Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

RELATIVITAS KHUSUS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
 AHMAD KAMAL SULTANI
 M. ERIL KAUTSAR
 PURWANTI

SMAN 2 LUWU UTARA


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan
karunianya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah kami yang berjudul “RELATIVITAS
KHUSUS”.

Selain itu, kami pun mengucapkan terimakasih kepada para penulis yang tulisannya
kami kutip sebagai bahan rujukan. Tak lupa juga kami ucapkan maaf yang sebesar-besarnya,
jika ada kata dan pembahasan yang keliru dari kami. Kami berharap kritik dan saran Anda.
Semoga makalah kami ini dapat menjadi pelajaran dan menambah wawasan Anda.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman kita semua tentang biografi tokoh. Kami sadar dalam penulisan makalah ini banyak
terdapat kekurangan. Akan tetapi kami yakin makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Penulis,

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam fisika, relativitas khusus atau teori relativitas khusus adalah teori fisika mengenai
hubungan antara ruang dan waktu yang diterbitkan pada 1905 oleh Albert Einstein. Einstein
memberikan dua postulat:

1. hukum-hukum fisika berlaku invarian (bentuk yang sama) dalam semua kerangka
acuan inersia (kerangka acuan yang tidak mengalami percepatan); dan
2. laju cahaya dalam vakum bernilai sama untuk semua pengamat, tanpa perlu
memerhatikan gerakan cahaya maupun pengamat.

Relativitas khusus diperkenalkan Einstein pada 26 September 1905 dalam makalah "Mengenai
Elektrodinamika Benda Bergerak". Teori ini menggantikan pendapat Newton tentang ruang dan
waktu dan memasukan elektromagnetisme sebagaimana tertulis oleh persamaan Maxwell. Teori
ini disebut "khusus" karena dia berlaku terhadap prinsip relativitas pada kasus "tertentu" atau
"khusus" dari rangka referensi inertial dalam ruang waktu datar, di mana efek gravitasi dapat
diabaikan. Sepuluh tahun kemudian, Einstein menerbitkan teori relativitas umum (relativitas
umum) yang memasukan efek tersebut.

Relativitas khusus memiliki berbagai konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi tersebut telah


dibuktikan oleh eksperimen, dan mencakup di antaranya kontraksi panjang, dilatasi waktu, massa
relativistik, batas kelajuan tertinggi, ekuivalensi massa–energi, kelajuan kausalitas,
dan relativitas simultanitas. Salah satu dampak relativitas khusus adalah tergantinya pemikiran
bahwa waktu bersifat mutlak dengan pemikiran bahwa waktu bergantung pada kerangka acuan
dan posisi. Jadi dua kejadian yang terjadi secara bersamaan bagi seorang pengamat bisa tampak
tidak terjadi bersamaan bagi pengamat lainnya. Karakteristik yang paling mudah dikenali dari
relativitas khusus adalah digantikannya transformasi Galileo dari mekanika Newton
dengan transformasi Lorentz. Ruang dan waktu tidak bisa didefinisikan secara terpisah, tidak
seperti yang sebelumnya diduga, melainkan merupakan suatu kesatuan yang disebut sebagai
"ruang waktu".
BAB II

PEMBAHASAN

A. KERANGKA ACUAN INERSIAL

Suatu kerangka acuan inersia bertranslasi dengan suatu kecepatan konstan, yang
berarti kerangka acuan itu tidak berotasi (hanya bertranslasi) dan pusat koordinatnya
mengadakan kampanye dengan kecepatan konstan di sepanjang suatu garis lurus (dengan
kecepatan tetap, tanpa benarnya komponen percepatan). Dalam kerangka acuan inersia,
berlangsung hukum pertama Newton (inersia) dan juga hukum gerak Newton.
Beberapa metode untuk mendeskripsikan secara singkat suatu kerangka acuan inersial.
Suatu kerangka acuan inersial adalah suatu kerangka acuan yang [2];
 mengadakan kampanye dengan kecepatan konstan.
 tidak mengadakan kampanye dipercepat.
 dimana hukum inersia berlangsung.
 dimana hukum gerak Newton berlangsung.
 dimana tidak terdapat gaya-gaya fiktif.

