Anda di halaman 1dari 30

TEORI

RELATIVITAS
KHUSUS
KELOMPOK 1

SUSANTO (A1K115105)
ABJUL RAHMAT (A1K120001)
ALMA SEPTIANA (A1K120003)
WD SITTI RAHMA ASAUM (A1K120081)
2

TEORI RELATIVITAS KHUSUS

KEGAGALAN RELATIVITAS KLASIK POSTULAT EINSTEIN

AKIBAT POSTULAT EINSTEIN TRANSORMASI LORENTZ

KESEREMPAKAN DAN PARADOKS


DINAMIKA RELATIVISTIK
KEMBAR
KEGAGALAN
RELATIVITAS KLASIK
4
Kegagalan relativitas klasik

Sebagai contoh, pernyataan yang


Pandangan paham Newton tentang alam lazim dikenal sebagai asas
telah memberi suatu kerangka nalar dasar kelembaman (inersia) Galileo,
yang membantu kita memahami sejumlah mengatakan bahwa sebuah benda
besar gejala alam. Pandangan tentang alam yang diam cenderung diam kecuali jika
ini, yang sebenarnya berasal dari Galileo, padanya dikenakan gaya luar. Jika
mengatakan bahwa ruang dan waktu adalah anda mencoba menguji asas ini dalam
mutlak. Juga dikemukakan bahwa setiap
sebuah kerangka acuan yang
percobaan yang dilakukan dalam kerangka
mengalami percepatan, seperti sebuah
acuan (pengamatan) kita barulah bermakna
mobil yang berhenti secara mendadak,
fisika apabila dapat dikaitkan dengan
percobaan serupa yang dilakukan dalam atau sebuah komidi putar yang sangat
kerangka acuan mutlak, yaitu suatu sistem cepat perputarannya, akan anda
koordinat Kartesius semesta yang padanya dapati bahwa asas ini tidak berlaku
tercantelkan jam-jam mutlak. (dilanggar).
5
Andaikanlah seorang pengamat O, dalam salah satu kerangka lembam mengukur kecepatan
sebuah benda v; maka pengamat O' dalam kerangka lembam lain, yang bergerak dengan kecepatan tetap
u relatif terhadap O, akan mengukur bahwa benda yang sama ini bergerak dengan kecepatan.
Bahasan tentang transformasi kecepatan ini akan kita sederhanakan dengan memilih sistem
koordinat dalam kedua kerangka acuan sedemikian rupa sehingga gerak relatif u selalu pada arah x.
Untuk kasus ini, transformasi Galileo menjadi

Vx'  Vx  u (1.1a)
'
V  Vy
y1 (1.1b)
Vz'  Vz (1.1c
Tampak bahwa hanya komponen-x kecepatan yang terpengaruh. Dengan mengintegrasikan persamaan
pertama kita peroleh
x '  x  ut (1.2)
sedangkan diferensiasinya memberikan
dv 'z dv x

dt dt
Atau
'
a x  a x (1 . 3 )
6
Contoh 1.1
Seorang perenang yang mampu berenang dengan laju c dalam air tenang, berenang mengarungi sebuah
sungai yang laju arusnya u. Andaikanlah perenang ini berenang melawan aliran arus sejauh L. kemudian
berbalik dalam arah menuruti aliran arus ke titik awal berangkatnya. Carilah waktu yang dibutuhkan si
perenang untuk melakukan perenangan pulang-balik ini, dan bandingkan dengan waktu yang
diperlukannya untuk berenang menyilangi aliran arus sejauh jarak L kemudian kembali.

pemecahan :

Misalkan kerangka acuan O adalah tanah dan kerangka acuan O adalah air, yang bergerak dengan laju
(Gambar 2.1a). Si perenang selalu bergerak dengan laju c relatif terhadap air, jadi
v' = -c untuk arah renang melawan aliran arus. (Ingat u selalu mendefinisikan arah x negatif). Menurut
Persamaan (2.1a), . sehingga . (Sebagaimana yang diperkirakan, laju relatifnya terhadap tanah lebih kecil
daripada c; juga bertanda negatif, karena perenang sedang berenang dalam arah x negatif, maka . Oleh
karena itu, . Untuk arah renang yang menuruti aliran arus, jadi, sehingga . Jadi, waktu total yang dibutuh
kan adalah

