Anda di halaman 1dari 9

1.

Kerajaan Kutai
Berdiri sekitar abad ke- 4 M.
Terletak di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Pendiri kerajaannya adalah Kudungga (orang asli Indonesia)
Putra Kudungga yaitu Aswawarman dianggap sebagai pendiri keluarga raja
(vansakarta) dan sudah terpengaruh oleh ajaran agama dan kebudayaan
Hindu. Hal ini dapat diketahui dari nama belakangnya yang berakhiran
warman dan disebut sebagai Dewa Ansuman.
Mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Mulawarman. Hal ini
dibuktikan dengan adanya pemberian amal berupa 20.000 ekor sapi kepada
para brahmana.
Berdasarkan letak dan isi yupa, maka dimungkinkan kehidupan ekonomi
masyarakat Kutai adalah beternak, bertani dan berdagang. Masuknya
pengaruh Hindu di Kutai menunjukkan suatu hubungan dagang antara
pedagang setempat dan India.
Kehidupan masyarakat Kerajaan Kutai diwarnai oleh budaya Hindu.
Kehidupan sosial masyarakat Hindu sangat terikat dengan sistem kasta.
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma
Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji
Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa kerajaan Kutai ini
(Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang
ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai
Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra
Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan
Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
Hasil kebudayaannya berupa 7 buah prasasti berbentuk Yupa dengan huruf
Pallawa dan bahasa Sanskerta.
2. Kerajaan Tarumanegara
Berdiri hampir bersamaan dengan Kerajaan Kutai (tahun 450 M)
Terletak di daerah Bogor, Jawa Barat.
Penjelasan tentang Tarumanegara cukup jelas di Naskah Wangsakerta.
Sayangnya, naskah ini mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang
meragukan naskah-naskah ini bisa dijadikan rujukan sejarah. Pada Naskah
Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358.
Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan,
terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu
beraliran Wisnu.
Mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Purnawarman. Ini
dibuktikan dengan selamatan yang diadakan oleh Purnawarman dengan
memberikan 1.000 ekor sapi kepada para brahmana.
Ciri kehidupan sosisal masyarakat Tarumanegara adalah kehidupan gotong
royong dan sikap bertoleransinya yang baik. Hal ini terlihat dengan
digalinya Sungai Gomati dan Sungai Chandrabaga. Kehidupan
keagamaannya juga sudah berjalan dengan baik.
Masyarakat Tarumanegara hidup dari hasil pertanian, beternak dan
berdagang. Dengan digalinya Sungai Gomati dan Sungai Chandrabaga,
memungkinkan masyarakat Tarumanegara untuk bertani, berlayar dan
berdagang.

Kerajaan Tarumanegara sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Cina,


hal ini dibuktikan dengan berita yang berasal dari Dinasti Sui dan Tang.
Kekuasaan Tarumanegara berakhir dengan beralihnya tahta kepada
Tarusbawa (menantu raja Tarumanegara yang terakhir, yaitu Linggawarman)
karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya
sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan
Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang
tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi
wilayah Tarumanegara.
Hasil kebudayaannya adalah 7 buah prasasti batu yang ditemukan di daerah
Bogor, Jawa Barat. Lima diantaranya ditulis dengan huruf Pallawa dan
bahasa Sanskerta, sedangkan dua diantaranya belum berhasil dibaca.
Ketujuh prasati itu yaitu:
1. Prasasti Kebon Kopi
2. Prasasti Tugu
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul
4. Prasasti Ciaruteun
5. Prasasti Muara Cianten
6. Prasasti Jambu
7. Prasasti Pasir Awi
Di Kerajaan Tarumanegara juga telah berkembang sistem kalender dengan
nama bulan Palghuna dan Caitra. Nama bulan ini sama dengan bulan
Februari dan April menurut kalender Masehi.
3. Kerajaan Ho-ling (Kaling)
Berdiri sekitar abad ke-6 M.
Merupakan kerajaan yang bercorak Hindu
Terletak di daerah Jawa Tengah
Raja yang memerintah adalah Ratu Shima (Ratu Adil)
Pendeta yang terkenal adalah Jhanabhadra
Kerajaan ini sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Cina, hal ini
dibuktikan dengan berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang dan dari ITsing.
Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari
bunga kelapa. Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula
badak dan gading gajah.
Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya
dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu,
bersama Melayu dan Tarumanegara yang sebelumnya telah ditaklukan
Sriwijaya
Hasil kebudayaannya adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di
Desa Dakwu daerah Grobogan, Purwodadi, di lereng Gunung Merbabu di
Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.
4. Kerajaan Melayu
Berdiri sekitar abad ke-6 M.
Terletak di daerah Sumatera
Pada tahun 692, kerajaan ini dikuasai oleh Sriwijaya
5. Kerajaan Sriwijaya
Berdiri sekitar abad ke-7 M.

Terletak di daerah Sumatera (Palembang)


Merupakan pusat agama Buddha
Pendiri kerajaannya adalah Dapunta Hyang (diketahui berdasarkan prasasti
Kedukan Bukit).
Mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Balaputradewa (dari
Dinasti Syailendra).
Guru agama Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti
Kerajaan ini sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Cina, hal ini
dibuktikan dengan berita yang berasal dari I-Tsing.
Beberapa faktor yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya dapat dikenal
sebagai Kerajaan Maritim yang besar:
a. Letak Sriwijaya sangat strategis, yaitu berada di jalur lintas perdagangan
antara India dan Cina.
b. Runtuhnya Kerajaan Funan di Indo Cina (Vietnam).
c. Majunya aktivitas pelayaran dan perdagangan antara India dan Cina.
d. Memiliki armada laut yang kuat.
e. Melayani distribusi ke berbagai wilayah di Nusantara.
Kehidupan sosial masyarakatnya berdasarkan ajaran agama Buddha.
Sebab-sebab keruntuhan:
a. Serangan Raja Cholamandala dari India
b. Serangan Raja Kertanegara dari Singasari
Hasil kebudayaan peninggalan Kerajaan Sriwijaya:
1. Prasasti Kedukan Bukit
2. Prasasti Talang Tuo
3. Prasasti Telaga Batu
4. Prasasti Karang Berahi
5. Prasasti Palas Pasemah
6. Kopleks Candi Muara Takus
7. Arca Buddha di Bukit Siguntang
8. Arca Awalokiteswara
6. Kerajaan Mataram Kuno
Berdiri sekitar abad ke-8 M.
Terletak di daerah Jawa Tengah
Pendiri Kerajaannya adalah Raja Sanjaya
Terdapat 2 dinasti yang memerintah di dalamnya, yaitu Dinasti Sanjaya
(menganut ajaran dan kebudayaan Hindu) dan Dinasti Syailendra (menganut
ajaran dan kebudayaan Buddha)
Sumber penghasilan:
a. Pajak perdagangan (drawiya haji)
b. Kerja bakti (buat haji)
c. Denda tindak pidana (suka duka)
Mata pencaharian masyarakat:
a. Perdagangan (pala, rempah-rempah, kendi)
b. Pertanian
c. Peternakan (diketahui berdasarkan prasasti Munduan)
d. Perikanan (diketahui berdasarkan prasasti Dimanasrama)
e. Industri logam dan tanah liat
Aspek sosial:
a. Kehidupan masyarakatnya dilandasi oleh kehidupan yang religious dan
semangat gotong-royong.

b. Toleransi beragama sudah berkembang dengan baik


c. Adanya perbedaan antara masyarakat pesisir dengan masyarakat
pedalaman.
d. Pasar menjadi tempat bagi masyarakat untuk berkomunikasi.
Hasil kebudayaan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno:
1. Prasasti Canggal
2. Prasasti Kalasan
3. Prasasti Kedu
4. Candi Sewu
5. Candi Borobudur
6. Candi Kalasan
7. Candi Pawon
8. Candi Mendut
9. Kompleks Candi Loro Jonggrang
10. Candi Sambisari
11. Candi Gedongsongo
12. Candi Dieng
13. Candi Ratu Boko
14. Candi Ngawen
7. Kerajaan Medang Kamulan
Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahan Syailendra ke Jawa Timur
pada tahun 929 M kemudian membentuk sebuah dinasti dan kerajaan baru.
Berdiri sekitar tahun 929 M.
Terletak di daerah Jawa Timur.
Didirikan dan diperintah oleh Dinasti Isyana.
Pendiri Dinasti Isyana sekaligus raja pertama dari Kerajaan Medang
Kamulan adalah Mpu Sindok.
Mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Airlangga.
Airlangga memindahkan pusat pemerintahan dari Medang Kamulan ke
Kahuripan.
Kehidupan sosial masyarakat Medang Kamulan sudah teratur. Struktur
sosial masyarakat dibedakan berdasarkan sistem kasta. Masyarakat hidup
berdampingan walaupun berbeda agama.
Kehidupan ekonomi masyarakat Medang Kamulan bergantung kepada
aktivitas pelayaran dan perdagangan.
Sepeninggal Airlangga, pada tahun 1401, Kerajaan Medang Kamulan dibagi
menjadi 2, yaitu Kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan dan Kerajaan
Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Daha dengan tujuan agar tidak terjadi
perang saudara.
Hasil kebudayaan peninggalan Kerajaan Medang Kamulan:
1. Prasasti Mpu Sindok
2. Candi Jayamarta
3. Candi Jayastambho
4. Kompleks Candi Belahan
5. Kitab Sang Hyang Kamahayanikan, karya Mpu Kanwa
6. Kitab Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa
8. Kerajaan Kediri
Terletak di daerah Jawa Timur.

Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri merupakan dua kerajaan yang


terbentuk dari hasil pembagian Kerajaan Medang Kamulan oleh Airlangga
yang bertujuan mencegah terjadinya perang saudara.
Kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, diperintah oleh Raja Mapanji
Garasakan. Sedangkan, Kerajaan Kediri dengan ibu kota Daha diperintah
oleh Raja Sri Samarawijaya.
Dalam perkembangan selanjutnya, upaya yang dilakukan Airlangga
mengalami kegagalan. Terjadi perebutan kekuasaan antara Kerajaan
Jenggala dan Kerajaan Kediri yang berakhir dengan kekalahan Kerajaan
Jenggala.
Mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Jayabaya. Jayabaya
berhasil mempersatukan Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala di bawah
kekuasaan Kediri.
Keberhasilan dan kemenangan Jayabaya itu diabadikan dalam kitab
Bharatayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Jayabaya sangat terkenal dengan ramalannya. Ramalannya dikumpulkan
dalam satu kitab yang berjudul Jangka Jayabaya.
Raja terakhir Kerajaan Kediri adalah Kertajaya.
Pada masa pemerintahan Kertajaya, keadaan Kediri tidak aman karena
terjadi pertentangan antara raja dengan kaum Brahmana. Penyebab
pertentangan ini adalah Kertajaya dianggap telah melanggar agama karena
memaksa agar menyembah dirinya sebagai dewa.
Kaum Brahmana banyak yang melarikan diri dan meminta bantuan ke
Tumapel yang pada saat itu diperintah oleh Ken Arok sebagai Akuwu
Tumapel.
Kerajaan Kediri tamat riwayatnya karena pada pertempuran di desa Ganter
tahun 1222, Kertajaya berhasil dikalahkan oleh Ken Arok.
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik dan maju yang diwarnai
oleh kehidupaan religius.
Mata pencaharian masyarakat:
a. Pertanian (hasil utama pertaniannya adalah beras)
b. Perdagangan (emas, perak dan hasil bumi)
c. Peternakan
Hasil kebudayaan peninggalan Kerajaan Kediri:
1. Kitab Baratayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh
2. Kitab Kakawin Hariwangsa, karya Mpu Panuluh
3. Kitab Smaradhana, karya Mpu Dharmaja
4. Kitab Lubdhaka, karya Mpu Tanakung
5. Kitab Wertasancaya, karya Mpu Tanakung
6. Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna
7. Kitab Sumanasantaka, karya Mpu Manguna
9. Kerajaan Singasari
Berdiri sekitar tahun 1222 M.
Terletak di daerah Jawa Timur
Berdirinya kerajaan ini berawal dari keberhasilan Ken Arok membunuh
Akuwu Tumapel yang bernama Tunggul Ametung dengan menggunakan
keris Mpu Gandring. Setelah itu, dia mendapatkan dukungan dari para
brahmana untuk menjadi Akuwu Tumapel dan kemudian memimpin
penyerangan ke Kerajaan Kediri dan mengalahkan Kertajaya. Dan

kemudian, Ken Arok mendirikan kerajaan baru di Tumapel yang bernama


Kerajaan Singasari.
Pendiri kerajaan adalah Ken Arok
Mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Kertanegara.
Pada tahun 1275, Kertanegara mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk
menjadikan Sumatera sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi
ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatera adalah Kerajaan
Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Melayu).
Pada tahun 1284, Kertanegara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan
Bali. Pada tahun 1289, Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari
meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu
ditolak tegas oleh Kertanegara.
Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang,
yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara
sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh. Riwayat Kerajaan
Singasari pun berakhir.

