Anda di halaman 1dari 3

NAMA : M. FAZA.

AR
KELAS : SKI A
NIM : 22101020006
MATKUL : FILSAFAT ILMU
TINGKATAN PENGETAHUAN
1. Pengetahuan biasa
Adalah pengetahuan yang kita ketahui tentang hal yang biasa kita temui tanpa mengetahui mengapa
hal tersebut bisa terjadi, seperti memasak air, orang tidak tahu benar mengapa air itu mendidih kalau
dipanasi, dan juga tidak tahu syarat-syarat mana harus ada, supaya mendidih, Manusia berani
bertindak atas dasar pengetahuannya itu, tidak hanya karena berguna saja secara kebetulan,
melainkan demikian mutlaknya, hingga tak ragu-ragu lagi. Pengetahuan yang dipergunakan orang,
terutama untuk hidupnya sehari-hari tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalam dan seluas-
luasnya — tidak mengetahui sebabnya demikian dan apa sebabnya harus demikian, kami namai
pengetahuan biasa

2.Ilmu
Adalah orang yang ingin tahu dan berusaha pula memuaskan keinginannya itu lebih mendalam: ia
ingin tahu akan hal yang dihadapinya dalam keseluruhannya, tidak hanya memperhatikan gunanya
saja, bahkan sekiranya (nampaknya) tidak berguna masih diselidiki juga misalnya, orang yang benar
benar ingin mengetahui kenapa air itu bisa mendidih ketika terkena panas dari api, makai a akan
mempelajari dan memperhatikan syarat-syarat agar air itu mendidih dengan baik, Dalam ilmu ukur
misalnya, orang tidak cukup kalau hanya tahu dalil Pitagoras, ia harus tahu apa sebabnya demikian
dan tahu juga mengapa harus demikian. Lepas dari gunanya bagi diri sendiri sejarah membuktikan,
bahwa ada kelompok manusia yang berusaha sekuat tenaga untuk mengetahui sebab yang mendalam
atas obyeknya. Pengetahuan ini lainlah dari pengetahuan yang kami sebut pengetahuan biasa; untuk
membedakan dari pengetahuan biasa itu, pengetahuan yang terakhir ini kami sebut ilmu. Ilmu
tidaklah amat menghiraukan gunanya, bolehlah ia dikatakan hendak tahu semata-mata, Kalau
pengetahuan yang disebut ilmu itu menghasilkan guna bagi yang tahu itu atau bagi umat manusia
pada umumnya, syukurlah, tetapi tujuannya pertama ialah tahu yang mendalam, sedapat mungkin
tahu benar, apa sebabnya demikian dan mengapa harus demikian. Hal inilah yang dapat dikatakan
bahwa orang tersebut Berilmu, dia memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang hal yang di
lakukan tersebut.

3.Sifat ilmiah
a. Oleh karena ilmu itu dalam dasarnya memang sama dengan pengetahuan, pengetahuan
pengetahuannya harus sesuai dengan aspek yang diketahui. Bukan lagi gunanya yang dipentingkan,
melainkan kebenarannya. Tujuan ilmu yang utama ialah untuk mencapai kebenaran. Seluruh
tenaganya harus diarahkan ke situ.
b. Harus dicari jalan tertentu untuk mencapai kebenaran itu. Risiko akan menyeleweng dari
kebenaran haruslah ditiadakan atau paling sedikit dibuat sekecil mungkin. Risiko itu memang selalu
ada, daripada itu haruslah orang selalu waspada dan dipikirkan cara tertentu dan yang baik untuk
mencapai kebenaran itu. Memang sifat ilmu yang kedua: ilmu harus bermetodos. Cara untuk mencari
kebenaran dalam ilmu ini disebut metodos, dari kata Yunani ‘hodos’: cara/ jalan.
c. Kebenaran yang hendak dicapai oleh ilmu itu, kalau nanti sudah tercapai, merupakan putusan, yang
dirumuskan secara tertentu pula. Kebenaran tentang suatu obyek dalam keseluruhannya yang telah
dicapai dengan mempergunakan metode serta dirumuskan secara baik dan jitu lagi pula merupakan
pengetahuan umum itu, justru oleh karena mengenai suatu obyek, dapat dikumpulkan dan disusun
sehingga semuanya merupakan keseluruhan. Jika keseluruhan ini tercapai, orang akan lebih puas,
karena pengetahuannya tentang obyek itu menyeluruh clan dengan demikian keinginannya untuk
mencakup seluruh obyek serta dengan aspek-aspeknya dan hubungan aspek itu satu sama lain dapat
terpenuhi. Susunan dari hal yang ada hubungannya satu sama lain dan merupakan keseluruhan ini
kami sebut sistem. Inilah sifat ilmiah yang keempat: ilmu haruslah bersistem. Dengan demikian jika
pengetahuan hendak disebut ilmu, maka haruslah: berobyektivitas, bermetodos, universal dan
bersistem.
4.Cara kerja ilmiah
barang siapa hendak menyelidiki sesuatu, haruslah melepaskan segala prasangka terhadap yang
hendak diketahui itu, ia harus bersih, sehingga tak ada yang akan mempengaruhi hasil
penyelidikannya, kecuali penyelidikannya itu sendiri. Descartes merumuskan pedoman penyelidikan
supaya orang jangan tersesat dalam usahanya mencapai kebenaran sebagai berikut:
A. janganlah sekali-kali menerima sesuatu sebagai kebenaran, jika tidak ternyata kebenarannya
dengan terang-benderang: dengan sungguh-sungguh haruslah kita membuang segala prasangka, dan
janganlah campurkan apapun juga yang tak Nampak sejelas-jelasnya kepada kita.
B. Bagilah segala dan tiap kesulitan sesempurna-sempurnanya dan carilah jawaban-nya secukupnya
C. Aturlah pikiran dan pengetahuan kita demikian rupa, sehingga kita mulai dari yang palingmudah
dan sederhana; kemudian meningkat dari sedikit, setapak demi setapak untuk mencapai pengetahuan
yang lebih sukar dan lebih sulit
D. Buatlah pengumpulan fakta sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya dan seumum-
umumnya hingga menyeluruh, sampai kita tak khawatir kalau ada yang kelewatan.
Cara kerja yang dikemukakan ahli pikir Prancis ini memang lama sekali menjadi pedoman bagi para
cendekiawan sesudahnya dan menghasilkan ilmu yang tidak sedikit serta boleh dikatakan banyak
juga yang mencapai kebenaran, terutama dalam ilmu pasti dan ilmu alam. Tetapi lambat laun, setelah
pengetahuan manusia tentang alam dan isinya lebih mendalam serta pula macam ilmu terus
meningkat juga, maka ternyata pedoman itu tidaklah dapat ditaati seluruhnya. Misalnya saja apa yang
tercantum pada pedoman pertama, bahwa orang, kalau hendak menyelidiki sesuatu, hendaklah
membuang semua prasangka.
Setelah mengadakan analisa secara mendalam, mungkinlah orang lalu mengadakan kesimpulan yang
berlaku umum dan kesimpulan ini haruslah dirumuskan dengan kata yang tepat dan cermat. Ada
kemungkinan dirumuskan dengan tanda lain seperti huruf atau angka. Rumus haruslah ada.
Kesimpulan umum ini merupakan hukum. Dengan pendek tugas ilmiah yang harus dilakukan orang
untuk mencari kebenaran terdiri dari:
a. pengumpulan fakta
b. deskripsi fakta
c. pemilihan atau klasifikasi
d. analisa
e. pengambilan kesimpulan dan perumusannya.

Anda mungkin juga menyukai