Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN FISIKA DAN BUDAYA RISET

PADA ABAD PERTENGAHAN SAMPAI ZAMAN NEWTON


PADA ABAD PERTENGAHAN
Perkembangan fisika pada abad pertengahan sampai zaman newton dimulai dari abad
1600 1900. Pada abad pertengahan ini mulai dikembangkan metoda penelitian yang sistematis
dengan Galileo dikenal sebagai pencetus metoda saintifik dalam penelitian.
Pada zaman itu Galileo dikenal dengan eksperimen benda jatuh bebasnya yang dianggap
dilakukannya di Menara Miring Pisa. Apakah benar atau tidak Galileo benar-benar melakukan
eksperimen tersebut, namun dia dengan pasti telah melandaskan dirinya pada logika ketimbang
observasi semata dalam tulisan-tulisannya untuk membuktikan bahwa sebuah benda berat dan
benda ringan haruslah jatuh pada laju yang sama. Jika benar bahwa benda-benda berat jatuh
lebih cepat, seperti yang diakui oleh Aristoteles, maka apa yang akan terjadi jika seseorang
mengikat secara bersamaan dua benda berat dan benda ringan? Pada satu sisi benda ringan akan
menghambat benda berat dan benda berat akan mempercepat benda ringan, dan karena itu
kombinasi tersebut akan bergerak pada suatu laju pertengahan. Di lain pihak benda-benda yang
dipadu bahkan akan membetuk benda yang lebih berat, yang karena itu harus bergerak lebih
cepat ketimbang yang pertama atau salah satunya! Satu-satunya cara untuk menghilangkan
kontradisi adalah menolak bahwa benda-benda berat jatuh lebih berat dan malahan
menyimpulkan bahwa semua benda-benda akan jatuh pada laju yang sama, dengan mengabaikan
hambatan udara. Pembuktian Galileo tersebut merupakan suatu contoh luar biasa dari pendekatan
Platonisme terhadap fisika.
Galileo juga terlibat dalam debat tentang apakah bumi atau matahari yang merupakan
pusat tetap alam semesta. Salah satu keberatan yang paling meyakinkan terhadap sistem
heliosentrik Copernicus adalah bahwa jika bumi benar-benar bergerak, orang akan melihatnya
atau merasakannya. Misalnya sebuah batu dijatuhkan dari menara tinggi tidak akan mendarat
lurus tepat ke dasarnya karena bumi akan bergerak sementara batu sedang jatuh. Galileo
menjawab keberatan ini dengan beragumentasi bahwa batu akan menerima gerak horisontal dari
menara (dan bumi) ketika ia dilepaskan dan akan mempertahankan gerak ini ketika ia jatuh
bebas. Sehingga ia akan mendarat persis pada kaki menara apakah bumi sedang bergerak atau
tidak.

Argumen ini adalah salah satu pernyataan definitif pertama dari hukum inersia, yang juga
dikenal sebagai hukum pertama Newton tentang gerak: bahwa sebuah benda akan terus dalam
keadaan diam atau dalam keadaan bergerak pada kecepatan tetap dalam arah yang sama kecuali
bila dikenakan terhadapnya suatu gaya luar. Analisis Galileo mencapai resolusi akhir dari
masalah gerak peluru. Dia juga memperlihatkan bagaimana komponen-komponen horisontal dan
vertikal dari gerak peluru bergabung menghasilkan lintasan parabolik.
Buku Galileo, Two New Sciences (1638), melengkapi rusaknya fisika Aristotelian dan
memantapkan teori matematis tentang gerak dipercepat yang diperlukan dalam menghitung
orbit-orbit planet dalam sistem heliosentrik. Dalam karya ini, Galileo menganggap bahwa sebuah
benda yang menggelinding ke bawah pada suatu bidang miring adalah dipercepat seragam; yaitu,
kecepatannya bertambah dengan besar yang sama dalam tiap interval kecil waktu. Dia kemudian
menunjukkan bahwa asumsi ini dapat diuji dengan mengukur jarak yang dilalui ketimbang
dengan mencoba mengukur kecepatan secara langsung. Percobaan bidang miring Galileo
menjadi demonstrasi standar di ruang kelas dari sifat-sifat gerak dipercepat seragam.

FISIKA KLASIK (ZAMAN NEWTON)


Fisika klasik, adalah semua teori fisika yang telah berkembang sebelum tahun 1900, yang
meliputi teori, konsep, hukum, serta eksperimen dalam mekanika klasik, termodinamika, dan
elektromagnetisme.
A. Mekanika Klasik
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel. Dinamika partikel
demikian, ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton tentang gerak, terutama oleh hukum kedua
Newton. Hukum ini menyatakan, "Sebuah benda yang memperoleh pengaruh gaya atau interaksi
akan bergerak sedemikian rupa sehingga laju perubahan waktu dari momentum sama dengan
gaya tersebut".
Hukum-hukum gerak Newton baru memiliki arti fisis, jika hukum-hukum tersebut diacukan
terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan inersia (suatu kerangka acuan
yang bergerak serba sama - tak mengalami percepatan). Prinsip Relativitas Newtonian
menyatakan, "Jika hukum-hukum Newton berlaku dalam suatu kerangka acuan maka hukum-

hukum tersebut juga berlaku dalam kerangka acuan lain yang bergerak serba sama relatif
terhadap kerangka acuan pertama".
Konsep partikel bebas diperkenalkan ketika suatu partikel bebas dari pengaruh gaya atau
interaksi dari luar sistem fisis yang ditinjau (idealisasi fakta fisis yang sebenarnya). Gerak
partikel terhadap suatu kerangka acuan inersia tak gayut (independen) posisi titik asal sistem
koordinat dan tak gayut arah gerak sistem koordinat tersebut dalam ruang. Dikatakan, dalam
kerangka acuan inersia, ruang bersifat homogen dan isotropik. Jika partikel bebas bergerak
dengan kecepatan konstan dalam suatu sistem koordinat selama interval waktu tertentu tidak
mengalami perubahan kecepatan, konsekuensinya adalah waktu bersifat homogen.
B. Elektrodinamika Klasik
Elekrodinamika, sesuai dengan namanya adalah kajian yang menganalisis fenomena
akibat gerak elektron. Fenomena ini berkaitan dengan kelistrikan dan kemagnetan. Kendati
elektrodinamika merupakan bagian dari fisika klasik, hukum-hukum elektrodinamika yang
dikompilasi oleh Maxwell ternyata sesuai dengan teori Relativitas, salah satu pilar dari fisika
modern. Teori elektromagnet membahas medan elektromagnet, yaitu medan listrik dan medan
magnet . Kedua besaran ini berhubungan dengan rapat muatan dan rapat arus. Bagian ini tidak
akan mengulas secara rinci teori medan elektromagnet sebab dapat diperoleh dalam kuliah
khusus tentang elektrodinamika. Hal yang perlu dikemukakan di sini adalah bahwa menurut
Maxwell, medan listrik dan magnet memenuhi persamaan
Persamaan ini mengungkapkan bahwa medan elektromagnet merambat dalam ruang
dalam bentuk gelombang dengan kecepatan tetap v. Maxwell adalah orang pertama yang
mengungkapkan bahwa gelombang EM pada jangkauan frekuensi tertentu adalah gelombang
cahaya. Sejak itu orang kemudian memahami bahwa gelombang EM meliputi frekuensi sangat
rendah seperti sinar tampak (frekuensi berkisar 4000 A - 7000A), hingga radiasi frekuensi tinggi
seperti Sinar-X.
Dalam kajian optika dipahami bahwa cahaya memiliki berbagai sifat yang menunjukkan
bahwa konsep cahaya sebagai gelombang tidak esensial. Akan tetapi guna menjelaskan secara
lebih tepat mengenai gejala interferensi, khususnya difraksi, konsep cahaya sebagai gelombang
adalah mutlak.
Pada prinsipnya fisika klasik berpandangan bahwa materi terdiri atas partikel dan radiasi
terdiri atas gelombang. Pandangan ini menjadi acuan dalam menjelaskan gejala alam.

Contohnya, gaya yang dialami oleh partikel bermuatan seperti, elektron dan proton, dengan
massa masing-masing muatan listrik satu satuan, berinteraksi melalui interaksi gravitasi (massa)
dan elektromagnetik. Geraknya dapat dijelaskan melalui Hukum Lorentz. Akan tetapi, teori
klasik tidak mampu menjelaskan bagaiman interaksi partikel ini dengan cahaya (radiasi).
C. Thermodinamika Klasik
Thermodinamika adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas antara panas dan
bentuk bentuk energi lainnya. Michael A Saad dalam bukunya menerangkan Thermodimika
merupakan sains aksiomatik yang berkenaan dengan transformasi energi dari satu bentuk ke
bentuk lainnya . energi dan materi sangat berkaitan erat, sedemikian eratnya sehingga
perpindahan energi akan menyebabkan perubahan tingak keadaan materi tersebut.
Hukum pertama dari termodinamika menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dihilangkan namun berubah dari satu bentuk menjadi bentuk yang lainnya.
Hukum ini mengatur semua perubahan bentuk energi secara kuantitatif dan tidak membatasi arah
perubahan bentuk itu. Pada kenyataannya tidak ada kemungkinan terjadinya proses dimana
proses tersebut satu satunya hasil dari perpindahan bersih panas dari suatu tempat yang
suhunya lebih rendah ke suatu tempat yang suhunya lebih tinggi. Pernyataan yang mengandung
kebenaran eksperimental ini di kenal dengan hukum kedua termodinamika.
Keterbatasan termodimika klasik. Termodinamika klasik menggarap keadaan sistem dari
sudut pandang makroskopik dan tidak membuat hipotesa mengenai struktur zat. Untuk membuat
analisa termodinamika klasik kita perlu menguraikan keadaan suatu sistem dengan perincian
mengenai karakteristik karakteristik keseluruhannya seperti tekanan , volume dan temperature
yang dapat diukur secara lansung dan tidak menyangkut asumsi asumsi mengenai struktur zat.
Termodinamika klasik tidak memperhatikan perincian, perincian suatu proses tetapi
membahas keadaan keadaan kesetimbangan. Dari sudut pandang termodinamika jumlah panas
yang dipindahkan selama suatu proses hanyalah sama dengan beda antara perubahan energi
sistem dan kerja yang dilaksanakan., jelaslah bahwa analisa ini tidak memperhatikan mekanisme
aliran panas maupun waktu yang diperlukan untuk memindahkan panas tersebut.
Termodinamika klasik mampu menerangkan mengapa perpindahan panas dapat terjadi,
namun termodinamika klasik tidak menjelaskan bagaimana cara panas dapat berpindah. Kita
mengenal bahwa panas dapat berpindah dengan tiga cara yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.

PERKEMBANGAN FISIKA DAN BUDAYA RISET


DARI ABAD PERTENGAHAN SAMPAI ZAMAN NEWTON

QADRY ANNISA NUR


1312042001
PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai