Anda di halaman 1dari 9

KERAJAAN MATARAM KLASIK PERIODE JAWA TIMUR

SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA


Dosen Pengampu :
Risminarno, S.S., M.M.

Oleh :
22101020003 Nabil Al Gibran
22101020010 Nihayah
22101020024 Ardina Milku Lillah
22101020032 Muhamad Solkhan Khamid
ellawanda01@gmail.com

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UIN SUNAN KALIJAGA
2022
Wangsa Isyana
Wangsa Isyana atau Dinasti Ishana adalah sebuah dinasti yang berkuasa dan memerintah di
Kerajaan Medang (kaḍatwan mḍaŋ) Periode Jawa Timur pada abad ke-10 sampai masa akhir
Kerajaan Kadiri (Paŋjalu) awal abad ke 12.
Lahirnya Wangsa Isyana
Wangsa / Dinasti Isyana adalah sebuah dinasti penerus dari dinasti Sanjaya. Pendirinya adalah
Mpu Sindok yang bergelar Sri Maharaja Rakai Hino sri Isyana Wikramadharmattunggadewa. Ia
menjadi raja Mataram dari tahun 929-947 M. Mpu sindok adalah Raja dari keturunan dinasti
Sanjaya yang memindahkan kekuasaan dari Jawa tengah ke Jawa Timur. Perpindahan inilah
yang membuat berakhirnya dinasti Sanjaya dan lahirlah Dinasti Isyana. Faktor yang mendorong
dipindahkannya ibukota Mataram Kuno ke Jawa Timur adalah :
1. Sering terjadi perebutan kekuasaan (suksesi) sehingga kewibawaan kerajaan berkurang
(hilang tuahnya).
2. Mataram Kuno tidak memiliki pelabuhan sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar
3. Ibukota kerajaan sering dilanda bencana alam akibat letusan gunung berapi.
4. Keselamatan kerajaan terancam oleh serangan kerajaan sriwijaya.
Pusat pemerintahan dinasti ini terletak di Watuguluh, antara gunung Sumeru dan gunung
Wilis.Empu sindok beragama Hindu syiwa. Jadi, kerajaan mpu Sindok termasuk kerajaan yang
bercorak Hindu. Namun, pada saat itu agama Budha Tantrayana juga berkembang baik. Hal itu
membuktikan adanya toleransi agama sejak dahulu. Pada zamannya disusun sebuah kitab suci
agama Budha Tantrayana yang berjudul Sang Hyang Kamahayanikan.
Raja-Raja Yang Memimpin Kerajaan Mataram
1. Empu Sindok (929-948)
2. Dharmawangsa (991-1016)
3. Airlangga (1019-1048)

Kontribusi Yang Diberikan


a. Ekonomi
Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa dilihat dari usaha usaha yang ia
lakukan, seperti Mpu Sindok banyak membangun bendungan dan memberikan hadiah-
hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan suci untukmeningkatkan kehidupan
rakyatnya. Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki
Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-tanggul
untuk mencegah banjir. Sementaraitu dibidang sastra, pada masa pemerintahannya
telah tercipta satu hasil karyasastra yang terkenal, yaitu karya Mpu Kanwa yang berhasil
menyusun kitab Arjuna Wiwaha.
Pada masa kerajaan Kediri banyak informasi dari sumberkronik Cina yang menyatakan
tentang Kediri yang menyebutkan Kediri banyak menghasilkan beras, perdagangan yang
ramai di Kediri dengan barang yang diperdagangkan seperti emas, perak, gading, kayu
cendana, dan pinang. Dari keterangan tersebut, kita dapat menilai bahwa masyarakat
pada umumnya hidup dari pertanian dan perdagangan.

b. Sosial Budaya
Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang
oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil
dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan
budaya Jawa. Raja Airlangga merupakan raja yang peduli pada keadaan masyarakatnya.
Hal itu terbukti dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa bagian di
Sungai Berantas untuk mengatasi masalah banjir. Pada masa Airlangga banyak
dihasilkan karya-karya sastra, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kebijakan raja
yang melindungi para seniman, sastrawan dan para pujangga,sehingga mereka dengan
bebas dapat mengembangkan kreativitas yang merekamiliki. Pada kronik-kronik Cina
tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu:
1. Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni
dan tertata dengan rapi, serta rakyat telah mampu untuk berpakaian dengan baik.
2. Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan hukuman matibagi
perampok.
3. Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan memuja para dewa.

