Anda di halaman 1dari 55

KERAJAAN Kediri, Singosari dan

Majapahit
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia.
Kelas :X
By: Drs. Arief Suwarsan
Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri merupakan kelanjutan dari
Kerajaan Medang Kamulan. Pada awalnya, wilayah
Kerajaan Kediri meliputi daerah Kediri, Madiun
dan daerah bagian barat kerajaan Medang
Kamulan. Ibukota kerajaan adalah Daha yang
terletak di tepi S. Brantas. Aktifitas perekonomian
banyak mengandalkan S. Brantas dengan
pelabuhannya Canggu yang dapat mendatangkan
kemakmuran bagi kehidupan rakyat Kediri.
Sumber Sejarah
Prasasti:
1. Prasasti Sirah Keting (1104 M) berisi tentang pemberian tanah
kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.
2. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono yg berasal
dari Raja Bameswara(1117 – 1130M)
3. Prasasti Ngantang (1135M) menyebutkan Raja Jayabaya
memberikan hadiah kepada rakyat desa Ngantang sebidang tanah
yang bebas dari pajak.
4. Prasasti Jaring (1181M) dari Raja Gandra yang memuat nama –
nama hewan.
5. Prasasti Kamulan (1194M) masa Raja Kertajaya berhasil
mengalahkan musuh yang memusuhi Istana di Katang – katang.
Berita Asing.
Berita asing Kerajaan Kediri sebagaian besar
berasal dari berita Cina. Berita Cina itu merupakan
kumpulan – kumpulan cerita dari pedagang Cina
yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan
Kediri. Seperti kronik Cina yang bernama Chu Fan
Chi karangan Chu ju kua (1220M). Buku ini banyak
mengambil cerita cerita dari buku Ling wai tai ta
(1778 M) karangan Chu ik fei. Kedua buku ini
menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad
ke 12 dan 13 M.
Candi Penataran di Blitar
Kehidupan Politik
Masa kekuasaan Kediri dapat dikatakan jelas, terbukti
dengan ditemukannya silsilah raja – raja yang pernah
memerintah Kerajaan Kediri. Dalam persaingan antara
Panjalu dan Kediri, kerajaan Kediri yang unggul dan
menjadi kerajaan yang besar kekuasaannya. Masa
pemerintahan Raja Kertajaya (1190 – 1222M) keadaan
Kerajaan Kediri menjadi tidak aman. Kestabilan politik
menurun karena Raja Kertajaya bermaksud mengurangi
hak – hak kaum Brahmana. Keadaan ini ditentang oleh
kaum Brahmana dan kedudukan kaum Brahmana menjadi
tidak aman.
Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta
bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh
Ken Arok. Raja Kertajaya yang tau bahwa kaum
Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke
Tumapel, mempersiapkan pasukan untuk
menyerang Tumapel. Sementara itu, Ken Arok
dengan dukungan kaum Brahmana melakukan
serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan
bertemu di dekat Genter (1222M). Dalam
pertempuran itu pasukan Kediri dapat dihancurkan.
Raja Kertajaya berhasil meloloskan diri dan tidak
diketahui selanjutnya.
Kondisi Ekonomi.
Menurut catatan – catatan dari pedagang – pedagang Cina
yang berhasil dikumpulkan, menyebutkan bahwa:
1. Kerajaan Kediri banyak menghasilkan beras.
2. Barang dagangan lain yang laku di pasaran adalah emas,
perak, gading, kayu cendana, pinang dan sebagainya.
3. Letak kerajaan sangat strategis dalam pelayaran
perdagangan antara Indonesia Timur dan Indonesia
Barat.
4. Pajak rakyat terdiri dari dari hasil bumi seperti beras,
palawija, kayu dan sebagainya ( pajak in natura).
Kondisi Sosial
Pada masa kejayaannya, perhatian raja terhadap
kehidupan sosial masyarakat semakin bertambah
besar. Hal ini dibuktikan dengan munculnya kitab
– kitab yang menceritakan kehidupan sosial
masyarakat pada masa itu seperti kitab
Lubdhaka. Kitab ini mengandung pelajaran moral
bahwa tinggi rendahnya martabat seseorang
tidak ditentukan berdasarkan asal dan
kedudukan, melainkan berdasarkan tingkah laku.
Sejak zaman pemerintahan Raja Jayabaya
terdapat usaha – usaha untuk memberikan
perlindungan terhadap para ahli sastra seperti
penyair dan pengarang, sehingga mereka
dengan tenang dan aman dapat
mengembangkan kreativitasnya. Keadaan ini
dapat memberi dorongan untuk menciptakan
karangan – karangan bermutu. Raja juga
memberi perlindungan terhadap hak – hak
rakyat.
Kondisi Budaya
Suatu hal yang agak aneh terjadi di Kerajaan Kediri yaitu
sangat jarang ditemukan seni pahat dan seni bangunan. Di
Gua Semangleng dan di desa Memenang ditemukan
beberapa patung patung atau candi – candi, namun tidak
begitu berarti bagi kemegahan suatu kerajaan yang pernah
diperintah oleh raja besar seperti Jayabaya. Kebudayaan
pada masa Kerajaan Kediri mengalami perkembangan yang
sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari hasil – hasil karya
sastra seperti; Krisnayana, Bharatayudha, Arjuna Wiwaha,
Hariwangsa, Bhomakavya, Smaradhana, Wrttasancaya dan
Lubdhaka.
Kerajaan Singosari
Kerajaan Singosari berawal dari daerah Tumapel
yang dikuasai oleh seorang akuwu (bupati).
Letaknya didaerah pegunungan yang subur di
wilayah Malang dengan pelabuhannya bernama
Pasuruan. Kerajaan Singasari menjadi kerajaan
besar setelah berhasil mengalahkan Kerajaan
Kediri dalam pertempuran di dekat Genter tahun
1222 M.
Sumber Sejarah
• Kitab Pararaton yang menceritakan tentang raja – raja
Singasari.
• Kitab Negarakertagama berisi silsilah raja – raja Majapahit
yang hubungan erat dengan raja – raja Singasari.
• Prasasti – prasasti sesudah tahun 1248 M.
• Berita dari Cina yang menyebutkan bahwa Kaisar Kubilai
Khan (Cina) mengirimkan pasukannya untuk menyerang
Kerajaan Singasari.
• Peninggalan – peninggalan purbakala berupa bangunan
candi yang menjadi makam raja – raja Singasari seperti,
Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari DLL.
Kehidupan Politik.
Kerajaan Singosari didirikan oleh Ken Arok setelah
berhasil membunuh Tunggul Ametung dan
menggantikan kedudukannya sebagai Akuwu di
Tumapel. Kerajaan Singosari menjadi besar setelah
Ken Arok berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri di
daerah Genter tahun 1222M. Dengan kemenangan ini
maka Ken Arok membentuk dinasti baru bernama
Dinasti Girindrawangsa (dinasti keturunan Siwa) dan
mengangkat dirinya sebagai Raja Singosari dengan
gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi.
Masa pemerintahan Ken Arok berakhir tahun 1227M
setelah Ken Arok dibunuh oleh kaki tangan Anusopati
(anak tirinya dari pernikahan Ken Dedes dengan suami
pertamanya Tunggul Ametung). Masa pemerintahan
Anisopati berlangsung selama 22 tahun dengan tidak
ada pembaharuan – pembaharuan. Tahun 1248M
Anusopati terbunuh oleh Tohjaya (putera Ken Arok
dengan Ken Umang) sehingga tahta kerajaan diserahkan
ke Tohjaya. Masa pemerintahan Tohjaya, terjadi perang
saudara antara Tohjaya melawan Ranggawuni ( putera
Anusopati ) yang dibantu oleh Mahisa Cempaka. Dalam
perang tersebut pasukan Tohjaya dapat dikalahkan.
Ranggawuni naik tahta kerajaan dengan gelar
Wisnuwardhana dibantu oleh Mahesa Cempaka
dengan gelar Narasinghamurti. Mereka memerintah
bersama Kerajaan Singosari (1248 – 1268 M).
Wisnuwardhana sebagai raja dan Narasinghamurti
sebagai Ratu Angabhaya. Wisnuwardhana mengangkat
puteranya sebagai Yuvaraja (raja muda) dengan
maksud mempersiapkan puteranya yang bernama
Kartanegara menjadi soerang raja yang besar. Setelah
Wisnuwardhana meninggal, tahta kerajaan jatuh pada
Kertanegara. Raja Kartanegara merupakan raja
terkemuka dan raja terakhir dari Kerajaan Singosari.
Kebijakan Politik Kartanegara:
• Politik Dalam Negeri.
a. Mengadakan pergeseran pembantu – pembantunya
seperti Mahapatih Raganata digantikan oleh Aragani.
