1
akan anda dapati bahwa asas ini tidak berlaku (dilanggar). Jadi, hukum-
hukum Newton (termasuk asas kelembaman) tidak berlaku dalam
kerangka acuan yang mengalami percepatan, kecuali dalam kerangka
acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap. Kerangka acuan (yang
bergerak dengan kecepatan tetap) ini, disebut kerangka lembam (inersial).
Peristiwa-peristiwa yang diamati dari berbagai kerangka lembam
dapat tampak berbeda bagi masing-masing pengamat dalam tiap kerangka
itu. Tetapi, mereka semua akan sependapat bahwa hukum-hukum Newton,
kekekalan energi, dan seterusnya, tetap berlaku dalam kerangka acuan
mereka. Pembandingan pengamatan-pengamatan yang dilakukan dalam
berbagai kerangka lembam, memerlukan transformasi Galileo, yang
mengatakan bahwa kecepatan (relative terhadap tiap kerangka lembam)
mematuhi aturan jumlah yangpaling sederhana.
Transformasi Galileo. Relativitas berhubungan dengan dua
kerangka acuan yang saling bergerak dengan kecepatan konstan. Pada
Gambar 5.1.2a diilustrasikan kerangka acuan “diam”, yaitu pengamat yang
diam di tepi rel dan kerangka acuan “bergerak”, yaitu pengamat yang
berada dalam kereta. Kita dapat menjelaskan situasi ini dengan
menggunakan kerangka acuan inersial. Pada Gambar 5.1.2 dilukiskan dua
buah kerangka acuan inersial. Kerangka acuan S yang berhubungan
dengan pengamat diam di tepi rel, memiliki system koordinasi XYZ
dengan titik dasar O. Kerangka acuan S’ yang berhubungan dengan
pengamat dalam kereta, memiliki koordinat X’Y’Z’ relatif terhadap
kerangka acuan S. Mula-mula (saat t =t’= 0), titik asal kedua acuan adalah
berimpit. Dalam transformasi Galileo yang akan kita turunkan ini, selang
waktu yang dicatat oleh pengamat di S di anggap sama dengan yang
dicatat oleh yang dicatat oleh pengamat di S’. Jadi, t’=t.
2
Gambar 2.1.1. (a) S, memiliki sistem kordinat XYZ dan S’, memiliki sistem
kordinat X’Y’Z’ (b) Setelah selang waktu t, titik asal koordinat S’ berada
sejauh v.t dari titik asal koordinat S .
O’P = OP – OO’
x' = x – v t
y' = y,
z' = z
3
Jadi, transformasi Galileo untuk koordinat dan waktu adalah
.....................................................(2.1-1)
.....................................................(2.1-2)
x' = x – v t
.....................................................(2.1-3)
ux = ux' + v
uy = uy' (2.1-4)
4
uz = uz'
ux' = ux – v
ax' = ax
ax' = ax
ay' = ay .....................................................(5.1-5)
az' = az
dari persamaan (2.1-5) dapat kita simpulkan bahwa F' = ma' sama
dengan F = ma, sebab a' = a. sekali lagi tampak bahwa hukum-hukum
mekanika berlaku sama, baik pada kerangka acuan S' ataupun kerangka
acuan S. ini adalah sesuai dengan prinsip relativitas Newton yang telah
ditanyakan sebelumnya.
5
Permasalahan dengan relatifitas ini terjadi ketika diaplikasikan
pada cahaya, pada akhir 1800-an, untuk merambatkan gelombang melalui
alam semesta terdapat substansi yang dikenal dengan eter, yang
mempunyai kerangka acuan (sama seperti pada kereta pada contoh di
atas). Eksperimen Michelson-Morley, bagaimanapun juga telah gagal
untuk mendeteksi gerak bumi relatif terhadap eter, dan tak ada seorangpun
yang bisa menjelaskan fenomena ini. Ada sesuatu yang salah dalam
interpretasi klasik dari relatifitas jika diaplikasikan pada cahaya dan
kemudian muncullah pemahaman baru yang lebih matang setelah Einstein
datang untuk menjelaskan fenomena ini.
Zat perantara ini disebut eter. Namun, karena zat ini belum pernah
teramati dalam percobaan, maka dipostulatkan bahwa ia tidak bermassa
dan tidak tampak, tetapi mengisi seluruh ruangan fungsi dan fungsi satu-
satunya hanyalah untuk merambatkan gelombang elektromagnet. Konsep
eter ini sangat menarik perhatian karena sekurang-kurangnya dua alasan
berikut. Pertama, sulit untuk membayangkan bagaimana sebuah
gelombang dapat merambat tanpa memerlukan zat perantara (bayangkan
gelombang air tanpa air). Kedua, pengertian dasar eter ini berkaitan erat
dengan gagasan Newton tentang ruang mutlak, eter dikaitkan dengan
Sistem Koordinat Semesta Agung. Dengan demikian, keuntungan
sampingan yang bakal diperoleh dari penyelidikan terhadap eter ini adalah
6
bahwa dengan mengamati gerak bumi mengarungi eter, akan terungkap
pula gerak bumi relative terhadap “ruang mutlak”.