B. DUA POSTULAT EINSTEIN

Postulat relativitas Einstein merujuk pada kerangka acuan inersia yang bergerak
dengan kecepatan konstan (tetap) relatif terhadap kerangka acuan inersia lainnya. Dari hasil
kajiannya, Einstein mengemukakan dua postulat, yaitu:

1. Hukum-hukum fisika memiliki bentuk yang sama pada semua kerangka acuan inersia.
2. Kecepatan cahaya yang merambat di ruang hampa udara (ruang vakum) bernilai sama
untuk semua kerangka acuan inersia, yaitu sekitar c = 3108 m/s.

Postulat Pertama
Postulat ini didasarkan pada tidak adanya kerangka acuan umum yang diam mutlak,
sehingga tidak dapat ditentukan mana yang dalam keadaan diam dan mana yang dalam
keadaan bergerak. Misalnya, seseorang berinisial A berada di dalam pesawat dan seseorang
berinisial B berada di permukaan bumi. Dari sudut pandang A, pesawat diam terhadap dirinya
dan permukaan bumi-lah yang bergerak. Sedangkan dari sudut pandang B, permukaan bumi
tempat dia berpijak yang tetap diam dan pesawat tempat A beradalah yang bergerak. Itulah
kenapa disebut relativitas ya! Karena semua kerangka acuan inersianya kita pandang secara
relatif, tergantung di mana sudut pandang kita berada!
Postulat Kedua
Pada postulat ini, Einstein menyatakan bahwa kecepatan cahaya (c) yang merambat di
ruang hampa udara (ruang vakum) bernilai sama untuk semua kerangka acuan inersia. Jadi,
ketika kerangka acuan yang kita gunakan adalah kerangka acuan inersia, maka nilai kecepatan
cahaya itu selalu sama, mau kita memandang dari kerangka acuan inersia yang satu maupun
kerangka acuan inersia lainnya. Terus, kalau mediumnya berupa ruang hampa udara (ruang
vakum), kecepatan cahaya itu konstan dinilai sekitar 3108 m/s ya! Nah dampak dari postulat
kedua relativitas khusus Einstein ini menyebabkan, segala pengukuran peristiwa relativistik
harus dibandingkan dengan kecepatan cahaya dan tidak ada kecepatan yang lebih besar dari
kecepatan cahaya.

C. TRANSFORMASI LORENTZ

Dalam fisika, transformasi Lorentz adalah seperangkat transformasi linear satu-


parameter dari sistem koordinat suatu kerangka acuan dalam ruang waktu ke kerangka yang
lain yang bergerak dengan kecepatan yang konstan (parameternya) relatif terhadap kerangka
yang awal. Transformasi inversnya berbentuk serupa dengan parameter negatif dari kecepatan
tersebut. Nama transformasi ini dinamai dari fisikawan Belanda Hendrik Lorentz.
Bentuk paling umum dari transformasi ini, dengan parameter sebuah konstanta
real v melambangkan kecepatan sejajar sumbu-x, dituliskan sebagai[1]

dengan (t, x, y, z) dan (t′, x′, y′, z′) adalah koordinat suatu kejadian dalam dua kerangka, di mana
salah satu kerangka diamati sedang bergerak dengan kecepatan v sejajar sumbu-x menurut

kerangka yang lainnya, c adalah laju cahaya,dan adalah faktor Lorentz.


Ketika kecepatan v jauh lebih kecil daripada c, faktor Lorentz bisa dianggap sama dengan 1,

tetapi ketika nilai v mendekati c, nilai naik tanpa batas. Nilai v harus lebih kecil

daripada c agar transformasinya masuk akal.Jika kecepatan dilambangkan sebagai


bentuk ekuivalen dari transformasinya adalah[2]

Kerangka acuan bisa dibagi menjadi dua jenis: inersia (bergerak relatif dengan kecepatan
konstan) dan non-inersia (mengalami percepatan, bergerak melengkung, gerak rotasi
dengan kecepatan sudut konstan, dsb.). Istilah "transformasi Lorentz" hanya mengacu pada
transformasi antar kerangka inersia, biasanya dalam konteks relativitas khusus.
Dalam masing-masing kerangka acuan, pengamat bisa menggunakan sebuah sistem
koordinat lokal (biasanya koordinat Kartesius dalam konteks ini) untuk mengukur jarak, dan
sebuah jam untuk mengukur interval waktu. Sebuah kejadian adalah sesuatu yang terjadi di suatu
titik dalam ruang pada suatu saat dalam waktu, atau lebih formalnya suatu titik dalam ruang
waktu. Transformasi ini menghubungkan koordinat ruang dan waktu dari sebuah kejadian
sebagaimana diukur oleh seorang pengamat dalam masing-masing kerangka.[nb 1]

Transformasi Lorentz menggantikan transformasi Galileo dari mekanika klasik, yang


mengasumsikan bahwa ruang dan waktu bersifat mutlak (lihat relativitas Galileo). Transformasi
Galileo merupakan perkiraan yang bagus hanya untuk kecepatan relatif yang jauh lebih kecil
daripada kecepatan cahaya. Transformasi Lorentz mengandung beberapa hal yang tidak intuitif
yang tidak terdapat dalam transformasi Galileo. Contohnya, transformasi Lorentz
mengimplikasikan bahwa pengamat yang begerak dengan kecepatan yang berbeda bisa
mengukur jarak yang berbeda, selang waktu yang berbeda, dan bahkan urutan kejadian yang
berbeda, tetapi selalu sedemikian rupa sehingga laju cahaya bernilai sama dalam semua kerangka
acuan inersia. Kekararan laju cahaya adalah salah satu postulat relativitas khusus.

Dalam sejarahnya, transformasi ini merupakan hasil dari usaha oleh Lorentz dan ilmuwan
lainnya untuk menjelaskan mengapa laju cahaya tidak dipengaruhi oleh kerangka acuan, dan
untuk memahami simetri dari hukum-hukum elektromagnetisme. Transformasi Lorentz
bersesuaian dengan relativitas khusus Albert Einstein, tetapi diturunkan lebih dahulu.
Transformasi Lorentz merupakan sebuah transformasi linear. Transformasinya bisa mengandung
rotasi ruang; transformasi Lorentz yang tidak mengandung rotasi disebut Lorentz boost.
Dalam ruang Minkowski, sebuah model matematika dari ruang waktu dalam relativitas khusus,
transformasi Lorentz mempertahankan interval ruang waktu di antara dua kejadian manapun.
Sifat ini adalah sifat terpenting dari transformasi Lorentz. Transformasi ini hanya
menggambarkan transformasi di mana kejadian ruang waktu di titik asal dibuat tetap.
Transformasi ini bisa dianggap sebagai rotasi hiperbolis dari ruang Minkowski. Seperangkat
transformasi yang lebih umum yang juga berisi translasi dikenal sebagai grup Poincaré.

D. PENJUMLAHAN KECEPATAN ( TRANSFORMASI KECEPATAN )

Penjumlahan kecepatan relativistik, bagaimanakah menguasai konsep tersebut? Suatu


permasalahan menarik ketika postulat kedua Einstein menyatakan bahwa kelajuan cahaya sama
bagi semua pengamat, tidak bergantung gerak sumber maupun pengamat. Tetapi ketika kita
berada dalam suatu kerangka yang bergerak konstan terhadap kerangka lain, dalam kerangka
pertama kita menembakkan cahaya ke arah depan, pengamat dalam kerangka lain tentunya akan
mendapatkan bawah kelajuan cahaya akan le bih besar dari c, dan tentunya hal tersebut
melanggar atau tidak sesuai dengan postulat Einstein. Transformasi koordinat gerak tentunya
harus dikoreksi sebagaimana kecepatan cahaya haruslah tetap bernilai c bagi semua pengamat.
Tidak bergantung pada gerak sumber atau pengamat. Pada kali ini akan menganalisis suatu
bentuk penjumlahan kecepatan relativistik.

Gerak suatu benda relative terhadap kernagka acuan tertentu

Tinjaulah sebuah partikel yang bergerak dengan kelajuan u' terhadap kerangka acuan S',
dimana kerangka acuan S' tersebut bergerak dengan kelajuan konstan v terhadap kerangka acuan
S. Secara klasik kecepatan partikel relative terhadap S dapat dituliskan u = u'+v. Dimana u
merupakan perubahan posisi partikel terhadap waktu menurut S, dan u' adalah perubahan posisi
partikel terhadap waktu menurut S'.

Dengan menggunakan persamaan transformasi Lorentz (tidak diturunkan disini),


persamaan posisi partikel terhadap kerangka S adalah

Dengan membagi persamaan dx terhadap dt, akan diperoleh suatu persamaan kecepatan
partikel terhadap kerangka S yaitu:
Bentuk persamaan terakhir diatas merupakan penjumlah kecepatan untuk benda-benda
yang bergerak dengan laju mendekati kecepatan cahaya. Seandainya kita mengganti u'=c maka
nilai u = c, yang menunjuukan bahwa postulat Einstein tidak dilanggar atau batas kecepatan di
jagat raya tetaplah kecepatan cahaya.

E. KONTRAKSI PANJANG DAN DILATASI WAKTU

Suatu perubahan mendasar mengenai waktu dan besaran fisis yang sifatnya mutlak
berubah setelah Einstein mengajukan dua postulat. Kedua postulat ini pada akhirnya akan
mengubah semua besaran fisis yang dulunya dianggap sebagai besaran yang mutlak atau sama
bagi setiap pengamat baik diam maupun bergerak, sekarang menjadi "relative" terhadap
pengamat tertentu. Beberapa konsekuensi yang terjadi selain waktu, panjang yang diukur oleh
seorang pengamat juga merupakan besaran yang bersifat relatif dan bergantung pada pengamat.
Dua postulat yang dikemukakan oleh Einstein adalah sebagai berikut:
 Prinsip Relativitas: Semua hukum fisika mempunyai bentuk yang sama dalam semua
kerangka acuan inersia.
 Prinsip dari kelajuan cahaya: Kelajuan cahaya dalam ruang bebas (free space) adalah
sama bagi semua kerangka inersia. Hal tersebut tidak bergantung pada gerak sumber
ataupun pengamat.
Kedua postulat di atas dibatasi oleh suatu kerangka acuan inersia. Kerangka acuan inersia
merupakan suatu kerangka acuan yang diam atau bergerak dengan kecepatan konstan. Dua
postulat diatas sangat terkenal sebagai postulat dalam "relativitas khusus". Mengapa khusus,
karena keduanya dibatasi dalam suatu kerangka inersia, kekhususan inilah yang menjadikannya
sebagai postulat relativitas khusus Einstein. Dalam kerangka acuan yang dipercepat Eistein
memasukannya kedalam teori umum relativitas (general theory of relativity). Baiklah marilah
kita bahas dua konsekuensi dari postulat Einstein yaitu dilatasi waktu dan kontraksi panjang.

Dilatasi Waktu
Interval waktu suatu peristiwa akan berbeda jika diamati oleh pengamat yang berbeda.
Bayangkan kita membawa sebuah jam kemudian mengamati sebuah interval waktu peristiwa
(menyala hingga mati kembali sebuah lilin). Posisi pengamat terhadap peristiwa tersebut berada
dalam posisi yang sama, itu artinya pengamat dalam kondisi diam terhadap peristiwa. Waktu
yang diamati oleh pengamat tersebut disebut waktu sebenarnya (proper time ) yang
dilambangkan dengan to. Jika dalam waktu yang bersamaan pengamat lain yang bergerak
dengan kelajuan konstan v membawa jam yang sama dan telah disinkronkan mengamati interval
waktu peristiwa yang sama (menyala hingga mati kembali sebuah lilin tadi), interval waktu
peristiwa yang teramati disebut interval waktu relativistik disimbolkan dengan t. Hasil
pengukuran pengamat yang kedua diperoleh bahwa interval waktunya lebih lama atau lebih besar
dari pengamat yang diam terhadap peristiwa. Perisitiwa tersebut dinamakan dilatasi waktu.
Secara matematis kedua waktu tersebut, dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai
barikut:

v menunjukkan kelajuan peristiwa atau pengamat, c adalah kelajuan cahaya, dan t adalah waktu
yang peristiwa yang diamati oleh pengamat yang bergerak atau sebaliknya.

Konstraksi Panjang
Konsekuensi yang kedua akibat postulat Einstein adalah panjang suatu benda bersifat
relative, berubah menurut pengamat dalam kerangka acuan tertentu. Seorang pengamat yang
berada dalam keadaan diam terhadap objek yang diukur akan mengukur panjang objek dalam
keadaan sebenarnya. Panjang objek tersebut disebut panjang objek dalam keadaan diam (Lo)
atau proper lenght. Jika benda tersebut bergerak, ini artinya pengamat yang diam tadi relative
bergerak terhadap objek, pengukuran terhadap panjang objek ternyata menghasilkan keadaan
yang lebih pendek untuk panjang objek yang searah gerak benda. Keadaan ini disebut dengan
kontrasksi panjang (penyusutan panjang). Secara matematis persamaannya dituliskan sebagai
berikut:

L menunjukkan panjang benda dalam keadaan bergerak, v kelajuan benda atau pengamat,
c adalah kelajuan cahaya, dan Lo merupakan panjang benda dalam keadaan diam terhadap
pengamat.

F. TRANSFORMASI LORENTZ UNTUK MOMENTUM DAN TENAGA

Suatu benda yang diukur dalam keadaan diam terhadap pengukur adalah m mempunyai
kecepatan v terhadap kerangka acuan K. Menurut prinsip relativitas Einstein dalam ruang
momentum tenaga memberikan hasil bahwa momentum benda tersebut diukur di kerangka K
adalah

Energi benda tersebut (tidak termasuk energł potensial) diberikan Oleh


Untuk benda yang mempunyai kecepatan no] (ť = O) benda mempunyai energi yang
dikenal dengan energi diam benda yang besarnya:

Eo = moc2

Energi kinetik merupakan selisih dari energi benda dengan energi diamnya yaitu :
ATAU —mc

Persamaan (12) dan (13) dapat dituhs dengan bentuk :


2

dengan
massa m sering disebut sebagai massa gerak benda, yaitu massa
1
benda ketika diukur dalam keadaan bergerak. Faktor I _v lebih besar daripada satu, dan m
> mo sehingga terjadi pemekaran massa untuk benda yang relatif begerak. Dengan menggunakan
persamaan (12) dan (13) maka dapat diturunkan peľsamaan momentum energi sebagai berikut :
E2 —p2 .c2 m2 .c4
Jİka di kerangka K sebuah benda teramatİ mempunyai momentum fi dan tenaga E, dan
jlka pada kerangka K' sebuah benda teramati mempunyai rnomentum dan energİ E' maka
terdapat hubungan:
p'x k(px

E' — k(E —v.px)

dengan c
Kerangka K' begerak sepanjang sumbu x dengan kecepatan v. Transformasi İni disebut
dengan transformasi Lorentz untuk momentum dan energİ. Persaman (21) sampaİ dengan (24)
diperoleh darİ penerapan prinsİp relatİvİtas pada ruang momentum-energİ. Dalam kerangka
acuan yang berbeda energi dan momentum akan mempunyaİ beşar yang berbeda tergantung darİ
kerangka acuan mana kita mengukur.

G. EFEK DOPPLER ( PENGAYAAN )

Efek Doppler ditemukan oleh ilmuwan fisika asal Austria yang bernama Christian
Johanm Doppler. Efek Doppler menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan pergerakan
sumber bunyi terhadap pendengar yang relatif satu sama lain dan menyebabkan frekuensi yang
didengar berbeda dari frekuensi yang dihasilkan sumber bunyi.
Misalnya, ketika sebuah ambulans yang membunyikan sirinenya bergerak mendekati
seseorang yang sedang berdiri di bahu jalan, maka bunyi yang akan terdengar makin tinggi.
Ketika ambulans tersebut bergerak menjauh maka bunyi sirine yang terdengar akan semakin
mengecil.
Efek Doppler dirumuskan sebagai berikut:

Dalam rumus efek Doppler ada beberapa perjanjian tanda nih Squad.
vs bernilai positif (+) jika sumber bunyi menjauhi pendengar.
vs bernilai negatif (-) jika sumber bunyi mendekati pendengar.
vp bernilai positif (+) jika pendengar mendekati sumber bunyi.
vp bernilai negatif (-) jika pendengar menjauhi sumber bunyi.

Agar lebih mudah dalam mengingat tanda perhatikan ilustrasi berikut:

H. GRAVITASI EINSTEIN DAN GELOMBANG GRAVITASI


 Gravitasi Einstein

Ilmuwan lain yaitu Albert Einstein juga memberikan konsep berbeda mengenai apa itu
gravitasi pada tahun 1916. Einstein dikenal sebagai ilmuwan yang memiliki pemikiran
revolusioner, dengan salah satu teori yang terkenal yaitu teori relativitas.
Dari teori ini, Einstein telah mengubah pemikiran mengenai konsep ruang dan waktu sampai saat
ini.
Einstein percaya bahwa sebenarnya ruang dan waktu bukan sesuatu yang tetap atau pasti.
Ruang dan waktu memiliki fenomena yang relatif, fleksibel dan juga dinamis. Fenomena tersebut
seperti apa yang terjadi pada proses alam semesta lain. Einstein menganggap bahwa ruang dan
waktu seperti kain yang panjangnya tidak terbatas. Objek langit yang besar seperti Matahari bisa
membengkokan kain ruang dan waktu dengan gaya gravitasinya. Sehingga, membuat cahaya
tidak bergerak lurus saat berusaha melewati matahari. Lebih lanjut lagi, dijelaskan setiap materi
terkecil juga bisa membelokkan ruang dan waktu yang ada di sekitarnya. Menciptakan sebuah
gaya gravitasinya, walaupun memiliki efek yang sangat kecil. Namun, gravitasi akan bisa terjadi
pada ruang dan bidang yang datar.
Berangkat dari teori itu, Einstein menolak teori gravitasi Newton, karena konsep itu
hanya menjelaskan efek gravitasi, namun tidak menjelaskan bagaimana gravitasi bisa terjadi.
Newton berpendapat kecepatan benda akan tetap, sebelum ada gaya yang mempengaruhi.
Einstein mengeluarkan teori relativitas umum, untuk memperbarui teori itu sebagai penjelasan
gaya gravitasi yang baru. Einstein berpendapat, gaya gravitasi muncul sebagai konsekuensi dari
kenyataan massa yang mengubah ruang dan waktu menjadi melengkung. Walaupun ada
perbedaan pendapat dari kedua ilmuwan mengenai apa itu gravitasi, tapi teori Newton tidak
sepenuhnya disalahkan. Lantaran pada perhitungan kecepatan rendah, maka rumus Newton bisa
tepat. Teori relativitas akan membuat perhitungan menjadi lebih akurat lagi, sehingga kedua teori
mengenai gravitasi bisa saling melengkapi.

