TENTANG KERAJAAN
MATARAM KUNO
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 :
1. WAHYU SAPUTRA
2. RISMA RIAWANTI
3. RATNA WAHYUNITA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Kerajaan Mataram Kuno ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
Kerajaan Mataram Kuno ini dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa dan kekurangan
pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Kerajaan Mataram Kuno ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke-8 hingga ke-11 dan dikuasai oleh
tiga dinasti yaitu Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan Dinasti Isyana. Mataram
kuno pertama kali diperkirakan berdiri di Bhumi Mataram yang berada di sekitar
Yogyakarta. Berdasarkan periode kepemimpinannya, lokasi ibu kota awalnya berada
di Jawa Tengah ketika Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra berkuasa. Pada masa
kepemimpinan Dinasti Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno dengan corak Hindu
memiliki pengaruh yang luar. Setelah digantikan Rakai Panangkaran mulai muncul
perpecahan yang membuat kepemimpinan terbagi dua.
Dinasti Sanjaya yang memimpin Kerajaan Mataram Kuno dengan corak Hindu
berkuasa di Jawa Tengah bagian utara. Sementara Dinasti Syailendra dengan
Kerajaan Mataram Kuno dengan corak Buddha berkuasa di Jawa Tengah bagian
selatan. Di bawah kekuasaan Dinasti Syailendra, Kerajaan Mataram Kuno mencapai
puncak kejayaan. Pada masa kepemimpinan Sri Dharmatungga, wilayah kekuasaan
meluas hingga Semenanjung Malaka. Penggantinya Syailendra juga berhasil
mengalahkan Chenla di Kamboja. Tak hanya kekuasaan, namun kebudayaan juga
berkembang termasuk membangun Candi Borobudur pada masa kepemimpinan
Samaratungga. Kedua dinasti ini bersatu kembali melalui pernikahan Rakai Pikatan
dan Pramodawardhani. Sementara pada masa pemerintahan Dinasti Isyana, oleh Mpu
Sindok ibu kota kerajaan bergeser ke Jawa Timur. Ada beberapa faktor yang disebut
memengaruhi kepindahan ini antara lain meletusnya Gunung Merapi, perebutan
kekuasaan, serangan Kerajaan Sriwijaya, hingga tidak adanya pelabuhan hingga
ekonomi sulit berkembang.
B. Rumusan Masalah
C. KEHIDUPAN KEBUDAYAAN
Sejarah kebudayaan tidak merinci satu-satu secara sekuens perkembangan
sistem, organisasi, atau struktur sosial, tetapi yang dikemukakan ialah apa yang bisa
dibangun dan direkonstruksi dari data yang diperoleh yang biasanya tidak lengkap.
Kehidupan sosial selalu berbeda dari zaman ke zaman dan berkembang dari yang
bersahaja hingga menjadi yang kompleks (Sutarto,dkk., 2009: 10). Kehidupan sosial
tidak bisa dilepaskan dari bidang ekonomi. Kehidupan sosial berkaitan Kehidupan
Sosial Ekonomi Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno Abad Ix-X M: Kajian
Berdasarkan Prasasti dan Relief (Naufal Raffi Arrazaq, Saefur Rochmat) 215 dengan
kehidupan ekonomi dan sebaliknya. Kedua bidang tersebut dari masa ke masa
mengalami perubahan. Kehidupan sosial ekonomi sudah ada sejak masa kerajaan.
Beberapa kerajaan di Nusantara telah mengenal sistem sosial ekonomi.
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kerajaan Mataram Kuno dapat diketahui
berdasarkan prasasti. Berikut ialah pembahasan kehidupan sosial ekonomi
berdasarkan prasasti.
Kehidupan Sosial Masyarakat Jawa Kuno dapat dibagi menjadi beberapa
golongan. Pada abad X M telah dikenal adanya pembagian kasta dengan penyebutan
seperti di India, yaitu golongan brahmana, kesatria, waisya, dan sudra. Keempat
golongan disebut dengan istilah catur warna. Meskipun secara tersurat disebutkan
adanya pembagian kasta, namun tidak dijelaskan apakah seketat di India (Haryono,
2001: 72).
Adapun pembagian golongan masyarakat Kerajaan Mataram Kuno berdasarkan
prasasti sebagai berikut.
a. Brahmana (Golongan Agamawan).
b. Kesatria (Golongan Bangsawan atau Pejabat Kerajaan)
c. Waisya (Golongan Pedagang)
d. Sudra (Golongan Masyarakat Biasa)
e.
D. KEHIDUPAN EKONOMI
Sejarah kebudayaan tidak merinci satu-satu secara sekuens perkembangan sistem,
organisasi, atau struktur sosial, tetapi yang dikemukakan ialah apa yang bisa
dibangun dan direkonstruksi dari data yang diperoleh yang biasanya tidak lengkap.
Kehidupan sosial selalu berbeda dari zaman ke zaman dan berkembang dari yang
bersahaja hingga menjadi yang kompleks (Sutarto,dkk., 2009: 10).
Kehidupan sosial tidak bisa dilepaskan dari bidang ekonomi. Aktivitas ekonomi
meliputi tiga macam kegiatan, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Aktivitas
produksi digambarkan oleh prasasti di dalam beberapa kegiatan, yang menghasilkan
barang-barang kebutuhan pokok yang dapat dinikmati oleh masyarakat misalnya
makanan, pakaian, dan kerajinan (Susanti, 2010: 110-111).
B. Saran
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kerajaan Mataram Kuno dapat direkonstruksi melalui
prasasti dan relief. Kedepan perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai bidang
seni, misalnya seni tari atau seni kriya. Kajian bidang seni tersebut dapat digunakan sebagai
sumber pengetahuan seni yang berkembang dalam masyarakat Kerajaan Mataram Kuno.
Penelitian di bidang lain misalnya kajian astronomi atau perbintangan berdasarkan prasasti
DAFTAR PUSTAKA