Raganata diangkat menjadi Adhiyaksa di Tumapel.
b. Berbuat baik terhadap lawan – lawan politiknya seperti
mengangkat putera Jayakatwang ( Raja Kediri) yang
bernama Ardharaja menjadi menantunya. Juga Raden
Wijaya (cucu Mahisa Cempaka) sebagai menantunya.
c. Memperkuat dan membangun angkatan perang, baik
angkatan darat maupun angkatan laut untuk
menciptakan keamanan dan ketertiban di dalam negeri
serta mewujudkan persatuan nusantara.
• Politik Luar Negeri.
Kartanegara bercita – cita mempersatukan seluruh nusantara di
bawah panji Kerajaan Singosari. Ia berusaha memperkuat
pertahanan kerajaan dalam menghadapi serangan kerajaan Cina
– Mongol. Cara – cara yang ditempuh ialah:
a. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu (1275 dan 1286M). Untuk
menguasai kerajaan Melayu dan melemahkan posisi Kerajaan
Sriwijaya di Selat Malaka.
b. Menguasai Bali (1284 M)
c. Menguasai Jawa Barat (1289 M)
d. Menguasai Pahang (Malaya )dan Tanjung Pura Kalimantan.
Garis Pahang – Tanjung Pura mempunyai tiga fungsi: Pertama
untuk menguasai lalu – lintas pelayaran di L. Cina Selatan. Kedua
untuk pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan Cina –
Mongol. Ketiga untuk mengepung wilayah kekuasaan Sriwiyaya
Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat singosari mengalami pasang
surut, tergantung siapa raja yang memerintah. Ketika Ken
Arok menjadi raja, ia berusaha meningkatkan kehidupan
sosial masyarakatnya. Kehidupan masyarakat menjadi lebih
terjamin, namun pada masa pemerintahan Anusopati,
kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian,
karena Anusopati larut dengan kesenangannya sendiri yaitu
sabung ayam. Baru pada masa pemerintahan
Wisnuwardhana, kehidupan sosial masyarakat mulai diatur
rapi. Hak – hak rakyat dipulihkan kembali. Keadaan ini
berlanjut sampa masa pemerintahan Kartanegara.
Kondisi Ekonomi.
Kehidupan ekonomi Kerajaan Singosari tidak jelas,
tapi karena letaknya di tepi S. Berantas kemungkinan
masalah perekonomianya tidak jauh berbeda dari
kerajaan – kerajaan terdahulu yaitu baik langsung
maupun tidak langsung rakyat ikut ambil bagian
dunia pelayaran. Keadaan ini juga didukung oleh
hasil – hasil bumi yang sangat besar hasilnya bagi
rakyat Jawa Timur. Raja Kartanegara berusaha
menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka.
Kondisi Budaya
Gambaran kehidupan budaya kerajaan Singosari terlihat
dari banyak ditemukannya peninggalan – peninggalan
berupa Candi dan Patung di sekitar Jawa Timur. Seperti
Candi Kidal, Candi Jago dan Candi Singosari. Selain itu
ditemukan patung Ken Dedes sebagai Dewi
Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, patung
Kartanegara dalam wujut patung Joko Dolok yang
ditemukan dekat Surabaya dan patung Amoghapasa
yang merupakan patung Kartanegara yang dikirim ke
Dharmacraya ibukota kerajaan Melayu.
Arca Prajnaparamita
Arca Joko Dolog
Runtuhnya Kerajaan Singasari
Dalam usaha untuk memperluas wilayah dan mencari
dukungan dari berbagai pihak yang terus dilakukan
oleh Kartanegara, menyebabkan banyak pasukan
Singosari dikirimkan ke berbagai daerah sehingga
kondisi di ibukota kerajaan menjadi lemah. Hal ini
dimanfaatkan oleh Jayakatwang (raja Kediri)
melakukan serangan secara tiba – tiba ke istana
Kartanegara. Saat itu Kartanegara sedang melakukan
upacara keagamaan dengan pesta pora, sehingga
Kartanegara lengah.
Dalam serangan itu Jayakatwang berhasil
mengalahkan pasukan Singosari dan Kartanegara
terbunuh. Peristiwa ini terjadi tahun 1292 M.
Raden Wijaya bersama pengikutnya berhasil
meloloskan diri setelah mengetahui Istana
kerajaan dihancurkan oleh pasukan Kediri.
Jenasah Kartanegara kemudian dicandikan di
dua tempat yaitu di Candi Jawi di Pandaan dan
di Candi Singosari di Malang.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit berpusat di Jawa Timur, tepatnya
didaerah Trowulan sekarang. Kerajaan Majapahit
didirikan oleh Raden Wijaya ( Kertarajasa
Jayawarddhana) yang dibantu oleh Arya Wiraraja
seorang penguasa Madura, yang menyuruh Raden
Wijaya membuka Hutan di wilayah yang disebut
dalam kitab Pararaton sebagai hutan orang Trik
tahun 1292 M. Desa ini dinamai Majapahit yang
diambil dari nama buah :Maja” yang rasanya “pahit”.
Kerajaan Majapahir besar bermula dari
persekutuan antara Raden Wijaya dengan
pasukan Mongol untuk bertempur melawan
Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan
Jawakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang
pasukan Mongol sehingga memaksa mereka
menarik pulang kembali pasukannya.
Sumber Sejarah
1. Peasasti Butak (1294 M) prasasti ini memuat peristiwa
keruntuhan Kerajaan Singosari dan perjuangan Raden
Wijaya untuk mendirikan kerajaan.
2. Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama yang
menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi musuh
dari Kediri dan tahun – tahun awal perkembangan
Majapahit.
3. Kitab Pararaton. Menceritakan pemerintahan raja – raja
Singasari dan Majapahit.
4. Kitab Negarakertagama menceritakan tentang perjalanan
Raja Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
Kondisi Politik
Masa pemerintahan Raden Wijaya pernah terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh teman – teman
seperjuangannya seperti Lembu Sora, Ranggalawe
dan Nambi. Pemberontakan itu diakibatkan karena
rasa ketidak puasan atas jabatan – jabatan yang
diberikan oleh raja. Pemberontakan ini dapat
dipadamkan. Tahun 1309, Raden Wijaya meninggal
dan digantikan oleh puteranya yang bernama Kala
Gemet dengan gelar Sri Jayanegara (Raja Jayanegara).
Jayanegara memerintah Majapahit tahun 1309 – 1328 M. Masa
pemerintahan Jayanegara penuh dengan pemberontakan dan juga
dikenal sebagai masa yang suram. Pemberontakan –
pemberontakan itu adalah Pemberontakan Juru Demung (1313M),
Pemberontakan Gajah Biru (1314M), Pemberontakan Nambi
(1316M) dan Pemberontakan Kuti (1319M). Pemberontakan Kuti
adalah pemberontakan yang paling berbahaya dan hampir
meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Raja Jayanegara terpaksa
mengungsi ke Desa Bedander yang diikuti oleh sejumlah pasukan
bhayangkara (pengawal pribadi Raja) di bawah pimpinan Gajah
Mada. Gajah Mada kembali ke Istana untuk meninjau suasana.
Setelah kembali ke Desa Bedandar, Gajah Mada mulai
merencanakan siasat untuk melakukan serangan terhadap kuti.
Berkat ketangkasan dan siasat yang tepat, Gajah Mada berhasil
mengalahkan Kuti dan pasukannya dapat dilenyapkan.
Raja Jayanegara meninggal dengan tidak meninggalkan seorang
putera mahkota. Tahta kerajaan jatuh ke tangan Gayatri, putri
Raja Kartanegara yang masih hidup, namun karena ia sudah
menjadi pertapa, maka tahta kerajaan diserahkan ke putrinya
yaitu Tribhuwanatunggadewi. Tribhuwanatunggadewi
memerintah dari tahun 1328 – 1350M. Pada masa
pemerintahannya meletus pemberontakan Sedeng (1331M).
Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada dan
Adityawarman. Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada
diangkat menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit menggantikan
Arya Tadah. Sejak saat itu Gajah Mada menjadi pejabat
pemerintah tertinggi sesudah raja. Tahun 1350 M Gayatri wafat
sehingga Tribhuanatunggadewi turun tahta dan digantikan oleh
puteranya Hayam Wuruk dengan gelar Rajasanegara.
Masa pemerintahan Hayam Wuruk, Gajah Mada tetap
merupakan salah satu tiang utama kerajaan dalam mencapai
kejayaannya. Kebijakan politik Hayam Wuruk memiliki
kesamaan dengan kebijakan politik Gajah Mada yaitu
mencita – citakan persatuan nusantara berada dibawah panji
Kerajaan Majapahit. Cita cita politik Gajah Mada ini
dilaksanakan dengan begitu tegas, sehingga itu
menimbulkan peristiwa pahit yang dikenal dengan peristiwa
Bubat. Peristiwa ini terjadi tahun 1351 M berawal dari usaha
Hayam Wuruk untuk meminang putri dari Pajajaran, Dyah
Pitaloka. Lamaran diterima oleh Raja Sri Baduga. Raja Sri
Baduga beserta putri dan pengikutnya pergi ke Majapahit
dan beristirahat di lapangan Bubat. Dekat pintu gerbang
Majapahit.
Perselisihan paham terjadi antara Gajah Mada dengan
pimpinan laskar Pajajaran, karena Gajah Mada ingin
menggunakan kesempatan ini agar Pajajaran mau mengakui
kedaulatan Majapahit yakni dengan menjadikan Puteri Dyah
Pitaloka sebagai selir Raja Hayam Wuruk dan bukan sebagai
Permaisuri. Hal ini tak dapat diterima oleh Pajajaran karena
dianggap merendahkan derajat. Akhirnya pecah
pertempuran yang mengakibatkan terbunuhnya Raja Sri
Baduga dengan putrinya dan seluruh pengikutnya di
lapangan Bubat. Akibat peristiwa ini politik Gajah Mada
menemui kegagalan karena dengan adanya peristiwa Bubat
ini bukan berarti wilayah Pajajaran sudah menjadi wilayan
Majapahit. Bahkan Kerajaan Pajajaran terus berkembang
secara terpisah dari kerajaan Majapahit.
Ketika Gajah Mada wafat 1364m, Raja Hayam Wuruk
kehilangan pegangan dan orang yang sangat
diandalkan di dalam memerintah kerajaan. Wafatnya
Gajah Mada dapat dikatakan sebagai awal
keruntuhan kerajaan Majapahit. Setelah Gajah Mada
meninggal, Hayam Wuruk mengangkat Gajah Enggon
sebagai patih mangkubhuni dengan proses yang
sangat panjang. Keadaan Kerajaan Majapahit
semakin bertambah suram sehubungan dengan
wafatnya Tribhuwanatunggadewi ibunda Hayam
Wuruk 1379 M. Kemunduran kerajaan semakin jelas
setelah Raja Hayam Wuruk wafat 1389 M.
Sumpah Palapa
Pada waktu terjadi pemberontakan Sedeng, atas usul
Perdana Menteri Arya Tadah, Gajah Mada diangkat oleh
Tribhuwanatunggadewi menjadi Panglima Majapahit.
Pemberontakan Sedeng berhasil dikalahkan oleh pasukan
Gajah Mada sehingga sebagai penghargaan atas jasanya
tahun 1331 M Gajah Mada diangkat menjadi Mangkubumi
Majapahit. Dalam upacara pelantikan itu, Gajah Mada
mengucapkan sumpahnya yang terkenal dengan nama
Sumpah Palapa (lengkapnya Tan Amukti Palapa) yang
menyatakan Gajah Mada tidak akan hidup mewah sebelum
nusantara berhasil dipersatukan dibawah Panji Kerajaan
Majapahit.
Raja Hayam Wuruk digantikan oleh putrinya yang bernama
Kusuma Wardhani, yang menikah dengan Wikrama
Wardhana (kemenakan Hayam Wuruk). Wikrama Wardhana
(1389 – 1429 M) memerintah berdasarkan atas hak dari
permaisuri yaitu Kusuma Wardhani. Hayam Wuruk
sebenarnya punya seorang putera dari selir bernama
Wirabhumi yang diberi kekuasaan di ujung Timur Pulau
Jawa, yaitu Blambangan. Pada mulanya Wikrama Wardhana
dengan Wirabhumi terjalin suatu hubungan yang baik.
Permasalahan timbul setelah Kusuma Wardhani meninggal
sementara itu Wikrama Wardhana bermaksud untuk
menjadi Biksu (1400 M). Terjadi kekosongan kekuasaan di
Majapahit, hal inilah yang dimanfaatkan oleh Wirabhumi
untuk merebut kekuasaan.
Terjadilah Perang Paregreg antara tahun 1401 – 1406
M. Dalam perang ini Wirabhumi dapat dibunuh.
Meski Perang Paregreg telah berakhir, keadaan
Kerajaan Majapahit makin lemah. Satu persatu
daerah kekuasaannya melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit. Seiring dengan itu, muncul
kerajaan – kerajaan Islam di pesisir. Suatu tradisi lisan
menyebutkan bahwa Kerajaan Majapahit hancur
akinat serangan dari pasukan Islam di bawah
pimpinan Raden Patah dari Demak. Pada waktu itu
Majapahit diperintah oleh Brawijaya V yang
merupakan raja terakhir Majapahit.
Kemunduran Kerajaan Majapahit
Meletusnya Perang Paregreg disebabkan Wirabhumi
tidak puas dengan pengangkatan Suhita menjadi
raja menggantikan Wikrama Wardhana. Setelah
pemerintahan Suhita terdapat beberapa Raja yang
memerintah spt:
• Raja Kertawijaya (1429 – 1447 M).
• Raja Rajasa Wardhana (1451 – 1453 M)
• Raja Purwawisesa (1456 – 1466 m )
• Raja Simba Wikramawardhana (1466 – 1478 M)
Kemunduran Kerajaan Majapahit disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Tidak ada pembentukan pemimpin baru (kaderisasi). Gajah
Mada sebagai patih Amangkubumi memegang segala jabatan
yang penting. Ia tidak memberikan kesempatan kepada
generasi penerus untuk tampil sehingga begitu Gajah Mada
meninggal tidak ada penggantinya yang cakap.
2. Perang Saudara melemahkan kekuatan .
3. Banyak daerah – daerah kekuasaan yang melepaskan diri
karena pemerintah pusat yang lemah.
4. Kemunduran ekonomi dan perdagangan.
5. Masuk dan menyebarnya agama Islam. Mereka yang
beragama Islam tidak terikat oleh kekuasaan Kerajaan
Majapahit sehingga mereka tidak taat dan setia kepada
penguasa yang beragama Hindu.
Kehidupan Ekonomi.
Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang
baik dengan negara asing seperti Kerajaan Cina, Ayodya
(Siam), Champa dan Kamboja. Hal ini terbukti sekitar tahun
1370 – 1381 Majapahit beberapa kali mengirim utusan
persahabaqtan ke Cina. Hal ini diketahui dari berita Cina
dari Dinasti Ming. Hubungan persahabatan ini sangat
penting artinya bagi Majapahit, khususnya di bidang
ekonomi (pelayaran dan perdagangan) karena wilayah
kekuasaan Majapahit terdiri atas pulau dan daerah
kepulauan serta sumber barang dagangan yang sangat laku
dipasaran.
Dalam dunia perdagangan, Kerajaan Majapahit
memegang dua peranan yang sangat penting seperti:
a. Sebagai produsen. Kerajaan Majapahit mempunyai
wilayah yang sangat luas dengan kondisi tanah yang
sangat subur. Dengan daerah yang subur, Majapahit
jelas merupakan produsen banyak barang dagangan.
b. Sebagai Kerajaan Perantara. Kerajaan Majapahit,
juga sebagai kerajaan perantara, artinya membawa
hasil bumi dari daerah yang satu ke daerah yang
lainnya.
Kehidupan Budaya
Keberhasilan Kerajaan Majapahit dalam bidang politik
dan kemiliteran membawa kondisi masyarakat
menjadi teratur dan aman. Kondisi ini tampak dalam
bidang kebudayaan. Bukti perkembangan kebudayaan
dapat diketahui melalui peninggalannya seperti:
1. Candi.
Candi peninggalan kerajaan Majapahit seperti Candi
Panataran (Blitar), Candi Tegalwangi dan Surawana
(Kediri), Candi Tikus (Trowulan)
2. Seni Sastra.
Karya sastra zaman Majapahit antara lain:
a. Kitab Negarakertagama.
b. Kitab Sotasoma.
c. Kitab Arjunawiwaha.
d. Kitab Kunjarakarna.
e. Kitab Parthayajna.
f. Kitab Pararaton dll.
CANDI TIKUS DI TROWULAN
Terima Kasih

Tugas Sejarah Indonesia.


• Kerjakan LKS tugas bab 2. Bangsa Indonesia dimasa Hindu –
Budha.
• Tugas mengerjakan Uji Kompetensi A, B dan Perbaikan, serta
Penilaian Akhir Semester poin A dan B.
• Tugas dikumpulkan maksimal tanggal 3 Desember 2021.
• Sekian dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai