu jatuh ke bawah.
Hukum Gravitasi Newton menyatakan bahwa “Gaya gravitasi antara
dua benda merupakan gaya tarik-menarik yang besarnya berbanding lurus

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dengan perkalian massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara keduanya.”
Dua benda yang dimaksud yaitu bumi dan benda yang jatuh menuju
pusat bumi. Gaya tarik bumi terhadap benda-benda tersebut disebut sebagai
gaya gravitasi bumi. Gravitasi bumi merupakan salah satu ciri bumi, yaitu
benda-benda ditarik ke arah pusat bumi. Contohnya, bumi memiliki massa
yang sangat besar dan menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar pula
untuk menarik benda-benda yang ada di luar angkasa seperti bulan, meteor,
dan benda angkasa lainnya, termasuk satelit buatan manusia [ CITATION
Shu211 \l 1057 ].

2.8 Besaran Fisis

Besaran Fisis merupakan besaran yang memiliki nilai yang dapat diukur
dan memiliki nilai atau angka yang dapat dinyatakan dalam suatu satuan tertentu.
Berdasarkan definisi di atas, ada tiga kriteria yang harus dimiliki besaran agar
layak disebut sebagai besaran fisika, yaitu: Dapat diukur, memiliki nilai atau
angka, dinyatakan dengan satuan. Besaran fisika terdiri dari 4 jenis yang
dibedakan berdasarkan asal satuan dan arahnya. Berdasarkan asal satunnya,
besaran fisika terdiri dari besaran pokok dan besaran turunan[ CITATION
Gab20 \l 1033 ].
Dalam melakukan pengamatan dalam fisika biasanya dilakukan sebuah
pengukuran untuk memperoleh nilai kuantitatif dari suatu keadaan. Dimana nilai-
nilai ini biasanya digunakan sebagai tolak ukur dari hasil pengamatan tersebut.
Jadi mengukur adalah melakukan perbandingan antara benda yang diukur dengan
media lain yang memiliki nilai. Dari pengukuran diatas kita mengambil tali
sebagai alat yang akan diukur dan jengkal sebagai media pembanding.
Hasil dari pengukuran biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai dan diiringi
oleh satuannya. Pada pengukuran diatas 7 merupakan nilai sedangkan jengkal
sebagai satuannya. Satuan terbagi menjadi 2 bagian yaitu satuan baku dan satuan
tidak baku. Satuan baku adalah satuan yang nilainya disepakati oleh semua orang.
Satuan ini biasa disebut dengan satuan internasional (SI) [ CITATION Ult20 \l
1057 ].

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.9 Kelajuan dan Kecepatan

Laju merupakan jarak yang ditempuh suatu benda tiap waktu yang
diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Pada kelajuan tetap, semakin besar
jarak yang ditempuh suatu benda maka semakin lama waktu yang
diperlukanuntuk menempuh jarak tersebut. Secara sistematis, laju dirumuskan:
s ..........................................................................................(5.2.6)
v =
t
Keterangan :
v = laju (m/s), s = jarak (m), t = waktu (s)
Persamaan di atas adalah untuk benda yang bergerak dengan laju tetap.
Akan tetapi, pada umumnya benda bergerak dengan kelajuan yang beruba
sehingga kita perlu menentukan laju rata-ratanya. Laju rata-rata didefinisikan
sebagai perbandingan antara jarak total yang ditempuh benda dengan selang
waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.
Kelajuan suatu benda menyatakan besar kecepatan pada suatu benda
tersebut tanpa meninjau arah perpindahannya. Sementara kecepatan yang
meninjau arah perpindahan benda. Dengan demikian, kecepatan merupakan
kelajuan beserta arah geraknya pada suatu benda[CITATION Irb06 \l 1033 ].

2.10 Gerak Translasi

Gerak translasi adalah gerak suatu benda dimana setiap titik pada benda
tersebut menempuh lintasan dan bentuk yang sama. Lintasan pada gerak translasi
dapat berupa garis lurus atau bukan. Hal ini terjadi karena syarat sebuah gerak
translasi adalah “setiap titik pada benda tersebut menempuh lintasan dan bentuk
yang sama”.