7
maksimum brgantung pada beda fase antara kedua berkas cahaya. Ada
dua saham (contribution) bagi beda fase ini. Yang pertama berasala dari
beda jalan (AB-AC), karena salah satu berkas menempuh jarak yang lebih
panjang, sedangkan saham kedua bagi beda fase ini ternyata akan selalu
ada meskipun panjang kedua lintasan berkas tepat sama. Seberkas cahaya
yang “berenang” mengarungi eter dalam arah lawan turut aliran eter akan
berbeda waktu tempuhnya dengan yang melintasi dalam arah silang dan
kembali.
Jika kita dapat memisahkan dan mengukur saham kedua ini, maka
kita dapat menarik kesimpulan tentang “laju” aliran eter, dan dari sini pula
tentang gerak bumi mengarungi eter. Sayangnya pemisahan seperti itu
merupakan sesuatu hal yang tidak mungkin dapat dilakukan. Walaupun
demikian, Michelson dan Morley menggunakan suatu metode cerdik untuk
dapat menarik suatu kesimpulan tentang komponen saham kedua ini, yakni
dengan memutarkan seluruh peralatan mereka sebanyak 90ᴼ. Saham bagi
beda fase yang disebabkan oleh beda jalan, tentu saja tidak berubah,
karena sekarang berkas sepanjang AC yang bergerak menuruti aliran eter,
sedangkan yang sepanjang AB sekarang melawan aliran eter. Adanya
perubahan tanda pada saham kedua ini diperkirakan bakal teramati sebagai
perubahan pola frinji (fringes, atau pita) terang dan gelap bila peralatannya
diputar. Setiap perubahan terang menjadi gelap atau gelap menjadi terang
menggambarkan suatu perubahan fase sebesar 180ᴼ (setengah siklus),
yang setara dengan keterdahuluan atau keterlambatan waktu sebesar
setengah periode (untuk cahaya tampak, besarnya sekitar 10 -15). Dari
hubungan-hubungan yang kita turunkan bagi beda waktu antara rambatan
lawan-turut silang, kita kemudian dapat menarik kesimpulan tentang laju
bumi mengarungi eter.
8
kecil daripada 0,01 frinji, yang berhubungan dengan laju bumi mengarungi
eter, paling tinggi 5 km/detik. Sebagai upaya terakhir, Michelson dan
Morley bernalar bahwa mungkin gerak orbital bumi menghapus gerak
translasi mengarungi eter. Jika hal ini benar, maka enam bulan kemudian,
bumi akan bergerak dalam orbitnya pada arah yang berlawanan, sehingga
dengan demikian penghapusan ini tidak akan terjadi. Ketika percobaan ini
mereka ulangi enam bulan kemudian, kembali diperoleh hasil nihil.
Sebagai rangkumannya, kita lihat bahwa terdapat suatu rantai nalar yang
berawal dari asas kelembaman Galileo, melalui hukum-hukum Newton
dengan andaian-andaian implisitnya tentang ruang dan waktu, dan berakhir
dengan kegagalan percobaan Michelson-Morley untuk mengamati gerak
Bumi relatifit terhadap eter. Dengan demikian, penjelasan yang lebih baru,
revolusioner, dan berhasil memerlukan penyususnan ulang konsep-konsep
tradisional kita tentang ruang dan waktu, dan oleh karena itu akan
merombak beberapa konsep fisika klasik yang paling mendasar.
9
persamaannya akan sama hanya saja F' = m'.a', nilai F, m, atau a-nya
mungkin berbeda.
Postulat pertama ini menyatakan bahwa tidak ada kerangka acuan
mutlak hingga gerak benda hanya bersifat relatif, sehingga tidak mungkin
mengukur kecepatan mutlak suatu benda, yang ada hanya kecepatan
relatif. Sebagai contoh: seseorang berada di dalam pesawat terbang yang
bergerak dengan kecepatan penerbangan konstan jika penumpang tersebut
melempar bola ke atas, maka bola akan bergerak parabola. Begitu pula
dengan orang yang berada di bumi bila melempar ke atas gerakan bola
juga parabola. Hal ini berarti bahwa bola yang dilempar di dalam pesawat
terbang dan dibumi sama-sama membentuk gerakan parabola.