L L L(c  u )  L(c  u ) 2 Lc 1
t'    2 2

c u c u c u c 1 u 2 / c2
Agar si perenang dapat berenang dalam arah menyilang aliran arus, maka ia harus 7
berenang dalam arah yang agak sedikit condong dari arah melawan arus agar ia dapat
mengimbangi tarikan arus (Gambar 2.16). Artinya, dalam kerangka acuan O, kita inginkan
vx  0 yang mensyaratkan v 'x menurut
u Persamaan (2.1a). Karena laju relatifnya

terhadap air selalu c, maka c, vx'2  v '2y  c; jadi v 'y  c 2  vx'2  c 2  u 2 dan dengan
2L
2L 1
demikian, waktu pulang baliknya adalah t  2t silang  
c u 2c 1  u 2 /c 2
2

Perhatikan perbedaan bentuk pernyataan antara hasil ini dengan yang untuk arah renang
lawan-turut (upstream-downstream) aliran arus.
Perhatikan perbedaan bentuk pernyataan antara hasil ini dengan yang
untuk arah renang lawan-turut (upstream-downstream) aliran arus.

Gejala gelombang secara umum dapat kita definisikan sebagai ram batan
gangguan periodik melalui suatu zat perantara. Dengan cara apakah
perambatan gelombang ini berlangsung, bergantung pada gaya gaya yang
bekerja antarpartikel zat perantaranya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
mengapa segera setelah Maxwell memper lihatkan bahwa kehadiran gelombang
elektromagnet diramalkan ber dasarkan persamaan-persamaan elektromagnet
klasik, para fisikawan segera melakukan berbagai upaya untuk mempelajari sifat
zat peran tara yang berperan bagi perambatan gelombang elektromagnet ini.
Zat perantara ini disebut eter; namun, karena zat ini belum pernah teramati
dalam percobaan, maka dipostulatkan bahwa ia tidak ber massa dan tidak
tampak, tetapi mengisi seluruh ruang, dan fungsi satu satunya hanyalah untuk
merambatkan gelombang elektromagnet. Konsep eter ini sangat menarik
perhatian karena sekurang-kurangnya dua alasan berikut. Pertama, sulit untuk
membayangkan bagaimana sebuah gelombang dapat merambat tanpa
memerlukan zat peranta ra-bayangkan gelombang air tanpa air.
9


Diagram skematis interferometer Michelson. Seberkas cahaya
dari sumber cahaya S dipisahkan menjadi dua berkas di titik A.
Berkas yang satu dipan tulkan oleh cermin di B, sedangkan yang
lainnya di C. Kedua berkas kemudian diperpadukan kembali
untuk diamati interferensinya. Separuh gambar sebelah kanan
memperlihatkan gambar sketsa dari peralatan Michelson ini.
Untuk meningkatkan kepekaannya, cermin-cermin disusun
sedemikian rupa sehingga ke dua berkas melintasi masing-
masing lengan peralatan ini sebanyak delapan kali... ketimbang
hanya dua kali. Untuk mengurangi pengaruh getaran dari
lingkungan di sekitarnya, interferometer ini didudukkan di atas
sebongkah batu datar persegi dengan luas permukaan 1,5 m
yang mengapung pada genangan air raksa.
10
Beberapa frinji interferensi sebagaimana diamati dengan in
terferometer Michelson dari Gambar disamping. Apabila panjang
gelombang lintasan ACA berubah sebanyak setengah panjang
gelombang relatif terhadap ABA, maka semua daerah terang akan
berubah men jadi gelap dan yang gelap menjadi terang.Percobaan awal
yang paling saksama untuk mendapatkan bukti kehadiran eter
dilakukan pada tahun 1887 oleh fisikawan Amerika, Albert A.
Michelson dan rekannya E.W. Morley, Percobaan mereka pada
dasarnya mempergunakan interferometer Michelson yang di rancang
khusus bagi maksud ini; gambar diagram skematisnya diperlihatkan
pada Gambar disamping. Dalam percobaan ini, seberkas cahaya
monokromatik (satu warna) dipisahkan menjadi dua berkas yang di
buat melewati dua lintasan berbeda dan kemudian diperpadukan kem
bali. Karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh ke dua
berkas, maka akan dihasilkan suatu pola interferensi.
Postulat
Einstein
Permasalahan yang dimunculkan percobaan Michelson- 12
Morley ini ternyata baru berhasil dengan teori relativitas
khusus yang membentuk landasan bagi konsep-konsep baru
tentang ruang dan waktu. Teori ini didasarkan pada dua
postulat berikut, yang diajukan Albert Eistein pada tahun
1905.

