Anda di halaman 1dari 6

KERAJAAN TARUMANEGARA

1. Sumber sejarah
Kerajaan Tarumanegara terletak di Jawa barat, yaitu di antara sungai Citarum dan Cisadane.
Kerajaan ini didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman.
Kerajaan ini memiliki sumber sejarah utama yang berasal dari dalam dan luar negeri. Yang
pertama ada sumber berita yang berasal dari naskah dalam negeri, yaitu naskah wangsakerta,
lalu ada sember berita dari Cina, yaitu berita Fa Hien, berita dari Dinasti Sui dan berita dari
Dinasti Tang, selain itu ditemukan juga 7 prasasti di wilayah Jawa Barat yaitu Prasasti
Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara Cianten
di dekat Bogor, Prasasti Tugu di Jakarta Utara, dan Prasasti Cidanghiang di Pandeglang,
Banten. 
2. Kehidupan pemerintahan dan politik
Pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah Maharesi Jayasingawarman dari India. Menurut
Naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 banyak pengungsi dari India yang datang ke Nusantara
guna menyelamatkan diri karena peperangan besar yang terjadi di sana, salah satunya
Jayasingawarman. Jayasingawarman sendiri adalah seorang maharesi atau pemuka agama
Hindu yang mempimpin salah satu rombongan pengungsi ke Nusantara, yang kemudian
mendirikan Kerajaan Tarumanegara pada tahun 358. Kerajaan Tarumanegara berdiri hingga
tahun 669. Selama tiga abad berkuasa, kerajaan ini diperintah oleh 12 raja secara turun-
temurun.
Raja Raja yang memimpin Kerajaan Tarumanegara antara lain:
a. Jayasingawarman (358-382)
b. Dharmayawarman (382-395)
c. Purnawarman (395-434)
d. Wisnuwarman (434-455)
e. Indrawarman (455-515)
f. Candrawarman (515-535)
g. Suryawarman (535-561)
h. Kertawarman (561-628)
i. Sudhawarman (628-639)
j. Hariwangsawarman (639-640)
k. Nagajayawarman (640-666)
l. Linggawarman (666-669)

Kerajaan Tarumanegara mencapai kejayaan pada masa raja ketiga, yakni Purnawarman. Dari
prasasti-prasasti peninggalan Tarumanegara, Maharaja Purnawarman dikenal sebagai raja
yang gagah berani, bijaksana, dan sangat memerhatikan kehidupan rakyatnya. Salah satu
pencapaiannya adalah memerintahkan penggalian Sungai Gomati sepanjang 12 kilometer,
untuk menghindari bencana alam seperti banjir ataupun kekeringan pada musim kemarau.
Hasilnya, perekonomian kerajaan yang bertumpu pada kehidupan pertanian menjadi maju.
Sistem pemerintahan kerajaan pun sudah teratur dan Tarumanegara aktif menjalin hubungan
diplomatik dengan China.
Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman pula, wilayah kerajaan meliputi hampir seluruh
Jawa Barat, di mana 48 kerajaan daerah berada di bawah kekuasaannya. Setelah tiga abad
berdiri, Kerajaan Tarumanegara runtuh pada paruh kedua abad ke-7.
Pada tahun 669, Raja Linggawarman yang baru berkuasa selama tiga tahun wafat dan setelah
itu kerajaan terbelah menjadi dua. Kerajaan Tarumanegara terpecah menjadi dua, yaitu
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.

3. Kehidupan ekonomi
Berdasarkan berita China dari catatan Fa Hien, diketahui bahwa kehidupan ekonomi
masyarakat Tarumanegara bergantung pada sektor pertanian, peternakan, perburuan
binatang, dan perdagangan cula badak, kulit penyu, serta perak. Guna memajukan pertanian
dan perdagangan, Raja Purnawarman menerapkan teknologi pengairan.Raja Purnawarman
Guna memajukan pertanian dan perdagangan, Raja Purnawarman menerapkan teknologi
pengairan. Raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk melakukan penggalian
saluran air yang dinamakan Sungai Gomati.

4. Kehidupan sosial budaya


Kehidupan sosial budaya kerajaan tarumanegara mengalami masa kejayaannya saat
Purnawarman sebagai raja. Kepeduliannya terhadap rakyatnya menjadi gambaran
kelembutannya sebagai pemimpin. Sistem politik yang dianut juga mapan dan terstuktur
dengan baik dalam pengaturan kebijakan terhadap masyarakat.

5. Peninggalan
Prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi I, Jambu, Pasir Awi, dan Muara Cianten di dekat Bogor;
prasasti Tugu di Jakarta Utara; dan prasasti Cidanghiang di Pandeglang, Banten. 
KERAJAAN BULELENG
1. Sumber sejarah
a. Prasasti Blanjong
Prasasti ini dikeluarkan oleh seorang raja Bali yang bernama Sri Kesari Warmadewa.
Pada prasasti ini disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali.
Prasasti ini bertarikh 835 çaka (913 M). Letaknya di Pura Blanjong yang termasuk
wilayah Banjar Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota
Denpasar, Bali.
b. Prasasti Panembahan
Prasasti Panempahan adalah sebuah prasasti yang memuat sejarah tertulis tua tentang
pulau Bali. Prasasti ini terletak di wilayah Tampaksiring tepatnya berada di Pura Puseh
Panempahan, Banjar Panempahan, desa Manukaya, Tampaksiring, Gianyar. Prasasti ini
terbuat dari bahan batu padas dengan kondisi yang tidak utuh namun terawat. Prasasti
Panempahan berbentuk silindris dengan ukuran, panjang 14,5 cm, lebar 36 cm, dan tinggi
37 cm.

2. Kehidupan pemerintahan dan politik


Pendiri Kerajaan Buleleng adalah I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Kepakisan.
Setelah I Gusti Anglurah Panji Sakti meninggal pada 1704, Kerajaan Buleleng mulai
mengalami kemunduran karena putra-putranya memiliki perbedaan pendapat. Antara 1732-
1752, Buleleng berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mengwi. Setelah sempat merdeka
selama hampir tiga dekade, Kerajaan Buleleng kembali tunduk kepada penguasa di Bali
lainnya pada 1780. Sejak saat itu, raja Buleleng berasal dari Wangsa Karangasem. Pada
1846, Kerajaan Buleleng yang saat itu diperintah oleh I Gusti Made Karangasem, diserang
oleh Belanda.
Pada 1848, Kerajaan Buleleng kembali mendapat serangan angkatan laut Belanda. Satu tahun
kemudian, Buleleng akhirnya menyerah setelah Belanda menghancurkan Benteng Jagaraga.
Setelah hampir dua abad berkuasa, masa pemerintahan kerajaan ini berakhir pada abad ke-19
karena jatuh ke tangan Belanda.

3. Kehidupan ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat Buleleng bertumpu pada sektor pertanian. Keterangan
kehidupan ekonomi masyarakat Buleleng dapat dipelajari dari prasasti Bulian. Perkembangan
tersebut erat kaitannya dengan penemuan urut – urutan menanam padi, yaitu mbabaki
(pembukaan tanah), mluku (membajak), tanem (menanam padi), matun (menyiangi), ani-ani
(menuai padi), dan nutu (menumbuk padi). Dari keterangan tersebut sangat jelas bahwa pada
masa pemerintahan Marakatapangkaja penggarapan tanah sudah maju dan tidak jauh berbeda
dengan pengolahan tanah pada masa ini.
Komoditas dagang yang terkenal dari Buleleng adalah kuda. Dalam prasasti Lutungan
disebutkan bahwa Raja Anak Wungsu melakukan transaksi perdagangan tiga puluh ekor
kuda dengan saudagar dari Pulau Lombok.

4. Kehidupan sosial budaya


Pada masa pemerintahan Udayana, masyarakat hidup berkelompok dalam suatu daerah yang
disebut wanua. Sebagaian besar penduduk yang tinggal di wanua bermata pencaharian
sebagai petani. Sebyah wanua dipimpin seorang tetua yang dianggap pandai dan mampu
mengayomi masyarakat. Kata ketut berasal dari tut yang berarti belakang.

Kebebasan tersebut membuktikan Raja Anak Wungsu sangat memperhatikan nasib rakyat
yang dipimpinnya. Jiwa seperti inilah yang saharusnya dilakukan pemimpin pada saat itu.
Dalam seni keraton dikenal penyanyi istana yang disebut pagending sang ratu. Adapun jenis
kesenian yang berkembang di kalangan rakyat antara lain awayang ambaran , anuling ,
atapukan , parpadaha , dan abonjing .
5. Peninggalan
 Prasasti Blanjong
 Prasasti Malatgede dan Panempahan
 Pura Tirta Empu
 Pura Penegil Dharma
KERAJAAN WANGSA WARMA DHEWA
1. Sumber sejarah
Kerajaan wangsadewa merupakaan kerajaan Hindu-Buddha di Bali yang dapat ditelusuri
melalui sumber-sumber prasasti, kitab Carita Parahyangan dan berita China. Dalam kitab
sejarah dinasti Tang, disebutkan bahwa terdapat sebuah kerajaan P’o-li (Bali) yang terletak di
sebelah timur pulau Jawa.
2. Kehidupan pemerintahan dan politik
Dalam buku Sejarah Indonesia masa Hindu-Buddha (2013) karya Suwardono, informasi
tentang raja-raja awal kerajaan Bali dapat ditemukan di Prasasti Sanur (913 Masehi). Prasasti
Sanur dibuat oleh raja pendiri dinasti Warmadewa bernama Sri Kesari Warmadewa.Dinasti
Warmadewa tercatat memiliki 10 orang raja yang memerintah pada abad ke-8 hingga ke-10
Masehi. Berikut raja-raja dinasti Warmadewa di Bali :
a. Sri Kesari Wardana
b. Sri Ugrasena
c. Sri Aji Tabanendra Warmadewa
d. Indra Jayasingha Warmadewa
e. Jayashadu Warmadewa
f. Sri Wijaya Mahadewa
g. Dharma Udayana Warmadewa
h. Marakata
i. Anak Wungsu
j. Sri Walaprabhu
Struktur pemerintahan kerajaan Bali masa dinasti Warmadewa memiliki kesamaan dengan
struktur pemerintahan kerajaan Jawa. Raja merupakan pimpinan tertinggi kerajaan Bali.
Dalam menjalankan pemerintahannya, raja dibantu oleh badan penasehat pusat yang disebut
dengan Panglapuan.
3. Kehidupan ekonomi
Kegiatan ekonomi utama masyarakat kerajaan Bali bertumpu pada sektor pertanian. Dalam
buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2 (2008) karya Marwati Djoenoed dan Nugroho
Notosusanto, kesuburan tanah dari pulau Bali sangat berpengaruh terhadap majunya sektor
pertanian masyarakat kerajaan Bali. Selain bertumpu pada sektor pertanian, masyarakat Bali
juga bertumpu pada sektor industri kerajinan. Masyarakat kerajaan Bali memiliki kepandaian
membuat kerajinan dan perhiasan dari bahan emas dan perak, membuatperalatan rumah
tangga, alat pertanian serta senjata.
4. Kehidupan sosial budaya
Struktur masyarakat pada masa Kerajaan Bali didasarkan atas empat hal, yaitu pembagian
golongan dalam masyarakat, pembagian warisan, kesenian, serta agama dan kepercayaan.
1. Golongan masyarakat dibagi dua, yaitu caturwarna (empat kasta dalam agama Hindu) dan
golongan luar kasta yang disebut jaba.
2. Pembagian hak waris, anak laki-laki memiliki hak lebih besar dari perempuan. 3.
Kesenian, dibedakan antara seni keraton dan seni rakyat.
4. Agama dan kepercayaan, masyarakat menyembah banyak dewa yang bukan hanya berasal
dari dewa Hindu dan Buddha, tetap dari kepercayaan animisme.
Disamping itu, raja memberi kebebasan kepada rakyatnya untuk mengeluarkan pendapat
mengenai kehidupan kerajaan. Demikian juga dengan peraturan-peraturan lainnya, seperti
perkawinan, kematian, warisan, budak, peternakan, dan perpindahan penduduk.
5. Peninggalan dinasti warmadewa
 Prasasti blanjong
 Prasasti panglapuan
 Pura puncak penulisan
 Candi wasan
 Candi peneghil darma

Anda mungkin juga menyukai