Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEBENARAN ILMIAH DAN NON ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. Usman, SS, M.Ag.

Disusun Oleh :
Nama : Elisa Yuliana
NIM : 19104060050
No. Presensi : 25
Kelas : Pendidikan Kimia A
Semester :6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebenaran
Ilmiah dan Non Ilmiah”. Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu program studi Pendidikan Kimia UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Usman, SS, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang memberikan
arahan dalam penyusunan makalah.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tentu masih ada kekurangan baik teknis
penulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Yogyakarta, 19 Februari 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. DESKRIPSI MATERI..................................................................................................4
A. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
A. Kesimpulan....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Materi
Kebenaran merupakan hakikat dari kebenaran itu sendiri. Dengan menggunakan
kemampuan akal secara optimal, manusia akan terus menelaah untuk menemukan segala
sesuatu guna mengatasi segala macam masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari.1 Kebenaran diartikan juga sebagai preposisi/ proposition yang mana lebih tertuju
pada makna atau simantik ketimbang pernyataan atau sintaksis. Orang bisa saja
membuat pernyataan dengan memakai susunan yang tepat, namun belum tentu kalimat
tersebut bermakna.2 Ilmiah merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui syarat-
syarat tertentu. Syarat-syarat ini kemudian disebut dengan metode ilmiah. Metode
merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu dan mempunyai langkah-langah yang
sistematis.3
Terdapat teori kebenaran ilmiah dan non ilmiah. Kebenaran ilmiah adalah kesesuaian
antara pengetahuan dengan objek yang mana didukung dengan syarat-syarat tertentu
yang disebut dengan metode ilmiah juga didukung dengan teori yang menunjang dan
sesuai dengan bukti. Sedangkan Kebenaran non ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh
bukan berdasarkan penalaran logika atua penelitian tetapi diperoleh dari faktor-faktor
non ilmiah. Kebenaran non ilmiah mencakup pengetahuan biasa, mitos, dan wahyu.
Pengetahuan biasa adalah ilmu atau pengetahuan yang didapatkan melalui indera
manusia dan terekam dalam memori tanpa proses analisis dan penggunaan metode kajian
tertentu. Mitos adalah cerita yang berkembang dimasyarakat, secara historis dianggap
benar oleh masyarakat padahal kenyataannya cerita tersebut tidak berdasar fakta hanya
kisah yang dipercayai bahkan penuh khayalan. Wahyu didefinisikan sebagai hubungan
komunikatif dua pihak berupa pemberian informasi yang sifatnya samar/ rahasia.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini terdiri dari lima rumusan masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah dan non-ilmiah?
2. Apa saja yang mencakup kebenaran non-ilmiah?

1
Prof. Dr. H. Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 74.
2
Louis O. Kattsoof, Pengantar Filsafat, Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiarawacana, 1986), hlm. 178.
3
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu: Kontemplasi Filosofis Tentang Seluk-Beluk Sumber dan Tujuan Ilmu
Pengetahuan, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2009), hlm. 32.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kebenaran Ilmiah
Kebenaran sama dengan proposisi/proposition.4 Ini lebih tertuju pada makna
ketimbang pernyataan. Orang bisa saja membuat pernyataan dengan memakai
susunan kalimat yang tepat (sesuai gramatikal), namun belum tentu pernyataan
tersebut memiliki makna. Contohnya pernyatan “Ada makhluk yang berbadan
binatang dan berkepala manusia”. Dilihat dari susunan kalimat/ gramatikalnya sudah
tepat karena subyek, predikat, dan obyeknya jelas, namun pernyataan ini tidak
bermakna sehingga tidak bisa dinamakan proposisi. Hal ini dikarenakan pernyataan
tersebut tidak terbukti, sebab secara maknawiyah memang “tidak ada” makhluk yang
berbadan binatang dan berkepala manusia.
Lalu, apa yang dimaksud dengan ilmiah? Dalam kamus dijelaskan ilmiah
berasal dari kata ‘Ilmu artinya pengetahuan.5 Namun, dalam kajian filsafat antara ilmu
dan pengetahuan dibedakan. Pengetahuan bukan ilmu, tetapi ilmu merupakan
akumulasi pengetahuan. Sedangkan yang dimaksud ilmiah adalah pengetahuan yang
memenuhi syarat ilmiah dan berdasarkan teori yang sesuai dengan bukti.6
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu atau ilmiah
merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
ini kemudian disebut dengan metode ilmiah. Metode merupakan prosedur atau cara
mengetahui sesuatu dan mempunyai langkah-langah yang sistematis.7
Jadi yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara
pengetahuan dengan objek yang mana didukung dengan syarat-syarat tertentu yang
disebut dengan metode ilmiah juga didukung dengan teori yang menunjang dan sesuai
dengan bukti. Kebenaran ilmiah divalidasi dengan bukti-bukti empiris yaitu hasil
pengukuran objektif dilapangan. Sifat objektif berlaku umum dapat diulang melalui
eksperimen, cenderung amoral sesuai apaadanya bukan apa yang seharusnya yang
merupakan ciri ilmu pengetahuan. 

4
Louis O. Kattsoof, Pengantar Filsafat, Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiarawacana, 1986), hlm. 178.
5
Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, (Surabaya: PT. Karya Harapan, 2005), hlm. 236.
6
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu: Kontemplasi Filosofis Tentang Seluk-Beluk Sumber dan Tujuan Ilmu
Pengetahuan, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2009), hlm. 32.
7
Jujun S. Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar  Populer, (Jakarta: PT. Sinar Harapan, 1998), hlm. 119.

5
2. Kebenaran Non Ilmiah
Kebenaran non ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh bukan berdasarkan
penalaran logika atua penelitian tetapi diperoleh dari factor-faktor non ilmiah.
Kebenaran non ilmiah mencakup pengetahuan biasa, mitos, dan wahyu. Terkadang
orang memandang tiga hal tersebut merupakan kebenaran yang tidak ilmiah, karena
sifat dan caranya yang sederhana, penuh perkiraan, serta tidak dapat dijangkau oleh
alat indra manusia.
a) Pengetahuan Biasa
Pengetahuan manusia bisa berkembang menuju kepada yang lebih valid, yang
mana validitas tersebut ditentukan oleh kerangka dasar pemikiran/landasan
epistemologinya serta bentuk penalarannya. Semakin logis dan teruji maka
pengetahuan tersebut dikatakan ilmiah. Berikut skema perkembangan pengetahuan:

Teori/
Rumus
Ilmu
Pengethuan/
Pengetahua
Pengetahua n Ilmiah
n biasa/
memori
Tahu/ proses tahu

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari ingin tahu (tahap
awal) yang mana hasil dari keingintahuan manusia adalah pengatahuan (tahap
kedua). Tahap ketiga adalah ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan yang tingkat
validitasnya diatas pengatahuan biasa karena ilmu pengetahuan ini diperoleh dari
pengujian teoritik dan mengguanakan metode yang jelas analisisnya. Tahap
keempat yaitu rumus atau teori adalah produk pengetahuan ilmiah dengan dasar
pemikiran yang telah teruji.
Contoh perbedaan pengetahuan biasa dengan pengetahuan ilmiah adalah setiap
orang tahu tentang air tawar. Pengetahuan tersebut diperoleh dengan cara
kontak/pengalaman (indrawi) antara subyek dan obyek. Wujud dari pengetahun ini
disebut pengetahuan biasa karena hanya sekedar berupa hasil yang didapatkan
tanpa proses analisis dan penggunaan metode tertentu. Sedangkan pengetahuan
ilmiah diperoleh berdasarkan telaah akademik terhadap obyek yang dikaji sehingga
hasil yang didapatkan lebih akurat. Contoh pada kasus air tawar, keakuratan

6
tersebut ditandai dengan kemampuan menjelaskan unsur dan kandungan yang ada
di dalam air tawar.8
b) Mitos
Mitos sebenarnya bagian dari folklore atau cerita rakyat/ hikayat. Kualitasnya
setingkat dengan leganda dan dongeng.9 Mitos bisa dikatakan sebagai cerita yang
berkembang dimasyarakat, secara historis dianggap benar oleh masyarakat padahal
kenyataannya cerita tersebut tidak berdasar fakta hanya kisah yang dipercayai
bahkan penuh khayalan.
Dari sudut pandang keilmuan, mitos jelas tidak ilmiah karena kandungannya
tidak memuat obyek yang factual dan aktual, tidak dengan langkah analisis, serta
tidak memiliki dasar teoritik. Lalu mengapa masyarakat masih mempercayai itu
sebagai sesuatu yang benar? Jawabannya adalah karena kebenaran mitos tidak
didasarkan pada alasan rasional melainkan lebih kepada kepercayaan/ keyakinan.
Contoh mitos salah satunya pada kisah Nyi Roro Kidul yang diperistri
Panembahan Senopati (pendiri kerajaan Mataram), bahkan pada masa-masa
berikutnya menjadi istri dari raja-raja Mataram berikutnya. Masyarakat meyakini
kisah ini padahal realitasnya sangat tidak bisa dibuktikan karena tidak ada referensi
atau rujukan yang valid yang dapat mendukung keyakinan tersebut.
Hal penting yang harus dicamkan ialah pembuktian secara wajar guna
menemukan kejelasan kebenaran sebuah mitos, sehingga apapun yang dipercayai
dan diyakini bisa dipertanggungjawabkan secara wajar pula dan dapat dibuktikan
dengan jelas. Jangan mudah mempercayai suatu mitos tanpa adanya pembuktian
kebenaran dari mitos itu sendiri dan tanpa adanya rujukan yang jelas dan pasti.10
c) Wahyu
Wahyu didefinisikan sebagai hubungan komunikatif dua pihak berupa
pemberian informasi yang sifatnya samar/ rahasia. Digambarkan berupa burung
unta jantan yang bergegas pulang menemui unta betinanya dalam keadaan gelisah
memikirkan kondisi sang anak-anak serta betinanya karena suasana hujan deras

8
Prof. Dr. H. Bachri Ghazali, Drs. Usman, SS., M.Ag, Alim Ruswantoro, M,Ag, Filsafat Ilmu (Yogyakarta:
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hlm. 92-94.
9
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Ceritera Rakyat Daerah Jawa Timur (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Bacaan Sastra Indonesia dan Daerah, 1978),
hlm.18.
10
Prof. Dr. H. Bachri Ghazali, Drs. Usman, SS., M.Ag, Alim Ruswantoro, M,Ag, Filsafat Ilmu (Yogyakarta:
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hlm. 94-96.

7
dan topan besar, kemudian : “Membisikkan melalui puing-puing dan suaranya
bagaikan bangsa Romawi bicara tidak jelas dalam istananya”11
Dari ungkapan tersebut dapat disimpulkan bahwa wahyu merupakan proses
komunikasi. Informasi yang disampaikan oleh pemberi dan diterima oleh
penerima informasi sifatnya samar/rahasia. Artinya kejadian itu berlangsung,
pertama, antara pemeberi dan penerima informasi tidak dalam keadaan tatap-
muka langsung. Kedua, bentuk informasi wujudnya simbolik.
Namun kenyataannya mengingat sifat manusia (dengan keterbatasannya) yang
umumnya bisa memahami sesuatu bila suatu hal dapat dilihat dengan indra.
Kenyataan ini yang menyebabkan wahyu dipandang oleh sebagian manusia
sebagai hal yang tidak ilmiah dan meragukan kebenaran isi wahyu.
Pada hakekatnya wahyu tidak ilmiah karena proses perolahannya yang samar
dan alatnya pun tidak empiris serta rasional. Namun kemudian wahyu bisa
menjadi ilmiah setelah kajian yang dilakukan terhadapnya (isi informasinya)
menggunakan metode yang berlaku pada analisa akademik, seperti psikologi,
sosiologi, antropologi, biologi, astronomi, dll.). Dari itu tentunya wahyu berbeda
dengan pengetahuan biasa dan mitos. 12

11
Nashr Hamid Abu Zahid, Tekstualitas Al-Qur’an: Kritik Terhadap Ulumul Qur’an, terj. Khoiron Nahdliyyin
(Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm. 34-35.
12
Prof. Dr. H. Bachri Ghazali, Drs. Usman, SS., M.Ag, Alim Ruswantoro, M,Ag, Filsafat Ilmu (Yogyakarta:
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hlm. 94-96.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebenaran sama dengan proposisi/proposition. Ini lebih tertuju pada makna
ketimbang pernyataan. Orang bisa saja membuat pernyataan dengan memakai susunan
kalimat yang tepat (sesuai gramatikal), namun belum tentu pernyataan tersebut memiliki
makna. ilmiah merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat ini kemudian disebut dengan metode ilmiah. Metode merupakan prosedur
atau cara mengetahui sesuatu dan mempunyai langkah-langah yang sistematis

Kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara pengetahuan dengan objek yang mana
didukung dengan syarat-syarat tertentu yang disebut dengan metode ilmiah juga didukung
dengan teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Sedangkan kebenaran non ilmiah
adalah kebenaran yang diperoleh bukan berdasarkan penalaran logika atua penelitian
tetapi diperoleh dari faktor-faktor non ilmiah. Kebenaran non ilmiah mencakup
pengetahuan biasa, mitos, dan wahyu.

9
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Beni Ahmad Saebani. 2009. Filsafat Ilmu: Kontemplasi Filosofis Tentang Seluk-Beluk
Sumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan. Bandung. PT. Pustaka Setia.
Budiono. 2005. Kamus Ilmiah Populer Internasional. Surabaya. PT. Karya Harapan.
Surabaya.
Jujun S. Sumantri. 1998. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar  Populer. Jakarta. PT. Sinar
Harapan.
Bachri Ghazali, Usman, dan Alim Ruswanto. 2005. Filsafat Ilmu. Yogyakarta. Pokia
Akademik UIN Sunan Kalijaga

10

Anda mungkin juga menyukai