Fisika Klasik :
Cahaya digambarkan sebagai gelombang
Teori ini tidak dapat menerangkan spektrum radiasi benda hitam
Energi kinetik bertambah jika intensitas cahaya diperbesar
Efek fotolistrik terjadi pada tiap frekuensi asal intensitasnya memenuhi
Tidak dapat menjelaskan Energi kinetik maksimal jika frekuensi cahaya diperbesar
Fisika klasik dibagi atas 3 fase, yakni padat, cair, gas.
Fisika Modern :
Cahaya digambarkan sebagai partikel
Terdiri dari paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton
Energi kinetik tidak bergantung pada intensitas cahaya
Efek fotolistrik terjadi diperlukan frekuensi minimum (frekuensi ambang)
Dapat menjelaskan Energi kinetik maksimal jika frekuensi cahaya diperbesar
Radiasi kalor tergantung pada suhu
Makin tinggi suhu, makin besar energi kalor yang dipancarkan
Fisika Modern terbagi atas 4 fase padat, cair, gas, dan plasma.
Dapat membuktikan adanya fenomena efek fotolistrik dan efek Compton
cahaya tersusun dari paket-paket energi diskret yang diberi nama foton
Masing-masing foton memiliki energi sesuai dengan frekuensinya. Persamaan energi foton
Einstein adalah sebagai berikut:
E = h atau E = hc/
PEMBAHASAN
Mekanika klasik merupakan bagian dari ilmu fisika yang menjelaskan tentang gaya yang
bekerja pada benda. Mekanika klasik disebut juga mekanika Newton. Mekanika klasik dibagi menjadi
tiga yaitu statika (mempelajari benda diam), kinematika (mempelajari benda bergerak), dan
dinamika (mempelajari benda yang terpengaruh gaya). Mekanika klasik menghasilkan hasil yang
sangat akurat dalam kehidupan sehari-hari, dengan diikuti teori relativitas khusus untuk sistem yang
bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan hampir mendekati kecepatan cahaya, teori mekanika
kuantum untuk sistem yang sangat kecil, dan teori medan teori kuantum untuk sistem yang memiliki
kedua sifat di atas.
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel. Dinamika partikel
tersebut ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton tentang gerak, terutama oleh hukum Newton II.
Hukum ini menyatakan, Sebuah benda yang memperoleh pengaruh gaya atau interaksi akan
bergerak sedemikian rupa sehingga laju perubahan waktu dari momentum sama dengan gaya
tersebut. Hukum-hukum gerak Newton baru memiliki arti yang jelas dan signifikan apabila hukumhukum tersebut diacukan terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan inersia
(suatu kerangka acuan yang bergerak serba sama tak mengalami percepatan). Prinsip Relativitas
Newtonian menyatakan, Jika hukum-hukum Newton berlaku dalam suatu kerangka acuan maka
hukum-hukum tersebut juga berlaku dalam kerangka acuan lain yang bergerak serba sama relatif
terhadap kerangka acuan pertama. Kerangka acuan inersia, merupakan ruang yang bersifat
homogen dan isotropik. Jika partikel bebas bergerak dengan kecepatan konstan dalam suatu sistem
koordinat selama interval waktu tertentu maka tidak akan mengalami perubahan kecepatan dan
konsekuensinya adalah waktu bersifat homogen.
Kegagalan Mekanika Klasik
Akhir abad ke-19 merupakan masa puncak dari fisika klasik, fisikawan saat itu beranggapan
bahwa fisika sudah hampir lengkap. Saat itu, fisika klasik mempunyai dua cabang utama yaitu :
Mekanika klasik Newtonian : dicirikan oleh kehadiran partikel sebagai sesuatu yang
terkurung di dalam ruang. Istilah terkurung secara sederhana dapat dikatakan sebagai adanya batas
yang jelas antara materi dan sesuatu diluar dirinya atau lingkungannya.
Teori medan elektomagnetik Maxwellian : dicirikan oleh kuantitas medan dari gelombang
yang menyebar di dalam ruang bagai kabut dengan ketebalan yang berbeda dan menipis sampai
akhirnya benar-benar lenyap.
Kegagalan mekanika klasik dapat dicirikan dengan sifatnya yang common sense dan
deterministic. Fisikawan saat itu masih belum dapat menjelaskan kenapa suatu benda
memancarkan cahaya ketika dipanaskan sampai temperatur tinggi, ketika mekanika klasik tidak bisa
menjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak dengan kecepatan yang
mendekati kecepatan cahaya. Walaupun mengalami kegagalan namun tepri mekanika klasik
didasarkan pada prinsip Hamilton dan persamaan Lagrange.
Prinsip Hamilton
Analisis gerakan proyektil ini merupakan salah satu bagian dari mekanika klasik.