Gambar 5.2.5 Lintasan Lurus Sumber [ CITATION Col151 \l 1057 ]

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar 5.2.6 Lintasan Melengkung Sumber [ CITATION Col151 \l 1057 ]


BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

a b c

e f
d

Gambar 3.3.1 Peralatan Praktikum Pesawat Atwood


(a ) Roll Meter, (b) Stopwatch, (c) Beban pemberat, (d) Peraga Pesawat Atwood,
(e) Neraca Analitik Digital, dan (f) Silinder.

3.2 Prosedur Kerja

Pertama-tama kami menyiapkan alat pesawat atwood dan stopwatch


kemudian kami mengatur posisi lintasan A, B dan C. Kemudian kami memasang

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
silinder M1 dan M2 yang dihubungkan dengan sebuah tali melalui katrol pada
pesawat atwood. Lalu kami meletakkan pemberat pada silinder M2 tepat pada titik
C, sementara di sisi yang lain silinder M1 tetap kami pertahankan pada posisi
paling bawah. Kemudian kami biarkan bergerak melintasi C-B-A. Setelah itu,
kami menghitung dan mengamati waktu tempuh dari C-B dan B-A. Pengamatan
ini kami lakukan beberapa kali sampai data terkumpul. Dan yang terakhir, kami
menimbang massa beban Mb dan Ms menggunakan neraca analitik digital.

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB IV
TABEL PENGAMATAN

Table 1.4.1 Data hasil Pengamatan


Waktu (s)
Jarak (m) Keterangan
TBC TAB
XBC XAB 1 2 3 1 2 3
0,3 0,7 1,94 1,95 1,96 2,28 2,27 2,26 ms = 0,16 kg
mb = 0,011 kg
0,7 0,3 2,36 2,37 2,38 1,30 1,31 1,32

Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 17 November 2021

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Kelompok/Frekuensi : 1A/1
Anggota Kelompok : 1. RESKY JAYA (09220210009)
2. WAODE UWI ANAFSIA (09220210012)
3. DAFFA PUTRI BALQIS (09220210073)
4. MUH ALIEF RAMADHAN (09220210075)

Makassar, 01 Desember 2021

ASISTEN

(ABDUL JABBAR
HASAN)

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB V
PENGOLAHAN DATA

∑Tbc
V.1 Menentukan
n

∑ Tbcn T1+T2+T3
Tbc n = =
n n
∑ Tbc1 1,94 +1,95 +1,96 5,85
Tbc 1 = = = = 1,95 s
n 3 3
∑ Tbc2 2,36 + 2,37 + 2,38 7,11
Tbc 2 = = = = 2,37 s
n 3 3

∑Tba
V.2 Menentukan
n

∑ Tba n T1+T2+T3
Tba n = =
n n
∑Tba 1 2,28+ 2,27 + 2,26
Tba 1 = = = 2,27 s
n 3

∑Tba 2 1,30+ 1,31 + 1,32


Tba 2 = = = 1,31 s
n 3

V.3 Persamaan Benda dan Percepatan Gravitasi

2 ( Xbc+Xba )
an =
Tbc2 + 2×Tbc ×Tba

2( Xbc 1 + Xba1 )
a1 =
Tbc 12 + 2× Tbc1 × Tba1
2(0,30 + 0,70 )
=
1,952 +2×1,95 ×2,27
2 (1 )
=
3,8025+ 3,9 × 2,27
2
=
3,8025+ 8,8530
2
=
12,6555

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,1580m/ s 2

2( XBc 2 + XBa2 )
a2 =
Tbc22 + 2× Tbc 2 × Tba2
2(0,70 + 0,30 )
=
2,37 2 +2× 2,37 × 1,31
2 (1)
=
5,6169+ 4,74 × 1,31
2 (1)
=
5,6169+ 6,2094
2
=
11,8263
= 0,1691 m/ s 2