c. Agama Dan Kebudayaan


Agama yang berkembang pada masa pemerintahan airlangga adalah agama hindu
waisnawa. Hal ini Nampak pada candi belahan dimana airlangga diwujudkan sebagai
sebuah arca sebagai wisnu menaiki garuda.Untuk mengenang jerih payah airlangga
mempersatukan kerajaan yang porak-poranda disusunlah kitab arjuna wiwaha oleh mpu
kanwa 1030. Inilah hasil sastrazaman airlangga yang sampai pada kita. Sementara
airlangga sendiri sebelum mengundurkan diri jadi pertapa, ia telah membangunkan
sebuah pertapaan bagianaknya sangramawijaya di pucangan (gunung penanggungan).

Daftar Pustaka
Kerajaan Mataram di Jawa Timur (Wangsa Isyana) - Artikel & Materi (artikelmateri.com)
KERAJAAN PANJALU
Kerajaan panjalu atau kerajaan kediri (Jawa timur) berdiri sekitar tahun 1019-1222. Kerajaan ini
merupakan salah satu kerajaan yang bercorak hindu-budha di Indonesia khususnya di pulau
Jawa. Kerajaan ini merupakan hasil pembelahan oleh raja Airlangga dari Dinasti Mataram kuno.
Kerajaan ini berpusat Dahanapura (nama Kediri kuno).
SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN PANJALU
Dahulu Kahuripan yang dipimpin oleh Raja Airlangga (1009-1042 M) mengalami masa
kemunduran. Dimana pada saat sebelum wafatnya Raja Airlangga beliau sudah menunjuk
penerus takhtanya yaitu putrinya yang bernama Sanggramawijaya Tunggadewi. Namun, sang
putri makhkota justru memilih bertapa dan tidak mau meneruskan takhta ayahnya. Sehingga
dikhawatirkan akan pecahnya konflik saudara antara dua anak Airlangga yang lain. Yaitu, Sri
Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.
Akhirnya, karena kekhawatiran Raja Airlangga tersebut. Maka, dibagilah kerajaan kahuripan
dalam dua wilayah. Wilayah barat yang di berikan kepada Sri Samarawijaya kemudian berdirilah
kerajaan Panjalu yang berpusat di Dahanapura (Kediri). Kemudian, wilayah timur diberikan
kepada Mapanji Garasakan yang kemudian berdirilah kerajaan Jenggala yang tetap berpusat di
Kahuripan.
KONFLIK DENGAN KERAJAAN JENGGALA
Walaupun wilayah kerajaan kahuripan telah dibagi sama rata oleh raja Airlangga kepada dua
putranya. Yaitu, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Namun, konflik yang terjadi antara
kedua bersaudara ini tetap saja terjadi. Bukti dari konflik tersebut ialah adanya prasasti
Ngantang, disitu tertulis Panjalu Jayati “panjalu menang” tulisan tersebut merujuk kepada
kemenangan Panjalu atas Jenggala .
Selain itu, ada juga cerita yang ditulis dalam prasasti Turun Hyang yang memberitakan
adanya perang saudara antara dua kerajaan sepeninggal Airlangga. Kemudian kerajaan Jenggala
benar-benar runtuh akibat konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Panjalu dan juga
bencana alam berupa erupsi dari gunung-gunung lumpur. Akhirnya kerajaan Panjalulah satu-
satunya kerajaan keturunan Airlangga yang bertakhta.
MASA KEJAYAAN KERAJAAN PANJALU
Pendiri kerajaan panjalu ialah Sri Samarawija pada tahun 1042 M. namun kerajaan Panjalu baru
mencapai masa kejayaan pada masa sri Jayabhaya (1135-1157 M). Hal itu diperkuat oleh catatan
Cina berjudul Ling wai tai ta yang ditulis oleh Chou ku-fei pada tahun 1178 M.
Chou ku-fei menyebutkan, pada masa itu, negeri-negeri yang kaya selain Cina adalah Arab
(Dinasti Abbasiyah), Jawa (kerajaan Panjalu), Sumatra (kerajaan Sriwijaya). Pada waktu itu
wilayah kerajaan Panjalu juga sangat luas, meliputi : Surabaya, Pacitan, Malang, Dieng. Bahkan
sebrang pulau Jawa seperti : Papua barat, Sumba, Nusa tanggara, Kalimantan barat, Timor,
Sulawesi Tengah, hingga Maluku. Luasnya wilayah tersebut bisa terjadi.karena armada laut yang
sangat Tangguh dimiliki kerajaan Panjalu terutama di pelabuahan Hujung Galuh (Surabaya)
Selain wilayahnya yang luas, kerajaan Panjalu juga memiliki perekonomian yang maju.
Terutama pada sektor pertanian dan perdagangan, pada sektor pertanian kerajaan Panjalu meiliki
lahan pertanian yang subur sehingga menghasilkan padi yang melimpah. Pada sektor
perdagangan, kerajaan Panjalu mengembangkannya melalui jalur pelayaran sungai Berantas.
Dimana pada waktu itu, sungai Berantas menjadi jalur perdangan yang maju. Bukan hanya padi
saja yang mejadi komoditas perdagangan waktu itu, ada juga berang-barang seperti emas, perak,
kayu cendana, rempah-rempah, dan sebagainya juga di perjualbelikan disitu.
Tatanan sosial masyarakat di kerajaan Panjalu juga sangat baik dan teratur. Karena raja
Jayabhaya dikenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Masyarakatnya terbagi menjadi tiga
golongan, yaitu : golongan masyarakat kerajaan, golongan masyarakat thani (pejabat
pemerintahan), golongan masyarakat nonpemerintahan. Dengan tatanan masyarakat yang
demikian raja Jayabhaya bisa menciptakan kedamaian dan kesejahteraan dalam kehidupan
rakyatnya.
RUNTUHNYA KERAJAAN PANJALU
Kemunduran kerajaan Panjalui terjadi akibat ulah raja terakhir kerajaan panjalu yaitu raja Sri
Kertajaya (1200-1222 M). ia dikenal sebagai raja yang kejam dan mewajibkan rakyatnya untuk
menyembahnya. Hal ini dikisahkan dalam kitab Negarakertagama dan kitab Pararaton, dimana
Kertajaya memicu kebencian diantara khususnya dikalangan Brahmana.
Kemudian para Brahmana meminta perlindungan dari Ken Arok di Tumapel. Yang kebetulan
Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumepel dari kekuasaan kerajaan Panjalu. Hingga
akhirnya terjadilah perang antara kerajaan Panjalu dan Tumapel yang dipimpin langsung oleh
Ken Arok serta dukungan rakyat yang sudah muak akibat kebijakan dari Kertajaya. Perang
tersebut terjadi di dekat desa Ganter dan dimenangkan oleh Ken Arok. Keberhasilan Ken Arok
ini menandai berakhirnya kerajaan Panjalu dan cikal bakal berdirinya kerajaan Singasari kelak.
PENINGGALAN KERAJAAN PANJALU
1. Prasasti Sirah Keting
2. Prasati Ngantang
3. Prasati Jaring
4. Candi Panataran
5. Candi Tondowongso
6. Candi Gurah

Referensi
(Djoened, 2019, pp. 279-304)
(Wulandari, 2021)
KERAJAAN JENGGALA
Kerajaan Janggala atau Jenggala (bahasa Jawa: (ꦏꦼꦫꦗꦄꦤ꧀ꦗꦁꦒꦭ), translit. Karajaan
Janggala) adalah sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang terdapat di Jawa Timur. antara tahun
1042, dan berakhir disekitar tahun 1135-an. Merupakan salah satu kerajaan hasil pembelahan
yang juga didirikan oleh Airlangga. Kerajaan ini dipimpin oleh wangsa Isyana. Lokasi pusat
kerajaan diperkirakan sekarang berada di wilayah Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Masa pemerintahan Janggala
sepeninggal Airlangga dipenuhi oleh Perang saudara antara Janggala melawan Panjalu. Mula-
mula kemenangan berada di pihak Janggala.
Pada tahun 1044, berdasarkan Prasasti Turun Hyang, Mapanji Garasakan memenangkan
pertempuran melawan Panjalu, karena para pemuka desa Turun Hyang setia membantu Janggala
melawan Panjalu.
Pada tahun 1050, berdasarkan Prasasti Kambang Putih, Raja Sri Mapanji Garasakan
mempertahankan istana dari pasukan Kambang Putih yang menyerang Istana Kerajaan Janggala.
Kambang Putih (sekarang daerah Tuban) merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Panjalu.
Pada tahun 1052, berdasarkan Prasasti Malenga, Mapanji Garasakan mengalahkan Aji
Linggajaya raja Tanjung. Aji Linggajaya ini merupakan raja bawahan Panjalu.
Pada tahun 1052, berdasarkan Prasasti Banjaran, Janggala di serang oleh musuh dari Kadiri yang
berhasil menyingkirkan Mapanji Garasakan dan keluarganya keluar dari ibukota Janggala. Raja
Janggala kedua, Alanjung Ahyes melarikan diri ke hutan "Marsma" untuk menyusun kekuatan,
ia kemudian berhasil merebut kembali ibukota Janggala berkat bantuan para pemuka desa
Banjaran.
Pada tahun 1053, berdasarkan Prasasti Garaman, Mapanji Garasakan mengalahkan Aji
Panjalu dari Kadiri dibantu oleh pasukan dari desa Garaman.[2]
Pada tahun 1059, berdasarkan Prasasti Sumengka, Raja ketiga Janggala, Samarotsaha, dibantu
para pemuka desa Sumengka, memperbaiki saluran air peninggalan Airlangga yang dimakamkan
di tirtha atau pemandian.

Situs Budaya Janggala

1. Candi Prada, Dusun Reno Pencil, Kabupaten Sidoarjo.


2. Prasasti Turun Hyang (1044 M), di daerah Kemlagi, Mojokerto.
3. Prasasti Kambang Putih (1050 M), di daerah Kabupaten Tuban.
4. Prasasti Malenga (1052 M), di daerah Banjararum, Rengel, Tuban.
5. Prasasti Banjaran (1052 M)
6. Prasasti Garaman (1053 M)
7. Prasasti Sumengka (1059 M)

Janggala dalam Karya Sastra


Adanya Kerajaan Janggala juga muncul dalam Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365.
Kemudian muncul pula dalam naskah-naskah sastra yang berkembang pada zaman kerajaan-
kerajaan Islam di Jawa, misalnya Babad Tanah Jawi dan Serat Pranitiradya.
Dalam naskah-naskah tersebut, raja pertama Janggala bernama Lembu Amiluhur, putra Resi
Gentayu alias Airlangga. Lembu Amiluhur ini juga bergelar Jayanegara. Ia digantikan putranya
yang bernama Panji Asmarabangun, yang bergelar Prabu Suryawisesa.
Panji Asmarabangun inilah yang sangat terkenal dalam kisah-kisah Panji. Istrinya bernama
Galuh Candrakirana dari Kadiri. Dalam pementasan Ketoprak, tokoh Panji setelah menjadi raja
Janggala juga sering disebut Sri Kameswara. Hal ini jelas berlawanan dengan berita dalam
Smaradahana yang menyebut Sri Kameswara adalah raja Kadiri, dan Kirana adalah putri
Janggala.
Selanjutnya, Panji Asmarabangun digantikan putranya yang bernama Kuda Laleyan, bergelar
Prabu Surya Amiluhur. Baru dua tahun bertakhta, Kerajaan Janggala tenggelam oleh bencana
banjir. Surya Amiluhur terpaksa pindah ke barat mendirikan Kerajaan Pajajaran.
Tokoh Surya Amiluhur inilah yang kemudian menurunkan Jaka Sesuruh, pendiri Majapahit versi
dongeng. Itulah sedikit kisah tentang Kerajaan Janggala versi babad dan serat yang
kebenarannya sulit dibuktikan dengan fakta sejarah.

Daftar pustaka
- Andjar Any. 1989. Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita & Sabdopalon. Semarang:
Aneka Ilmu
- Babad Tanah Jawi. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
- Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai
Pustaka.
- Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
- "Jayati Seni ing Tlatah Jenggala | beritajatim.com". beritajatim.com (dalam bahasa Inggris).
2022-10-26. Diakses tanggal 2022-10-26.
- http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156408.pdf

Anda mungkin juga menyukai