Apabila suatu gerak partikel terkendala pada suatu permukaan bidang, maka diperlukan
adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan kontak antara partikel
dengan permukaan bidang. Namun, tak selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap partikel
dapat diketahui. Pendekatan Newtonian memerlukan informasi gaya total yang beraksi pada
partikel. Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui, maka
pendekatan Newtonian tak berlaku. Sehingga diperlukan pendekatan baru dengan meninjau
kuantitas fisis lain yang merupakan karakteristik partikel, misal energi totalnya. Pendekatan ini
dilakukan dengan menggunakan prinsip Hamilton, dimana persamaan Lagrange yakni persamaan
umum dinamika partikel dapat diturunkan dari prinsip tersebut. Prinsip Hamilton dapat diartikan,
Dari seluruh lintasan yang mungkin bagi sistem dinamis untuk berpindah dari satu titik ke titik lain
dalam interval waktu spesifik (konsisten dengan sembarang konstrain), lintasan nyata yang diikuti
sistem dinamis adalah lintasan yang meminimumkan integral waktu selisih antara energi kinetik
dengan energi potensial.
Persamaan Lagrange
Persamaan gerak partikel atau persamaan Lagrange dapat diperoleh dari energi kinetik dan
energi potensial partikel tanpa perlu adanya interaksi gaya pada partikel. Energi kinetik partikel
dalam koordinat kartesian adalah fungsi dari kecepatan, energi potensial partikel yang bergerak
dalam medan gaya konservatif adalah fungsi dari posisi. Persamaan Lagrangian dapat diartikan
sebagai selisih antara energi kinetik dan energi potensial atau sebagai fungsi dari koordinat umum,
kecepatan umum, ataupun waktu. Inti dari persamaan Lagrange ekivalen dan persamaan gerak
Newton adalah apabila koordinat yang digunakan adalah koordinat kartesian.
Lahirnya Mekanika Kuantum
Teori fisika kuantum bermula ketika mekanika klasik tak mampu lagi menjelaskan sebuah
fenomena radiasi benda hitam dan hal tersebut dicetuskan oleh seorang ahli fisika yang bernama
Max Planck. Tahun 1879 Josef Stefan mengusulkan bahwa besar intensitas radiasi yang dipancarkan
oleh suatu benda memenuhi persamaan:
Keterangan :
e = tetapan emistivitas, 0 e 1
Keterangan
Ahli fisikawan mencoba menjelaskan fenomena radiasi benda hitam ini secara teoritis.
Rayleigh-Jean mencoba menyusun suatu model sederhan untuk menjelaskan fakta ini. Mereka
menganggap bahwa molekul/muatan pada bola berongga (sebelumnya benda hitam diilustrasikan
sebagai sebuah rongga dimana tak ada cahaya yang dapat masuk di dalamnya sebab tak memang
amat sulit menemukan benda yang bersifat hitam sempurna)di dinding benda berongga
dihubungkan oleh pegas.
Gagalnya teori Model Rayleigh-Jean, maka Wien kembali mengusulkan seuatu teori yang
dapat menjelaskan radiasi benda hitam adalah:
Keterangan :
Namun tetap saja teori Wien ini belum berlaku untuk seluruh panjang gelombang, karena
Wien masih menerapkan prinsip kekontinuan sehingga hanya dapat digunakan dengan panjang
gelombang yang relatif pendek saja.
Kegagalan-kegagalan teori-teori tersebut membuat Max Planck mengajukan asumsi-asumsi
baru yang awalnya asumsi tersebut dianggap sebuah asumsi yang gila oleh para ilmuwan lainnya
karena melawan hukum fisika pada zaman itu. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
Energi yang dimiliki oleh molekul yang berosilasi bersifat diskrit (tidak kontinu) dan besar energi
tersebut adalah:
E=nh
Keterangan
Setiap molekul memancarkan atau menyerap energi dalam paket energi diskrit yang
dinamakan Kuanta (yang kemudian disebut dengan foton). Energi tiap foton adalah:
Keterangan : c = kecepatan cahaya
Adanya dua asumsi tersebut maka Planck dapat menyusun sebuah perumusan yang
menyatakan intensitas yang dipancarkan oleh benda hitam dengan meradiasi adalah:
Keterangan : I (v, T) = jumlah enrgi per unit area per satuan waktu per unit solid angle
(intensitas) pada range frekuensi v+dv di benda hitam dengan suhu T
= temperatur
1. Tahun 1900, Max Planck memperkenalkan ide bahwa energi dapat dibagi bagi menjadi beberapa
paket atau kunta. Ide ini secara khusus digunakan untuk menjelaskan sebaran intensitas radiasi yang
dipancarkan oleh benda hitam dan menemukan konstanta Planck.