 Gelombang Gravitasi

Pada Februari 2016 yang lalu, kolaborasi LIGO-VIRGO mengumumkan pengamatan


gelombang gravitasi. Pengamatan tersebut membuktikan prediksi teori relativitas yang 101 tahun
lalu dikemukakan oleh Einstein. Pengamatan ini sangat sukar, bahkan Einstein sendiri
meramalkan bahwa gelombang gravitasi tidak akan pernah teramati. Namun yang
membanggakan adalah salah satu putri terbaik Indonesia turut bergabung dalam kolaborasi ini.
Yoshinta E. Setyawati adalah alumnus Fisika Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
yang sekarang menempuh S2 di Radboud, Belanda. Topik risetnya saat ini membuat ia
tergabung ke dalam ke dalam kolaborasi LIGO-VIRGO. Namanya tercantum ke dalam penulis
paper monumental yang dimuat di jurnal Physical Review Letters. Berikut ini petikan
wawancara kami dengan Yoshinta.
 Apa itu gelombang gravitasi?
Menurut teori relativitas umum, massa dapat melengkungkan ruang waktu di sekitarnya.
Semakin besar massa suatu benda semakin melengkung ruang waktu di sekitarnya. Gravitasi
adalah hasil dari kelengkungan ruang waktu yang dideskripsikan Einstein.
Apabila ada dua benda yang bermassa sangat besar, misalnya lubang hitam atau bintang
neutron, maka ruang-waktu di sekitarnya akan melengkung dengan ekstrim. Jika keduanya saling
mengorbit, kita akan mendapati adanya gelombang gravitasi sebagai akibat dari momen
kuadrupol. Analoginya seperti dua buah batu yang dilemparkan ke air dan mengakibatkan
gelombang di sekitarnya. Gelombang gravitasi adalah gelombang dari ruang-waktu itu sendiri.
Apabila gelombang gravitasi melewati satu tempat, maka jarak antara dua titik di lokasi itu akan
memanjang di satu sisi dan memendek di sisi lain secara periodik.
 Bagaimana cara LIGO mendeteksi gelombang gravitasi?
LIGO memanfaatkan sifat gelombang gravitasi yang dapat memendekkan atau
memanjangkan jarak dua titik. Namun, perbedaan panjang yang harus dideteksi LIGO sangat
kecil, yakni 1/1000 diameter proton.
Agar dapat mengukur perbedaan panjang yang sangat kecil ini, LIGO menggunakan
prinsip interferometer Michelson. Pada LIGO, sinar laser ditembak dari sumbernya dan dipecah
di kedua lengan dengan panjang 4 km yang tegak lurus satu sama lain. Sinar laser ini kemudian
dipantulkan berulang kali lalu digabungkan di detektor. Apabila tidak ada gelombang gravitasi,
sinar laser dari kedua lengan akan saling meniadakan di detektor. Namun, beda halnya jika
gelombang gravitasi melewati LIGO. Karena panjang yang ditempuh oleh lengan yang satu
berbeda dengan lengan lainnya, maka sinar laser dari kedua lengan tidak lagi saling meniadakan.
Ada dua lokasi eksperimen LIGO di Amerika Serikat yakni Hanford dan Livingston yang
berjarak 3002 km satu sama lain. Dua lokasi eksperimen LIGO ini didirikan untuk memastikan
bahwa yang terdeteksi adalah benar-benar gelombang gravitasi. Jika kita mendeteksi gelombang
di satu lokasi, maka gelombang gravitasi yang sama harus terdeteksi di lokasi lainnya sebelum
10 ms. LIGO juga akan membangun LIGO India dan sedang berkolaborasi dengan VIRGO di
Eropa.
Pada 14 September, 2015, LIGO sedang beroperasi dan mendeteksi adanya sinyal di
kedua lokasi (Hanford, Livingston). Lalu, tim menganalisis data yang didapat untuk mengecek
apakah benar-benar terdeteksi sinyal gelombang gravitasi. Hasil dari pengecekan itu adalah
bahwa sinyal tersebut berasal dari dua buah lubang hitam dengan massa 36 dan 29 kali massa
matahari yang saling mengelilingi satu sama lain. Jarak sistem lubang hitam tersebut sekitar 410
Mpc (1336 juta tahun cahaya) dari bumi. Kedua lubang hitam ini kemudian bergabung menjadi
satu lubang hitam dengan massa 62 kali massa matahari. Sisa penjumlahan massa, yakni tiga kali
massa matahari teradiasi menjadi gelombang gravitasi. Dalam analisis tersebut, profil
gelombangnya sesuai dengan teori dan model konfigurasi lubang hitam Kerr sebagai hasil dari
penggabungan.
Dari berbagai hasil analisis, tim LIGO mempunyai keyakinan yang sangat tinggi bahwa
ini berasal dari gelombang gravitasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Relativitas khusus menunjukkan bahwa jika dua pengamat berada dalam kerangka
acuan lembam dan bergerak dengan kecepatan sama relatif terhadap pengamat lain, maka
kedua pengamat tersebut tidak dapat melakukan percobaan untuk menentukan apakah mereka
bergerak atau diam.
Teori ini disebut "khusus" karena dia berlaku terhadap prinsip relativitas pada kasus
"tertentu" atau "khusus" dari rangka referensi inertial dalam ruang waktu datar, di mana efek
gravitasi dapat diabaikan.
Prinsip Relativitas Khusus menyatakan bahwa, kecepatan cahaya adalah sama untuk
seluruh pengamat inersia tak peduli keadaan gerak sumber cahaya [1]. Teori ini dinamai
”khusus” karena dalam teori ini prinsip relativitas berlaku hanya untuk kerangka acuan
inersia.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Relativitas_khusus

https://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-2962/Kerangka-Acuan_23903_unkris_p2k-unkris.html

https://www.ruangguru.com/blog/postulat-einstein-dalam-teori-relativitas-khusus#:~:text=Dari
%20hasil%20kajiannya%2C%20Einstein%20mengemukakan,c%20%3D%203108%20m%2Fs.

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Transformasi_Lorentz

https://mafia.mafiaol.com/2013/03/penjumlahan-kecepatan-berdasarkan.html

https://www.ruangguru.com/blog/pengertian-dan-rumus-efek-doppler

https://www.selamatpagi.id/gravitasi/#!

http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1478791141

Anda mungkin juga menyukai