( ms+mb ) a 1 ( 0,16+ 0,011 ) × 0,1580


g1 = =
mb 0,011

0,171 ×0,1580 0,0270


= = = 2,463m/s 2
0,011 0,011

( ms+mb ) a 2 ( 0,16 + 0,011 ) × 0,1691


g2 = =
mb 0,011

0,171 ×0,1691 0,0289


= = = 2,627m/s 2
0,011 0,011

V.4 Teori Ketidakpastian

Xba2
a =
2 Xbc . Tba2

2 2 2
δa δa δa
∆a =
√( δXba ) 2
+ ( ∆Xba ) + (
δXbc ) 2
+ ( ∆Xbc ) + (
δTba )+ ( ∆Tba )2

δa Xba2
=
δXba 2 Xbc . Tba 2
Dimana:

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
u = Xba2 u' = 2Xba
v = 2Xbc . Tba2 v' = 0
δa u'.v - u.v'
= 2
δXba v
( 2 Xba . 2Xbc . Tba 2) - (Xba 2 . 0 )
=
(2Xbc . Tba 2 ) 2
( 2.0,7 . 2.0,3 . 2,272 ) - ( 0,7 2 . 0)
=
( 2.0,3 . 2,272 ) 2
4,328436 - 0
=
( 3,09174 ) 2
4,328436
=
9,55886
= 0,452819

1
∆Xba = × Skala terkecil
2
1
= × 10 -3
2
= 5× 10-4

δa Xba2
=
δXbc 2 Xbc . Tba2
Dimana:
u = Xba2 u' = 0
v = 2Xbc . Tba2 v' = 2 Tba2
δa u'.v-u.v'
= 2
δXbc v
0 . (2Xbc . Tba 2 ) - (Xba 2 . 2Tba 2 )
=
(2Xbc . Tba 2 )2
0 . (2 . 0,3 . 2,272 ) - ( 0.7 2 . 2 . 2,27 2 )
=
(2 . 0, 3. 2,272 ) 2
( 0 . 0,6 . 5,1529 ) - ( 0,49 . 2 . 5,1529 )
=
( 0,6 . 5,1529 )2
0 - 5,049842
=
( 3,09174 )2

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
-5,049842
=
9,55886
= -0,528289

1
∆Xbc = × Skala terkecil
2
1
= × 10-3
2
= 5× 10-4

δa Xba 2
=
δTba 2 Xbc× Tba 2
Dimana:
u = Xba2 u' = 0
v = 2Xbc.Tba2 v' = 4Xbc.Tba
δa u'.v-u.v'
=
δTba v 2
0 . (2Xbc . Tba 2 ) - (Xba 2 . 4Xbc.Tba )
=
(2Xbc . Tba 2 ) 2
0 . (2 . 0, 3 . 2,272 ) - ( 0.7 2 . 4 .0,3 . 2,27 )
=
(2 . 0, 3 . 2,27 2 ) 2
( 0 . 0,6 . 5,1529 ) - ( 0,49 . 1,2 . 2,27 )
=
( 0,6 . 5,1529 )2
0 - 1,33476
=
( 3,09174 ) 2
-1,33476
=
9,55886
= -0,139636

2 2
( Tba1 - Tba n ) + ( Tba 2 - Tban )
∆Tba =
√ n ( n-1 )
2 2
=
√ ( 2,27 - 1, 31 ) + ( 1,31 - 2,27 )
2 (2-1 )
0, 9216 +0. 9216
=
√ 2
= √ 0 ,9216
= 0 ,96

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2 2 2
δa δa δa
∆a =
√( δXba )
+ ( ∆Xba )2 +

2
δXbc (
2
)
+ ( ∆Xbc )2 +
δTba
2
(
2
)
+ ( ∆Tba )2

2
∆a = √( 0,4528 ) + ( 0.0005 ) + ( -0,5282 ) + ( 0.0005 ) + ( -0,1396 ) + 0, 96 2
∆a = √ 1,42523
= 1,19383

a
KR = ×100%
2( a + a )
1,19383
KR = ×100%
2( 1,19383 + 0,15848 )
1,19383
= ×100%
2,70462
= 0,44140%