2. Tahun 1905, Albert Einstein menjelaskan efek fotolistrik dengan menyimpulkan bahwa energi
cahaya datang dalam bentuk kuanta yang disebut foton. Menurut Einstein foton tunggal dapat
memberikan energi yang invariant, dengan kata lain foton tunggal dapat mentransfer energi lebih
atau energi sisa, tetapi hal ini hanya untuk frekuensi foton tersebut. perumusan gelombang dan
partikel.
3. Tahun 1913, Niels Bohr menjelaskan garis spektrum dari atom hydrogen dengan menggunakan
kuantisasi.
foto yang diambil oleh NASA yang berupa spektrum cahaya tampak dari Hydrogen. Pada tahun itu
Niels Bohr memecahkan permasalahan substansial dengan mengaplikasikan kuanta diskrit untuk
orbit elektron. Solusi inilah yang kemudian menjadi model atom Bohr.
Teori dasar bohr menjelaskan bahwa elektron hanya dapat berputar mengelilingi atom dengan orbit
tertentu. Orbit ini berupa spectral line . Bohr menjelaskan bahwa orbit dari elektron dapat dijelaskan
dengan menggunakan momentum angular. Niels Bohr menjelaskan bahwa antara gelombang dan
partikel adalah hal yang berbeda akan tetapi merupakan unsur terpenting dari cahaya. Seluruhnya
adalah bagian dari formulasi radiasi Elektromagnetik yang mana dapat menjelaskan hal yang bersifat
mikroskopik yang ada di alam ini, konsep gelombang dan partikel memiliki persamaan dengan
konsep posisi dan momentum.
Tahun 1924, Louis de Broglie memberikan teorinya tentang gelombang benda yang menjelaskan
penghitungan matematis dari penemuan Bohr dan teorema dualisme gelombang partikel, dengan
partikel subatomik memiliki gelombang dan partikel yang simultan. De Broglie menjelaskan model
atom bohr dengan menjelaskan elektron dalam orbital dan inti yang memiliki gelombang.
Teori lengkap tentang kuantum pertama kali dikemukakan pada tahun 1925 oleh
Werner
Heisenberg, pada tahun 1932 memenangkan Nobel fisika, Heisenberg menjelaskan fisika kuantum
dalam orbit elektron. Heisenberg mendeskripsikan secara matematik fisika kuantum yaitu dengan
cara menggunakan osilator anharmonic
Tahun 1925, Erwin Schrdinger menganalisis bagaimana elektron memiliki gelombang yang
mengelilingi inti dengan menganalogikan orbit yang mengelilingi planet, bahwa elektron dianggap
sebagai gelombang dan elektron yang memiliki fungsi yang unik. Fungsi gelombang yang selanjutnya
disebut sebagai persamaan Schrdinger yang dideskripsikan melalui 3 point yaitu :
Tanda orbital, mengindikasikan bahwa gelombang partikel menutupi bagian Inti dengan sisa satu
elektron yang lain letaknya lebih jauh daripada inti dengan energi yang lebih.
Tiga point tersebut merupakan fungsi gelombang elektron yang dinotasikan dengan psi(). Ketiga
point dalam persamaan Schrdinger tentang fungsi gelombang dalam elektron disebut juga
Quantum Number yang menjelaskan tentang:
Orbital merupakan prinsip dari penomoran kuantum, penomoran menurut model Bohr, dimana (n)
dinotasikan sebagai energi pada masing masing orbital.
Penomoran Azimut Kuantum dinotasikan dengan (I) dideskripsikan menurut bentuk orbital.
Bentuk umum dari konsekuensi orbital diatas adalah momentum angular. Penomoran ini dinotasikan
dengan huruf s, p, d, f
Penomoran kuantum yang ketiga dari Schrdinger adalah mendeskripsikan momen magnetik
elektron. Penomoran ini dinotasikan dengan m, l.
Tahun 1928, Paul Dirac menggunakan asas Pauli yang mendeskripsikan elektron yang berputar untuk
membuat Relativitas Khusus. Paul Dirac juga menggunakan teori Operator, termasuk notasi Bra
Ket. Hasil yang didapa ialah kecepatan elektron dalam orbit yang mengelilingi inti memiliki
kecepatan cahaya, dengan menggunakan interaksi Elektromagnet yang sederhana, Dirac mampu
menganalisis momen magnetik dengan spin elektron.
Teori mekanika klasik menjelaskan tentang gaya yang bekerja pada benda dan berhubungan
langsung denagan hukum-hukum Newton, sedangkan teori mekanika kuantum berbasis spektrum
atomik dari atom Hydrogen. Hal tersebut dikarenakan ketika cahaya dilewatkan sebuah prisma
menghasilkan garis spektrum yang unik, sedangka ilmuan tidak dapat melakukan penelitian yang
lebih jauh lagi karena tidak dapat melihat atau mengamati elektron secara langsung.