Anda di halaman 1dari 9

Perbedaan Fisika Modern & Fisika Klasik

Fisika Modern & Fisika Klasik


Fisika Modern secara umum dibagi menjadi dua bagian pembahasan yaitu Teori kuantum
lama dan Teori Kuantum Modern. Teori Kuantum lama memperkenalkan besaran-besaran
fisika, seperti energi merupakan besaran diskrit bukan besaran kontinu seperti halnya dibahas
dalam mekanika klasik. Teori kuantum lama diawali oleh hipotesa Planck yang menyatakan
bahwa energi yang dipancarkan oleh sumber (berupa osilator) bersifat kuanta/diskrit karena
hanya bergantung pada frekuensinya bukan pada amplitudo seperti dalam mekanika klasik
dimana besaran amplitudo tidak terbatas (kontinu). Pada tahun 1900 Max-Planck
merumuskan besaran energi yang bersifat diskrit dalam merumuskan energi yang
dipancarkan oleh benda hitam yaitu :
E = nhf
dimana n = 1, 2, 3, ... dan h = 6,626 x 10-34 Joule/detik (konstanta Planck). Albert Einstein
pada tahun 1905 menggunakan konstanta Planck dalam merumuskan energi yang
dipancarkan oleh berkas cahaya/foton (penemuan efek fotolistrik).
http://mizwar007.blogspot.com/2012/02/makalah-fisika-modern-definisi-konsep.html
Fisika modern merupakan salah satu bagian dari ilmu Fisika yang mempelajari perilaku
materi dan energi pada skala atomik dan partikel-partikel subatomik atau gelombang. Pada
prinsipnya sama seperti dalam fisika klasik, namun materi yang dibahas dalam fisika modern
adalah skala atomik atau subatomik dan partikel bergerak dalam kecepatan tinggi. Untuk
partikel yang bergerak dengan kecepatan mendekati atau sama dengan kecepatan cahaya,
perilakunya dibahas secara terpisah dalam teori relativitas khusus. Ilmu Fisika Modern
dikembangkan pada awal abad 20, dimana perumusan-perumusan dalam Fisika Klasik tidak
lagi mampu menjelaskan fenomenafenomena yang terjadi pada materi yang sangat kecil.
Fisika Modern diawali oleh hipotesa Planck yang menyatakan bahwa besaran energi suatu
benda yang beosilasi (osilator) tidak lagi bersifat kontinu, namun bersifat diskrit (kuanta),
sehingga muncullah istilah Fisika Kuantum dan ditemukannya konsep dualisme partikelgelombang. Konsep dualisme dan besaran kuanta ini merupakan dasar dari Fisika Modern.
Secara garis besar, kini, fisika bisa dibagi menjadi dua yaitu fisika klasik dan fisika modern.
Fisika klasik biasanya mempelajari materi dan energi dari suatu kejadian keseharian yang
mudah diamati (kondisi normal). Beberapa topik bahasannya adalah mekanika, termodinamika,
bunyi, cahaya, dan elektromagnet (listrik dan magnet).
Pada fisika modern, materi dan energi yang dipelajari sering kali berada pada kondisi ekstrem
atau skala sangat besar atau sangat kecil. Sebagai contoh, topik mekanika kuantum. Atau, ada
pula fisika atom dan inti. Atau, fisika partikel elementer (FPE) yang skalanya lebih kecil daripada
atom dan inti. Bidang FPE ini dikenal pula dengan nama fisika energi-tinggi.
http://athepsf.wordpress.com/fisika-itu-apa-sih/

Fisika Klasik :
Cahaya digambarkan sebagai gelombang
Teori ini tidak dapat menerangkan spektrum radiasi benda hitam
Energi kinetik bertambah jika intensitas cahaya diperbesar
Efek fotolistrik terjadi pada tiap frekuensi asal intensitasnya memenuhi
Tidak dapat menjelaskan Energi kinetik maksimal jika frekuensi cahaya diperbesar
Fisika klasik dibagi atas 3 fase, yakni padat, cair, gas.
Fisika Modern :
Cahaya digambarkan sebagai partikel
Terdiri dari paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton
Energi kinetik tidak bergantung pada intensitas cahaya
Efek fotolistrik terjadi diperlukan frekuensi minimum (frekuensi ambang)
Dapat menjelaskan Energi kinetik maksimal jika frekuensi cahaya diperbesar
Radiasi kalor tergantung pada suhu
Makin tinggi suhu, makin besar energi kalor yang dipancarkan
Fisika Modern terbagi atas 4 fase padat, cair, gas, dan plasma.
Dapat membuktikan adanya fenomena efek fotolistrik dan efek Compton
cahaya tersusun dari paket-paket energi diskret yang diberi nama foton
Masing-masing foton memiliki energi sesuai dengan frekuensinya. Persamaan energi foton
Einstein adalah sebagai berikut:
E = h atau E = hc/

PEMBAHASAN
Mekanika klasik merupakan bagian dari ilmu fisika yang menjelaskan tentang gaya yang
bekerja pada benda. Mekanika klasik disebut juga mekanika Newton. Mekanika klasik dibagi menjadi
tiga yaitu statika (mempelajari benda diam), kinematika (mempelajari benda bergerak), dan
dinamika (mempelajari benda yang terpengaruh gaya). Mekanika klasik menghasilkan hasil yang
sangat akurat dalam kehidupan sehari-hari, dengan diikuti teori relativitas khusus untuk sistem yang
bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan hampir mendekati kecepatan cahaya, teori mekanika
kuantum untuk sistem yang sangat kecil, dan teori medan teori kuantum untuk sistem yang memiliki
kedua sifat di atas.
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel. Dinamika partikel
tersebut ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton tentang gerak, terutama oleh hukum Newton II.
Hukum ini menyatakan, Sebuah benda yang memperoleh pengaruh gaya atau interaksi akan
bergerak sedemikian rupa sehingga laju perubahan waktu dari momentum sama dengan gaya
tersebut. Hukum-hukum gerak Newton baru memiliki arti yang jelas dan signifikan apabila hukumhukum tersebut diacukan terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan inersia
(suatu kerangka acuan yang bergerak serba sama tak mengalami percepatan). Prinsip Relativitas
Newtonian menyatakan, Jika hukum-hukum Newton berlaku dalam suatu kerangka acuan maka
hukum-hukum tersebut juga berlaku dalam kerangka acuan lain yang bergerak serba sama relatif
terhadap kerangka acuan pertama. Kerangka acuan inersia, merupakan ruang yang bersifat
homogen dan isotropik. Jika partikel bebas bergerak dengan kecepatan konstan dalam suatu sistem
koordinat selama interval waktu tertentu maka tidak akan mengalami perubahan kecepatan dan
konsekuensinya adalah waktu bersifat homogen.
Kegagalan Mekanika Klasik
Akhir abad ke-19 merupakan masa puncak dari fisika klasik, fisikawan saat itu beranggapan
bahwa fisika sudah hampir lengkap. Saat itu, fisika klasik mempunyai dua cabang utama yaitu :
Mekanika klasik Newtonian : dicirikan oleh kehadiran partikel sebagai sesuatu yang
terkurung di dalam ruang. Istilah terkurung secara sederhana dapat dikatakan sebagai adanya batas
yang jelas antara materi dan sesuatu diluar dirinya atau lingkungannya.
Teori medan elektomagnetik Maxwellian : dicirikan oleh kuantitas medan dari gelombang
yang menyebar di dalam ruang bagai kabut dengan ketebalan yang berbeda dan menipis sampai
akhirnya benar-benar lenyap.
Kegagalan mekanika klasik dapat dicirikan dengan sifatnya yang common sense dan
deterministic. Fisikawan saat itu masih belum dapat menjelaskan kenapa suatu benda
memancarkan cahaya ketika dipanaskan sampai temperatur tinggi, ketika mekanika klasik tidak bisa
menjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak dengan kecepatan yang
mendekati kecepatan cahaya. Walaupun mengalami kegagalan namun tepri mekanika klasik
didasarkan pada prinsip Hamilton dan persamaan Lagrange.