KB = 100% - KR
= 100% - 0,44140 %
= 99,5586 %

Untuk Gravitasi

( ms+mb ) a
g =
mb

δg 2 δg 2 δg 2
∆g =
√( δms )+ ( ∆ms )2 +
δmb ( )
+ ( ∆mb )2 +
δa ( )
+ ( ∆a )2

δg ( ms+mb ) a
=
δms mb
Dimana:
u = (ms+mb)a u' = a
v = mb v' = 0
δg u'.v-u.v'
= 2
δms v
δg ( a . mb ) - ( a . ms + a . mb) . 0
=
δms mb2
( 0, 1580 . 0,011 ) - (0,1 580 . 0, 16 + 0,1580 . 0,011 ) . 0
=
0,0112
0,00 1738 - 0
=
0,0112

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
0,0079
=
0,000121
= 14,36
1
∆ms = × Skala terkecil
2
1
∆ms = × 10 -3
2
∆ms = 5× 10-4

δg ( ms+mb ) a
=
δmb mb
Dimana:
u = (ms+mb)a u' = a
v = mb v' = 1
δg u'.v - u.v'
= 2
δmb v
δg ( a . mb ) - ( a . ms + a . mb) . 1
=
δmb mb 2
( 0, 1580 . 0,011 ) - (0,1580 . 0, 16 + 0,1580 . 0,011 ) . 1
=
0,0112
0,00 1738 - 0,027018
=
0,000121
-0, 02528
=
0,000121
= - 208,9256

1
∆mb = × Skala terkecil
2
1
∆mb = × 10-3
2
∆mb = 5× 10-4

δg ( ms+mb ) a
=
δa mb
Dimana:
u = (ms+mb)a u' = ms+mb
v = mb v' = 0

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
δ g u'.v-u.v'
= 2
δa v
δg (ms+mb . mb ) - (ms.a + mb . a) . 0
=
δa mb 2
δ g ( 0,16 + 0,011 ) . 0,011 - ( 0,02528 + 0,001738 ) . 0
=
δa 0,0112
δ g ( 0,171 . 0,011 ) - 0
=
δa 0,0112
δ g 0,00 1881 - 0
=
δa 0,000121
0,00 1881
=
0,000121
= 1 5,54

2 2
( a1 - a n ) + ( a2 - a n )
∆a =
√ n ( n-1 )
2 2
=
√ ( 0, 1580 - 0, 1691 ) + ( 0,1691 - 0, 1580 )
2 ( 2-1 )
0,0 0012321 + 0,0 0012321
=
√ 2
= √0,00012321
= 0, 0111

δg 2 2
δg δg 2
∆g =
√( δms )
+ ( ∆ms )2 +

2
δmb ( )
2
+ ( ∆mb )2 +

2
( )
δa
+ ( ∆a )2

2 2 2
= √ ( 14,36 ) + ( 0,0005 ) + ( - 208,9256 ) + ( 0,0005 ) + ( 15,54 ) + ( 0, 0111 )
= √ 44097,60766
= 209,9943

g
KR = ×100%
2( g + g )
209,9943
KR = ×100%
2( 209,9943 + 2,54245 )
209,9943
= ×100%
425,0735
= 0, 49 40 %

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
KB = 100% - KR
KB = 100% - 0, 49 4 0%
KB = 99 , 50 6 %

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VI
ANALISIS PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel Pengolahan Data

N Xbc Tbc Xba Tba a g Keteranga


o (m) (s) (m) (s) (m/s²) (m/s²) n
0,158 Mb =
1 0,3  1,95 0,7  2,27 2,463
0 0,16 kg
0,169 Ms =
2 0,7  2,37 0,3 1,31  2,627
1 0,011 kg

6.2 Pembahasan hasil pengolahan data

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data pada percobaan


pertama dapat diketahui bahwa pada saat besi silinder bergerak dari titik C
menuju titik B berlaku Hukum II Newton yang ditandai dengan adanya
percepatan yang disebabkan oleh gaya berat dari beban yang ditambahkan dimana
berdasarkan teori Gaya adalah suatu pengaruh pada sebuah benda yang
menyebabkan benda mengubah kecepatannya, artinya dipercepat. [ CITATION
Ilh211 \l 1057 ]. Dan saat titik C menuju titik B dapat juga dilihat adanya Gerak
Lurus Berubah Beraturan (GLBB) gerak jatuh bebas dimana berdasarkan teori
semakin tinggi kedudukan benda ketika jatuh, semakin besar kecepatan benda saat
akan menyentuh dasar [ CITATION Jos20 \l 14345 ], hal ini dapat dilihat saat besi
silinder bergerak dari titik C menuju titik B Setiap satuan jarak terjadi
pertambahan kecepatan dengan percepatan tetap. Hal ini sesuai dengan hasil yang
kami dapatkan pada percobaan dimana XBC dengan jarak 0,3 m dan 0,7 m
membutuhkan waktu selama 1,95 sekon dan 2,37 sekon.
Dan pada saat titik B menuju titik A Berlaku Hukum I Newton dimana
benda bergerak dengan kecepatan konstan atau dapat dikatakan bahwa tidak
terjadi percepatan hal ini berdasarkan bunyi Hukum I Newton dimana sebuah
benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan apabila
resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol [ CITATION Ilh211 \l 1057 ] .
Dimana titik XAB dengan jarak 0,70 m, dan 0,30 m membutuhkan waktu selama
2,27 s, dan 1,31 s. hal ini dapat terjadi karena pada saat besi silinder berada pada

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
titik B beban yang dibawa oleh besi silinder tersebut tertahan sehingga pada saat
besi silinder bergerak dari titik B menuju titik A tidak adanya gaya yang
mempengaruhi sehingga kecepatan besi silinder adalah tetap selain itu pada
pengamatan ini juga dapat dilihat adanya Gerak Lurus Beraturan (GLB) dimana
gerak lurus beraturan ialah gerak dengan lintasan serta kecepatannya selalu tetap
[ CITATION Jos20 \l 14345 ] . Pada percobaan ini di peroleh nilai percepatan dan
gravitasi yaitu, pada percepatan di peroleh 0,1580 m/s 2 dan 0,1691 m/s2 dan pada
gravitasi di peroleh 2,463 m/s2 dan 2,627 m/s2.

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VII
PENUTUP

V.5 Kesimpulan

Dari hasil praktikum dan pengamatan pesawat atwood dapat diketahui


bahwa :
1. Dari hasil pengamatan praktikum dapat disimpulkan bahwa pada saat
besi silinder bergerak dari titik C menuju titik B terjadinya Gerak
Lurus Berubah Beraturan (GLBB) gerak jatuh bebas yang ditandai
dengan adanya percepatan yang terjadi sebab adanya gaya berat dari
beban yang ditambahkan, dan saat besi silinder bergerak dari titik B
menuju titik A terjadi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dimana kecepatan
besi silinder saat bergerak adalah tetap karena tidak adanya gaya berat
dari beban.
2. Dari hasil praktikum dan pengolahan data didapatkan pada percobaan
pertama jarak titik C menuju titik B adalah 0,30 meter dengan waktu
tempuh 1,95 sekon dan jarak dari titik B menuju titik A adalah 0,70
meter dengan waktu tempuh 2,27 sekon sehingga dapat disimpulkan
percepatan percobaan pertama adalah 0,1580 m/s ² dan pada percobaan
kedua jarak titik C menuju titik B adalah 0,70 meter dengan waktu
tempuh 2,37 sekon dan jarak dari titik B menuju titik A adalah 0,30
meter dengan waktu tempuh 1,31 sekon sehingga dapat disimpulkan
percepatan percobaan kedua adalah 0,1691 m/s ².
3. Dari hasil praktikum dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa
nilai gravitasi pada percobaan pertama sebesar 2,463m/s² dan nilai
gravitasi pada percobaan kedua sebesar 2,627 m/s ².

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
V.6 Saran

V.6.1 Saran Untuk Laboratorium


Diharapkan agar loker penyimpanan barang ditambahkan. Alat-alat dan
perlengkapan laboratorium yang digunakan ditambah jumlahnya agar setiap
praktikan dapat mencoba memggunakan alat.
V.6.2 Saran Untuk Asisten
Tetap dipertahankan kedisiplinannya, keramahannya terhadap praktikan
dipertahankan agar para praktikan dalam melakukan percobaan tetap nyaman
demi kelancaran praktikum.
Konsep pembelajaran seperti ini terus dipertahankan agar kita dapat
menjalin silaturahmi satu sama lain dan ditingkatkan agar lebih baik seiring
berjalannya proses belajar mengajar.
V.6.3 Saran Untuk Praktikum
Tetap menjaga etika dalam bekerja sama dan berkomunikasi antar sesama
teman dan asisten. Tetap menjalin komunikasi yang baik agar terciptanya
kesatuan, tetap kompak dan selalu semangat.
Sebagai praktikan yang baik kerjakan apa yang menjadi pekerjaanmu,
bantulah sebisa mungkin. Melakukan praktikum adalah kerja kelompok begitupun
membuat laporan jadi kerja sama baik akan menghasilkan hasil yang baik pula.

V.7 Ayat Yang Berhubungan


۟ ‫وا فَٱن ُش ُز‬
۟ ‫يل ٱن ُش ُز‬ ۟ ۟ ۟
ُ ‫وا يَرْ فَ ِع ٱهَّلل‬ َ ِ‫ح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ َوإِ َذا ق‬ ِ ِ‫أَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓوا إِ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا فِى ْٱل َم ٰ َجل‬
ِ ‫س فَٱ ْف َسحُوا يَ ْف َس‬
۟ ُ‫وا ِمن ُك ْم َوٱلَّ ِذينَ أُوت‬
ٍ ‫وا ْٱل ِع ْل َم َد َر ٰ َج‬
‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر‬ ۟ ُ‫ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah


dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan” (Q.S Al-Mujadilah:11)

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Dengan percobaan yang kami lakukan yaitu Pesawat Atwood kami dapat
menambah ilmu pengetahuan kami mengenai gerak dan gaya, serta Hukum
Newton yang berlaku pada percobaan ini dan bagaimana penerapannya.
Sehingga dari percobaan ini kami mendapatkan ilmu pengetahuan yang baik dan
berguna serta dapat meninggikan derajat kami dihadapan-NYA.

DAFTAR PUSTAKA

Andre. (2018, Oktober 29). Dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
Anwar, I. C. ( 2021, September 19). Pengertian Hukum Newton 1, 2, 3: Bunyi,
Rumus, dan Contohnya.
Ariska, M. (2019). Penyelesaian Dinamika Pesawat Atwood dengan Persamaan
Eular-Lagrange sebagai Alternatif Persamaan Newton pada Fisika SMA.
Journal of Innovation and Physics Teaching, Volume 06, No. 1, 62-69.
Arnum. (2021, November 3). Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB):
Pengertian, Rumus, & Contoh Soal.
Bagus. (2021, maret 13). Resultan Gaya: Pengertian, Rumus, Macam, Soal.
Retrieved from https://rumuspintar.com/resultan-gaya/
Bitar. (2021, Oktober 12). Gerak Lurus Beraturan.
Consolidation, C. L. (2015, Februari 20). Gerak Translasi kelas XI.
Gartiwa, M. (2020). Gaya Gaya dan Keseimbangan Gaya. Unikom Indonesia.
Helmi, S. A. (2021, Mei 27). Pengertian Gaya Gravitasi, Medan Gravitasi, & Kuat
Medan Gravitasi.
Jonathan, G. (2020). Laporan Praktikum Fisika Dasar (Pesawat Atwood)
Laboratorium Fisika Terapan Fakultas Teknik Universitas Suktan Ageng
Tirtayasa Cilebon. Cilebon: Universitas Suktan Ageng Tirtayasa.
Josephine, E. N. (2020). FISIKA . Surabaya: KEMDIKBUD.
Mulyadi Abdul Wahid, F. R. (2019). Eksperimen Menghitung Momen Inersia
dalam Pesawat Atwood Menggunakan Katrol dengan Penambahan Massa
Beban. Pendidikan fisika dan terapan, Vol 2019, No 2.
Nadia. (2017, mei 17). Pesawat Atwood.

PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Prasodjo, Budi; dkk. (2006). Teori dan Aplikasi Fisika SMP KEELAS VII. PT
Ghalia Indonesia Printing.
Ulty. (2020, maret 5). Besaran Besaran Fisis dan Konversi Satuan.

PESAWAT ATWOOD

Anda mungkin juga menyukai