Diusulkan oleh:
Andreas Cristian Manik (140310170030)
Yessy Maharani Utami (140310170028)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
Prinsip Relativitas Galileo
Relativitas klasik (yang diperkenalkan pertama kali oleh Galileo Galilei dan didefinisikan
ulang oleh Sir Isaac Newton) mencakup transformasi sederhana diantara benda yang bergerak
dan seorang pengamat pada kerangka acuan lain yang diam (inersia). Jika kamu berjalan di
dalam sebuah kereta yang bergerak, dan seseorang yang diam diatas tanah (di luar kereta)
memperhatikanmu, kecepatanmu relatif terhadap pengamat adalah total dari kecepatanmu
bergerak relatif terhadap kereta dengan kecepatan kereta relatif terhadap pengamat. Jika
kamu berada dalam kerangka acuan diam, dan kereta (dan seseorang yang duduk dalam
kereta) berada dalam kerangka acuan lain, maka pengamat adalah orang yang duduk dalam
kereta tersebut.
Pandangan paham Newton tentang alam memberi suatu kerangka nalar dasar yang
membantu kita memahami sejumlah besar gejala alam. Pandangan tentanng alam ini, yang
sebenarnya berasal dari Galileo, mengatakan bahwa ruang dan waktu adalah mutlak. Juga
dikemukakan bahwa setiap percobaan yang dilakukan dalam kerangka acuan (pengamatan)
kita barulah bermakna fisika apabila dapat dikaitkan dengan percobaan serupa yang
dilakukan dalam kerangka acuan mutlak, yaitu sistem koordinat kartesius semesta yang
padanya tercantelkan jam-jam mutlak. Sebagai contoh, pernyataan yang lazim dikenal
sebagai asas kelembaman (inersia) Galileo, mengatakan bahwa sebuah benda yang diam
cenderung diam kecuali jika padanya dikenakan gaya luar.
Jika anda mencoba menguji asas ini dalam sebuah kerangka acuan yang mengalami
percepatan, seperti sebuah mobil yang berhenti secara mendadak, atau sebuah komidi putar
yang sangat cepat perputarannya, akan anda dapati bahwa asas ini tidak berlaku (dilanggar).
Jadi, hukum-hukum Newton (termasuk asas kelembaman) tidak berlaku dalam kerangka
acuan yang mengalami percepatan, kecuali dalam kerangka acuan yang bergerak dengan
kecepatan tetap. Kerangka acuan (yang bergerak dengan kecepatan tetap) ini, disebut
kerangka lembam (inersial).
Peristiwa-peristiwa yang diamati dari berbagai kerangka lembam dapat tampak berbeda
bagi masing-masing pengamat dalam tiap kerangka itu. Tetapi, mereka semua akan
sependapat bahwa hukum-hukum Newton, kekekalan energi, dan seterusnya, tetap berlaku
dalam kerangka acuan mereka. Pembandingan pengamatan-pengamatan yang dilakukan
dalam berbagai kerangka lembam, memerlukan transformasi Galileo, yang mengatakan
bahwa kecepatan (relative terhadap tiap kerangka lembam) mematuhi aturan jumlah
yangpaling sederhana.
Transformasi Galileo. Relativitas berhubungan dengan dua kerangka acuan yang saling
bergerak dengan kecepatan konstan. Pada Gambar 5.1.2a diilustrasikan kerangka acuan
“diam”, yaitu pengamat yang diam di tepi rel dan kerangka acuan “bergerak”, yaitu pengamat
yang berada dalam kereta. Kita dapat menjelaskan situasi ini dengan menggunakan kerangka
acuan inersial. Pada Gambar 5.1.2 dilukiskan dua buah kerangka acuan inersial. Kerangka
acuan S yang berhubungan dengan pengamat diam di tepi rel, memiliki system koordinasi
XYZ dengan titik dasar O. Kerangka acuan S’ yang berhubungan dengan pengamat dalam
kereta, memiliki koordinat X’Y’Z’ relatif terhadap kerangka acuan S. Mula-mula (saat t =t’=
0), titik asal kedua acuan adalah berimpit. Dalam transformasi Galileo yang akan kita
turunkan ini, selang waktu yang dicatat oleh pengamat di S di anggap sama dengan yang
dicatat oleh yang dicatat oleh pengamat di S’. Jadi, t’=t.