Prinsip Hamilton
Analisis gerakan proyektil ini merupakan salah satu bagian dari mekanika klasik.
Apabila suatu gerak partikel terkendala pada suatu permukaan bidang, maka diperlukan
adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan kontak antara partikel
dengan permukaan bidang. Namun, tak selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap partikel
dapat diketahui. Pendekatan Newtonian memerlukan informasi gaya total yang beraksi pada
partikel. Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui, maka
pendekatan Newtonian tak berlaku. Sehingga diperlukan pendekatan baru dengan meninjau
kuantitas fisis lain yang merupakan karakteristik partikel, misal energi totalnya. Pendekatan ini
dilakukan dengan menggunakan prinsip Hamilton, dimana persamaan Lagrange yakni persamaan
umum dinamika partikel dapat diturunkan dari prinsip tersebut. Prinsip Hamilton dapat diartikan,
Dari seluruh lintasan yang mungkin bagi sistem dinamis untuk berpindah dari satu titik ke titik lain
dalam interval waktu spesifik (konsisten dengan sembarang konstrain), lintasan nyata yang diikuti
sistem dinamis adalah lintasan yang meminimumkan integral waktu selisih antara energi kinetik
dengan energi potensial.
Persamaan Lagrange
Persamaan gerak partikel atau persamaan Lagrange dapat diperoleh dari energi kinetik dan
energi potensial partikel tanpa perlu adanya interaksi gaya pada partikel. Energi kinetik partikel
dalam koordinat kartesian adalah fungsi dari kecepatan, energi potensial partikel yang bergerak
dalam medan gaya konservatif adalah fungsi dari posisi. Persamaan Lagrangian dapat diartikan
sebagai selisih antara energi kinetik dan energi potensial atau sebagai fungsi dari koordinat umum,
kecepatan umum, ataupun waktu. Inti dari persamaan Lagrange ekivalen dan persamaan gerak
Newton adalah apabila koordinat yang digunakan adalah koordinat kartesian.
Lahirnya Mekanika Kuantum
Teori fisika kuantum bermula ketika mekanika klasik tak mampu lagi menjelaskan sebuah
fenomena radiasi benda hitam dan hal tersebut dicetuskan oleh seorang ahli fisika yang bernama
Max Planck. Tahun 1879 Josef Stefan mengusulkan bahwa besar intensitas radiasi yang dipancarkan
oleh suatu benda memenuhi persamaan:

Keterangan :

e = tetapan emistivitas, 0 e 1

= tetapan Stefan-Boltzman = 5.67 x 10-8 w/(m2K4)


T = suhu mutlak (K)
Ketika yang dipertanyakan adalah radiasi dari sebuah benda hitam maka para ilmuwan
menemukan suatu hal yang tak lazim. Hal itu dikarenakan ketika suatu benda hitam dipanaskan pada
tiap-tiap suhu tertentu maka ia akan meradiasikan gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang berbeda-beda. Gelombang elektromagnetik ini memiliki panjang gelombang yang
nilainya berbanding terbalik dengan suhu yang digunakan, kemudian oleh Wien dibuatlah suatu
persamaan:

Keterangan

b = tetapan Wien = 2.898 x 10-3 mK

Ahli fisikawan mencoba menjelaskan fenomena radiasi benda hitam ini secara teoritis.
Rayleigh-Jean mencoba menyusun suatu model sederhan untuk menjelaskan fakta ini. Mereka
menganggap bahwa molekul/muatan pada bola berongga (sebelumnya benda hitam diilustrasikan
sebagai sebuah rongga dimana tak ada cahaya yang dapat masuk di dalamnya sebab tak memang
amat sulit menemukan benda yang bersifat hitam sempurna)di dinding benda berongga
dihubungkan oleh pegas.