Kehidupan ekonomi masyarakat Singasari bersumber pada aktivitas


pertanian dan perdagangan.
Kehidupan sosial masyarakat Singasari berjalan dengan baik. Masyarakat
hidup aman dan tenteram. Pada zaman Singasari berkembang suatu agama
baru, yaitu agama Buddha Tantrayana. Dalam agama Buddha Tantrayana ada
unsur Hindu dan Buddha.
Hasil kebudayaan peninggalan Kerajaan Singasari:
1. Candi Kidal
2. Candi Jago
3. Candi Singasari
4. Arca Dewi Prajnaparamita
5. Arca Joko Dolok
10. Kerajaan Majapahit
Berdiri pada tahun 1293
Pendiri kerajaan adalah Raden Wijaya (menantu Kertanegara)
Pusat kerajaan terletak di Trowulan, Mojokerto.
Berdirinya kerajaan ini berawal dari Raden Wijaya (cucu Narasingamurti)
yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria
Wiraraja (penentang politik Kertanegara), ia kemudian diampuni oleh
Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293
datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa.
Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di
Kediri. Setelah Kediri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti
mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian
mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singasari, dan
menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang
didirikan oleh Ken Arok.
Terjadi beberapa pemberontakan oleh orang-orang terpercaya raja, yaitu
Ranggalawe, Sora, Nambi, Juru Demung, Gajah Biru, Semi, dan Kuti.
Mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk bersama
patihnya yang bernama Gajah Mada. Yang terkenal dari Gajah Mada adalah

sumpah yang diucapkannya untuk menyatukan seluruh Nusantara di bawah


kekuasaan Majapahit yang disebut Sumpah Palapa.
Sebab-sebab keruntuhan:
a. Wafatnya Gajah Mada pada tahun 1364.
b. Wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389.
c. Tidak adanya pemimpin yang cakap sepeninggal Hayam Wuruk dan
Gajah Mada.
d. Adanya perang saudara yang memperebutkan takhta (Perang Paregreg).
e. Munculnya Kerajaan Islam di Pulau Jawa.
Kehidupan sosial masyarakat Majapahit tidak jauh berbeda dengan
Singasari. Sebagian besar masyarakatnya beragama Hindu. Masyarakat
hidup aman dan tenteram karena pemerintah sangat memperhatikan
rakyatnya. Keamanan terjamin dan hukum dijalankan dengan tidak pandang
bulu.
Kehidupan ekonomi Majapahit meitikberatkan pada bidang pertanian,
pelayaran dan perdagangan karena Kerajaan Majapahit merupakan negara
agraris dan juga negara maritim.
Hasil kebudayaan peninggalan Kerajaan Majapahit:
1. Candi Panataran di Blitar
2. Candi Sumber Jati di Blitar
3. Candi Srenggopora di Kapopongan
4. Candi Jabung di Krasakan
5. Candi Surawana di Kediri
6. Candi Pari dekat Porong
7. Candi Waringin Lawang di Trowulan
8. Kitab Negarakertagama, karya Mpu Prapanca
9. Kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular
10. Kitab Pararaton
11. Kitab Kunjarakarna
12. Kitab Sundayana
13. Kitab Sorandaka
14. Kitab Ranggalawe
15. Kitab Usana Jawa
16. Kitab Usana Bali
17. Kitab Paman Canggah
18. Kitab Tantu Pagelaran
19. Kitab Calon Arang
20. Kitab Korawasrama
21. Kitab Bubhuksah
22. Kitab Tantri Kamandaka
23. Kitab Pancatantra

Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsabangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya. Warisan sejarah dari Kerajaan
Majapahit yang memberikan inspirasi yaitu:
a. Legitimasi politik
b. Arsitektur (candi, bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks
perumahan masyarakat di Bali masa kini).
c. Persenjataan (keris)
d. Seni sastra (Kitab Negarakertagama dan Kitab Pararaton)
e. Seni pertunjukan (tari, wayang, lawak)
f. Kesenian modern

Beberapa kesenian modern yang berkaitan dengan kerajaan Majapahit yaitu:


a. Puisi lama (cth: Serat Darmagandhul)
b. Komik dan strip komik
Cth:
Serial "Mahesa Rani" karya Teguh Santosa
Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit, karya Jan Mintaraga.
Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
Strip komik "Panji Koming" karya Dwi Koendoro
Komik "Dharmaputra Winehsuka", karya Alex Irzaqi
c. Roman/novel sejarah
Cth:
Sandyakalaning Majapahit (1933) karya Sanusi Pane.
Kemelut Di Majapahit, karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
Zaman Gemilang (1938/1950/2000) karya Matu Mona/Hasbullah
Parinduri.
Senopati Pamungkas (1986/2003) karya Arswendo Atmowiloto.
Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit (2005) Gajah Mada (2005),
karya Langit Kresna Hariadi.
d. Film/Sinetron
Cth:
Tutur Tinular, suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara
radio.
Saur Sepuh, suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial
sandiwara radio yang populer pada awal 1990-an.
Walisongo, sinetron Ramadhan tahun 2003
Puteri Gunung Ledang, sebuah film Malaysia tahun 2004.
11. Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran adalah nama lain dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini
beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat.
Berdiri sekitar tahun 923 oleh Sri Jayabhupati (dikertahui berdasarkan
Prasasti Sanghyang Tapak).
Pada masa pemerintahan Sri Baduga, terjadi pertempuran yang sangat besar.
Perang ini terjadi pada tahun 1357 yang menewaskan semua pasukan
Pajajaran, termasuk Sri Baduga dan putrinya, yaitu Dyah Pitaloka. Perang
ini dikenal dengan Perang Bubat.
Pada masa pemerintahan Ratu Dewata, terjadi serangan dari Kerajaan
Banten yang dipimpin oleh Maulana Hasanuddin yang dibantu oleh
anaknya, yaitu Maulana Yusuf pada tahun 1579. Serangan itu
mengakibatkan keruntuhan Kerajaan Pajajaran. Berakhirnya zaman
Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana
(singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten
oleh pasukan Maulana Yusuf.
Agama dan kebudayaan Hindu sangat berpengaruh terhadap kehidupan
sosial masyarakat Pajajaran. Stratifikasi sosial masyarakat Kerajaan
Pajajaran digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Golongan seniman (pemain gamelan, pemain wayang dan penari badut)
b. Golongan petani
c. Golongan pedagang
d. Golongan penjahat
Kehidupan ekonomi Kerajaan Pajajaran bersumber dari kegiatan pertanian
dan perdagangan (lada, bahan makanan dan bahan pakaian)

Hasil kebudayaan peninggalan Kerajaan Pajajaran:


1. Kitab Carita Parahyangan
2. Kitab Carita Waruga Guru
3. Kitab Siksakanda
4. Prasasti Batu Tulis
5. Prasasti Astana Gede atau Kawali
6. Prasasti Sanghyang Tapak
12. Kerajaan Bali
Terletak di Pulau Bali.
Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan
diri dan menetap di Bali. Sampai sekarang, ada kepercayaan bahwa sebagian
dari masyarakat Bali dianggap sebagai pewaris tradisi Majapahit.
Raja pertama sekaligus pendiri Dinasti Warmadewa adalah Sri Kesari
Warmadewa (diketahui berdasarkan prasasti Sanur).
Pada masa pemerintahan Dharma Udayana Warmadewa dimulai penulisan
prasasti menggunakan huruf dan bahasa Jawa kuno.
Mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Anak Wungsu.
AnakWungsu merupakan Raja Bali yang berhasil mempersatukan seluruh
Bali (diketahui berdasarkan prasasti Sanur).
Mata pencaharian pokok masyarakat Bali adalah bercocok tanam.
Berdasarkan Prasasti Purana, masyarakat Bali telah mengenal cara
pengolahan sawah seperti yang dikerjakan oleh petani sekarang dan juga
telah mengenal subak (sistem pembagian air untuk pengairan sawah).
Hasil kebudayaan peninggalan Kerajaan Bali:
1. Prasasti Purana
2. Prasasti Blanjong
3. Prasasti Buwahan D
4. Prasasti Cempaga A
5. Prasasti Sanur

Anda mungkin juga menyukai