Anda di halaman 1dari 4

kerajaan kediri

Kerajaan Kediri merupakan kelanjutan dari kerajaan Mataram

LETAK GEOGRAFIS KERAJAAN KEDIRI

Wilayah kekuasaan Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan bagian barat Medang Kamulan. Ibu kota Kediri
adalah Daha yang terletak di tepi Sungai Brantas.

SUMBER SEJARAH KERAJAAN KEDIRI

Sumber sejarah mengenai Kerajaan Kediri berasal dari beberapa prasasti dan berita asing.

1. PRASASTI

Prasasti Sirah Keting yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Raja
Jayawarsa.

Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono berisi masalah keagamaan yang diperkirakan
berasal dari Raja Bewasmara.

Parasasti Ngantang yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada rakyat
desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.

Prasasti Jaring dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo
Waruga dan Tikus Jinada.

2. BERITA ASING

Berita asing mengenai Kerajaan Kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita Cina ini
merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan
Kediri. Contohnya kronik Cina bernama Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua yang diambil ceritanya dari
buku Ling Wai Tai Ta yang menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan ke-13 M.

KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN KEDIRI

Keadaan masyarakat dan sistem birokrasi Kerajaan Kediri dapat diketahui dari beita Cina, yaitu dari kitab
Ling-Wa-Tai-Ta yang ditulis oleh Chou Ku Fei pada tahun 1178 dan kitab Chu-Fhan-Chi- yang disusun
oleh Chu Ju Kua pada tahun 1225. Dalam kitab ini dijelaskan mengenai kekuasaan tertinggi di Kediri
berada di tangan raja,
Tahukah kalian pada masa pemerintahan siapakah Kerajaan Kediri mencapai masa kejayaannya?
Kerajaan Kediri mencapai masa kejayaannya oada masa Raja Jayabaya. Untuk lebih jelasnya berikut raja-
raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri.

1. Raja Jayawarsa

Pemerintah Jayawarsa hanya diketahui melalui Prasasti Sirah Keting.

2. Raja Bameswara

Raja Bameswara nanyak meniggalkan prasasti, namun prasasti tersebut lebih banyak mengenai urusan
keagamaan sehingga perkembangan pemerintahan tidak banyak diketahui.

3. Jayabaya

Kerajaan Kediri dibawah pemerintahan Jayabaya mencapai masa kejayaan. Kediri dan Jenggala dapat
dipersatukan kembali. Keberhasilan dan kemenangan Jayabaya ini diabadikan dalam kitab
Bharayatayudha karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.

Raja Jayabaya terkenal sebagai ahli nujum (ahli ramal). Ramalannya dikumpulkan dalam sebuah kitab
Jongko Joyoboyo. Dalam ramalannya, Jayabaya menyebut beberapa hal seperti ratu adil yang akan
datang memerintah Indonesia.

Kediri tidak saja berkembang sebagai negara agraris, namun juga sebagai negara maritim. Adanya
jabatan Senopati Sarwajala (yang disamakan dengan laksamana atau panglima Angkatan Laut)
menunjukkan kemajuan Kediri di bidang maritim.

4. Raja Saweswara dan Raja Aryeswara

Masa pemerintahan kedua raja ini tidak dapat diketahui karena tidak ditemukan prasasti yang
menyinggung pemerintahan kedua raja ini.

5. Raja Gandra
Masa pemerintahan Raja Gandra dapat diketahui dari prasasti Jaring.

6. Raja Kameswara

Pada masa pemerintahan Raja Kameswara seni sastra mengalami perkembangan yang pesat.

7. Raja Kertajaya

Raja Kertajaya dikenal dengan sebutan Dandang Gendis dan merupakan raja terakhir Kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan Kertajaya terjadi pertentangan antara raja dan para pendeta (kaum
brahmana). Pertentangan tersebut terjadi karena Kertajaya berlaku sombong dan berani melanggar
adat. Hal tersebut memperlemah pemerintahan di Kediri.

Kemudian para brahmana mencari perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan penguasa
(Akuwu/Bupati) di Tumapel (Bagian Kediri). Pada tahun 1222 M Ken Arok dengan dukungan kaum
brahmana menyerang Kediri. Akhirnya Kertajaya dapat dikalahkan oleh Ken Arok.

KEADAAN MASYARAKAT KERAJAAN KEDIRI

1. KEHIDUPAN EKONOMI

Dari catatan-catatan para pedagang Cina dapat diketahui tentang kehidupan rakyat Kediri dalam bidang
perekonomian, yaitu sebagai berikut.

Kediri banyak menghasilkan beras.

Barang-barang dagangan yang laku di pasaran adalah emas, perak, daging, kayu, cendana, pinang, dan
lain-lain.

Letak Kediri sangat strategis dalam pelayaran perdagangan antara Indonesia Timur dan Indonesia Barat.

Pajak rakyat terdiri dari hasil bumi seperti beras, kayu, dan palawija.

2. KEHIDUPAN SOSIAL

Dalam berita Cina dan kitab Ling Wai Tai Ta menerangkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari orang-
orang memakai kain sampai di bawah lutu dengan rambut terurai. Rumah-rumah mereka bersih dan
teratur, lantainya ubin berwarna kuning dan hijau.
Dalam perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima mas kawin berupa emas. Raja berpakaian
sutra, memakai sepatu, dan perhiasan emas. Rambut raja disanggul ke atas. Raja bepergian naik gajah
atau kereta yang diiringi oleh 500 sampai 700 prajurit.

3. KEHIDUPAN BUDAYA

Kehidupan budaya pada masa kekuasaan Kerajaan Kediri berkembang dengan pesat terutama dalam
bidang sastra dan pertunjukan wayang. Wayang yang terkenal di Kediri adalah wayang panji. Berikut
hasil-hasil sastra pada zaman Kerajaan Kediri.

Kresnayana, diperkirakan berasal dari zaman Raja Jayawarsa ditulis oleh Mpu Triguna, isi Kresnayana
mengenai perkawinan antara Kresna dan Dewi Rukmini.

Bharatayudha, dikarang oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tahun 1157 pada masa pemerintahan
Jayabaya. Kitab ini ditulis untuk memberikan gambaran terjadinya perang saudara antara Panjalu
melawan Jenggala. Perang tersebut digambarkan dengan perang antara Kurawa dan Pandawa yang
masing-masing merupakan keturunan Barata.

Arjunawiwaha, dikarang oleh Mpu Kanwa. Mengisahkan tentang pernikahan Raja Airlangga dengan putri
raja dari Kerajaan Sriwijaya. Dibuat pada masa pemerintahan Raja Jayabaya.

Hariwangsa, dikarang oleh Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Jayabaya.

Smaradhahana, dikarang oleh Mpu Dharmaja pada masa pemerintahan Raja Kameswara. Isi
Smaradhahana menceritakan tentang sepasang suami istri Smara dan Rati yang menggoda dewa Syiwa
yang sedang bertapa. Smara dan Rati terkena kutukan dan mati terbakar api (dhahana) karena kesaktian
dewa Syiwa. Namun, suami istri tersebut dihidupkan lagi dan menjelma sebagai Kameswara dan
permaisurinya.

Wrtasancaya dan Lubdaka, dikarang oleh Mpu Tanakung. Kitab Lubdaka ditulis pada zaman Raja
Kameswara. Isi kitab Lubdaka menceritakan tentang seorang pemburu bernama Lubdaka. Lubdaka
sudah banyak membunuh. Pada suatu ketika Lubdaka mengadakan pemujaan yang istimewa terhadap
Syiwa, sehingga rohnya yang seharusnya masuk neraka, menjadi masuk surga

Anda mungkin juga menyukai