Gambar Model Rayleigh-Jean


Model Rayleigh-Jean dapat menentukan intensitas radiasi dengan anggapan bahwa ketika
suhu benda dinaikkan maka muatan akan mendapat energi kinetik untuk bergetar. Getaran itu akan
menimbulkan percepatan sehingga menghasilkan radiasi. Model ini masih menggunakan paradigma
fisika klasik yang menyatakan bahwa energi bersifat kontinu. Sehingga intensitas benda hitam
tersebut adalah:
Keterangan :

c = kecepatan cahaya = 2.99792 x 108 m/s

K = konstanta Boltzman = 1.38 x 10-23 j/K


Namun teori tersebut hanya mampu menerangkan intensitas radiasi dengan panjang
gelombang yang relatif besar dan tidak cocok untuk panjang gelombang kecil, jika teori tersebut
benar maka seharusnya sinar UV yang memiliki panjang gelombang kecil akan memiliki intensitas
yang sangat besar dan bila hal ini benar-benar terjadi maka alam semesta ini seharusnya mengalami
bencana sinar UV sebab alam semesta ini dibanjiri oleh UV tapi nyatanya hal ini tidak terjadi.

Gagalnya teori Model Rayleigh-Jean, maka Wien kembali mengusulkan seuatu teori yang
dapat menjelaskan radiasi benda hitam adalah:

Keterangan :

A dan C merupakan konstanta.

Namun tetap saja teori Wien ini belum berlaku untuk seluruh panjang gelombang, karena
Wien masih menerapkan prinsip kekontinuan sehingga hanya dapat digunakan dengan panjang
gelombang yang relatif pendek saja.
Kegagalan-kegagalan teori-teori tersebut membuat Max Planck mengajukan asumsi-asumsi
baru yang awalnya asumsi tersebut dianggap sebuah asumsi yang gila oleh para ilmuwan lainnya
karena melawan hukum fisika pada zaman itu. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
Energi yang dimiliki oleh molekul yang berosilasi bersifat diskrit (tidak kontinu) dan besar energi
tersebut adalah:

E=nh

Keterangan

: n = bilangan bulat = 1,2,3,

h = konstanta Planck = 6.626 x 10-34 Js

v = frekuensi getaran molekul

Setiap molekul memancarkan atau menyerap energi dalam paket energi diskrit yang
dinamakan Kuanta (yang kemudian disebut dengan foton). Energi tiap foton adalah:
Keterangan : c = kecepatan cahaya
Adanya dua asumsi tersebut maka Planck dapat menyusun sebuah perumusan yang
menyatakan intensitas yang dipancarkan oleh benda hitam dengan meradiasi adalah:
Keterangan : I (v, T) = jumlah enrgi per unit area per satuan waktu per unit solid angle
(intensitas) pada range frekuensi v+dv di benda hitam dengan suhu T

= konstanta Planck = 6.626 x 10-34 Js

= konstanta Boltzman = 1.38 x 10-23 j/K

= kecepatan cahaya = 2.99792 x 108 m/s

= frekuensi getaran molekul

= temperatur

2.2 Teori Pendukung Mekanika Kuantum

1. Tahun 1900, Max Planck memperkenalkan ide bahwa energi dapat dibagi bagi menjadi beberapa
paket atau kunta. Ide ini secara khusus digunakan untuk menjelaskan sebaran intensitas radiasi yang
dipancarkan oleh benda hitam dan menemukan konstanta Planck.

2. Tahun 1905, Albert Einstein menjelaskan efek fotolistrik dengan menyimpulkan bahwa energi
cahaya datang dalam bentuk kuanta yang disebut foton. Menurut Einstein foton tunggal dapat
memberikan energi yang invariant, dengan kata lain foton tunggal dapat mentransfer energi lebih
atau energi sisa, tetapi hal ini hanya untuk frekuensi foton tersebut. perumusan gelombang dan
partikel.

3. Tahun 1913, Niels Bohr menjelaskan garis spektrum dari atom hydrogen dengan menggunakan
kuantisasi.

foto yang diambil oleh NASA yang berupa spektrum cahaya tampak dari Hydrogen. Pada tahun itu
Niels Bohr memecahkan permasalahan substansial dengan mengaplikasikan kuanta diskrit untuk
orbit elektron. Solusi inilah yang kemudian menjadi model atom Bohr.

