Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengalaman dan pengamatan kita seari-hari pasti selalu berhubungandengan benda-
benda yang bergerak dengan kelajuan yang lebh kecil darikelajua cahaya. Hukum Newton
tentang gerakan benda dirumuskan melalui pengamatan dan penggambaran gerak benda, dan
cara ini sangat berhasilmenggambarkan berbagai fenomena yang terjadi pada kelajuan cukup
rendah. Namun, cara ini gagal menggambarkan dengan tepat mengenai gerakan bendayang
memiliki kalajuan mendekati kelajuan cahaya.
Secara eksperimen, prediksi teori Newton dapat diuji pada kelajuantinggi dengan cara
mempercepat elektron atau partikel bermuatan lainnyamelalui pemberian beda potensial
listrik yang besar. Sebagai contoh, sebuahelektron mungkin dapat dipercepat hingga keljuan
0,99c (dimana c adalahkelajuan cahaya) dengan memberikan beda potensial (tegangan)
beberapa jutavolt. Menurut mekanika Newton, jika beda potensial meningkat menjadiempat
kali, energi elektron menjadi empat kali lebih besar dan kelajuannyamenjadi dua kali lipat,
yakni 1,98c. Namun, eksperimen menunjukkankelajuan elektron – begitu juga berbagai
kelajuan di alam semesta – selalulebih kecil dari kelajuan cahaya, terlepas dari seberapa
besarnya tegangan pemercepat. Oleh karena benda tidak mungkin berada di atas batas
kelajuancahay, mekanika Newton tentang gerak bertentangan dengan hasileksperimen
modern dan jelas menjadi teori terbatas.
Pada tahun 1905, di usia sekitar 26 tahun, Einstein mengumumkanteori relativitasnya.
Mengenai teorinya itu, Einstein menulis:
Teori relativitas muncul karena kebutuhan, dari berbagai kontradiksiyang serius dan
mendalam di dalam teori lama yang kelihatanna tidakada jalan keluarnya. Kekuatan teori
baru terletak pada konsistensi dankemudahan teori tersebut dalam memecahkan seluruh
kesulitan tersebut ...
Meskipun Einstein memberikan berbagai konstribusi penting lainnyauntuk ilmu
pengetahuan, teori relativitas khusus mempresentasikan salah satu pencapaian intelektual
terbesar sepanjang masa, dengan teori ini, pengamatansecara eksperimen dapat diprediksi
dengan lebih baik, mulai dari kelajuan v =0 hingga kelajuan yang mendekati kelajuan cahaya.
Pada kelajuan rendah,teori Einstein disederhanakan menjadi mekanika Newton tentang
geraksebagai situasi pembatas. Sangatlah penting untuk mengetahui bahwaEinstein sedang
menekuni tentang elektromagnetisme ketika ia
mengembangkan teori relativitasnya. Ia berhasil membuktikan kebenaran persamaan
Maxwell, dan dalam rangka menghubungkan persamaan tersebutdengan postulatnya, ia
memperoleh gagasan revolusioner bahwa ruang danwaktu tidaklah mutlak.Makalah ini
memperkenalkan teori relativitas khusus, dengan penekanan pada beberapa konsekuensinya.
Teori khusus ini melingkupifenomena seperti perlambatan jam yang sedang bergerak dan
pemendekansuatu benda yang panjang yang sedang bergerak.
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana prinsip relativitas Galileo?
2.Bagaimana mekanisme percobaan Micelson-Morey?
3.Bagaimana prinsip relativitas Einstein?
4.Bagaimana Transformasi Lorentz?

C.Tujuan dan Manfaat


Tujuan:
1.Menjelaskan makna relativitas
2.Menjelaskan mekanisme percobaan
3.Menuliskan rumus
Manfaat:
1.Pembaca dapat memahamai pengertian relativ dan relativitas khusus
2.Pembaca dapat mendeskripsikan prinsip Michelson-Morey, relativitasEinstein, dan prinsip
transformasi Lorent
BAB II
PEMBAHASAN

