Anda di halaman 1dari 187

PENELITIAN PENDIDIKAN

Resume Perkuliahan

Oleh :

Oleh:

Nama : Melva Hilderia Sibarani


NIM : 06101381520043
Dosen Pengasuh : Prof. Dr. H. Fuad Abd. Rachman, M.Pd.
Dr. Hartono, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
Pertemuan Ke-1 Hakikat Penelitian.....................................................................
Pertemuan Ke-2 Proposal.....................................................................................
Pertemuan Ke-3 Sumber Masalah dan Variabel Penelitian..................................
Tugas 1..................................................................................................................
Pertemuan Ke-4 Kajian Teknis/ Tinjauan Pustaka Dalam Penelitian...................
Pertemuan Ke-5 Populasi dan Sampel..................................................................
Tugas 2..................................................................................................................
Pertemuan Ke-6 Hipotesis Penelitian....................................................................
Pertemuan Ke-7 Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data...............
Tugas 3..................................................................................................................
Pertemuan Ke-8 Ujian Tengah Semester..............................................................
Jurnal Penelitian....................................................................................................
Pertemuan Ke-9 Penelitian Tindakan Kelas.........................................................
Pertemuan Ke-10 Penelitian Pengembangan........................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Resume ini tepat pada
waktunya.
Tugas Resume ini selain disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Penelitian Pendidikan Kimia, juga sebagai wahana pembelajaran bagi saya guna
mengetahui dan mengaktualisasikan diri menurut pengetahuan yang penulis
peroleh dari lembaga pendidikan.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, baik itu bimbingan, petunjuk maupun arahan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Fuad
Abd. Rachman, M.Pd. dan Dr. Hartono, M.A. sebagai dosen pembimbing dalam
mata kuliah ini.
Saya sangat menyadari bahwa tugas resume ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar resume ini bisa menjadi lebih baik demi bekal
pembelajaran pada masa yang akan datang.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga resume ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Palembang, 8 Mei 2018

Penulis
PERTEMUAN KE-1

HAKIKAT PENELITIAN DAN JENIS PENELITIAN

A. HAKIKAT PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia.

Cara memperoleh pengetahuan (Sumber Pengetahuan) :


 Wahyu
Pengetahuan yang datangnya dari Tuhan melalui kitab suci.
 Pengalaman
Dari pengalaman, orang mendapatkan pengetahuan apapun dari yang
dialami akan menjadi pengetahuan. Pengalaman bisa jadi pengetahuan
jika memiliki kepentingan akan dialami. Pengalaman yang banyak tidak
menjamin pengetahuan yang didapat akan banyak pula.
 Otoritas
Otoritas atau kewenangan atau kepakaran. Jika kita ingin mendapatkan
pengetahuan tentang sesuatu, sebaiknya ditanyakan pada ahlinya, artinya
harus ditelaah terlebih dahulu.
 Berpikir Deduktif (umum-khusus)
Dari umum ke khusus atau dari sadar ke tidak sadar. Jika pengetahuan
deduktif itu diterapkan, maka pengetahuannya/cara berpikirnya secara
umum. Di mana penalaran deduktif ini memiliki kelemahan yaitu
terdapat banyak pengecualian.
 Berpikir Induktif (khusus-umum)
Mengambil keputusan dari pengalaman, belajar dari hal-hal yang khusus
atau belajar dari pengalaman. Di mana penalaran induktif ini memiliki
kelemahan yaitu jika tidak dibatasi, maka banyak penyimpangan jadi
harus dilakukan pembatasan populasi.
 Metode Ilmiah
Proses untuk mendapatkan pengetahuan dengan dua metode yaitu
berpikir deduktif dan induktif.

B. KEBENARAN
1. KEBENARAN MUTLAK (WAHYU/AGAMA)
YAKIN ------ DIPELAJARI ------ LEBIH YAKIN
Tidak bisa dibantah, bermula dari suatu keyakinan lalu dipelajari agar
lebih
meyakinkan
2. KEBENARAN ILMIAH (ILMU/SAINS)
RAGU -------- DIPELAJARI ------- YAKIN
Kebenaran ilmiah (sains/ilmu) adalah:
1. Sesuai dengan akal/pikiran manusia berdasarkan pengetahuan yang ada
(rasional/masuk akal)
2. Sesuai dengan hasil penginderaan manusia berdasarkan pengalaman
empiris
Sifat Kebenaran ilmiah, yaitu :
a. Relatif artinya tidak mutlak/suatu saat tidak benar
b. Tentatif artinya kebenaran itu akan tetap dijadikan kebenaran sebelum ada
yang menyangkalnya (bersifat sementara)
Ciri-ciri Kebenaran Ilmiah
 Sesuai dengan rasio/akal manusia berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
Contoh kayu dibakar jadi abu atau arang  memang sesuai dengan rasio
pengetahuan manusia.
 Sesuai dengan hasil penginderaan/pengalaman empiris
(sesuatu yang tidak bisa diamati secara empiris, maka tidak bisa dikatakan
sebagai ilmu)
Umumnya, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima dikarenakan oleh tiga hal,
yaitu
1) adanya koheren
2) adanya koresponden, dan
3) pragmatis.
Kebenaran Nonilmiah
Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah.
Kadangkala kebenaran dapat ditemukan melalui proses nonilmiah, seperti :
a. Penemuan kebenaran secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan tidak lain dari takdir Tuhan.
Walaupun penemuan kebenaran secara kebetulan bukanlah kebenaran yang
ditemukan secara ilmiah, tetapi banyak penemuan tersebut telah
menggoncangkan dunia ilmu pengetahuan
b. Penemuan kebenaran secara common sense (akal sehat)
Penemuan sense merupakan serangkaian konsep atau bagan konseptual yang
memuaskan untuk digunakan secara praktis. Akal sehat dapat menghasilkan
kebenaran dan dapat pula menyesatkan
c. Penemuan kebenaran melalui wahyu
Kebenaran yang didasarkan kepada wahyu merupakan kebenaran mutlak,
jika wahyu datangnya dari Allah melalui Rasul dan Nabi.
d. Penemuan kebenaran secara intuitif
Kebenaran dapat juga dperoleh berdasarkan intuisi. Kebenaran dengan
intuisi diperoleh secara cepat sekali melaui proses luar sadar tanpa menggunakan
penalaran dan proses berpikir, ataupun melalui suatu renungan.
e. Penemuan kebenaran secara trial and error
Bekerja secara trial and error adalah melalukan sesuatu secara aktif dengan
mengulang-ulang pekerjaan tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara
dan materi.
f. Penemuan kebenaran melalui spekulasi
Penemuan kebenaran dengan spekulasi sedikit lebih tinggi tarafnya dari
penemuan secara trial and error.
g. Penemuan kebenaran karena kewibawaan
Umumnya kebenaran karena kewibawaan didasarkan pada logika saja.
Kebenaran karena wibawa dianggap suatu kebenaran yang diperoleh tanpa
prosedur ilmiah.
Fungsi ilmu
 MENERANGKAN (EXPLAIN)
Yang diterangkan dalam ilmu yaitu kejadian, fenomena, gejala-gejala.
 MERAMALKAN (PREDICTION)
Meramalkan sesuatu yang belum terjadi
 MENGENDALIKAN (CONTROL)
Mengantisipasi terhadap suatu kejadian

Pengertian Hakikat Penelitian


Penerapan pendekatan ilmiah dalam penyelesaian masalah atau suatu
usaha yang sistematis dan obyektif dalam mencari pengetahuan yang dapat
dipercaya. Atau rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu
masalah.

Hakikat Penelitian Pendidikan


Sama seperti penelitian pada umumnya, hanya yang dibicarakan adalah
masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran.
Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan
sacara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, Untuk mendapatkan fakta-fakta atau
prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan
menaikkan tingkat ilmu serta teknologi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam suatu penelitian seperti disebut dalam definisi ini sesuai dengan langkah-
langkah berpikir ilmiah. Adapun langkah-langkah berpikir ilmiah ialah :
1. Merasakan suatu kesulitan
Terasa kesenjangan antara alat-alat untuk mencapai suatu tujuan atau
terasa kesulitan menemukan ciri-ciri atau pola dari suatu objek, atau
terasa kesukaran menerangkan sesuatu peristiwa.
2. Menegaskan persoalan
Setelah merasakan adanya kesulitan, petlu ditegaskan apa persoalan
sebenarnya.
3. Menyusun hipotesis
Bila sudah dirumuskan persoalan, disusun kemungkinan pemecahan
persoalan atau menerangkan objek atau peristiwa itu.

4. Mengumpulkan data
Data adalah bahan informasi untuk proses berpikir gamblang atau
eksplisit.
5. Mengambil kesimpulan
Dari data-data yang sudah diolah diambil kesimpulan untuk menerima
atau menolak hipotesis yang dirumuskan pada langkah berpikir ketiga
diatas.
6. Menentukan kegunaan atau nilai umum dari kesimpulan
Jika pemecahan persoalan itu dapat diterima maka dipertanyakan apa
kegunaannya untuk masa mendatang atau apa nilai pemecahan persoalan
itu untuk kepentingan yang akan datang.

Ruang Lingkup
Penelitian memegang peranan yang sangat penting dalam membantu
manusia memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan atau pemecahan atas suatu
masalah. Dalam konteks ini maka fungsi penelitian adalah membantu manusia
meningkatkan kemampuannya untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena
masyarakat yang kompleks dan kait-mengait demi kemajuan manusia atau demi
eksistensi manusia itu sendiri.
Kompleksitas masalah pendidikan memang diakibatkan oleh luasnya
ruang lingkup pendidikan itu sendiri. Di dalam hal ini Tyler menyebutkan
delapan wajah yang merupakan peta konseptual pendidikan, yaitu :
1. Mata pelajaran
2. Pelajar (kegiatan dan intelengensi mereka)
3. Cara mengajar
4. Guru
5. Sekolah sebagai lambaga sosial
6. Lingkungan rumah
7. Lingkungan kawan sebaya
8. Lingkungan masyarakat
Sehubungan dengan penelitian pendidikan dan hasilnya Tyler
mengemukkan lima fungsi penelitian pendidikan yang dapat dilakukan pada
masa kini. Kelima fungsi penelitian itu mencakup :
1. Menunjukkan isi dan cara mengajar serta mengorganisasikan dan
menjalankan sekolah.
2. Menilai program, prosedur dan bahan-bahan untuk menunjukkan hasil
pendidikan yang telah dicapai, biaya dalam ukuran waktu, usaha dan
bahan-bahan dan keadaan hasil-hasil yang dicapai.
3. Membentuk suatu badan informasi tentang usaha pendidikan yang
bermanfaat dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan.
4. Menyediakan pandangan, rangsangan dan penyuluhan yang berhasil
untuk pembaruan pendidikan.
5. Mengembangkan teori yang lebih memadai dan sahih (valid) tentang
proses pendidikan serta pengoperasian usaha.

Tugas dan Jenis Penelitian


Kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan adalah dua
kegiatan terpadu erat. maka tugas ilmu pengetahuan dan penelitian dapat
dinyatakan secara terpadu pula sebagai berikut :
1. Mameriksa Keadaan
Tugas menyandra atau mengadakan deskripsi yaitu memaparkan dengan
gamblang hal-hal yang dipermasalahkan.
2. Menerangkan kondisi yang mendasari peristiwa-peristiwa
3. Menyusun teori
Tugas ini mencari dan merumuskan hukum-hukum yang menjelaskan
hubungan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain yang ada
kaitannya.
4. Meramalkan
Tugas ini memberikan perkiraan-perkiraan, atau proyeksi di masa yang
akan datang atas peristiwa yang diduga bakal terjadi.

5. Melakukan pengendalian
Tugas ini berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa, gejala-gejala
yang diperkirakan bakal terjadi.

JENIS-JENIS PENELITIAN
Secara umum penelitian terbagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:

1. Metode Penelitian Kuantitatif


Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat
diklasifikasikan, relatif tetap, konkret, teramati, terukur, dan hubungan gejala
bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau
sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana
untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat
dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan
data lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data
yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan
hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif umumnya
dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil
penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut
diambil.

2. Penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting);
disebut juga sebagai metode ethnografi, karena pada awalnya metode ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif
Filsafat postpositivisme sering juga disebut juga sebagai paradigma
interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang
holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat
interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek
yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi
oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada
obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau
human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen,
maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga
mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial
yang diteliti menjadi lebih luas dan bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial pendidikan yang diteliti,
maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai
teknik pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang
dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan
dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis dan teori. Metode kualitatif
digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam
penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih
menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan
transferability

 Menurut penggunaannya
1. Penelitian dasar atau penelitian murni (pure research)
LIPI mendefinisikan penelitian dasar sebagai penelitian yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah atau menemukan bidang
penelitian baru tanpa suatu tujuan praktis tertentu.

2. Penelitian terapan (applied research)


Batasan yang diberikan LIPI :
Penelitian terapan adalah setiap penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis.

 Menurut metodenya
 Penelitian historis
 Penelitian filosofis
 penelitian observasional
 penelitian eksperimental

 Menurut sifat permasalahannya


 Penelitian histories
 Penelitian deskriptif
 Penelitian perkembangan
 Penelitian kasus dan penelitian lapangan
 Penelitian korelasional
 Penelitian kausal-komparatif
 Penelitian eksperimental
 Penelitian tindakan

1. Penelitian histories
Penelitian ditujukan kepada rekonstruksi masa lampau secara sistematis
dan objektif memahami peristiwa-peristiwa masa lampau.
Kekhususan
1. Data yang dikumpulkan diambil dari hasil observasi orang lain.
2. Penelitian dilakukan dengan tertib, sistematis, objektif, dan tuntas.
3. Data yang dikumpulkan dari sumber primer yaitu penelitian sendiri
langsung melakukan observasi atas peristiwa-peristiwa yang
dilaporkan.
4. Data yang berbobot adalah data yang diuji secara eksternal dan
internal.
2. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat
fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu.
Kekhususan
1. Bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi
sekarang.
2. Bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun,
dijelaskan dan dianalisis.

3. Penelitian perkembangan
Penelitian perkembangan menyelidiki pola dan proses pertumbuhan
sebagai fungsi dari waktu.
Kekhususan
1. Memusatkan perhatian pada ubahan-ubahan dan perkembangan
selama jangka waktu tertentu.
2. Penelitian umumnya memakai waktu yang panjang atau bersifat
longitudinal.
3. Bila metoda penelitian yang dipakai dengan pendekatan cross-
sectional maka sampel yang dipilih harus representatif mewakili
populasi penelitian.

4. Penelitian kasus dan penelitian lapangan


Penelitian kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif
dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang
dipermasalahkan.
Kekhususan :
a. Subjek yang diteliti terdiri dari suatu kesatuan secara mendalam,
sehingga hasilnya merupakan gambaran lengkap atau kasus pada
kesatuan itu.
b. Selain peneliti hanya pada suatu unit, ubahan-ubahan yang diteliti juga
terbatas, dari ubahan-ubahan dan kondisi-kondisi yang lebih besar
jumlahnya, yang terpusat pada aspek yang menjadi kasus.

5. Penelitian korelasional
Penelitian korelasional bertujuan melihat hubungan antara dua gejala
atau lebih. Misalnya apakah ada hubungan antara status sosial orang tua
siswa dengan prestasi anak mereka.
6. Penelitian hubungan sebab-akibat
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat antara
faktor tertentu yang mungkin menjadi penyebab gejala yang diselidiki.
Misalnya sikap santai siswa dalam kegiatan belajar mungkin disebabkan
banyaknya lulusan pendidikan tertentu yang tidak mendapat lapangan
kerja.
Kekhususan
1. Pengumpulan data mengenai gejala yang diduga mempunyai
hubungan sebab akibat itu dilakukan setelah peristiwa yang
dipermasalahkan itu telah terjadi.
2. Suatu gejala yang diamati, diusut kembali dari suatu faktor atau
beberapa faktor pada masa lampau.

7. Penelitian eksperimental
Penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok-kelompok
eksperimen. Data sebagai hasil pengaruh perlakuan terhadap kelompok
eksperimen diukur secara kuantitatif kemudian dibandingkan. Misalnya
hendak meneliti keefektifan metode-metode mengajar.
Kekhususan
1. Di dalam eksperimen terhadap kelompok yang dikenai perlakuan
eksperimental dan kelompok yang dikenai perlakuan pembanding.
2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok eksperimen
3. Mengusahakan agar pengaruh perlakuan eksperimen menjadi
maksimal dan pengaruh ubahan penyangga menjadi minimal.
4. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar.

8. Penelitian tindakan
Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru
untuk mengatasi kebutuhan dalam dunia kerja atau kebutuhan praktis
lain.
PERTEMUAN KE-2

PROPOSAL DAN MASALAH PENELITIAN

PROPOSAL PENILITIAN
Rancangan atau proposal penelitian merupakan pedoman yang berisi
langkah-langkah yang akan diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya.
Dalam menyusun rancangan penelitian, perlu diantisipasi tentang berbagai
sumber yang dapat digunakan untuk mendukung dan yang menghambat
terlaksananya penelitian.
Penelitian dilakukan berangkat dari adanya suatu permasalahan. Masalah
merupakan “penyimpangan” dari apa seharusnya dengan apa terjadi,
penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, penyimpangan antara teori
dengan praktik, dan penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan. Masalah
itu muncul pada ruang (tempat) dan waktu tertentu.
Rancangan penelitian harus dibuat secara sistematis dan logis sehingga
dapat dijadikan pedoman yang betul-betul mudah diikuti. Rancangan penelitian
yang sering disebut proposal penelitian paling tidak berisi empat komponen
utama, yaitu Permasalahan, Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis, Metode
Penelitian, Organisasi, dan Jadwal Penelitian.

Proposal Penelitian Kuantitatif


Proposal penelitian kuantitatif dikemas dalam sistematika seperti berikut:
SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Kegunaan Hasil Penelitian
II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis
III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode
B. Populasi dan Sampel
C. Instrumen Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
IV. ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN
A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian
V. BIAYA YANG DIPERLUKAN

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada bagian ini berisi tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa yang sedang
terjadi pada suatu obyek penelitian, tetapi dalam peristiwa itu, sekarang ini
tampak ada penyimpangan-penyimpangan dari standar yang ada, baik standar
yang bersifat keilmuan maupun aturan-aturan. Oleh karena itu dalam latar
belakang ini, peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan
menjadi jelas. Melalui analisis masalah ini, peneliti harus dapat menunjukkan
adanya suatu penyimpangan yang ditunjukkan dengan data dan menuliskan
mengapa hal ini perlu diteliti.

B. Identifikasi Masalah
Dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada obyek
yang diteliti. Semua masalah dalam obyek, baik yang akan diteliti maupun yang
tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan.
Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, maka peneliti perlu
melakukan studi pendahuluan ke obyek yang diteliti, melakukan observasi, dan
wawancara ke berbagai sumber, sehingga semua permasalahan dapat
diidentifikasikan.
Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut,
selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain.
Masalah yang akan siteliti itu kedudukannya di mana dia antara masalah yang
akan diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif
terhadap masalah yang diteliti. Selanjutnya masalah tersebut dapat dinyatakan
dalam bentuk variabel.
C. Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya
penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah
yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti memberi
batasan, di mana akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti,
serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel yang lain.
Berdasarkan batasan masalah ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan
masalah penelitian.

D. Rumusan Masalah
Setelah masalah yang akan diteiti itu ditentukan (variabel apa saja yang
akan diteliti, dan bagaimana hubungan variabel yang satu dengan yang lain), dan
supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti
itu perlu dirumuskan secara spesifik. Sebaiknya rumusan masalah itu dinyatakan
dalam kalimat pertanyaan. Jadi pola pikir dalam merumuskan masalah itu ada
empat tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dan kegunaan penelitian sebenarnya dapat diletakkan di luar pola
pikir dalam merumuskan masalah. Tetapi keduanya ada kaitannya dengan
permasalahan, oleh karena itu dua hal ini ditempatkan di bagian ini. Tujuan
penelitian di sini tidak sama dengan tujuan yang ada pada sampul skripsi atau
tesis, yang merupakan tujuan formal (misalnya untuk memenuhi salah satu
syarat untuk mendapat gelar sarjana), tetapi tujuan di sini berkenaan dengan
tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat
dengan rumusan masalah yang dituliskan. Misalnya rumusan masalahnya:
Bagaimanakah tingkat disiplin guru di Sekolah A? Maka tujuan penelitiannya
adalah: ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat disiplin guru di Sekolah A.
Kalau rumusan masalahnya : apakah ada pengaruh latihan terhadap produktivitas
kerja pegawai, maka tujuan penelitiannya adalah: ingin mengetahui apakah ada
pengaruh latihan terhadap produktivitas kerja pegawai dan kalau ada seberapa
besar. Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak pada
kesimpulan penelitian.

Latar Belakang Masalah


Berisi tentang sejarah dan peristiwa yang terjadi pada obyek yang akan diteliti,
tetapi peristiwa itu nampaknya ada penyimpangan dari standar keilmuan maupun
aturan. Penyimpangan ini perlu ditunjukkan dalam data. Peneliti juga perlu
menuliskan mengapa hal itu perlu diteliti.

Identifikasi Masalah
Semua masalah yang ada pada obyek penelitian dikemukakan, baik masalah
yang akan diteliti maupun tidak diteliti. Tunjukkan hubungan masalah satu
dengan masalah yang lain. Masalah yang diteliti umumnya merupakan variabel
independen.

Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori dan supaya penelitian lebih
mendalam maka penelitian dibatasi pada beberapa variabel saja.

Rumusan Masalah
Dinyatakan dalam kalimat pertanyaan , jelas dan spesifik. Dapat berbentuk
rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

Pola Pikir Dalam Merumuskan Masalah


F. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan.
Kalau tujuan penelitian dapat tercapai, dan rumusan masalah dapat terjawab
secara akurat maka sekarang kegunaanya apa. Kegunaan hasil penelitian ada dua
hal, yaitu:
a. Kegunaan untuk mengembangkan ilmu/kegunaan teoritis
b. Kegunaan praktis, yaitu membantu memecahkan dan mengantisipasi
masalah yang ada pada obyek yang diteliti.

II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN


HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
Deskripsi teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk
menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberi
jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis), dan
penyusunan instrumen penelitian.
Teori-teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang,
pendapat penguasa, tetapi teori yang betul-betul telah teruji kebenarannya secara
empiris. Di sini juga diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada
sebelumnya yang ada kaitannya dengan variabel yang diteliti. Jumlah teori yang
dikemukakan tergantung pada variabel yang diteliti. Kalau variabel yang diteliti
ada lima maka jumlah teori yang dikemukakan juga harus ada lima.

B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel
moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu
ikut dilibatkan dalam penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan harus
didasarkan pada kerangka berpikir.
C. Hipotesis Penelitian
Karena hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis
adalah rumusan masalah dan kerangka berpikir. Kalau ada rumusan masalah:
adakah pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai, kerangka
berpikirnya: “jika kepemimpinan baik, maka motivasi kerja akan tinggi” maka
hipotesisnya adalah: ada pengaruh yang tinggi/rendah dan signifikan
kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai.

III. PROSEDUR PENELITIAN


A. Metode Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan
metode penelitian. Untuk itu di bagian ini perlu ditetapkan metode penelitian apa
yang akan digunakan, apakah metode survey atau eksperimen.

B. Populasi dan Sampel


Dalam penelitian perlu dijelaskan populasi dan sampel yang dapat
digunakan sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan
(kesimpulan data sampel yang dapat diberlakukan untuk populasi) maka sampel
yang digunakan sebagai sumber data harus representatif dapat dilakukan dengan
cara mengambil sampel dari populasi secara random sampai jumlah tertentu.

C. Instrumen Penelitian
Penelitian yang bertujuan untuk mengukur suatu gejala akan menggunakan
instrumen penelitian. Jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada
variabel yang diteliti. Bila variabel yang diteliti jumlahnya lima, maka akan
menggunakan lima instrumen. Dalam hal ini perlu dikemukakan instrumen apa
saja yang akan digunakan untuk penelitian, skala pengukuran yang ada pada
setiap jenis instrumen (Likert, dll), prosedur pengujian validitas dan reliabilitas
instrumen.

D. Teknik Pengumpulan Data


Yang diperlukan di sini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling
tepat, sehingga betul-betul didapat data yang valid dan reliabel. Jangan semua
teknik pengumpulan data (angket, observasi, wawancara) dicantumkan kalau
sekiranya tidak dapat dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dari mencantumkan
ketiga teknik pengumpulan data itu adalah: setiap teknik pengumpulan data yang
dicantumkan harus disertai datanya. Memang untuk mendapatkan data yang
lengkap dan obyektif penggunaan berbagai teknik sangat diperlukan, tetapi bila
suatu teknik dipandang mencukupi maka teknik yang lain bila digunakan akan
menjadi tidak efisien.

E. Teknik Analisis Data


Untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif, maka teknik analisis data
ini berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan
pengujian hipotesis yang diajukan. Bentuk hipotesis mana yang diajukan, akan
menentukan teknik statistik mana yang digunakan. Jadi sejak membuat
rancangan, maka teknik analisis data ini telah ditentukan. Bila peneliti tidak
membuat hipotesis, maka rumusan masalah penelitian itulah yang perlu dijawab.
Tetapi kalau hanya rumusan masalah itu dijawab maka sulit membuat
generalisasi, sehingga kesimpulan yang dihasilkan hanya dapat berlaku untuk
sampel yang digunakan, tidak dapat berlaku untuk populasi.

IV. ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN


A. Organisasi Penelitian
Bila penelitian dilaksanakan oleh tim/kelompok maka diperlukan adanya
organisasi pelaksana penelitian. Minimal ada ketua yang bertanggung jawab dan
anggota, sebagai pembantu ketua.

B. Jadwal Penelitian
Setiap rancangan penelitian perlu dilengkapi dengan jadwal kegiatan yang
akan dilaksanakan. Dalam jadwal berisi kegiatan apa yang akan dilakukan, dan
berapa lama akan dilakukan.

C. Biaya Penelitian
Biaya merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Jumlah biaya
yang diperlukan tergantung pada tingkat profesionalisme tenaga peneliti dan
pendukungnya, tingkat resiko kegiatan yang dilakukan, jarak tempat penelitian
dengan tempat tinggal peneliti, serta lamanya penelitian dilakukan.

Proposal Penelitian Kualitatif


Dalam penelitian kuantitatif, karena permasalahan yang diteliti sudah
jelas, realitas dianggap tunggal, tetap, teramati, pola pikir deduktif, maka
proposal penelitian kuantitatif dipandang sebagai “blue print” yang harus
digunakan sebagai pedoman baku untuk melaksanakan dan mengendalikan
penelitian. Sedangkan dalam metode kualitatif yang berpandangan bahwa,
realitas dipandang sesuatu holistik, kompleks, dinamis, penuh makna, dan pola
pikir induktif, sehingga permasalahan belum jelas, maka proposal penelitian
kualitatif yang dibuat masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah
peneliti memasuki obyek penelitian/situasi sosial.

1. Komponen dan Sistematika Proposal


Komponen dalam proposal penelitian tersebut secara garis besarnya terdiri
atas, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, jadwal penelitian,
organisasi penelitian, dan biaya penelitian.

SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
II. STUDI KEPUSTAKAAN
A. …………………………..
B. …………………………..
C. …………………………..
III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode dan Alasan Menggunakan Metode
B. Tempat Penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Sampel Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Rencana Pengujian Keabsahan Data
IV. ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN
A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian
V. BIAYA YANG DIPERLUKAN

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Walaupun dalam penelitian kualitatif, masalah ini bersifat sementara,
namun perlu dikemukakan dalam proposal penelitian. Dalam latar belakang
masalah ini perlu dikemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi
selanjutnya dikaitkan dengan peraturan/kebijakan, perencanaan, tujuan, teori
pengalaman, sehingga terlihat adanya kesenjangan yang merupakan masalah.
Masalah ini perlu dikemukakan dalam bentuk data, bisa diperoleh dari studi
pendahuluan, dokumentasi laporan penelitian, atau pernyataan orang-orang yang
dianggap kredibel dalam media cetak maupun elektronik.

B. Fokus Penelitian
Pada penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi
pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau
orang yang dipandang ahli. Fokus dalam penelitian ini juga masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini merupakan panduan awal bagi peneliti untuk
penjelajahan pada obyek yang diteliti. Namun bila rumusan masalah ini tidak
sesuai dengan kondisi obyek penelitian, maka peneliti perlu mengganti rumusan
masalah penelitiannya.
Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif tidak berkenaan dengan
variabel penelitian, yang bersifat spesifik, tetapi lebih makro dan berkaitan
dengan kemungkinan apa yang terjadi pada obyek/situasi sosial penelitian
tesebut.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat
sementara, dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Dalam
proposal tujuan penelitian terkait dengan rumusan masalah, yaitu untuk
mengetahui segala sesuatu setelah rumusan masalah itu terjawab melalui
pengumpulan data.

E. Manfaat Penelitian
Untuk penelitian kualitatif, manfaat penelitian lebih bersifat teoritis, yaitu
untuk pengembangan ilmu, namun juga tidak menolak manfaat praktisnya untuk
memecahkan masalah. Apabila peneliti kualitatif dapat menemukan teori, maka
akan berguna untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengendalikan suatu
gejala.

II. STUDI KEPUSTAKAAN


Studi berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang terkait
dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang
diteliti,
Terdapat tiga kriteria terhadap teori yang digunakan sebagai landasan
dalam penelitian, yaitu relevansi, kemutakhiran, dan keaslian.
Dalam penelitian kualitatif, teori yang dikemukakan bersifat sementara,
dan akan berkembang atau berubah setelah peneliti berada di lapangan.
Selanjutnya dalam landasan teori, tidak perlu dibuat kerangka berpikir sebagai
dasar untuk perumusan hipotesis, karena dalam penelitian kualitatif tidak akan
menguji hipotesis, tetapi justru menemukan hipotesis.

III. METODE PENELITIAN


Komponen dalam metode penelitian kualitatif adalah: alasan menggunakan
metode kualitatif, tempat penelitian, instrumen penelitian, sampel sumber data
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan rencana pengujian
keabsahan data.
A. Metode dan Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
Pada umumnya alasan menggunakan metode kualitatif karena
pemasalahan belum jelas, holistik, kompleks dinamis, dan penuh makna
sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode
penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti tes, kuesioner, dan pedoman
wawancara. Selain itu, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara
mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.

B. Tempat Penelitian
Dalam hal ini perlu dikemukakan tempat di mana situasi sosial tersebut
akan diteliti. Misalnya di sekolah, di perusahaan, di lembaga pemerintahan, di
jalan, di rumah, dan lain-lain.

C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti
sendiri atau anggota tim peneliti. Untuk itu perlu dikemukakan siapa yang akan
menjadi instrumen penelitian, atau mungkin setelah permasalahannya dan fokus
jelas peneliti akan menggunakan instrumen. Instrumen yang akan digunakan
perlu dikemukakan pada bagian ini.

D. Sampel Sumber Data


Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih secara purposive
dan bersifat snowball sampling. Penentuan sampel sumber data, pada proposal
masih bersifat sementara, dan akan berkembang kemudian setelah peneliti di
lapangan. Sampel sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih
orang yang memiliki power dan otoritas pada situasi sosial atau obyek yang
diteliti, sehingga mampu “membukakan pintu” ke mana saja peneliti akan
melakukan pengumpulan data.
Situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial
yang di dalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya.
Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data atau sebagai
informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga
dihayatinya.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti
sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pada bagian ini dikemukakan bahwa, dalam penelitian kualitatif, teknik
pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan, wawancara
mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi. Perlu
dikemukakan kalau teknik pengumpulan datanya dengan observasi, maka perlu
dikemukakan apa yang diobservasi, kalau wawancara, kepada siapa akan
melakukan wawancara.

F. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan
pengumpulan data. Tahapan dalam penelitian kualitatif adalah tahap memasuki
lapangan dengan grand tour dan minitour question, analisis datanya dengan
analisis domain. Tahap kedua adalah menentukan fokus, teknik pengumpulan
data dengan minitour question, analisis data dilakukan dengan analisis
taksonomi. Selanjutnya pada tahap selections, pertanyaan yang digunakan adalah
pertanyaan struKtural, analisis data dengan analisis komponensial. Setelah
analisis komponensial dilanjutkan analisis tema.

G. Rencana Pengujian Keabsahan Data


Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data (validitas internal), uji
dependabilitas (reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas
eksternal/generalisasi) dan uji konfirmabilitas (obyektivitas). Namun yang utama
adalah uji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara: perpanjangan
pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, member check, dan analisis kasus negatif.

IV. ORGANISASI PENELITIAN DAN JADWAL PENELITIAN


A. Organisasi
Organisasi penelitian ini perlu dikemukakan, bila penelitian dilakukan oleh
tim. Dalam organisasi penelitian ini terdiri atas ketua tim peneliti, beberapa
anggota peneliti, pengumpul data, bendahara, tenaga administrasi. Masing-
masing perlu dikemukakan uraian tugas dan waktu yang tersedia.
B. Jadwal Penelitian
Pada umumnya penelitian kualitatif memerlukan waktu yang relatif lama,
antara 6 bulan sampai 24 bulan. Untuk itu perlu direncanakan jadwal
pelaksanaan penelitian yang berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan
dilakukan.

C. Pembiayaan
Biaya merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Jumlah biaya
yang diperlukan tergantung pada tingkat profesionalisme tenaga peneliti dan
pendukungnya, tingkat resiko kegiatan yang dilakukan, jarak tempat penelitian
dengan tempat tinggal peneliti, serta lamanya penelitian dilakukan.
PERTEMUAN KE-3

SUMBER MASALAH DAN VARIABEL PENELITIAN

SUMBER MASALAH
Langkah pertama yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalan proses
penelitiannya adalah penentuan masalah. Secara umum masalah dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang memerlukan pembahasan, pemecahan, informasi atau
keputusan. Dalam bidang penelitian, secara teknis masalah menyiratkan adanya
kemungkinan dilakukannya suatu penyelidikan empiris, yakni pengumpulan dan
analisis data (McMillan dan Scumacher, 1989). Masalah penelitian perlu
dinyatakan dengan jelas karena melalui prnyataan tersebut peneliti berusaha
mengkomunikasikan kepada pihak lain tentang fokus dan pentingnya masalah,
konteks dan skop kependidikan, serta kerangka kerja laporan penelitiannya.
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktik, antara aturan
dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner
mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila
terdapat penyimpangan antar pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak
diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah.
Orang yang bisanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus berubah
ke bidang pendidikan. Hal ini pada awalnya tentu akan memunculkan masalah.
Orang atau kelompok yang biasanya mengelola pendidikan dengan sistem
sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah.
b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan
kenyataan
Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan
tujuan dari rencana tersebut maka tentu ada masalah. Apakah masalahnya
sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk
menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya
penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.
c. Ada pengaduan
Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah,
ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan
yang diberikan, maka akan timbul masalah dalam organisasi itu. Dengan
demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi
pengaduan.
d. Ada kompetisi
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar
bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama.
Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data.
Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah SDM harus ditunjukkan
dengan data. Masalah SDM misalnya, jumlah SDM yang terbatas, jenjang
pendidikan yang rendah, kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data
masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil
penelitian orang lain atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to
date, lengkap dan akurat.
Pada umumnya peneliti dalam bidang pendidikan memfokuskan
kajiannya pada usaha untuk mendeskripsikan fenomena kependidikan,
menjelaskan (explaining) kejadian yang terobservasi, serta mengembangkan
pemecahan masalah kependidikan. Disamping itu, peneliti juga bisa mengajukan
berbagai pertanyaan baik yang bersifat teoritis maupun praktis di bidang
pendidikan. Akan tetapi, tidak semua pertanyaan dapat digolongkan dalam
masalah penelitian, seperti pertanyaan yang memerlukan penjelasan tentang
bagaimana melakukan sesuatu, berisi masalah mengambang karena terlalu luas,
atau pertanyaan tentang nilai.
Dalam penelitian, masalah yang menjadi fokus harus dinyatakan secara
formal untuk menunjukkan perlunya dilakukan penyelidikan secara empiris.
Dalam penelitian kuantitatif, masalah penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan, pernyataan, atau hipotesis. Pada umumnya masalah penelitian pada
mulanya diidentifikasi melalui topik yang masih umum. Setelah melakukan
kepustakaan yang berkenaan dengan topik tersebut kemudian peneliti lebih
memfokuskan topik tersebut sehingga menjadi masalah penelitian yang lebih
spesifik. Sumber-sumber masalah :
1. Observasi terhadap praktek kependidikan, merupakan sumber yang
kaya akan masalah penelitian. Dalam kenyataan kependidikan,
kebanyakan keputusan yang dibuat oleh praktisi didasarkan atas
praduga tanpa didukung data empiris, yang kemungkinan mempunyai
pengaruh terhadap siswa, staf pengajar dan administrasi, serta
masyarakat. Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi
terhadap hubungan tertentu yang belum atau tidak mempunyai dasar
penjelasan yang memadai.
2. Deduksi dari teori, dapat memunculkan masalah penelitian. Teori
merupakan konsep yang masih berisi tentang prinsip-prinsip umum
yang mana penerapannya dalam kondisi atau pelaksanaan kependidikan
tertentu belum diketahui selama belum diuji secara empiris. Hal ini
karena teori masih berupa konsep tersebut hanya diperoleh dan
dikembangkan dari hasil pemikiran secara rasional.
3. Kepustakaan tentang hasil penelitian juga memberikan rekomendasi
perlunya dilakukan replikasi atau penelitian ulang, baik dengan atau
tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil penelitian
yang lalu dan kemampuannya untuk digeneralisasikan lebih luas.
Dalam penelitian, seringkali subjek yang dipilih sulit atau bahkan tidak
mungkin dipilih secara acak, misalnya dalam eksperimen, sehingga
hasilnya hanya bisa digeneralisasikan secara terbatas.
4. Masalah sosial yang sedang diterjadi dapat memberikan masukan yang
berarti bagi peneliti untuk dijadikan masalah penelitiannya.
5. Situasi praktis, terutama dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan
tetentu, seringkali mendesak diadakannya peelitian evaluatif. Masalah
yang muncul dari situasi demikian diantaranya berkenaan dengan
kebutuhan kependidikan yang memerlukan informasi tentang
perencanaan, pengembangan, dan pelaksanaan suatu program.
6. Pengembangan pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan
jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
melalui metode kualitatif. Orang yang terlibat secara langsung dalam
situasi tertentu akan lebih peka dalam memahami makna yang
berkaitan dengan situasi tersebut.

Kriteria Pemilihan Masalah


Dalam memilih masalah yang akan diperoleh dari sumbernya, peneliti
hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor sebagai kriteria pemilihan, baik
yang sifatnya eksternal maupun personal (Good, 1969 dalam Ibnu Hadjar : 43).
Kriteria eksternal berkenaan dengan, misalnya, masalah yang sedang hangat dan
penting bagi bidang penelitian, tersedianya data, metode, maupun kerja sama
institusional dan admnistratif. Secara lebih detail, kriteria pemilihan masalah
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Baru untuk menghindari adanya duplikasi yang tak perlu
Suatu penelitian agar dapat memberikan sumbangan yang berarti, salah
satunya dalah agar masalah yang diteliti dapat menyumbangkan informasi baru
yang belum atau masih kurang jelas dapat diperoleh dari penelitian yang pernah
dilakukan oleh peneliti lain. Untuk itu, seorang peneliti hendaknya menghindari
mengangkat masalah yang sudah ada informasi yang jelas dari penelitian ini.
Dengan kata lain, peneliti hendaknya menghindari adanya duplikasi masalah.
2. Nilai maanfaat bagi bidang kajian pendidikan
Penelitian merupakan suatu aktivitas yang banyak memerlukan tenaga,
waktu dan biaya. Suatu penelitian harus dapat memberikan sumbangan yang
berarti terhadap pengembangan pengetahuan dibidang kependidikan. Dengan
demikian penelitian tersebut tidak hanya menghamburkan tenaga, biaya, dan
waktu
3. Menarik serta menantang secara intelektual
Dalam sejarah ilmu pengetahuan, penemuan-penemuan yang diperoleh oleh
para sarjana yang memiliki nama besar didapat karena keingintahuan intelektual
yang sangat besar. Motivasi dilakukan penelitian yang berhasil tersebut semata-
mata karena dorongan ingin tahu serta kesenangan dan kepuasan. Oleh karena
itu permasalahan yang diangkat harus didasarkan pada minat serta rasa ingin
tahu yang besar sehingga peneliti akan bersedia melakukan penlitiannya dengan
senang hati dan menurahkan perhatiannya secara maksimal.
4. Latihan serta klasifikasi personal
Pengembangan bidang pendidikan berutang pada bidang kajian lain, seperti
sosiologi, antropologi, sejarah, dan psikologi. Hal ini karena para peneliti
kependidikan banyak yang menggunakan pendekatan penelitian yang digunakan
dalam bidang lain tersebut untuk memahami dan melakukan penelitian di bidang
pendidikan. Oleh karena itu, seorang peneliti pendidikan juga harus mempunyai
pengethuan dasar dan metodologi penelitian tentang subjek bidang kajian lain
sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitiannya.
5. Tersedianya data dan metode alat khusus serta kondisi kerja
Selanjutnya, dalam memilih masalah peneliti juga harus mempertimbangkan
apakah data yang cukup untuk untuk menjawab masalah dapat diperoleh dan
apakah ada metode yang cocok untuk digunakan.
6. Tersedianya sponsor dan kerja sama administratif
Penelitian terhadap beberapa masalah, misalnya dalam penelitian eksperimen
dan historis seringkali memerlukan sumber, peralatan, dan kondisi kerja tertentu.
Keberadaan fasilitas tersebut terutama dimaksudkan untuk mempermudah proses
pengamatan melalui kontrol terhadap kondisi, merekam data dengan akurat, atau
mengolah dan menganalisis data yang terkumpul.
7. Tersediannya sponsor dan kerja sama administratif
Penelitian kependidikan sering kali harus melibatkan beberapa pihak yang
berkepentingan, misalnya sekolah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
konsultan atau pembimbing. Dalam memilih masalah, peneliti harus
mempertimbangkan kemungkinan adanya sponsor atau pihak lain yang dapat
dan bersedia mendukung pelaksanaan penelitiannya.
8. Biaya dan hasil
Penelitian memerlukan biaya yang mahal. Dalam memilih masalah,
hendaknya peneliti memperhatikan sumber biaya yang diperlukan untuk
kebutuhan penelitiannya. Bila biaya terbatas, masalah yang diangkat hendaknya
tidak terlalu luas sehingga dapat mencukupi untuk penyelesaiannya.
9. Bahaya
Dalam memilih permasalahan, peneliti hendaknya juga memperhatikan
bahaya tertentu yang mungkin bisa timbul terhadap perorangan, kelompok,
maupun profesi, baik bahaya fisik, mental maupun sosial. Oleh karena itu jika
masalah yang diajukan kemungkinan akan membahayakan, hendaknya peneliti
meninjaunya kembali.
10. Waktu
Beberapa penelitian naturalistik, historis, eksperimen, dan longitudinal
seringkali memerlukan waktu yang cukup panjang untuk menyelesaikannya.
Bila waktu yang tersedia bagi peneliti hanya terbatas kemungkinan besar ia tidak
bisa merampungkan penelitiannya dengan baik. Oleh karena itu, dalam memilih
permasalahan peneliti harus mempertimbangkan waktu yang tersedia.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Masalah merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan
masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah
dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus
didasarkan pada masalah.

Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah Penelitian


Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian dikembangkan berdasarkan
penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of explanation). Bentuk masalah
dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif dan
asosiatif.
a. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya
pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam
penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu dengan variabel
lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif:
1) Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?
2) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri
Berbadan Hukum?
3) Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di
Indonesia?
4) Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
pemerintah daerah di bidang pendidikan?
5) Seberapa tinggi tingkat produtivitas dan keuntungan finansial Unit
Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan?
6) Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-
murid sekolah di Indonesia?
Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap paertanyaan penelitian
berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri.

b. Rumusan Masalah Komparatif


Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif:
1). Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan
swasta? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel
yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta).
2). Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di
Desa? (satu variabel dua sampel).
3). Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang
berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta dan Pedagang? (dua
variabel tiga sampel).

c. Rumusan Masalah Asosiatif


Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dau variabel atau lebih. Terdapat
tiga bentuk hubungan, yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan
intraktif/ resiprocal/ timbal balik.
1) Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal
maupun interaktif.
Contoh rumusan masalah asosiatif hubungan simetris:
1. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan kejahatan
terhadap murid sekolah?
2. Adakah hubungan antara rumah yang dekat rel kereta dengan
jumlah anak?
3. Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan
memimpin sekolah?
Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan
terhadap murid sekolah
2. Hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah
anak
3. Hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin
sekolah

2) Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi di
sini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan
variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).
Contoh rumusan masalah asosiatif hubungan kausal:
1. Adakah hubungan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar
anak? (pendidikan orang tua varibel independen dan prestasi
belajar variabel dependen)
2. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap
kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan
variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan
variabel dependen).
3. Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan
kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu
sekolah? (kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru sebagai
variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen)
Contoh judul penelitiannya:
1. Hubungan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak di
SD Kabupaten Alengkapura.
2. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan
lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di Provinsi Indrakila.
3. Pengaruh kurikulum, media pendidikan, kualitas guru terhadap
kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah.

3) Hubungan interaktif/reciprocal/timbal balik


Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di
sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen.
Contoh rumusan masalah asosiatif hubungan interaktif:
1. Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di
Kecamatan A. (Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi
prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi).
2. Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. (kecerdasan dapat
menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat
meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi).

VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau
obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu
obyek dengan obyek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari
bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi,
kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat,
ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut-atribut dari setiap obyek. Struktur
organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan, pengawasan, koordinasi,
prosedur dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan merupakan
contoh variabel dalam kegiatan administrasi pendidikan.
Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya, berat badan dapat
diakatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara
satu orang dengan yang lain. Demikian juga prestasi belajar karena prestasi
belajar dari sekelompok murid tentu bervariasi. Jadi kalau peneliti akan memilih
variabel penelitian baik yang dimiliki orang, obyek, maupun bidang kegiatan dan
keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya
bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi maka penelitian harus
didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi.
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya, tingkat
aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji,
produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa
variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu yang
bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu
kualitas (qualities) di mana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan
darinya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di
sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dengan kemudian ditarik kesimpulannya.

Macam-macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka
macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:

a. Variabel Independen
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam SEM
(Structural Equation Modeling/Pemodelan Persamaan Struktural),
variabel independen disebut sebagai variabel eksogen.
b. Variabel Dependen
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structural Equation
Modeling/Pemodelan Persamaan Struktural), variabel dependen disebut
sebagai variabel indogen.
Motivasi Belajar Prestasi Belajar
(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

c. Variabel Moderator
Adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah)
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel ini
juga disebut sebagai variabel independen kadua

Motivasi Belajar Prestasi Belajar


(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Suasana Belajar
(Variabel Moderator)

d. Variabel Intervening
Adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang
tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.

Motivasi Belajar Gaya Belajar Siswa Prestasi Belajar


(Variabel Independen) (Variabel Intervening) (Variabel Dependen)

Suasana Belajar
(Variabel Moderator)

e. Variabel Kontrol
Adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel independen terhadap variabel dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Motivasi Belajar Motivasi Belajar
(Variabel Independen) (Variabel Independen)

Waktu belajar, fasilitas kelas,


pokok bahasan
(Variabel Kontrol)

TUGAS 1

1. Tulis contoh judul penelitian deskriptif, deskriptif korelatif, deskriptif


komparatif, ptk, penelitian eksperimen, penelitian ex-post facto,
penelitian pengembangan.
2. Tulis rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan
variabel penelitian, dari masing masing judul pada nomer 1.

Jawab :
1. Contoh judul penelitian :
a) Deskriptif : Pemanfaatan dan Pengelolahan Labolatorium Kimia
SMA Negeri se- Kota Palembang Tahun Ajaran 2017/2018.
b) Deskriptif Korelatif : Hubungan Pembelajaran remedial terhadap
Hasil Belajar Siswa.
c) Deskriptif Komparatif : Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa
menggunakan Molymod dan Animasi.
d) PTK : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada materi
Hidrokarbon dengan media Molymod.
e) Penelitian Eksperimen : Pengaruh Kegiatan Praktikum terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada materi Asam Basa .
f) Penelitian Ex-post facto : Pengaruh cara belajar dan fasilitas
belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA
g) Penelitian Pengembangan: Pengembangan E-Module Kimia
SMA pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
2. Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Hasil Penelitian dan
Variabel Penelitian dari :
a. Deskriptif : Pemanfaatan dan Pengelolahan Labolatorium Kimia
SMA Negeri se- Kota Palembang Tahun Ajaran 2017/2018
 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat pemanfaatan labolatorium Kimia
SMA Negeri di Kota Palembang Tahun Ajaran
2017/2018?
2. Bagaimanakah tingkat penyimpanan dan pemeliharaan
alat labolatorium Kimia SMA Negeri di Kota Palembang
Tahun Ajaran 2017/2018?
 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui tingkat pemanfaatan laboratorium Kimia
SMA Negeri di Kota Palembang.
2. Mengetahui tingkat penyimpanan dan pemeliharaan alat
laboratorium Kimia SMA Negeri di Kota Palembang.
 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian di atas,
manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang
pengelolahan laboratorium Kimia.
2. Bagi siswa,guru dan laboran dapat meningkatkan
pemahamannya tentang pemanfaatan dan pengelolahan
laboratorium Kimia.
3. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dan pertimbangan
untuk lebih meningkatan pengelolahan laboratorium
Kimia.
4. Bagi lembaga instansi, dapat dijadikan pedoman dan
pertimbangan untuk melakukan evaluasi tentang
pengelolahan laboratorium Kimia di sekolah.
 Variabel Penelitian : Variabel Pemanfaatan dan Variabel
Pengelolahan.

b. Deskriptif Korelatif : Hubungan Pembelajaran remedial terhadap


Hasil Belajar Siswa.
 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah hubungan pembelajaran remedial terhadap
hasil belajar siswa?
2. Bagaimanakah metode pembelajaran remedial yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa ?
3. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran
remedial?
 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dam penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui hubungan pembelajaran remedial terhadap
hasil belajar siswa.
2. Mengetahui metode pembelajaran remedial yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
remedial.
 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang
pembelajaran remedial.
2. Bagi guru , dapat membantu siswa dalam meningkatkan
hasil belajar.

 Variabel Penelitian :
- Variabel Bebas : Pembelajaran Remedial.
- Variabel Terikat : Hasil Belajar Siswa

c. Deskriptif Komparatif : Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa


menggunakan media Molymod dan Animasi .
 Rumusan masalah
1. Adakah perbedaan hasil belajar siswa menggunakan
media molymod dan animasi ?
2. Bagaimanakah
 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dam penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui hubungan pembelajaran remedial terhadap
hasil belajar siswa.
2. Mengetahui metode pembelajaran remedial yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
remedial.
 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang
pembelajaran remedial.
2. Bagi guru , dapat membantu siswa dalam meningkatkan
hasil belajar.

 Variabel Penelitian :
- Variabel Bebas : Molymod (X1), Animasi (X2).
- Variabel Terikat : Hasil Belajar Siswa

d. PTK : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada materi


Hidrokarbon dengan media Molymod.
 Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan media Molymod dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
hidrokarbon ?
 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui adakah peningkatan hasil belajar siswa
menggunakan media Molymod pada materi Hidrokarbon.
 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian di atas,
manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa dapat meningkatkan pemahamannya tentang
materi Hidrokarbon serta memberikan memotivasi
dalam mengikuti pembelajaran Kimia
2. Bagi guru, menjadi masukan untuk menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa.
3. Bagi sekolah, dapat dijadikan kontribusi dalam rangka
perbaikan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa
 Variabel Penelitian :
- Variabel Bebas
X ( Media Molymod)
- Variabel terikat
Y ( Peningkatan Hasil belajar)

e. Penelitian Eksperimen : Pengaruh Kegiatan Praktikum terhadap Hasil


Belajar Siswa Kelas XI pada materi Asam Basa .
 Rumusan Masalah
1. Adakah pengaruh kegiatan praktikum terhadap hasil
belajar siswa Kelas XI pada materi Asam Basa?
2. Adakah kendala dalam melaksanakan kegiatan praktikum
yang mempengaruhi hasil belajar siswa?
3. Bagaimanakah mengatasi kendala dalam melaksanakan
kegiatan praktikum agar hasil belajar siswa meningkat?
 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui adakah pengaruh kegiatan praktikum yang
siginifikan yang mempengaruhi hasil belajar siswa?
2. Mengetahui kendala yang terjadi dalam kegiatan
praktikum serta cara mengatasi kendala tersebut.
 Manfaat penelitian
1. Bagi guru, sebagai masukan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum pada materi Asam Basa.
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
melaksanakan kegiatan praktikum.

 Variabel penelitian
Variabel bebas :
X (Kegiatan Praktikum)
Variabel Terikat :
Y(Hasil belajar Siswa)

f. Penelitian Pengembangan : Pengembangan E-Module Kimia SMA


pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
 Rumusan masalah
1. Bagaimana mengembangkan dan membuat e-module
Kimia SMA pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit?
2. Bagaimana respon guru dan siswa terhadap e-module
yang dikembangkan ?
 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Mengembangkan dan membuat e-module Kimia SMA
pada maeri larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Mengetahui kelayakan e-module hasil pengembangan
yang telah dikembangkan berdasarkan aspek materi dan
materi media.
3. Mengetahui respon guru dan siswa terhadap e-module
yang dikembangkan.
 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang
pembuatan dan pengembangan e-module Kimia.
2. Bagi guru dan siswa, dapat menambah referensi media
pembelajaran e-module Kimia pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit.
 Variabel Penelitian : Variabel E-module.

g. Pengaruh cara belajar dan fasilitas belajar terhadap Prestasi Belajar


Siswa SMA
 Rumusan masalah
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan cara belajar
terhadap Prestasi Belajar siswa SMA?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan fasilitas
belajar terhadap Prestasi Belajar siswa SMA?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan cara belajar
dan fasilitas belajar secara bersama sama terhadap
prestasi belajar Siswa SMA?
 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dam penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan
cara belajar terhadap Prestasi Belajar siswa SMA?
2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan
fasilitas terhadap Prestasi Belajar siswa SMA?
3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan
cara belajar secara bersama sama terhadap Prestasi
Belajar siswa SMA?
 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang
pengaruh cara belajar dan fasilitas belajar terhadap
prestasi belajar.
2. Bagi guru dan siswa, diharapkan dapat menjadi masukan
tentang cara belajar yang baik untuk meningkatkan
prestasi belajar.
3. Bagi sekolah, diharapkan sebagai masukan tentang
penyediaan fasilitas sekolah untuk meningkatkan prestasi
belajar

 Variabel Penelitian :
- Variabel bebas :
X1 ( Cara belajar)
X2 ( Fasilitas belajar)
- Variabel terikat :
Y (Prestasi Belajar)

PERTEMUAN KE-4

KAJIAN TEORITIS/TINJAUAN PUSTAKA DALAM PENELITIAN


PENDIDIKAN
Kajian teoritis atau tinjauan pustaka atau landasan teori perlu ditegakkan
agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan
coba-coba (trial and error). Adanya landasan teori ini merupakan ciri bahwa
penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus
berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah
jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang
diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk
menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal
penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis
tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-
hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah
kelompok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada
luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang
diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu
variabel dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat
kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel
independen dan satu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel dependen.
Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin
banyak teori yang perlu dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-
variabel yang diteliti, melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan
mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan
prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas
dan terarah.
Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan
penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori
dan konteks yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak
dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan
hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak
menguasai teori dan konteks penelitian.
Untuk mnguasai teori maupun generalisasi-generalisasi dari hasil
penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan
membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat
menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca
merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk.
Untuk dapat membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui
sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berbentuk buku-buku
teks, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, dan hasil-hasil penelitian. Bila peneliti
tidak memiliki sumber-sumber bacaan sendiri, maka dapat melihat di
perpustakaan, baik perpustakaan lembaga formal maupun perpustakaan pribadi.
Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevansi,
kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru
menggunakan sumber-sumber bacaan lama). Relevansi berkenaan dengan
kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan,
kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran
berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, maka
akan semakin mutakhir teori tersebut.
Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan
diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis hasil penelitian
yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari permasalahan yang
diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode
penelitian, analisis, dan kesimpulan.
A. Pengertian dan Tujuan
Penelitian pendidikan tidak pernah dapat dipisahkan dengan pengetahuan
kependidikan karena pada hakikatnya merupakan alat untuk mendapatkan
informasi baru yang berguna untuk mengisi kekosongan atau menguji
pengetahuan yang telah ada. Oleh karena itu, agar dapat mengetahui bagaimana
hubungan dan di mana posisi pengetahuan yang telah ada, perlu adanya ulasan
terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan dengan topik masalah yang
diangkat.
Ulasan kepustakaan akan memungkinkan pembaca meningkatkan
cakrawala nya dari segi tujuan dan hasil penelitian. Ulasan kepustakaan sering
juga disebut rasional penelitian karenamemberikan landasan rasional tentang
mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam kaitannya dengan kerangka
pengetahuan. Ulasan kepustakaann ini tidak hanya sekedar untuk menghasilkan
anotasi atau catatan bibliografi tentang masalah yang diangkat (Lindvall, 1969
dalam Ibnu Hadjar : 76).
Ulasan terhadap bahan kepustakaan yang berkaitan dengan topik
penelitian tersebut juga bukan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa masalah
penelitian yang diangkat belum pernah diteliti oleh peneliti yang lain. Tujuan
utama dari penulisan ulasan kepustakaan adalah untuk mengorganisasikan
penemuan-penemuan penelitian yang pernah dilakukan sehingga pembaca akan
memahami mengapa masalah yang diangkat mempunyai nilai penting serta
menunjukkan bagaimana masalah tersebut dikaitkan dengan hasil penelitian dan
pengetahuan yang lebih luas) McMillan dan Schumacher, 1989; Lindvall, 1969
dalam Ibnu Hadjar : 76).
Dengan mengetahui hasil-hasil penting dari penelitian yang pernah
dilakukan, peneliti dapat melihat bagaimana masalah penelitian dan
penemuannya akan dapat dihubungkan dengan hasil penentuan penelitian lain
dan bagaimana kombinasi penemuan tersebut dan penemuannya dapat
membantu memberikan gambaran atau potret pengetahuan yang lebih utuh dan
komplit tentang bidang tersebut. Ulasan kepustakaan juga dapat dipandang
sebagai kontribusi terhadap penyusunan teori penelitian.
Salah satu kelemahan dalam bidang kependidikan adalah kurang adanya
kerangka teori yang dijadikan landasan masalah penelitian. Keterbatasan
kerangka teori dalam bidang tersebut mungkin terjadi karena kompleksnya
hubungan-hubungan yang ada dalam masalah yang harus dikaji. Untuk
menyusun kerangka tersebut, peneliti dapat melakukan dengan cara menyusun
hasil-hasil penelitian yang telah ada, menunjukkan bagaimana hasil-hasil
tersebut saling berhubungan sehingga memberikan suatu organisasi
pengetahuan yang telah ada.
Dengan cara ini peneliti memberikan kerangka yang memperlihatkan di
mana masalah penelitiannya akan dapat mengisi kekurangan dalam pengetahuan
yang ada. Hal ini akan memberikan alasan logis manfaat dari masalah yang
diangkat dan menunjukkan bagaimana ia dapat membantu melengkapi hasil
penelitian lain untuk memperluas pengetahuan dalama bidangnya. Lebih lanjut
kepustakaan tersebut berguna untuk menunjukkan signifikansi masalah,
mengembangkan desaian mendahului serta rekomendasi untuk penelitian lebih
lanjut. Secara rinci hal tersebut dijelaskan :
a. Menentukan dan membatasi permasalahan penelitian
b. Meletakkan penelitian pada prespektif sejarah dan asosional.
c. Menghindari replikasi yang tidak disengaja dan tidak perlu
d. Memilih metodologi yang tepat
e. Menghubungkan penemuan dengan pengetahuan yang ada usulan
untuk penelitian lebih lanjut.
Kepustakaan adalah bahan-bahan yang secara nyata relevan dengan
permasalahan seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan yang menyelidiki
pertanyaan yang serupa atau variabel yang sama; rujukan terhadap teori dan
pengujian empiris terhadap teori; dan kajian dari bidang lain, seperti penelitian
sosiologi tentang interaksi kelompok kecil, penelitian psikologi tentang
perkembangan intelektual pada anak.
Banyak sedikitnya kepustakaan ini bergantung pada topik dan tujuan
penelitian. Dalam topik yang sudah banyak dilakukan penelitian, ulasan
kepustakaan biasanya berisi sumber hasil penelitian yang secara langsung
berhubungan dengan penelitian yang diangkat yakni menyelidiki masalah yang
serupa.
B. Sumber Ulasan kepustakaan
Pada dasarnya ulasan kepustakaan dalam penelitian harus didasarkan
pada sumber asli yang ditulis oleh peneliti atau penemu teori itu sendiri secara
langsung. Namun demikian, karya-karya yang dibuat oleh yang secara tidak
langsung melakukan penelitian atau membuat teori juga dapat dijadikan sumber
informasi yang sangat berharga. Ada tiga macam kategori ulasan kepustakaan
yang telah diklasifkasikan, antara lain :
1. Sumber primer
Sumber primer adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan-tulisan karya
peneliti atau teoritis yang orisinil. Sumber ini merupakan deskripsi langsung
tentang kenyataan yang dibuat oleh individu yang melakukan pengamatan
atau menyaksikan kejadian atau oleh individu yang mengemukakan teori
yang pertama kali. Dalam penelitian pendidikan, ini berarti deskripsi
penyelidikan oleh peneliti sendiri atau deskripsi teori oleh penemunya.
Sumber ini berisi teks laporan hasil penelitian atau teori secara penuh atau
lengkap, detil, dan teknis. Oleh karena itu, ia dapat memberikan informasi
yang detil tentang penelitian, teori dan metodologi yang digunakan untuk
menyelidiki masalah. Contohnya adalah jurnal ilmiah, proceeding, text
book, hand book, skripsi, tesis, dan disertasi.
2. Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh
penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau
berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan atau bahan penemu
teori. Sumber ini berisi tentang hasil sintesis bahan-bahan yang berasal dari
sumber utama, baik secara empiris maupun teoritis. Di samping itu, sumber
ini juga mengkombinasikan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber
primer ke dalam satu kesatuan kerangka kerja sehingga memberikan ulasan
secara ringkas tentang perkembangan penelitian dalam topik tertentu.
Kebanyakan sumber sekunder ini memuat daftar pustka yang menjadi
sumber pengambilan bahan-bahan yang dijadikan sehingga daftar ini juga
dapat dipergunakan untuk menemukan sumber primernya. Contohnya
adalah buku-buku teks.
3. Sumber preliminer
Sumber preliminer adalah bahan-bahan rujukan yang dimaksudkan untuk
membantu seseorang mengidentifikasi dan menemukan sumber primer atau
sekunder. Dengan kata lain, sumber preliminer berisi informasi tentang
sumber primer dan sekunder. Sumber ini sangat bermaanfaat untuk
menunjukkan jenis-jenis tertentu yang diperlukan dalam beberapa ulasan
kepustakaan untuk mencari subjek tertentu. Dengan demikian, peneliti akan
menghemat waktu, biaya, dan tenaga karena sumber preliminer informasi
tentang di mana artikel-artikel, buku-buku, laporan-laporan, dan dokumen-
dokumen lain tentang suatu subjek tertentu dapat ditemukan dalam sumber
primer atau sekunder. Ada dua macam sumber preliminer yakni abstraks
dan indeks. Indeks biasanya hanya berisi informasi kunci tentang bahan
pustaka primer atau sekunder yakni penulis, judul, dan tempat penerbitan.
Sedangkan, abstrak berisi rangkuman singkat tentang laporan penelitian
baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan beserta bibliografi dan
diterbitkan secara berkala.

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah


sebagai berikut:
1. Analisis pernyataan masalah
Pernyataan masalah berisi konsep-konsep atau variabel yang membentuk
petunjuk tentang topik kepustakaan, misalnya pembelajaran, sikap,
evaluasi, dan interaksi belajar mengajar. Kata kunci ini dapat
memudahkan untuk mencari bahan-bahan pustaka yang sesuai dengan
masalah.
2. Mencari dan membaca sumber sekunder
Bacaan bahan-bahan yang ada dalam sumber kedua akan memberikan
ulasan dan pandangan sekaligus tentang topik dan akan membantu
peneliti untuk membatasi masalah sehinga lebih cepat.
3. Memilih sumber preliminer yang sesuai
Sumber priliminer baik berupa indeks maupun abstrak akan membantu
peneliti untuk mendapatkan informasi di mana sumber primer dapat
diperoleh.
4. Membaca sumber primer yang terkait
Setelah mendapatkan sumber primer, peneliti membaca dan mencatat
hasil analisis singkat terhadap sumber primer yang sesuai dan relevan
dengan masalah penelitiannya disertai catatan bibliografinya secara
lengkap.

5. Mengorganisasi catatan
Hasil catatan yang dibuat pada langkah keempat dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa cara, misalnya kronologi, kesamaan wawasan
terhadap permasalahan, dan metodologi dan kemudian disusun
berdasarkan ide umum yang dapat meliputinya.
6. Menulis kutipan
Dalam membuat ulasan peneliti hanya mengutip hasil penelitian teori dan
praktk yang relevan dengan masalah penelitian. Banyak sedikitnya
ulasan serta kedalamannya sangat tergantung pada jenis penelitian serta
banyaknya penelitian yang pernah dilakukan.

KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
antar variabel independen dengan variabel dependen. Bila dalam penelitian ada
variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa
variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut,
selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu
pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka
berpikir.
Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila
dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian
hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang
dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-
masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih biasanya
dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena
itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan
maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berpikir.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar
argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala
yang menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar kerangka pemikiran bisa
meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam
membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa
hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan
teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis
dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel
yang diteliti. Sintesa tentang hubungan antar variabel tersebut, selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis.
1. Menetapkan Variabel Yang Diteliti
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam
menyusun kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus
ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel
yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk
menentukan teori yang akan dikemukakan.
2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca
buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat
berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat
dibaca adalah laporan penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi.
3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-
teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah
dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang definisi terhadap masing-masing
variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan
kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian
itu.

4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian


Pada tahap ini melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil
penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan
mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu
betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak , karena sering terjadi
teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam
negeri.
5. Analisis Komparatif terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu
dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain.
Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu
dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6. Sintesa Kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil
penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya
peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan
sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan
kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan
hipotesis.
7. Kerangka Berpikir
Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka
selanjutnya disusun kerangka berpikir. Kerangka berpikir yang dihasilkan
dapaat berupa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan maupun
komparatif/perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan
kalimat: jika begini maka akan begitu; jika guru kompeten maka, hasil
belajar akan tinggi.
8. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila
kerangka berpikir berbunyi “jika guru kompeten, maka hasil belajar akan
tinggi”, maka hipotesisnya berbunyi “ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar”.

Kerangka berpikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikkut:


1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan
2. Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan
menjelaskan pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada
teori yang mendasari
3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah
hubungan antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris,
kausal, atau interaktif (timbal balik).
4. Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk
diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami
kerangka berpikir yang dikemukakan dalam penelitian.
PARADIGMA PENELITIAN
Dalam penelitian kuantitatif/positivistik, yang dilandasi pada suatu
asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan ada hubungan gejala
bersifat kausal (sebab akibat), maka peneleiti dapat melakukan penelitian dengan
memfokuskan kepada beberapa variabel saja. Pola hubungan antara variabel
yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian.
Jadi paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang
menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui
penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah
hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan. Berdasarkan hal ini
maka bentuk-bentuk paradigma penelitian atau model penelitian kuantitatif
khususnya untuk penelitian survey adalah sebagai berikut:
1. Paradigma Sederhana
Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel indelpenden dan satu
variabel dependen.
Berdasarkan paradigma tersebut, maka dapat ditentukan:
a. Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
1). Rumusan masalah deskriptif (dua)
a). Bagaimana X? (kualitas guru)
b). Bagaimana Y? (prestasi belajar murid)
2). Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)
Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan
kualitas barang yang dihasilkan.
b. Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan
prestasi belajar.
c. Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam yaitu hipotesis deskriptif dan
hipotesis asosiatif (hipotesis deskripitf sering tidak dirumuskan)
1). Dua hipotesis deskriptif: (jarang dirumuskan dalam penelitian)
a). Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut
telah mencapai 70% baik.
b). Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah
mencapai
99% dari yang diharapkan.
2). Hipotesis asosiatif
Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media
pendidikan dengan prestasi belajar murid. Hal ini berarti bila
kualitas media pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar
murid akan meningkat pada gradasi yang tinggi (kata signifikan
hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan
ke populasi di mana sampel tersebut diambil.
d. Teknik Analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat
dengan mudah ditentukan teknik statistik yang digunakan untuk analisis
data dan menguji hipotesis.
1). Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan
ratio, maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one sample.
2). Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval
atau ratio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product
Moment.

2. Paradigma Sederhana Berurutan


Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya
masih sederhana.
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu variable
independen dengan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari
hubungan antar variabel (X1 dengan X2; X2 dengan X3; X3 dengan Y)
tersebut digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat
diprediksi melalui persamaan regresi Y atas X3, dengan persamaan Y = a +
bX3. Berdasarkan contoh 1 tersebut, dapat dihitung jumlah rumusan
masalah, deskriptif dan asosiatif.

3. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen


Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen dan satu variabel
dependen. Dalam paradigma ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif
dan 4 rumusan masalah asosiatif (3 korelasi sederhana dan 1 korelasi
ganda).
Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu
variabel dependen Y. Untuk mencari hubungan X1 dengan Y dan X2 dengan
Y, menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1
dengan X2 secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

4. Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen


Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu
variabel dependen (Y). Rumusan masalah deskriptif ada 4 dan rumusan
masalah asosiatif (hubungan) untuk yang sederhana ada 6 dan yang ganda
minimal 1.
Paradigma ganda dengan tiga variabel independen yaitu X1, X2, dan X3.
Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3
dengan Y; X1 dengan X2; X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat
menggunakan korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar
X1 secara bersama-sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi
ganda. Regresi sederhana dan ganda serta korelasi parsial dapat digunakan
untuk analisis dalam paradigma ini.

5. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen


Paradigma ganda dengan suatu variabel independen dan dua variabel
dependen. Untuk mencari besarnya hubungan antara X dan Y1 dan X
dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1
dengan Y2. Analisis regresi juga digunakan di sini.

6. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Variabel


Dependen
Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua
variabel dependen (Y1 dan Y2). Terdapat 4 rumusan masalah deskriptif dan
6 rumusan masalah hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga
dapat digunakan untuk hubungan antar variabel secara simultan.
Hubungan antar varibel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis dengan
korelasi sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap
Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan
korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga
digunakan untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan
penumpang Kereta Api.

7. Paradigma Jalur
Teknik analisis Statistik yang digunakan dinamakan path analysis (analisis
jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi
sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir,
harus lewat jalur langsung atau melalui variabel intervening. Dalam
paradigma itu terdapat empat rumusan masalah deskriptif dan enam
rumusan masalah hubungan.

PERTEMUAN KE-5

POPULASI DAN SAMPEL

A. Populasi
Populasi adalah kelompok subjek yang ingin dikenai generalisasi hasil
penelitian. Menurut Sugiyono “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga subjek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekadar jumlah yang ada pada objek/subjek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subjek atau objek itu.

Karakteristik Populasi
Karakteristik populasi menentukan luas atau sempitnya generalisasi dan
heterogenitas populasi.
1. Karakteristik sempit/sedikit
Generalisasi lebih luas, lebih heterogen
2. Karakteristik luas/banyak
Generalisasi lebih sempit,lebih homogeny

B. Sampel
Menurut Sugiyono, “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Syarat Sampel
1. Representatif; mewakili populasi; karakteristiknya harus mencerminkan
karakteristik populasi.
2. Yang diteliti adalah populasi, yang diambil datanya adalah data sampel.
3. Kesimpulan yang diambil adalah untuk populasi.

Tujuan Pengambilan Sampel (Sampling)


1. Mereduksi objek penelitian
2. Ingin melakukan generalisasi
3. Menyederhanakan tugas penelitian
4. Efektivitas dan efisiensi
Langkah – Langkah Dalam Pengambilan Sampel
1. Tentukan luas populasi sebagai daerah generalisasi
2. Penegasan sifat dan ciri populasi
3. Tentukan besarnya sampel
4. Tentukan teknik samplingnya

D. Teknik Sampling
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Semua anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.
a. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.
1. Undian dengan pengembalian atau undian tanpa pengembalian
2. Penggunaan tabel bilangan random
3. Sistematik random
b. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini dugunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari
unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan
S2, 90 orang S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP,
maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang lulusan S2 itu diambil
semuanya sebagai sampel. Karena kedua kelompok ini terlalu kecil
bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.
1. Strata berdasarkan usia
2. Strata berdasarkan jenjang pendidikan
3. Strata berdasarkan jenis kelamin
4. Strata berdasarkan status perkawinan
5. Strata berdasarkan status sosial ekonomi
6. Strata berdasarkan asal sekolah
7. Strata berdasarkan jenjang kepangkatannya atau jenjang jabatan

c. Proportionate Stratified Random Sampling


Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi
yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang
berstrata, maka populasi pegawai tersebut berstrata. Misalnya jumlah
pegawai yang lulus S1=45, S2=30, STM=800, ST=900, SMEA=400,
SD=300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata
pendidikan tersebut. Jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel
diberikan setelah bagian ini.

d. Cluster Sampling (Area Sampling)


Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu
negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana
yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya
berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Teknik ini sering
digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan
sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang
ada pada daerah itu secara sampling juga. Sampling berdasarkan pada
kelompok-kelompok masyarakat :
1. Berdasarkan profesi/pekerjaan
2. Berdasarkan tempat tinggal
3. Berdasarkan tempat pekerjaan
4. Berdasarkan area/wilayah/daerah

2. Non Probability Sampling


Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk diplih menjadi sampel.
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya
anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu
diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja,
genap saja, atau kelipatan dari bilangan lima.untuk ini maka yang
diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10,15, 20, dan seterusnya
sampai 100.

b. Quota Sampling
Sampling quota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (quota)
yang diinginkan.
1. Mengambil sampel yang punya karakteristik/ciri tertentu serta
jumlah/quota yang harus diambil (misalnya: mahasiswa semester
V dari berbagai PT yang kuliah sambil bekerja atau kuliah tapi
sudah berkeluarga). Dicari yang paling mudah dihubungi. (ciri-
ciri yang dicari tidak merupakan representasi dari populasi secara
keseluruhan).
2. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada quota yang
diinginkan maka penenlitian dipandang belum selesai, karena
belum memenuhi quota yang ditentukan.

c. Incidental Sampling
Teknik ini adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
1. Pengambilan sampel seketemunya saja
2. Tidak representatif
3. Jumlahnya tidak ditentukan secara pasti
4. Mudah dilakukan
5. Sulit untuk diambil generalisasi
6. Digunakan untuk menemukan suatu isu/hal-hal yang menjadi
topik pembicaraan masyarakat
d. Purposive Sampling
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang
ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penenlitian
kualitatif.
1. Memilih sampel berdasarkan tujuan tertentu
2. Memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi
3. Misalnya untuk mengetahui kualitas pendidikan suatu daerah;
sampelnya dari orang tua, guru, kadinas, pengawas, dst.
4. Tidak terikat dengan jumlah sampel

e. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, kemudian dua
orang ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel.
1. Dimulai dari kelompok kecil
2. Masing-masing anggota kelompok memilih kawannya (satu atau
dua orang) untuk dijadikan sampel,
3. Kawannya memilih kawannya lagi untuk dijadikan sampel, begitu
seterusnya sampai diperoleh jumlah sampel yang diinginkan
4. Sampel tidak boleh lebih dari 100 orang
5. Menyelidiki hubungan antar manusia dalam hubungan yang akrab

f. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel
jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
E. Pertimbangan-pertimbangan dalam Menentukan Teknik Sampling
1. Tujuan penelitian: generalisasi, kesan-kesan umum dalam waktu
singkat
2. Pengetahuan tentang populasi
3. Kesediaan seseorang untuk dijadikan sampel
4. Jumlah biaya yang tersedia
5. Besarnya target fasilitas yang tersedia

F. Besar Sampel
1. Tidak ada ketentuan yang pasti
2. Jika homogen, sampel tidak perlu banyak
3. Semakin heterogen populasi, jumlah sampel semakin banyak
4. Untuk penelitian di sekolah, biasanya diambil sampel kelas

G. Menentukan Ukuran Sampel


Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah
sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota
populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan
diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah
sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang.
Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan
generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam
penelitian? jawabannya tergantung pada tingkat kesalahan yang dikehendaki.
Tingkat kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana,
waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan
semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil
tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang
diperlukan.
Berikut ini diberikan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi
tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan,
1%, 5%, dan 100%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang
diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut :
2 . N . P .Q
s  2
d ( N 1)  2 . P .Q
2 dengan dk  1, taraf kesaahan 1%, 5%, 10%.
P  Q  0,5. d  0,05 s  jumlah sampel

H. Menentukan Anggota Sampel


Di dapan telah dikemukakan terdapat dua teknik sampling, yaitu
probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling adalah
teknik sampling yang memberi peluang sama kepada anggota populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Cara demikian sering disebut dengan random
sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak.
Pengambilan sampel secara random/acak dapat dilakukan dengan
bilangan random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan
dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih
dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi.
Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap anggota
popuasi mempunyai peluang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Untuk
contoh di atas peluang setiap anggota populasi = 1/100. Dengan demikian cara
pengambilannya bila nomor satu telah diambil, maka perlu dikembalikan lagi,
kalau tidak dikembalikan peluangnya menjadi tidak sama lagi. Misalnya nomor
pertama tidak dikembalikan lagi maka peluang berikutnya menjadi 1 : (100 – 1)
= 1/99. Peluang akan semakin besar bila yang telah diambil tidak dikembalikan.
Bila yang telah diambil keluar lagi,dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi.
TUGAS 2

Soal:

1. Tulis kajian pustaka yang harus ada dalam setiap judul pada
Tugas 1.
2. Tulis penelitian yang relevan pada setiap judul.
3. Tulis kerangka berfikir dari setiap judul.

Jawab:

Deskriptif : Pemanfaatan dan Pengelolahan Labolatorium Kimia SMA Negeri


se- Kota Palembang Tahun Ajaran 2017/2018
A. Tinjauan Pustaka

1.1 Laboratorium
1.1.1 Pengertian Laboratorium
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2002)
laboratorium diartikan sebagai tempat mengadakan percobaan (penyelidikan
dan sebagainya). Sekolah sebagai suatu lembaga kependidikan diwajibkan
memiliki sarana dan prasarana penunjang untuk proses pembelajaran
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana tercantum
dalam Pasal 42 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa:
“Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,
ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi dan ruang atau tempat
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan”.
1.1.2 Fungsi Laboratorium
Amien (dalam Tarmizi, 2005) mengemukakan bahwa fungsi
laboratorium adalah sebagai tempat untuk menguatkan/memberikan
kepastian keterangan (informasi), menentukan hubungan sebab akibat
(casualitas), membuktikan benar tidaknya faktor-faktor fenomena-fenomena
tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena apabila sudah
dibuktikan kebenarannya, mempraktekan sesuatu yang diketahui,
mengembangkan keterampilan, memberikan latihan menggunakan metode
ilmiah dalam memecahkan problem dan untuk melaksanakan penelitian
perorangan.
Seperti pendapat Hofstein dan Naaman (2007) yang mengemukakan
bahwa keberadaan laboratorium (kegiatan praktikum) di sekolah dapat
mendukung kegiatan pembelajaran serta mencapai tiga ranah tujuan
pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik
Pada hakikatnya kegiatan praktikum di laboratorium mengharapkan para
siswa mencapai tujuan-tujuan berikut.
1. Mengembangkan keterampilan dalam pengamatan, pencatatan data,
pengukuran dan memanipulasi alat yang diperlukan serta pembuatan alat-alat
sederhana.
2. Bekerja dengan teliti, cermat dalam mencatat, serta menyusun hasil
percobaan secara jelas dan objektif/jujur.
3. Bekerja secara teliti dan cermat serta mengenal batas-batas
kemampuannya dalam pengukuran- pengukuran.
4. Mengembangkan kekuatan penalarannya secara kritik
5. Memperdalam pengetahuan inquiri dan pemahaman terhadap cara
pemecahan masalah.
6. Mengembangkan sikap ilmiah.
7. Memahami, memperdalam, dan menghayati IPA yang dipelajarinya.
8. Dapat mendesain dan melaksanakan percobaan lebih lanjut dengan
menggunakan alat dan bahan yang sederhana (Amien, 1987: 95-96).
Pengelolaan laboratorium juga penting untuk diperhatikan yang secara
garis besar menurut Rustaman, dkk (2003) pengelolaan laboratorium
dibedakan menjadi kegiatan pemeliharaan, penyediaan, dan peningkatan
daya guna laboratorium.
Pasal 43 Keputusan Menterei Agama No. l7 Tahun 1988 ditetapkan pula
fungsi Laboratorium untuk :
a) Mempersiapkan sarana penunjang untuk melaksanakan pendidikan dan
pembelajaran sesuai dengan bidang studi yang bersangkutan.
b) Mempersiapkan sarana penunjang untuk melaksanakan penelitian dan
pengembangan sesuai dengan bidang studi yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Sukarso (2005), secara garis besar fungsi
laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan
intelektual melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji
gejala-gejala alam.
b. Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah
keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia
untuk mencari dan menemukan kebenaran.
c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat
kebenaran ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
d. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang
calon ilmuan.

Selain fungsi yang telah disebutkan di atas, sebagai sumber belajar


Laboraturium juga memiliki peran penting yang bermanfaat dalam pencapaian
tiga tujuan pembelajaran yaitu :
a. Keterampilan kognitif, misalnya melatih agar teori dapat dimengerti dan agar
teori dapat diterapkan pada keadaan problem nyata.
b. Keterampilan afektif, misalnya belajar bekerja sama, belajar menghargai
bidangnya dan belajar merencanakan kegiatan secara mandiri.
c. Keterampilan psikomotorik, misalnya belajar memasang peralatan sehingga
betul-betul berjalan, dan berjalan memakai peralatan dan instrumen tertentu.

Meskipun Laboraturium sangat besar manfaat dan kegunannya, akan tetapi


praktik di laboraturium juga memiliki kelemahan, disamping kelebihannya.
Kelebihan dari praktik di Laboraturium :
a. Melibatkan siswa secara langsung dalam mengamati suatu proses.
b. Siswa dapat meyakini hasilnya, karena mereka secara langsung
mengamati, mendengarkan, meraba, dan melihat.
c. Siswa akan mempunyai kemampuan dalam keterampilan mengelola alat,
mengadakan percobaan, membuat kesimpulan, menulis laporan, dan
mampu berfikir analisis.
d. Siswa lebih cenderung menyukai obyek yang nyata di alam sekitarnya.
e. Memupuk dan mengembangkan sikap berfikir ilmiah, sikap inovatif dan
saling bekerja sama.
f. Membangkitkan minat ingin tahu, memperkaya pengalaman
keterampilan kerja dan pengalaman berfikir ilmiah.

Sedangkan kekurangan dari praktik di Laboraturium :


a. Guru harus benar-benar mampu menguasai materi dan keterampilan.
b. Tidak semua mata pelajaran dapat di praktikkan dan tidak semua
diajarkan dengan metode praktik.
c. Alat-alat dan bahaan yang mahal harganya dapat menghambat untuk
melakukan praktek.
d. Banyak waktu yang diperlukan untuk praktik, sehingga kemungkinan
dapat dilaksanakan diluar jam pelajaran.

1.1.3 Fasilitas dan Struktur Organisasi Laboratorium

Menurut Permendiknas No. 24 tahun 2007, standar ruangan laboratorium


semestinya dapat menampung satu rombongan belajar. Rasio minimum luas
laboratorium adalah 2m2 /peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan
peserta didik 20 orang, luas minimum ruang laboratorium adalah 40 m2.

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (2007:41), Struktur organisasi


laboratorium pada umumnya terdiri dari :

a. Kepala Laboratorium
Kepala laboratorium biasanya dijabat oleh guru yang memiliki kualifikasi
pendidikan sesuai dengan bidang keahliannya dan memiliki pengetahuan
serta keterampilan dalam mengelola laboratorium.
b. Tenaga Teknisi
Tenaga teknisi merupakan seseorang yang memiliki kemampuan secara
profesional untuk menjalankan, mengoperasikan, dan memelihara serta
mengembangkan perlengkapan sehingga laboratorium dapat untuk
digunakan.
c. Tenaga Laboratorium
Tenaga laboratorium merupakan seseorang yang memiliki kemampuan
profesional untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di labotratorium
yang meliputi penelitian, pengembangan dan pelatihan serta layanan pada
suatu bidang ilmu tertentu. Tugas utamanya adalah membantu
terselenggarakannya kegiatan laboratorium di sekolah. Laboratorium
merupakan sarana untuk menjembatani teori dan praktek.

1.2 Belajar
1.2.1 Pengertian Belajar
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252)
belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan
yang ditimbulkan oleh lainnya.Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan
kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat
situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The
Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang
diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari
sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.
Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang
bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan
Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada
prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

1.3 Pembelajaran
1.3.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari
kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

1.2 Hasil Belajar

1.4.1 Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil
belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82)
adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di
sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati
dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan
pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

I. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Di dalam
membicarakan faktor intern ini,
akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasmaniah, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan.
1. Faktor Jasmaniah
 Faktor kesehatan
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,
olahraga, rekreasi, dan ibadah.
 Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat
belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar
pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar
dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah :
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

 Intelegensi
Menurut J. P. Chaplin, intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari
tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
 Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau
sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar
siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu
menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai
dengan hobi atau bakatnya.
 Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi
berbeda dengan perhatian, karena perhatian sfatnya sementara (tidak
dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan
senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan
dari situ diperoleh kepuasan.
 Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hillgard adalah kemampuan untuk
belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat
mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar
dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat di
bidang itu.
 Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi
untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak/pendorong.
 Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk
berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis,
dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.
Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara
terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat
melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih
berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk
memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
 Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah kesediaan
untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari
dalam diri seeseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,
karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.

3. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlahat denngan lemah
lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh.
Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi pembakaran di
dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian
tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan
dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing
sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk
bekerja.

II. Faktor eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi


dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-
teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan
dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi
pendorong bagi siswa untuk belajar.
b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa
yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan
ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat
belajar yang kebetulan yang belum dimilikinya.
c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi
keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota
keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan
membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan nonsosial.

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas


dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah
tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan
dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat
belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan lain sebagainya. Kedua,
software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku
panduan, silabus, dan lain sebagainya.
c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga
dengan metode mengajar guru.
1.5 Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai pengelolahan laboratorium kimia pada SMA sudah
pernah di teliti oleh Gusti Lanang Wiratma (2014) dengan judul “Pengelolahan
Laboratorium Kimia pada SMA Negeri di Kota Singaraja.

1.6 Kerangka Berpikir


Berdasarkan terori-teori tersebut diatas penulis menjelaskan suatu alur
pemikiran keterkaitan antar indicator dengan permasalahan yang di akan di
kaji yang akan di sajikan dalam bentuk gambar berikut:

1. Proses pengadaan, proses penggunaan,


dan proses pemeliharaan alat dan
bahan
MASALAH
2. Terkait dengan sistem evaluasi ujian
akhir. Pembelajaran kimia tidak bisa
dilepaskan dari kegiatan praktikum,
karena sebagian besar konsep, teori
kimia yang dipaparkan di dalam
kurikulum mesti dibarengi dengan uji
coba laboratorium.

Pemanfaatan Laboratorium

TINDAKAN
1. Kondisi Laboratorium
2. Aktivitas siswa di Laboratorium
3. Penggunaan fasilitas belajar
di laboratorium

Meningkatnya pemahaman siswa terhadap


AKIBAT pembelajaran setelah pemanfaatan
laboratorium

Hasil belajar siswa meningkat.


HASIL AKHIR
2 Deskriptif Korelatif : Hubungan Pembelajaran remedial terhadap Hasil
Belajar Siswa.
A. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Pembelajaran remedial

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Remedial


Pembelajaran menurut Corey, adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.Remedial berasal dari kata
remedy (Bahasa Inggris) yang berarti obat, memperbaiki, atau menolong.
Pembelajaran remedial merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
bersifat mengobati, menyembuhkan, atau membetulkan pembelajaran dan
membuatnya lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang
maksimal Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik
yang lamban maupun kesulitan dalam belajar untuk memperbaiki
kekurangannya sehingga mereka berada kembali setingkat dengan teman
lainnya.

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Remedial

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, fungsi pembelajaran remedial


diantaranya: fungsi korektif, fungsi pemahaman, fungsi pengayaan, fungsi
penyesuaian, fungsi akselerasi, dan fungsi terapeutik.

1. Fungsi korektif
2. Fungsi pemahaman
3. Fungsi pengayaan
4. Fungsi penyesuaian
5. Fungsi akselerasi
6. Fungsi terapeutik
2.2.3 Prosedur Pembelajaran Remedial
Secara garis besar prosedur pembelajaran remedial dikelompokkan menjadi 4
tahap yaitu :
a. Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan kegiatan
berikutnya dan menemukan kesulitan yang dihadapi (diagnosis). Tujuan
kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik yang meliputi : letak kesalahan
menyelesaikan masalah, kesulitan

2.2.4 Metode dalam Pembelajaran Remedial


Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:
1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi,
variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang
dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai
ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan
penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih
tepat.
2) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan.
Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih
alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual.
Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai
tutor.
3) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.
Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu
diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan
tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu
menguasai kompetensi yang ditetapkan.
4) Pemanfaatan tutor sebaya.
Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih.
Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang
mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
2.3 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar


siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah
keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah
yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya


adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di


kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu
sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
- Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

- Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN


Penelitian mengenai pengajaran remedial sebelumnya sudah diteliti
oleh Dwi Endaryati (2006) dengan judul “Pembelajaran Model Pelaksanaan
Program Remedial Terhadap Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV Mata
Pelajaran IPA SD Negeri Tegalrejo 04 Kecamatan Argomulyo Salatiga.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa program pembelajaran
remedial memberi perlakuan terhadap ketuntasan hasil belajar siswa sebagai
upaya perbaikan terhadap materi atau tes yang sudah diberikan sebelumnya,
Keberhasilan ini terutama ditunjang oleh kekuatan pengajaran remedial
dalam membantu siswa menyerap aspek pengetahuan yang diulas kembali
namun lebih diarahkan pada titik yang menjadi masalah siswa. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk menguji cobakan pengaruh pengajaran remedial
dalam mengatasi masalah belajar siswa di kelas 4 SDN 3 Telaga Kabupaten
Gorontalo.

C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan terori-teori tersebut diatas penulis menjelaskan suatu
alur pemikiran keterkaitan antar indicator dengan permasalahan yang di
akan di kaji yang akan di sajikan

Pembelajaran Remedial Hasil Belajar

Keterangan :
Pembelajaran Remedial : Variabel yang mempengaruhi (X1)
Hasil Belajar : Variabel yang dipengaruhi (Y)
3 Deskriptif Komparatif : Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa
menggunakan Molymod dan Animasi.
A. Tinjauan Pustaka
3.1 Hasil Belajar
3.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar


siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah
keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah
yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya


adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

3.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di
kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu
sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
- Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

- Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

3.3 Molymod
Molymod adalah suatu alat peraga untuk menggambarkan bentuk suatu molekul.
Molymod biasanya terbuat dari plastic berupa bulatan- bulatan yang
dihubungkan oleh suatu batangan.. Bulatan tersebut bertindak sebagai suatu
atom sedangkan batangannya sebagai ikatan. Bulatan mempunyai warna-warna
yang berbeda untuk membedakan mana yang bertindak sebagai atom pusat dan
yang bertindak sebagai atom yang terikat pada atom pusat. Molymod tersebut
dapat dibongkar pasang sesuai dengan bentuk molekul yang diinginkan. Masih
banyak sekolah yang belum mempunyai molymod tersebut karena berbagai
pertimbangan sedangkan guru sangat membutuhkannya sebagai alat peraga.
Keterangan warna bola :
1. Putih : Hidrogen ( 1 lubang )
2. Hitam : Karbon ( 4 lubang )
3. Merah : Oksigen ( 2 lubang )
4. Hijau : Halogen ( 1 lubang )
5. Biru : Nitrogen ( 3 lubang )
6. Kuning : Sulfur ( 2 lubang )
Keterangan pada tangkai :
1. Medium grey stick : ikatan kovalen tunggal
2. Long flexible grey stick : ikatan kovalen rangkap
3. Short white stick : ikatan C dan H
3.4 Animasi
3.4.1 Pengertian Animasi
Kata animasi berasal dari penyesuaian kata “animation” yang berasal dari kata
dasar “to animate” dalam kamus Inggris Indonesia berarti menghidupkan.

3.4.2 Media Animasi Untuk Pembelajaran


Penggunaan media animasi untuk pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif siswa, animasi diperlukan terutama untuk menjelaskan
pesan yang membutuhkan unsure gerak (movie), membuat tampilan lebih
menarik perhatian dan hisup.Hal ini sangat efektif untuk mengajarkan materi –
materi yang memiliki sifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau, dan memiliki
tingkat keakurasian tinggi.
Media animasi yang digunakan dalam pembelajaran dapat dibuat dengan
menggunakan beberapa software antara lain 3D Max, Flash dan Swish. Saat ini
yang sering digunakan untuk media pembelajaran adalah Flash.
Animasi yang digunakan sebagai pembelajaran berbeda dengan animasi yang
digunakan sebagai hiburan atau tontonan.Animasi sebagai pembelajaran lebih
mengutamakan hal – hal yang berhubungan dengan edukasi, penjabaran materi
pelajaran yang dibuat secara bergambar.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan tentang penggunaan molymod dan animasi dalam
peingkatan hasil belajar siswa telah diteliti sebelumnya oleh Angga Deni (2012)
tentang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Media Pembelajaran Animasi
Adobe Flash.

4 PTK : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada materi Hidrokarbon


dengan media Molymod.
A. TINJAUAN PUSTAKA
4.2 Hasil Belajar
4.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar


siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah
keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah
yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya


adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam


jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan
fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya
mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar


adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS
yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan
penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
pada aspek kognitif adalah tes.

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan


pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
- Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor
psikologis.
- Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor
eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat.
2.3 Hidrokarbon
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri
dari unsur atom karbon (C) dan atom hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon
memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan
rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari
hidrokarbon alifatik.
Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom
karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih
terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan
sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6.
Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2n+2). Hidrokarbon
jenuh/tersaturasi (alkana) adalah hidrokarbon yang paling sederhana.
Hidrokarbon ini seluruhnya terdiri dari ikatan tunggal dan terikat dengan
hidrogen. Rumus umum untuk hidrokarbon tersaturasi adalah
CnH2n+2.Hidrokarbon jenuh merupakan komposisi utama pada bahan bakar
fosil dan ditemukan dalam bentuk rantai lurus maupun bercabang.
Hidrokarbon dengan rumus molekul sama tapi rumus strukturnya berbeda
dinamakan isomer struktur. Hidrokarbon tak jenuh/tak tersaturasi adalah
hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap, baik rangkap dua
maupun rangkap tiga. Hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua
disebut dengan alkena, dengan rumus umum CnH2n.Hidrokarbon yang
mempunyai ikatan rangkap tiga disebut alkuna, dengan rumus umum CnH2n-
2.

Sikloalkana adalah hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih cincin


karbon. Rumus umum untuk hidrokarbon jenuh dengan 1 cincin adalah
CnH2n. Hidrokarbon aromatik, juga dikenal dengan arena, adalah
hidrokarbon yang paling tidak mempunyai satu cincin aromatik.
Hidrokarbon dapat berbentuk gas (contohnya metana dan propana), cairan
(contohnya heksana dan benzena), lilin atau padatan dengan titik didih
rendah (contohnya paraffin wax dan naftalena) atau polimer (contohnya
polietilena, polipropilena dan polistirena). Karena struktur molekulnya
berbeda, maka rumus empiris antara hidrokarbon pun juga berbeda: jumlah
hidrokarbon yang diikat pada alkena dan alkuna pasti lebih sedikit karena
atom karbonnya berikatan rangkap. Kemampuan hidrokarbon untuk
berikatan dengan dirinya sendiri disebut dengan katenasi, dan menyebabkan
hidrokarbon bisa membentuk senyawa-senyawa yang lebih kompleks, seperti
sikloheksana atau arena seperti benzena. Kemampuan ini didapat karena
karakteristik ikatan diantara atom karbon bersifat non-polar.
Sesuai dengan teori ikatan valensi, atom karbon harus memenuhi aturan
“4-hidrogen” yang menyatakan jumlah atom maksimum yang dapat
berikatan dengan karbon, karena karbon mempunyai 4 elektron valensi.
Dilihat dari elektron valensi ini, maka karbon mempunyai 4 elektron yang
bisa membentuk ikatan kovalen atau ikatan dativ. Hidrokarbon adalah salah
satu sumber energi paling penting di bumi. Penggunaan yang utama adalah
sebagai sumber bahan bakar. Dalam bentuk padat, hidrokarbon adalah salah
satu komposisi pembentuk aspal. Hidrokarbon dulu juga pernah digunakan
untuk pembuatan klorofluorokarbon, zat yang digunakan sebagai propelan
pada semprotan nyamuk. Saat ini klorofluorokarbon tidak lagi digunakan
karena memiliki efek buruk terhadap lapisan ozon.
Metana dan etana berbentuk gas dalam suhu ruangan dan tidak mudah
dicairkan dengan tekanan begitu saja. Propana lebih mudah untuk dicairkan,
dan biasanya dijual di tabung-tabung dalam bentuk cair. Butana sangat
mudah dicairkan, sehingga lebih aman dan sering digunakan untuk pemantik
rokok. Pentana berbentuk cairan bening pada suhu ruangan, biasanya
digunakan di industri sebagai pelarut wax dan gemuk. Heksana biasanya
juga digunakan sebagai pelarut kimia dan termasuk dalam komposisi bensin.

2.4 Molymod

Molymod adalah suatu alat peraga untuk menggambarkan bentuk suatu


molekul. Molymod biasanya terbuat dari plastic berupa bulatan- bulatan
yang dihubungkan oleh suatu batangan.. Bulatan tersebut bertindak sebagai
suatu atom sedangkan batangannya sebagai ikatan. Bulatan mempunyai
warna-warna yang berbeda untuk membedakan mana yang bertindak sebagai
atom pusat dan yang bertindak sebagai atom yang terikat pada atom pusat.
Molymod tersebut dapat dibongkar pasang sesuai dengan bentuk molekul
yang diinginkan. Masih banyak sekolah yang belum mempunyai molymod
tersebut karena berbagai pertimbangan sedangkan guru sangat
membutuhkannya sebagai alat peraga.
Keterangan warna bola :
1. Putih : Hidrogen ( 1 lubang )
2. Hitam : Karbon ( 4 lubang )
3. Merah : Oksigen ( 2 lubang )
4. Hijau : Halogen ( 1 lubang )
5. Biru : Nitrogen ( 3 lubang )
6. Kuning : Sulfur ( 2 lubang )
Keterangan pada tangkai :
1. Medium grey stick : ikatan kovalen tunggal
2. Long flexible grey stick : ikatan kovalen rangkap
3. Short white stick : ikatan C dan H
A. Penelitian yang relevan
Penelitian tentang Penggunaan media molymod telah dilakukan sebelumnya
oleh Eti Puspitasari (2013) tentang Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa melalui Course Reveiwe Horay berbantuan Media Molymod.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 31 orang.

3 Penelitian Eksperimen : Pengaruh Kegiatan Praktikum terhadap Hasil


Belajar Siswa Kelas XI pada materi Asam Basa .
A. TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Praktikum
5.5.1 Metode Praktikum
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan di Indonesia bahkan dunia ada
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh para pengajar
sehingga dalam proses pembelajaran diharapkan mampu mencapai tujuan yang
diharapkan. Diantara metode pembelajaran tersebut adalah metode Praktikum.
Kata praktikum berasal dari kata practiqu / pratique (Prancis), practicus
(Latin), atau praktikos (Yunani) yang secara harfiah berarti “aktif” atau prattein /
prassein (Yunani) yang berarti “ mengerjakan”. Praktikum adalah suatu kegiatan
dimana siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan proses
pembelajaran di mana siswa mengerjakan sendiri untuk membuktikan sesuatu
yang sedang dipelajarinya.
Terkadang Metode praktikum disebut juga dengan metode eksperimen
atau percobaan, penerapan metode praktikum biasanya dilakukan di
laboratorium. Metode ini mengedepankan siswa untuk melakukan aktivitas
percobaan di laboratorium, sehingga siswa mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari.
Menurut Djamarah dan Zain, metode praktikum adalah cara penyajian
pelajaran di mana siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.

3.3 Hasil Belajar


3.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil
belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82)
adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di
sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya


adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan


pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
- Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor
psikologis.

- Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor


eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat.

3.4 Asam Basa

Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal
dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari
bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga
sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam,
asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk
berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam
asetat, dan asam tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit.
Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak abad pertengahan, salah
satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh para peneliti
untuk memisahkan emas dan perak.
Terdapat tiga teori tentang cara membedakan senyawa asam dan senyawa
basa. Teori tersebut adalah teori Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.

Teori Arrhenius dikemukakan oleh ilmuwan Swedia, Svante Arrhenius pada


tahun 1807. Teori ini menyatakan bahwa:
Asam: suatu zat yang bila dilarutkan dalam air dapat memberikan atau
memperbesar konsentrasi ion H+.
Basa: suatu zat yang bila dilarutkan dalam air dapat memperbesar
konsentrasi OH-.
Teori Bronsted-Lowry dikemukakan oleh Johanes N. Bronsted dan Thomas
M. Lowry pada tahun 1923. Teori ini menyatakan bahwa:
Asam: senyawa yang dapat memberikan proton kepada senyawa lain (donor
proton)
Basa: senyawa yang dapat menerima proton dari senyawa lain (akseptor
proton)
Teori Lewis dikemukakan oleh G.N. Lewis pada tahun 1923. Beliau adalah
seorang ahli kimia Amerika Serikat. Teori ini menyatakan bahwa:
Asam: ion/molekul yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan
elektron (belum oktet)
Basa: ion/molekul yang dapat bertindak sebagai pemberi pasangan elektron
(mempunyai PEB)
Ciri-ciri asam kuat:
- Golongan VIIA
- Terionisasi sempurna (α=1)
- Merupakan elektrolit kuat
Contoh: HCl, HI, HBr, H2SO4,HNO3
Ciri-ciri asam lemah:
- Tidak terionisasi sempurna (α<1)
- Merupakan elektrolit lemah
Contoh: CH3COOH, H2CO3, H2S, H3PO4, HCN, dll
Ciri-ciri basa kuat:
- Golongan IA dan IIA (kecuali Be)
Contoh: LiOH, NaOH, KOH, RbOH, Mg(OH)2, Ca(OH)2, Sr(OH)2, Ba(OH)2
Ciri-ciri basa lemah:
Contoh: Al(OH)3, Be(OH)2, NH4OH, Cu(OH)2, Fe(OH)3
Indikator asam dan basa:
- Kertas lakmus
- Indikator universal
- pH meter
- Larutan indikator

B. Penelitian yang relevan


Penelitian yang revelan tentang pengaruh kegiatan praktikum terhadap hasil
belajar siswa telah terlebih dulu diteliti oleh Wahyu Dian (2012) dengan
Judul : Pengaruh Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas VIII di SMPN 2 Kota Tangerang, dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa hasil belajat siswa setelah diberikan metode praktikum
lebih tinggi daripada siswa yang hanya diberikan metode konvensional.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan terori-teori tersebut diatas penulis menjelaskan suatu alur pemikiran


keterkaitan antar indicator dengan permasalahan yang di akan di kaji yang akan
di sajikan dalam bentuk gambar berikut:.
dalam bentuk gambar berikut:.
Siswa kesulitan dalam belajar Asam Basa

Guru masih menggunakan metode


ceramah

Dilakukan kegiatan praktikum

Siswa diharapkan telah mempelajari


materi terlebih dahulu
Siswa terampil dalam penggunaan alat-
alat laboratorium

Siswa menjadi percaya diri dengan


pengetahuannya karena telah
membuktikan sendiri dan terampil
menunjukkan sikap ilmiah

Hasil Belajar meningkat

4 Penelitian Ex-post facto : Pengaruh cara belajar dan fasilitas belajar


terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA
A. Tinjauan Pustaka
4.2 Cara belajar

4.2.1 Pengertian Cara Belajar

Menurut W.J.S Poerwadarminto (1995: 186) cara adalah “Jalan melakukan


sesuatu, adat, kebiasaan, aturan atau system”. Dari pengertian tersebut maka cara
belajar adalah cara, jalan atau kebiasaan yang digunakan seorang siswa dalam
usaha memperoleh kepandaian sehingga menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai, dan sikap.
Perilaku peserta didik dalam suatu usaha mencapai tujuan belajar yang akan
mempengaruhi hasil belajar yang didapat. Perilaku-perilaku peserta didik akan
menumbuhkan suatu cara belajar yang dianggap dapat menyelesaikan atau
mencapai tujuan belajar tersebut. Oleh karena itu, seseorang yaitu peserta didik
akan melakukan suatu pekerjaan yang mempunyai suatu cara tersendiri atau
berbeda antara satu dengan yang lainnya dan tidak akan memperoleh suatu hasil
yang sama pula. Banyak faktor yang mempengaruhi dari cara dan keberhasilan
peserta didik dalam belajar, oleh karena itu tidak mudah bagi peserta didik
dalam menentukan bagaimana cara belajar yang sesuai dengan yang diharapkan
dan mampu untuk mencapai daripada tujuan belajar sendiri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi itupun berasal dari dalam diri peserta didik dan dari luar. Faktor
yang berasal dari dalam seperti minat, bakat, kecerdasan dan sebagainya.
Sedangkan faktor dari luar seperti lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat.
Menurut Thursan Hakim (2000:7) “Cara belajar yang tepat memungkinkan
siswa atau mahasiswa menguasai ilmu dengan lebih mudah dan lebih cepat
sesuai dengan kapasitas tenaga dan pikiran yang dikeluarkan. Cara belajar yang
tepat yang dilakukan oleh siswa yang satu belum tentu dapat tepat diterapkan
kepada siswa lain. Sedangkan The Liang Gie (1987:48) yang menyatakan
bahwa “Cara belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha
belajarnya.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cara belajar yang efektif
menurut The Liang Gie (1995:8) adalah “Cara mengikuti pelajaran, kegiatan
membaca catatan, cara menghadapi ujian, kunjungan ke perpustakaan,
pemanfaatan dan pengelolaan waktu”. Penerapan cara belajar antara satu siswa
dengan siswa yang lain akan berbeda. Mungkin salah satu cara belajar satu
siswa dianggap yang paling tepat untuk diterapkan akan tetapi belum tentu
cocok apabila diterapkan kepada siswa yang lainnya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cara belajar adalah
suatu jalan yang digunakan atau dipakai untuk melakukan suatu kegiatan belajar
agar dapat menguasai ilmu lebih cepat dan tahan lama untuk mencapai tujuan
belajar dengan beberapa cara belajar yang efektif yaitu cara mengikuti pelajaran,
kegiatan membaca catatan, cara menghadapi ujian, kunjungan ke perpustakaan,
pemanfaatan dan pengelolaan waktu.

6.1.2 Aspek-Aspek Cara Belajar


Lebih lanjut mengenai aspek-aspek cara belajar yang efektif menurut The
Liang Gie (1995:8) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengikuti Pelajaran.
Mengikuti pelajaran atau belajar merupakan kegiatan yang selalu
diikuti oleh setiap siswa. Dengan mengikuti pelajaran siswa memperoleh
pengetahuan yang diberikan saat duduk di bangku sekolah. Dalam mengikuti
pelajaran siswa diharapkan memberikan perhatian sepenuhnya terhadap
pelajaran yang sedang berlangsung, dan mengikuti pelajaran dengan aktif,
serta selalu ikut berpartisipasi aktif.
2) Kegiatan membaca catatan
Untuk memperoleh hasil yang baik dan prestasi belajar yang tinggi
maka kegiatan membaca catatan tidak hanya dilakukan setelah pelajaran saja
tetapi sebelum pelajaran, pada saat pelajaran berlangsung dan setelah
pelajaran selesai. Seorang siswa akan memperoleh hasil yang lebih baik
apabila sering membaca catatan yang dibuat selama pelajaran berlangsung.
Agar kegiatan membaca catatan lebih berhasil maka catatan-catatan harus
dibuat serapi mungkin dengan memberikan tanda-tanda khusus pada catatan
yang penting.
3) Cara menghadapi ujian
Setiap ujian atau tes akan dapat ditempuh seorang siswa dengan baik
apabila sejak awal siswa sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Kegiatan pokok untuk menghadapi ujian adalah belajar secara teratur, penuh
disiplin dan konsentrasi sebelum ujian atau tes dilaksanakan.
Menurut Richard Yorkey dalam The Liang Gie (1995:9) ada tiga
macam persiapan yang perlu dilakukan oleh seorang siswa dalam
menghadapi ujian yaitu:
a. Persiapan fisik (Physical Preparation)
Untuk dapat menempuh ujian dengan sukses maka kesehatan
merupakan suatu faktor yang sangat penting. Siswa dianjurkan
menghindari keletihan, makan secara teratur dan istirahat yang
cukup.
b. Persiapan emosional (Emotional Preparation)
Siswa dianjurkan untuk santai menjelang ujian tidak membuang
energi dengan percuma, sehingga siswa tidak mengalami
ketegangan pada waktu ujian.
c. Persiapan pengulangan (Review Preparation)
Siswa seharusnya merencanakan waktu untuk mengulangi
pelajaran-pelajarannya. Pengulangan yang sedikit tetapi sering akan
lebih efektif daripada satu kali pengulangan materi yang banyak dan
lama. Cara pengulangan adalah dengan melihat buku catatan,
meringkas topik utama.
4) Kunjungan perpustakaan
Perpustakaan dalam hal ini menjadi fasilitas yang dapat digunakan
untuk mencapai prestasi belajar memuaskan. Untuk mencapai prestasi belajar
yang baik maka siswa diharapkan untuk menambah pengetahuan lewat buku-
buku yang mendukung pelajaran yang telah tersedia dalam perpustakaan.
Sehingga pengetahuan siswa tidak hanya sebatas pelajaran atau materi yang
diberikan oleh seorang guru itu saja, siswa dapat menambah bahan ajar yang
ada melalui membaca buku yang relevan atau sesuai dengan bahan ajar.
5) Pemanfaatan dan pengelolaan waktu.
Masalah yang sering dihadapi oleh seorang siswa dalam belajar adalah
kesukaran dalam mengelola waktu belajar. Siswa kurang memiliki
kemampuan untuk mengatur waktu atau disiplin penggunaan waktu secara
efisien.
Sedangkan menurut Thabarany (1994:43) aspek-aspek dalam cara belajar
adalah :

1. Persiapan belajar siswa


Pada hakekatnya setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus
dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan persiapan sebaik-baiknya maka
kegiatan atau pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga akan
memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, beberapa
persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut Thabarany (1994:49)
adalah :
a. Persiapan mental
Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar
benar-benar sudah siap. Menurut The Liang Gie (1987:58)
“Persiapan mental merupakan upaya menumbuhkan sikap mental yang
diperlukan dalam belajar”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persiapan mental
yang diperlukan adalah :
1. Memahami arti / tujuan belajar.

2. Kepercayaan pada diri sendiri.

3. Keuletan.

4. Minat terhadap
pelajaran. b. Persiapan sarana

Thabarany (1994:48) mengemukakan “Sarana yang dibutuhkan


dalam belajar yaitu ruang belajar dan perlengkapan belajar”
1. Ruang belajar

Menurut Thabarany (1994:48) “ruang belajar mempunyai


peranan yang sangat besar dalam menentukan hasil belajar seseorang”.
Persyaratan yang diperlukan untuk ruang belajar adalah : bebas dari
gangguan, sirkualsi dan suhu udara yang baik, penerangan yang
memadai.

2. Perlengkapan belajar

Thabarany (1994:53) menjelaskan “perlengkapan belajar yang


perlu dipersiapkan dalam belajar adalah:
a. Perabot belajar seperti meja, kursi, dan rak buku.

b. Buku pelajaran

c. Buku catatan

d. Alat-alat tulis

2. Cara mengikuti pelajaran

Langkah-langkah dalam mengikuti pelajaran yang perlu dilakukan


adalah melakukan persiapan-persiapan dengan mempelajari materi-materi
yang akan dibahas dan meninjau kembali materi sebelumnya, bersikap afektif
selama kegiatan belajar sampai KBM berakhir. Menurut Hamalik (1983:50)
langkah-langkah / cara mengikuti pelajaran yang baik adalah :

b. Persiapan, yang harus dilakukan adalah mempelajari bahan pelajaran


yang sebelumnya diajarkan, mempelajari bahan yang akan dibahas dan
merumuskan pertanyaan tentang materi/bahan pelajaran yang belum
dipahami.
c. Aktivitas selama mengikuti pelajaran, hal yang perlu diperhatikan selama
mengikuti pelajaran antara lain kehadiran, konsentrasi, catatan pelajaran,
partisipasi terhadap pelajaran.

d. Memantapkan hasil belajar, Suryabrata (1989:37) mengemukakan bahwa


“untuk memantapkan hasil belajar maka harus membaca kembali catatan
pelajaran”
3. Aktivitas belajar mandiri
Bentuk aktivitas belajar mandiri yang dilakukan siswa dapat berupa
kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegiatan-kegiatan
belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegiatan belajar yang dilakukan
secara berkelompok.
a. Aktivitas belajar sendiri
Yang dapat dilakukan berupa, membaca bahan-bahan pelajaran
dari berbagai sumber informasi selain buku-buku pelajaran, membuat
ringkasan bahan-bahan pelajaran yang telah dipelajari, menghafalkan
bahan-bahan pelajaran, mengerjakan latiahan soal dan lain sebagainya.
b. Aktivitas belajar kelompok
Adapun yang dapat dilakukan dalam belajar kelompok antara
lain, mendiskusikan bahan-bahan pelajaran yang belum dimengerti,
membahas penyelesaian soal-soal yang sulit dan saling bertanya jawab
untuk memperdalam penguasaan bahan-bahan pelajaran.
4. Pola Belajar siswa
Pola belajar adalah cara siswa melaksanakan suatu kegiatan belajar
yaitu bagaimana siswa mengatur dan melaksanakan kegatan-kegiatan
belajarnya. Pola belajar siswa menunjukkan apakah siswa membuat
perencanaan belajar, bagaimana mereka melaksanakan dan menilai kegiatan
belajarnya.

5. Cara siswa mengikuti ujian


Agar mendapatkan hasil yang baik dalam ulangan, baik ulangan
harian maupun ulangan semester, sebagai modal utama adalah penguasaan
materi-materi pelajaran yang baik. Oleh karena itu sejak awal siswa harus
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar mendapat hasil baik
dalam ulangan adalah :

a. Persiapan menghadapi ulangan; kegiatan belajar untuk menghadapi


ulangan dan mempelajari/menguasai materi ulangan serta
mempersiapkan perlengkapan ulangan seperti alat-alat tulis.

b. Saat ulangan berlangsung harus benar-benar memahami soal, tenang,


mengerjakan dari hal yang termudah dan meneliti setelah selesai.

c. Setelah ulangan selesai; Hamalik (1983:62) mengemukakan bahwa


“yang perlu dilakukan setelah ulangan berakhir adalah memeriksa
kembali jawaban-jawaban yang dibuat dalam ulangan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan cara-cara


terpenting dalam belajar terdiri atas cara mengikuti pelajaran, baik cara belajar di
rumah ataupun cara belajar di sekolah, cara mengatur waktu dan membuat jadwal,
cara membaca buku, cara membuat ringkasan, cara menghafal, cara mengulangi
pelajaran, cara mempersiapkan dan mengikuti ujian.

Usaha-usaha belajar yang telah disebutkan diatas pada prinsipnya harus


dimulai oleh siswa itu sendiri dengan penuh disiplin dan disadari benar-benar
bahwa semua itu merupakan kebutuhannya sendiri. Cara belajar tersebut dapat
penulis jelaskan satu persatu sebagai berikut :
1. Cara belajar di sekolah
Sekolah menjadi tempat yang sangat penting dalam proses belajar bagi
seorang siswa. Dengan berada di sekolah siswa diharapkan mendapatkan semua
yang telah diberikan oleh sekolah. Bahan-bahan pelajaran yang disampaikan oleh
seorang guru dalam kelas hendaknya dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan oleh siswa untuk mendapatkan hasil yang
optimal dalam mengikuti pelajaran di kelas yaitu persiapan segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk belajar di sekolah. Persiapan yang baik akan berdampak pada
hasil belajar siswa tersebut.

4.2.2 Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999:787) dinyatakan


bahwa “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya)”. Menurut Zainal Arifin (1990:3), “Prestasi adalah
hasil dari kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam
menyelesaikan suatu hal”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
adalah hasil dari kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang yang telah
dicapai dalam menyelesaikan suatu hal.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:14), “Belajar adalah berusaha


memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Gagne dalam bukunya Dimyati
dan Mudjiono (1999 : 10) mengatakan bahwa belajar merupakan kegiatan
yang kompleks, setelah belajar orang mempunyai keterampilan, pengetahuan,
sikap dan nilai.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah berusaha


memperoleh kepandaian sehingga menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999 : 787) “Prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai / angka yang diberikan oleh
guru”.
Dengan demikian diperoleh pengertian bahwa prestasi belajar adalah hasil
usaha yang dicapai seseorang berkat pengalaman dan latihan dalam proses
belajar yang dinyatakan dengan angka nilai, yang diberikan guru menurut
bidang dan kemampuan masing-masing.
B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan tentang Pengaruh cara belajar dan fasilitas belajar
terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA sebelum nya telah diteliti oleh Angga
Ilmiawan (2009) dengan judul “PENGARUH CARA BELAJAR DAN
FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI SISWA KELAS X SMA N 3 BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2008/2009.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode
deskriptif asosiatif (korelasional). Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA
N 3 Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009 sebanyak 235 dari 6 kelas. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
proporsional random sampling dengan cara undian.

C. Kerangka Berpikir
Baik tidaknya cara belajar siswa akan mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Selain cara belajar fasilitas belajar juga mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
Cara Belajar (X1)

Sub Variabel :
1. Cara belajar di Sekolah
2. Cara belajar di Rumah

Prestasi belajar
PERTEMUAN KE-6

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan maslah
penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak
dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.
Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Setelah selesai menyusun landasan teori, seorang peneliti biasanya sampai
pada suatu kesimpulan tentang permasalahan penelitian. Bertolak dari yang
telah dilakukan dalam mencari landasan teori, para peneliti akan mempunyai
tiga peluang dalam memberikan jawaban sementara terkait dengan
permasalahan penelitian. Apakah peneliti mempunyai arah jawaban yang pasti
secara positif maupun negatif terhadap permasalahan masalah tersebut.
Jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis ini disebut sebagai
hipotesis.
Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai kekuatan
dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari teori yang
relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta atau dari kenyataan dengan
teori yang relevan.
Hipotesis dikatakan sementara karena kebenarannya masih perlu diuji atau
dites kebenarannya dengan data yang asalnya dari lapangan. Hipotesi juga
juga penting peranannya karena dapat menunjukkan harapan dari si peneliti
yang direfleksikan dalam hubungan ubahan atau variabel dalam permasalahan
penelitian.
Oleh karena itu hipotesis dibuat sebaiknya sebelum peneliti terjun ke
lapangan mengumpulkan data yang diperlukan. Mengapa hipotesis dibuat
sebelum peneliti ke lapangan (Ary, dkk, 1985:76) ada dua alasan yang
mendasarinya, yaitu :
a. Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa peneliti mempunyai ilmu
pengetahuan yang cukup dalam kaitannya dengan permasalahan
b. Bahwa dengan hipotesis dapat memberikan arah dan petunjuk tentang
pengambilan data dan proses interpretasinya.
Dalam penelitian, seorang peneliti yang menuliskan hipotesis secara baik
mempunyai beberapa tujuan penting. Di antara tujuan tersebut diantaranya
sebagai berikut :
1. Menyediakan keterangan secara sementara terhadap gejala dan
memungkinkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
2. Menyediakan para peneliti dengan pernyataan hubungan antar variabel
yang dapat diuji kebenarannya
3. Memberikan arah yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam melakukan
penelitian.
4. Memberikan kisi-kisi laporan untuk melaporkan kesimpulan studi.

Secara fungsional hipotesis dalam penelitian itu sangatlah penting. Bila


hipotesis dinyatakan dengan tepat dan teliti, jawaban sementara dapat
dipergunakan sebagai petunjuk analisis. Hipotesis dalam posisinya sebagai
salah satu unsur penelitian dapat dimisalkan seperti kompas bagi nahkoda
kapal. Kompas dapat dipergunakan sebagai penentu arah dalam perjalanan
di tengah lautan sehingga mencapai pelabuhan yang dituju. Dengan
hipotesis, peneliti lebih mudah dalam mencari pemecahan masalah atas
dasar pernyataan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.
Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah atau research questions. Walaupun hal ini tidak
mutlak, hipotesis penelitian pada umumnya sama banyaknya dengan jumlah
rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam rencana penelitian. Yang
penting adalah bahwa dengan dirumuskannya hipotesis penelitian, rumusan
masalah yang direncanakan dapat dicakup dalam penelitian yang hendak
dilakukan. Dilihat dari posisinya hipotesis penelitian biasanya ditempatkan
dalam bab kedua, yaitu studi kepustakaan setelah landasan teori dan atau
setelah kerangka berfikir tersusun. Hipotesis penelitian pada umumnya tidak
diuji menggunakan teknik statistika. Karena memang fungsinya yang utama
untuk memberikan jawaban sementara, sebagai rambu-rambu tindakan
selanjutnya di lapangan.
Berikut ini diberikan beberapa contoh hipotesis penelitian
a. Ada korelasi positif dan signifikan antara usaha peningkatan belajar di
sekolah dengan hasil pencapaian belajar siswa
b. Ada pengaruh positif dan signifikan antara motivasi dan gaya
kepemimpinan dalam organisasi terhadap produktivitas lembaga
c. Ada hubungan yang negatif dan tidak signifikan antar besarnya gaji yang
diterima para guru dengan keinginan bekerja sambilan di luar lembaga
tempat bekerja.

Jika penelitian bersifat korelasional maka:


1) Hipotesis penelitian beraspek empiris disajikan pada akhir bab II dalam
sub-sub tersendiri dengan memperhatikan teori pendukungnya, sedangkan
hipotesis penelitian beraspek statistik disajikan dalam bab III.
2) Apabila analisis data (akhir bab IV) direncanakan tidak untuk
menganalisis data secara luas baik masalah utama (mayor) maupun
bagian-bagiannya (minor) maka dalam hipotesis tidak perlu dicantumkan
hipotesis mayor dan minor.
3) Hipotesis harus berlandaskan teori, jika ingin mengubah harus
mencantumkan alasan mengapa merubah teori tersebut.

Langkah-Langkah Menguji Hipotesis


Pengujian hipotesis memerlukan tiga "ingredient" :
 Soalan penyelidikan
 Populasi yang ditakrif dengan tepat (well-defined population)
 Alat mengukur
Untuk membuktikan sesuatu hipotesis, kaedah menguji memerlukan dua
kenyataan yang bertentangan :
 Hipotesis penyelidikan (yang juga dikenali sebagai hipotesis
alternatif), H1
 Hipotesis Nol (Null hypothesis), H0
Untuk membuktikan H1 benar, biasanya kita akan cuba menbuktikan H0
tidak benar. Ciri-ciri hipotesis H1 dan H0 ialah :
 Saling eklusif (mutually exclusive) - ia itu kedua-dua hipotesis
tidak boleh benar atau tidak benar pada masa yang sama
 Ekhaustif (exhuastive) - tiada alternatif lain

Titik-Titik Kritikal (genting)


Dalam kaidah ujian hipotesis, kita akan coba membuktikan H0 benar.
Sekiranya kita tidak dapat membuktikan H0 benar maka kita terpaksa menerima
bahwa H1 adalah benar.
Mengenai persampelan, kita dapati bahwa setiap sampel yang dipilih akan
memberi min yang agak berlainan. Dengan lain perkataan, min yang diperoleh
daripada sampel tidak akan tepat pada min populasi. Maka kita perlu menetapkan
suatu titik (atau 2 titik) di atas keluk taburan min populasi di mana perbedaan di
antara nilai min sampel dengan min populasi dianggap terlalu besar sehingga tidak
boleh diterima sebagai sama. Nilai-nilai yang lebih tinggi daripada titik ini
dianggap sebagai di dalam kawasan genting. Jika nilai min sampel terjatuh di
dalam kawasan genting, maka hipotesis nol perlu ditolak.

Ralat Jenis I dan II


Dalam membuat keputusan samada hendak menerima atau menolak
hipotesis, kita mungkin membuat dua jenis kesalahan atau ralat seperti
ditunjukkan di dalam gambar di bawah.
H0 Benar H1 Benar

Ralat Jenis II
Terima H0 Keputusan Betul
(Type II Error)

Ralat Jenis I
Terima H1 Keputusan Betul
(Type I Error)

Adalah lebih baik kita menetapkan kemungkinan membuat kesalahan.