Postulat kedua tidak lain merupakan konsekuensi dari percobaan
Michelson-Morley bahwa laju cahaya dalam arah silang maupun searah
sumber adalah sama. Dan postulat kedua ini menegaskan pula bahwa laju
cahaya pun akan tetap sama bagi pengamat yang sedang berada dalam
keadaan gerak relatif, selama pengamat tersebut merupakan sistem
inersial. Postulat yang kedua menunjukan bahwa bagaimana pun cara kita
mengukurnya kecepatan cahaya tidak pernah berubah. Apa pun patokan
yang kita gunakan untuk mengukur kecepatan cahaya, di mana pun posisi
kita mengukur, dan berapa pun kecepatan kita saat mengukur, kecepatan
cahaya selalu konstan.
2.3 Akibat Postulat Einstein
a. Pemuluran Waktu atau Time Dilatation
Mulurnya waktu, atau bahasa kerennya Time Dilation, ini
maksudnya bahwa jika suatu jam bergerak dengan kecepatan tertentu,
waktunya akan memuai (mulur). Misalnya ada seorang astronot yang
membawa jam tangannya saat menjalankan misi ke luar angkasa.
Pesawat luar angkasa yang membawanya meluncur sangat cepat. Jika
kita, yang berada di bumi, punya teropong yang sangat sensitif dan
bisa melihat ke dalam pesawat yang sedang meluncur cepat itu, kita
bisa menggunakan teropong itu untuk mengintip jam tangan si
10
astronot. Sebelum si astronot berangkat kita sudah menyesuaikan jam
tangan itu dengan jam tangan yang kita gunakan di bumi. Aneh, di jam
tangan si astronot yang sedang meluncur di luar angkasa itu lebih
lambat dibanding jam tangan kita di bumi? Padahal sebelum ia
berangkat kedua jam sudah dicocokkan dan si astronot tidak
mengubahnya sama sekali sejak keberangkatannya itu. Jarum detiknya
tampak bergerak lebih lambat dibanding jarum detik di jam tangan
kita. Inilah yang disebut dengan waktu yang mulur saat bergerak pada
kecepatan tinggi.
Semakin besar kecepatan gerak suatu benda atau partikel, waktu
akan berjalan semakin lambat bagi benda atau partikel tersebut. Tentu
saja hal ini tidak dirasakan oleh si astronot. Menurut si astronot, jam
tangannya tidak berubah kecepatannya, yang berubah justru kecepatan
jam tangan kita di bumi yang tampak bergerak lebih cepat. Hal ini
disebabkan segala sesuatu di dalam pesawat astronot bergerak lambat
termasuk proses metabolisma tubuh, getaran atom dan sebagainya.
Keterangan:
∆𝑡 ′ = selang waktu yang diamati
pada kerangka diam
Δt = selang waktu pada kerangka
bergerak
u = kecepatan relatif
Contoh Soal
Dua orang A dan B adalah anak kembar. Pada umur 20 tahun A pergi
ke ruang angkasa dengan pesawat yang lajunya 0,8c dan kembali ke
bummi pada saat B berumur 30 tahun. Berapakah umur B menurut A
yang baru kembali
Penyelesaian
∆𝑡0
∆𝑡 = 2
√1−𝑢2
𝑐
11
∆𝑡0
10 = 2
√1−(0,8𝑐)
2𝑐
∆𝑡0
10 =
√1−0,64
∆𝑡0
10 =
√0,36
∆𝑡0 = 6 tahun
Umur A = 20 + 6 = 26 tahun
b. Kontraksi Panjang
Kontraksi panjang juga berkaitan dengan perbedaan kecepatan.
Misalnya si astronot agak lelah, lalu mulai berbaring di tempat tidur
yang sudah disediakan di pesawat luar angkasanya. Dengan teropong
yang sama, kita bisa mengintip si astronot yang tidur berbaring itu.
Aneh, sewaktu berbaring si astronot tampak lebih pendek? Sewaktu ia
masih di bumi dan pesawatnya belum berangkat, ia tampak tinggi.
Lebih aneh lagi, sewaktu ia sudah terbangun lagi dari tidurnya dan
kembali berdiri, tiba-tiba ia kelihatan tinggi seperti biasa. Tetapi ia
juga kelihatan lebih kurus saat berdiri. Hal ini terjadi karena ia sedang
berada dalam pesawat yang meluncur cepat, saat ia tidur kita melihat
panjang tubuhnya menciut (terjadi kontraksi panjang). Saat ia berdiri,
kita melihat lebar tubuhnya menciut (juga merupakan kontraksi
panjang). Ia sendiri tidak merasak
an perubahan apa-apa di dalam pesawat. Benda yang bergerak
dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya akan tampak lebih
pendek bila diukur dari kerangka diam.
L’ = selang waktu yang diamati
pada kerangka diam
L = selang waktu pada kerangka
bergerak
u = kecepatan relatif
12
Contoh Soal
Sebuah benda yang panjangnya 1 meter diamati oleh pengamat yang
beergerak dengan kecepatan 0,6c. Berapa panjang benda itu menurut
pengamat?
Penyelesaian
𝑢2
L’ = 𝐿√1 −
𝑐2
(0,6𝑐)2
L’ = 1√1 − 𝑐2
L’ = √1 − 0,36
L’ = √0,64
L’ = 0,8 meter
c. Efek Doppler
Efek Doppler bagi gelombang cahaya dalam fisika klasik
𝑣 ± 𝑣0
𝑓′ = 𝑓
𝑣 ∓ 𝑣0
2
√1 − 𝑢2 𝑢
1+ 𝑐
𝑐 𝑓′ = √
𝑓′ = 𝑓 𝑢 𝑢
1−𝑐 1−
𝑐
Rumus ini adalah rumus pergeseran Doppler yang taat asas dengan
keddua postulat Einstein. Rumus ini tidak membedakan antara gerak
sumber dan pengamat dan hanya bergantung pada laju relatif u.
13
2.4 Transformasi Lorentz
Transformasi Galileo, persamaan (2.1-1) sampai dengan persamaan
(2.1-4) hanya berlaku jika kecepatan-kecepatan yang terlibat lebih jauh
dari cepat rambat cahaya, c. sebagai contoh dapat kita lihat bahwa
persamaan pertama dari persamaan (2.1-2) tidak akan berlaku untuk
kecepatan cahaya. Untuk cahaya yang bergerak terhadap kerangka acuan
S’ dengan kelajuan ux’ = c akan memiliki kelajuan ux = ux’ + v atau ux = c
+ v terhadap kerangka acuan S. Jadi, jelaslah diperlukan suatu
transformasi baru agar senantiasa berlaku bahwa pada kerangka acuan apa
saja, kelajuan cahaya dalam vakum adalah c.
Kekeliruan transformasi Galileo untuk kelajuan-kelajuan yang
mendekati kelajuan cahaya adalah anggapan bahwa selang waktu pada
kerangka acuan S’ sama dengan selang waktu pada kerangka acuan S (t =t)
untuk memasukkan konsep relativitas Einstein, maka selang waktu ini
tidaklah sama (t ≠ t). jika kita anggap transformasi ini adalah linier
maka hubungan transformasinya akan mengandung suatu pengali 𝛾,
disebut tetapan transformasi. Dengan demikian transformasi baru ini akan
berbentuk:
x = 𝛾( x’ +v t)
y = y’ (2.2-1)
z = z’
Perhatikan, kita ,menganggap persamaan y dan z tidak berubah
karena tidak ada perubahaan gerak pada arah ini.
Prinsip relativitas ini menyatakan bahwa S’ bergerak kekanan
terhadap kerangka acuan S sama saja dengan S bergerak ke kiri terhadap
kerangka acuan S’. Oleh karena itu, transformasi kebalikan persamaan
pertama dari Persamaan (2.2-1) adalah:
x’ = 𝛾( x– v t)
Sekarang jika pulsa cahaya meninggalkan titik asal bersama S dan
S’ pada saat t=t’=0, maka setelah selang waktu t,pulsa tersebut akan
menempuh sepanjang sumbu X sejauh x=ct (dalam kerangka acuan S) atau
14
x’=ct’ (dalam kerangka acuan S’). Dari persamaan transformasi untuk x
dam x’, kita peroleh:
x = 𝛾( x’ + v t)
ct= 𝛾(ct’+vt’)
dan
ct’= 𝛾(c-v)t
𝛾(𝑐−𝑣)
t’= t .................................(**)
𝑐
𝛾(𝑐−𝑣)
ct= 𝛾(𝑐 + 𝑣) [ 𝑡]
𝑐
𝛾2 (𝑐+𝑣)(𝑐−𝑣)
ct= 𝑡
𝑐
𝛾2 (𝑐+𝑣)(𝑐−𝑣)
c= 𝑐
𝛾 2 (𝑐 2 + 𝑣 2 )
𝑐2 =
𝑐
𝑐2 𝑐2 1
𝛾 2 = (𝑐 2 +𝑣2 ) = 𝑣2
= 𝑣2
𝑐 2 (1− 2 ) 1− 2
𝑐 𝑐
15
1
𝛾=√
𝑣2
1−
𝑐2
x’= 𝛾(x-vt)
x’= 𝛾([𝛾(x’+vt’)-vt]
𝛾= 𝛾2vt’+( 𝛾2-1)x’ : 𝛾𝑣
𝛾2 −1
t= 𝛾𝑡′ + x’ ...................................(***)
𝛾𝑣
𝛾2 −1
Mari kita tentukan dahulu nilai dari , sebagai berikut.
𝛾𝑣
𝛾2 − 1 1
=𝛾−
𝛾 𝛾
𝑣2
1 𝑣2 1−(1− 2 )
𝑐
= 2
− √1 − 𝑐 2 =
𝑣2
√1−𝑣2 √1− 2
𝑐 𝑐
𝛾2 −1 𝑣²/𝑐²
=
𝛾 𝑣²
√1−
𝑐²
𝛾²−1 𝑣²/𝑐² 𝑣 1
= = 𝑐² x 2
𝛾 𝑣²
𝑣√1− √1−𝑣2
𝑐² 𝑐
𝛾2 −1 𝑣
𝛾𝑣
= 𝑐² 𝛾……………………….(****)
16
𝛾2 −1
Masukkan nilai dari (****) ke dalam (***) kita peroleh:
𝛾𝑣
𝑣
t = 𝛾𝑡 ′ + 𝛾𝑥′
𝑐²
𝑣𝑥′
t = 𝛾(𝑡 ′ + …………………………………………. (2.2-2)
𝑐²
1
x= 2
(x’ + vt’)
√1−𝑣2
𝑐
y = y’………………………………………………………..(2.2-3)
z = z’
𝑣𝑥′
t = 𝛾(𝑡 ′ + )
𝑐²
1
x’ = 2
(x - vt’)
√1−𝑣2
𝑐
y’ = y………………………………………………………(2.2-4)
z’ = z
𝑣𝑥
t’ = 𝛾(𝑡 − )
𝑐²
17
acuan inersial. Setahun kemudian, Einstein menueunkan persamaan-
persamaan ini secara independen berdasarkan teori relativitasnya.
Perhatikan, bukan hanya persamaan kedudukan x yang
dimodifikasi jika dibandingkan dengan transformasi Galileo, tetapi juga
persamaan waktu t. Akhirnya, dapatlah kita lihat bahwa dalam relativitas
khusus Einstein, ruang dan waktu adalah relatif (dalam relativitas
Newton, ruang dan waktu adalah mutlak).
Transformasi Lorentz Untuk Kecepatan
Seperti biasanya, kecepatan dapat kita peroleh dari turunan fungsi
kedudukan terhadap waktu.
𝑑𝑥
Ux = ………………………………………………(*)
𝑑𝑡
𝛾𝑣
t = 𝛾𝑡 ′ + x’
𝑐²
𝛾𝑣
dt = 𝛾𝑑𝑡 + dx’……………………………………..(***)
𝑐²
1
𝑑𝑥 𝛾𝑑𝑥 ′ +𝛾𝑣𝑑𝑡′ 𝑑𝑡′
ux= 𝑑𝑡 = 𝛾𝑣 𝑥 1
𝛾𝑑𝑡 ′ + 2 𝑑𝑥
𝑐 𝑑𝑡′
𝑑𝑥′
𝛾+ 𝛾𝑣
𝑢𝑥 = 𝑑𝑡
𝛾𝑣 𝑑𝑥′
𝛾+ 2
𝑐 𝑑𝑡′
𝛾𝑢𝑥′ + 𝛾𝑣 𝑑𝑥′
= 𝛾𝑣 , sebab = 𝑢𝑥′
𝛾+ 2 𝑢𝑥 ′ 𝑑𝑡′
𝑐
18
𝛾(𝑢′ +𝑣)
= 𝑣
𝛾(1+ 2 𝑢𝑥 ′ )
𝑐
𝑢 ′ +𝑣
𝑢𝑥
𝑥= 𝑣
1+ 2
𝑐 𝑢𝑥 ′
𝑑𝑦/𝑑𝑡
= 𝛾𝑣 𝑑𝑥′
, sebab dy’/dt’=uy’ dan dx’/dt’=ux’
𝛾+ 2 ( ′ )
𝑐 𝑑𝑡
1 𝑢𝑦′
uy=𝛾 𝑣𝑢
[1+ 2𝑥′ ]
𝑐
1 1 𝑣2
𝛾= 2
𝛾=√1 − 𝑐 2 ,sehingga
√1−𝑣2
𝑐
𝑢
𝑣2
𝑦′ √1− 2
𝑐
uy= 𝑣𝑢
1+ 2𝑥
𝑐
Dengan cara yang sama, dapat kita peroleh kecepatan pada sumbu
Z, uz , yaitu:
𝑣²
𝑢𝑧 ′√1−
𝑐²
uz = 𝑣𝑢 ′
1+ 𝑥
𝑐²
𝑢𝑦′
√1−𝑣²
𝑐²
uy = 𝑣𝑢 ………………………………………………(2.2-5)
1+ 𝑥′
𝑐²
𝑢𝑧′
√1−𝑣²
𝑐²
uz = 𝑣𝑢
1+ 𝑥′
𝑐²
19
atau transformasi kebalikannya
𝑢𝑥 + 𝑣
ux’ = 𝑣𝑢𝑥
1+
𝑐²
𝑢 𝑣²
𝑦√1−
𝑐²
uy’ = 𝑣𝑢 ………………………………………………(2.2-6)
1+ 𝑥′
𝑐²
𝑢 𝑣²
𝑧√1−
𝑐²
uz’ = 𝑣𝑢𝑥′
1+
𝑐²
20
semesta- jika kita megoreksi semua efek local ( seperti perubagan pada
atmosfer atau keadaan lingkungan), maka percobaan yang dilakukan pada
satu hari terteb akan memberika hasil sama seperti yang diperoleh dari
percobaan serupa yang dilakukan pada hari berikutnya, percobaan yang
dilakukan dalam salah satu laboratorium pertama), tidak akan pula
megubah hasil percobaan kita.
Pengertian ketidak ubaha (invariance) ini terhadap translasi dalam
waktu dan ruag, dan terhadap rotasi (pemutaran) dalam ruang dapat
diperlihatikan setara dengan konsep kita tentang kekekalan energy,
momentum linier, dan momentum sudut. Dengan demikian, membuang
konsep-konsep ini menyiratkan bahwa kita hidup dalam alam semesta
yang sangat aneh. Karena itu, kita akan tetap beranggapan bahwa alam
semesta kita memilia semacam struktur yang sangat serasi, dan bahwa
hukum-hkum kekekalan ini tetap berlaku, namun dngan catata bahwa
relativitas khusu ungkin menghendaki suatu pedefinisian ulang terhadap
besaran-besaran diamika dasa. Kita sebenarya dapat dengan segera
menebak bahwa ini memang merupakan sesuatu hal yang perlu dilakukan.
Andaikanlah kita kenakan suatu gaya etap F pada sebuah benda
yang bermassa m, yang memberikan percepatan a = F/m. jika gaya
tersebut kemudian kita kenakan selama suatu selang wakut yang cukup
lama, maka dinamika klasik meramalkan bahwa patikelnya akan terus
bertambah lajunga ingga melampaui laju cahaya. Tetapi, kita ketahui
bahwa rasformasi Lorentz member hasil yang tidak bermaka fisika bila
u≥c. jadi, kita memerlukan sehimpunan hukum dinamika baru yang
mencegah benda mengalami percepatan sehingga melaju melampaui laju
cahaya.
21
2. Diperlukan sehimpunan hukum dinamika baru yang mencegah benda
mengalami percepatan sedemikian sehingga mencapai kecepatan
melebihi kecepatan cahaya.
Ilustrasi bahwa hukum-hukum klasik tetap berlaku :
22
3. Setelah bertumbukkan didapat sebuah massa 2m dalam keadaan diam .
4. Menurut kerangka acuan yang bergerak dengankecepatan v ke kanan ,
massa (1) akan tampak diam sedangkan massa (2) akan tampak
mendekat dengan laju 2v (mekanika klasik Transformasi Lorentz :
5. Menurut kerangka O’yang bergerak dengan laju u=v , kecepatan massa
(1) adalah
6.
23
m0 disebut massa diam.
24
2. Perubahan energi kinetik jika benda bergerak dari keadaan diam, maka
energi kinetik akhir adalah K
E = E0 + K = m0c²
25
2.6 KESERAMPAKAN DAN PARADOKS KEMBAR
Dalam hal ini, kita akan meninjau dua akibat dari teori relativitas
khusus. Yang pertama menyangkut pengertian keserampakan dan
pensikronan jam. Keserampakan adalah keadaan atau perihal yang
serempak. Sedangkan pensikronan berasal dari kata sinkron yang artinya
sejalan, selaras, sesuai, atau terjadi pada waktu yang sama.
26
rupa sehingga mereka berdetak ketika mereka menerima kilatan cahaya.
Karena rambatan cahaya membutuhkan waktu yang sama untuk mencapai
kedua jam tersebut, maka keduanya akan berdetak secara bersamaan pada
saat L/2 c sehingga kedua jam tersebut benar-benar tersinkronkan.
𝑢2 𝐿
𝑡1 − ( 𝑐 )𝑥1
′
𝑡1 = = 2𝑐
2 2
√1 − 𝑢2 √1 − 𝑢2
𝑐 𝑐
𝑢2 𝐿 𝑢
𝑡2 − ( 𝑐 )𝑥2 2𝑐 − (𝑐 2 ) 𝐿
𝑡′2 = =
2 2
√1 − 𝑢2 √1 − 𝑢2
𝑐 𝑐
𝑢𝐿⁄𝑐 2
∆𝑡 ′ = 𝑡 ′ 1 − 𝑡 ′ 2 =
√1 − 𝑢2 ⁄𝑐 2
27
juga mengamati bahwa jam 2 berjalan sedikit lebih cepat daripada jam 1 .
selang waktu ∆t’ yang diukur O’ antara saat kedua jam tersebut mulai
𝑢𝐿
berdetak, memberikan dengan menggunakan persamaan diatas , ∆t’ = 𝑐2
Oleh karena itu kita peroleh kesimpulan berikut : dua peristiwa yang
terjadi serempak dalam satu kerangka acuan tidaklah serempak dalam
kerangka acuan lain yang bergerak relative terhadap yang pertama, kecuali
jika kedua peristiwa itu terjadi pada tempat yang sama. (dalam contoh kita
tadi, jika L = 0, sehingga kedua jam terletak pada titik yang sama dalam
ruang , maka keduanya akan sinkron dalam semua kerangka acuan). Jadi,
jam-jam yang sinkron dalam satu kerangka acuan tidaklah perlu tetap
sinkron dalam kerangka acuan lain yang dalam keadaan gerak relative.
28
kembarnya casper yang lebih muda daripadanya ketika mereka bertemu
kembali. Memang mungkin saja timbul ketidaksepahaman tentang jam
siapakah yang berjalan lambat terhadap jam milik masing-masing saudara
kembar ini, namun ini hanyalah masalah pemilihan kerangka acuan belaka ;
ketika Amelia tiba kembali di bumi (atau ketika bumi kembali di amerika )
semua pengamat haruslah sependapat tentang siapakah diantara kedua
saudara kembarnya itu yang usianya lebih muda. Inilah paradoksnya
masing-masing saudara kembar itu memperkirakan bahwa yang lainnya
yang lebih muda.
Pemecahan bagi paradoks ini terletak pada peninjauan kita yang tidak
simetris terhadap peran kedua saudara kembar itu. Hukum-hukum relativitas
khusus hanya berlaku bagi kerangka lembam yang bergerak relative
terhadap kerangka lainnya dengan kecepatan tetap. Kita dapat memasok
roket Amelia dengan dorongan yang cukup kuat sehingga Amelia dan
roketnya mengalami percepatan untuk suatu selang waktu yang
singkat,sehingga pesawatnya mencapai suatu laju tetap yang
meluncurkannya menuju planet tujuannya, jadi, selama perjalanan Amelia
ke planet tujuannya , hapir seluruh waktunya ia habiskan dalam suatu
kerangka acuan yang bergerak pada kecepatan tetap terhadap casper. Tetapi,
untuk kembali ke bumi, ia harus memperlambat dan membalikkan
pesawatnya. Meskipun gerak ini juga dilakukan dalam selang waktu yang
sangat singkat, perjalanan kembali Amelia berlangsung dalam suatu
kerangka acuan yang berbeda dari kerangka pada perjalanan perginya.
“Loncatan” Amelia dari suatu kerangka acuan ke yang lainnyalah. Yang
menyebabkan usia kedua saudara kembar ini tidak simetri. Hanya Amelia
yang harus “meloncat” ke suatu kerangka acuan baru agar dapat kembali,
dan karena itu semua pengamat akan sependapat bahwa Amelia-lah yang
“sebenarnya’ bergerak, sehingga dengan demikian jam miliknya yang
“sebenarnya” berjalan lambat; oleh Karena itu, Amelia-lah yang lebih muda
ketika ia tiba kembali di bumi.