Ketidakubahan Laju
Asas Relativitas Cahaya
hukum-hukum fisika tetap laju cahaya memiliki nilai
sama pernyataannya dalam C yang sama dalam semua
semua sistem lembam. sistem lembam.
13
Postulat pertama pada dasarnya menegaskan bahwa tidak ada satupun
percobaan yang dapat digunakan untuk mengukur terhadap ruang
mutlak yang dapat kita ukur hanya laju relative dari dua sistem
lembam. Dengan demikian, pertanyaan tentang keberadaan ruang
mutlak tidak lagi bermanfaat mungkin saja terdapat suatu sistem acuan
semesta agung, tetapi tidak ada satupun percobaan yang dapat kita
lakukan untuk menyingkap keberadaannya (atau hubungan kita
dengannya). Karena itu, kita dapat saja mengabaikan keberadaan ruang
mutlak ini dengan alasan bahwa ia hanya menambah kerumitan yang
tidak ada manfaatnya.

Postulat kedua kelihatannya tegas dan pula seolah-olah sederhana.


Percobaan Michelson-Morley memang tampaknya menunjukan
bahwa laju cahaya dalam arah lawan turut dan silang adalah sama.
Dan postulat kedua semata-mata menegaskan fakta ini bahwa laju
cahaya adalah sama bagi semua pengamat, sekalipun mereka dalam
keadaan gerak relative. Sebagai contoh, andaikan dua pesawat roket
saling mendekati dengan laju relative c/2, ketika salah satu pesawat
roket itu menembakan seberkas cahaya menuju pesawat roket
lainnya. Pesawat roket kedua ini todak akan mengukur sebagaimana
diperkirakan berlaku menurut relativitas Galileo, yakni (persamaan
1.1a) tetapi malah tetap c.
Akibat postulat
einstein
15
Meninjau dua pengamat O dan O'. O menembakkan seberkas cahaya menuju sebuah
cermin berjarak L darinya dan kemudian menguku selang waktu 2 yang dibutuhkanΔt berkas
tersebut untuk menempuh jarak ke cermin dan kemudian terpantulkan kembali ke O. (Tentu
saja L = c Δt laju tetap seperti tampak pada Gambar
). Pengamat O' sedang bergerak dengan
dibawah ini. Menurut pandangan O, titik peng riman dan penerimaan berkas cahaya ini sama,
dan O' bergerak me jauhinya (O) dalam arah tegak lurus. Gambar dibawah ini memperlihatkan
percobaan yang sama dari sudut pandang O', yang menurutnya sedang bergerak dengan
kecepatan -u. Menurut pandangan O‘.

Pengamat O mengirimkan dan


menerima seberkas cahaya yang
dipantulkan oleh sebuah cermin.
Pengamat O‘ sedang bergerak
dengan laju u.
16

Sebagaimana dilihat oleh pengamat O‘.


Pengamat O memancarkan seberkas cahaya
dititik A dan menerima pantulan di B.