Jenis I lebih kecil daripada kemungkinan membuat kesalahan Jenis II. Dengan
kata lain, kawasan genting (menolak H0) hendaklah lebih kecil dibandingkan
dengan kawasan menerima H0.
Dalam konteks dunia sebenar, kedudukan ini serupa dengan prinsip bahwa
adalah "lebih baik bebaskan orang yang bersalah daripada menghukum orang
yang tidak bersalah".
Tahap kemungkinan menolak hipotesis nol yang benar (Ralat Jenis I) yang
biasa digunakan ialah 0.05 (atau 5%). Untuk ujian hipotesis dua-ekor,
kemungkinan ini dibagi menjadi dua kawasan yang sama dipenghujung keluk
tabura.

Perkiraan
Andaikan bahwa suatu sampel injin baru telah pilih dan penyebaran N2O
telah diukur. Kita juga tahu statistik-statistik berkenaan dengan penyebaran oleh
injin lain. Perkiraan untuk mendapatkan nilai z ditunjukkan di bawah. Min
penyebaran injin lain ialah 100 dengan varians 25. Bilangan sampel injin baru
ialah 36 dan min penyebaran daripada sampel ialah 101.8. Soalannya sekarang
ialah, "adakah 101.8 berbeda daripada 100"?
Dal am gambar di bawah, titik "a" dan "b" adalah titik genting. Nilai z
untuk min penyebaran daripada sampel injin baru ialah 2.16. Nilai terjatuh dalam
kawasan genting (2.16 > 1.96). Maka H0 hendaklah ditolak dan H1 diterima.
Ini bermakna pada tahap 5% keyakinan, penyebaran injin baru didapati
perbedaan daripada injin lain. Tetapi perhatikan bahawa nilai z terletak di
bahagian kanan, iaitu penyebaran injin baru adalah lebih tinggi daripada injin lain.
 Tiga Bentuk Rumusan Hipotesis
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu variable mandiri,
tidak membuat perbandingan atau hubungan.
Contoh : - Seberapa tinggi daya tahan lampu merk A ?
- Seberapa baik gaya kepemimpinan di Lembaga X ?
2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dengan
nilai dalam satu variable atau lebih pada sample yang berbeda
Contoh : Adakah perbedaan daya tahan lampu merk A dan merk B ?
3. Hipotesis Hubungan (Asosiatif)
Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan
tentang hubungan antara 2 variabel atau lebih
Contoh : Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan efektivitas
kerja ?

 Taraf Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis


Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter
populasi berdasarkan data sampel.
Dimana ada 2 cara menaksirkan taraf kesalahan dalam pengujian
hipotesis, yaitu :
 A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi
berdasarkan satu nilai data simpel
 Interval estimate (convidence interval) adalah suatu taksiran parameter
populasi berdasarkan nilai interval data sample.
Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal (point
estimate) akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang menggunakan interval estimate.

 Dua Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis


Dalam menaksirkan parameter populasi berdasarkan data sample,
kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu :
- Kesalahan Tipe 1 merupakan kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho)
yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan
dinyatakan dengan alpha (α).
- Kesalahan Tipe 2 merupakan suatu kesalahan bila menerima hipotesis
yang salah (seharusnya ditolak). Dalam hal ini tingkat kesalahan
dinyatakan dalam beta (β).

 Syarat-syarat Hipotesis Penelitian, antara lain :


 menghubungkan atau membandingkan 2 atau lebih variable
 Dinyatakan dalam kalimat pernyataan, tidak boleh dalam pertanyaan
 Dapat diuji kebenarannya
 Dirumuskan dengan jelas

 Bentuk-bentuk Hipotesis Penelitian


1. Hipotesis Teoritis (Hipotesis didalam menjawab rumusan permasalahan)
2. Hipotesis Statistik
3. Hipotesis Mayor (Hipotesis yang gabunganm yang besar)
X1
X2 y (Variabel terikat)
X3
4. Hipotesis Minor (Hipotesis yang pecahan, yang farsial, yang kecil)
X1 – y
X2 – y
X3 – y
 Mengapa Hipotesis Nol , dikarenakan :
a. Hipotesis yang menyatakan tidak
b. Untuk menetralisir arah pemikiran peneliti
c. Azas praduga tak bersalah
d. Kebalikannya adalah Ha
e. Yang diuji adalah Ho
f. Jika Ho ditolak, maka Ha diterima dan sebaliknya
 Lambang Hipotesis Statistik
Hipotesis yang mengandung pengertian yang sama/tidak sama
Ho : θ1 = θ2 Ho : θ1 <= θ2 Ho : θ1 >= θ2
Ha : θ1 = θ2 Ha : θ1 <= θ2 Ha : θ1 >= θ2

Ho : μ1 = μ2
Ha : μ1 = μ2 (Uji yang tidak memiliki arah, 2 ekor, 2 ujung)
Ho : μ1 <= μ2
Ha : μ1 >= μ2 (Memiliki 1 arah, 1 ekor, 1 ujung)
Ket :
θ : besaran untuk populasi (parameter) (rata-rata, simpangan baku, variasi)
Hipotesis yang menyatakan Hubungan
Ho : μ1 xy = 0 Ho : μ1 xy <= 0 Ho : μ1 xy >= 0
Ha : μ1 xy = 0 Ha : μ1 xy > 0 Ha : μ1 xy < 0

 Penyebab gagal ditolaknya Ho, yaitu :


b. Dari landasan teori
c. Kesalahan sampling
d. Kesalahan instrumen penelitian
e. Kesalahan perhitungan
f. Kesalahan rancangan penelitian
g. Pengaruh variabel luar

Sumber penemuan hipotesis, yaitu :


 Dari peneliti sendiri
 Dari teori/pendapat orang lain
 Dari penelitian yang relevan

Sikap Peneliti Terhadap Hipotesis Yang Dirumuskan


o Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak
terbukti (pada akhir penelitian)
o Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda–tanda bahwa data yang
terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian
berlangsung)

Penelitian Tanpa Hipotesis


• Penelitian Deskriptif adalah penelitian untuk satu variabel. Padahal
hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan
antara dua variabel atau lebih.
• Penelitian Evaluatif
• Penelitian eksploratif yang jawabannya masih sukar diduga dan dicari,
tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.
• Penelitian Tindakan Kelas (ya atau tidak)
• Nilai ilmiah penelitian berhipotesis lebih tinggi dibandingkan penelitian
tanpa hipotesis

Anggapan Dasar / Asumsi Dasar


• Kebenaran atau keyakinan yang tidak perlu dibuktikan lagi dan merupakan
dasar didalam memunculkan hipotesis
• Merupakan dari kegiatan penelitian / perumusan hipotesis
• Sebagai penegas variabel yg menjadi pusat perhatian
• Sumber asumsi : dari teori yang sudah mapan

Contoh Penggunaan Asumsi Dasar


• Judul Penelitian: Hubungan antara penampilan guru dan prestasi belajar
siswa
• Asumsi Dasarnya:
 Setiap guru punya penampilan yg berbeda
 Prestasi belajar siswa bervariasi
 Prestasi belajar dipengaruhi oleh bermacam faktor
PERTEMUAN KE-7

TEKNIK PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, ANALISIS DATA,


PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pada umumnya penelitian akan berhasil jika banyak menggunakan
instrumen sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian
(masalah) menguji hipotesis yang diperoleh melalui instrumen. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumrn penelitian,antara lain :
 Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel,harus
jelas, spesifik sehingga dapat ditentukan jenis instrumen yang
digunakan.
 Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus
diketahui terlebih dahulu sebagi bahan atau dasar dalam menentukan
isi atau bahasa dalam instrumen penelitian.
 Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data.
 Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas.
 Mudah dan praktis digunakan sehingga dapat menghasilkan data yang
diperlukan.

Langkah-langkahnya meyusun instrumen


Langkah-langkah menyusun instrumen antara lain:
a. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi
subpenelitian sejelas-jelasnya sehingga indikator tersebut bisa diukur
dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti.
b. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel/subvariabel/indikator-indikatornya.
c. Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau
lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi ruang lingkup materi pertanyaan,
abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, dan waktu
yang dibutuhkan.
d. Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item atau
pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah
ditetapkan dalam kisi-kisi.
e. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk
revisi instrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu,
menggantinya dengan item yang baru.

B. Jenis instrumen
Tes Nontes
Tes prestasi Kuisioner
Tes kecerdasan Wawancara
Tes bakat Dokumentasi
Tes minat Observasi
Tes dianostik Skala sikap
Tes formatif
Tes sumatif
Tes kepribadian
Tes awal/akhir

C. Persamaan antara tes dan non tes


No Tes Non tes
1 Sama-sama digunakan untuk Observasi dalam konteks sebagai
alat pengumpulan data instrumen adalah proses
2 Sama-sama memiliki pengumpulan bahan/keterangan
persyaratan tertentu dalam yang dilakukan melalui
pembutannya pengamatan dan pencatan secara
3 Harus dilakukan uji coba sistematis terhadap fenomena
sebelum diterapkan yang sedang dijadikan sasaran
penelitian.
D. Perbedaan antara Tes dan Non tes
No Tes Non tes
1 Memiliki kriteria kebenaran Tidak memiliki kriteria
tertentu kebenaran tertentu
2 Lebih bersifat objektif Lebih bersifat subjektif
3 Ada kunci jawaban Tidak ada kunci jawaban

Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya ada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi.
Wawancara dapat dilakukan scara terstruktur maupun tidak terstruktur,
dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telepon.

Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi
pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara
terstruktur ini pula, pengumpul data dapat menggunakan beberapa
pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara
mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon
pewawancara.
Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan dinyatakan.
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam
penelitian pendahuluan atau bahkan untuk penelitian lebih mendalam
tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha
mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan
yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti
permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui
secara pasti data apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak
mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias.
Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat
dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat. Kebiasan data ini
akan tergantung pada pewawancara, yang diwawancarai (responden)
dan situasi & kondisi pada saat wawancara.

Kelebihan wawancara
1. Kontak langsung antara interviewer dan interviewee lebih akrab
2. Informasi lebih mendalam
3. Tidak terlalu formal
4. Bisa untuk tuna netra dan buta huruf
Kelemahan wawancara
1. Jumlah responden terbatas
2. Responden grogi menjawab
3. Masalah bahasa
4. Penyesuaian diri dengan responden
Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

Prinsip Penulisan Angket


a. Isi dan tujuan pertanyaan
Yang dimaksud di sini adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan
bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran maka dalam
membuat pertanyaan harus diteliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam
skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel
yang diteliti.
b. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan dengan
kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat
berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dalam bahasa Indonesia.
Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang
pendidikan responden keadaan sosial budaya dan ”frame of reference” dari
responden.
c. Tipe dan bentiuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup dan bentuknya
dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan terbuka adalah
pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya
berbentuk uraian tentang suatu hal. Pertanyaan adalah pertanyaan yang akan
membantu responden untuk menjawab dengan cepat dan juga memudahkan
peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah
terkumpul.
d. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double barreled) sehingga
menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam instrumen angket sebaiknya juga tidak
menanyakan hal-hal yang sekiranya sudah lupa atau pertanyaan yang
memerlukan jawaban dengan berpikir berat.
f. Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang
baik saja atau ke yang buruk saja.
g. Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak,
sehingga memerlukan instrumen yang banyak maka instrumen tersebut
dibuat bervariasi dalam penambilan, model skala pengukuran yang
digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan
yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan.
h. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket dimulai dari yang umum menuju ke hal
yang spesifik atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit atau diacak.
Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi
semangat responden untuk menjawab. Urutan pertanyaan yang diacak perlu
dibuat bila tingkat kematangan responden terhadap masalah yang
ditanyakan sudah tinggi.
i. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu
instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data
yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data
yang valid dan relaibel maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan
kepada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih
dahulu.
j. Penampilan fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang
dibuat di kertas buram akan mendapat respon yang kurang menarik bagi
responden bila dibandingkan dengan angket uang dicetak dalam kertas yang
bagus dan berwarna.

Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
angket. Kalau wawancara dan angket selalu berkomunikasi dengan orang,
maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga obyek-obyek alam yang
lain.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan manjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non
participant observation. Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan
maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak
terstruktur.

1. Observasi Berperan Serta (Participant Observation)


Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa
yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya.
Dengan observasi partisipan ini, maka data yang didapatkan akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat mana dari setiap
perilaku yang nampak.
2. Observasi Nonpartisipan
Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan
aktivitas orang-orang yang sedang diamati maka dalam observasi
nonpasrtisipan peneliti
TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Didalam kegiatan dalam pengolahan data, ada tiga kegiatan, yaitu:
1. Pengklasifikasian data (Editing)
Pengklasifikasian data yaitu menggolongkan aneka ragam jawaban itu ke
dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas. Pengklasifikasian
perangkat kategori itu penyusunannya harus memenuhi bahwa setiap
perangkat kategori dibuat dengan mendasarkan kriterium yang tunggal,
bahwa setiap perangkat kategori harus dibuat lengkap, sehingga tidak ada
satupun jawaban responden yang tidak mendapat tempat, dan kategori
yang satu dengan yang lain harus terpisah secara jelas tidak saling
tumpang tindih. Sebagai contohnya: kelengkapan jawaban, keterbatasan
tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian jawaban, relevansi jawaban,
keseragaman satuan data.
2. Koding
Koding yaitu suatu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden
dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu. Bila analisis
kuantitatif maka kode yang diberikan adalah angka. Bila angka itu berlaku
sebagai skala pengukuran maka disebut dengan skor.
3. Tabulasi
Tabulasi yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data yang akan
menjurus ke analisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel
distribusi frekuensi maupun tabel silang.
Jenis – Jenis Data
Ada beberapa macam jenis data, yaitu:
1. Data Kualitatif 9. Data Interval
2. Data Kuantitatif 10. Data Rasio
3. Data Primer
4. Data Sekunder
5. Data Nominal
6. Data Ordinal
7. Data Seketika
8. Data Urutan waktu
Analisis Data
Ada beberapa analisis data, yaitu:
1. Analisis Deskriptif (non statistik)
Analisis non statistik dilakukan terhadap data kualitatif. Dalam hal ini penelitian
kualitatif mengajak seseorang untuk mempelajari sesuatu masalah yang ingin diteliti
secara mendasar dan mendalam sampai ke akar-akarnya.
Ada 2 macam analisis deskriptif, yaitu:
- Analisis deskriptif kuantitaif (persentase)
Contohnya: Penilaian terhadap Modul A
- Analisis deskriptif kualitatif (Kategori, kriteria atau tolak ukur)

2. Analisis Statistik
Analisis statistik ini berasal dari data kuantitatif. Pada umumnya, statistik dibagi 2
macam, yaitu:
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini lazim dikenal pula dengan istilah Statistik Deduktif,
statistik sederhana dan Descriptive Statistics. Yaitu statistik yang tingkat
pekerjaannnya mencakup cara-cara menghimpun, menyusun atau mengatur,
mengolah, menyajikan, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan
gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa atau
keadaan. Dengan kata lain, statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas
mengorganisasi dan menganalis data angka, agar dapat memberikan gambaran secara
teratur, ringkas, dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga
dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.
b. Statistik Inferensial
Statistik inferensial, yang lazim dikenal pula dengan istilah Statistik induktif,
statistik lanjut, statistik mendalam atau Inferensial Statistics, yaitu statistik yang
menyediakan aturan atau cara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam rangka
mencoba menarik kesimpulan yang bersifat umum, dari sekumpulan data yang telah
disusun dan diolah.
Jenis-jenis Uji Statistik
1. Uji Korelasi
Yaitu menetapkan hubungan antara pasangan skor dari sebaran skor yang berbeda dan
ingin mengetahui ada tidaknya hubungan dua pasangan tersebut.
2. Uji Regresi
Penelitian mencoba melibatkan dua variabel atau lebih biasa ditujukan untuk
memperkirakan variabel yang satu atas variabel lainnya sepanjang variable tersebut
ada pertautannya dengan akal sehat

3. Uji Hipotesis
Penerimaan atau penolakan hipotesis nol melalui statistik pengujian t, yaitu satu
variabel acak yang nilainya bergantung pada data sampel.

Penyusunan laporan Hasil Penelitian


Laporan hasil penelitian
Dalam menulis laporan hasil penelitian ada beberapa bagian yang harus dituliskan, yaitu:
Bab I. Pendahuluan
- Latar Belakang Masalah
- Identifikasi masalah
- Pembatasan masalah
- Rumusan masalah
Bab II. Tinjauan Pustaka
Bab III. Metodologi Penelitian
- Variabel Penelitian
- Definisi Operasional Variabel
- Populasi dan sampel
- Waktu dan tempat
- Metode penelitian
-
Bab IV. Hasil Penelitian
- Deskripsi data
- Analisa Data
- Pembahasan
Bab V. Kesimpulan/Saran
TUGAS 3

Soal:
1. Tulis kan populasi dan sampel/subjek penelitian pada setiap judul pada tugas 1.
2. Tuliskan teknik pengumpulan data setiap judul
3. Tuliskan teknik analisa data pada setiap judul

Jawab :
1. Deskriptif : Pemanfaatan dan Pengelolahan Labolatorium Kimia SMA Negeri se-
Kota Palembang Tahun Ajaran 2017/2018.
- Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80).
Populasi dalam penelitian ini adalah SMA Negeri se-Kota Palembang.
- Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
population sampling karena jumlah populasi kurang 100 yang artinya peneliti
dapat menjadikan seluruh populasi menjadi sampel penelitian.
- Teknik Pengumpulan Data
Subjek yang dilibatkan adalah berupa dokumen pengelolaan laboratorium, kepala
laboratorium kimia, guru kimia, laboran kimia, dan siswa. Informasi yang
dikumpulkan dari tiap-tiap subjek adalah isi dokumen pengelolaan laboratorium,
pendapat dan pengalaman kepala laboratorium kimia, guru kimia, laboran kimia,
dan siswa, yang terkait dengan pengelolaan laboratorium kimia di SMA masing-
masing.
Adapun instrumennya adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan
angket. Pedoman observasi digunakan sebagai panduan melakukan observasi
kegiatan laboratorium terhadap laboratorium sekolah yang digunakan sebagai
tempat penelitian. Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan untuk
melakukan wawancara terhadap oknum (informan) yang dilibatkan dalam
penelitian ini: kepala laboratorium kimia, guru kimia, laboran kimia, dan siswa.
Angket digunakan untuk menggali informasi secara tertulis dari informan yang
disebutkan di atas.
- Teknik analisa data
Cara analisis data yang digunakan adalah dengan teknik triangulasi yang terdiri
atas triangulasi sumber informasi dan triangulasi metode serta analisis deskriptif
kualitatif dan interpretatif (Basrowi & Suwandi. 2008; Miles & Huberman, 2007).
Analisis dokumen dilakukan dengan memetakan data dokumen pengelolaan
laboratorium yang diperoleh dari tiap-tiap sekolah. Berdasarkan analisis tersebut,
akan ditemukan kekuatan dan kelemahan pengelolaan laboratorium yang dapat
dijadikan acuan pengembangan pedoman. Analisis hasil observasi dan
wawancara dilakukan secara bersama-sama selama proses pengambilan data dan
diperkuat dengan pembuatan transkrip hasil wawancara. Hasil wawancara akan
dikuatkan dengan melakukan pengecekan kembali informasi oleh informan
(member check). Kridibilitas data ditingkatkan juga dengan cara triangulasi.
Analisis akhir dilakukan dengan teknik interpretatif dengan menimbang seluruh
data/informasi yang berhasil dikumpulkan. Secara umum, analisis data dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut: 1) penyajian data, 2) reduksi data, 3) pemetaan
(display) data, dan 4) interpretasi data (Sugiyono, 2009; Miles & Huberman,
2007).

2. Deskriptif Korelatif : Hubungan Pembelajaran remedial terhadap Hasil Belajar Siswa


Kelas VIII SMP Negeri 1 Palembang
- Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Palembang
- Sampel
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan teknik cluster random
sehingga diperoleh satu kelas yaitu Kelas VIII-A yang diberikan perlakuan.
- Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan tujuan dan data yang diperlukan dalam penelitian, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan wawancara. Tes dan
wawancara digunakan untuk mengukur hasil ketuntasan belajar.
- Tes
Tes yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh infomasi hasil
belajar mengacu pada tes yang digunakan oleh guru dalam memberikan
evaluasi belajar. Rancangan tes dibuat berdasarkan indikator capaian dan
disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan karakteristik siswa.
- Wawancara
- Teknik analisa Uji Coba Tes
a. Pengujian Validitas Instrumen Tes
Menurut Widoyoko (2009 : 128), bahwa Instrumen dikatakan valid apabila
instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur.
Dengan kata lain validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur.
Data yang valid dihasilkan dari instrumen yang valid.
Validasi isi, bahasa dan redaksi kalimat dilakukan oleh validator yaitu dosen
ahli.
Dalam penelitian ini item tes dikatakan valid jika koefisien korelasi variabel
X dan Y yaitu rxy dan item tes dinyatakan tidak valid apabila koefisien
korelasi variabel X dan Y yaitu rxy , dengan db = n dan taraf kepercayaan
95%. Arikunto (2010 : 375- 376)
b. Pengujian Reliabilitas Instrumen Tes
Menurut Widoyoko (2009 : 144), reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan
alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, instrumen tes
dikatakan dapat dipercaya (reliable) jika memberikan hasil yang tetap atau
ajek (konsisten) apabila diteskan berkali-kali.

- Teknik Analisa Data


a. Pengujian Normalitas Data
Kenormalan data merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam analisis
statistik. Pengujian normalitas data ini bertujuan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan software
statistik yaitu SPSS berdasarkan pada statistik uji Lilifor.

Hipotesis yang diuji adalah :


H0 = data tes ketuntasan belajar siswa untuk kelas eksperimen berdistribusi
normal
H1 = data tes ketuntasan belajar siswa untuk kelas eksperimen tidak
berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika , dalam keadaan lain tolak Ho
pada taraf signifikansi α = 5%.
b. Pengujian Hipotesis
Sugiyono (2012:147) menyebutkan bahwa teknik analisis data pada
penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Hipotesis yang diuji adalah :
H0: Tidak ada pengaruh pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar
siswa
H1: Ada pengaruh pengajaran remedial terhadap ketuntasan belajar siswa
Dengan kriteria pengujiannya adalah Terima jika thitung < ttabel dimana
ttabel didapat dari daftar distribusi t dengan dk = n1 + n2 – 2 dengan dalam
keadaan lain Ho ditolak

3. Deskriptif Komparatif : Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri
1 menggunakan Molymod dan Animasi .
- Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X SMA Negeri 1
Palembang
- Sampel
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan teknik cluster random
sehingga diperoleh satu kelas yaitu Kelas X-A dan Kelas X-B yang diberikan
perlakuan.
- Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa metode tes, angket, dan observasi.
- Teknik analisa data
Teknik analisis Instrumen kognitif menggunakan: (1) uji validitas, penentuan
validitas tes menggunakan formula Gregory dan rumus korelasi product moment
formula Pearson. (2) Uji reliabilitas, digunakan rumus Kuder Richardson (KR-
20). (3) Tingkat kesukaran, ditentukan atas banyaknya siswa yang menjawab
benar butir soal dibanding jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes. (4) Daya
pembeda suatu item, ditentukan dari proporsi test kelompok atas yang dapat
menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan dikurangi proporsi test
kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir item tersebut.
4. PTK : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPASMA Negeri 1 Palembang
pada materi Hidrokarbon dengan media Molymod.
- Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X IPA SMP Negeri 1
Palembang
- Sampel
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan teknik cluster random
sehingga diperoleh satu kelas yaitu Kelas X IPA A yang diberikan perlakuan.
- Teknik Pengumpulan Data
Observasi dan Tes
- Teknik analisa data
Teknik Deskriptif Kualitatif dan Teknik Deskriptif Kuantitatif.
Teknik Deskriptif Kualitatif dengan persentase penilaian hasil belajar ranah
kognitif yang dilakukan pada awal dan akhir pada setiap siklus, penilaian hasil
belajar ranah afektif, penilaian ranah psikomotor,serta penilaian angket respon
siswa

5. Penelitian Eksperimen : Pengaruh Kegiatan Praktikum terhadap Hasil Belajar Siswa


Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Palembang pada materi Asam Basa .
- Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Palembang
- Sampel
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan teknik cluster random
sehingga diperoleh satu kelas yaitu Kelas XI IPA A dan Kelas XI IPA B yang
diberikan perlakuan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi
eksperimen.
Quasi Eksperimen atau eksperimen semu merupakan eksperimen yang tidak
memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap variabel dan
kondisi eksperimen.
- Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan hasil tes formatif (
hasil ulangan harian siswa) pada materi Asam Basa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol setelah diberi perlakuan.
- Teknik analisa data
 Uji Normalitas
 Uji Homogenitas
 Validitas
 Realibilitas
6. Penelitian Ex-post facto : Pengaruh cara belajar dan fasilitas belajar terhadap Prestasi
Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Palembang
- Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X SMA Negeri 1
Palembang
- Sampel
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik proporsional random sampling dengan cara undian, yang artinya dari
masing-masing kelas atas dasar proporsi diambil sejumlah siswa sebagai sampel
secara acak tanpa pandang bulu, sehingga masing-masing siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.
Maka didapatkan sampel sejumlah 20 % dari populasi yaitu 20 % dari jumlah
siswa Kelas X SMA Negeri 1 Palembang.
- Teknik Pengumpulan Data
Masalah dapat dipecahkan secara tuntas apabila penelitian memiliki data yang
valid dan reliabel, untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, perlu
digunakan suatu teknik pengumpulan data yang tetap atau sahih dan andal. Hal
ini merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu
penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik angket dan dokumentasi.

1. Angket
Metode angket atau kuesioner merupakan metode untuk memperoleh data
dengan cara memberikan pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar yang
harus dijawab secara tertulis oleh subyek penelitian atau responden. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 128) yang menyatakan
bahwa “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui.”
Sanapiah Faisal (2002: 122) menyebutkan “Angket adalah sebagai suatu alat
pengumpulan data berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan
kepada subyek/ responden penelitian dan disebarkan untuk mendapatkan
informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang”. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mendapatkan data variabel bebas, yaitu cara
belajar siswa dan fasilitas belajar siswa. Kuesioner atau angket dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan sudut pandang yang
digunakan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128), jenis-jenis angket yang digunakan
untuk mengumpulkan data berdasarkan sudut pandangan yaitu :
1. Dipandang dari cara menjawab :
a. Kuesioner terbuka ,
b. Kuesioner tertutup,
2. Dipandang dari jawaban yang diberikan :
a. Kuesioner langsung,
b. Kuesioner tidak langsung,
3. Dipandang dari bentuknya :
a. Kuesioner pilihan ganda (sama dengan kuesioner tertutup)
b. Kuesioner isian (sama dengan kuesioner terbuka)
c. Check list,
d. Rating scale (skala bertingkat)
Dari macam-macam angket tersebut, maka dalam penelitian ini untuk
mendapatkan data yang sesuai dengan variabel cara belajar siswa dan
fasilitas belajar siswa digunakan jenis angket tertutup, langsung dan
berbentuk miring.
Jenis angket tertutup merupakan angket yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih. Angket langsung adalah angket yang
responden harus menjawab tentang dirinya. Dalam penelitian ini peneliti
merumuskan sejumlah pertanyaan dengan sudah disertai alternatif jawaban,
sehingga responden diberi kesempatan untuk memilih salah satu jawaban
yang sesuai dengan data yang diperlukan.
Dalam penyusunan angket, sebaiknya mengikuti langkah-langkah dalam
penyusunan angket yang benar. Langkah-langkah penyusunan angket
menurut
Masri Singarimbun (1995: 30) adalah sebagai berikut :
1. Menyusun matriks spesifikasi data
2. Menyusun angket
3. Try out (uji coba) angket
4. Revisi angket
5. Memperbanyak angket
2. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002: 135) mengemukakan bahwa “Metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya”.
Dalam teknik dokumentasi ini, data yang dikumpulkan adalah data prestasi
belajar mata pelajaran teknologi informasi komunikasi berupa nilai mid
semester genap yang diperoleh siswa kelas X SMA Negeri 3 Boyolali tahun
pelajaran 2008/2009.

- Teknik analisa data


Data yang telah terkumpul, kemudian dianalisis dalam rangka untuk menguji
kebenaran hipotesis dan juga untuk memperoleh kesimpulan. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier ganda.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 264) “Regresi ganda (multiple regression)
adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih dari satu variabel
bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat”.
Tugas pokok analisis regresi menurut Sutrisno Hadi (2002: 2) adalah sebagai
berikut :
1. Mencari korelasi antara kriterium dengan prediktor.
2. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak.
3. Mencari persamaan garis regresinya.
4. Menemukan sumbangan relatif antara sesama prediktor, jika prediktornya lebih
satu.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis
regresi adalah sebagai berikut :
1. Menyusun tabulasi data cara belajar siswa, fasilitas belajar dan prestasi belajar
mata pelajaran teknologi informasi komunikasi siswa.
2. Uji persyaratan
- Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas data adalah dengan menggunakan rumus Chi
Kuadrat.
- Uji Linearitas
Uji linearitas variabel X1 terhadap Y, dan X2 terhadap Y adalah untuk
mengetahui tingkat kelinearan data atau mengetahui bahwa setiap
peningkatan variabel X juga diikuti peningkatan variabel Y dengan
menetapkan harga – harga.

7. Penelitian Pengembangan: Pengembangan E-Module Kimia Kelas XI SMA Negeri 1


Palembang pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
- Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Palembang.
- Sampel
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan teknik cluster random
sehingga diperoleh satu kelas yaitu Kelas XI IPA 1 yang diberikan perlakuan.
- Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah pengisian angket untuk
siswa dan guru yang jenis nya tertutup.
- Teknik analisa data
Teknik Analisa dengan Analisa Deskriptif . Teknik ini digunakan untuk melihat
persentase tanggapan/respon guru.
PERTEMUAN KE-8
UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Tuliskan judul penelitian yang mengungkapkan keinginan seorang dosen dari


Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unsri untuk meneliti sejauh mana pengaruh peneraan
suatu metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa jenjang SMA di Kota Palembang!
Jawab :
Pengaruh Penerapan Metode Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Materi Koloid
Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Palembang.

2. Apa hakikat masalah Penelitian? Rumuskan 3 masalah penelitian yang


berhubungan dengan judul penelitian yang berhubungan dengan judul penelitian pada soal
nomor 1.
Jawab :
Hakikat masalah penelitian :
Penelitian adalah mencari jawaban atas masalah yang diajukan
Masalah adalah persoalan yang menuntut adanya jawaban yang tepat dan akurat.
Masalah adalah :
- Kesenjangan antara yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan
- Kesenjangan antara yang dilaksanakan dengan yang direncanakan
- Kesenjangan antara kenyataan dengan harapan
- Kesenjangan dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif
Kesimpulannya: munculnya masalah penelitian didasarkan atas fakta empirik yang
ada atau yang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu perlu analisis atau kajian data, fenomena,
fakta yang ada di lapangan, kemudian membandingkannya dengan harapan, keinginan,
kebutuhan, berdasakan rencana, konsep, prinsip, aturan dan sistem yang berlaku.
Rumusan Masalah dari judul penelitian tersebut :
a. Adakah pengaruh penerapan metode Talking Stick terhadap hasil belajar pada
materi Koloid Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Palembang?
b. Bagaimana penerapan Metode Talking Stick pada materi Koloid pada siswa
Kelas XI SMA Negeri 1 Palembang?
c. Adakah kendala dalam menerapkan metode Talking Stick yang mempengaruhi
hasil belajar siswa?
3. Apakah hubungan antara masalah,tujuan,dan manfaat penelitian secara
umum? Apakah setiap penelitian harus mempunyai tujuan dan manfaat penelitian ? Coba
tuliskan masing masing 3 tujuan dan manfaat penelitian dari judul penelitian yang terdapat
pada soal nomor 1!
Jawab :
Hubungan antara masalah, tujuan dan manfaat penelitian diuraikan sebagai berikut:
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa
yang benar-benar terjadi. Masalah yang dipilih harus menarik bagi peneliti, dengan demikian
walaupun dalam pelaksanaan penelitian didapati hambatan atau rintangan-rintangan peneliti
akan terus berusaha menyelesaikan penelitiannya.
Farenkel dan Wailen mengemukakan bahwa masalah penelitian yang baik adalah :
1. Masalah harus feasible, dalam arti masalah tersebut harus dapat dicarikan
jawabannya melalui sumber yang jelas.
2. Masalahnya harus jelas.
3. Masalahnya harus signifikan.
4. Masalah bersifat etis.
Setiap penelitian harus mempunyai tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan penelitian
ini adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan. Tujuan penelitian harus konsisten dengan rumuan masalah.
Setelah tujuan penelitian ditetapkan maka langkah berikutnya adalah mengemukakan manfaat
yang dapat dipetik dari penelitian.
Tujuan Penelitian berdasarkan judul di atas :
1. Mengetahui adakah pengaruh penerapan metode Talking Stick yang
siginifikan yang mempengaruhi hasil belajar siswa?
2. Mendeskripsikan penerapan menerapkan Metode Talking Stick pada materi
Koloid.
3. Mengetahui adakah kendala dalam menerapkan Metode Talking Stick pada
materi Koloid?
Manfaat Penelitian berdasarkan judul di atas :
1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh penerapan
metode Talking Stick terhadap hasil belajar siswa .
2. Bagi guru, sebagai masukan dalam menerapkan Metode Talking Stick pada
materi Koloid.
3. Bagi siswa, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.

4. Apakah setiap penelitian harus ada tinjauan pustaka? Paparkan beberapa


tinjauan pustaka sesuai dengan permasalahan penelitian seperti pada nomor 2!
Jawab :
YA. Dalam tinjauan pustaka, seorang peneliti mengungkapkan beberapa hasil temuan
penelitian sebelumnya, yang memiliki kaitan erat dengan penelitian yang akan dilakukan.
Setidaknya ada lima kegunaan tinjauan pustaka dalam sebuah penelitian. Satu persatu
kegunaan tinjauan pustaka tersebut dibahas berikut ini.
Pertama: Mengkaji akar permasalahan. Pengkajian terhadap akar permasalahan secara
kronologis sejak permasalahan tersebut timbul sampai pada keadaan yang dilihat kini akan
memberi gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan materi permasalahan. Gambaran
kronologis atas penelitian sebelumnya akan membantu memberi gambaran tentang apa yang
telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dalam permasalahan tersebut.
Kedua: Membantu pemilihan prosedur penelitian. Ketika peneliti merancang prosedur
penelitian (biasanya di BAB III), prosedur dari penelitian sebelumnya akan sangat membantu
dalam meneliti permasalahan yang hampir serupa. Dengan mengetahui kelebihan dan
kelemahan prosedur-prosedur tersebut, kemudian dapat dipilih, diadakan penyesuaian, dan
dirancang suatu prosedur yang cocok untuk penelitian yang dihadapi.
Ketiga: Mendalami landasan teori. Sebuah penelitian haruslah berada pada konteks
ilmu pengetahuan atau teori yang ada. Pengenalan teori-teori yang tercakup dalam bidang
atau area permasalahan pada penelitian terkait sebelumnya, diperlukan untuk merumuskan
landasan teori sebagai basis perumusan hipotesa atau keterangan empiris yang diharapkan.
Keempat: Mengkaji kelebihan dan kekurangan. Pembuktian keaslian sebuah
penelitian ini bersumber pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja berupa kenyataan bahwa belum pernah ada penelitian
yang dilakukan dalam permasalahan itu, atau hasil penelitian yang pernah ada belum mantap
atau masih mengandung kesalahan atau kekurangan dalam beberapa hal dan perlu diulangi
atau dilengkapi.
Kelima: Menghindari plagiasi dan duplikasi. Sangat jelas maksudnya. Meski sulit
terjadi karena peluang adanya perbedaan sangat luas, namun laporan penelitian tidak semua
berada dalam jangkauan kita. Tinjauan pustaka, berkaitan dengan hal ini, berguna untuk
membeberkan seluruh pengetahuan yang ada sampai saat ini berkaitan dengan permasalahan
yang dihadapi.
Kajian Pustaka dari Judul diatas :
1. Metode Talking Stick
1.1 Pengertian Metode Talking Stick
Metode Talking Stick merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Disamping
itu, hendaknya guru membelajarkan siswa memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif,
efektif, interaktif, dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep mudah dipahami dan
bertahan lama dalam struktur kognitif siswa.
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan
pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Talking Stick (tongkat berbicara) telah
digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku Indian sebagai alat menyimak secara
adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk
memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai
berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat. Tongkat akan pindah ke
orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat
berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin
mengemukakan pendapatnya. Apabila semua sudah mendapatkan giliran berbicara, tongkat
itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.

Menurut Kagan (2000:1), belajar kooperatif adalah suatu istilah yang digunakan
dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana siswa belajar bersama-sama dalam
kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan berbagai masalah. Setiap siswa tidak hanya
menyelesaikan tugas individunya, tetapi juga berkewajiban membantu tugas teman
kelompoknya, sampai semua anggota kelompok memahami suatu konsep. Sedangkan
menurut Johnson & Johnson dalam Kagan (2000:1) model pembelajaran kooperatif adalah
strategi belajar yang menggunakan kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok dengan siswa
dari tingkat kemampuan berbeda, menggunakan aktivitas belajar yang bervariasi untuk
meningkatkan pemahaman mereka terhadqap suatu konsep.
Model Pembelajaran Talking Stick ini adalah sebuah Model Pembelajaran yang
dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan
bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah dan keharus paks
aan sepanjang tidak merugikan bagi peserta didik dengan maksud untuk menumbuhkan dan
mengembangkan rasa percaya diri.

2. Hasil Belajar
2.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa
menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang
dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk
angka.

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga
menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis
perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian
kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-


bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi
masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil
belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS
yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan
(C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif
adalah tes.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas
tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono,
dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai
berikut:
- Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

- Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
3. Koloid
3.1 Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid
berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).Contoh : Mayones dan cat, mayones adalah
campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat
cair.Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari
sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik
padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Sistem koloid sangat berkaitan
erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem
koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai
jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. Karena sistem
koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih
mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri
kita.Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah
setelah waktu tertentu).

3.2 Sifat Koloid


a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana
jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar
ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit
berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat
jika ada sinar masuk melalui celah.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus
menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena
gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
c. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat
adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya
muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-
partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH– dalam larutan sehingga akan bermuatan –
dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.

5. Tuliskan 3 hipotesis sesuai dengan masalah penelitian pada nomor 2. Apa


fungsi hipotesis 0 dalam penelitian? Ubah hipotesis anda menjadi hipotesis nol dan hipotesis
alternatif.
Jawab :
1. Hipotesis : Terdapat pengaruh penerapan Talking Stick terhadap hasil belajar
siswa pada materi Koloid
2. Hipotesis : Penerapan metode Talking Stick mempengaruhi hasil belajar siswa
pada materi Koloid
3. Hipotesis : Terdapat Kendala dalam menerapkan metode Talking Stick pada
materi Koloid

Fungsi Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam rumusan hipotesis,
yang diuji adalah ketidakbenaran variabel (X) mempengaruhi (Y).
H0 : Tidak terdapat pengaruh penerapan metode Talking Stick terhadap hasil belajar
siswa pada materi koloid.
H1: Terdapat pengaruh penerapan metode Talking Stick terhadap hasil belajar siswa
pada materi koloid.

6. Mengapa variabel penelitian harus ada dalam suatu penelitian? Apakah


mungkin suatu penelitian hanya terdiri dari satu variabel saja? Tuliskan variabel penelitian
sesuai dengan masalah penelitian pada soal nomor 2!
Jawab :
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi tersebut ialah bahwa dalam penelitian
terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu variabel, sehingga variabel merupakan
fenomena yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk diobservasi atau diukur . Tidak
mungkin ada penelitian tanpa variabel penelitian.
Mungkin jika penelitian hanya terdiri dari satu variabel saja , contoh Penelitian
Deskriptif. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan
kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap
peristiwa tersebut
Variabel bebas : Metode Talking Stick
Variabel terikat : Hasil Belajar Siswa pada materi Koloid

7. Kenapa sampel harus representatif? Sebutkan dan jelaskan minimal 5 cara


melakukan sampling !
Jawab:
Karena Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili). (Sugiyono, 2009:62). Bila sampel tidak representatif, maka resiko
yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau
membuat kesimpulan yang salah.
Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki popolasi atau yang representatif artinya
yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal tetapi
walapun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi.
Cara melakukan sampling :
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan No probability
Sampling
1. Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi:
2. Simple Random Sampling
Dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
3. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunya anggota/unsur yang tidak homogen
dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar
belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata.
4. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan dalam bentuk jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi
kurang proporsional.
5. Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data yang sangat luas, misal penduduk dari suatu Negara, Propinsi atau
Kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

2. No probability Sampling
Noprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik sampel ini meliputi:
1. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari
100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan
dari bilangan tertentu.
2. Sampling Kuota
Sampling kuoto adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunya ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan. Sebagai contoh akan melakukan
penelitian tentang pendapat masyarakat dalam urusan izin mendirikan bangunan. Jumlah
sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500
orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota
yang ditentukan
3. Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, atau penelitian tentang
kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik.
Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang
tidak melakukan generalisasi.
5. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang
dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
6. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Ibarat bola salju yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya.
(Sugiyono, 2009:63-68)

8. Apakah ada penelitian tanpa instrumen? Kenapa instrumen harus valid dan
reliable? Dalam penelitian pada nomor 1 , instrumen apa yang digunakan ?
Jawab :
Tidak ada penelitian tanpa instrumen.Instrumen penelitian adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
Tanpa instrumen, peneliti dianggap gagal dalam penelitian ilimiah karena tidak
mungkin mendapatkan data yang akurat tanpa adanya instrumen penelitian. Penelituan
membutuhkan data empiris, dan data tersebut hanya didapat dengan penggunaan instrumen
dan teknik pengumpulan data yang tepat.
Instrumen yang valid berarti instrumen mampu mengukur tentang apa yang diukur.
Instrumen yang memenuhi persyaratan reliabilitas (handal), berarti instrumen menghasilkan
ukuran yang konsisten walaupun instrumen tersebut digunakan mengukur berkali-kali.
Instrumen harus Valid dan Reliable karena n syarat mutlak untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid dan reliabel. Namun, hal ini masih dipengaruhi oleh kondisi objek yang
diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.
Selain memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas, instrumen hendaknya memenuhi
persyaratan kepraktisan. Artinya instrumen tersebut praktis untuk dilaksanakan, ringkas,
mudah dimengerti, dan hemat biaya.
Instrumen dalam penelitian ini merupakan tes objektif berupa soal-soal.

9. Dalam penelitian pada nomor 1 , apakah di gunakan uji Statistik? Uji statistik
apa? Jelaskan !
Jawab :
Ya. Uji statistik yang digunakan adalah pada Teknik Pengumpulan Data digunakan
Uji Validitas Tes dan Reliabilitas Tes ,untuk menguji tingkat validitas test digunakan uji yang
dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan korelasi product moment. Untuk menguji
reliabilitas tes menggunakan rumus KR 20 (Kuder Richardson).
Pada Teknik Analisa data digunakan :
- Uji Normalitas Data : Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan
adalah uji liliefors (Sudjana, 2005 : 466).
- Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas varians data dilakukan setelah kedua sampel diberikan
perlakuan. Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh informasi apakah kedua sampel dalam
penelitian ini memiliki varians homogen atau tidak. Pengujian homogenitas menggunakan uji
F (varians terbesar dibagi dengan varians terkecil).
- Pengujian Hipotesis : Dalam penelitian ini, digunakan uji kesamaan dua rata-
rata. Pengujian dimaksudkan untuk melihat apakah sampel kelas eksperimen dan kelas
kontrol memperlihatkan hasil yang berbeda. Statistik hipotesis yang akan diuji dirumuskan
sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh penerapan metode Talking Stick dan pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi koloid.
H1: Terdapat pengaruh penerapan metode Talking Stick dan pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi koloid.
Sedangkan statistik uji yang digunakan adalah statistik uji t-test polled varian
- Uji Homogenitas Varians Populasi : Uji ini dimaksudkan untuk melihat
kemampuan, karakteristik kedua kelas pada materi koloid.Pengujian ini menggunakan uji
Barlett
- Uji Kesamaan Dua : Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah
kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau/tidak.

10. Sampai sejauh mana batas-batas generalisasi yang harus dilakukan oleh
seorang peneliti dalam penelitiannya? Apakah penelitian pada soal nomor 1 perlu
generalisasi?
Jawab :
Peneliti melakukan generalisasi atau kesimpulan sampel diberlakukan di populasi
dimana sampel tersebut diambil. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi
dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu
populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode
estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri
dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya
yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam
penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”.
Pada judul nomor 1 , teknik pengambilan data sampel dengan purposive sampling.
Purposive sampling yaitu suatu pengambilan sampel yang memiliki karakteristik yang
homogen antara kedua kelas yang akan diteliti.
JURNAL BAHASA INDONESIA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN


SAINTIFIK PADA MATERI LAJU REAKSI

Murni Ariyanti*, Nina Kadaritna, Emmawaty Sofya


FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1

*Corresponding author, tel/fax : 085768092367, email:


murni_ariyanti@y7mail.com

Abstract : Development of Student Worksheets Base on Scientific Approach on


Reaction Rate. This research purposes were to : (1) develop student worksheets
base on scientific approach on reaction rate; (2) describe characteristic of student
worksheets that developed; (3) describe teacher’s response to student worksheets
that developed; (4) describe studens’ response to student worksheets that
developed. The research method was method of research and development by
Sugiyono (2013) and the research subject was student worksheets base on
scientific approach on rate reaction. The validation result was obtained
percentage on aspects in suitability of content, readability, and construction were
94.54 %; 96 %; and 96 %, respectively. The teacher’s response result was
obtained on aspects in suitability of content, readability, and attractiveness were
90.90 %; 92 %; and 96 %, respectively. The results of students’ response to
readability and attractiveness were 84.27 % and 80.20 %, respectively.

Keywords: student worksheets, scientific approach, reaction rate

Abstrak : Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Saintifik


pada Materi Laju Reaksi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan
Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis pendekatan saintifik pada materi laju reaksi;
(2) mendeskripsikan karakteristik LKS yang dikembangkan; (3) mendeskripsikan
tanggapan guru terhadap LKS yang dikembangkan; dan (4) mendeskripsikan
tanggapan siswa terhadap LKS yang dikembangkan. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian dan pengembangan dari Sugiyono (2013) dengan
subyek penelitian adalah LKS berbasis pendekatan saintifik. Berdasarkan hasil
validasi ahli diperoleh presentase penilaian validator pada aspek kesesuaian isi,
keterbacaan, dan kemenarikan sebesar 94,54%; 96,00%; dan 96,00%. Hasil
tanggapan guru pada aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan kemenarikan sebesar
90,90%; 92,00%; dan 96,00%. Hasil tanggapan siswa terhadap keterbacaan dan
kemenarikan yaitu 84,27% dan 80,20%.

Kata kunci : LKS, pendekatan saintifik, laju reaksi

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara masalah adalah sumber daya anusia
yang memiliki kekayaan alam yang (SDM) Indonesia. SDM Indonesia
luar biasa. Namun yang menjadi belum dapat mengolah sumber daya
alam (SDA) dengan maksimal. Hal masa depan. Kurikulum 2013 bertu-
ini tentu dikarenakan SDM yang juan untuk mempersiapkan manusia
kurang kreatif dan inovatif dalam Indonesia agar memiliki kemampuan
memanfaatkan SDA yang luar biasa hidup sebagai pribadi dan warga
itu. negara yang beriman, produktif,
Oleh sebab itu tantangan besar kreatif, inovatif, dan afektif serta
yang dihadapi Indonesia yaitu mengu- mampu berkontribusi pada kehidupan
payakan agar sumber daya manusia bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
memiliki kompetensi dan keterampil- dan kemajuan peradaban dunia.
an agar tidak menjadi beban. Ke- Pendekatan yang merujuk pada
majuan suatu bangsa diberbagai kurikulum 2013 salah satunya adalah
bidang berbanding lurus dengan ke- pendekatan saintifik (scientific
majuan pendidikannya. Maka, untuk approach). Langkah-langkah pembe-
mencapai SDM yang kreatif dan lajaran menggunakan pendekatan
inovatif dapat diperoleh melalui peng- saintifik yaitu mengamati (observing),
optimalan SDM dari segi pendi- menanya (questioning), mengum-
dikannya. pulkan informasi/mencoba (experi-
Pendidikan memiliki peran yang menting), menalar (associating), dan
sangat penting, hal ini sesuai dengan mengkomunikasikan (communicat-
UU No 20 Tahun 2003 tentang ing) (Tim Penyusun, 2014). Secara
Sistem Pendidikan Nasional pada menyeluruh langkah-langkah tersebut
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa akan mendorong dan menginspirasi
pendidikan nasional berfungsi me- siswa berpikir secara kritis, analistis,
ngembangkan kemampuan dan mem- tepat serta mendorong dan meng-
bentuk karakter serta peradaban bang- inspirasi siswa mampu berpikir hipo-
sa yang bermartabat dalam rangka tetik dan mampu memahami, mene-
mencerdaskan kehidupan. Maka dari rapkan, dan mengembangkan pola
itu, Indonesia sebagai negara yang berpikir yang rasional dan objektif
selalu berupaya memperbaiki kualitas dalam merespon materi pembelajaran
pendidikan masyarakatnya, terus- (Tim Penyusun, 2013).
menerus melakukan pembenahan Pembelajaran kimia secara umum
dalam bidang pendidikan, meskipun ditekankan pada pengamatan lang-
demikian pemerintah secara menye- sung atau pengembangan kompetensi
luruh belum mampu mengatasi per- diri peserta didik agar dapat melihat
masalahan pendidikan di Indonesia. dan mengamati sendiri keadaan alam
Maka salah satu upaya pemerintah sekitar. Sehingga pengetahuan kimia
untuk mengatasi hal tersebut yaitu yang diperoleh akan terlihat lebih
dengan melakukan perubahan kuri- bermakna. Hal ini disebabkan karena
kulum. Perubahan kurikulum yang pembelajaran kimia itu seharusnya
terakhir dilakukan yaitu Kurikulum dimulai dengan mengamati suatu
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) objek dapat berupa gambar, video,
menjadi Kurikulum 2013. atau fenomena. Sehingga siswa akan
Kurikulum 2013 dikembangkan timbul keingintahuannya tentang
berdasarkan budaya bangsa Indonesia objek yang diamati, kemudian akan
yang beragam, diarahkan untuk mem- muncul pertanyaan. Dengan rasa ke-
bangun kehidupan masa kini, dan ingintahuan tersebut, maka siswa
untuk membangun dasar bagi ke- akan mencari tahu, yaitu dapat
hidupan bangsa yang lebih baik di dengan mencari informasi dari
berbagai suber dan dapat dari prak- kegunaan media pembelajaran yaitu
tikum/percobaan. Setelah diperoleh memperjelas penyajian pesan agar
informasi atau data, selanjutnya di- tidak terlalu bersifat verbalistis,
kaitkan setiap informasi tersebut dan mengatasi keterbatasan ruang, waktu
ditalar sehingga muncul suatu jawab- dan daya indera, penggunaan media
an dan disimpulkan. Berdasarkan hal pembelajaran yang tepat dan ber-
tersebut, maka pembelajaran kimia variasi dapat mengatasi sikap pasif
harus mengacu pada prinsip pem- anak didik, memberikan perangsang
belajaran dalam kurikulum 2013, belajar yang sama, menyamakan pe-
salah satunya dengan pendekatan sa- ngalaman, dan menimbulkan persepsi
intifik. Proses pembelajaran dengan yang sama.
pendekatan saintifik diarahkan untuk Salah satu media pembelajaran
“mencari tahu dan melakukan se- sederhana yang dapat dibuat oleh
suatu”, sehingga peserta didik dapat guru adalah LKS. Menurut Abdul
menemukan sendiri pemahaman dan (2012), LKS (student worksheet) ada-
kompetensinya dengan melihat ke- lah lembaran-lembaran berisi tugas
adaan lingkungan sekitarnya. Pende- yang harus dikerjakan oleh peserta
katan saintifik berkaitan erat dengan didik. LKS ini berisi petunjuk lang-
metode saintifik. Metode saintifik kah-langkah yang harus dilakukan
(ilmiah) pada umumnya melibatkan oleh siswa untuk mengerjakan suatu
kegiatan pengamatan atau obervasi tugas, dan berperan membantu siswa
yang dibutuhkan untuk perumusan dalam memadukan aktivitas fisik dan
hipotesis atau pengumpulan data. mental mereka selama proses pem-
Metode ilmiah pada umumnya di- belajaran. Selain itu, LKS juga ber-
landasi dengan pemaparan data yang peran membantu guru dalam menga-
diperoleh melalui pengamatan atau rahkan siswa menemukan konsep-
percobaan. Oleh sebab itu, kegiatan konsep melalui aktivitasnya sendiri.
percobaan dapat diganti dengan ke- Dengan adanya LKS diharapkan
giatan memperoleh informasi dari siswa dapat melaksanakan kegiatan
berbagai sumber (Sani, 2014). pembelajaran dan menuangkan ide-
Untuk menerapkan proses pem- ide kreatifnya baik secara perorangan
belajaran dengan pendekatan saintifik maupun kelompok, mampu berpikir
guru seharusnya membuat suatu me- kritis dan menjalin kerjasama yang
dia pembelajaran yang menuntut baik dengan anggota kelompok.
siswa untuk aktif. Media pengajaran Sementara itu, LKS menurut Trianto
diartikan sebagai segala sesuatu yang (2009) adalah panduan yang diguna-
dapat digunakan untuk menyalurkan kan untuk melakukan kegiata penye-
pesan atau isi pelajaran, merangsang lidikan atau pemecahan masalah”.
pikiran, perasaan, perhatian dan ke- Terdapat beberapa jenis LKS
mampuan siswa, sehingga dapat menurut fungsinya, diantaranya yaitu:
mendorong proses belajar-mengajar (a) LKS yang membantu siswa me-
(Ibrahim dan Syaodih, 2010). Menu- nemukan suatu konsep, (b) LKS yang
rut Arsyad (2011) fungsi utama media membantu siswa menerapkan dan
pembelajaran adalah sebagai alat ban- mengintegrasikan suatu konsep yang
tu mengajar yang turut mempengaruhi telah ditemukan, (c) LKS yang ber-
iklim, kondisi, dan lingkungan belajar fungsi sebagai penuntun belajar, (d)
yang ditata dan diciptakan oleh guru. LKS yang berfungsi sebagai penguat-
Menurut Sadiman (2011), kegunaan- an, dan (e) LKS yang berfungsi
sebagai petunjuk praktikum (Rohman N 1 Kotabumi, SMA N 3 Kotabumi,
dan Sofyan, 2013). SMA Jayabaya, SMA Kemala
Penggunaan media LKS ini di- Bhayangkari, SMA N 1 Abung Se-
harapkan dapat memberikan manfaat latan, dan SMA Prima, diperoleh
dalam proses pembelajaran, hal ini hasil bahwa 100% guru belum ada
seperti yang dikemukakan oleh yang menggunakan LKS dalam pro-
Arsyad (2005) antara lain yaitu : 1) ses pembelajaran materi Laju Reaksi
memperjelas penyajian pesan dan meskipun guru-guru menyatakan
informasi sehingga proses belajar sudah menerapkan kurikulum 2013.
semakin lancar dan meningkatkan Mereka hanya menggunakan buku
hasil belajar. 2) meningkatkan motiv- paket yang sudah dipastikan berbasis
asi siswa dengan mengarahkan per- kurikulum 2013, tetapi 43,59% siswa
hatian siswa sehingga memungkinkan menyatakan bahwa masih guru yang
siswa belajar sendiri-sendiri sesuai dominan menyampaikan materi
kemampuan dan minatnya. 3) peng- dengan metode ceramah, dan hanya
gunaan media dapat mengatasi keter- 23,08% siswa yang menyatakan guru
batasan indera, ruang, dan waktu. 4) menggunakan metode eksperimen
Siswa akan mendapatkan pengalaman yang disertai diskusi, dan sisanya
yang sama mengenai suatu peristiwa 33,33% siswa menyatakan guru
dan memungkinkan terjadinya inter- menggunakan metode diskusi dalam
aksi langsung dengan lingkungan menyampaikan materi laju reaksi.
sekitar. Tidak hanya itu melalui LKS, Meskipun demikian, pembelajaran
diharapkan siswa dapat termotivasi yang berlangsung belum membuat
dalam mempelajari konsep-konsep siswa aktif menemukan konsep sen-
kimia diri. Jadi, kurikulum 2013 di enam
Dalam hal ini, LKS yang se- SMA Kotabumi yang dipilih secara
harusnya dibuat oleh guru bidang acak ini belum ada yang sepenuhnya
studi kimia salah satunya dapat ber- menerapkan kurikulum 2013 dan
basis pendekatan saintifik. Namun, belum ada guru yang membuat LKS.
pada kenyataannya belum banyak Oleh karena itu, 100% guru menyata-
guru yang menggunakan LKS dalam kan perlu dikembangkan LKS yang
pembelajaran materi laju reaksi se- merujuk pada kurikulum 2013 seperti
lama kurikulum 2013 ini diterapkan. yang berbasis pendekatan saintifik.
Meskipun sudah mulai menggunakan Dengan adanya instrumen LKS ber-
krikulum 2013, guru-guru masih ku- basis pendekatan saintifik dalam pro-
rang memperhatikan pendekatan sain- ses pembelajaran kimia, maka siswa
tifik dalam penyampaian materi kimia diharapkan mampu mengeksplorasi
dan masih dominan menerapkan me- diri, aktif mencari tahu informasi dari
tode ceramah yang dianggap mudah. berbagai sumber belajar, sehingga
Selain itu, kendala guru yang terbesar mengembangkan pola berpikir yang
belum terlalu memahami kurikulum rasional dan objektif dalam merespon
2013, dan menganggap kurikulum materi pembelajaran.
2013 sulit diterapkan. Berdasarkan hasil penelitian
Fakta tersebut diperkuat dengan Habibi (2014) penggunakan LKS
hasil analisis terhadap beberapa siswa dengan Pendekatan Keterampilan
dan guru kimia SMA di Kotabumi Proses, diperoleh peningkatan hasil
pada tahap pendahuluan. Dari enam belajar siswa dari 8,3% pada hasil
SMA di Kotabumi di antaranya SMA pretes menjadi 83,3% pada hasil
postes dan secara statistika terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata- saintifik pada materi laju
rata nilai pretes dan postes. Pengem- reaksi. Lokasi penelitian pada
bangan LKS berbasis pendekatan penelitian ini adalah di enam
saintifik sudah mulai dikembangkan SMA di Kabupaten Lampung
juga pada beberapa materi kimia, Utara pada tahap studi lapangan
diantaranya kelarutan dan hasil kali dan di SMA Negeri 3 Kotabumi
kelarutan oleh Saradima (2014) dan pada tahap uji coba terbatas.
materi zat aditif dan psikotropika oleh Sumber data pada
Natauly (2014) yang memiliki hasil pengembang-an ini berasal dari
tanggapan siswa dan guru terhadap tahap studi pen-dahuluan,
aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan validasi ahli, dan tahap uji coba
kemenarikan sangat tinggi. terbatas. Pada tahap studi pen-
Pada materi laju reaksi, siswa dahuluan, data diperoleh dari
dapat diajak untuk mengamati feno- wawan-cara dengan enam guru
mena laju reaksi dalam kehidupan kimia kelas XI dan 30 siswa
sehari-hari, dengan demikian siswa mengenai pembe-lajaran kimia
akan terpacu untuk berpikir kreatif khususnya pada materi laju
dan mendapat banyak pengalaman reaksi yang dilakukan pada
secara langsung dalam mempelajari enam SMA di Kabupaten
materi tersebut. Oleh karena itu di- Lampung Utara. Pada tahap
lakukanlah penelitian yang berjudul validasi ahli, data dipeoleh dari
“Pengembangan Lembar Kerja Siswa pengisian angket uji kesesuaian
Berbasis Pendekatan Saintifik pada isi, konstruksi, dan keterbacaan.
Materi Laju Reaksi.” Pada tahap uji coba terbatas,
Penelitian ini bertujuan untuk 1) data diperoleh dari pengisian
Mengembangkan LKS berbasis pen- angket uji kesesuaian isi,
dekatan saintifik pada materi laju kemenarikan, dan keterbacaan
reaksi 2) Mendeskripsikan karakteris- oleh guru kimia dan dari
tik LKS berbasis pendekatan saintifik pengisian angket uji
pada materi laju reaksi hasil keterbacaan, dan kemena-rikan
oleh siswa kelas XI di SMA
Negeri 3 Kotabumi.
Pada tahap studi
pendahuluan terdiri dari studi
pustaka dan studi lapangan.
Kemudian pada tahap pe-
ngembangan produk LKS
berbasis pendekatan saintifik ini
terdiri dari penyusunan produk,
kemudian valid-asi produk.
Setelah itu, melakukan revisi
produk berdasarkan hasil va-
lidasi. Produk LKS hasil revisi
ini selanjutnya di bawa ke SMA
N 3 Kotabumi untuk meminta
tanggapan guru dan siswa,
kemudian melakukan revisi
kembali setelah mendapatkan
masukkan dari guru dan siswa sebagai
penyempurnaan produk. 1. Mengkode dan mengklasifikasi-
Adapun kegiatan dalam teknik kan data, bertujuan untuk menge-
analisis data angket kesesuaian isi, lompokkan jawaban pernyataan
konstruksi, keterbacaan dan kemena- angket.
rikan LKS berbasis pendekatan sain- 2. Melakukan tabulasi data berda-
tifik pada materi laju reaksi dilakukan sarkan klasifikasi yang dibuat,
dengan cara : bertujuan untuk memberikan
gambaran frekuensi dan kecen-
derungan dari setiap jawaban
berdasarkan pernyataan angket dan
banyaknya responden (pengisi
angket).
3. Memberi skor jawaban responden.
Penskoran jawaban responden ber-
dasarkan skala Likert. Skala Likert
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Skala Likert


Pilihan Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (ST) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

4. Mengolah jumlah skor jawaban


responden. Pengolahan jumlah
skor (S) jawaban angket adalah
sebagai berikut: 1). Skor untuk
pernyataan Sangat Setuju (SS).
Skor = 5 x jumlah responden yang
menjawab SS. 2). Skor untuk per-
nyataan Setuju (ST) Skor = 4 x
jumlah responden yang menjawab
ST. 3). Skor untuk pernyataan
Kurang Setuju (KS). Skor = 3 x
jumlah responden yang menjawab
RG. 4). Skor untuk pernyataan
Tidak Setuju (TS).Skor = 2 x jum-
lah responden yang menjawab TS.
5). Skor untuk pernyataan Sangat
Tidak Setuju (STS). Skor = 1 x
jumlah responden yang menjawab
STS.
5. Menghitung persentase skor ja-
waban responden angket pada
setiap pernyataan menggunakan ru- selain itu LKS tersebut belum berba-
mus sebagai berikut: sis kurkulum 2013. Akan tetapi dari
S tampilan cover-nya sudah menarik.
% X in  100% (Sudjana,2005) Berdasarkan studi lapangan, di-
S
maks ketahui bahwa seluruh guru di 6 SMA
Keterangan : di Kabupaten lampung Utara, 100 %
% X in = Persentase skor jawaban guru belum ada yang menggunakan
pernyataan ke-i pada angket LKS dalam proses pembelajaran
LKS berbasis pendekatan materi laju reaksi. Hal ini dikarenakan
saintifik pada materi laju guru-guru belum mendapatkan pela-
reaksi tihan membuat LKS berbasis kuri-
S = Jumlah skor jawaban total  kulum 2013, sehingga guru masih
kesulitan dalam membuat LKS, jadi
Smaks = Skor maksimum yang di- belum ada guru yang membuat LKS
harapkan untuk materi laju reaksi khususnya
6. Menafsirkan persentase skor ja- konsep laju reaksi. Selain itu, biasa-
waban setiap pernyataan dan rata- nya dengan menggunakan kurikulum
rata persentase skor jawaban sebelumnya guru-guru biasa menggu-
setiap angket dengan mengguna- nakan LKS yang sudah tersedia di
kan tafsiran presentase skor ja- pasaran, atau LKS hasil membeli.
waban angket menurut Arikunto Sedangkan di kurikulum 2013 ini
(1997). Tafsiran persentase skor guru dituntut untuk kreatif salah
jawaban angket dapat dilihat pada satunya membuat LKS sendiri sebagai
Tabel 2. media pembelajaran. Walau-pun
demikian, dalam pembelajaran materi
Tabel 2. Tafsiran persentase skor laju reaksi, siswa sudah dipinjamkan
jawaban angket buku cetak yang berbasis kurikulum
2013
Persentase Kriteria
Dalam menyampaikan materi laju
80,1%-100% Sangat tinggi reaksi, hampir sebagian guru meng-
gunakan metode diskusi dan ceramah,
60,1%-80% Tinggi
yaitu masing-masing 35%. Hanya
40,1%-60% Sedang sebagaian kecil guru yang mengguna-
20,1%-40% Rendah kan metode gabungan antara diskusi
dan eksperimen yaitu sebanyak 25%.
0,0%-20% Sangat rendah
Berdasarkan hasil studi lapangan
diperoleh hasil bahwa 33,33% siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN menyatakan bahwa guru mereka
Hasil Studi Pendahuluan menggunakan metode diskusi dalam
Setelah dilakukan studi pustaka menyampaikan materi laju reaksi.
didapatkan analisis KI dan KD, 43,59% siswa menyatakan metode
analisis konsep, silabus, dan RPP. yang di gunakan oleh guru mereka
Hasil analisis terhadap LKS di adalah ceramah, dan 23,08% siswa
pasaran, dari segi konstruksi belum menyatakan guru mereka menggu-
mengarahkan siswa untuk memba- nakan metode eksperimen yang di-
ngun konsep sendiri, kemudian ber- sertai dengan diskusi
dasarkan tampilan LKS tersebut Melihat kondisi lapangan ter-
masih hitam putih belum berwarna, sebut, maka dilakukanlah pengem-
bangan Lembar Kerja Siswa berbais Pada bagian pendahuluan yaitu
pendekatan saintifik pada materi laju bagian lembar KI-KD, lembar indi-
reaksi. kator, dan petunjuk penggunaan LKS
ditulis sesuai dengan penulisan baha-
Pengembangan produk LKS sa indonesia EYD, dan tetap dibuat
Dalam pengembangan produk agar tetap menarik walaupun hanya
LKS berbasis pendekatan saintifik sebuah lembar KI-KD, lembar indi-
diperoleh hasil dari dua Kegiatanan kator, dan petunjuk penggunaan LKS.
yaitu penyusunan produk LKS dan Pada petunjuk penggunaan LKS di-
validasi ahli desain agar siswa mengetahui dengan
1. Penyusunan LKS jelas bagaimana cara menggunakan
Menurut Sungkono (2009), ka- LKS ini.
rakteristik LKS diantaranya yaitu Berdasarkan pendekatan yang di-
merupakan kegiatan-kegiatan yang gunakan, yaitu pendekatan saintifik,
harus dilakukan siswa, Memiliki maka kegiatan dalam pembelajaran-
komponen-komponen seperti kata pe- nya sesuai dengan kemendikbud 2013
ngantar, pendahuluan, daftar isi, cover adalah 1) mengamati, 2) menanya, 3)
dan daftar pustaka. Penyesuaian mengumpulkan informasi, 4) mena-
karakteristik LKS tersebut dengan lar, dan 5) mengkomunikasikan.
kurikulum 2013, bagian pendahuluan Bagian isi, merupakan inti dari
yang meliputi lembar KI- KD, lembar LKS berbasis pendekatan saintifik
indikator, dan petunjuk penggunaan hasil pengembangan, yaitu berisi
LKS. Kegiatan-kegiatan dalam LKS kegiatan-kegiatan yang harus dilaku-
ini dibuat menjadi tiga bagian yang kan oleh siswa sehingga dapat digu-
meliputi Lembar Kerja Siswa 1, nakan untuk mencapai indikator pen-
Lembar Kerja Siswa 2, dan Lembar capaian kompetensi yang dibuat.
Kerja Siswa 3. Berdasarkan indikator yang dibuat
Pada bagian cover, didesain se- maka LKS berbasis pendekatan sain-
menarik mungkin dengan gambar- tifik yang dikembangkan terdapat tiga
gambar yang berhubungan dengan kegiatan. Hal ini disesuaikan berda-
materi laju reaksi sehingga siswa akan sarkan indikator pencapaian kompe-
tertarik untuk mempelajarinya. Desain tensi yang dibuat, sehingga semua
cover dibuat tidak terlalu me-riah indikator tersebut dapat tercapai
dengan perpaduan warna yang serasi secara keseluruhan. Kemudian memu-
agar sesuai dengan jiwa siswa kelas lai menyusun kerangka dari masing-
XI SMA yang sudah mulai de-wasa, masing kegiatan.
sehingga siswa tidak merasa bosan
dengan LKS ini. 2. Hasil Validasi Ahli
Untuk kata pengantar dan daftar Setelah penyusunan LKS selesai
isi ditulis sesuai dengan kaidah pe- maka dilakukan validasi ahli oleh
nulisan bahasa Indonesia EYD, dan validator. Dalam hal ini yang menjadi
didesain tidak monoton dengan cara validator adalah Dr. Ratu Betta
menyisipkan gambar. Selain itu juga Rudibyani, M.Si. Validasi ini meru-
warna tulisan dibuat lebih menarik, pakan proses penilaian kesesuaian isi,
sehingga tidak ada kesan monoton konstruksi LKS, dan keterbacaan
walaupun hanya suatu kata pengantar LKS. Proses penilaian tersebut ber-
dan daftar isi. tujuan untuk mengetahui apakah LKS
yang disusun telah sesuai dengan
Tabel 3. Hasil validasi ahli
No Aspek yang dinilai Presentase (%) Kategori
1 Kesesuaian isi 94,54 Sangat tinggi
2 Konstruksi 96,00 Sangat tinggi
3 Keterbacaan 96,00 Sangat tinggi

kebutuhan sekolah berdasarkan studi 1. Hasil Uji Coba Terbatas


pendahuluan. Hasil dari validasi aspek Setelah dihasilkan LKS berbasis
kesesuain isi, konstruksi, dan ke- pendekatan saintifik pada materi laju
terbacaan LKS dapat dilihat pada reaksi serta telah divalidasi oleh pakar
Tabel 3. kemudian dilakukan revisi berdasar-
Dilihat dari persentase penilaian kan hasil validasi pakar. Setelah itu,
hasil validasi tersebut, ini berarti dilakukan uji coba terbatas pada SMA
dikatagorikan sangat tinggi, sehingga N 3 Kotabumi untuk mengetahui
dapat disimpulkan bahwa LKS ter- kelayakan LKS yang dikembangkan
sebut telah layak untuk pembelajaran melalui tanggapan guru dan tanggap-
di sekolah. an siswa. Uji coba terbatas ini di-
Berdasarkan saran, masukan dan lakukan kepada satu orang guru kimia
perbaikkan dari validator terhadap kelas XI dan 20 siswa kelas XI MIA
beberapa aspek yang dinilai pada LKS di SMA Negeri 3 Kotabumi.
berbasis pendekatan saintifik seperti
aspek konstruksi, kesesuaian isi 1). Tanggapan Guru
materi, serta keterbacaan maka Pada ujicoba terbatas ini guru
dilakukan perbaikkan terhadap LKS melakukan penilaian terhadap ke-
berbasis pendekatan saintifik terkait sesuaian isi, keterbacaan, dan ke-
hal-hal yang perlu diperbaki terhadap menarikan LKS berbasis pendekatan
LKS tersebut. Setelah LKS selesai saintifik pada pokok bahasan konsep
diperbaiki dari kekurangan-kekurang- laju reaksi. Hasil dari penilaian guru
an yang ada maka jadilah LKS ber- terhadap LKS berbasis pendekatan
basis pendekatan saintifik pada materi saintifik pada materi laju reaksi dapat
laju reaksi hasil revisi. dilihat pada Tabel 4.
Hasil uji coba oleh guru menun-
Evaluasi Produk jukkan bahwa sebagian besar jawaban
Dalam evaluasi produk diperoleh dari suatu pernyataan yang mendu-
hasil dari uji coba secara terbatas kung aspek kesesuaian isi, keterba-
caan, dan kemenarikan adalah sangat
setuju dan setuju.
Tabel 4. Hasil penilaian guru
No Aspek yang dinilai Presentase (%) Kategori
1 Kesesuaian isi 90,90 Sangat tinggi
2 Keterbacaan 92,00 Sangat tinggi
3 Kemenarikan 96,00 Sangat tinggi
Berdasarkan persentase jawaban pada beberapa bagian seperti pada
guru tersebut, dapat disimpulkan Kegiatan mengamati LKS 2.
bahwa aspek kesesuaian isi, keter- Hasil keterbacaan pada isi LKS
bacaan, dan kemenarikan pada LKS untuk warna teks, bahasa yang digu-
berbasis pendekatan saintifik dikate- nakan, keefektifan kalimat yang di-
gorikan sangat tinggi. Sehingga dapat gunakan, maksud kalimat, kualitas
dikatakan bahwa aspek kesesuaian isi, gambar, dan simbol-simbol yang ter-
keterbacaan, dan kemenarikan pada dapat dalam LKS menunjukkan kri-
LKS berbasis pendekatan saintifik teria sangat tinggi. Meskipun mayori-
pengembangan secara keseluruhan tas tanggapanden menjawab sangat
sudah sesuai dan layak untuk pem- setuju dan setuju, namun ada juga res-
belajaran di sekolah. ponden yang menjawab kurang
setuju.
2) Tanggapan Siswa Berdasarkan analisis yang di-
Tanggapan siswa dilihat dari lakukan terhadap hasil jawaban res-
rata-rata persentase jawaban terhadap ponden dapat disimpulkan bahwa
aspek keterbacaan dan kemenarikan aspek keterbacaan terhadap LKS ber-
termasuk dalam kriteria sangat tinggi, basis pendekatan saintifik dapat ter-
dengan 84,27% dan 80,20%. baca dengan baik, sehingga mem-
Hasil uji keterbacaan pada LKS permudah siswa untuk menemukan
berbasis pendekatan saintifik pada konsep laju reaksi dengan mandiri.
materi laju reaksi yang dilakukan Hasil uji kemenarikan pada LKS
diperoleh hasil secara keseluruhan berbasis pendekatan saintifik pada
bahwa untuk hasil keterbacaan pada materi laju reaksi yang dilakukan di-
cover baik ukuran huruf, warna teks, peroleh hasil secara keseluruhan
variasi bentuk huruf, ukuran gambar, bahwa untuk hasil kemenarikan pada
dan kualitas gambar menunjukkan cover baik desain dan tata letak
kriteria yang sangat tinggi. Meskipun gambar dengan tulisan menunukkan
demikian ada tanggapan siswa yang kriteria sangat tinggi. Sedangkan
kurang setuju dan tidak setuju, untuk desain dan ukuran huruf cover
sehingga menyarankan untuk keter- menunjukkan kriteria tinggi. Meski-
bacaan cover diantaranya yaitu, agar pun hasil tanggapan siswa secara
ukuran huruf pada nama penulis dan keseluruhan sangat setuju dan setuju
judul LKS diperbesar, bentuk huruf namun masih ada siswa yang kurang
jangan terlalu berbacam-macam, dan setuju, tidak setuju bahkan sangat
warna background teks judul LKS tidak setuju. Sehingga untuk menda-
diganti warna lain lagi agar tidak patkan LKS yang lebih menarik
monoton warna merah muda semua. responden menyarankan agar kom-
Untuk hasil keterbacaan pada isi binasi warna dibuat lebih variasi
LKS diperoleh hasil bahwa perpaduan dengan warna yang lebih serasi
warna teks, ukuran huruf, dan variasi sehingga tidak monoton merah muda
bentuk huruf menunjukkan kriteria semua, dan variasi huruf pada cover
tinggi. Meskipun demikian, ada res- juga jangan terlalu variasi agar
ponden yang kurang setuju, tidak terkesan tidak berlebihan.
setuju, bahkan sangat tidak setuju, Untuk hasil kemenarikan pada isi
sehingga menyarankan agar ukuran LKS diperoleh hasil bahwa variasi
huruf dan bentuk huruf perlu diubah huruf, tata letak gambar dengan
tulisan, pemilihan bentuk huruf dan
kombinasi warna, dan gambar-gam- f. Memiliki lima pengalaman belajar
bar yang ditampilkan menunjukkan berbasis pendekatan saintifik yaitu
kriteria yang sangat tinggi. Meskipun mengamati, menanya, mengumpul-
demikian ada yang kurang setuju kan informasi, menalar, dan meng-
bahkan sangat tidak setuju pada komunikasikan.
beberapa pernyataan. Dan ada satu g. LKS disertai gambar-gambar serta
pernyataan hasil kemenarikan untuk fenomena yang mendukung siswa
isi LKS yang berbeda yaitu untuk dalam pembelajaran berdasarkan
kombinasi warna pada bagian isi LKS fakta.
menunjukkan kriteria tinggi. 5 res- h. Bahasa yang digunakan sederhana
ponden kurang setuju dan 2 res- dan komunikatif, sesuai dengan
ponden tidak setuju dengan per- level SMA/MA.
nyataan ini dari 20 responden kese- i. LKS disertai petunjuk penggunaan
luruhan. Beberapa responden menya- LKS, untuk membantu siswa
rankan agar warna LKS tidak terlalu mempelajari LKS.
bervariasi. Hal ini dimungkinkan
faktor usia yang sudah mulai dewasa SIMPULAN
sehingga tidak setuju dengan warna
yang bervariasi karena terkesan Berdasarkan hasil penelitian dan
kekanak-kanakan. pembahasan, maka dapat disimpulkan
Berdasarkan analisis yang di- bahwa LKS berbasis pendekatan sain-
lakukan terhadap hasil jawaban res- tifik pada pokok konsep laju reaksi
ponden dapat disimpulkan bahwa memiliki karakteristik di antanya
aspek kemenarikan terhadap LKS yaitu membuat siswa aktif dalam
berbasis pendekatan saintifik dapat pembelajaran sehingga mampu me-
dikatakan menarik dan tidak mem- nemukan sendiri konsep laju reaksi,
bosankan, sehingga memungkin untuk LKS mengacu pada KI dan KD, di-
menambah minat siswa untuk rancang dan dikembangkan untuk
mempelajarinya. siswa agar siswa dapat mandiri, ber-
LKS berbasis pendekatan sain- fikir kritis dan kreatif, LKS dirancang
tifik pada materi laju reaksi ini me- berupa kegiatan-kegiatan yang harus
miliki karakteristik sebagai berikut: dilakukan siswa, memiliki komponen-
a. LKS dirancang dan dikembangkan komponen seperti kata pengantar,
untuk siswa agar siswa dapat pendahuluan, daftar isi, cover dan
mandiri, berfikir kritis dan kreatif. daftar pustaka, memiliki lima penga-
b. Isi LKS mengacu pada kompetensi laman belajar berbasis pendekatan
inti (KI) dan kompetensi dasar saintifik yaitu mengamati, menanya,
(KD) mengumpulkan informasi, menalar,
c. LKS disusun secara sistematis dan dan mengkomunikasikan, LKS di-
menarik, sehingga memudahkan sertai gambar-gambar serta fenomena
siswa untuk membangun konsep yang mendukung siswa dalam pem-
laju reaksi secara mandiri. belajaran berdasarkan fakta, bahasa
d. LKS dirancang berupa kegiatan- yang digunakan sederhana dan komu-
kegiatan yang harus dilakukan nikatif, dan disertai petunjuk peng-
siswa. gunaan LKS.
e. Memiliki komponen-komponen se- Berdasarkan hasil validasi ahli,
perti kata pengantar, pendahuluan, LKS yang dikembangkan ini memi-
daftar isi, cover dan daftar pustaka. liki tingkat kesesuaian isi yaitu
sebesar 94,54%, tingkat keterbacaan sebesar 96,00%, dan tingkat kese-suaian
konstruksi sebesar 96,00% yang semuanya termasuk dalam katagori sangat tinggi.
Selain itu hasil respon guru terhadap LKS yang di-kembangkan sudah sangat baik
dengan persentase nilai rata-rata aspek kesesuian isi sebesar 90,90%, keterbacaan
sebesar 92,00%, dan kemenarikan sebesar 96,00%. Dan hasil respon siswa
terhadap LKS berbasis pendekatan saintifik pada pokok bahasan konsep laju
reaksi yang dikembangkan sudah sangat baik dengan persentase nilai rata-rata
aspek keterbacaan sebesar 84,27%, dan kemenarikan sebesar 80,20%.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, R dan Syaodih S. 2010. Perencanaan pengajaran.


Jakata: Rineka Cipta.

Natauly, V. 2014. Pengembangan LKS Zat Aditif dan Psikotro-pika Bermuatan


Ketu-hanan dan Kecintaanan ter-hadap Lingkungan. Skripsi. Bandar
Lampung: Universitas Lampung.

Rohman, M. dan Sofan, A. 2013. Strategi dan Desain. Pengem-bangan Sistem


Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Sadiman, A.S, dkk. (2011). Media Pendidikan, Pengertian, Pe-ngembangan,


dan Pemanfaat-annya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sani, A. R. 2014. Pembelajaran sain-tifik untuk kurikulum 2013. Jakarta: Bumi


Aksara.

Saradima, A. 2014. Pengembangan Lembar Kerja Siswa dengan Pendekatan


Ilmiah (Scientific Approach) Pada Materi Kela-rutan dan Hasil Kali
Kelarutan. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: PT Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sungkono, dkk. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas


Negeri Yogyakarta.
JURNAL BAHASA INGGRIS

THE DEVELOPMENT OF SCIENTIFIC APPROACH BASED STUDENTS’


WORKSHEET ON TRIGONOMETRY FOR GRADE X STUDENT

Sri Novia Martin1*, Irwan2, Sri Elniati3, Dadang Djuandi4


1Master Degree, Universitas Pendidikan Indonesia, INDONESIA,
srinoviam@student.upi.edu

2 Dr, Universitas Negeri Padang, INDONESIA, irwan.math.165@gmail.com 3


MA, Universitas Negeri Padang, INDONESIA, srielniati@gmail.com
4 Dr.M.Si, Universitas Pendidikan Indonesia, INDONESIA,
dadang.djuandi@upi.edu

*Corresponding author

Abstract
Indonesian schools apply the 2013 curriculum in learning, including mathematics
learning. The 2013 curriculum emphasizes the implementation of a scientific approach in
learning. This research was conducted to develop a teaching material that could support the
implementation of scientific approach in learning mathematics. The teaching material
developed was scientific approach based student's worksheet. The worksheet displayed
material of learning with steps of scientific approach. There are five steps of scientific
approach, those are observing, questioning, asking, associating and communicate. The
worksheet can be used when it has three characteristics. Those are valid, practical and
effective. Therefore in this research, it has to see the three of the characteristics. To
develop the valid, practical and effectiveness worksheet, it was conducted a study of
research and development (R&D) by using a design model of McKenney. McKenney
model consists of three stages. Those were preliminary stage, prototyping stage and
assessment stage. This study was conducted in grade X students. Data was obtained from
observation, interview and questionnaire. The results revealed that the worksheet was
valid, practical and effective. The worksheet can be used in studying mathematic. It can
also be a sample for teachers to design a worksheet and help the teachers to know how to
design a worksheet.

Keywords: Scientific approach, worksheet, scientific approach based students’ worksheet.

1 INTRODUCTION
The purpose of Indonesian education is to educate the nation's life in accordance with the
opening of the 1945 Constitution. One of the tools that can be used to achieve that goal is
mathematics. In order to achieve the goals of national education, the Indonesian
government try to make a renewal education, one of which is the curriculum changes from
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Educational Unit Curriculum) to 2013 Curriculum.
The 2013 curriculum emphasizes that student learning outcomes are not only judged from
knowledge alone, but also attitudes and skills. That is, students are expected not only to
master the subject matter but also able to develop their attitude and skills.
The 2013 curriculum emphasizes learning with a scientific approach. The scientific
approach is characterized by the projection of the dimensions of observation, reasoning,
invention and validation and the explanation of a truth in which the learning process must
be carried out guided by scientific values, principles or criteria. The scientific approach
includes the 5M steps of observing, asking, trying, associating and communicating
(Depdikbud, 2013,p.10).The activity of observing, students are given a fact/phenomenon
that is concrete, simple and related to the concepts learned, then students are asked to
observe the facts/phenomena given. The process of observing facts/phenomena includes
seeking information, seeing, reading or listening. Observation activities conducted in order
to attend curiosity and interest of students to the material to be studied. The activity of
questioning is done as one of the process of building student knowledge in the form of
concept, principle, procedure, law and theory. The goal is that students have high-level,
critical, logical and systematic skills. Questioning activities can be done in groups and
class discussions. Working in groups provides an opportunity for students to be able to
share their ideas. The activity of trying is to improve the understanding of concepts,
principles or procedures. The activities try to facilitate students to find their own concepts,
principles or procedures so that students do not just memorize but understand the concept
well. These activities include planning, designing and carrying out experiments, as well as
obtaining, presenting and processing data. The activity of communicating is a means of
conveying conceptualization results in oral, written, drawing / sketching, diagrams or
graphs. The activity aims to enable students to communicate their knowledge, skills and
application, and student creation through presentation, reporting, and/or performance.

The learning process can take place well if supported with the right learning materials.
Meanwhile, the scientific approach is new to be applied so that not many teaching
materials are available at school or on the market. Textbooks available are still less,
especially in the subject of math for interest group (Kelompok Peminatan) in high school
level.

Student worksheet is sheets containing a set of activities that must be done to maximize the
understanding in the effort to form basic skills according to indicators of achievement of
learning outcomes that must be pursued (Trianto, 2010, p.111). The worksheet should not
only contain material and questions, but also include activities that students should do and
lead them to understand a concept. The Worksheet can assist students in understanding the
concept with scientific approach steps. It contains important concepts based on core
competencies and basic competencies that must be mastered by students. The colour,
background and format of the worksheet writing are tailored to the student's condition and
pleasure. The student worksheet developed can make it easier for students to understand
the subject matter especially the difficult material. One of the materials that students are
difficult to understand and they tend to memorize the formula is trigonometric material.
Trigonometry is one of the subjects studied in grade X in the second semester. The sub-
materials are trigonometric equations, trigonometric identification and trigonometric
applications in life. The preparation of the worksheet should pay attention to some
elements. The worksheet consists of six main elements namely title, instruction manual,
basic competence or subject matter, supporting information, task and assessment
(Prastowo, 2011, p.205). Other elements may be added into it on the basis of need.
2.RESEARCH
METHODS 2.1
Design Research
The method of this study was research and development (R & D) with development design model
adapted from McKenney model. The development process of the worksheet consisted of 3 stages:
preliminary, prototyping, and assessment.

The preliminary stage consisted of content structure, concept and student analysis. Content
structure analysis was an analysis of curriculum content that included analysis of core
competencies, basic competencies and indicators that students must achieve. Curriculum analysis
was done so that the worksheet in accordance with the demands of competence that had to be
achieved by students. Concept analysis was conducted by identifying the main concepts of
mathematics and organizing them systematically according to the order of presentation. Student
analysis includes analysis of age, predilection of colour and image, academic ability, psychomotor
and maturity level. The analysis was done so that it was suitable to the students.

Prototyping stage was the stage for designing the worksheet based on scientific approach.
Prototyping stage consists of prototype 1, prototype 2 and prototype 3. The Student worksheet that
had been designed was called prototype 1. In prototype 1, it was conducted self-evaluation and
expert review to test the validity of the worksheet. Self evaluation was to evaluate the prototype 1.
Expert reviews were asking relevant experts/experts to provide assessment and input to the
prototype that has been designed. After a revision of prototype 1, Prototype 2 was obtained. In
prototype, 2 One-to-One Evaluation was performed. One-to-one evaluation is done by asking three
students to comment on the worksheet. After one-to-one evaluation, it is revised. Then, do field
test. Last is the assessment stage. Assessment stage is conducted to test the effectiveness of the
produced worksheet. The effectiveness based on the scientific approach is seen from the result of
the student's final test after learning by using the worksheet.

2.2 Research Subject

The subjects of the trial in the development of scientific approach based students’ worksheet were
the students of Grade X SMA (Senior High School) Negeri 7 Padang. The students were selected
as subjects because they had higher intelligence levels and were active in learning compared to
other classes so that the students’ worksheet were suitable to be tested in this class.
2.3 Research Instrument and Data Analysis Technique

Data were obtained from documents, observations, interviews, questionnaires and a test of learning
outcomes. The questionnaires that was used in this were Likert-scale questionnaire adapted from
Sukardi (2008) with four alternative answers were: strongly agree (score 5), agree (score 4),
disagree (score 2), strongly disagree (score 1). Alternative hesitant answers (score 3) are omitted to
avoid the tendency of the student to choose such a hesitant answer. There were two kinds of
questionnaire, questionnaire for validity and other for practicality of the worksheet.

Data obtained from documents, observation and interview were qualitative data. According to
Miles and Huberman in Sugiono (2012) there are 3 stages performed to analyze qualitative data
were data reduction, display data (presentation data), and verification (drawing conclusions). Data
reduction is selecting important data and removing unnecessary data. Display data (presentation of
data) that presents data documents, observations, and interviews in the form of a brief description.
Verification (drawing conclusions) is to make a conclusion about the analysis results of document,
observation and interviews.

The data obtained from questionnaire of validity was analyzed by means:

% Scoring for each statement of the questionnaire,

% Calculating the validity value with the following formula:

Value of validity (VV) = (Score obtained)/(Maximum score)×100%

% Determining the criteria of the worksheet validity adapted from


Riduwan (2010) . The questionnaire of practicality was analyzed by
means:

% Scoring for each statement

% Calculating the value of practicality with the following formula:

The student worksheet developed must contain three characteristics that are valid, practical
and effective (Akker, 1999,p.93) Therefore, the developed product needs to be tested for
validity, practicality and effectiveness. Validity can be interpreted with the accuracy, truth
or validity of an instrument (Sudijono. 206,p.93). The teaching material is said to be valid
if it meets the aspect of the validity. The assessment aspects of the validity of teaching
materials include the components of content, language, presentation and graphic. The
practicality of teaching materials refers to the ease of use of materials. According to
Depdiknas (2008,p.28), a practical way are 1) easy and pleased using it, 2) suitable to
students because the implementation is easy. While the practical considerations according
to him are: 1) ease of use, among others: easy to manage, stored, and can be used anytime,
2) the time required to be short, fast and precise ,

4. the appeal of the device to the student's interests, 4) easily interpreted by expert teachers
and other teachers 5) can be used as a substitute or variation of other teaching
materials.Effectiveness comes from the word 'effective'. According to Badudu and Sutan
(1994,p.199), effective means 1) have an effect 2) give satisfactory results, 3) utilize time
and manner very well. The worksheet effectiveness can be seen from the influence of the
worksheet to students after students learn by using it. If the worksheet has been valid,
practical and effective, then the worksheet has been good and qualified. It meant the
worksheet can be used in learning mathematics.
Value of Practicality (VP) = (Score obtained) / (Maximum score) × 100%

(3) Determining the criteria of the worksheet practicability adapted from Riduwan (2010)
The test of learning outcomes is analyzed by determining the number of students who were
pass the test and not. The student would pass the test if their scores reaches KKM
(Minimum Criteria of Completeness) determined by the school. KKM subjects of
mathematics groups of interest for grade X SMAN 7 Padang is 75. Percentage mastery
learning was classically calculated using the following formula:

Classical completeness = (total number of completed students) / (total number of students)


× 100%

According to Debdikbud (2013) classical completeness is achieved if the number of


students who complete the KKM at least 75%.
3 RESULT AND DISCUSSION
3.1 Description of Preliminary Stage Result (Needs Analysis)
The preliminary stage aims to define the requirements needed to develop the scientific
approach based student's worksheet .There were three analysis, those are student needs,
content structure and concept analysis.
Analysis of student needs was to see what kind of the worksheet that students need. The
analysis was done by doing observation in the learning process and interviews with
students and teachers. The observations were conducted in class X.IA2 SMAN 7 Padang
during the mathematics learning. Based on the results of observations and interviews was
obtained information that students needed a material learning that supports scientific
approach implementation.
Content structure analysis was an analysis of the content of the curriculum. Content
structure analysis was focused on the Core Competencies and Basic Competencies found
in the syllabus. Core Competencies and Basic Competencies to be analysed in this study
were about trigonometry with sub-section Trigonometry Equation, Trigonometric Identity
and Trigonometry Application.

3.2 Prototyping Stage Results


Prototyping stage was the design stage of the worksheet based on scientific approach.
There are three traits that need to be considered in the worksheet design those were
content, interface and support (language and legibility). The prototyping stage consists of
three steps.
3.1.1 Prototype 1
Here were the results of the worksheet on prototype 1.
1) Content
The worksheet displayed the material of mathematics conducted by scientific approach
steps. Each steps are as follows.

a) Observing
The worksheet presented various graphs of trigonometric functions. Activities of suffering
could increase the curiosity and interest of students to the material. One example graph of
the trigonometric function presented in the worksheet can be seen in Fig 1.
3.1.2 Prototype 2
Prototype 2 was prototype 1 revised. Prototype 2 was conducted One-to-One evaluation.
One-on-One Evaluation was done by asking some students to comment the worksheet. The
number of students used in One-to-One evaluation was 3 persons. Each student was given
the worksheet then asked them to read the worksheet. Then the researchers observed and
recorded responses and student questions about the worksheet.
On One-to-One evaluations, students gave some suggestions and criticism. There were
students who claimed that they had difficulty in reading certain types of writing on the
worksheet. Students also suggested that it should be given a little entertainment in the
worksheet as a cartoon drawing so students did not get tired and bored of reading the
worksheet. Another suggestion was that the explanations contained in the worksheet were
clear so that they can understand.
3.1.3 Prototype 3
Prototype 3 was prototype 2 revised. Prototype 3 was done Field test. Field test was done
by giving the worksheet to student class X.IA2. Here are the results of data collection on
field tests. Questionnaires were given to teachers and students. The practicality values
obtained from student and teacher questionnaires are 81.67% and 88%, respectively, in
very practical categories. This suggests that the worksheet is already practical.
2) Observation Results
Observation was done every meeting in class. Observation was done to see the
implementation of learning by using the worksheet, sufficiency of time and constraints
faced in learning.
Observations at the first meeting showed that students were very enthusiastic when
receiving the worksheet. For the first Meeting students did the worksheet part 1. The
student did it in pairs. This was adjusted to the situation in class X.IA2 where students sit
with a partner who has been determined by the teacher in accordance with their abilities.
Based on observations at the first meeting obtained some notes. The worksheet could be
understood by the students. In observing activities students take a long time to observe the
graph. The time available is not enough to do the worksheet. This happens because the
exercise question is too much that is 10 questions and some problems have a high degree
of difficulty. Improvements made after this first observation was to reduce the question of
exercise into 5 questions. The other five questions are about Homework. At the first
meeting students need a lot of guidance from teachers in working on the worksheet.
At the second and third meetings students began to get used to the worksheet so that not
many obstacles were found. Students who ask about worksheet instructions are no longer
available. The time allocated is enough to work on the worksheet.
At the fourth meeting students learn about the identity of trigonometry. Based on the
observation, it could be seen that the guidance on the worksheet was clear and
understandable. The time spent on doing the worksheet was sufficient. Students could
understand the material and work on existing activities in the worksheet. The material
about trigonometric identity was not too much and easy to understand. The exercises about
trigonometric identity were quite difficult, therefore in doing the existing exercises in the
worksheet students need guidance and instruction teachers.
At the fifth meeting students learn about Trigonometric Applications. In learning there are
not many obstacles that arise. The instructions in the worksheet were clear. The images
presented in the worksheet were clear and understandable.
Based on the observation it can be seen that the use of the worksheet is getting better in
every meeting. This shows that the implementation of learning by using the worksheet
gone well.
3) Interview Result
Students were asked to give their opinion about the worksheet. Based on the results of
interviews generally obtained information that the time allocated for working out the
worksheet is enough, worksheet already has the usefulness for students and easy worksheet
in its use. Interview results are also used as suggestions and inputs to improve the
worksheet.
3.3. Result of Assessment Stage Analysis
Assessment stage was done to test the effectiveness of the product. At the assessment
stage, the worksheet was applied in the learning process. Based on the research conducted,
the worksheet was applied for five meetings and one meeting for final test. The
effectiveness of the worksheet based on the scientific approach is seen from the final test
given to the students. The final test was done after the students finish studying the
trigonometry by using the worksheet. The final test results show that the complete student
reaches 87.5%. Students who complete the material were more than classical thoroughness
of 75%. This means that the LKS-based scientific approach developed has been effective.

4 CONCLUSIONS
Based on the results of research that has been done, it can be concluded that (1) the
worksheet based on scientific approach developed was valid according to mathematicians
and Indonesian experts. It meant the worksheet has been valid and feasible to use. (2) The
worksheet based on the scientific approach developed was practical. The worksheet was
easy to use, in accordance with the time allocated for trigonometric material and beneficial
for teachers and students. (3) The worksheet has been effective. This was evident from the
student's final test result. From the final test result, it is known that 87.5% of students were
passed. This indicated that the worksheet has been effective.
5 ACKNOWLEDGEMENT
This research was financially supported by Indonesia Endowment fund for education
(LPDP). This study was also supported by Departemen Pendidikan Matematika
(Department of Mathematics Education) of Universitas Negeri Padang and Universitas
Pendidikan Indonesia. We also acknowledged SMAN 7 Padang for supporting this
research.

REFERENCE LIST
Akker, Jan Van Den dkk. (1999). Design Approaches and Tools in Education and
Training. Dordrecth:
Kluwer Akademic

Badudu, Yus dan Sutan Muhammad Zain. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Indonesian Dictionary). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Depdikbud. (2013). Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika


(Peminatan) Melalui Pendekatan Saintifik Sekolah Menengah Atas (Competency-
Based Mathematics Learning Through High School Educational Science Approach).
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah .

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar (A development Guide of


Material Learning).
Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.

McKenney, Susan et al. 2006. Educational Design Research. New York: Routledge

Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Creative Guide to
Create Innovative Instructional Materials). Yogjakarta: DIVA Press.

Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula
(Learning Research Easily for Teachers, Employees and Beginner Researchers).
Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning Model). Jakarta: Bumi
Aksara.
RESUME JURNAL BAHASA INDONESIA

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
Subainar*, Nina Kadaritna, Lisa Tania
FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1
*Corresponding author, tel: 085669297559, email: subainartika@yahoo.com

A. Permasalahan
1. Bagaimana mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik pada
materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi?
2. Bagaimana karakteristik LKS yang dikembangkan?
3. Bagaimana respon guru terhadap LKS yang dikembangkan?
4. Bagaiaman respon siswa terhadap LKS yang dikembangkan?

B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2. Untuk mendeskripsikan karakteristik LKS yang dikembangkan.
3. Untuk mendeskripsikan respon guru terhadap LKS yang
dikembangkan.
4. Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap LKS yang
dikembangkan.

C. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2. Untuk mendeskripsikan karakteristik LKS yang dikembangkan.
3. Untuk mendeskripsikan respon guru terhadap LKS yang dikembangkan.
4. Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap LKS yang
dikembangkan.

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan atau Research and Development. Produk yang dihasilkan dari
pengembangan ini adalah LKS berbasis pendekatan saintifik.

E. Hasil
Berdasarkan hasil validasi ahli oleh validator terhadap LKS hasil
pengembangan, persentase penilaian hasil validasi aspek kesesuaian isi,
konstruksi dan keterbacaan termasuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa LKS hasil pengembangan telah layak digunakan
untuk pembelajaran disekolah.
F. Kesimpulan
1. LKS dirancang dan disusun agar siswa dapat mandiri,aktif dan kreatif.
2. LKS memiliki desain yang menarik sehingga mampu meningkatkan
minat belajar siswa khusus materi laju reaksi.
3. Isi LKS mengacu pada kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).
RESUME JURNAL BAHASA INGGRIS

THE DEVELOPMENT OF SCIENTIFIC APPROACH BASED STUDENTS’


WORKSHEET ON TRIGONOMETRY FOR GRADE X STUDENT

Sri Novia Martin1*, Irwan2, Sri Elniati3, Dadang Djuandi4


1
Master Degree, Universitas Pendidikan Indonesia, INDONESIA
srinoviam@student.upi.edu
(3) Dr, Universitas Negeri Padang, INDONESIA,
irwan.math.165@gmail.com
3
MA, Universitas Negeri Padang, INDONESIA,
srielniati@gmail.com
(b)
Dr.M.Si, Universitas Pendidikan Indonesia, INDONESIA,
dadang.djuandi@upi.edu

A. Problem
How to develop a student worksheet based on the scientific approach of
trigonometric material for grade X student?

B. Research Purpose
To develop a student worksheet based on the scientific approach of trigonometric
material for grade X student.

C. Benefit of Research
To develop a student worksheet based on the scientific approach of trigonometric
material for grade X student.

D. Research Methodes
The method of this study was research and development (R & D) with development
design model adapted from McKenney model. The subjects of the trial in the
development of scientific approach based students’ worksheet were thestudents of
Grade X SMA (Senior High School) Negeri 7 Padang. Research Instrument and
Data Analysis Technique (documents, observations, interviews, questionnaires and
a test of learning outcomes).

E. Result

1. Description of Preliminary Stage Result (Needs Analysis) Based on the results


of
observations and interviews was obtained information that students needed a
material learning that supports scientific approach implementation.
2. Prototyping Stage Results (Prototyping stage was the design stage of the
worksheet based on scientific approach).
3. Result of Assessment Stage Analysis (was done to test the effectiveness of the
product).

F. Conclusions
The worksheet has been effective.
From the final test result, it is known that 87.5% of students were passed.
PERTEMUAN KE-9
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research)
yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK
berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar di kelas, bukan pada input kelas
(silabus, materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi (2002) menjelaskan PTK dari definisi ketiga kata tersebut sebagai
berikut :
 Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan atau metedologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
 Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dialakuakan dengan tujuan tertentu,
yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
 Kelas adalah sekolompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran
yang sama dari seorang guru.

Makna ” Kelas” dalam PTK


Pengertian kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Komponen dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui penelitian tindakan antara lain
sebagai berikut :
1. Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik
mengikuti proses pembelajran dikelas/lapangan/laboraturium/bengkel, ketika sedang
asyik mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, atau sedang megikuti kerja bakti di
luar sekolah.
2. Guru, dapat dicermati ketika guru yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang
membimbing siswa yans sedang berdarmawisata, atau sedang mengadakan kunjungan
ke rumah siswa.
3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan
yang ditugaskan kepada siswa.
4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar,
dengan tujuan meningkatkan mutu haaasil belajar, yang diamati ialah guru, siswa atau
keduanya.
5. Hasil pembelajaran, merupqkqn produk yang ditingkatkan, pasti terkait dengan
tindakan unsur lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan atau sarana pendidikan, guru ,
dan siswa itu sendiri.
6. Lingkungan, baik lingkungan siswa itu di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi
siswa di rumahnya.
7. Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur/direkayasa
dalam bentuk tindakan Unsur pengelolaan yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan
sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan. Dalam hal ini yang
digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara mengelompokkan siswa
ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa,
penempatan papan tulis, penetaan peralatan milik siswa dan sebagainya.

Masalah yang dikaji melalui PTK


Dikarenakan makna kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang
sedang belajar, maka permasalahan PTK cukup luas, diantaranya sebagai berikut :
 Masalah belajar siswa di sekolah, misalnya permasalahan belajar di kelas, kesalahan
pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi dan lain-lain.
 pengembangan profesionalisme guru dalam peningkatan mutu perancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi program pembelajaran.
 Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi perilaku, teknik
memotivasi, dan teknik pengembang potensi diri.
 Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan prosedur
pembelajaran dan implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran (misalnya
penggantian metode mengajar baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan
strategi pengajaran yang didasarkan pada pendekatan terpadu).
 Penamaan dan pengembangan sikap serta nilai-nilai , misalnya pengembangan pola
berfikir ilmiah dalam diri siswa.
 Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media, perpustakaan dan
sumber belajar di dalam/luar kelas.
 sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran. Misalnya masalah evaluasi
awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi,
atau penggunaan alat , metode evaluasi tertentu.
 Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK; urutan penyajian materi pokok;
interaksi guru-siswa; siswa-materi ajar; dan siswa-lingkungan belajar.

Tujuan PTK
Tujuan utama PTK adalah memecahkan pemasalahan nyata yang terjaidi di dalam
kelas dan sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan
dengan tindakan yang dilakukan.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
 Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di
sekolah.
 Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam dan di luar kelas.
 Meningkatakan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
 Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta
sikap proaktif di daalm melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajran secara
berkelanjutan (sustainable)

Keluaran Penelitian Tindakan kelas


Karena yang diharapkan dapat dihasilkan dari PTK adalah peningkatan atau
perbaikan mutu proses dan hasil pembelajaran , antara lain meliputi hal-hal berikut :
 Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.
 Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas.
 Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar dan
sumber belajar lainnya.
 Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
 Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah.
 Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan
kompetensi siswa di sekolah.
Ciri Khusus Penelitan Tindakan
Ciri khusus dari PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu
dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan
permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakakan dalam
rangkaian siklus kegiatan.
Keunikan lain dari PTK diantaranya sebagai berikut :
1. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk memecahkan
masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.
2. Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritis atau dari hasil
penelitian terdahulu, tetapi berasal dri adanya permasalahan yang nyata dan aktual
yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kalimat lain, PTK berfokus pada
masalah praktis bukan problem teoritis atau bersifat bebas konteks.
3. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam mengenai hal-
hal yang terjadi di dalam kelas.
4. Adanya kolaborasi (kerja sama) antar praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan
lainnya) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Kerja
sama (kolaborasi) antar guru dan peneliti sangat penting dalam bersama menggali
mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi terutama pada kegiatan mendiagnosis
masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian (melaksanakan tindakan,
observasi, merekam data, evaluasi dan reflaksi), menganalisis data, menyeminarkan
hasil, dan menyususn laporan akhir.
5. PTK dilakukan hanya apabila ada :
 Keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan
 Bertujuan meningkatkan profesionalisme guru
 Alasan pokok : ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan
 Bertujuan memperoleh pengetahuan dan/atau sebagai pemecah masalah.

Menyusun Usulan PTK


Kerja penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana penelitian umumnya
disebut usulan penelitian. Permohonan dana atau izin pelaksanaan penelitian selalu
mempersyaratakan adanya ususlan penelitian. Usulan penelitian adalah langkah pertamam
dari kerja penelitian.
Pada umumnya usulan PTK terdiri atas :
1. Judul PTK
2. Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakanng masalah, perumusan
masalah dan cara pemecahan masalah, tujuan dan kemanfaatan hasil penelitian
(terutama potensi untuk memperbaiaki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan
atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).
3. Bab kajian/Tindakan Pustaka yang mengurai kajian teori dan pustaka yang
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan.
4. Bab Metodologi Pelaksanaan yang menjelaskan tentang rwencana dan prosedur
penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, perencanaan tindakan, prosedur
pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil
penelitian).
5. Penjelasan mengenai kegiatan pendukung (terutama : jadwal penelitian, sarana
pendukung pembelajaran masing-masing anggota penelitian dalam setiap kegiatan
penelitian dan kelayakan pembiayaan).

Isi usulan penelitian


Penjelasan dan contoh dari masing-masing komponen dalam usulan penelitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut:
a. Judul Penelitian
Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik. Hal utama yang seharusnya
ditulis didalam judul adalah gambaran dari apa yang dipermasalahkan dan bentuk
tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalahnya. Umumnya di bawah judul
dituliskan pula subjudul. Subjudul ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci
tentang populasi, misalnya dimana penelitian dilakukan,kapan,dikelas berapa, dan lain-
lain. Berikut ini beberapa contoh judul PTK,
 Peningkatan kreativitas siswa dalam proses belajar mata pelajaran Fisika melalui
penerapan model pembelajaran generatif.
 Penerapan pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah mata pelajaran Fisika.
 Pembelajaran berbasis konstruktivisme dan kontekstual pada mata pelajaran Fisika
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep.
 Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada mata pelajaran Fisika
melalui penerapan Cooperative Learning.

b. Pendahuluan
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Untuk
itu, dalam bab pendahuluan, yang intinya adalah paparan alasan atau latar belakang
penelitian hendaknya dipaparkan bahwa:
 Masalah yang diteliti adalah benar-benar suatu masalah pembelajaran yang terjadi
di sekolah. Dikarenakan hal tersebut umumnya di dapat dari pengamatan dan kajian
(diagnosis) yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah,
maka jelaskan pula proses atau kondisi yang terjadi.
 Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk
di pecahkan serta dapat dilaksanakan, dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya,
dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.
 Dari identifikasi masalah diatas, jelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar
penyebab dari masalah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan
(argumentasi) bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu.
c. Perumusan dan Pemecahan Masalah
Bagian ini umumnya terdiri atas jabaran tentang perumusan masalah, cara
pemecahan masalah, tujuan serta manfaat atau kontribusi hasil penelitian.
o Perumusan masalah: Rumusan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan
penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi,
asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya
menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan
dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator
keberhasilan tindakan, cara pengukuran, serta cara mengevaluasinya.
o Pemecahan Masalah : Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab
masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas.
Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pda akar penyebab permasalahan
dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.
o Tujuan Penelitian : Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin
dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum
dan khusus diuraikan dengan jelas sehingga dapat diukur tingkat pencapaian
keberhasilannya.
o Kontribusi Hasil Penelitian : Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas
pendidikan dan/atau pembelajaran sehingga tampak manfatnya bagi siswa, guru,
maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan
dihasilkan dari penelitian ini.
Untuk memudahkan dalam menuliskan secara rinci hal-hal di atas, disarankan
untuk terlebih dahulu menetapkan pokok-pokok pikirannya.
d. Kajian pustaka
Menguraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan
yang mendasai usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan,
dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi
permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyususn kerangka
berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat
dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan
yang diharapkan.
e. Rencana dan Prosedur Penelitian.
Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara
jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, obsevasi,
dan evaluasi-refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus
kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam
setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu
siklus, meskipun harus diingat jugas jadwal kegiatan belajar di sekolah.
Untuk dapat membantu menyusun bagian ini, disarankan untuk terlebih dahulu
menuliskan pokok-pokok rencana kegiatan dalam suatu tabel seperti contoh berikut

Tabel pokok-pokok rencana kegiatan


Siklus 1 Perencanaan:identif  Merencanakan pembelajaran yang
ikasi masalah dan akan diterapkan dalam PBM
penetapan alternatif  Menentukan pokok bahasan
pemecahan masalah  Mengembangkan skenario
pembelajaran
 Menyusun LKM
 Menyiapkan sumber belajar
 Mengembangkan format evaluasi
 Mengembangkan format observasi
pembelajaran
Tindakan  Menerapkan tindakan mengacu
pada skenario dan LKM
Pengamatan  Melakukan observasi dengan
memakai format observasi
 Menilai hasil tindakan dengan
menggunakan format LKM
Refleksi  Melakukan evaluasi tindakan yang
telah dilakukan yang meliputi
evaluasi mutu,jumlah dan waktu
dari setiap macam tindakan.
 Melaukan pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi tentang
skenario LKM, dan lain-lain.
 Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi, untuk
digunakan pada siklus berikutnya
 Evaluasi tindakan 1
Siklus II Perencanaan  Identifikasi masalah dan penetapan
alternatif pemecahan masalah
 Pengembangan program tindakan II
Tindakan  Pelaksanaan program tindakan II
pengamatan  Pengumpulan data tindakan II
refleksi  Evaluasi tindakan II
Siklus-siklus berikutnya
Kesimpulan, saran, rekomendasi
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas
Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan PTK ada tiga ,yaitu:
 PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan
siswa dalam berbagai tindakan.
 Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi) dilakukan berdasarkan
pertimbangan rasional (menggambarkan konsep teori) yang mantap dan valid guna
melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.
 Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan
segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).

Prinsip PTK:
”Tidak mengganggu proses pembelajaran, harus dipersiapkan dengan rinci dan
matang, tindakan harus konsisten dengan rancangan, masalah benar-benar ada dan
dihadapi oleh guru dan seterusnya”.

Siklus Kegiatan PTK


PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat
tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang digambarkan
sebagai berikut:

Siklus PTK

Perencanaan Pelaksanaann
tindakan I tindakan I
Permasalahan

Siklus I Refleksi I Pengamatan


/pengumpulan data

Permasalahan
Perencanaan Pelaksanaan
baru hasil
tindakan II tindakan II
refleksi

Refleksi II Pengamatan
/pengumpulan data II
Siklus II

Apabila masalah Dilanjutkan ke

belum siklus

terselesaikan berikutnya

Rincian kegiatan PTK


a. Perencanaan
Pada tahapan ini terdiri dari kegfiatan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti
masalah apa yang akan diteliti.
2. Menetapkan alasan mengapa penelitian mengapa penelitian tersebut dilakukan,
yang akan melatarbelakangi PTK.
3. Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat
pernyataan.
4. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban berupa hipotesis
tindakan.
5. Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-
indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpul data yang dapat dipakai
untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
6. Membuat secara rinci rancangan tindakan.
b. Tindakan
Pada tahap ini diterapkan strategi dan skenario pembelajaran. Rancangan
tindakan tersebut sebelumnya telah dilatihkan kepada sang guru. Skenario tindakan
yang akan dilakukan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian
tindakan itu menjelaskan tentang :
1. Langkah demi langkah kegiatan yang akan di lakukan,
2. Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru
3. Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa.
4. Rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara
menggunakannya
5. Jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/pengamatan disertai
dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya.
c. Pengamatan atau observasi
Pada tahap ini, peneliti (atau guru bertindak sebagai peneliti) melakukan dan
mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Instrumen yang umum dipakai adalah a. soal tes, kuis b. rubrik, c. lembar
observasi, dan catatan yang dipakai untuk memeperoleh data secara objektif yang tidak
dapat terekam melalui lembar observasi, seperrti aktifitas sisiswa di dalam kelas
selama peemberian tindakan berlangsung.
Data yang telah dihibungkan hendaknya di cek untuk mengetahui keabsahannya.
Data yang telah terkumpul memerlukan analisis baik untuk mempermudah
penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk hal berbagai teknik.analisis
statistika dapat digunakan.:
Tabel Indikator Keberhasilan PTK
No Indikator keberhasilan Rincian atau sub indikator keberhasilan :
PTK Siswa mampu….
1 Semakin efektifnya - menggunakan waktu konsultasi dengan
waktu belajar oleh dosen secara teratur.
mahasiswa - Menyelesaikan tugas tepat waktu
- Menggunakan waktu secar efektif dan
efisien untuk mengerjakan tugas
- Menunjukkan kemajuan dari waktu ke
waktu
2 Semakin efektifnya - belajar/diskusi dengan teman tentang
kegiatan belajar tugas yang diberikan.
mahasiswa dengan - Belajar/diskusi dengan orang lain yang
pihak lain memilki kecakapaan sesuai dengan tugas
yang telah diberikan
- Belajar melalui media pembelajaran lain
(internet,perpustakan dan lain-lain) dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan.
3 Semakin efektifnya - belajar dalam kelompok
kegiatan PBM yang - mengembangkan data dan bahan secara
dilakukan oleh mandiri
mahasiswa. - mengembangkan sifat kolaboratif satu
dengan yang lain
- mengkonstruksi, konstibusi, dan
melakuakn sintesis informasi.

- Belajar yang diarahkan oleh dan untuk


diri sendiri
- Bekerja secara mandiri
4 Meningkatnya Berupaya melakukan penilaian mandiri
kemampuan melakukan terhadap target waktu penyelesaian tugas
penilaian terhadap diri yang telah ditetapkan
sendiri Melakukan penilaian mandiri terhadap
kuantitas dan kualitas tugas yang telah
dikerjakan
d. Refleksi
Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasi. Pengamatan atas
tindakan yang dilakukan
Bagaimana Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas?
Proses penysusunan laporan sebenarnya tidaklah sulit jika guru sudah disiplin
mencatat apa saja yang telah dilakukan. Pada umumnya kerangka penulisan KTI yang
berupa hasil penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel Kerangka Penulisan KTI Yang Berupa Hasil Penelitian
Ciri khusus Kerangka penulisan
KTI merupakan hasil laporan hasil KTI laporan hasil penelitian
penelitian umumnya terdiri dari tiga bagian
utama, yaitu :
Kegiatan penelitian yang umum Bagian pendahuluan, terdiri dari :
dilakukan oleh gurur adalah bidang Halaman, judul, lembarr persetujuan,
pembelajaran di kelasatau kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,
disekolahnya daftar gambar dab daftar lampiaran
serta abstrak atau ringkasan.
Jenis kegiatan yang dilakukan Bagian isi :
umumnya adalah 1.penelitian 1. Bab I pendahuluan atau
tindakan kelas permasalahn, yang berisi
2. penelitian dibidang eksperimen latarbelakang masalah, rumusan
dalam pembelajran masalah, tujuan kegunaan, dan
lain-lain.
2. Bab 2 kajian Teori atau
pekmbahasan pustakaan
3. Bab 3 Metodee penelitian
4. Bab 4 hasil penelitian dan diskusi
hasil penenlitian
5. Bab 5 kesimpilan dan saran.
Bagaimana Rincian Dari Setiap Bagian Laporan
Rincian setiap bagian laporan adalah sebagai berikut :
a) Abstrak
b) Pendahuluan
c) Kajian pustaka
d) Pelaksanaan penelitian
e) Hasil penelitian dan pembahasan
f) Kesimpilan dan saran
g) Daftar pustaka
h) Lampiaran-lampiran

Menilai Laporan PTK


Bagaiamana kriteria KTI yang benar dan baik ?
Sebelum dikirim untuk di evaluasi KTI hendaknya :
 Dinilai kembali oleh si penulis. Apakah semua komponen yang seharusnya ada
KTI telah tersaji dengan bail dan benar.
 Telah didiskusikan terlebih dahulu
 Menggunakan pedoman KTI yang berlaku
 Secara umum KTI yang baik adalah yang APIK
PERTEMUAN KE-10

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.
Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat
analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi
di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.
Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years).
Penelitian Hibah Bersaing (didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) adalah
penelitian yang menghasilkan produk, sehingga metode yang digunakan adalah metode
penelitian dan pengembangan.
Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang
Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronik,
kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran,
bangunan gedung bertingkat dan alat-alat rumah tangga yang modern diproduk dan
dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode pemelitian
dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi,
sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain-lain.
Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk bidang
administrasi, pendidikan dan sosial lainnya masih rendah. Padahal banyak produk tertentu
dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan melalui research and
development.

Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan


1. Potensi dan Masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala
sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Sebagai contoh, di pantai
selatan Pulau Jawa, terdapat potensi angin dan sinar matahari, kedua potensi tersebut dapat
dikembangkan menjadi energi mekanik yang dapat digunakan untuk menggerakkan
sesuatu, misalnya untuk generator pembangkit tenaga listrik atau untuk turbin air.
Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan
data empirik. Misalnya potensi energi angin di pantai harus dapat dikemukakan data
berapa kekuatan dan kecepatan angin, berapa lama dalam satu hari, dari mana arah angin
dan lain-lain. Data angin tersebut kemudian dapat digunakan untuk merancang kincir angin
atau produk lainnya yang dapat menghasilkan energi mekanik atau listrik.
Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan
laporan penelitian orang lain atau dokumentasi laporan penelitian orang lain atau
dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date, maka
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Di
sini diperlukan metode penelitian tersendiri. Metode apa yang akan digunakan untuk
penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai.
3. Desain Produk
Dalam bidang pendidikan, prooduk-produk yang dihasilkan melalui penelitian
R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang
jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan
misalnya kkurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode
mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem
evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajaran tertentu,
model unit produksi, model manajemen, sistem pembinaan pegawai, sistem penggajian,
dan lain-lain. Hasil akhir penelitian dan pengembangannya adalah berupa desain produk
baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar
atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya.
Pada contoh tentang produk pendidikan di atas, hasil akhir dari kegiatan ini adalah
berupa desain metode yaitu rancangan metode pembelajaran baru. Desain metode ini masih
bersifat hipotetik. Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti dan akan dapat
diketahui setelah pengujian-pengujian. Setiap desain produk perlu ditunjukkan dalam
gambar kerja, bagan, atau uraian ringkas sehingga akan memudahkan pihak lain untuk
memahaminya. Efektivitas metode mengajar baru bisa diukur dan mudah
diimplementasikan, suasana belajar menjadi kondusif dan hasil pembelajarn meningkat.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk
dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau
tidak. Dikatakan secara rasional karena validasi di sini masih bersifat penilaian
berdasarkan pemikiran rasional belum berdasarkan fakta lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau
tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut.
Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui
kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi.
Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain
tersebut berikut keunggulannya.
5. Perbaikan Desain
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya
maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk
dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah
peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.
6. Uji Coba Produk
Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode mengajar baru dapat
langsung diuji coba, setelah divalidasi dan direvisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan
simulasi penggunaan metode mengajar tersebut. Setelah disimulasikan maka dapat
diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Pengujian tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi apakah metode mengajar baru tersebut lebih efektif dan
efisien dibandingkan dengan metode mengajar yang lama atau yang lain.
7. Revisi Produk
Setelah produk diuji coba pada kelompok yang terbatas maka kelemahan yang
terdapat dalam produk tersebut menjadi lebih terlihat jelas dan perlu dilakukan langkah
selanjutnya yaitu revisi produk. Setelah direvisi, maka perlu diujicobakan lagi kelas yang
lebih luas. Setelah metode mengajar baru diterapkan selama setengah tahun atau satu tahun
maka perlu dicek kembali, mungkin ada kelemahannya, kalau ada perlu segera diperbaiki
lagi. Setelah diperbaiki maka dapat diproduksi massal atau digunakan lembaga pendidikan
yang lebih luas.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada revisi yang tidak
terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa metode mengajar baru tersebut
diterapkan dalam lingkup tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang
muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.
9. Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan
yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian sebaiknya
pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalam hal ini adalah
metode mengajar.
10. Pembuatan Produk Massal
Bila produk yang berupa metode mengajar baru tersebut telah dinyatakan efektif
dalam beberapa kali pengujian maka metode mengajar baru tersebut dapat diterapkan pada
setiap lembaga pendidikan.

Laporan Penelitian R&D


Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sehingga menghasilkan produk baru dan
selanjutnya menguji keefektifan produk tersebut. Dengan demikian laporan penelitian yang
dibuat harus selalu dilampiri dengan produk yang dihasilkan berikut spesifikasi dan
penjelasannya. Lampiran berupa produk yang dihasilkan tersebut dibuat dalam buku
tersendiri dan diberikan penjelasan tentang kehebatan produk tersebut berdasarkan hasil uji
coba, serta cara menggunakan produk tersebut. Sistematika laporan adalah sebagai berikut.
SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN R&D

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis (Produk yang akan dihasilkan)
BAB III PRODUK PENELITIAN
A. Langkah-langkah Penelitian
B. Metode Penelitian Tahap I
1. Populasi Sampel Sumber Data
2. Teknik Pengumpulan Data
3. Instrumen Penelitian
4. Analisis Data
5. Perencanaan Desain Produk
6. Validasi Desain
C. Metode Penelitian Tahap II
1. Model Rancangan Eksperimen untuk Menguji Produk yang Telah
Dirancang
2. Populasi dan Sampel
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Instrumen Penelitian
5. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Desain Awal produk (gambar dan penjelasan)
B. Hasil Pengujian Pertama
C. Revisi Produk (Gambar setelah dievisi dan penjelasannya)
D. Hasil pengujian Tahap Kedua
E. Revisi Produk (Gambar setelah direvisi dan penjelasannya)
F. Pengujian Tahap Ketiga (bila perlu)
G. Penyempurnaan Produk (Gambar terakhir dan penjelasannya)
H. Pembahasan Produk
BAB V KESIMPULAN DAN SARA PENGGUNAANNYA
A. Kesimpulan
B. Saran Penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN INSTRUMEN
LAMPIRAN DATA
LAMPIRAN PRODUK YANG DIHASILKAN BERIKUT BUKU PENJELASANNYA
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktek”. Edisi Revisi
V. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, Suhadjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Borg and Gall (1983). Educational Research, An Introduction. New York and London.
Longman Inc.
Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Com-petencies for Analysis
and Application. Second edition. New York: Macmillan Publishing Compan.
I Wayan Santyasa. (2009). Metode Penelitian Pengembangan & Teori Pengembangan
Modul. Makalah Disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD, SMP, SMA,
dan SMK Tanggal 12-14 Januari 2009, Di Kecamatan Nusa Penida kabupaten
Klungkung
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Rasyid, Maghfira. 2012. Penelitian dan Pengembangan. (Online)
(http://magfirahrasyid.blogspot.com/2012/04/penelitian-dan-pengembangan.html)
(Diakses pada tanggal 01 Mei 2018).
Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. (2009). Developmental Research : Studies of
Instructional Design and Development.
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. (1994). Teknologi Pembelajaran: Definisi dan
Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI
LPTK UNJ.
Sofyani, Iman. Rangkuman Hakikat Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Tindakan (Action Research). (Online)
(http://www.imansofyani.co.cc/index.php/artikel/37-penelitian/85-rangkuman-
hakikat-penelitian) (Diakses pada tanggal 01 Mei 2018).
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Tessmer, Martin. (1998). Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia:
Kogan Page.
Van den Akker J., dkk. (2006). Educational Design Research. London and New York:
Routledge.

Anda mungkin juga menyukai