29
Marilah kita membuat bahasan ini lebih kuantitatif dengan beberapa
contoh numeric (angka). Seperti pada pembahasan di atas, kita menganggap
bahwa percepatan dan perlambatan berlangsung dalam selang waktu yang
sangat singkat, sehingga seluruh usia Amelia terhitung selama perjalannya
saja. Untuk menyederhanakan , kita akan menganggap bahwa planet jauh
tersebut diam terhadap bumi; pilihan ini tidak mempengaruhi kesimpulan
persoalannya, tetapi sekedar mengabaikan perlunya diperkenalkan kerangka
acuan lain. Andaikan planet itu berjarak 12 tahun cahaya dari bumi, dan
bahwa Amelia bergerak dengan laju 0,6c. maka menurut casper, saudarinya
membutuhkan waktu 20 tahun (20 tahun× 0,6𝑐 = 12 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎) untuk
mencapai planet itu dan 20 tahun lagi untuk tiba kembali di bumi, dan oleh
karena itu saudarinya berpergian untuk total waktu 40 tahun. (tetapi, casper
tidak akan dapat mengetahui apakah saudari kembarnya telah tiba di planet
itu sampai sinyal cahaya yang membawa berita tentang ketibaannya di sana
mencapai bumi. Karena cahaya membutuhkan waktu 12 tahun untuk
menempuh jarak bumi-planet, maka barulah 2 tahun kemudian setelah
keberangkatan Amelia, casper ‘melihat” saudarinya tiba di planet itu.
Delapan tahun kemudian ia kembali di bumi). Dari kerangka acuan Amelia
pada roket, jaraknya ke planet menyusut dengan faktor sebesar
√1 − (0,6)2 = 0,8, dank arena itu jarak ini adalah 0,8× 12 =
9,6 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎. Pada laju 0,6c ini, Amelia akan mengukur lama waktu
16 tahun bagi perjalanannya menuju planet tujuannya, sehingga dengan
demikian ia membutuhkkan total waktu 32 tahun bagi perjalanan pergi-
pulangnya. Jadi, casper berusia 40 tahun, sedangkan Amelia hanya berusia
32 tahun, dan memang benar bahwa Amelia-lah yang lebih muda setelah
kembali di bumi. Kita dapat mempertegas analisis ini dengan meminta
casper setiap tahun mengirimkan suatu sinyak cahaya, pada saat ia berulang
tahun, kepada saudari kembarnya. Kita ketahui bahwa frekuensi sinyal yang
diterima Amelia akan mengalami pergeseran Doppler. Selama perjalanan
pergi, Amelia akan menerima sinyal tersebut pada laju (frekuensi terima)
30
𝑢 𝑢 1 0,4
(1/th) × √(1 − 𝑐 )/(1 + 𝑐 ) = ( 𝑡 ) √1,6 = 0,5/th , sedangkan untuk
Ketidakberadaan Eter
Pemuluran Waktu
31
Massa dan energy Relativitas
32
Dari grafik 2.14 tampak kecocokan dengan pertambahan massanya.
Gambar 2.15 juga menggambarkan kecocokan data terhadap teori relativitas
khusus. Sebagai contoh, kita tinjau atom deuterium (hidrogen berat) yang
terdiri dari atom hydrogen biasa dengan tambahan sebuah neutron pada
intinya. Jumlah massa atom hidrogen dan neutron pada keadaan diam:
33
tertentu dalam suatu medan elektrik tinggi (hingga 4,5 juta volt, seperti yang
tampak) dan kecepatan elektron ini kemudian ditentukan dengan mengukur
waktu tempuhnya untuk jarak 8,4 m. Perhatikan bahwa pada energi kinetik
yang rendah (𝐾 ≪ 𝑚0 𝑐 2 ) hubungan relativistik dan takrelativistik menjadi
identik. (Sumber.(a) K. N.Geller dan R. Kollarist, Am. J. Phys. 40, 1125
(1972); (b) S. Parker, Am. J. Phys. 40, 241 (1972); (c) W. Bertozzi, Am. J.
Phys. 32, 551 (196) ).
------
34
Dalam proses ini, energi kinetik proton sekitar 140 MeV diubah
menjadi energi massa meson pi.
Paradoks Kembar
Dalam percobaan ini kita menggunakan 2 jam identik yang
disinkronkan secara hati-hati dalam labolatorium. Salah satu jam kita
terbangkan dngan psawat mengelilingi bumi, saat kmbali k bumi kemudian
kita bandingkan dengan jam yang diam di labolatorium. Diperkirakan jika
teori relativitas khusus itu benar, dimana jam yang diterbangkan itu “lebih
muda”, tampak pada lambatnya detak jam dan ketertinggalan waktu di
sebandingkan dengan jam yang diam di labolatorium. Sehingga percobaan
ini juga sesuai dengan ramalan relativitas khusus.
35
DAFTAR PUSTAKA
Az Zahra, Aulia. 2011. Proses dan Hasil Penemuan Relativitas. Diakses pada
http://simplefisika.blogspot.com/2011/05/proses-dan-hasil-penemuan-
relativitas.html tanggal 16 Maret 2013 pukul 19.18
36