Anda di halaman 1dari 12

TEORI KEBENARAN ILMIAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Yang
Diampu Oleh:

Bapak Ahmad Hidayat S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Aas Julianti (202103001)


2. Riza Zamzami (2021030014)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MANGGALA

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan berjudul “Teori Kebenaran Ilmiah” dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas terstruktur dari bapak
Ahmad Hidayat S. Pd., M. Pd selaku pada bidang mata kuliah filsafat Ilmu. Selain
itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca
tentang Teori Kebenaran Ilmiah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Hidayat S.Pd., M.


Pd berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih banyak


kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidak
sempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran yang membangun untuk menjadi lebih baik.

Bandung, 1 Juni 2022

Penulis

i
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................ 1

C. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3

A. Pengertian Kebenaran Ilmiah ................................................... 3

B. Teori-Teori Kebenaran ............................................................. 4

C. Sifat Kebenaran Ilmiah ............................................................. 6

BAB III PENUTUP............................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam lintas sejarah, manusia dalam kehidupannya senantiasa


disibukkan oleh berbagai pernyataan mendasar tentang dirinya. Berbagai
jawaban yang bersifat spekulatif coba diajukan oleh para pemikir
sepanjang sejarah dan terkadang jawaban-jawaban yang diajukan saling
kontradiktif satu dengan yang lainnya. Perdebatan mendasar yang sering
menjadi bahan diskusi dalam sejarah kehidupan manusia adalah
perdebatan seputar sumber dan asal usul pengetahuan dan kebenaran.
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran, beberapa cara
ditempuh untuk memenuhi kebenaran antara lain dengan menggunakan
rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau secara empiris.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuat prinsip-prinsip
yang lewat penalaran rasional agar kejadian-kejadian yang berlaku di alam
itu dapat dimengerti.
Proses pencarian kebenaran tentu bukan hal yang mudah dan dapat
dikatakan merupakan proses yang sangat melelahkan bahkan bukan tidak
mungkin akan mendatangkan keputusan. Sering kali dengan dalih sebuah
kebenaran seseorang atau kelompok akan menghalalkan tindakan terhadap
orang lain karena dianggap sudah melakukan tindakan yang benar.
Kebenaran tidak mungkin berdiri sendiri jika tidak ditopang dengan
dasar-dasar penunjangan, baik pernyataan, teori keterkaitan, konsistensi,
keterukuran, dapat dibuktikan, berfungsi, dan bersifat netral atau tidak
netral, bahkan apakah kebenaran bersifat tentatif atau sepanjang masa?
Untuk mengetahui hal itu pemakalah akan membahas seputar kriteria
kebenaran ilmiah berserta dengan teori-teori digunakan untuk menguji
kebenaran ilmiah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah?


2. Apa saja Teori-teori kebenaran?

1
2

3. Bagaimana Sifat kebenaran ilmiah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kebenaran ilmiah


2. Untuk mengetahui teori-teori kebenaran
3. Untuk mengetahui sifat kebenaran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebenaran Ilmiah

Kebenaran adalah satu nilai utama didalam kehidupan manusia.


Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat
manusia atau martabat manusia selalu berusaha memeluk suatu kebenaran.
Berbicara tentang kebenaran ilmiah, tidak bisa dipisahkan dari makna dan
fungsi ilmu itu sendiri, sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan
oleh manusia. Disamping itu, proses untuk mendapatkan haruslah melalui
tahap-tahap metode ilmiah.
Tentang kebenaran ini, plato pernah berkata : apakah kebenaran itu?
Lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley
menjawab: “kebenaran itu adalah kenyataan” tetapi bukanlah kenyataan
itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja
berbentuk ketidak benaran atau keburukan. Jadi ada dua pengertian
kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi disatu pihak,
dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan atau ketidak benaran.
Dalam bahasan ini, makna kebenaran dibatasi pada kekhususan makna
kebenaran keilmuan (ilmiah). Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau
pun kekal, melainkan bersifat relatif, sementara, dan hanya merupakan
pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu
efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran
merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri.
Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian
antara pengetahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya
pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi
pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.
Lalu, apa yang dimaksud dengan ilmiah? Dalam kamus dijelakan
ilmiah berasal dari kata ilmu artinya pengetahuan. Namun, dalam kajian
filsafat antara ilmu dan pengetahuan dibedakan. Pengetahuan bukan ilmu,
tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan. Sedangkan yang dimaksud
ilmiah adalah pengetahuan yang didasarkan atas terpenuhinya syarat-

3
4

syarat ilmiah, terutama menyangkut teori yang menunjang dan sesuai


dengan bukti.
Jadi yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah adalah kesesuaian
antara pengetahuan dengan objek kesesuian ini didukung dengan syarat-
syarat tertentu yang oleh jujun S.Sumantri disebut dengan metode-metode,
juga didukung dengan teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti.
Kebenaran ilmiah divalidasi dengan bukti-bukti empiris yaitu hasil
pengukuran objektif dilapangan. Sifat objektif berlaku umum dapat
diulang melalui eksperimen, cenderung amoral sesuai apa adanya. Bukan
apa yang seharusnya yang merupakan ciri ilmu pengetahuan.

B. Teori-Teori Kebenaran

Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni


kebenaran ilmiah. Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia,
namun tidak semua hal itu langsung kita golongkan sebagai ilmu
pengetahuan. Hanya pengetahuan tertentu yang diperoleh dari kegiatan
ilmiah, dengan metode sistematis, melalui penelitian analisis dan
pengujian data secara ilmiah yang dapat kita sebut sebagai ilmu
pengetahuan. Dalam sejarah filsafat, terdapat beberapa teori tentang
kebenaran antara lain :
1. Teori Kebenaran Korespondensi(penyesuaian)
Adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan
adalah benar jika berkorespondensi (berhubungan) terhadap fakta
yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan
fakta. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris
pengetahuan.
Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi
paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini,
kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif(fidelity to
objective reality). Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan
tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara
pertimbangan(judgement) dan situasi yang dijadikan pertimbangan
itu,serta berusaha untuk melukiskannya, karena Kebenaran
mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang
kita lakukan tentang sesuatu. (Titus,1987:237)
5

Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori


korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi(berhubungan) dan sesuai dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut(susiasumantri, 1990:57). Misalnya
jika seseorang mengatakan “Matahari terbit dari Timur” maka
pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebut bersifat
faktual atau sesuai dengan fakta yang ada bahwa Matahari terbit
dari timur dan tenggelam diufuk barat.
2. Teori Koherensi atau konsistensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila
pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Artinya pertimbangan adalah
benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan
pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu
menurut logika.
Misalnya, bila kita menganggap bahwa “maksiat perbuatan yang
dilarang oleh Allah” adalah suatu pernyataan yang benar. Maka
pernyataan bahwa “mencuri perbuatan maksiat, maka mencuri
dilarang oleh Allah” adalah benar pula, sebab pernyataan
kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama.
3. Pragmatik
Adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh
referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar
tidaknya suatu teori tergantung pada peran fungsi teori tersebut
bagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup ruang waktu
tertentu. Teori ini juga dikenal dengan teori problem solving,
artinya teori yang dengan itu dapat memecahkan segala aspek
permasalahan.
Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang
berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak
berguna(useless). Bagi para pragmatis, ujian kebenaran adalah
kegunaan(utility), dapat dikerjakan (Workability) dan akibat atau
pengaruhnya yang memuaskan.
Misalnya, seiring perkembangan zaman, teknologi pun semakin
canggih. Para ilmuan menemukan teknologi-teknologi baru untuk
6

mempermudah pekerjaan manusia, telepon genggam berupa


smartphone contohnya. Penemuan dan pengaplikasian smartphone
tersebut dikatakan benar karena dapat berguna untuk
mempermudahkan pekerjaan manusia.
4. Teori Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau
dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Misalnya mengenai
penetapan 1 syawal. Sebagian muslim di indonesia mengikuti
fatwa atau keputusan MUI. Sedangkan sebagian yang lain
mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.
Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti
kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan
bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, dan pemimpin
masyarakat. Kebenaran performatif dapat membawa kehidupan
sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang
stabil dan sebagainya.
Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak bisa
berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif,
karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada
beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada
adat, kebenaran ini seakan akan kebenaran mutlak. Mereka tidak
berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa
menggunakan rasio untuk mencari kebenaran
C. Sifat Kebenaran Ilmiah

Kebenaran ilmiah menurut konrad kebung paling tidak memilik tiga


yaitu: struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis, isi empiris, dan
sifat pragmatis.
1. Struktur yang rasional-logis
Kebenaran dapat dicapai berdasarkan kesimpulan logis atau
rasional dari proposisi atau premis tertentu. Karena kebenaran ilmiah
bersifat rasional maka semua orang yang rasional (yaitu yang dapat
menggunakan akal budinya secara baik). Dapat memahami kebenaran
ilmiah. Oleh sebab itu kebenaran ilmiah kemudian dianggap sebagai
kebenaran universal.
7

Sifat rasional (rationality) harus dibedakan dengan sifat masuk


akal (reasonable). Sifat rasional terutama berlaku untuk kebenaran
ilmiah sedangkan masuk akal biasanya berlaku bagi kebenaran
tertentu diluar lingkup pengetahuan. Contohnya: tindakan marah dan
menangis atau semacamnya, dapat dikatakan masuk akal sekalipun
tindakan tersebut mungkin tidak rasional.
2. Isi empiris
Kebenaran ilmiah perlu diuji kenyataannya yang ada. Bahkan
sebagian besar pengetahuan dan kebenaran ilmiah. Berkaitan dengan
kenyataan empiris di alam ini. Spekulasi tetap ada namun sampai
tingkat tertentu spekulasi itu bisa dibayangkan sebagai nyata atau
tidak karena sekalipun sesuatu pernyataan dianggap benar secara
logis, perlu dicek apakah pernyataan tersebut juga benar secara
empiris.
3. Isi pragmatisme (dapat diterapkan).
Sifat ini berusaha menggabungkan kedua sifat kebenaran
sebelumnya (logis dan empiris). Maksudnya jika suatu pernyataan
“benar” dinyatakan “benar” secara logis dan empiris maka pernyataan
tersebut juga harus berguna bagi kehidupan manusia, berguna berarti
dapat untuk membantu manusia memecahkan berbagai persoalan
dalam hidupnya
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan
obyeknya. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang
diketahui. Jadi pengetahuan benaradalah pengetahuan obyektif.
Sedangkan yang dimaksud kebenaran ilmiah adalah kebenaranyang
sesuai dengan fakta dan mengandung isi pengetahuan.Untuk menentukan
kepercayaan dari sesuatu yang dianggap benar, para filosofbersandar
kepada tiga cara untuk menguji kebenaran, yaitu koresponden (yakni
persamaandengan fakta), teori koherensi atau konsistensi, dan teori
pragmatis. Ketiga teori dalammenemukan kebenaran ilmiah tersebut
saling menguatkan dan dapat dijadikan suatu definisitentang kebenaran.
KebenaranKebenaran ilmiah paling tidak memiliki tiga sifat dasar,
yakni: struktur kebenaranilmiah bersifat rasional-logis, isi empiris, dan
sifat pragmatis (dapat diterapkan)
B. Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, H.M. “Kebenaran Ilmiah” dalam: Filsafat Ilmu Sebagai Dasar


Pengembangan. Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Intan Pariwara, 1997.
LR. Poedjawijana. Tahu dan Pengetahuan, Pengantar ke Ilmu dan
Filsafat, Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Kebung, Konrad. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT, Prestasi
Pustaka, 2011,
Russel, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007
Suriasumantri, Jajun S. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 2010
Syafi’i, Inu Kencana. Filsafat kehidupan (Prakata), Jakarta: Bumi Aksara,
1995.
Titus, Harold H, dick, Living Issues in Philasophy, Terj. H. M. Rasyidi,
Persoalan Persoalan Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang. 1987

Anda mungkin juga menyukai