Sumber informasi tentang keberadaan kerajaan kutai berasal dari 7 prasasti yang
berbentuk yupa yang ditemukan di Muara Kaman, Kutai, Kalimantan Timur. Yupa
adalah tugu batu untuk menambatkan hewan yang akan dikorbankan. Pada salah satu
yupa terdapat keterangan mengenai silsilah kerajaan Kutai. Dari sinilah didapat
informasi raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan kutai.
1. Maharaja Kudungga
Raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Kedudukan Raja Kudungga pada
awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah
struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja,
sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun.
2. Maharaja Aswawarman
Prasasti yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan
kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini
dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Dalam
upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas
kekuasaan Kerajaan Kutai (ditentukan dengan tapak kaki kuda yang nampak pada
tanah hingga tapak yang terakhir nampak disitulah batas kekuasaan Kerajaan
Kutai). Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit Kerajaan Kutai.
3. Maharaja Mulawarman
Masa keruntuhan Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja
Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji
Pangeran Anum Panji Mendapa. Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang
disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya
menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 M. Pusat kekuasaan kerajaan Sriwijaya
terletak di tepi Sungai Musi, Palembang (Sumatera Selatan). Raja pertama di kerajaan
Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan besar yang menguasai perdagangan dan pelayaran di sekitar selat malaka.
Selain itu, kerajaan Sriwijya berperan sebagai pusat perkembangan Buddha di Asia
Tenggara.
Keruntuhan kerajaan Sriwijaya bermula saat Raja Rajendra Chola yang merupakan
penguasa Kerajaan Cholamandala (India Selatan) menyerang kerajaan Sriwijaya
pada tahun 1007 dan 1023 masehi. Penyerangan ini berhasil merebut bandar-bandar
kota Sriwijaya. Penyerangan ini bisa terjadi karena kedua kerajaan tersebut bersaing
dalam bidang pelayaran dan perdagangan. Tujuan penyerangan ini adalah untuk
meruntuhkan armada Sriwijaya, jadi bukan menjajah. Keruntuhan ini membuat
kondisi ekonomi Sriwijaya berangsur melemah sebab para pedagang yang
sebelumnya berdagang di Sriwijaya semakin berkurang. Keadaan inilah yang
membuat kekuatan militer Sriwijaya juga melemah, kondisi ini membuat para
prajuritnya melepaskan diri. Hingga akhirnya kerajaan Sriwijaya ini runtuh pada abad
ke-13.
D. Mataram Kuno/Medang
Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke-8. kerajaan ini diperintah oleh dua
dinasti, yaitu dinasti Sanjaya (Hindu), dinasti Syailendra (Budha), dinasti Isana.
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah daerah sekitar Yogyakarta hingga
daerah Magelang.
Perpecahan di Mataram tidak berlangsung lama, Rakai Pikatan dari dinasti sanjaya
mengadakan pernikahan politik dengan Pramodhawarni dari keluarga
Syailendra. Melalui pernikahan ini, Mataran dapat dipersatukan kembali. Pada masa
pemerintahan Pikatan-Pramodhawardani, wilayah Mataram berkembang luas,
meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Mpu Sindok membangun kerajaan baru di Jawa Timur dengan wangsa Isana. Dalam
prasasti-prasasti yang ditemukan salah satunya dalam prasasti paradah, mpu sindok
menyebukan dengan tegas bahwa kerajaannya adalah kelanjutan dari kerajaan
mataram kuno.
Permasalahan muncul ketika anak laki-laki dari dharmawangsa teguh yang saat itu
berumur 20 tahun yang bernama Samarawijaya menuntut haknya atas tahta kerajaan
Mataram. Untuk menghindari perang saudara, Airlangga membagi dua kekuasaan,
pertama disebut panjalu diberikan kepada samarawijaya dengan pusat kerajaan
di Daha, dan yang kedua janggala yang diberikan kepada Sanggramawijaya
(anak dari Airlangga) dengan ibu kota Kahuripan.
E. Kediri
Awal mula kerajaan kediri terkait dengan pembagian kerajaan Kahuripan oleh
Airlangga menjadi kerajaan Kediri (Panjalu) dan Kerajaan Janggala. Pembagian
kerajaan oleh Airlangga ini ditujukan untuk menghindari perang saudara. Tetapi
dalam perkembangannya, kedua kerajaan tersebut tetap mengalami perseteruan.