Teori dasar bohr menjelaskan bahwa elektron hanya dapat berputar mengelilingi atom dengan orbit
tertentu. Orbit ini berupa spectral line . Bohr menjelaskan bahwa orbit dari elektron dapat dijelaskan
dengan menggunakan momentum angular. Niels Bohr menjelaskan bahwa antara gelombang dan
partikel adalah hal yang berbeda akan tetapi merupakan unsur terpenting dari cahaya. Seluruhnya
adalah bagian dari formulasi radiasi Elektromagnetik yang mana dapat menjelaskan hal yang bersifat
mikroskopik yang ada di alam ini, konsep gelombang dan partikel memiliki persamaan dengan
konsep posisi dan momentum.

Tahun 1924, Louis de Broglie memberikan teorinya tentang gelombang benda yang menjelaskan
penghitungan matematis dari penemuan Bohr dan teorema dualisme gelombang partikel, dengan
partikel subatomik memiliki gelombang dan partikel yang simultan. De Broglie menjelaskan model
atom bohr dengan menjelaskan elektron dalam orbital dan inti yang memiliki gelombang.

Teori lengkap tentang kuantum pertama kali dikemukakan pada tahun 1925 oleh
Werner
Heisenberg, pada tahun 1932 memenangkan Nobel fisika, Heisenberg menjelaskan fisika kuantum
dalam orbit elektron. Heisenberg mendeskripsikan secara matematik fisika kuantum yaitu dengan
cara menggunakan osilator anharmonic

Tahun 1925, Erwin Schrdinger menganalisis bagaimana elektron memiliki gelombang yang
mengelilingi inti dengan menganalogikan orbit yang mengelilingi planet, bahwa elektron dianggap
sebagai gelombang dan elektron yang memiliki fungsi yang unik. Fungsi gelombang yang selanjutnya
disebut sebagai persamaan Schrdinger yang dideskripsikan melalui 3 point yaitu :

Tanda orbital, mengindikasikan bahwa gelombang partikel menutupi bagian Inti dengan sisa satu
elektron yang lain letaknya lebih jauh daripada inti dengan energi yang lebih.

Bentuk orbital Spherical atau yang lainnya.

kecenderungan orbital dengan momen magnetic orbital mengelilingi z axis.

Tiga point tersebut merupakan fungsi gelombang elektron yang dinotasikan dengan psi(). Ketiga
point dalam persamaan Schrdinger tentang fungsi gelombang dalam elektron disebut juga
Quantum Number yang menjelaskan tentang:

Orbital merupakan prinsip dari penomoran kuantum, penomoran menurut model Bohr, dimana (n)
dinotasikan sebagai energi pada masing masing orbital.

Penomoran Azimut Kuantum dinotasikan dengan (I) dideskripsikan menurut bentuk orbital.
Bentuk umum dari konsekuensi orbital diatas adalah momentum angular. Penomoran ini dinotasikan
dengan huruf s, p, d, f

Penomoran kuantum yang ketiga dari Schrdinger adalah mendeskripsikan momen magnetik
elektron. Penomoran ini dinotasikan dengan m, l.

Tahun 1928, Paul Dirac menggunakan asas Pauli yang mendeskripsikan elektron yang berputar untuk
membuat Relativitas Khusus. Paul Dirac juga menggunakan teori Operator, termasuk notasi Bra
Ket. Hasil yang didapa ialah kecepatan elektron dalam orbit yang mengelilingi inti memiliki
kecepatan cahaya, dengan menggunakan interaksi Elektromagnet yang sederhana, Dirac mampu
menganalisis momen magnetik dengan spin elektron.

2.3 Perbedaan Mekanika Klasik dan Mekanika Kuantum

Teori mekanika klasik menjelaskan tentang gaya yang bekerja pada benda dan berhubungan
langsung denagan hukum-hukum Newton, sedangkan teori mekanika kuantum berbasis spektrum
atomik dari atom Hydrogen. Hal tersebut dikarenakan ketika cahaya dilewatkan sebuah prisma
menghasilkan garis spektrum yang unik, sedangka ilmuan tidak dapat melakukan penelitian yang
lebih jauh lagi karena tidak dapat melihat atau mengamati elektron secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai