Anda di halaman 1dari 10

KERAJAAN KEDIRI

Letak Geografis Kerajaan Kediri

Wilayah kekuasaan Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan bagian barat Medang Kamulan. Ibu
kota Kediri adalah Daha yang terletak di tepi Sungai Brantas.

Prasasti pada massa kerajaan kediri, antara lain sbb :

1. Prasasti Sirah Keting yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat
desa oleh Raja Jayawarsa.
2. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono berisi masalah keagamaan
yang diperkirakan berasal dari Raja Bewasmara.
3. Parasasti Ngantang yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang memberikan
hadiah kepada rakyat desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.
4. Prasasti Jaring dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan
seperti Kebo Waruga dan Tikus Jinada.

Kitab Kitab Pada Massa Kerajaan Kediri

1). Kakawin Bharatayudha

Kitab ini merupakan karangan dari dua orang pujangga yang cukup terkenal yaitu Empu
Sedah dan Empu Panuluh. Didalamnya menceritakan tentang kisah perjuangan dan
kepahlawanan dari raja Jayabaya sebagai raja Jenggala yang berhasil menaklukkan kerajaan
Panjalu.

Didalamnya juga menceritakan tentang peperangan yang terjadi selama 18 hari antara
keluarga Kurawa dan Pandawa.

2). Kitab Kresnayana

Kitab Kresnayana adalah karangan Empu Triguna yang didalamnya berisi tentang riwayat
hidup seorang anak yang bernama Kresna, anak tersebut memiliki kekuatan yang sangat luar
biasa, namun suka menolong orang lain yang membuat ia cukup disukai oleh orang-orang.
Walaupun ia adalah anak yang nakal.

Diceritakan juga mengenai pernikahannya dengan seorang putri cantik bernama Dewi
Rukmini

3). Kitab Sumarasantaka

Kitab ini dikarang oleh Empu Monaguna, didalamnya menceritakan mengenai kisah kutukan
terhadap seorang bidadari khayangan yang melakukan kesalahan. Bidadari tersebut bernama
Harini, ia dikutuk menjadi manusia dan tinggal untuk beberapa lama di bumi. Setelah masa
kutukannya selesai, sang bidadari kembali ke kayangan.
4). Kitab Gatotkacasraya

Ktab ini ditulis oleh Empu Panuluh, didalamnya bercerita tentang kisah kepahlawanan
Gatotkaca yang berjasa mempersatukan cinta (Pernikahan) antara Abimayu, putra Arjuna
dengan Siti Sundhari.

5). Kitab Smaradhana

Kitab smaradhana ini ditulis oleh seorang empu bernama Empu Dharmaja didalamnya
mengisahkan sepasang suami istri yang hilang secara misterius setelah terkena api yang
keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Suami-istri tersebut adalah Dewa Kama dan Dewi Ratih

Raja raja yang pernah memimpin kerajaan sriwijaya :

1. Raja Jayawarsa
Pemerintah Jayawarsa hanya diketahui melalui Prasasti Sirah Keting.

2. Raja Bameswara
Raja Bameswara nanyak meniggalkan prasasti, namun prasasti tersebut lebih banyak
mengenai urusan keagamaan sehingga perkembangan pemerintahan tidak banyak diketahui.

3. Jayabaya
Kerajaan Kediri dibawah pemerintahan Jayabaya mencapai masa kejayaan. Kediri dan
Jenggala dapat dipersatukan kembali. Keberhasilan dan kemenangan Jayabaya ini diabadikan
dalam kitab Bharayatayudha karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.

Raja Jayabaya terkenal sebagai ahli nujum (ahli ramal). Ramalannya dikumpulkan dalam
sebuah kitab Jongko Joyoboyo. Dalam ramalannya, Jayabaya menyebut beberapa hal seperti
ratu adil yang akan datang memerintah Indonesia.

Kediri tidak saja berkembang sebagai negara agraris, namun juga sebagai negara maritim.
Adanya jabatan Senopati Sarwajala (yang disamakan dengan laksamana atau panglima
Angkatan Laut) menunjukkan kemajuan Kediri di bidang maritim.

4. Raja Saweswara dan Raja Aryeswara


Masa pemerintahan kedua raja ini tidak dapat diketahui karena tidak ditemukan prasasti yang
menyinggung pemerintahan kedua raja ini.

5. Raja Gandra
Masa pemerintahan Raja Gandra dapat diketahui dari prasasti Jaring.

6. Raja Kameswara
Pada masa pemerintahan Raja Kameswara seni sastra mengalami perkembangan yang pesat.
7. Raja Kertajaya
Raja Kertajaya dikenal dengan sebutan Dandang Gendis dan merupakan raja terakhir
Kerajaan Kediri. Pada masa pemerintahan Kertajaya terjadi pertentangan antara raja dan para
pendeta (kaum brahmana). Pertentangan tersebut terjadi karena Kertajaya berlaku sombong
dan berani melanggar adat. Hal tersebut memperlemah pemerintahan di Kediri.

Kemudian para brahmana mencari perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan penguasa
(Akuwu/Bupati) di Tumapel (Bagian Kediri). Pada tahun 1222 M Ken Arok dengan
dukungan kaum brahmana menyerang Kediri. Akhirnya Kertajaya dapat dikalahkan oleh Ken
Arok.

Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri runtuh pd masa pemerintahaan Raja Kertajaya, dimana terjadi pertentangan
antara raja dgn Kaum Brahmana. Raja Kertajaya dianggap melanggar agama dgn
memaksakan mereka menyembah kepdnya sebagai dewa. Kaum Brahmana meminta
pertolongan kepd Ken Arok, pemimpin daerah Tumapel yang ingin memisahkan diri dari
Kediri. Kemudian terjadilah perang antara rakyat Tumapel yang dipimpin Ken Arok dgn
Kerajaan Kediri. Akhirnya pd tahun 1222 Masehi, Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya
dan Kerajaan Kediri menjadi wilayah bawahan Tumapel atau Singhasari.

Sebagai pemimpin di Kerajaan Singhasari, Ken Arok mengangkat Jayasabha (putra


Kertajaya) sebagai bupati Kediri. Jayasabha digantikan oleh putranya Sastrajaya pd tahun
1258. Kemudian Sastrajaya digantikan putranya Jayakatwang (1271). Jayakatwang berusaha
ingin membangun kembali Kerajaan Kediri dgn memberontak Kerajaan Singhasari yang
dipimpin Kertanegara. Terbunuhlah Raja Kertanegara dan Kediri berhasil dibangun oleh
Jayakatwang.
Namun, kerajaan Kediri tidak berdiri lama, Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara)
berhasil meruntuhkan kembali Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Jayakatwang. Setelah
itu, tidak ada lagi Kerajaan Kediri. Demikian lengkap sudah pembahasan terkait Sejarah
Kerajaan Kediri, semoga bermanfaat.

KERAJAAN SINGASARI
Letak Geografis Kerajaan Singasari

Sejarah kerajaan Singasari berawal dari daerah Tumapel, yang dikuasai oleh seorang
akuwu (bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di daerah Malang dengan
pelabuhannya yang bernama Pasuruan. Dari daerah itulah Singasari berkembang menjadi
sebuah kerajaan besar di Jawa Timur. Perkembangan yang pesat itu dialami oleh Singasari
setelah berhasil mengalahkan Kediri.

Sumber Sejarah Kerajaan Singasari


Sumber sejarah tentang keberadaan kerajaan Singasari berasal dari berita yang datang dari
dalam negeri maupun berita dari luar negeri. Sumber sejarah Singasari diantaranya sebagai
berikut.
a. Kitab Pararaton, yaitu kitab yang menceritakan tentang keberadaan raja-raja yang pernah
memerintah Singasari.
b. Kitab Negarakertagama, yaitu kitab yang berisi silsilah raja-raja Majapahit yang memiliki
hubungan dengan raja-raja Singasari.
c. Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248, antara lain prasasti Mulamalurung. Prasasti
Mulamalurung dikeluarkan oleh kerabat Raja Singasari pada masa pemerintahan Raja
Wisnuwardhana. Isinya menggambarkan struktur pemerintahan (politik) Kerajaan Singasari
tahun 1255.
d. Berita-berita Asing (berita cina), yang menyatakan bahwa kaisar Khubilai Khan dari cina
mengirim pasukannya untuk menyerang Singasari.
e. Peninggalan purbakala berupa candi-candi yang menjadi makam raja-raja Singasari
seperti Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari.
f. Arca-arca (patung) seperti patung Amoghapasa dan patung Joko Dolok. Kedua patung itu
merupakan perwujudan dari Kertanegara

Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari


Adapun raja-raja yang pernah memerintah Singasari adalah sebagai berikut :

a. Ken Arok (12221227).


Kemenangan Ken Arok dalam pertempuran dengan kerajaan Kediri di dekat Ganter tahun
1222, membawa keharuman namanya. Ken Arok memutuskan untuk membangun dinasti
baru dan didirikanlah kerajaan dengan nama Singasari.
Ken Arok sebagai raja Singasari pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwabhumi. Dinastinya bernama dinasti Girindrawangsa (dinasti keturunan dewa siwa).
Pendirian dinasti Girindrawangsa bertujuan untuk menghilangkan pandangan tentang siapa
sebenarnya Ken Arok dan mengapa ia mendirikan kerajaan. Disamping itu, agar keturunan
Ken Arok bila suatu saat menjadi raja besar tidak ternoda oleh perilaku dan tindakan
kejahatan yang pernah dilakukan Ken Arok.
Pada masa pemerintahannya yang cukup singkat itu, ia mengembangkan wilayah
kekuasaannya yang hampir menguasai seluruh wilayah Jawa Timur. Akan tetapi, masa
pemerintahan Ken Arok diakhiri secara Tragis di tahun 1227. Ken Arok tewas akibat dibunuh
oleh Anusapati. Anusapati adalah anak hasil perkawinan Ken Dedes denga Tunggul
Ametung.
b. Anusapati (12271248).
Setelah ken Arok wafat, tahta kerajaan Singasari dipegang oleh Anusapati. Masa
pemerintahan Anusapati sangat lama, yaitu dari tahun 1227-1248. Pada masa
pemerintahannya itu Anusapati tidak melakukan pembaruan-pembaruan, sebaliknya
Anusapati larut dalam kegemarannya sendiri, yaitu menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok pada akhirnya terbongkar oleh putra Ken Arok hasil
perkawinan dengan Ken Umang, yang bernama Tohjaya. Tohjaya mengetahui bahwa
Anusapati gemar menyabung ayam sehingga membalas dendam kematian Ken Arok tidak
mengalami kesulitan bagi Tohjaya. Tohjaya mengundang Anusapati untuk mengadakan
sabung ayam di Gedong Jiwa (tempat tinggal Tohjaya). Pada saat Anusapati sibuk
memperhatikan ayamnya diadu, tiba-tiba Tohjaya menghampirinya. Tohjaya menghunus
keris Mpu Gandring lalu menusuk punggung Anusapati. Anusapati meninggal di tempat
menyabung ayam itu.
c. Tohjaya (1248).
Setelah meninggalnya Anusapati di tempat penyabungan ayam itu, tahta kerajaan Singasari
dipegang oleh Tohjaya (tahun 1248). Tohjaya memerintah Singasari hanya dalam beberapa
bulan. Hal ini diketahui bahwa putra Anusapati yang bernama Ranggawuni mengetahui
penyebab kematian Anusapati. Oleh karena itu, Ranggawuni yang dibantu oleh Mahesa
Cempaka menuntut hak atas tahta kerajaan Singasari kepada Tohjaya. Tohjaya menolak
menyerahkan tahta kerajaan kepada Ranggawuni. Bahkan ia mengirimkan pasukan yang
dipimpin oleh Lembu Ampal untuk menangkap Ranggawuni dan Mahesa Cempaka.
Rencana penangkapan tersebut telah diketahui oleh Ranggawuni dan Mahesa Cempaka,
kemudian keduanya meninggalkan istana dan mencari tempat persembunyian. Pengejaran
terhadap Ranggawuni dan Mahes Cempaka terus dilakukan. Namun dalam perjalanan
mencari tempat persembunyian itu, Lembu Ampal akhirnya memihak kepada Ranggawuni
dan Mahesa Cempaka. Ia menyadari bahwa Ranggawuni sebenarnya lebih berhak duduk
diatas tahta kerajaan Singasari daripada Tohjaya. Akhirnya Ranggawuni dibantu oleh Mahesa
cempaka dan Lembu Ampal berhasil merebut tahta kerajaan dari tangan Tohjaya.
d. Wisnuwardhana (12481268).
Ranggawuni naik tahta kerajaan Singasari dengan gelar Wisnuwardhana. Ia dibantu oleh
Mahesa Cempaka sebagai ratu Angabaya dengan gelar Narasinghamurti. Mereka memerintah
bersama dari tahun 1248-1268. Pemerintahan dari kedua raja ini membawa keamanan dan
kesejahtraan dalam kehidupan rakyatnya.
Pada tahun 1254, Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai
yuvaraja (raja muda). Pengangkatan itu bertujuan untuk mempersiapkan Kertanegara sebagai
raja besar yang akan memerintah Kerajaan Singasari. Setelah Wisnuwardhana wafat, tahta
kerajaan dipegang oleh Kertanegara (Wisnuwardhana adalah satu-satunya Raja Singasari
yang meninggal tidak terbunuh).
e. Kertanegara (1268-1292).
Kertanegara merupakan raja terkemuka dan terakhir di Kerajaan Singasari. Di bawah
pemerintahannya Singasari mencapai masa kejayaannya. Stabilitas kerajaan pada masa
pemerintahannya lebih disempurnakan lagi dengan tindakan yang tegas dan berani. Setelah
keadaan Jawa Timur dianggap baik, Kertanegara melangkah keluar Jawa Timur untuk
mewujudkan cita-cita persatuan Nusantara dibawah panji Singasari. Upaya yang dilakukan
Kertanegara adalah memperbaiki politik dalam negeri dan luar negerinya.

Runtuhnya kerajaan singosari


Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang, yang
merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan
itu Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja
dan membangun ibu kota baru di Kerajaan Kadiri.

KERAJAAN BALI
Letak geografis
Letak kerajaan bali, yang terpusat di pejeng atau bedulu, Gianyat.

Sumber Sejarah
Sumber-sumber tentang Kerajaan Bali dapat diketahui melalui beberapa sumber, seperti
sumber-sumber berita dari Kerajaan Bali (misalnya berita dari Jawa) dan juga bangunan-
bangunan candi.
Prasasti
Prasasti Sanur (839 C/917 M) Prasasti Sanur merupakan salah satu prasasti yang
ditemukan oleh para ahli. Prasasti ini menunjukkan adanya kekuasaan raja-raja dari
Wangsa atau Dinasti Warmadewa.
Prasasti Calcuta, India (1042 M) Dalam prasasti ini disebutkan tentang asal-usul Raja
Airlangga, yaitu dari keturunan raja-raja Bali, Dinasti Warmadewa. Raja Airlangga
terakhir dari pernikahan Raja Udayana (Kerajaan Bali) dengan Mahendradata (putri
Kerajaan Medang Kemulan adik Raja Dharmawangsa).

Raja Raja Yang Memipin


Jayasakti
Jayasakti memerintahkan dari tahun 1133-1150 M dan sezaman dengan
pemerintahan Jayabaya di Kediri. Dalam menjalankan pemerintahannya, Jayasakti dibantu
oleh penasehat pusatyang terdiri atas para senapati dan pimpinan keagamaan baik dari
Hindu maupun Budha. Kitab undang-undang yang digunakan adalah kitab Utara Widdhi
Balawan dan Kitab Rajawacana.
Ragajaya
Ragajaya mulai memerintah tahun 1155 M. kapan berakhir masa pemerintahannya
belum dapat diketahui karena tidak ada sumber tertulis yang menjelaskannya.
Jayapangus
Raja Jayapangus dianggap penyelamat rakyat yang terkena malapetaka akibat lalai
menjalankan ibadah. Jayapangus menerima wahyu dari dewa untuk mengajak rakyat
kembali melakukan upacara agama yang sampai sekarang dan di peringati sebagai upacara
Gulungan. Kitab undang-undang yang digunakan adalah kitab Mana Wakamandaka. Raja
Jayapangus memerintah pada tahun 1172-1176.
Ekajalancana
Ekajalancana memerintah sekitar tahun 1200-1204 Masehi. Dalam memerintah,
Ekajalacana dibantu ibunya yang bernama Sri Maharaja Aryadegjaya.
Sri Astasura Bumi Banten
Sri Astasura Ratna Bumi Banten adalah raja Bali yang terakhir. Bali ditakhlukkan
oleh Gajah Mada dan menjadi wilayah taklukan Kerajaan Majapahit.
Runtuhnya Kerajaan Bali

Kerajaan Bali mengalami kejatuhan akibat siasat dari Mahapatih Gajah Mada yang pada
waktu itu sedang memperluas ekspansinya ke nusantara, awalnya ia mengajak raja Bali
untuk berunding mengenai penyerahan kerajaan Bali ke tangan Kerajaan Majapahit,
karena itulah patih Kebo Iwa dikirim ke Majapahit untuk perundingan damai, akan tetapi
sesampainya di sana, Kebo Iwa pun dibunuh tanpa sepengetahuan kerajaan Bali, kemudian
Majapahit mengirim Gajah Mada yang berpura-pura mengajak berunding, akan tetapi
kemudian ia membunuh raja Gajah Waktra sehingga kerajaan Bali berada di dalam
Kerajaan Majapahit

KERAJAAN PAJAJARAN
Sumber Sejarah
Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan
bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai wilayah kerajaan
dan ibukota Pakuan Pajajaran. Mengenai raja-raja Kerajaan Sunda yang memerintah dari
ibukota Pakuan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran,
Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.

Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak


peninggalan dari masa lalu, seperti:
Prasasti Batu Tulis, Bogor
Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
Prasasti Kawali, Ciamis
Prasasti Rakyan Juru Pangambat
Prasasti Horren
Prasasti Astanagede
Tugu Perjanjian Portugis (padra), Kampung Tugu, Jakarta
Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor
Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)

Letak Geografis Kerajaan Pajajaran


Terletak di Parahyangan (Sunda). Pakuan sebagai ibukota Sunda dicacat oleh Tom Peres
(1513 M) di dalam The Suma Oriantal, ia menyebutkan bahwa ibukota Kerajaan Sunda
disebut Dayo (dayeuh) itu terletak sejauh sejauh dua hari perjalanan dari Kalapa (Jakarta).
Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa Barat, yang berkembang pada abad ke 8-16. Raja-raja
yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran, antara lain :

Raja raja yangpernah memimpinkerajaan pajajaran


Sri Baduga Maharaja (1482 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
Surawisesa (1521 1535), bertahta di Pakuan
Ratu Dewata (1535 1543), bertahta di Pakuan
Ratu Sakti (1543 1551), bertahta di Pakuan
Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan
anaknya, Maulana Yusuf
Raga Mulya (1567 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari
PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
Rahyang Niskala Wastu Kencana Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
Sri Baduga MahaRaja
Hyang Wuni Sora
Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
dan Prabu Ratu Dewata.

Runtuhnya Kerajaan Pajajaran


Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu
Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka
Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten
oleh pasukan Maulana Yusuf.

Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan
Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah
penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga
Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas
Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti
mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.

KERAJAAN MAJAPAHIT
Secara geografis letak kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di daerah
lembah sungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta anak sungainya
yang dapat dilayari sampai ke hulu. Jawa timur.

Raja-raja Majapahit

Kertajasa Jawardhana (1293 1309)

Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu
oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit, Aryawiraraja
yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur meliputi daerah Lumajang,
Blambangan. Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan bijaksana. Susunan
pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singasari.

Raja Jayanegara (1309-1328)

Kala Gemet naik tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada Masa
pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan-pemberontakan. Misalnya pemberontakan
Ranggalawe 1231 saka, pemberontakan Lembu Sora 1233 saka, pemberontakan Juru
Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka, Pemberontakan Nambi, Lasem,
Semi, Kuti dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan Kuti adalah pemberontakan yang
berbahaya, hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Namun semua itu dapat diatasi. Raja
Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang bernama Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula
oleh Gajah Mada.

Tribuwana Tunggadewi (1328 1350)


Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu yang
seharusnya menjadi raja adalah Gayatri, tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu maka
digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribuwana Tunggadewi, yang dibantu
oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Pada tahun 1331 timbul pemberontakan yang
dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh
Gajah Mada yang pada saat itu menjabat Patih Daha. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat
sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit menggantikan Pu Naga. Gajah Mada kemudian
berusaha menunjukkan kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang
dibantu oleh Mpu Nala dan Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak
makan Palapa sebelum wilayah Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah
Palapa, adapun isi dari amukti palapa adalah sebagai berikut :Lamun luwas kalah nusantara
isum amakti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring
Tumasik, samana sun amukti palapa. Kemudian Gajah Mada melakukan penaklukan-
penaklukan.

Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit

Berita mengenai kerajaan majapaht berasal dari berbagai sumber. Berikut ini adalah sumber-
sumber kerajaan Majapahit :

1. Prasasti Butlak, yang mengisahkan peristiwa keruntuhan Singasari dan perjuangan


Raden Wwijaya untuk mendirikan Kerajaan Majapahit. Prasasti ini menegaskan
keterkaitan antara Singasari dan Majapahit.
2. Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama yang mengisahkan perjuangan
Raden Wijaya Melawan Kadiri dan tahun-tahun awal perkembangan Kerajaan
Majapahit.
3. Kitab Pararaton, yang menceritakan pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit.
4. Kitab Negarakartagama, yang menceritakan keadaan Majapahit terutama masa
pemerintahan Hayam Wuruk.
5. Berbagai peninggalan berupa bangunan candi dan reruntuhan istana di Trowulan.

Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Sejak abad ke 14 Masehi, kerajaan Majapahit mengalami kemundurran. Kemunduran inilah


yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Majapahit. Penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit
antara lain sebagai berikut :

Tidak adanya pemimpin yang cakap pasca meninggalnya Rajasanegara dan Gajah
Mada. Para penguasa Majapahit selanjutnya seperti Wikramawardhana dan Suhita
tidak mampe secara tegas menindak pembangkangan Bhre Wirabhumi dari
Blambangan. Akibatnya timbul sengketa keluarga yang berlarut-larut.
Keruntuhan kerajaan Majapahit tidak terlepas dari meletusnya perang saudara yang
berlangsung selama 5 tahun atau yang kita kenal dengan nama perang paregreg.
Walaupun perang ini dimenangkan oleh Majapahit, persengketaan keluarga tidak
kunjung selesai. Setelah Suhita wafat, tahta Kerajaan Majapahit direbut oleh adiknya,
Bhre Tumapel. Kemudian ibu kota Kerajaan Maja[ahit dipindahkan ke Kahuripan
pada masa pemerintahan Rajasawardhana.
Terjadinya kekosongan kekuasaan sepeninggal Rajasawardhana menyebabkan
Kerajaan Majapahit tidak mampu mengendalikan wilayah bawahan.
Munculnya Kerajaan Islam Demak dan Malaka yang mengambil alih pusat
perdagangan di Indonesia.

Peristiwa keruntuhan Kerajaan Majapahit ditandai dengan serangan pasukan Ranawijaya ke


Majapahit yang pada waktu itu direbut oleh Bhre Kertabumi. Majapahit dapat direbut.
Peristiwa itu diperingati dalam suatu candra sengkala (semacam kalimat sandi) : sirnaila-
kertaning-bhumi, yang berarti 1400 saka ( sama dengan 1476 M ), berarti pada tahun inilah
Majapahit runtuh.
Sebetulnya, masih ada penguasa Majapahit sampai abad ke-16 M, namun kerajaan Majapahit
saat itu sudah tidak memiliki pengaruh lagi. Barulah pada abad ke-16 M itu hancur sama
sekali oleh serangan pasukan Demak yang dipimpin oleh Adipati Unus.
loading...

Anda mungkin juga menyukai