A. PRINSIP RELATIVITAS GALILEO

Galileo mengatakan bahwa ruang dan waktu adalah mutlak. Sebuah benda yang diam
cenderung diam kecuali jika padanya dikenakan gaya luar.Untuk menggambarkan suatu
kejadian fisis, harus ditentukan kerangka acuan luar. Kerangka acuan luar adalah sebuah
sistem koordinat relatif dimana pengukuran-pengukuran fisika dilakukan. Setiap percobaan
yang dilakukan dengan kerangka acuan barulah bermakna fisika apabila dapat dikaitkan
dengan percobaan semula yang dilakukan dalam kerangka acuan mutlak, yaitu suatu sistem
koordinat kartesius semesta yang padanya tercantelkan jam-jam mutlak.
Akan tetapi, saat kita menguji asas ini dalam sebuah kerangka acuan yang mengalami
percepatan, seperti sebuah mobil yang erhenti secara mendadak, atau sebuah komedi putar
yang sangat cepat perputarannya, akan didapati bahwa asas ini tidak berlaku. Jadi, hukum-
hukum Newton tidak berlaku untuk kerangka acuan yang mengalami percepatan kecuali
kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap. Kerangka acuan ini,disebut kerangka
acuan inersia.
Tidak ada kerangka acuan inersia yang mutlak. Berarti sebuah eksperimen yang
dilakukan di dalam sebuah kendaraan yang kelajuannya seragam akan identik dengan hasil
eksperimen yang sama dilakukan didalam kendaraan yang diam. Hasil ini disebut prinsip
relativitas Galileo.
“Hukum-hukum mekanika harus sama di dalam semua kerangka acuan inersia”
Jika penumpang di dalam truk melempar bola lurus ke atas dan jika pengaruh udara
diabaikan, maka penumpang tersebut mengamati bahwa bola bergerak dalam lintasan
vertikal. Gerakan bolanya akan tampak sama seperti jika bola dilempar oleh seseorang yang
diam di atas permukaan bumi. Hukum gravitasi universal dan persamaan gerak dengan
percepatan konstan tidak dipengaruhi oleh keadaan truk, apakah keadaan truk sedang diam
atau bergerak beraturan.
Bagaimana lintasan bola yang dilempar pengamat di dalam truk? Pengamat di atas truk
melihat lintasan bola sebagai parabola. Sementara itu, pengamat dalam truk melihat bola
bergerak dalam lintasan vertikal.Menurut pengamat di atas tanah, bola memiliki komponen
horizontal dari kelajuan yang besarnya sama dengan kelajuan truk.
Meskipun kedua pengamat tidak bersepakat mengenai pandangan mereka terhadap
situasi tertentu, mereka bersepakat mengenai kebenaran hukum Newton dan prinsip-prinsip
klasik, seperti kekekalan energi dan kekekalan momen tumlinear. Ini secara tidak langsung
menyatakan bahwa tidak ada eksperimen mekanika yang dapat menentukan perbedaan antara
kedua kerangka inersia. Satu-satunya yang dapat ditentukan adalah gerak relatif antara
kerangka yang satu dengan kerangka lainnya.
Pembandingan pengamatan-pengamatan yang dilkuakan berbagai kerangka lembam,
memerlukan transformasi Galileo, yang mengatakan bahwa kecepatan (relatif terhadap tiap
kerangka lembam) mematuhi aturan jumlah yang sederhana.
Andaikanlah seorang pengamat O, dalam sakah satu kerangka lembam mengukur
kecepatan sebuah benda v; maka pengamat O’ dalam kerangka lembam lain, yang bergerak
dengan kecepatan tetap u relatif terhadap O akan mengukur bahwa benda yang sama ini
bergerak dengan kecepatan v’ = v – u.
Transformasi kecepatan ini akan kita sederhanakan dengan memilih sistem koordinat
dalam kedua kerangka acuan sedemikian rupa sehingga relatif u selalu pada arah x. Untuk
kasus ini, transformasi Galileo menjadi.
V’ x ¿ V x
V’y ¿ Vy
V’z ¿ Vz
Tampak bahwa hanya komponen – x kecepatan yang terpengaruh. Dengan
mengintegrasikan persamaan pertama kita peroleh

x’ = x – ut
sedangkan diferensiasinya memberikan
'
d v x dvx
= atau a’x = ax
dt dt
"Persamaan di atas memperlihatkan mengapa hukum-hukum Newton tetap berlaku
dalam kedua kerangka acuan itu. Selama u tetap (jadi du/dt =0), kedua pengamat ini akan
mengukur percepatan yang identik dan sependapat pada penerapan F = ma"

1. Kelajuan Cahaya
Apakah prinsip relativitas Galileo juga dapat diterapkan untuk listrik, magnet, dan
optika? Eksperimen menunjukkan bahwa jawabannya tidak. Di mana Maxwell menunjukkan
bahwa kelajuan cahaya di dalam ruang bebas adalah c = 3 x 108 m/s. Para fisikawan tahun
1800-an mengira bahwa gelombang cahaya bergerak melalui suatu medium yang disebut eter
dan kelajuan cahaya c hanya dalam sebuah kerangka mutlak yang khusus pada keadaan diam
relatif terhadap eter. Persamaan transformasi kecepatan Galileo diperkirakan untuk berlakau
dalam pengamatan cahaya yang dilakukan oleh seorang pengamat di dalam suatu kerangka
yang bergerak dengan kecepatan v relatif terhadap kerangka eter yang mutlak. Artinya,
apabila cahaya bergerak sepanjang sumbu x dan pengamat bergerak dengan kecepatan v
sepanjang sumbu x, maka pengamat akan mengukur cahaya memiliki kelajuan ∁ ±V ,
bergantung pada arah perjalanan pengamat dan cahaya. Oleh karena adanya suatu kerangka
eter mutlak yag dipilih menunjukkan bahwa cahaya adalah serupa dengan gelombang klasik
lainnya dan gagasan Newton mengenai kerangka mutlak adalah benar, maka sangatlah
penting untuk memastikan adanya kerangka eter tersebut. Pada awal sekitar tahun 1880, para
ilmuwan memutuskan untuk menggunakan Bumi sebagai kerangka bergeraknya untuk
mencoba meningkatkan peluang mereka menentukan perubahan kecil dari kelajua cahaya.
Sebagai para pengamat di atas Bumi, kita beranggapan bahwa kita berada dalam
keadaan diam dan kerangka eter mutlaknya mengandung medium untuk perambatan cahaya
bergerak ke arah kita dengan keljuan v .Dengan menentukan kelajuan-kelajuan cahaya dalam
keadaan ini, seperti menentukan kelajuan pesawat antariksa yang melintas di dalam arus
udara yang sedang bergerak atau angin; sebagai akibatnya, kita berbicara tentang angin eter
yang berembus melalui peralatan yang dipasang di Bumi.
Suatu metode langsung untuk mengetahui keberadaan angin eteradalah menggunakan
sebuah peralatan yang dipasang di Bumi untuk mengukur pengaruh agin eter terhadap
kelajuan cahaya. Jika v adalah kelajuan eter relatif terhadap Bumi, maka cahaya seharusnya
memiliki kelajuan maksmum c + v ketika cahaya merambat searah dengan hembusan angin.
Begitu pula kelajuan cahaya seharusnya bernilai minimum c – v ketika cahaya merambat
dengan arah yang berlawanan dengan arah angin, dan nilai tengahnya (c2 – v2)1/2 adalah pada
arah yang tegak lurus dengan angin eter. Jika Matahari diasumsikan diam di dalameter, maka
kelajuan angin eter akan sama dengan kelajuan orbit Bumi mengelilingi Matahari, yang
besarnya kira-kira 3 x 104 m/s. Oleh karena c = 3 x 108 m/s, sangatlah penting untuk
menentukan perubahan kelajuan sebesar 1 per 104 untuk pengukuran di dalam arah yang
searah atau berlawanan arah angin. Meskipun suatu perubahan itu dapat diukur secara
eksperimen, seluruh percobaan untuk menetukan perubahan dan membuat keadaan angin eter
(keberadaan kerangka mutlak) terbukti merupakan usaha yang sia-sia.
Prinsip relativitas Galileo hanya mengacu pada hukum-hukum mekanika. Jika
diasumsikan bahwa hukum listrik dan magnitisme sama didalam kerangka inersia, maka
paradoks mengenai kelajuan chaya akan otomatis muncul. Kita dapat menyadari pada
persamaan-persamaan Maxwell bhwa kelajuan cahaya selalu tetap yaitu c = 3 x 108 m/s pada
semua kerangka inersia, suatu hasil yang jelas-jelas kontradiktif dengan transformasi
kecepatan Galileo. Menurut relativitas Galileo, kelajuan cahaya seharusnya tidak sama di
dalam semua kerangka inersia.

B. PERCOBAAN MICHELSON-MORLEY
Gejala gelombang secara umum dapat didefenisikan sebagai ambatan gangguan
periodik melalui zat perantara. Perambatan gelombang ini berlangsung, bergantung pada
gaya-gaya yang bekerja antar partikel zat perantaranya. Oleh karena itu, tidak mengherankan
mengapa setelah segera setelah Maxwell memperlihatkan bahwa kehadiran gelombang
elektromagnet diramalkan berdasarkan persamaan-persamaan elektromagnet klasik, para
fisikawan segera melakukan berbagai upaya untuk mempelajari sifat zat perantara yang
berperan bagi perambatan gelombang elektromagnet ini. Zat perantara ini disebut eter, namun
karena zat ini belum pernah teramati dalam percobaan, maka dipostulatkan bahwa ia tidak
bermassa dan tidak tampak, tetapi mengisi seluruh ruang, dan fungsi satu-satunya untuk
merambatkan gelombang elektromagnet.
Konsep eter ini sangat menarik karena; pertama, sulit untuk membayangkan bagaimana
sebuah gelombang dapat merambat tanpa memerlukan zat perantara – bayangkan gelombang
tanap air; kedua, pengertian dasar eter ini berkaitan erat dengan gagasan Newton tentang
ruang mutlak – eter dikaitkan sistem koordinat semesta agung. Dengan demikian, keuntungan
sampingan yang akan diperoleh dari penyelidikan terhadap eter ini adalah bahwa dengan
mengamati gerak bumi mengarungi eter, akan terungkap pula gerak bumi relatif terhadap
“ruang mutlak”.
Percobaan awal yang paling saksama untuk mendapatkan bukti kehadiran eter
dilakukan pada tahun 1887 oleh fisikawan Amerika, AlbertA. Michelson dan rekannya E.W.
Morley. Mereka menggunakan interferometer Michelson

Dalam percobaan ini, seberkas cahaya monokromatik dipisahkan menjadi dua berkas
yang dibuat melewati dua lintasan berbeda dan kemudian diperpadukan kembali. Karena
adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh kedua berkas, maka akan dihasilkan suatu
pola interferensi.
Anggaplah interferometer pada gambar bergerak dari kanan ke kiri dengan kecepatan v
relatif terhadap eter. Kemudian relatif terhadap interferometer adaangin eter dengan
kecepatan ini dari kiri ke kanan. Kita mula-mula menghitung waktu t1 untuk cahaya, yaitu
waktu yang dibutuhkan cahaya untuk menempuh jarak dari pengamat ke cermin A dan
kembali ke pengamat, dan waktu t2 adalah waktu untuk menempuh jarak dari pengamat ke
cermin B dan kembali, dan dianggap bahwa kecepatan cahaya relatif terhadap bumi (dan di
sini terhadap interferometer). Dalam alat Michelson-Morey kedua cermin A dan B adalah
tetapdalam posisi. Panjang L1dan L2 adalah sama, maka:
L1 = L2 = L.
Jika c adalah kecepatan cahaya yang relatif terhadap eter maka kecepatan sinar 1 relatif
terhadap interferometer, bila sinar ini bergerak dari pengamat kecermin A adalah (c + v) dan
waktu yang dibutuhkan adalah L/(c + v). Sinar yang dipantulkan dari A merambat
berlawanan arah dengan angin eter, kecepatannya relatif terhadap interferometer adalah (c -
v), dan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak L adalah L/(c - v). Jumlah waktu
untuk perjalanan keliling adalah:

t1 =
L
C+V
+
L
C−V C
=
C ( ) AWAS INI BELUM
2CL 2 L V
= 1
C -1
Lintasan sinar 2, relatif terhadap interferometer, tegak lurus pada angin eter. Dalam
perjalanan dari pengamat ke B, sinar itu harus bergerak lambat menentang arus, dengan
kecepatan relatif terhadap eter. Resultan kecepatan ini.

dan kecepatan v adalah tegak lurus pada angin eter dan besarnya adalah √ c ± v .Kecepatan
ketika kembali adalah juga √ a2 +b 2 dan waktu t2 untuk perjalanan keliling adalah:

ada rumus
Perbedaan waktu perjalanan untuk sinar 1 dan 2 adalah t1 – t2 = Δt dan perbedaan
lintasannya Δx adalah cΔt , sehingga:

Ada rumus
Sekarang umpamakan interferometer berputar 90º dari posisinya, atau sebesar sudut
sedemikian rupa sehingga angin eter pada diagram adalah vertikal. (Alat Michelson dipasang
pada dasar yang berat supaya stabil, dan terapung di atas air raksa sehingga dapat bergerak
dengan mudah). Maka sinar 1 dan 2 bertukar peranan dan beda lintasan Δx, adalah:

Ada rumus
Sebagai akibat dari perputaran, beda lintasan berubah sebesar Δx – Δx ֽ. Perubahan satu
panjang gelombang menyebabkan perubahan satu rumbai memotong garis referensi bila
dilihat dengan teleskop, sehingga perubahan rumbai yang diharapkan Δx ֽ. adalah:

Ada rumus
Jika v kecil dibandingkan dengan c, maka perbandingan v2/c2 sangat kecildan
aproksimasi yang baik adalah:

ada rumus
Kemudian aproksimasi ini menjadi:

Ada rumus
Umpama kecepatan v adalah kecepatan orbit bumi mengelilingi matahari kira-kira
3x104m/dt. Maka:

Ada rumus
Dengan memantulkan sinar 1 dan 2 bolak-balik beberapa kali, panjang L menjadi
ekivalan dengan 11 m. Perubahan rumbai yang diharapkan untuk panjang gelombang cahaya
hijau = 5,5 x 10-7 adalah :

Anda mungkin juga menyukai