Gambar 2.1.1. (a) S, memiliki sistem kordinat XYZ dan S’, memiliki sistem kordinat
X’Y’Z’ (b) Setelah selang waktu t, titik asal koordinat S’ berada sejauh v.t dari titik asal
koordinat S .
Setelah selang waktu t, koordinat setiap benda (missal titik P) pada kerangka acuan S’
kita nyatakan dengan koordinat pada kerangka acuan S. dari gambar 5.1.2b tampak bahwa
O’P = OP – OO’
O’P adalah koordinat x’, OP adalah koordinat x, dan OO’ = v t, sehingga persamaan di
atas menjadi
x' = x – v t
Koordinat y dan z dari benda tidak berubah karena kerangka acuan S’ dibatasi hanya bergerak
sepanjang sumbu X, dan tidak pada sumbu Y dan Z. oleh karena itu
y' = y,
z' = z
.....................................................(2.1-1)
.....................................................(2.1-2)
x' = x – v t
.....................................................(2.1-3)
ux = ux' + v
uy = uy' (2.1-4)
uz = uz'
ux' = ux – v
dux'/dt = ax', dux/dt = ax, dan dv/dt = 0 sebab v konstan, sehingga kita peroleh:
ax' = ax
ax' = ax
ay' = ay .....................................................(5.1-5)
az' = az
dari persamaan (2.1-5) dapat kita simpulkan bahwa F' = ma' sama dengan F = ma, sebab
a' = a. sekali lagi tampak bahwa hukum-hukum mekanika berlaku sama, baik pada
kerangka acuan S' ataupun kerangka acuan S. ini adalah sesuai dengan prinsip relativitas
Newton yang telah ditanyakan sebelumnya.
Percobaan Michelson-Morley
Percobaan awal yang paling saksama untuk mendapatkan bukti kehadiran eter dilakukan
pada tahun 1887 oleh fisikawan Amerika, Albert A. Michelson dan rekannya E.W. Morley. Percobaan
mereka pada dasarnya mempergunakan interferometer Michelson yang dirancang khusus bagi
maksud ini. Dalam percobaan ini, seberkas cahaya monokromatik (satu warna) dipisahkan menjadi
dua berkas yang dibuat melewati dua lintasan berbeda dan kemudian diperpadukan kembali. Karena
adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh kedua berkas, maka akan dihasilkan suatu pola
interferensiseperti tmpak pada gambar (2.3.)
Jika kita dapat memisahkan dan mengukur saham kedua ini, maka kita dapat menarik
kesimpulan tentang “laju” aliran eter, dan dari sini pula tentang gerak bumi mengarungi eter.
Sayangnya pemisahan seperti itu merupakan sesuatu hal yang tidak mungkin dapat dilakukan.
Walaupun demikian, Michelson dan Morley menggunakan suatu metode cerdik untuk dapat menarik
suatu kesimpulan tentang komponen saham kedua ini, yakni dengan memutarkan seluruh peralatan
mereka sebanyak 90ᴼ. Saham bagi beda fase yang disebabkan oleh beda jalan, tentu saja tidak
berubah, karena sekarang berkas sepanjang AC yang bergerak menuruti aliran eter, sedangkan yang
sepanjang AB sekarang melawan aliran eter. Adanya perubahan tanda pada saham kedua ini
diperkirakan bakal teramati sebagai perubahan pola frinji (fringes, atau pita) terang dan gelap bila
peralatannya diputar. Setiap perubahan terang menjadi gelap atau gelap menjadi terang
menggambarkan suatu perubahan fase sebesar 180ᴼ (setengah siklus), yang setara dengan
keterdahuluan atau keterlambatan waktu sebesar setengah periode (untuk cahaya tampak, besarnya
sekitar 10 -15). Dari hubungan-hubungan yang kita turunkan bagi beda waktu antara rambatan lawan-
turut silang, kita kemudian dapat menarik kesimpulan tentang laju bumi mengarungi eter.
Ketika Michelson dan Morley melakukan percobaan ini, mereka tidak mengamati adanya
perubahan mencolok dalam pola frinji interferensi, yang mereka simpulkan hanyalah suatu
pergeseran yang lebih kecil daripada 0,01 frinji, yang berhubungan dengan laju bumi mengarungi
eter, paling tinggi 5 km/detik. Sebagai upaya terakhir, Michelson dan Morley bernalar bahwa mungkin
gerak orbital bumi menghapus gerak translasi mengarungi eter. Jika hal ini benar, maka enam bulan
kemudian, bumi akan bergerak dalam orbitnya pada arah yang berlawanan, sehingga dengan
demikian penghapusan ini tidak akan terjadi. Ketika percobaan ini mereka ulangi enam bulan
kemudian, kembali diperoleh hasil nihil. Sebagai rangkumannya, kita lihat bahwa terdapat suatu rantai
nalar yang berawal dari asas kelembaman Galileo, melalui hukum-hukum Newton dengan andaian-
andaian implisitnya tentang ruang dan waktu, dan berakhir dengan kegagalan percobaan Michelson-
Morley untuk mengamati gerak Bumi relatifit terhadap eter. Dengan demikian, penjelasan yang lebih
baru, revolusioner, dan berhasil memerlukan penyususnan ulang konsep-konsep tradisional kita
tentang ruang dan waktu, dan oleh karena itu akan merombak beberapa konsep fisika klasik yang
paling mendasar.
Postulat Einstein
kerangka diam
Δt = selang waktu pada kerangka bergerak
u = kecepatan relatif
Contoh Soal
Dua orang A dan B adalah anak kembar. Pada umur 20 tahun A pergi ke ruang
angkasa dengan pesawat yang lajunya 0,8c dan kembali ke bummi pada saat B
berumur 30 tahun. Berapakah umur B menurut A yang baru kembali
Penyelesaian
10 =
10 =
10 =
= 6 tahun
Umur A = 20 + 6 = 26 tahun
b. Kontraksi Panjang
Kontraksi panjang juga berkaitan dengan perbedaan kecepatan. Misalnya si
astronot agak lelah, lalu mulai berbaring di tempat tidur yang sudah disediakan di
pesawat luar angkasanya. Dengan teropong yang sama, kita bisa mengintip si
astronot yang tidur berbaring itu. Aneh, sewaktu berbaring si astronot tampak
lebih pendek? Sewaktu ia masih di bumi dan pesawatnya belum berangkat, ia
tampak tinggi. Lebih aneh lagi, sewaktu ia sudah terbangun lagi dari tidurnya dan
kembali berdiri, tiba-tiba ia kelihatan tinggi seperti biasa. Tetapi ia juga kelihatan
lebih kurus saat berdiri. Hal ini terjadi karena ia sedang berada dalam pesawat
yang meluncur cepat, saat ia tidur kita melihat panjang tubuhnya menciut (terjadi
kontraksi panjang). Saat ia berdiri, kita melihat lebar tubuhnya menciut (juga
merupakan kontraksi panjang). Ia sendiri tidak merasak
an perubahan apa-apa di dalam pesawat. Benda yang bergerak dengan
kecepatan mendekati kecepatan cahaya akan tampak lebih pendek bila diukur dari
kerangka diam.
L’ = selang waktu yang diamati pada
kerangka diam
L = selang waktu pada kerangka bergerak
u = kecepatan relatif
Contoh Soal
Sebuah benda yang panjangnya 1 meter diamati oleh pengamat yang beergerak
dengan kecepatan 0,6c. Berapa panjang benda itu menurut pengamat?
