Resume Perkuliahan
Oleh :
Oleh:
KATAPENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
Pertemuan Ke-1 Hakikat Penelitian.....................................................................
Pertemuan Ke-2 Proposal.....................................................................................
Pertemuan Ke-3 Sumber Masalah dan Variabel Penelitian..................................
Tugas 1..................................................................................................................
Pertemuan Ke-4 Kajian Teknis/ Tinjauan Pustaka Dalam Penelitian...................
Pertemuan Ke-5 Populasi dan Sampel..................................................................
Tugas 2..................................................................................................................
Pertemuan Ke-6 Hipotesis Penelitian....................................................................
Pertemuan Ke-7 Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data...............
Tugas 3..................................................................................................................
Pertemuan Ke-8 Ujian Tengah Semester..............................................................
Jurnal Penelitian....................................................................................................
Pertemuan Ke-9 Penelitian Tindakan Kelas.........................................................
Pertemuan Ke-10 Penelitian Pengembangan........................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Resume ini tepat pada
waktunya.
Tugas Resume ini selain disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Penelitian Pendidikan Kimia, juga sebagai wahana pembelajaran bagi saya guna
mengetahui dan mengaktualisasikan diri menurut pengetahuan yang penulis
peroleh dari lembaga pendidikan.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, baik itu bimbingan, petunjuk maupun arahan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Fuad
Abd. Rachman, M.Pd. dan Dr. Hartono, M.A. sebagai dosen pembimbing dalam
mata kuliah ini.
Saya sangat menyadari bahwa tugas resume ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar resume ini bisa menjadi lebih baik demi bekal
pembelajaran pada masa yang akan datang.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga resume ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Penulis
PERTEMUAN KE-1
A. HAKIKAT PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia.
B. KEBENARAN
1. KEBENARAN MUTLAK (WAHYU/AGAMA)
YAKIN ------ DIPELAJARI ------ LEBIH YAKIN
Tidak bisa dibantah, bermula dari suatu keyakinan lalu dipelajari agar
lebih
meyakinkan
2. KEBENARAN ILMIAH (ILMU/SAINS)
RAGU -------- DIPELAJARI ------- YAKIN
Kebenaran ilmiah (sains/ilmu) adalah:
1. Sesuai dengan akal/pikiran manusia berdasarkan pengetahuan yang ada
(rasional/masuk akal)
2. Sesuai dengan hasil penginderaan manusia berdasarkan pengalaman
empiris
Sifat Kebenaran ilmiah, yaitu :
a. Relatif artinya tidak mutlak/suatu saat tidak benar
b. Tentatif artinya kebenaran itu akan tetap dijadikan kebenaran sebelum ada
yang menyangkalnya (bersifat sementara)
Ciri-ciri Kebenaran Ilmiah
Sesuai dengan rasio/akal manusia berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
Contoh kayu dibakar jadi abu atau arang memang sesuai dengan rasio
pengetahuan manusia.
Sesuai dengan hasil penginderaan/pengalaman empiris
(sesuatu yang tidak bisa diamati secara empiris, maka tidak bisa dikatakan
sebagai ilmu)
Umumnya, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima dikarenakan oleh tiga hal,
yaitu
1) adanya koheren
2) adanya koresponden, dan
3) pragmatis.
Kebenaran Nonilmiah
Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah.
Kadangkala kebenaran dapat ditemukan melalui proses nonilmiah, seperti :
a. Penemuan kebenaran secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan tidak lain dari takdir Tuhan.
Walaupun penemuan kebenaran secara kebetulan bukanlah kebenaran yang
ditemukan secara ilmiah, tetapi banyak penemuan tersebut telah
menggoncangkan dunia ilmu pengetahuan
b. Penemuan kebenaran secara common sense (akal sehat)
Penemuan sense merupakan serangkaian konsep atau bagan konseptual yang
memuaskan untuk digunakan secara praktis. Akal sehat dapat menghasilkan
kebenaran dan dapat pula menyesatkan
c. Penemuan kebenaran melalui wahyu
Kebenaran yang didasarkan kepada wahyu merupakan kebenaran mutlak,
jika wahyu datangnya dari Allah melalui Rasul dan Nabi.
d. Penemuan kebenaran secara intuitif
Kebenaran dapat juga dperoleh berdasarkan intuisi. Kebenaran dengan
intuisi diperoleh secara cepat sekali melaui proses luar sadar tanpa menggunakan
penalaran dan proses berpikir, ataupun melalui suatu renungan.
e. Penemuan kebenaran secara trial and error
Bekerja secara trial and error adalah melalukan sesuatu secara aktif dengan
mengulang-ulang pekerjaan tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara
dan materi.
f. Penemuan kebenaran melalui spekulasi
Penemuan kebenaran dengan spekulasi sedikit lebih tinggi tarafnya dari
penemuan secara trial and error.
g. Penemuan kebenaran karena kewibawaan
Umumnya kebenaran karena kewibawaan didasarkan pada logika saja.
Kebenaran karena wibawa dianggap suatu kebenaran yang diperoleh tanpa
prosedur ilmiah.
Fungsi ilmu
MENERANGKAN (EXPLAIN)
Yang diterangkan dalam ilmu yaitu kejadian, fenomena, gejala-gejala.
MERAMALKAN (PREDICTION)
Meramalkan sesuatu yang belum terjadi
MENGENDALIKAN (CONTROL)
Mengantisipasi terhadap suatu kejadian
4. Mengumpulkan data
Data adalah bahan informasi untuk proses berpikir gamblang atau
eksplisit.
5. Mengambil kesimpulan
Dari data-data yang sudah diolah diambil kesimpulan untuk menerima
atau menolak hipotesis yang dirumuskan pada langkah berpikir ketiga
diatas.
6. Menentukan kegunaan atau nilai umum dari kesimpulan
Jika pemecahan persoalan itu dapat diterima maka dipertanyakan apa
kegunaannya untuk masa mendatang atau apa nilai pemecahan persoalan
itu untuk kepentingan yang akan datang.
Ruang Lingkup
Penelitian memegang peranan yang sangat penting dalam membantu
manusia memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan atau pemecahan atas suatu
masalah. Dalam konteks ini maka fungsi penelitian adalah membantu manusia
meningkatkan kemampuannya untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena
masyarakat yang kompleks dan kait-mengait demi kemajuan manusia atau demi
eksistensi manusia itu sendiri.
Kompleksitas masalah pendidikan memang diakibatkan oleh luasnya
ruang lingkup pendidikan itu sendiri. Di dalam hal ini Tyler menyebutkan
delapan wajah yang merupakan peta konseptual pendidikan, yaitu :
1. Mata pelajaran
2. Pelajar (kegiatan dan intelengensi mereka)
3. Cara mengajar
4. Guru
5. Sekolah sebagai lambaga sosial
6. Lingkungan rumah
7. Lingkungan kawan sebaya
8. Lingkungan masyarakat
Sehubungan dengan penelitian pendidikan dan hasilnya Tyler
mengemukkan lima fungsi penelitian pendidikan yang dapat dilakukan pada
masa kini. Kelima fungsi penelitian itu mencakup :
1. Menunjukkan isi dan cara mengajar serta mengorganisasikan dan
menjalankan sekolah.
2. Menilai program, prosedur dan bahan-bahan untuk menunjukkan hasil
pendidikan yang telah dicapai, biaya dalam ukuran waktu, usaha dan
bahan-bahan dan keadaan hasil-hasil yang dicapai.
3. Membentuk suatu badan informasi tentang usaha pendidikan yang
bermanfaat dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan.
4. Menyediakan pandangan, rangsangan dan penyuluhan yang berhasil
untuk pembaruan pendidikan.
5. Mengembangkan teori yang lebih memadai dan sahih (valid) tentang
proses pendidikan serta pengoperasian usaha.
5. Melakukan pengendalian
Tugas ini berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa, gejala-gejala
yang diperkirakan bakal terjadi.
JENIS-JENIS PENELITIAN
Secara umum penelitian terbagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
2. Penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting);
disebut juga sebagai metode ethnografi, karena pada awalnya metode ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif
Filsafat postpositivisme sering juga disebut juga sebagai paradigma
interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang
holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat
interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek
yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi
oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada
obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau
human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen,
maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga
mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial
yang diteliti menjadi lebih luas dan bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial pendidikan yang diteliti,
maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai
teknik pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang
dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan
dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis dan teori. Metode kualitatif
digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam
penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih
menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan
transferability
Menurut penggunaannya
1. Penelitian dasar atau penelitian murni (pure research)
LIPI mendefinisikan penelitian dasar sebagai penelitian yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah atau menemukan bidang
penelitian baru tanpa suatu tujuan praktis tertentu.
Menurut metodenya
Penelitian historis
Penelitian filosofis
penelitian observasional
penelitian eksperimental
1. Penelitian histories
Penelitian ditujukan kepada rekonstruksi masa lampau secara sistematis
dan objektif memahami peristiwa-peristiwa masa lampau.
Kekhususan
1. Data yang dikumpulkan diambil dari hasil observasi orang lain.
2. Penelitian dilakukan dengan tertib, sistematis, objektif, dan tuntas.
3. Data yang dikumpulkan dari sumber primer yaitu penelitian sendiri
langsung melakukan observasi atas peristiwa-peristiwa yang
dilaporkan.
4. Data yang berbobot adalah data yang diuji secara eksternal dan
internal.
2. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat
fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu.
Kekhususan
1. Bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi
sekarang.
2. Bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun,
dijelaskan dan dianalisis.
3. Penelitian perkembangan
Penelitian perkembangan menyelidiki pola dan proses pertumbuhan
sebagai fungsi dari waktu.
Kekhususan
1. Memusatkan perhatian pada ubahan-ubahan dan perkembangan
selama jangka waktu tertentu.
2. Penelitian umumnya memakai waktu yang panjang atau bersifat
longitudinal.
3. Bila metoda penelitian yang dipakai dengan pendekatan cross-
sectional maka sampel yang dipilih harus representatif mewakili
populasi penelitian.
5. Penelitian korelasional
Penelitian korelasional bertujuan melihat hubungan antara dua gejala
atau lebih. Misalnya apakah ada hubungan antara status sosial orang tua
siswa dengan prestasi anak mereka.
6. Penelitian hubungan sebab-akibat
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat antara
faktor tertentu yang mungkin menjadi penyebab gejala yang diselidiki.
Misalnya sikap santai siswa dalam kegiatan belajar mungkin disebabkan
banyaknya lulusan pendidikan tertentu yang tidak mendapat lapangan
kerja.
Kekhususan
1. Pengumpulan data mengenai gejala yang diduga mempunyai
hubungan sebab akibat itu dilakukan setelah peristiwa yang
dipermasalahkan itu telah terjadi.
2. Suatu gejala yang diamati, diusut kembali dari suatu faktor atau
beberapa faktor pada masa lampau.
7. Penelitian eksperimental
Penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok-kelompok
eksperimen. Data sebagai hasil pengaruh perlakuan terhadap kelompok
eksperimen diukur secara kuantitatif kemudian dibandingkan. Misalnya
hendak meneliti keefektifan metode-metode mengajar.
Kekhususan
1. Di dalam eksperimen terhadap kelompok yang dikenai perlakuan
eksperimental dan kelompok yang dikenai perlakuan pembanding.
2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok eksperimen
3. Mengusahakan agar pengaruh perlakuan eksperimen menjadi
maksimal dan pengaruh ubahan penyangga menjadi minimal.
4. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar.
8. Penelitian tindakan
Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru
untuk mengatasi kebutuhan dalam dunia kerja atau kebutuhan praktis
lain.
PERTEMUAN KE-2
PROPOSAL PENILITIAN
Rancangan atau proposal penelitian merupakan pedoman yang berisi
langkah-langkah yang akan diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya.
Dalam menyusun rancangan penelitian, perlu diantisipasi tentang berbagai
sumber yang dapat digunakan untuk mendukung dan yang menghambat
terlaksananya penelitian.
Penelitian dilakukan berangkat dari adanya suatu permasalahan. Masalah
merupakan “penyimpangan” dari apa seharusnya dengan apa terjadi,
penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, penyimpangan antara teori
dengan praktik, dan penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan. Masalah
itu muncul pada ruang (tempat) dan waktu tertentu.
Rancangan penelitian harus dibuat secara sistematis dan logis sehingga
dapat dijadikan pedoman yang betul-betul mudah diikuti. Rancangan penelitian
yang sering disebut proposal penelitian paling tidak berisi empat komponen
utama, yaitu Permasalahan, Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis, Metode
Penelitian, Organisasi, dan Jadwal Penelitian.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada bagian ini berisi tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa yang sedang
terjadi pada suatu obyek penelitian, tetapi dalam peristiwa itu, sekarang ini
tampak ada penyimpangan-penyimpangan dari standar yang ada, baik standar
yang bersifat keilmuan maupun aturan-aturan. Oleh karena itu dalam latar
belakang ini, peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan
menjadi jelas. Melalui analisis masalah ini, peneliti harus dapat menunjukkan
adanya suatu penyimpangan yang ditunjukkan dengan data dan menuliskan
mengapa hal ini perlu diteliti.
B. Identifikasi Masalah
Dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada obyek
yang diteliti. Semua masalah dalam obyek, baik yang akan diteliti maupun yang
tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan.
Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik, maka peneliti perlu
melakukan studi pendahuluan ke obyek yang diteliti, melakukan observasi, dan
wawancara ke berbagai sumber, sehingga semua permasalahan dapat
diidentifikasikan.
Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut,
selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain.
Masalah yang akan siteliti itu kedudukannya di mana dia antara masalah yang
akan diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif
terhadap masalah yang diteliti. Selanjutnya masalah tersebut dapat dinyatakan
dalam bentuk variabel.
C. Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya
penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah
yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti memberi
batasan, di mana akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti,
serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel yang lain.
Berdasarkan batasan masalah ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan
masalah penelitian.
D. Rumusan Masalah
Setelah masalah yang akan diteiti itu ditentukan (variabel apa saja yang
akan diteliti, dan bagaimana hubungan variabel yang satu dengan yang lain), dan
supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti
itu perlu dirumuskan secara spesifik. Sebaiknya rumusan masalah itu dinyatakan
dalam kalimat pertanyaan. Jadi pola pikir dalam merumuskan masalah itu ada
empat tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dan kegunaan penelitian sebenarnya dapat diletakkan di luar pola
pikir dalam merumuskan masalah. Tetapi keduanya ada kaitannya dengan
permasalahan, oleh karena itu dua hal ini ditempatkan di bagian ini. Tujuan
penelitian di sini tidak sama dengan tujuan yang ada pada sampul skripsi atau
tesis, yang merupakan tujuan formal (misalnya untuk memenuhi salah satu
syarat untuk mendapat gelar sarjana), tetapi tujuan di sini berkenaan dengan
tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat
dengan rumusan masalah yang dituliskan. Misalnya rumusan masalahnya:
Bagaimanakah tingkat disiplin guru di Sekolah A? Maka tujuan penelitiannya
adalah: ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat disiplin guru di Sekolah A.
Kalau rumusan masalahnya : apakah ada pengaruh latihan terhadap produktivitas
kerja pegawai, maka tujuan penelitiannya adalah: ingin mengetahui apakah ada
pengaruh latihan terhadap produktivitas kerja pegawai dan kalau ada seberapa
besar. Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak pada
kesimpulan penelitian.
Identifikasi Masalah
Semua masalah yang ada pada obyek penelitian dikemukakan, baik masalah
yang akan diteliti maupun tidak diteliti. Tunjukkan hubungan masalah satu
dengan masalah yang lain. Masalah yang diteliti umumnya merupakan variabel
independen.
Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori dan supaya penelitian lebih
mendalam maka penelitian dibatasi pada beberapa variabel saja.
Rumusan Masalah
Dinyatakan dalam kalimat pertanyaan , jelas dan spesifik. Dapat berbentuk
rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel
moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu
ikut dilibatkan dalam penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan harus
didasarkan pada kerangka berpikir.
C. Hipotesis Penelitian
Karena hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis
adalah rumusan masalah dan kerangka berpikir. Kalau ada rumusan masalah:
adakah pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai, kerangka
berpikirnya: “jika kepemimpinan baik, maka motivasi kerja akan tinggi” maka
hipotesisnya adalah: ada pengaruh yang tinggi/rendah dan signifikan
kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian yang bertujuan untuk mengukur suatu gejala akan menggunakan
instrumen penelitian. Jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada
variabel yang diteliti. Bila variabel yang diteliti jumlahnya lima, maka akan
menggunakan lima instrumen. Dalam hal ini perlu dikemukakan instrumen apa
saja yang akan digunakan untuk penelitian, skala pengukuran yang ada pada
setiap jenis instrumen (Likert, dll), prosedur pengujian validitas dan reliabilitas
instrumen.
B. Jadwal Penelitian
Setiap rancangan penelitian perlu dilengkapi dengan jadwal kegiatan yang
akan dilaksanakan. Dalam jadwal berisi kegiatan apa yang akan dilakukan, dan
berapa lama akan dilakukan.
C. Biaya Penelitian
Biaya merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Jumlah biaya
yang diperlukan tergantung pada tingkat profesionalisme tenaga peneliti dan
pendukungnya, tingkat resiko kegiatan yang dilakukan, jarak tempat penelitian
dengan tempat tinggal peneliti, serta lamanya penelitian dilakukan.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Walaupun dalam penelitian kualitatif, masalah ini bersifat sementara,
namun perlu dikemukakan dalam proposal penelitian. Dalam latar belakang
masalah ini perlu dikemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi
selanjutnya dikaitkan dengan peraturan/kebijakan, perencanaan, tujuan, teori
pengalaman, sehingga terlihat adanya kesenjangan yang merupakan masalah.
Masalah ini perlu dikemukakan dalam bentuk data, bisa diperoleh dari studi
pendahuluan, dokumentasi laporan penelitian, atau pernyataan orang-orang yang
dianggap kredibel dalam media cetak maupun elektronik.
B. Fokus Penelitian
Pada penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi
pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau
orang yang dipandang ahli. Fokus dalam penelitian ini juga masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini merupakan panduan awal bagi peneliti untuk
penjelajahan pada obyek yang diteliti. Namun bila rumusan masalah ini tidak
sesuai dengan kondisi obyek penelitian, maka peneliti perlu mengganti rumusan
masalah penelitiannya.
Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif tidak berkenaan dengan
variabel penelitian, yang bersifat spesifik, tetapi lebih makro dan berkaitan
dengan kemungkinan apa yang terjadi pada obyek/situasi sosial penelitian
tesebut.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat
sementara, dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Dalam
proposal tujuan penelitian terkait dengan rumusan masalah, yaitu untuk
mengetahui segala sesuatu setelah rumusan masalah itu terjawab melalui
pengumpulan data.
E. Manfaat Penelitian
Untuk penelitian kualitatif, manfaat penelitian lebih bersifat teoritis, yaitu
untuk pengembangan ilmu, namun juga tidak menolak manfaat praktisnya untuk
memecahkan masalah. Apabila peneliti kualitatif dapat menemukan teori, maka
akan berguna untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengendalikan suatu
gejala.
B. Tempat Penelitian
Dalam hal ini perlu dikemukakan tempat di mana situasi sosial tersebut
akan diteliti. Misalnya di sekolah, di perusahaan, di lembaga pemerintahan, di
jalan, di rumah, dan lain-lain.
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti
sendiri atau anggota tim peneliti. Untuk itu perlu dikemukakan siapa yang akan
menjadi instrumen penelitian, atau mungkin setelah permasalahannya dan fokus
jelas peneliti akan menggunakan instrumen. Instrumen yang akan digunakan
perlu dikemukakan pada bagian ini.
C. Pembiayaan
Biaya merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Jumlah biaya
yang diperlukan tergantung pada tingkat profesionalisme tenaga peneliti dan
pendukungnya, tingkat resiko kegiatan yang dilakukan, jarak tempat penelitian
dengan tempat tinggal peneliti, serta lamanya penelitian dilakukan.
PERTEMUAN KE-3
SUMBER MASALAH
Langkah pertama yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalan proses
penelitiannya adalah penentuan masalah. Secara umum masalah dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang memerlukan pembahasan, pemecahan, informasi atau
keputusan. Dalam bidang penelitian, secara teknis masalah menyiratkan adanya
kemungkinan dilakukannya suatu penyelidikan empiris, yakni pengumpulan dan
analisis data (McMillan dan Scumacher, 1989). Masalah penelitian perlu
dinyatakan dengan jelas karena melalui prnyataan tersebut peneliti berusaha
mengkomunikasikan kepada pihak lain tentang fokus dan pentingnya masalah,
konteks dan skop kependidikan, serta kerangka kerja laporan penelitiannya.
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktik, antara aturan
dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner
mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila
terdapat penyimpangan antar pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.
a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak
diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah.
Orang yang bisanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus berubah
ke bidang pendidikan. Hal ini pada awalnya tentu akan memunculkan masalah.
Orang atau kelompok yang biasanya mengelola pendidikan dengan sistem
sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah.
b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan
kenyataan
Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan
tujuan dari rencana tersebut maka tentu ada masalah. Apakah masalahnya
sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk
menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya
penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.
c. Ada pengaduan
Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah,
ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan
yang diberikan, maka akan timbul masalah dalam organisasi itu. Dengan
demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi
pengaduan.
d. Ada kompetisi
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar
bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama.
Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data.
Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah SDM harus ditunjukkan
dengan data. Masalah SDM misalnya, jumlah SDM yang terbatas, jenjang
pendidikan yang rendah, kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data
masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil
penelitian orang lain atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to
date, lengkap dan akurat.
Pada umumnya peneliti dalam bidang pendidikan memfokuskan
kajiannya pada usaha untuk mendeskripsikan fenomena kependidikan,
menjelaskan (explaining) kejadian yang terobservasi, serta mengembangkan
pemecahan masalah kependidikan. Disamping itu, peneliti juga bisa mengajukan
berbagai pertanyaan baik yang bersifat teoritis maupun praktis di bidang
pendidikan. Akan tetapi, tidak semua pertanyaan dapat digolongkan dalam
masalah penelitian, seperti pertanyaan yang memerlukan penjelasan tentang
bagaimana melakukan sesuatu, berisi masalah mengambang karena terlalu luas,
atau pertanyaan tentang nilai.
Dalam penelitian, masalah yang menjadi fokus harus dinyatakan secara
formal untuk menunjukkan perlunya dilakukan penyelidikan secara empiris.
Dalam penelitian kuantitatif, masalah penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan, pernyataan, atau hipotesis. Pada umumnya masalah penelitian pada
mulanya diidentifikasi melalui topik yang masih umum. Setelah melakukan
kepustakaan yang berkenaan dengan topik tersebut kemudian peneliti lebih
memfokuskan topik tersebut sehingga menjadi masalah penelitian yang lebih
spesifik. Sumber-sumber masalah :
1. Observasi terhadap praktek kependidikan, merupakan sumber yang
kaya akan masalah penelitian. Dalam kenyataan kependidikan,
kebanyakan keputusan yang dibuat oleh praktisi didasarkan atas
praduga tanpa didukung data empiris, yang kemungkinan mempunyai
pengaruh terhadap siswa, staf pengajar dan administrasi, serta
masyarakat. Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi
terhadap hubungan tertentu yang belum atau tidak mempunyai dasar
penjelasan yang memadai.
2. Deduksi dari teori, dapat memunculkan masalah penelitian. Teori
merupakan konsep yang masih berisi tentang prinsip-prinsip umum
yang mana penerapannya dalam kondisi atau pelaksanaan kependidikan
tertentu belum diketahui selama belum diuji secara empiris. Hal ini
karena teori masih berupa konsep tersebut hanya diperoleh dan
dikembangkan dari hasil pemikiran secara rasional.
3. Kepustakaan tentang hasil penelitian juga memberikan rekomendasi
perlunya dilakukan replikasi atau penelitian ulang, baik dengan atau
tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil penelitian
yang lalu dan kemampuannya untuk digeneralisasikan lebih luas.
Dalam penelitian, seringkali subjek yang dipilih sulit atau bahkan tidak
mungkin dipilih secara acak, misalnya dalam eksperimen, sehingga
hasilnya hanya bisa digeneralisasikan secara terbatas.
4. Masalah sosial yang sedang diterjadi dapat memberikan masukan yang
berarti bagi peneliti untuk dijadikan masalah penelitiannya.
5. Situasi praktis, terutama dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan
tetentu, seringkali mendesak diadakannya peelitian evaluatif. Masalah
yang muncul dari situasi demikian diantaranya berkenaan dengan
kebutuhan kependidikan yang memerlukan informasi tentang
perencanaan, pengembangan, dan pelaksanaan suatu program.
6. Pengembangan pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan
jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
melalui metode kualitatif. Orang yang terlibat secara langsung dalam
situasi tertentu akan lebih peka dalam memahami makna yang
berkaitan dengan situasi tersebut.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Masalah merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan
masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah
dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus
didasarkan pada masalah.
2) Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi di
sini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan
variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).
Contoh rumusan masalah asosiatif hubungan kausal:
1. Adakah hubungan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar
anak? (pendidikan orang tua varibel independen dan prestasi
belajar variabel dependen)
2. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap
kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan
variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan
variabel dependen).
3. Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan
kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu
sekolah? (kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru sebagai
variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen)
Contoh judul penelitiannya:
1. Hubungan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak di
SD Kabupaten Alengkapura.
2. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan
lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di Provinsi Indrakila.
3. Pengaruh kurikulum, media pendidikan, kualitas guru terhadap
kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah.
VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau
obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu
obyek dengan obyek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari
bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi,
kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat,
ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut-atribut dari setiap obyek. Struktur
organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan, pengawasan, koordinasi,
prosedur dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan merupakan
contoh variabel dalam kegiatan administrasi pendidikan.
Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya, berat badan dapat
diakatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara
satu orang dengan yang lain. Demikian juga prestasi belajar karena prestasi
belajar dari sekelompok murid tentu bervariasi. Jadi kalau peneliti akan memilih
variabel penelitian baik yang dimiliki orang, obyek, maupun bidang kegiatan dan
keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya
bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi maka penelitian harus
didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi.
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak
(constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya, tingkat
aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji,
produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa
variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values). Dengan demikian variabel itu merupakan suatu yang
bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu
kualitas (qualities) di mana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan
darinya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di
sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dengan kemudian ditarik kesimpulannya.
Macam-macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka
macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:
a. Variabel Independen
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam SEM
(Structural Equation Modeling/Pemodelan Persamaan Struktural),
variabel independen disebut sebagai variabel eksogen.
b. Variabel Dependen
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structural Equation
Modeling/Pemodelan Persamaan Struktural), variabel dependen disebut
sebagai variabel indogen.
Motivasi Belajar Prestasi Belajar
(Variabel Independen) (Variabel Dependen)
c. Variabel Moderator
Adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah)
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel ini
juga disebut sebagai variabel independen kadua
Suasana Belajar
(Variabel Moderator)
d. Variabel Intervening
Adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang
tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Suasana Belajar
(Variabel Moderator)
e. Variabel Kontrol
Adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel independen terhadap variabel dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Motivasi Belajar Motivasi Belajar
(Variabel Independen) (Variabel Independen)
TUGAS 1
Jawab :
1. Contoh judul penelitian :
a) Deskriptif : Pemanfaatan dan Pengelolahan Labolatorium Kimia
SMA Negeri se- Kota Palembang Tahun Ajaran 2017/2018.
b) Deskriptif Korelatif : Hubungan Pembelajaran remedial terhadap
Hasil Belajar Siswa.
c) Deskriptif Komparatif : Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa
menggunakan Molymod dan Animasi.
d) PTK : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada materi
Hidrokarbon dengan media Molymod.
e) Penelitian Eksperimen : Pengaruh Kegiatan Praktikum terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada materi Asam Basa .
f) Penelitian Ex-post facto : Pengaruh cara belajar dan fasilitas
belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA
g) Penelitian Pengembangan: Pengembangan E-Module Kimia
SMA pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
2. Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Hasil Penelitian dan
Variabel Penelitian dari :
a. Deskriptif : Pemanfaatan dan Pengelolahan Labolatorium Kimia
SMA Negeri se- Kota Palembang Tahun Ajaran 2017/2018
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tingkat pemanfaatan labolatorium Kimia
SMA Negeri di Kota Palembang Tahun Ajaran
2017/2018?
2. Bagaimanakah tingkat penyimpanan dan pemeliharaan
alat labolatorium Kimia SMA Negeri di Kota Palembang
Tahun Ajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penelitian
ini adalah:
1. Mengetahui tingkat pemanfaatan laboratorium Kimia
SMA Negeri di Kota Palembang.
2. Mengetahui tingkat penyimpanan dan pemeliharaan alat
laboratorium Kimia SMA Negeri di Kota Palembang.
Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian di atas,
manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang
pengelolahan laboratorium Kimia.
2. Bagi siswa,guru dan laboran dapat meningkatkan
pemahamannya tentang pemanfaatan dan pengelolahan
laboratorium Kimia.
3. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dan pertimbangan
untuk lebih meningkatan pengelolahan laboratorium
Kimia.
4. Bagi lembaga instansi, dapat dijadikan pedoman dan
pertimbangan untuk melakukan evaluasi tentang
pengelolahan laboratorium Kimia di sekolah.
Variabel Penelitian : Variabel Pemanfaatan dan Variabel
Pengelolahan.
Variabel Penelitian :
- Variabel Bebas : Pembelajaran Remedial.
- Variabel Terikat : Hasil Belajar Siswa
Variabel Penelitian :
- Variabel Bebas : Molymod (X1), Animasi (X2).
- Variabel Terikat : Hasil Belajar Siswa
Variabel penelitian
Variabel bebas :
X (Kegiatan Praktikum)
Variabel Terikat :
Y(Hasil belajar Siswa)
Variabel Penelitian :
- Variabel bebas :
X1 ( Cara belajar)
X2 ( Fasilitas belajar)
- Variabel terikat :
Y (Prestasi Belajar)
PERTEMUAN KE-4
5. Mengorganisasi catatan
Hasil catatan yang dibuat pada langkah keempat dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa cara, misalnya kronologi, kesamaan wawasan
terhadap permasalahan, dan metodologi dan kemudian disusun
berdasarkan ide umum yang dapat meliputinya.
6. Menulis kutipan
Dalam membuat ulasan peneliti hanya mengutip hasil penelitian teori dan
praktk yang relevan dengan masalah penelitian. Banyak sedikitnya
ulasan serta kedalamannya sangat tergantung pada jenis penelitian serta
banyaknya penelitian yang pernah dilakukan.
KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
antar variabel independen dengan variabel dependen. Bila dalam penelitian ada
variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa
variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut,
selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu
pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka
berpikir.
Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila
dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian
hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang
dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-
masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih biasanya
dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena
itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan
maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berpikir.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar
argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala
yang menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar kerangka pemikiran bisa
meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam
membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa
hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan
teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis
dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel
yang diteliti. Sintesa tentang hubungan antar variabel tersebut, selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis.
1. Menetapkan Variabel Yang Diteliti
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam
menyusun kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus
ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel
yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk
menentukan teori yang akan dikemukakan.
2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca
buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat
berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat
dibaca adalah laporan penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi.
3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-
teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah
dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang definisi terhadap masing-masing
variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan
kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian
itu.
7. Paradigma Jalur
Teknik analisis Statistik yang digunakan dinamakan path analysis (analisis
jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi
sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir,
harus lewat jalur langsung atau melalui variabel intervening. Dalam
paradigma itu terdapat empat rumusan masalah deskriptif dan enam
rumusan masalah hubungan.
PERTEMUAN KE-5
A. Populasi
Populasi adalah kelompok subjek yang ingin dikenai generalisasi hasil
penelitian. Menurut Sugiyono “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga subjek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekadar jumlah yang ada pada objek/subjek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subjek atau objek itu.
Karakteristik Populasi
Karakteristik populasi menentukan luas atau sempitnya generalisasi dan
heterogenitas populasi.
1. Karakteristik sempit/sedikit
Generalisasi lebih luas, lebih heterogen
2. Karakteristik luas/banyak
Generalisasi lebih sempit,lebih homogeny
B. Sampel
Menurut Sugiyono, “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Syarat Sampel
1. Representatif; mewakili populasi; karakteristiknya harus mencerminkan
karakteristik populasi.
2. Yang diteliti adalah populasi, yang diambil datanya adalah data sampel.
3. Kesimpulan yang diambil adalah untuk populasi.
D. Teknik Sampling
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Semua anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.
a. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen.
1. Undian dengan pengembalian atau undian tanpa pengembalian
2. Penggunaan tabel bilangan random
3. Sistematik random
b. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini dugunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari
unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan
S2, 90 orang S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP,
maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang lulusan S2 itu diambil
semuanya sebagai sampel. Karena kedua kelompok ini terlalu kecil
bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.
1. Strata berdasarkan usia
2. Strata berdasarkan jenjang pendidikan
3. Strata berdasarkan jenis kelamin
4. Strata berdasarkan status perkawinan
5. Strata berdasarkan status sosial ekonomi
6. Strata berdasarkan asal sekolah
7. Strata berdasarkan jenjang kepangkatannya atau jenjang jabatan
b. Quota Sampling
Sampling quota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (quota)
yang diinginkan.
1. Mengambil sampel yang punya karakteristik/ciri tertentu serta
jumlah/quota yang harus diambil (misalnya: mahasiswa semester
V dari berbagai PT yang kuliah sambil bekerja atau kuliah tapi
sudah berkeluarga). Dicari yang paling mudah dihubungi. (ciri-
ciri yang dicari tidak merupakan representasi dari populasi secara
keseluruhan).
2. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada quota yang
diinginkan maka penenlitian dipandang belum selesai, karena
belum memenuhi quota yang ditentukan.
c. Incidental Sampling
Teknik ini adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
1. Pengambilan sampel seketemunya saja
2. Tidak representatif
3. Jumlahnya tidak ditentukan secara pasti
4. Mudah dilakukan
5. Sulit untuk diambil generalisasi
6. Digunakan untuk menemukan suatu isu/hal-hal yang menjadi
topik pembicaraan masyarakat
d. Purposive Sampling
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang
ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penenlitian
kualitatif.
1. Memilih sampel berdasarkan tujuan tertentu
2. Memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi
3. Misalnya untuk mengetahui kualitas pendidikan suatu daerah;
sampelnya dari orang tua, guru, kadinas, pengawas, dst.
4. Tidak terikat dengan jumlah sampel
e. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, kemudian dua
orang ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel.
1. Dimulai dari kelompok kecil
2. Masing-masing anggota kelompok memilih kawannya (satu atau
dua orang) untuk dijadikan sampel,
3. Kawannya memilih kawannya lagi untuk dijadikan sampel, begitu
seterusnya sampai diperoleh jumlah sampel yang diinginkan
4. Sampel tidak boleh lebih dari 100 orang
5. Menyelidiki hubungan antar manusia dalam hubungan yang akrab
f. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel
jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
E. Pertimbangan-pertimbangan dalam Menentukan Teknik Sampling
1. Tujuan penelitian: generalisasi, kesan-kesan umum dalam waktu
singkat
2. Pengetahuan tentang populasi
3. Kesediaan seseorang untuk dijadikan sampel
4. Jumlah biaya yang tersedia
5. Besarnya target fasilitas yang tersedia
F. Besar Sampel
1. Tidak ada ketentuan yang pasti
2. Jika homogen, sampel tidak perlu banyak
3. Semakin heterogen populasi, jumlah sampel semakin banyak
4. Untuk penelitian di sekolah, biasanya diambil sampel kelas
Soal:
1. Tulis kajian pustaka yang harus ada dalam setiap judul pada
Tugas 1.
2. Tulis penelitian yang relevan pada setiap judul.
3. Tulis kerangka berfikir dari setiap judul.
Jawab:
1.1 Laboratorium
1.1.1 Pengertian Laboratorium
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2002)
laboratorium diartikan sebagai tempat mengadakan percobaan (penyelidikan
dan sebagainya). Sekolah sebagai suatu lembaga kependidikan diwajibkan
memiliki sarana dan prasarana penunjang untuk proses pembelajaran
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana tercantum
dalam Pasal 42 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa:
“Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,
ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi dan ruang atau tempat
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan”.
1.1.2 Fungsi Laboratorium
Amien (dalam Tarmizi, 2005) mengemukakan bahwa fungsi
laboratorium adalah sebagai tempat untuk menguatkan/memberikan
kepastian keterangan (informasi), menentukan hubungan sebab akibat
(casualitas), membuktikan benar tidaknya faktor-faktor fenomena-fenomena
tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena apabila sudah
dibuktikan kebenarannya, mempraktekan sesuatu yang diketahui,
mengembangkan keterampilan, memberikan latihan menggunakan metode
ilmiah dalam memecahkan problem dan untuk melaksanakan penelitian
perorangan.
Seperti pendapat Hofstein dan Naaman (2007) yang mengemukakan
bahwa keberadaan laboratorium (kegiatan praktikum) di sekolah dapat
mendukung kegiatan pembelajaran serta mencapai tiga ranah tujuan
pendidikan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik
Pada hakikatnya kegiatan praktikum di laboratorium mengharapkan para
siswa mencapai tujuan-tujuan berikut.
1. Mengembangkan keterampilan dalam pengamatan, pencatatan data,
pengukuran dan memanipulasi alat yang diperlukan serta pembuatan alat-alat
sederhana.
2. Bekerja dengan teliti, cermat dalam mencatat, serta menyusun hasil
percobaan secara jelas dan objektif/jujur.
3. Bekerja secara teliti dan cermat serta mengenal batas-batas
kemampuannya dalam pengukuran- pengukuran.
4. Mengembangkan kekuatan penalarannya secara kritik
5. Memperdalam pengetahuan inquiri dan pemahaman terhadap cara
pemecahan masalah.
6. Mengembangkan sikap ilmiah.
7. Memahami, memperdalam, dan menghayati IPA yang dipelajarinya.
8. Dapat mendesain dan melaksanakan percobaan lebih lanjut dengan
menggunakan alat dan bahan yang sederhana (Amien, 1987: 95-96).
Pengelolaan laboratorium juga penting untuk diperhatikan yang secara
garis besar menurut Rustaman, dkk (2003) pengelolaan laboratorium
dibedakan menjadi kegiatan pemeliharaan, penyediaan, dan peningkatan
daya guna laboratorium.
Pasal 43 Keputusan Menterei Agama No. l7 Tahun 1988 ditetapkan pula
fungsi Laboratorium untuk :
a) Mempersiapkan sarana penunjang untuk melaksanakan pendidikan dan
pembelajaran sesuai dengan bidang studi yang bersangkutan.
b) Mempersiapkan sarana penunjang untuk melaksanakan penelitian dan
pengembangan sesuai dengan bidang studi yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Sukarso (2005), secara garis besar fungsi
laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan
intelektual melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji
gejala-gejala alam.
b. Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah
keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia
untuk mencari dan menemukan kebenaran.
c. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat
kebenaran ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
d. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang
calon ilmuan.
a. Kepala Laboratorium
Kepala laboratorium biasanya dijabat oleh guru yang memiliki kualifikasi
pendidikan sesuai dengan bidang keahliannya dan memiliki pengetahuan
serta keterampilan dalam mengelola laboratorium.
b. Tenaga Teknisi
Tenaga teknisi merupakan seseorang yang memiliki kemampuan secara
profesional untuk menjalankan, mengoperasikan, dan memelihara serta
mengembangkan perlengkapan sehingga laboratorium dapat untuk
digunakan.
c. Tenaga Laboratorium
Tenaga laboratorium merupakan seseorang yang memiliki kemampuan
profesional untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di labotratorium
yang meliputi penelitian, pengembangan dan pelatihan serta layanan pada
suatu bidang ilmu tertentu. Tugas utamanya adalah membantu
terselenggarakannya kegiatan laboratorium di sekolah. Laboratorium
merupakan sarana untuk menjembatani teori dan praktek.
1.2 Belajar
1.2.1 Pengertian Belajar
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252)
belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan
yang ditimbulkan oleh lainnya.Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan
kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat
situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The
Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang
diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari
sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.
Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang
bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan
Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada
prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
1.3 Pembelajaran
1.3.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari
kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
I. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Di dalam
membicarakan faktor intern ini,
akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasmaniah, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan.
1. Faktor Jasmaniah
Faktor kesehatan
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,
olahraga, rekreasi, dan ibadah.
Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat
belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar
pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar
dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah :
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
Intelegensi
Menurut J. P. Chaplin, intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari
tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau
sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar
siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu
menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai
dengan hobi atau bakatnya.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi
berbeda dengan perhatian, karena perhatian sfatnya sementara (tidak
dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan
senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan
dari situ diperoleh kepuasan.
Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hillgard adalah kemampuan untuk
belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat
mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar
dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat di
bidang itu.
Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi
untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak/pendorong.
Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk
berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis,
dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain.
Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara
terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat
melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih
berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk
memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah kesediaan
untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari
dalam diri seeseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,
karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlahat denngan lemah
lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh.
Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi pembakaran di
dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian
tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan
dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing
sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk
bekerja.
2) Lingkungan nonsosial.
Pemanfaatan Laboratorium
TINDAKAN
1. Kondisi Laboratorium
2. Aktivitas siswa di Laboratorium
3. Penggunaan fasilitas belajar
di laboratorium
1. Fungsi korektif
2. Fungsi pemahaman
3. Fungsi pengayaan
4. Fungsi penyesuaian
5. Fungsi akselerasi
6. Fungsi terapeutik
2.2.3 Prosedur Pembelajaran Remedial
Secara garis besar prosedur pembelajaran remedial dikelompokkan menjadi 4
tahap yaitu :
a. Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan kegiatan
berikutnya dan menemukan kesulitan yang dihadapi (diagnosis). Tujuan
kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik yang meliputi : letak kesalahan
menyelesaikan masalah, kesulitan
- Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan terori-teori tersebut diatas penulis menjelaskan suatu
alur pemikiran keterkaitan antar indicator dengan permasalahan yang di
akan di kaji yang akan di sajikan
Keterangan :
Pembelajaran Remedial : Variabel yang mempengaruhi (X1)
Hasil Belajar : Variabel yang dipengaruhi (Y)
3 Deskriptif Komparatif : Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa
menggunakan Molymod dan Animasi.
A. Tinjauan Pustaka
3.1 Hasil Belajar
3.2.1 Pengertian Hasil Belajar
- Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
3.3 Molymod
Molymod adalah suatu alat peraga untuk menggambarkan bentuk suatu molekul.
Molymod biasanya terbuat dari plastic berupa bulatan- bulatan yang
dihubungkan oleh suatu batangan.. Bulatan tersebut bertindak sebagai suatu
atom sedangkan batangannya sebagai ikatan. Bulatan mempunyai warna-warna
yang berbeda untuk membedakan mana yang bertindak sebagai atom pusat dan
yang bertindak sebagai atom yang terikat pada atom pusat. Molymod tersebut
dapat dibongkar pasang sesuai dengan bentuk molekul yang diinginkan. Masih
banyak sekolah yang belum mempunyai molymod tersebut karena berbagai
pertimbangan sedangkan guru sangat membutuhkannya sebagai alat peraga.
Keterangan warna bola :
1. Putih : Hidrogen ( 1 lubang )
2. Hitam : Karbon ( 4 lubang )
3. Merah : Oksigen ( 2 lubang )
4. Hijau : Halogen ( 1 lubang )
5. Biru : Nitrogen ( 3 lubang )
6. Kuning : Sulfur ( 2 lubang )
Keterangan pada tangkai :
1. Medium grey stick : ikatan kovalen tunggal
2. Long flexible grey stick : ikatan kovalen rangkap
3. Short white stick : ikatan C dan H
3.4 Animasi
3.4.1 Pengertian Animasi
Kata animasi berasal dari penyesuaian kata “animation” yang berasal dari kata
dasar “to animate” dalam kamus Inggris Indonesia berarti menghidupkan.
2.4 Molymod
Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal
dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari
bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga
sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Di alam,
asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk
berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam
asetat, dan asam tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit.
Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak abad pertengahan, salah
satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh para peneliti
untuk memisahkan emas dan perak.
Terdapat tiga teori tentang cara membedakan senyawa asam dan senyawa
basa. Teori tersebut adalah teori Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis.
C. Kerangka Berpikir
3. Keuletan.
4. Minat terhadap
pelajaran. b. Persiapan sarana
2. Perlengkapan belajar
b. Buku pelajaran
c. Buku catatan
d. Alat-alat tulis
Penelitian yang relevan tentang Pengaruh cara belajar dan fasilitas belajar
terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA sebelum nya telah diteliti oleh Angga
Ilmiawan (2009) dengan judul “PENGARUH CARA BELAJAR DAN
FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI SISWA KELAS X SMA N 3 BOYOLALI
TAHUN AJARAN 2008/2009.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode
deskriptif asosiatif (korelasional). Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA
N 3 Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009 sebanyak 235 dari 6 kelas. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
proporsional random sampling dengan cara undian.
C. Kerangka Berpikir
Baik tidaknya cara belajar siswa akan mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Selain cara belajar fasilitas belajar juga mempengaruhi prestasi belajar
siswa.
Cara Belajar (X1)
Sub Variabel :
1. Cara belajar di Sekolah
2. Cara belajar di Rumah
Prestasi belajar
PERTEMUAN KE-6
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Pengertian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan maslah
penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak
dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.
Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Setelah selesai menyusun landasan teori, seorang peneliti biasanya sampai
pada suatu kesimpulan tentang permasalahan penelitian. Bertolak dari yang
telah dilakukan dalam mencari landasan teori, para peneliti akan mempunyai
tiga peluang dalam memberikan jawaban sementara terkait dengan
permasalahan penelitian. Apakah peneliti mempunyai arah jawaban yang pasti
secara positif maupun negatif terhadap permasalahan masalah tersebut.
Jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis ini disebut sebagai
hipotesis.
Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai kekuatan
dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari teori yang
relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta atau dari kenyataan dengan
teori yang relevan.
Hipotesis dikatakan sementara karena kebenarannya masih perlu diuji atau
dites kebenarannya dengan data yang asalnya dari lapangan. Hipotesi juga
juga penting peranannya karena dapat menunjukkan harapan dari si peneliti
yang direfleksikan dalam hubungan ubahan atau variabel dalam permasalahan
penelitian.
Oleh karena itu hipotesis dibuat sebaiknya sebelum peneliti terjun ke
lapangan mengumpulkan data yang diperlukan. Mengapa hipotesis dibuat
sebelum peneliti ke lapangan (Ary, dkk, 1985:76) ada dua alasan yang
mendasarinya, yaitu :
a. Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa peneliti mempunyai ilmu
pengetahuan yang cukup dalam kaitannya dengan permasalahan
b. Bahwa dengan hipotesis dapat memberikan arah dan petunjuk tentang
pengambilan data dan proses interpretasinya.
Dalam penelitian, seorang peneliti yang menuliskan hipotesis secara baik
mempunyai beberapa tujuan penting. Di antara tujuan tersebut diantaranya
sebagai berikut :
1. Menyediakan keterangan secara sementara terhadap gejala dan
memungkinkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
2. Menyediakan para peneliti dengan pernyataan hubungan antar variabel
yang dapat diuji kebenarannya
3. Memberikan arah yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam melakukan
penelitian.
4. Memberikan kisi-kisi laporan untuk melaporkan kesimpulan studi.
Ralat Jenis II
Terima H0 Keputusan Betul
(Type II Error)
Ralat Jenis I
Terima H1 Keputusan Betul
(Type I Error)
Perkiraan
Andaikan bahwa suatu sampel injin baru telah pilih dan penyebaran N2O
telah diukur. Kita juga tahu statistik-statistik berkenaan dengan penyebaran oleh
injin lain. Perkiraan untuk mendapatkan nilai z ditunjukkan di bawah. Min
penyebaran injin lain ialah 100 dengan varians 25. Bilangan sampel injin baru
ialah 36 dan min penyebaran daripada sampel ialah 101.8. Soalannya sekarang
ialah, "adakah 101.8 berbeda daripada 100"?
Dal am gambar di bawah, titik "a" dan "b" adalah titik genting. Nilai z
untuk min penyebaran daripada sampel injin baru ialah 2.16. Nilai terjatuh dalam
kawasan genting (2.16 > 1.96). Maka H0 hendaklah ditolak dan H1 diterima.
Ini bermakna pada tahap 5% keyakinan, penyebaran injin baru didapati
perbedaan daripada injin lain. Tetapi perhatikan bahawa nilai z terletak di
bahagian kanan, iaitu penyebaran injin baru adalah lebih tinggi daripada injin lain.
Tiga Bentuk Rumusan Hipotesis
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu variable mandiri,
tidak membuat perbandingan atau hubungan.
Contoh : - Seberapa tinggi daya tahan lampu merk A ?
- Seberapa baik gaya kepemimpinan di Lembaga X ?
2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dengan
nilai dalam satu variable atau lebih pada sample yang berbeda
Contoh : Adakah perbedaan daya tahan lampu merk A dan merk B ?
3. Hipotesis Hubungan (Asosiatif)
Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan
tentang hubungan antara 2 variabel atau lebih
Contoh : Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan efektivitas
kerja ?
Ho : μ1 = μ2
Ha : μ1 = μ2 (Uji yang tidak memiliki arah, 2 ekor, 2 ujung)
Ho : μ1 <= μ2
Ha : μ1 >= μ2 (Memiliki 1 arah, 1 ekor, 1 ujung)
Ket :
θ : besaran untuk populasi (parameter) (rata-rata, simpangan baku, variasi)
Hipotesis yang menyatakan Hubungan
Ho : μ1 xy = 0 Ho : μ1 xy <= 0 Ho : μ1 xy >= 0
Ha : μ1 xy = 0 Ha : μ1 xy > 0 Ha : μ1 xy < 0
B. Jenis instrumen
Tes Nontes
Tes prestasi Kuisioner
Tes kecerdasan Wawancara
Tes bakat Dokumentasi
Tes minat Observasi
Tes dianostik Skala sikap
Tes formatif
Tes sumatif
Tes kepribadian
Tes awal/akhir
Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya ada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi.
Wawancara dapat dilakukan scara terstruktur maupun tidak terstruktur,
dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telepon.
Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi
pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara
terstruktur ini pula, pengumpul data dapat menggunakan beberapa
pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara
mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon
pewawancara.
Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan dinyatakan.
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam
penelitian pendahuluan atau bahkan untuk penelitian lebih mendalam
tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha
mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan
yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti
permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui
secara pasti data apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak
mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias.
Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat
dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat. Kebiasan data ini
akan tergantung pada pewawancara, yang diwawancarai (responden)
dan situasi & kondisi pada saat wawancara.
Kelebihan wawancara
1. Kontak langsung antara interviewer dan interviewee lebih akrab
2. Informasi lebih mendalam
3. Tidak terlalu formal
4. Bisa untuk tuna netra dan buta huruf
Kelemahan wawancara
1. Jumlah responden terbatas
2. Responden grogi menjawab
3. Masalah bahasa
4. Penyesuaian diri dengan responden
Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
angket. Kalau wawancara dan angket selalu berkomunikasi dengan orang,
maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga obyek-obyek alam yang
lain.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan manjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non
participant observation. Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan
maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak
terstruktur.
2. Analisis Statistik
Analisis statistik ini berasal dari data kuantitatif. Pada umumnya, statistik dibagi 2
macam, yaitu:
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini lazim dikenal pula dengan istilah Statistik Deduktif,
statistik sederhana dan Descriptive Statistics. Yaitu statistik yang tingkat
pekerjaannnya mencakup cara-cara menghimpun, menyusun atau mengatur,
mengolah, menyajikan, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan
gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa atau
keadaan. Dengan kata lain, statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas
mengorganisasi dan menganalis data angka, agar dapat memberikan gambaran secara
teratur, ringkas, dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga
dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.
b. Statistik Inferensial
Statistik inferensial, yang lazim dikenal pula dengan istilah Statistik induktif,
statistik lanjut, statistik mendalam atau Inferensial Statistics, yaitu statistik yang
menyediakan aturan atau cara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam rangka
mencoba menarik kesimpulan yang bersifat umum, dari sekumpulan data yang telah
disusun dan diolah.
Jenis-jenis Uji Statistik
1. Uji Korelasi
Yaitu menetapkan hubungan antara pasangan skor dari sebaran skor yang berbeda dan
ingin mengetahui ada tidaknya hubungan dua pasangan tersebut.
2. Uji Regresi
Penelitian mencoba melibatkan dua variabel atau lebih biasa ditujukan untuk
memperkirakan variabel yang satu atas variabel lainnya sepanjang variable tersebut
ada pertautannya dengan akal sehat
3. Uji Hipotesis
Penerimaan atau penolakan hipotesis nol melalui statistik pengujian t, yaitu satu
variabel acak yang nilainya bergantung pada data sampel.
Soal:
1. Tulis kan populasi dan sampel/subjek penelitian pada setiap judul pada tugas 1.
2. Tuliskan teknik pengumpulan data setiap judul
3. Tuliskan teknik analisa data pada setiap judul
Jawab :
1. Deskriptif : Pemanfaatan dan Pengelolahan Labolatorium Kimia SMA Negeri se-
Kota Palembang Tahun Ajaran 2017/2018.
- Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80).
Populasi dalam penelitian ini adalah SMA Negeri se-Kota Palembang.
- Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
population sampling karena jumlah populasi kurang 100 yang artinya peneliti
dapat menjadikan seluruh populasi menjadi sampel penelitian.
- Teknik Pengumpulan Data
Subjek yang dilibatkan adalah berupa dokumen pengelolaan laboratorium, kepala
laboratorium kimia, guru kimia, laboran kimia, dan siswa. Informasi yang
dikumpulkan dari tiap-tiap subjek adalah isi dokumen pengelolaan laboratorium,
pendapat dan pengalaman kepala laboratorium kimia, guru kimia, laboran kimia,
dan siswa, yang terkait dengan pengelolaan laboratorium kimia di SMA masing-
masing.
Adapun instrumennya adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan
angket. Pedoman observasi digunakan sebagai panduan melakukan observasi
kegiatan laboratorium terhadap laboratorium sekolah yang digunakan sebagai
tempat penelitian. Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan untuk
melakukan wawancara terhadap oknum (informan) yang dilibatkan dalam
penelitian ini: kepala laboratorium kimia, guru kimia, laboran kimia, dan siswa.
Angket digunakan untuk menggali informasi secara tertulis dari informan yang
disebutkan di atas.
- Teknik analisa data
Cara analisis data yang digunakan adalah dengan teknik triangulasi yang terdiri
atas triangulasi sumber informasi dan triangulasi metode serta analisis deskriptif
kualitatif dan interpretatif (Basrowi & Suwandi. 2008; Miles & Huberman, 2007).
Analisis dokumen dilakukan dengan memetakan data dokumen pengelolaan
laboratorium yang diperoleh dari tiap-tiap sekolah. Berdasarkan analisis tersebut,
akan ditemukan kekuatan dan kelemahan pengelolaan laboratorium yang dapat
dijadikan acuan pengembangan pedoman. Analisis hasil observasi dan
wawancara dilakukan secara bersama-sama selama proses pengambilan data dan
diperkuat dengan pembuatan transkrip hasil wawancara. Hasil wawancara akan
dikuatkan dengan melakukan pengecekan kembali informasi oleh informan
(member check). Kridibilitas data ditingkatkan juga dengan cara triangulasi.
Analisis akhir dilakukan dengan teknik interpretatif dengan menimbang seluruh
data/informasi yang berhasil dikumpulkan. Secara umum, analisis data dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut: 1) penyajian data, 2) reduksi data, 3) pemetaan
(display) data, dan 4) interpretasi data (Sugiyono, 2009; Miles & Huberman,
2007).
3. Deskriptif Komparatif : Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri
1 menggunakan Molymod dan Animasi .
- Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X SMA Negeri 1
Palembang
- Sampel
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan teknik cluster random
sehingga diperoleh satu kelas yaitu Kelas X-A dan Kelas X-B yang diberikan
perlakuan.
- Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa metode tes, angket, dan observasi.
- Teknik analisa data
Teknik analisis Instrumen kognitif menggunakan: (1) uji validitas, penentuan
validitas tes menggunakan formula Gregory dan rumus korelasi product moment
formula Pearson. (2) Uji reliabilitas, digunakan rumus Kuder Richardson (KR-
20). (3) Tingkat kesukaran, ditentukan atas banyaknya siswa yang menjawab
benar butir soal dibanding jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes. (4) Daya
pembeda suatu item, ditentukan dari proporsi test kelompok atas yang dapat
menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan dikurangi proporsi test
kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir item tersebut.
4. PTK : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPASMA Negeri 1 Palembang
pada materi Hidrokarbon dengan media Molymod.
- Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X IPA SMP Negeri 1
Palembang
- Sampel
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan teknik cluster random
sehingga diperoleh satu kelas yaitu Kelas X IPA A yang diberikan perlakuan.
- Teknik Pengumpulan Data
Observasi dan Tes
- Teknik analisa data
Teknik Deskriptif Kualitatif dan Teknik Deskriptif Kuantitatif.
Teknik Deskriptif Kualitatif dengan persentase penilaian hasil belajar ranah
kognitif yang dilakukan pada awal dan akhir pada setiap siklus, penilaian hasil
belajar ranah afektif, penilaian ranah psikomotor,serta penilaian angket respon
siswa
1. Angket
Metode angket atau kuesioner merupakan metode untuk memperoleh data
dengan cara memberikan pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar yang
harus dijawab secara tertulis oleh subyek penelitian atau responden. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 128) yang menyatakan
bahwa “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui.”
Sanapiah Faisal (2002: 122) menyebutkan “Angket adalah sebagai suatu alat
pengumpulan data berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan
kepada subyek/ responden penelitian dan disebarkan untuk mendapatkan
informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang”. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mendapatkan data variabel bebas, yaitu cara
belajar siswa dan fasilitas belajar siswa. Kuesioner atau angket dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan sudut pandang yang
digunakan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128), jenis-jenis angket yang digunakan
untuk mengumpulkan data berdasarkan sudut pandangan yaitu :
1. Dipandang dari cara menjawab :
a. Kuesioner terbuka ,
b. Kuesioner tertutup,
2. Dipandang dari jawaban yang diberikan :
a. Kuesioner langsung,
b. Kuesioner tidak langsung,
3. Dipandang dari bentuknya :
a. Kuesioner pilihan ganda (sama dengan kuesioner tertutup)
b. Kuesioner isian (sama dengan kuesioner terbuka)
c. Check list,
d. Rating scale (skala bertingkat)
Dari macam-macam angket tersebut, maka dalam penelitian ini untuk
mendapatkan data yang sesuai dengan variabel cara belajar siswa dan
fasilitas belajar siswa digunakan jenis angket tertutup, langsung dan
berbentuk miring.
Jenis angket tertutup merupakan angket yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih. Angket langsung adalah angket yang
responden harus menjawab tentang dirinya. Dalam penelitian ini peneliti
merumuskan sejumlah pertanyaan dengan sudah disertai alternatif jawaban,
sehingga responden diberi kesempatan untuk memilih salah satu jawaban
yang sesuai dengan data yang diperlukan.
Dalam penyusunan angket, sebaiknya mengikuti langkah-langkah dalam
penyusunan angket yang benar. Langkah-langkah penyusunan angket
menurut
Masri Singarimbun (1995: 30) adalah sebagai berikut :
1. Menyusun matriks spesifikasi data
2. Menyusun angket
3. Try out (uji coba) angket
4. Revisi angket
5. Memperbanyak angket
2. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002: 135) mengemukakan bahwa “Metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya”.
Dalam teknik dokumentasi ini, data yang dikumpulkan adalah data prestasi
belajar mata pelajaran teknologi informasi komunikasi berupa nilai mid
semester genap yang diperoleh siswa kelas X SMA Negeri 3 Boyolali tahun
pelajaran 2008/2009.
Menurut Kagan (2000:1), belajar kooperatif adalah suatu istilah yang digunakan
dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana siswa belajar bersama-sama dalam
kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan berbagai masalah. Setiap siswa tidak hanya
menyelesaikan tugas individunya, tetapi juga berkewajiban membantu tugas teman
kelompoknya, sampai semua anggota kelompok memahami suatu konsep. Sedangkan
menurut Johnson & Johnson dalam Kagan (2000:1) model pembelajaran kooperatif adalah
strategi belajar yang menggunakan kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok dengan siswa
dari tingkat kemampuan berbeda, menggunakan aktivitas belajar yang bervariasi untuk
meningkatkan pemahaman mereka terhadqap suatu konsep.
Model Pembelajaran Talking Stick ini adalah sebuah Model Pembelajaran yang
dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan
bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah dan keharus paks
aan sepanjang tidak merugikan bagi peserta didik dengan maksud untuk menumbuhkan dan
mengembangkan rasa percaya diri.
2. Hasil Belajar
2.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa
menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang
dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk
angka.
Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga
menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis
perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian
kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil
belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS
yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan
(C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif
adalah tes.
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas
tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono,
dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai
berikut:
- Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
- Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
3. Koloid
3.1 Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid
berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).Contoh : Mayones dan cat, mayones adalah
campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat
cair.Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari
sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik
padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Sistem koloid sangat berkaitan
erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem
koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai
jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. Karena sistem
koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih
mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri
kita.Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah
setelah waktu tertentu).
Fungsi Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam rumusan hipotesis,
yang diuji adalah ketidakbenaran variabel (X) mempengaruhi (Y).
H0 : Tidak terdapat pengaruh penerapan metode Talking Stick terhadap hasil belajar
siswa pada materi koloid.
H1: Terdapat pengaruh penerapan metode Talking Stick terhadap hasil belajar siswa
pada materi koloid.
2. No probability Sampling
Noprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik sampel ini meliputi:
1. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari
100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan
dari bilangan tertentu.
2. Sampling Kuota
Sampling kuoto adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunya ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan. Sebagai contoh akan melakukan
penelitian tentang pendapat masyarakat dalam urusan izin mendirikan bangunan. Jumlah
sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500
orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota
yang ditentukan
3. Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, atau penelitian tentang
kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik.
Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang
tidak melakukan generalisasi.
5. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang
dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
6. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Ibarat bola salju yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya.
(Sugiyono, 2009:63-68)
8. Apakah ada penelitian tanpa instrumen? Kenapa instrumen harus valid dan
reliable? Dalam penelitian pada nomor 1 , instrumen apa yang digunakan ?
Jawab :
Tidak ada penelitian tanpa instrumen.Instrumen penelitian adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
Tanpa instrumen, peneliti dianggap gagal dalam penelitian ilimiah karena tidak
mungkin mendapatkan data yang akurat tanpa adanya instrumen penelitian. Penelituan
membutuhkan data empiris, dan data tersebut hanya didapat dengan penggunaan instrumen
dan teknik pengumpulan data yang tepat.
Instrumen yang valid berarti instrumen mampu mengukur tentang apa yang diukur.
Instrumen yang memenuhi persyaratan reliabilitas (handal), berarti instrumen menghasilkan
ukuran yang konsisten walaupun instrumen tersebut digunakan mengukur berkali-kali.
Instrumen harus Valid dan Reliable karena n syarat mutlak untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid dan reliabel. Namun, hal ini masih dipengaruhi oleh kondisi objek yang
diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.
Selain memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas, instrumen hendaknya memenuhi
persyaratan kepraktisan. Artinya instrumen tersebut praktis untuk dilaksanakan, ringkas,
mudah dimengerti, dan hemat biaya.
Instrumen dalam penelitian ini merupakan tes objektif berupa soal-soal.
9. Dalam penelitian pada nomor 1 , apakah di gunakan uji Statistik? Uji statistik
apa? Jelaskan !
Jawab :
Ya. Uji statistik yang digunakan adalah pada Teknik Pengumpulan Data digunakan
Uji Validitas Tes dan Reliabilitas Tes ,untuk menguji tingkat validitas test digunakan uji yang
dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan korelasi product moment. Untuk menguji
reliabilitas tes menggunakan rumus KR 20 (Kuder Richardson).
Pada Teknik Analisa data digunakan :
- Uji Normalitas Data : Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan
adalah uji liliefors (Sudjana, 2005 : 466).
- Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas varians data dilakukan setelah kedua sampel diberikan
perlakuan. Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh informasi apakah kedua sampel dalam
penelitian ini memiliki varians homogen atau tidak. Pengujian homogenitas menggunakan uji
F (varians terbesar dibagi dengan varians terkecil).
- Pengujian Hipotesis : Dalam penelitian ini, digunakan uji kesamaan dua rata-
rata. Pengujian dimaksudkan untuk melihat apakah sampel kelas eksperimen dan kelas
kontrol memperlihatkan hasil yang berbeda. Statistik hipotesis yang akan diuji dirumuskan
sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh penerapan metode Talking Stick dan pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi koloid.
H1: Terdapat pengaruh penerapan metode Talking Stick dan pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi koloid.
Sedangkan statistik uji yang digunakan adalah statistik uji t-test polled varian
- Uji Homogenitas Varians Populasi : Uji ini dimaksudkan untuk melihat
kemampuan, karakteristik kedua kelas pada materi koloid.Pengujian ini menggunakan uji
Barlett
- Uji Kesamaan Dua : Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah
kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau/tidak.
10. Sampai sejauh mana batas-batas generalisasi yang harus dilakukan oleh
seorang peneliti dalam penelitiannya? Apakah penelitian pada soal nomor 1 perlu
generalisasi?
Jawab :
Peneliti melakukan generalisasi atau kesimpulan sampel diberlakukan di populasi
dimana sampel tersebut diambil. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi
dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu
populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode
estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri
dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya
yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam
penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”.
Pada judul nomor 1 , teknik pengambilan data sampel dengan purposive sampling.
Purposive sampling yaitu suatu pengambilan sampel yang memiliki karakteristik yang
homogen antara kedua kelas yang akan diteliti.
JURNAL BAHASA INDONESIA
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara masalah adalah sumber daya anusia
yang memiliki kekayaan alam yang (SDM) Indonesia. SDM Indonesia
luar biasa. Namun yang menjadi belum dapat mengolah sumber daya
alam (SDA) dengan maksimal. Hal masa depan. Kurikulum 2013 bertu-
ini tentu dikarenakan SDM yang juan untuk mempersiapkan manusia
kurang kreatif dan inovatif dalam Indonesia agar memiliki kemampuan
memanfaatkan SDA yang luar biasa hidup sebagai pribadi dan warga
itu. negara yang beriman, produktif,
Oleh sebab itu tantangan besar kreatif, inovatif, dan afektif serta
yang dihadapi Indonesia yaitu mengu- mampu berkontribusi pada kehidupan
payakan agar sumber daya manusia bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
memiliki kompetensi dan keterampil- dan kemajuan peradaban dunia.
an agar tidak menjadi beban. Ke- Pendekatan yang merujuk pada
majuan suatu bangsa diberbagai kurikulum 2013 salah satunya adalah
bidang berbanding lurus dengan ke- pendekatan saintifik (scientific
majuan pendidikannya. Maka, untuk approach). Langkah-langkah pembe-
mencapai SDM yang kreatif dan lajaran menggunakan pendekatan
inovatif dapat diperoleh melalui peng- saintifik yaitu mengamati (observing),
optimalan SDM dari segi pendi- menanya (questioning), mengum-
dikannya. pulkan informasi/mencoba (experi-
Pendidikan memiliki peran yang menting), menalar (associating), dan
sangat penting, hal ini sesuai dengan mengkomunikasikan (communicat-
UU No 20 Tahun 2003 tentang ing) (Tim Penyusun, 2014). Secara
Sistem Pendidikan Nasional pada menyeluruh langkah-langkah tersebut
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa akan mendorong dan menginspirasi
pendidikan nasional berfungsi me- siswa berpikir secara kritis, analistis,
ngembangkan kemampuan dan mem- tepat serta mendorong dan meng-
bentuk karakter serta peradaban bang- inspirasi siswa mampu berpikir hipo-
sa yang bermartabat dalam rangka tetik dan mampu memahami, mene-
mencerdaskan kehidupan. Maka dari rapkan, dan mengembangkan pola
itu, Indonesia sebagai negara yang berpikir yang rasional dan objektif
selalu berupaya memperbaiki kualitas dalam merespon materi pembelajaran
pendidikan masyarakatnya, terus- (Tim Penyusun, 2013).
menerus melakukan pembenahan Pembelajaran kimia secara umum
dalam bidang pendidikan, meskipun ditekankan pada pengamatan lang-
demikian pemerintah secara menye- sung atau pengembangan kompetensi
luruh belum mampu mengatasi per- diri peserta didik agar dapat melihat
masalahan pendidikan di Indonesia. dan mengamati sendiri keadaan alam
Maka salah satu upaya pemerintah sekitar. Sehingga pengetahuan kimia
untuk mengatasi hal tersebut yaitu yang diperoleh akan terlihat lebih
dengan melakukan perubahan kuri- bermakna. Hal ini disebabkan karena
kulum. Perubahan kurikulum yang pembelajaran kimia itu seharusnya
terakhir dilakukan yaitu Kurikulum dimulai dengan mengamati suatu
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) objek dapat berupa gambar, video,
menjadi Kurikulum 2013. atau fenomena. Sehingga siswa akan
Kurikulum 2013 dikembangkan timbul keingintahuannya tentang
berdasarkan budaya bangsa Indonesia objek yang diamati, kemudian akan
yang beragam, diarahkan untuk mem- muncul pertanyaan. Dengan rasa ke-
bangun kehidupan masa kini, dan ingintahuan tersebut, maka siswa
untuk membangun dasar bagi ke- akan mencari tahu, yaitu dapat
hidupan bangsa yang lebih baik di dengan mencari informasi dari
berbagai suber dan dapat dari prak- kegunaan media pembelajaran yaitu
tikum/percobaan. Setelah diperoleh memperjelas penyajian pesan agar
informasi atau data, selanjutnya di- tidak terlalu bersifat verbalistis,
kaitkan setiap informasi tersebut dan mengatasi keterbatasan ruang, waktu
ditalar sehingga muncul suatu jawab- dan daya indera, penggunaan media
an dan disimpulkan. Berdasarkan hal pembelajaran yang tepat dan ber-
tersebut, maka pembelajaran kimia variasi dapat mengatasi sikap pasif
harus mengacu pada prinsip pem- anak didik, memberikan perangsang
belajaran dalam kurikulum 2013, belajar yang sama, menyamakan pe-
salah satunya dengan pendekatan sa- ngalaman, dan menimbulkan persepsi
intifik. Proses pembelajaran dengan yang sama.
pendekatan saintifik diarahkan untuk Salah satu media pembelajaran
“mencari tahu dan melakukan se- sederhana yang dapat dibuat oleh
suatu”, sehingga peserta didik dapat guru adalah LKS. Menurut Abdul
menemukan sendiri pemahaman dan (2012), LKS (student worksheet) ada-
kompetensinya dengan melihat ke- lah lembaran-lembaran berisi tugas
adaan lingkungan sekitarnya. Pende- yang harus dikerjakan oleh peserta
katan saintifik berkaitan erat dengan didik. LKS ini berisi petunjuk lang-
metode saintifik. Metode saintifik kah-langkah yang harus dilakukan
(ilmiah) pada umumnya melibatkan oleh siswa untuk mengerjakan suatu
kegiatan pengamatan atau obervasi tugas, dan berperan membantu siswa
yang dibutuhkan untuk perumusan dalam memadukan aktivitas fisik dan
hipotesis atau pengumpulan data. mental mereka selama proses pem-
Metode ilmiah pada umumnya di- belajaran. Selain itu, LKS juga ber-
landasi dengan pemaparan data yang peran membantu guru dalam menga-
diperoleh melalui pengamatan atau rahkan siswa menemukan konsep-
percobaan. Oleh sebab itu, kegiatan konsep melalui aktivitasnya sendiri.
percobaan dapat diganti dengan ke- Dengan adanya LKS diharapkan
giatan memperoleh informasi dari siswa dapat melaksanakan kegiatan
berbagai sumber (Sani, 2014). pembelajaran dan menuangkan ide-
Untuk menerapkan proses pem- ide kreatifnya baik secara perorangan
belajaran dengan pendekatan saintifik maupun kelompok, mampu berpikir
guru seharusnya membuat suatu me- kritis dan menjalin kerjasama yang
dia pembelajaran yang menuntut baik dengan anggota kelompok.
siswa untuk aktif. Media pengajaran Sementara itu, LKS menurut Trianto
diartikan sebagai segala sesuatu yang (2009) adalah panduan yang diguna-
dapat digunakan untuk menyalurkan kan untuk melakukan kegiata penye-
pesan atau isi pelajaran, merangsang lidikan atau pemecahan masalah”.
pikiran, perasaan, perhatian dan ke- Terdapat beberapa jenis LKS
mampuan siswa, sehingga dapat menurut fungsinya, diantaranya yaitu:
mendorong proses belajar-mengajar (a) LKS yang membantu siswa me-
(Ibrahim dan Syaodih, 2010). Menu- nemukan suatu konsep, (b) LKS yang
rut Arsyad (2011) fungsi utama media membantu siswa menerapkan dan
pembelajaran adalah sebagai alat ban- mengintegrasikan suatu konsep yang
tu mengajar yang turut mempengaruhi telah ditemukan, (c) LKS yang ber-
iklim, kondisi, dan lingkungan belajar fungsi sebagai penuntun belajar, (d)
yang ditata dan diciptakan oleh guru. LKS yang berfungsi sebagai penguat-
Menurut Sadiman (2011), kegunaan- an, dan (e) LKS yang berfungsi
sebagai petunjuk praktikum (Rohman N 1 Kotabumi, SMA N 3 Kotabumi,
dan Sofyan, 2013). SMA Jayabaya, SMA Kemala
Penggunaan media LKS ini di- Bhayangkari, SMA N 1 Abung Se-
harapkan dapat memberikan manfaat latan, dan SMA Prima, diperoleh
dalam proses pembelajaran, hal ini hasil bahwa 100% guru belum ada
seperti yang dikemukakan oleh yang menggunakan LKS dalam pro-
Arsyad (2005) antara lain yaitu : 1) ses pembelajaran materi Laju Reaksi
memperjelas penyajian pesan dan meskipun guru-guru menyatakan
informasi sehingga proses belajar sudah menerapkan kurikulum 2013.
semakin lancar dan meningkatkan Mereka hanya menggunakan buku
hasil belajar. 2) meningkatkan motiv- paket yang sudah dipastikan berbasis
asi siswa dengan mengarahkan per- kurikulum 2013, tetapi 43,59% siswa
hatian siswa sehingga memungkinkan menyatakan bahwa masih guru yang
siswa belajar sendiri-sendiri sesuai dominan menyampaikan materi
kemampuan dan minatnya. 3) peng- dengan metode ceramah, dan hanya
gunaan media dapat mengatasi keter- 23,08% siswa yang menyatakan guru
batasan indera, ruang, dan waktu. 4) menggunakan metode eksperimen
Siswa akan mendapatkan pengalaman yang disertai diskusi, dan sisanya
yang sama mengenai suatu peristiwa 33,33% siswa menyatakan guru
dan memungkinkan terjadinya inter- menggunakan metode diskusi dalam
aksi langsung dengan lingkungan menyampaikan materi laju reaksi.
sekitar. Tidak hanya itu melalui LKS, Meskipun demikian, pembelajaran
diharapkan siswa dapat termotivasi yang berlangsung belum membuat
dalam mempelajari konsep-konsep siswa aktif menemukan konsep sen-
kimia diri. Jadi, kurikulum 2013 di enam
Dalam hal ini, LKS yang se- SMA Kotabumi yang dipilih secara
harusnya dibuat oleh guru bidang acak ini belum ada yang sepenuhnya
studi kimia salah satunya dapat ber- menerapkan kurikulum 2013 dan
basis pendekatan saintifik. Namun, belum ada guru yang membuat LKS.
pada kenyataannya belum banyak Oleh karena itu, 100% guru menyata-
guru yang menggunakan LKS dalam kan perlu dikembangkan LKS yang
pembelajaran materi laju reaksi se- merujuk pada kurikulum 2013 seperti
lama kurikulum 2013 ini diterapkan. yang berbasis pendekatan saintifik.
Meskipun sudah mulai menggunakan Dengan adanya instrumen LKS ber-
krikulum 2013, guru-guru masih ku- basis pendekatan saintifik dalam pro-
rang memperhatikan pendekatan sain- ses pembelajaran kimia, maka siswa
tifik dalam penyampaian materi kimia diharapkan mampu mengeksplorasi
dan masih dominan menerapkan me- diri, aktif mencari tahu informasi dari
tode ceramah yang dianggap mudah. berbagai sumber belajar, sehingga
Selain itu, kendala guru yang terbesar mengembangkan pola berpikir yang
belum terlalu memahami kurikulum rasional dan objektif dalam merespon
2013, dan menganggap kurikulum materi pembelajaran.
2013 sulit diterapkan. Berdasarkan hasil penelitian
Fakta tersebut diperkuat dengan Habibi (2014) penggunakan LKS
hasil analisis terhadap beberapa siswa dengan Pendekatan Keterampilan
dan guru kimia SMA di Kotabumi Proses, diperoleh peningkatan hasil
pada tahap pendahuluan. Dari enam belajar siswa dari 8,3% pada hasil
SMA di Kotabumi di antaranya SMA pretes menjadi 83,3% pada hasil
postes dan secara statistika terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata- saintifik pada materi laju
rata nilai pretes dan postes. Pengem- reaksi. Lokasi penelitian pada
bangan LKS berbasis pendekatan penelitian ini adalah di enam
saintifik sudah mulai dikembangkan SMA di Kabupaten Lampung
juga pada beberapa materi kimia, Utara pada tahap studi lapangan
diantaranya kelarutan dan hasil kali dan di SMA Negeri 3 Kotabumi
kelarutan oleh Saradima (2014) dan pada tahap uji coba terbatas.
materi zat aditif dan psikotropika oleh Sumber data pada
Natauly (2014) yang memiliki hasil pengembang-an ini berasal dari
tanggapan siswa dan guru terhadap tahap studi pen-dahuluan,
aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan validasi ahli, dan tahap uji coba
kemenarikan sangat tinggi. terbatas. Pada tahap studi pen-
Pada materi laju reaksi, siswa dahuluan, data diperoleh dari
dapat diajak untuk mengamati feno- wawan-cara dengan enam guru
mena laju reaksi dalam kehidupan kimia kelas XI dan 30 siswa
sehari-hari, dengan demikian siswa mengenai pembe-lajaran kimia
akan terpacu untuk berpikir kreatif khususnya pada materi laju
dan mendapat banyak pengalaman reaksi yang dilakukan pada
secara langsung dalam mempelajari enam SMA di Kabupaten
materi tersebut. Oleh karena itu di- Lampung Utara. Pada tahap
lakukanlah penelitian yang berjudul validasi ahli, data dipeoleh dari
“Pengembangan Lembar Kerja Siswa pengisian angket uji kesesuaian
Berbasis Pendekatan Saintifik pada isi, konstruksi, dan keterbacaan.
Materi Laju Reaksi.” Pada tahap uji coba terbatas,
Penelitian ini bertujuan untuk 1) data diperoleh dari pengisian
Mengembangkan LKS berbasis pen- angket uji kesesuaian isi,
dekatan saintifik pada materi laju kemenarikan, dan keterbacaan
reaksi 2) Mendeskripsikan karakteris- oleh guru kimia dan dari
tik LKS berbasis pendekatan saintifik pengisian angket uji
pada materi laju reaksi hasil keterbacaan, dan kemena-rikan
oleh siswa kelas XI di SMA
Negeri 3 Kotabumi.
Pada tahap studi
pendahuluan terdiri dari studi
pustaka dan studi lapangan.
Kemudian pada tahap pe-
ngembangan produk LKS
berbasis pendekatan saintifik ini
terdiri dari penyusunan produk,
kemudian valid-asi produk.
Setelah itu, melakukan revisi
produk berdasarkan hasil va-
lidasi. Produk LKS hasil revisi
ini selanjutnya di bawa ke SMA
N 3 Kotabumi untuk meminta
tanggapan guru dan siswa,
kemudian melakukan revisi
kembali setelah mendapatkan
masukkan dari guru dan siswa sebagai
penyempurnaan produk. 1. Mengkode dan mengklasifikasi-
Adapun kegiatan dalam teknik kan data, bertujuan untuk menge-
analisis data angket kesesuaian isi, lompokkan jawaban pernyataan
konstruksi, keterbacaan dan kemena- angket.
rikan LKS berbasis pendekatan sain- 2. Melakukan tabulasi data berda-
tifik pada materi laju reaksi dilakukan sarkan klasifikasi yang dibuat,
dengan cara : bertujuan untuk memberikan
gambaran frekuensi dan kecen-
derungan dari setiap jawaban
berdasarkan pernyataan angket dan
banyaknya responden (pengisi
angket).
3. Memberi skor jawaban responden.
Penskoran jawaban responden ber-
dasarkan skala Likert. Skala Likert
dapat dilihat pada Tabel 1.
DAFTAR PUSTAKA
*Corresponding author
Abstract
Indonesian schools apply the 2013 curriculum in learning, including mathematics
learning. The 2013 curriculum emphasizes the implementation of a scientific approach in
learning. This research was conducted to develop a teaching material that could support the
implementation of scientific approach in learning mathematics. The teaching material
developed was scientific approach based student's worksheet. The worksheet displayed
material of learning with steps of scientific approach. There are five steps of scientific
approach, those are observing, questioning, asking, associating and communicate. The
worksheet can be used when it has three characteristics. Those are valid, practical and
effective. Therefore in this research, it has to see the three of the characteristics. To
develop the valid, practical and effectiveness worksheet, it was conducted a study of
research and development (R&D) by using a design model of McKenney. McKenney
model consists of three stages. Those were preliminary stage, prototyping stage and
assessment stage. This study was conducted in grade X students. Data was obtained from
observation, interview and questionnaire. The results revealed that the worksheet was
valid, practical and effective. The worksheet can be used in studying mathematic. It can
also be a sample for teachers to design a worksheet and help the teachers to know how to
design a worksheet.
1 INTRODUCTION
The purpose of Indonesian education is to educate the nation's life in accordance with the
opening of the 1945 Constitution. One of the tools that can be used to achieve that goal is
mathematics. In order to achieve the goals of national education, the Indonesian
government try to make a renewal education, one of which is the curriculum changes from
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Educational Unit Curriculum) to 2013 Curriculum.
The 2013 curriculum emphasizes that student learning outcomes are not only judged from
knowledge alone, but also attitudes and skills. That is, students are expected not only to
master the subject matter but also able to develop their attitude and skills.
The 2013 curriculum emphasizes learning with a scientific approach. The scientific
approach is characterized by the projection of the dimensions of observation, reasoning,
invention and validation and the explanation of a truth in which the learning process must
be carried out guided by scientific values, principles or criteria. The scientific approach
includes the 5M steps of observing, asking, trying, associating and communicating
(Depdikbud, 2013,p.10).The activity of observing, students are given a fact/phenomenon
that is concrete, simple and related to the concepts learned, then students are asked to
observe the facts/phenomena given. The process of observing facts/phenomena includes
seeking information, seeing, reading or listening. Observation activities conducted in order
to attend curiosity and interest of students to the material to be studied. The activity of
questioning is done as one of the process of building student knowledge in the form of
concept, principle, procedure, law and theory. The goal is that students have high-level,
critical, logical and systematic skills. Questioning activities can be done in groups and
class discussions. Working in groups provides an opportunity for students to be able to
share their ideas. The activity of trying is to improve the understanding of concepts,
principles or procedures. The activities try to facilitate students to find their own concepts,
principles or procedures so that students do not just memorize but understand the concept
well. These activities include planning, designing and carrying out experiments, as well as
obtaining, presenting and processing data. The activity of communicating is a means of
conveying conceptualization results in oral, written, drawing / sketching, diagrams or
graphs. The activity aims to enable students to communicate their knowledge, skills and
application, and student creation through presentation, reporting, and/or performance.
The learning process can take place well if supported with the right learning materials.
Meanwhile, the scientific approach is new to be applied so that not many teaching
materials are available at school or on the market. Textbooks available are still less,
especially in the subject of math for interest group (Kelompok Peminatan) in high school
level.
Student worksheet is sheets containing a set of activities that must be done to maximize the
understanding in the effort to form basic skills according to indicators of achievement of
learning outcomes that must be pursued (Trianto, 2010, p.111). The worksheet should not
only contain material and questions, but also include activities that students should do and
lead them to understand a concept. The Worksheet can assist students in understanding the
concept with scientific approach steps. It contains important concepts based on core
competencies and basic competencies that must be mastered by students. The colour,
background and format of the worksheet writing are tailored to the student's condition and
pleasure. The student worksheet developed can make it easier for students to understand
the subject matter especially the difficult material. One of the materials that students are
difficult to understand and they tend to memorize the formula is trigonometric material.
Trigonometry is one of the subjects studied in grade X in the second semester. The sub-
materials are trigonometric equations, trigonometric identification and trigonometric
applications in life. The preparation of the worksheet should pay attention to some
elements. The worksheet consists of six main elements namely title, instruction manual,
basic competence or subject matter, supporting information, task and assessment
(Prastowo, 2011, p.205). Other elements may be added into it on the basis of need.
2.RESEARCH
METHODS 2.1
Design Research
The method of this study was research and development (R & D) with development design model
adapted from McKenney model. The development process of the worksheet consisted of 3 stages:
preliminary, prototyping, and assessment.
The preliminary stage consisted of content structure, concept and student analysis. Content
structure analysis was an analysis of curriculum content that included analysis of core
competencies, basic competencies and indicators that students must achieve. Curriculum analysis
was done so that the worksheet in accordance with the demands of competence that had to be
achieved by students. Concept analysis was conducted by identifying the main concepts of
mathematics and organizing them systematically according to the order of presentation. Student
analysis includes analysis of age, predilection of colour and image, academic ability, psychomotor
and maturity level. The analysis was done so that it was suitable to the students.
Prototyping stage was the stage for designing the worksheet based on scientific approach.
Prototyping stage consists of prototype 1, prototype 2 and prototype 3. The Student worksheet that
had been designed was called prototype 1. In prototype 1, it was conducted self-evaluation and
expert review to test the validity of the worksheet. Self evaluation was to evaluate the prototype 1.
Expert reviews were asking relevant experts/experts to provide assessment and input to the
prototype that has been designed. After a revision of prototype 1, Prototype 2 was obtained. In
prototype, 2 One-to-One Evaluation was performed. One-to-one evaluation is done by asking three
students to comment on the worksheet. After one-to-one evaluation, it is revised. Then, do field
test. Last is the assessment stage. Assessment stage is conducted to test the effectiveness of the
produced worksheet. The effectiveness based on the scientific approach is seen from the result of
the student's final test after learning by using the worksheet.
The subjects of the trial in the development of scientific approach based students’ worksheet were
the students of Grade X SMA (Senior High School) Negeri 7 Padang. The students were selected
as subjects because they had higher intelligence levels and were active in learning compared to
other classes so that the students’ worksheet were suitable to be tested in this class.
2.3 Research Instrument and Data Analysis Technique
Data were obtained from documents, observations, interviews, questionnaires and a test of learning
outcomes. The questionnaires that was used in this were Likert-scale questionnaire adapted from
Sukardi (2008) with four alternative answers were: strongly agree (score 5), agree (score 4),
disagree (score 2), strongly disagree (score 1). Alternative hesitant answers (score 3) are omitted to
avoid the tendency of the student to choose such a hesitant answer. There were two kinds of
questionnaire, questionnaire for validity and other for practicality of the worksheet.
Data obtained from documents, observation and interview were qualitative data. According to
Miles and Huberman in Sugiono (2012) there are 3 stages performed to analyze qualitative data
were data reduction, display data (presentation data), and verification (drawing conclusions). Data
reduction is selecting important data and removing unnecessary data. Display data (presentation of
data) that presents data documents, observations, and interviews in the form of a brief description.
Verification (drawing conclusions) is to make a conclusion about the analysis results of document,
observation and interviews.
The student worksheet developed must contain three characteristics that are valid, practical
and effective (Akker, 1999,p.93) Therefore, the developed product needs to be tested for
validity, practicality and effectiveness. Validity can be interpreted with the accuracy, truth
or validity of an instrument (Sudijono. 206,p.93). The teaching material is said to be valid
if it meets the aspect of the validity. The assessment aspects of the validity of teaching
materials include the components of content, language, presentation and graphic. The
practicality of teaching materials refers to the ease of use of materials. According to
Depdiknas (2008,p.28), a practical way are 1) easy and pleased using it, 2) suitable to
students because the implementation is easy. While the practical considerations according
to him are: 1) ease of use, among others: easy to manage, stored, and can be used anytime,
2) the time required to be short, fast and precise ,
4. the appeal of the device to the student's interests, 4) easily interpreted by expert teachers
and other teachers 5) can be used as a substitute or variation of other teaching
materials.Effectiveness comes from the word 'effective'. According to Badudu and Sutan
(1994,p.199), effective means 1) have an effect 2) give satisfactory results, 3) utilize time
and manner very well. The worksheet effectiveness can be seen from the influence of the
worksheet to students after students learn by using it. If the worksheet has been valid,
practical and effective, then the worksheet has been good and qualified. It meant the
worksheet can be used in learning mathematics.
Value of Practicality (VP) = (Score obtained) / (Maximum score) × 100%
(3) Determining the criteria of the worksheet practicability adapted from Riduwan (2010)
The test of learning outcomes is analyzed by determining the number of students who were
pass the test and not. The student would pass the test if their scores reaches KKM
(Minimum Criteria of Completeness) determined by the school. KKM subjects of
mathematics groups of interest for grade X SMAN 7 Padang is 75. Percentage mastery
learning was classically calculated using the following formula:
a) Observing
The worksheet presented various graphs of trigonometric functions. Activities of suffering
could increase the curiosity and interest of students to the material. One example graph of
the trigonometric function presented in the worksheet can be seen in Fig 1.
3.1.2 Prototype 2
Prototype 2 was prototype 1 revised. Prototype 2 was conducted One-to-One evaluation.
One-on-One Evaluation was done by asking some students to comment the worksheet. The
number of students used in One-to-One evaluation was 3 persons. Each student was given
the worksheet then asked them to read the worksheet. Then the researchers observed and
recorded responses and student questions about the worksheet.
On One-to-One evaluations, students gave some suggestions and criticism. There were
students who claimed that they had difficulty in reading certain types of writing on the
worksheet. Students also suggested that it should be given a little entertainment in the
worksheet as a cartoon drawing so students did not get tired and bored of reading the
worksheet. Another suggestion was that the explanations contained in the worksheet were
clear so that they can understand.
3.1.3 Prototype 3
Prototype 3 was prototype 2 revised. Prototype 3 was done Field test. Field test was done
by giving the worksheet to student class X.IA2. Here are the results of data collection on
field tests. Questionnaires were given to teachers and students. The practicality values
obtained from student and teacher questionnaires are 81.67% and 88%, respectively, in
very practical categories. This suggests that the worksheet is already practical.
2) Observation Results
Observation was done every meeting in class. Observation was done to see the
implementation of learning by using the worksheet, sufficiency of time and constraints
faced in learning.
Observations at the first meeting showed that students were very enthusiastic when
receiving the worksheet. For the first Meeting students did the worksheet part 1. The
student did it in pairs. This was adjusted to the situation in class X.IA2 where students sit
with a partner who has been determined by the teacher in accordance with their abilities.
Based on observations at the first meeting obtained some notes. The worksheet could be
understood by the students. In observing activities students take a long time to observe the
graph. The time available is not enough to do the worksheet. This happens because the
exercise question is too much that is 10 questions and some problems have a high degree
of difficulty. Improvements made after this first observation was to reduce the question of
exercise into 5 questions. The other five questions are about Homework. At the first
meeting students need a lot of guidance from teachers in working on the worksheet.
At the second and third meetings students began to get used to the worksheet so that not
many obstacles were found. Students who ask about worksheet instructions are no longer
available. The time allocated is enough to work on the worksheet.
At the fourth meeting students learn about the identity of trigonometry. Based on the
observation, it could be seen that the guidance on the worksheet was clear and
understandable. The time spent on doing the worksheet was sufficient. Students could
understand the material and work on existing activities in the worksheet. The material
about trigonometric identity was not too much and easy to understand. The exercises about
trigonometric identity were quite difficult, therefore in doing the existing exercises in the
worksheet students need guidance and instruction teachers.
At the fifth meeting students learn about Trigonometric Applications. In learning there are
not many obstacles that arise. The instructions in the worksheet were clear. The images
presented in the worksheet were clear and understandable.
Based on the observation it can be seen that the use of the worksheet is getting better in
every meeting. This shows that the implementation of learning by using the worksheet
gone well.
3) Interview Result
Students were asked to give their opinion about the worksheet. Based on the results of
interviews generally obtained information that the time allocated for working out the
worksheet is enough, worksheet already has the usefulness for students and easy worksheet
in its use. Interview results are also used as suggestions and inputs to improve the
worksheet.
3.3. Result of Assessment Stage Analysis
Assessment stage was done to test the effectiveness of the product. At the assessment
stage, the worksheet was applied in the learning process. Based on the research conducted,
the worksheet was applied for five meetings and one meeting for final test. The
effectiveness of the worksheet based on the scientific approach is seen from the final test
given to the students. The final test was done after the students finish studying the
trigonometry by using the worksheet. The final test results show that the complete student
reaches 87.5%. Students who complete the material were more than classical thoroughness
of 75%. This means that the LKS-based scientific approach developed has been effective.
4 CONCLUSIONS
Based on the results of research that has been done, it can be concluded that (1) the
worksheet based on scientific approach developed was valid according to mathematicians
and Indonesian experts. It meant the worksheet has been valid and feasible to use. (2) The
worksheet based on the scientific approach developed was practical. The worksheet was
easy to use, in accordance with the time allocated for trigonometric material and beneficial
for teachers and students. (3) The worksheet has been effective. This was evident from the
student's final test result. From the final test result, it is known that 87.5% of students were
passed. This indicated that the worksheet has been effective.
5 ACKNOWLEDGEMENT
This research was financially supported by Indonesia Endowment fund for education
(LPDP). This study was also supported by Departemen Pendidikan Matematika
(Department of Mathematics Education) of Universitas Negeri Padang and Universitas
Pendidikan Indonesia. We also acknowledged SMAN 7 Padang for supporting this
research.
REFERENCE LIST
Akker, Jan Van Den dkk. (1999). Design Approaches and Tools in Education and
Training. Dordrecth:
Kluwer Akademic
Badudu, Yus dan Sutan Muhammad Zain. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Indonesian Dictionary). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
McKenney, Susan et al. 2006. Educational Design Research. New York: Routledge
Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Creative Guide to
Create Innovative Instructional Materials). Yogjakarta: DIVA Press.
Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula
(Learning Research Easily for Teachers, Employees and Beginner Researchers).
Bandung: Alfabeta.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning Model). Jakarta: Bumi
Aksara.
RESUME JURNAL BAHASA INDONESIA
A. Permasalahan
1. Bagaimana mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik pada
materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi?
2. Bagaimana karakteristik LKS yang dikembangkan?
3. Bagaimana respon guru terhadap LKS yang dikembangkan?
4. Bagaiaman respon siswa terhadap LKS yang dikembangkan?
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2. Untuk mendeskripsikan karakteristik LKS yang dikembangkan.
3. Untuk mendeskripsikan respon guru terhadap LKS yang
dikembangkan.
4. Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap LKS yang
dikembangkan.
C. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik pada materi
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
2. Untuk mendeskripsikan karakteristik LKS yang dikembangkan.
3. Untuk mendeskripsikan respon guru terhadap LKS yang dikembangkan.
4. Untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap LKS yang
dikembangkan.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan atau Research and Development. Produk yang dihasilkan dari
pengembangan ini adalah LKS berbasis pendekatan saintifik.
E. Hasil
Berdasarkan hasil validasi ahli oleh validator terhadap LKS hasil
pengembangan, persentase penilaian hasil validasi aspek kesesuaian isi,
konstruksi dan keterbacaan termasuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa LKS hasil pengembangan telah layak digunakan
untuk pembelajaran disekolah.
F. Kesimpulan
1. LKS dirancang dan disusun agar siswa dapat mandiri,aktif dan kreatif.
2. LKS memiliki desain yang menarik sehingga mampu meningkatkan
minat belajar siswa khusus materi laju reaksi.
3. Isi LKS mengacu pada kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).
RESUME JURNAL BAHASA INGGRIS
A. Problem
How to develop a student worksheet based on the scientific approach of
trigonometric material for grade X student?
B. Research Purpose
To develop a student worksheet based on the scientific approach of trigonometric
material for grade X student.
C. Benefit of Research
To develop a student worksheet based on the scientific approach of trigonometric
material for grade X student.
D. Research Methodes
The method of this study was research and development (R & D) with development
design model adapted from McKenney model. The subjects of the trial in the
development of scientific approach based students’ worksheet were thestudents of
Grade X SMA (Senior High School) Negeri 7 Padang. Research Instrument and
Data Analysis Technique (documents, observations, interviews, questionnaires and
a test of learning outcomes).
E. Result
F. Conclusions
The worksheet has been effective.
From the final test result, it is known that 87.5% of students were passed.
PERTEMUAN KE-9
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Tujuan PTK
Tujuan utama PTK adalah memecahkan pemasalahan nyata yang terjaidi di dalam
kelas dan sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan
dengan tindakan yang dilakukan.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di
sekolah.
Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam dan di luar kelas.
Meningkatakan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta
sikap proaktif di daalm melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajran secara
berkelanjutan (sustainable)
b. Pendahuluan
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Untuk
itu, dalam bab pendahuluan, yang intinya adalah paparan alasan atau latar belakang
penelitian hendaknya dipaparkan bahwa:
Masalah yang diteliti adalah benar-benar suatu masalah pembelajaran yang terjadi
di sekolah. Dikarenakan hal tersebut umumnya di dapat dari pengamatan dan kajian
(diagnosis) yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah,
maka jelaskan pula proses atau kondisi yang terjadi.
Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk
di pecahkan serta dapat dilaksanakan, dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya,
dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.
Dari identifikasi masalah diatas, jelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar
penyebab dari masalah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan
(argumentasi) bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu.
c. Perumusan dan Pemecahan Masalah
Bagian ini umumnya terdiri atas jabaran tentang perumusan masalah, cara
pemecahan masalah, tujuan serta manfaat atau kontribusi hasil penelitian.
o Perumusan masalah: Rumusan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan
penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi,
asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya
menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan
dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator
keberhasilan tindakan, cara pengukuran, serta cara mengevaluasinya.
o Pemecahan Masalah : Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab
masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas.
Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pda akar penyebab permasalahan
dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.
o Tujuan Penelitian : Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin
dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum
dan khusus diuraikan dengan jelas sehingga dapat diukur tingkat pencapaian
keberhasilannya.
o Kontribusi Hasil Penelitian : Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas
pendidikan dan/atau pembelajaran sehingga tampak manfatnya bagi siswa, guru,
maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan
dihasilkan dari penelitian ini.
Untuk memudahkan dalam menuliskan secara rinci hal-hal di atas, disarankan
untuk terlebih dahulu menetapkan pokok-pokok pikirannya.
d. Kajian pustaka
Menguraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan
yang mendasai usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan,
dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi
permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyususn kerangka
berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat
dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan
yang diharapkan.
e. Rencana dan Prosedur Penelitian.
Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara
jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, obsevasi,
dan evaluasi-refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus
kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam
setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu
siklus, meskipun harus diingat jugas jadwal kegiatan belajar di sekolah.
Untuk dapat membantu menyusun bagian ini, disarankan untuk terlebih dahulu
menuliskan pokok-pokok rencana kegiatan dalam suatu tabel seperti contoh berikut
Prinsip PTK:
”Tidak mengganggu proses pembelajaran, harus dipersiapkan dengan rinci dan
matang, tindakan harus konsisten dengan rancangan, masalah benar-benar ada dan
dihadapi oleh guru dan seterusnya”.
Siklus PTK
Perencanaan Pelaksanaann
tindakan I tindakan I
Permasalahan
Permasalahan
Perencanaan Pelaksanaan
baru hasil
tindakan II tindakan II
refleksi
Refleksi II Pengamatan
/pengumpulan data II
Siklus II
belum siklus
terselesaikan berikutnya
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.
Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat
analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi
di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.
Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years).
Penelitian Hibah Bersaing (didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) adalah
penelitian yang menghasilkan produk, sehingga metode yang digunakan adalah metode
penelitian dan pengembangan.
Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang
Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronik,
kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran,
bangunan gedung bertingkat dan alat-alat rumah tangga yang modern diproduk dan
dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode pemelitian
dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi,
sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain-lain.
Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk bidang
administrasi, pendidikan dan sosial lainnya masih rendah. Padahal banyak produk tertentu
dalam bidang pendidikan dan sosial yang perlu dihasilkan melalui research and
development.
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis (Produk yang akan dihasilkan)
BAB III PRODUK PENELITIAN
A. Langkah-langkah Penelitian
B. Metode Penelitian Tahap I
1. Populasi Sampel Sumber Data
2. Teknik Pengumpulan Data
3. Instrumen Penelitian
4. Analisis Data
5. Perencanaan Desain Produk
6. Validasi Desain
C. Metode Penelitian Tahap II
1. Model Rancangan Eksperimen untuk Menguji Produk yang Telah
Dirancang
2. Populasi dan Sampel
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Instrumen Penelitian
5. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Desain Awal produk (gambar dan penjelasan)
B. Hasil Pengujian Pertama
C. Revisi Produk (Gambar setelah dievisi dan penjelasannya)
D. Hasil pengujian Tahap Kedua
E. Revisi Produk (Gambar setelah direvisi dan penjelasannya)
F. Pengujian Tahap Ketiga (bila perlu)
G. Penyempurnaan Produk (Gambar terakhir dan penjelasannya)
H. Pembahasan Produk
BAB V KESIMPULAN DAN SARA PENGGUNAANNYA
A. Kesimpulan
B. Saran Penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN INSTRUMEN
LAMPIRAN DATA
LAMPIRAN PRODUK YANG DIHASILKAN BERIKUT BUKU PENJELASANNYA
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktek”. Edisi Revisi
V. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, Suhadjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Borg and Gall (1983). Educational Research, An Introduction. New York and London.
Longman Inc.
Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Com-petencies for Analysis
and Application. Second edition. New York: Macmillan Publishing Compan.
I Wayan Santyasa. (2009). Metode Penelitian Pengembangan & Teori Pengembangan
Modul. Makalah Disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD, SMP, SMA,
dan SMK Tanggal 12-14 Januari 2009, Di Kecamatan Nusa Penida kabupaten
Klungkung
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Rasyid, Maghfira. 2012. Penelitian dan Pengembangan. (Online)
(http://magfirahrasyid.blogspot.com/2012/04/penelitian-dan-pengembangan.html)
(Diakses pada tanggal 01 Mei 2018).
Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. (2009). Developmental Research : Studies of
Instructional Design and Development.
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. (1994). Teknologi Pembelajaran: Definisi dan
Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI
LPTK UNJ.
Sofyani, Iman. Rangkuman Hakikat Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Tindakan (Action Research). (Online)
(http://www.imansofyani.co.cc/index.php/artikel/37-penelitian/85-rangkuman-
hakikat-penelitian) (Diakses pada tanggal 01 Mei 2018).
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Tessmer, Martin. (1998). Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia:
Kogan Page.
Van den Akker J., dkk. (2006). Educational Design Research. London and New York:
Routledge.