Perseteruan keduanya berakhir dengan kemenangan Kediri. Kedua kerajaan itu
kemudian besatu menjadi kerajaan kediri, dengan ibukota Daha yang terletak di tepi
sungai Brantas.
Raja Jayabaya merupakan raja terkemuka yang membawa kediri mencapai masa
kejayaannya. Raja jayabaya menullis sebuah kitab ramalan yang berjudul jangka
jayabaya. Contoh ramalannya adalah pulau jawa berkalung besi, sungai kehilang mata
air, kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
Zaman kerajaan kediri, karya sastra berkembang sangat pesat. Pada masa Jayabaya,
jayabaya memerintahkan mpu sedah untuk mengubah kitab Bharatayudha ke dalam
bahasa Jawa Kuno, namun karena belum selesai, pekerjaan ini kemudian dilanjutkan
Empu Panuluh. Selain itu ada kitab Lubdaka dibuat oleh tan Akun, Kitab kresnayana
karangan Empu Triguna.
Kemunduran kerajaan kediri pada masa Kertajaya. Keruntuhan ini terjadi karena
adanya pertentangan dengan kaum Brahmana. Perselisihan ini terjadi karena tindakan
Kertajaya yang mengurangi hak-hak brahmana.
Kemudian para Brahmana di kediri meminta bantuan ka Tumapel (Malang (salah satu
daerah bawahan kerajaan kediri pada masa pemerintahan Kertajaya)) yang dikuasai
oleh Ken Arok (Tumapel sebelumnya dikuasai oleh Tunggul Ametul yang kemudian
dibunuh oleh Ken Arok).
Keadaan ini dimanfaatkan oleh Ken Arok untuk merebut kerajaan kadiri. Pertempuran
antara Kertajaya dan Ken Arok terjadi di Desa Genter sekitar tahun 1222.
Pertempuran ini dimengakan oleh Ken Arok dan mengakhiri kerajaan Kediri. Namun
masa ini belum benar-benar berakhir. Kediri masih bisa Bangkit dibawah pimpinan
Raja Jayakatwang (keturunan Kertajaya).
F. Kerajaan Singasari
Persitiwa kematian ken arok akhirnya terbongkar dan sampai kepada putranya yang
bernama Tohjaya (Anak dari Ken Arok dan Ken Umang). Tohjaya mengetahui bahwa
Anusapati senang mengadu ayam, sehingga tohjaya mengundang anusapati untuk
mengadu ayam di rumahnya. Saat anusapati asik mengadu ayam, tohjaya kemudian
membunuh anusapati.
Dengan meninggalnya Anusapati, tahta dipegang oleh Tohjaya. Kemudian putra dari
anusapati yang bernawa Ranggawuni (Wisnuwardhana) mengetahui perihal dari
kematian anusapati, maka ranggawuni melakukan pemberotakan. Pemberontakan ini
mengakibatkan tohjaya luka parah dan akhirnya meninggal dunia.
Perang dengan Kubilai-khan tidak terjadi karena Kertanegara sudah tewas akibat
serangan dari Jayakatwang (Keturunan Raja Kediri).
G. Majapahit (Hindu)
Puncak kejayaan kerajaan Majapahit pada masa Hayam Wuruk yang dibantu oleh
gajah mada (Gajah mada merupakan panglima perang kerajaan majapahit) yang
kemudian dilantik sebagai Mahapatih (Menteri besar). Pada pelantikannya gajah mada
mengucapkan Sumpah Palapa (Tidak akan makan palapa atau rempah-rempah
(dimaksudkan untuk tidak menikmati kenikmatan duniawi) sebelum berhasil
menyatukan Nusantara). Kemudian gajah mada menjadi perdana menteri yang
mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaan Majapahit
hampir seluruh Nusantara (semenanjung malaya, kalimantan, sumatera, hingga
indonesia timur).
Keruntuhan Majapahit karena adanya perang saudara atau dikenal dengan perang
PARAGREG (1401-1406) yang menyebabkan kekuatan majapahit melemah.
Kemudian adanya pengaruh Islam pada saat itu. Pada akhirnya kerajaan majapahit
runtuh setelah mendapat serangan pasukan Demak di bawah pimpinan Adipati Unus.