Berkas cahaya dikirim dari titik A dan diterima di titik B setelah selang waktu 2 kemudian.
,
Jarak AB baginya, adalah 2u . Menurut Δt, O, berkas cahaya menempuh jarak 2L dalam selang Δtwaktu
2 , sedangkan
,
Δtmenurut O, berkas, cahaya itu menempuh lintasan AMB yang berjarak 2√2 + (u
,
Δt waktu 2 MenurutΔt
dalam selang relativitas Galileo, = , danΔtO Δt m engukuran laju cahaya c
sehing ga laju cahaya menurut pengukuran O adalah Vc²+u. Menurut postulat kedua Einstein, ini
tidaklah mungkin karena baik O maupun O' kedua-duanya
,
haruslah mengukur laju cahaya yang
sama, yakni c. Oleh karena itu, dan Δt Δt
haruslah berbeda. Hubungan antara Ar dan Ar dapat kita
,
cari dengan mengambil kedua pengukuran laju cahaya sama dengan c. Menurut O, c = 2L/2 , Δt jadi L
, , ,
C ΔΙ. Menurut O', c=2 VL³ + (u 1/2Δt , jadi Δtc = √L
,
Δt + (u ). Δt
17

Dengan menggabungkan keduanya, kita dapati

c t ,  ( c  t ) 2  (u  t , ) 2

dan, pemecahannya bagi Δt, adalah

t
t , 
1 u 2 / c2
Contoh 1.2 18

Berapa cepatkah muon harus bergerak agar mereka masih tetap hidup
ketika tiba di permukaan bumi?

Pemecahan:

Anggaplah muon itu bergerak dengan laju menghampiri c. Untuk


menempuh 100 km, mereka membutuhkan waktu sekitar
Δt,  100 km/(3 10,8 maka:
m/s)  3  10-4 s

4 2 106
3 10 
1 u2/32
u  0,99998c
Transformasi lorentz
20
Seperangkat persamaan transformasi baru yang dapat meramalkan berbagai efek
relativistik seperti penyusutan panjang, pemuluran waktu, dan efek Doppler relativistik. Juga,
karena kita mengetahui bahwa transformasi Galileo berlaku baik pada laju rendah,
transformasi baru ini haruslah memberikan hasil yang sama seperti transformasi Galileo
apabila laju relatif antara O dan O' adalah rendah.
Transformasi yang memenuhi semua persyaratan ini dikenal sebagai transformasi
Lorentz dan, seperti halnya dengan transformasi Galileo, ia mengaitkan koordinat dari suatu
peristiwa (x, y, 2, 1) sebagaimana diamati dari kerangka acuan O dengan koordinat peris tiwa
yang sama (x,y,z',') yang diamati dari kerangka acuan O yang sedang bergerak dengan
kecepatan u terhadap O. Seperti di depan, kita menganggap bahwa gerak relatifnya adalah
sepanjang arahx (atau x') positif (O' bergerak menjauhi O). Bentuk persamaan transformasi
Lorentz ini adalah sebagai berikut:

x  ut
x , (1.4)
2 2
1  u /c
,
y  y (1.5)
,
z  z (1.6)
2
, t  (u/c )x
t  (1.7)
2 2
1  u /c
21

CONTOH 1.4 PERSAMAAN LORENZT

Turunkan transformasi kecepatan Lorentz bagi v y .

Pemecahan :
Komponen v,y adalah dy, / dt ,

y , /y  dy , /dy
, t  u/c 2 x , dt  u/c 2 dx
t   dt 
1  u 2 /c 2 1  u 2 /c 2
jadi :
dy , dy 2 dy
V ,
u    1 u
c 2 dt  ( u / c 2 ) dx
dx , 
dt  ( u / c 2 ) dx  1 u
2

c2
2 2 dy / dt vu 1  u 2 / c 2
 1 u / c 
1  ( u / c 2 ) dx / dt 1  uv x / c 2
Dinamika relativistik
23

Kita melihat bagaimana postulat einsten menuntun kita kepada suatu


penafsiran “relatif” baru terhadap konsep-konsep mutlak yang
dianut sebelumnya seperti panjang dan waktu. Juga darinya kita
berkesimpulan bahwa konsep klasik kita tentang laju relatif tidak
lagi benar. Dengan demikian, cukup beralasan bagi kita untuk
menanyakan sejauh manakah revolusi konsep ini mengubah tafsiran
kita terhadap berbagai konsep fisika. Oleh karena itu, kita sekarang
membahas ualng besaran-besaran dinamika seperti massa, energi,
momentum, dan gaya, agar kita dapat mengkajinya dari sudut
pandang teori relativitas khusus.
24
Menurut mekanika klasik, massa 1 akan tampak diam , sedangkan massa 2
tampak mendekat dengan laju 2v. Tetapi, transformasi lorentz ternyata memberi
hasil yang berbeda. Misalkan O’ bergerak ke kanan dengan laju u=v. Maka
menurut O’, kecepatan massa 1 adalah
, v1u vv
v1   0
v1u v 2
1 2 1 2
c c
(karena semua kecepatan searah sumbu x, maka kita telah dan akan mengabaikan
indeks bawah x), dan kecepatan massa 2 adalah (dengan menurut O)
, v2u (v)  (v)  2v
v2   
v v 2
1  22u 1  (v) 2 1  v 2
c c c
Kecepatan massa gabungan 2m adalah
vu 0v
v  v
vu 0v
1 2 1 2
c c
25
Menurut O momentum linear sebelum dan sesudah tumbukan adalah
p awal  m 1 v 1  m 2 v 2  mv  m(  v)  0
p akhir  2m v  0

Menurut O’, adalah


 2v  2 mv
p awal  m 1 v ,1  m 2 v , 2  m ( 0 )  m 
v2 v2
1 2 1 2
c c
p akhir  2 mV ,  2 m (  v )   2 mv

Karena menurut pengukuran O’, p’awal ≠ p’akhir maka bagi O’ momentum linear
tidak kekal. Terdapat pertambahan massa relativistik menurut hubungan
berikut :
m0
m 
v2
1
c2
26
Selain mendefinisikan massa relatif seperti di atas kita dapat mendefinisikan
momentum relativistik sebagai berikut :
m v
p  0

v2
1
c2
Energi kinetik dalam fisika klasik didefinisikan sebagai usaha sebuah gaya luar yang
mengubah laju sebuah objyek. Defenisis yang sama berlaku pula dalam mekanika
relativistik (dalam satu dimensi). Perubahan energi kinetik adalah :

Δk  W   f dx
Contoh 1.3 27

Andaikan kita menyelubungi sebuah lampu pijar 100 W dn catu dayanya (power
supply) dalam sebuah wadah tembus cahaya yang digantungkan pada sebuah
timbangan yang sangat peka. Hitunglah perubahan massa yang terjadi jika lampu
pijar tersebut terus menyala selama satu tahin.

Pemecahan :
Daya lampu (P) = 100 W
Lama lampu menyala (t) = 1 tahun = 3  107 s
Peyelesaian :
E  p  t
7
 100 W  3  10
9
 3  10 J
E
m 
c2
3  10 9

9  10 16
8
 3  10
KESEREMPAKAN
DAN PARADOKS
KEMBAR
29

Dalam fisika, paradoks kembar (bahasa Inggris: twin paradox)


adalah eksperimen bayangan dalam relativitas khusus, dimana seorang
dari dua orang saudara kembar yang melakukan perjalanan dengan roket
kecepatan tinggi dan kemudian kembali lagi ke bumi akan menemukan
bahwa saudara kembarnya yang tetap di bumi lebih tua dari dirinya
sendiri. Hal ini dianggap aneh menurut dasar berikut: Masing-masing dari
saudara kembar, baik yang naik roket maupun yang tinggal di bumi, bisa
menganggap bahwa saudaranyalah yang melakukan perjalanan; dan
menurut teori relativitas khusus, masing-masing akan melihat bahwa
saudaranya yang melakukan perjalanan akan mengalami waktu yang lebih
pendek daripada dirinya sendiri.
Hal ini dikatakan sebagai paradoks karena sebuah efek absolut
(seorang dari saudara kembar benar-benar terlihat lebih tua dari yang
lainnya) bisa dihasilkan dari pergerakan relatif. Namun kenyataannya,
tidak ada kontradiksi dan eksperimen bayangan tersebut dapat dijelaskan
dalam lingkup dasar dari relativitas khusus. Efek ini telah dibuktikan
pada Eksperimen Hafele-Keating yang menggunakan jam yang diletakkan
pada pesawat terbang dan membandingkannya dengan jam yang tetap di
bumi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai