Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDAGOGIK OLAHRAGA

“Konsep Pembinaan Olahraga Secara Pendagogi”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Gusril, M.Pd
Dr. Damrah, M.Pd

Disusun Oleh:

GELSI OSRITA
NIM: 21199076

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah tentang “Konsep Pembinaan Olahraga Secara

Pendagogi”.

Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurah buat junjungan umat

Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat yang setia

mengorbankan jiwa dan raga untuk tegaknya syi’ar Islam yang pengaruh dan

manfaatnya hingga kini masih terasa.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing

mata kuliah Pendagoguik Olahraga, Bapak Prof. Dr. Gusril, M.Pd dan Dr.

Damrah, M.Pdyang telah memberikan bimbingan, petunjuk, motivasi, saran

dan berbagai kemudahan lainnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini.

Padang, 19 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Kedudukan Pendagogik dalam Olahraga dan Aktivita 3


Fisik............................................................................................................

B. Contoh Kedudukan Pendagogik Dalam Olahraga dan Aktivitas 6


Fisik............................................................................................................

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................. 15

B. Saran........................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Upaya manusia dalam mencari sebuah kebenaran dan menemukan

inovasi kian hari kian berkembang. dari penalaran sederhana hingga

dengan berbagai metode penelitian termasuk dalam upaya manusia

mencari kebenaran akan suatu fenomena. sebelum mencari kebenaran

dengan rasa ingin tahu yang kita miliki, kita menengok terlebih dahulu

definisi dan sifat kebenaran. kebenaran sendiri memiliki sifat relatif yang

mengakibatkan suatu kebenaran tidak dapat bertahan selamanya, pada

masanya akan muncul kebenaran yang baru yang lebih sesuai dengan

kebenaran terdahulu. jika pembaca bingung akan definisi diatas, maka kita

simak contoh dari kebenaran yang memiliki sifat relatif berikut.

Jauh sebelum ditemukanya teleskop observer dan wahana

antariksa moderen, peradaban memandang dan memutuskan bahwa bumi

adalah pusat alam semesta, hingga Nicolaus Copernicus membuat

terobosan melalui teorema Heliosentrisme dan menemukan bahwa pusat

alam semesta adalah matahari, saat ini kita semua mengetahui bahwa

pusat alam semesta bukanlah matahari, sebab matahari juga mengalami

revolusi dan berputar mengelilingi galaksi bersama dengan objek

antariksa yang lainya.

Dari contoh diatas kita mengetahui bahwa kebenarn dari sutu

1
2

temuan akan terbantahkan dan diperbarui oleh kebenaran baru yang lebih

relevan. Lain halnya dalam ilmu sosial dan psikologi, kebenaran akan

sebuah temuan akan lebih relatif, sebab fenomena sosial yang terjadi

disebabkan oleh banyak faktor, misalnya budaya, nilai - nilai (value)

bahkan perkembangan teknologi

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah?

2. Bagaimana cara-cara utuk menemukan kebenaran?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui maksud dari kebenaran ilmiah.

2. Untuk mengetahui cara-cara utuk menemukan kebenaran.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan

pasti kebenarannya menurut norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah

cenderung bersifat objektif, di dalamnya terkandung sejurnlah pengetahuan

menurut sudut pandang yang berbeda-beda, tetapi saling bersesuaian. (Susanto,

2013)

Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan manusia

(subjek yang mengetahui) mengenai objek. jadi, kebenaran itu ada pada

seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek. Sedangkan

pengetahuan berasal mula dari banyak sumber. Sumber-sumber itu kemudian

sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran.

Dalam kaitan dengan filsafat, kebenaran menurut Maufur merupakan

tujuan yang hendak dicapai oleh filsafat maupun ilmu pengetahuan. Kebenaran

memiliki anggapan dasar (asumsi) bahwa kebenaran itu berlaku atau diakui,

karena ia memang menggambarkan atau menyatakan realitas yang

sesungguhnya. Lantas, apa yang dimaksud dengan kebenaran itu? Inilah

pertanyaan yang lebih lanjut harus dihadapi di dalam filsafat ilmu. (Susanto,

2013)

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang ditulis oleh Purwadarminta

menjelaskan bahwa kebenaran itu adalah:

3
4

a. Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau

keadaan yang sesungguhnya), misalnya kebenaran berita ini masih saya

ragukan, kita harus berani membela kebenaran dan keadilan

b. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-betul demikian

adanya, dan sebagainya), misalnya kebenaran-kebenaran yang diajarkan

oleh agama

c. Kejujuran, kelurusan hati; misalnya tidak ada seorang pun sanksi akan

kebaikan dan kebenaran hatimu

d. Selalu izin, perkenanan, misalnya dengan kebenaran yang dipertuan

e. Jalan kebetulan, misalnya penjahat itu dapat dibekuk dengan secara

kebenaran saja.

B. Cara-cara utuk menemukan kebenaran

Cara menemukan sebuah kebenaran itu berbeda-beda. Dari berbagai cara

untuk menemukan kebenaran dapat dilihat cara yang ilmiah dan non ilmiah.

1. Penemuan Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan adalah penemuan yang

berlangsung tanpa disengaja. Dalam sejarah manusia, penemuan secara

kebetulan banyak juga yang berguna walaupun terjadinya tidak dengan cara

ilmiah, tidak disengaja dan tanpa rencana. Cara ini tidak dapat diterima dalam

metode keilmuan untuk menggali pengetahuan atau ilmu.


5

2. Penemuan "Coba dan Ralat alias Trial dan Error"

Penemuan coba dan ralat terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau

tidak berhasil kebenaran yang dicari. Memang ada aktifitas mencari kebenaran

namun aktifitas itu mengandung unsur spekulatif atau untung-untungan.

Penemuan dengan cara ini kerap kali memerlukan waktu yang lama

karena memang tanpa renca, tidak terarah dan tidak diketahui tujuannya. Cara

coba dan ralat ini pun tidak dapat diterima sebagai cara ilmiah dalam usaha

untuk mengungkapkan kebenaran.

3. Penemuan Melalui Otoritas atau Kewibawaan

Pendapat orang-orang yang memiliki kewibawaan misalnya orang-orang

yang punya kedudukan dan kekuasaan sering diterima sebagai kebenaran meski

pendapat itu tidak didasarkan pada pembuktian ilmiah. Pendapat itu tidak

berarti dan tidak ada gunanya. Pendapat itu tetap berguna terutama dalam

merangsang usaha penemuan baru bagi orang-orang yang menyaksikannya.

Namun begitu ada kalanya pendapat itu ternyata tidak dapat dibuktikan

kebenarannya.

Dengan begitu pendapat pemegang otoritas bukanlah pendapat yang

berasal dari penelitian namun hanya berdasarkan pemikiran yang diwarnai

subjektivitas.

4. Penemuan Secara Spekulatif

Cara ini mirip dengan cara coba dan ralat namun bedanya adalah

seseorang yang menghadapi suatu masalah yang harus dipecahkan pada


6

penemuan secara spekulatif mungkin sekali ia membuat sejumlah alternatif

pemecahan. Kemudian ia mungkin memilih satu alternatif pemecahan,

sekalipun ia tidak yakin benar mengenai keberhasilannya.

5. Penemuan Kebenaran Lewat Cara Berfikir Kritis dan Rasional

Telah banyak kebenaran yang dicapai oleh manusia sebagai hasil dari

upayanya menggunakan kemampuan berpikirnya. Dalam menghadapi masalah,

manusia berusaha menganalisanya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan

yang dimiliki untuk sampai pada pemecahan yang tepat. Cara berpikir yang

ditempuh pada tingkat permulaan dalam memecahkan masalah adalah dengan

berpikir analitis dan cara sintetis.

6. Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah

Cara ini adalah melalui penelitian alias riset. Penelitian adalah penyaluran

hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf keilimuan. Pada setiap penelitian

ilmiah melekat ciri-ciri umum yaitu pelaksanaannya yang metodis harus

mencapai suatu keseluruhan yang logis dan kompheren. Ciri lainnya adalah

universalitas yaitu setiap penelitian ilmiah harus objektif artinya terpimpin oleh

objek dan tidak mengalami distorsi karena adanya berbagai prasangka subjektif.
13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem berarti menunjukkan adanya saling keterkaitan dan saling

hubungan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti bahwa

pengetahuan pengetahuan yang terkandung di dalamnya harus saling

berhubungan antara satu dengan yang lainnya secara fungsional dalam

satu sistem. Adanya sistem bagi ilmu pengetahuan itu diperlukan agar

jalannya penelitian lebih terarah dan konsisten dalam mencapai tujuannya,

yaitu kebenaran ilmiah.

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa fungsi sistem bagi

ilmu pengetahuan adalah mutlak adanya. Suatu sistem berfungsi aktif,

yaitu menggerakkan dan mengarahkan langkah-langkah yang telah

ditentukan di dalam metode agar daya kerja metode itu konsisten,

sehingga pencapaian tujuan kebenaran ilmiah lebih dapat tcrjamin.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia

tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan

mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk

mendapatkan jawaban. Manusia tidak akan pernah bisa puas dengan

jawaban yang belum dirasa pas, Ia harus mengujinya dengan metode

tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah

kebenaran yang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu
14

kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah

Dalam meneliti seorang ilmuan dapat saja mempunyai teknik,

pendekatan, ataupun cara yang berbeda dengan ilmuan lainnya. Namun

kedua ilmuan tersebut tetap mempunyai falsafah yang sama dalam

memecahkan masalah, yaitu metode ilmuan dalam meneliti yang disebut

dengan metode ilmiah.

B. Saran

Untuk rumusan selanjutnya sebaiknya membahas mengenai

epistemologi ilmu yang berfokus pada metode ilmiah dan kebenaran

ilmiah. Hal ini dilakukan agar kita dapat mengetahui dan memahami

mengenai metode ilmiah dan kebenaran ilmiah.


DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saefuddin. 1985. Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu

Bakhtiar, Amsal. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers

Fautanu, Idzam. 2012. Filsafat Ilmu. Jakarta: Referensi

Gie, The Liang. 1997. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

Susanto. 2013. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis,


Epistemologis, Dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara

15

Anda mungkin juga menyukai