Penyelesaian
L’ =
L’ =
L’ =
L’ =
L’ = 0,8 meter
c. Efek Doppler
Efek Doppler bagi gelombang cahaya dalam fisika klasik
Postulat pertama Einstein mengatakan bahwa ini tidak mungkin berlaku bagi
gelombang cahaya, karena gelombang cahaya tidak memerlukan zat perantara dan
tidak ada percobaan yang dapat mengungkapkan geraak mutlak.
Rumus ini adalah rumus pergeseran Doppler yang taat asas dengan keddua
postulat Einstein. Rumus ini tidak membedakan antara gerak sumber dan
pengamat dan hanya bergantung pada laju relatif u.
- Transformasi Lorentz
Transformasi Galileo, persamaan (2.1-1) sampai dengan persamaan (2.1-4) hanya berlaku
jika kecepatan-kecepatan yang terlibat lebih jauh dari cepat rambat cahaya, c. sebagai contoh
dapat kita lihat bahwa persamaan pertama dari persamaan (2.1-2) tidak akan berlaku untuk
kecepatan cahaya. Untuk cahaya yang bergerak terhadap kerangka acuan S’ dengan kelajuan
ux’ = c akan memiliki kelajuan ux = ux’ + v atau ux = c + v terhadap kerangka acuan S. Jadi,
jelaslah diperlukan suatu transformasi baru agar senantiasa berlaku bahwa pada kerangka
acuan apa saja, kelajuan cahaya dalam vakum adalah c.
Kekeliruan transformasi Galileo untuk kelajuan-kelajuan yang mendekati kelajuan cahaya
adalah anggapan bahwa selang waktu pada kerangka acuan S’ sama dengan selang waktu
pada kerangka acuan S (t =t) untuk memasukkan konsep relativitas Einstein, maka selang
waktu ini
tidaklah sama (t ≠ t). jika kita anggap transformasi ini adalah linier maka hubungan
x= x’ + v t)
ct= (ct’+vt’)
x’=
ct’=
ct’= (c-v)t
t’= t .................................(**)
ct=
ct=
c=
=
Setelah kita mengetahui tetapan transformasi kita akan menentukan hubungan antara t
dan t. Untuk mengerjakan ini, kita gabungkan persamaan x’= (x-vt) dengan x= (x’+vt’)
x’= (x-vt)
x’= ( (x’+vt’)-vt]
2
x’= ( x’+vt’)- vt
2 2
x’= x’+ vt’- vt
2 2
= vt’+( -1)x’ :
t= + x’ ...................................(***)
=
= = x
= ……………………….(****)
t=
t= …………………………………………. (2.2-2)
akhirnya dapatlah kita peroleh hasil transformasi baru tersebut sebagai berikut.
x= (x’ + vt’)
y = y’………………………………………………………..(2.2-3)
z = z’
t= )
x’ = (x - vt’)
y’ = y………………………………………………………(2.2-4)
z’ = z
t’ = )
- Dinamika Relativistik
Ux = ………………………………………………(*)
x=
dx = …………………………………(**)
t= )
t= x’
masukkan elemen dx dari (**) dan dt (***) ke dalam (*), sehingga kita peroleh kecepatan
ux=
= , sebab
-
Sekarang kita akan menentukan kecepatan pada sumbu Y, uy. Dari persamaan (9)
y=y’ , sehingga dy=dy’
uy =
uy=
= ,sehingga
uy=
Dengan cara yang sama, dapat kita peroleh kecepatan pada sumbu Z, uz , yaitu:
uz =
Akhirnya dapatlah kita peroleh hasil transformasi Lorentz untuk kecepatan, yaitu :
ux =
uy = ………………………………………………(2.2-5)
uz =
ux’ =
uy’ = ………………………………………………(2.2-6)
uz’ =
Kita telah melihat bagaimana kedua postulat einstei menentun kita epada suatu
penafsiran “relative” baru terhadap konsep-konsep mutlak ang dianut sebelmnya
sepeerti panjadng dan waktu. juga darinya kita berkesimpulan bagwa konsep klasik ita
tentang laju relative tidaak lagi benar. Dengan demikian, cukup beralasan bagi kita
untk menanyakan sejauh manakah revolusi konsep ini mengubah tafsiran kita
terhadap berbagai konsep fisika.oleh karena itu, kita sekarang membahas ulang
besaran-bersaran dinamika seperi massa, energy, momentum, dan gaya, agar kita
dapat megkajinya dari sudut pandang teori relativitas khusus. Apakah hubungan yang
yelah lazim kita kenal, seperti p = mv, K = 1/2mv2, F = m ( atau lebih tepat, F =
dp/dt), tetap berelaku, ataukah kita haru mempunyai konsep baru lagi bagi bsara-
besaran dinamika ini ? begitu pula, bagaimana halnya dengan hukum-hukum
kekekalan dasar dari fisika klasik, seperti kekekalan energy dan kekekalan momentum
linier ?semua konsep ini begitu penting dalam fisika klasik sehingga rasana kita
enggan membuangnya. Kedua hukum kekekalan ini (bersama dengan hukum
kekekalan momentum sudut) dapat diperlihatkan merupakan akigat dari kehomogenan
(gomogeneity) dan keisotropian (isotropy) alam semesta- jika kita megoreksi semua
efek local ( seperti perubagan pada atmosfer atau keadaan lingkungan), maka
percobaan yang dilakukan pada satu hari terteb akan memberika hasil sama seperti
yang diperoleh dari percobaan serupa yang dilakukan pada hari berikutnya, percobaan
yang dilakukan dalam salah satu laboratorium pertama), tidak akan pula megubah
hasil percobaan kita.
Pengertian ketidak ubaha (invariance) ini terhadap translasi dalam waktu dan
ruag, dan terhadap rotasi (pemutaran) dalam ruang dapat diperlihatikan setara dengan
konsep kita tentang kekekalan energy, momentum linier, dan momentum sudut.
Dengan demikian, membuang konsep-konsep ini menyiratkan bahwa kita hidup
dalam alam semesta yang sangat aneh. Karena itu, kita akan tetap beranggapan bahwa
alam semesta kita memilia semacam struktur yang sangat serasi, dan bahwa hukum-
hkum kekekalan ini tetap berlaku, namun dngan catata bahwa relativitas khusu ungkin
menghendaki suatu pedefinisian ulang terhadap besaran-besaran diamika dasa. Kita
sebenarya dapat dengan segera menebak bahwa ini memang merupakan sesuatu hal
yang perlu dilakukan.
Andaikanlah kita kenakan suatu gaya etap F pada sebuah benda yang
bermassa m, yang memberikan percepatan a = F/m. jika gaya tersebut kemudian kita
kenakan selama suatu selang wakut yang cukup lama, maka dinamika klasik
meramalkan bahwa patikelnya akan terus bertambah lajunga ingga melampaui laju
cahaya. Tetapi, kita ketahui bahwa rasformasi Lorentz member hasil yang tidak
bermaka fisika bila u≥c. jadi, kita memerlukan sehimpunan hukum dinamika baru
yang mencegah benda mengalami percepatan sehingga melaju melampaui laju
cahaya.
6.
7. Menurut kerangka acuan O’, momentum linear awal tidak sama momentum linear
akhir
Momentum linear awal adalah
2. Perubahan energi kinetik jika benda bergerak dari keadaan diam, maka energi
kinetik akhir adalah K
Perbedaan antara besaran mc 2 bagi sebuah partikel yang bergerak dengan laju v
dengan besaran m0c2 bagi sebuah partikel yang diam,tidak lain adalah energi
kinetiknya.
Energi relativistik total diungkapkan oleh persamaan berikut :
E = E0 + K = m0c²