Anda di halaman 1dari 14

MENGANALISIS FILSAFAT ILMU SEBAGAI UPAYA

MENEMUKAN KEBENARAN

Di tujukan untuk :
Memenuhi tugas dari mata kuliah
FILSAFAT ILMU

Di susun oleh :

MARSONO / 2020111310074
UWAIS ALKARANI / 2020111310013
RAHMATULLAH / 2010111310083
TAJUDDIN NOOR / 2020111310057
MUHAMMAD ABDUH (Alm) / 2020111310011
ALIMMUDIN / 2020111310062
ALPIANOOR / 2020111310063
MILIYANA / 2020111320065
SRI RUMANTI / 2020111320014
MUNIRAH / 2020111320068

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya berkat
taufik dan karunia-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul,” Filsafat ilmu sebagai upaya menemukan kebenaran”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu (MDI501). Dengan tersusunnya makalah ini juga diharapkan agar
para mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Manajemen Pendidikan bisa saling
berbagi pengetahuan tentang Filsafat ilmu sebagai upaya menemukan kebenaran
yang meliputi manusia dan pencari kebenaran, cara penemuan kebenaran, jenis-
jenis kebenaran, dan kebenaran ilmiah dan nonilmiah.

Ucapan terimaksih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Bapak


Drs. Sulaiman, M.Pd.,Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu
(MDI501) atas bimbingan dan arahannya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
bagi pendidik, pembaca maupun pihak-pihak lain yang peduli dan berkepentingan
dengan dunia pendidikan. Saran dan masukan dari pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan makalah ini.

Balangan, Desember 2020.

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Manusia dan pencari kebenaran......................................................... 2
B. Cara penemuan kebenaran.................................................................. 3
C. Jenis-jenis kebenaran.......................................................................... 6
D. Kebenaran ilmiah dan nonilmiah........................................................ 7
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 9
A. Kesimpulan......................................................................................... 9
B. Saran................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini. Yang hendak


diraih adalah kebenaran hidup ini. Manusia merupakan makhluk yang berakal
budi yang selalu ingin mengejar kebenaran. Dengan akal budinya, manusia
mampu mengembangkan kemampuan yang spesifik manusiawi yang
menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Kebenaran tidak datang dengan
sendirinya, melainkan perlu dicari dengan cara yang tepat. Cara menemukan
kebenaran, terkait dengan sebuah pilihan hidup. Dalam setiap berpikir
filsafat, tentu berhadapan dengan sebuah kebenaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah manusia dan pencari kebenaran
2. Bagaimanakah cara penemuan kebenaran
3. Apa saja jenis-jenis kebenaran
4. Apakah makna kebenaran ilmiah dan nonilmiah
C. Tujuan penulisan
1. Mendeskripsikan manusia dan pencari kebenaran
2. Mendeskripsikan cara penemuan kebenaran
3. Menyebutkan jenis-jenis kebenaran
4. Mendeskripsikan kebenaran ilmiah dan nonilmiah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia dan Pencari Kebenaran


Berbagai abstraksi sering dipakai untuk menjawab pertanyaan, untuk
menemukan kebenaran. Abstraksi lahir atas akal budi, yang bernalar tinggi.
Lewat bahasa dan komunikasi, manusia hendak menemukan kebenaran.dan
lewat simbol, manusia meraba-raba makna, hingga menemukan kebenaran
hakiki. Simbol tersebut menyimpan tanda-tanda kebenaran alam semesta.
Adanya akal budi juga menyebabkan manusia mampu berfikir abstrak dan
konseptual sehingga manusia disebut sebagai mahluk pemikir.
Hasrat ingin tahu manusia tersebut terpuaskan bila manusia
memperoleh pengetahuan yang benar mengenai hal-hal yang dipertanyakan.
Dalam sejarah perkembangannya, manusia ternyata manusia selalu berusaha
memperoleh pengetahuan yang benar atau yang secara singkat dapat disebut
sebagai kebenaran. Kebenaran dapat diraih dengan berpikir logis.
Manusia adalah makhluk berfikir yang dengan itu menjadikan dirinya
ada. Filsuf Yunani yang mengemukakan bahwa manusia adalah hewan yang
berakal sehat, yang mengeluarkan pendapat, yang berbicara berdasarkan akal
pikirannya. Sebagai hewan yang berfikir, manusia gemar bertanya demi
pencarian kebenaran. Yang dikejar manusia dalam hidup adalah kebenaran
hakiki.
Manusialah yang membiarkan pemikirannya mengembara dan akhirnya
bertanya. Berfikir adalah bertanya, bertanya adalah mencari jawaban, mencari
jawaban adalah mencari kebenaran tentang alam dan Tuhan.
Dari proses mencari kebenaran, adanya aliran-aliran kebenaran, yaitu :
a. Realism : memercayai sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri dan
sesuatu yang pada hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang
b. Naturalism : sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti
berlakunya hokum alam dan terjadi menurut kodratnya sendiri
c. Positivism : menolak segala sesuatu yang di luar fakta dan menerima
sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra

2
d. Materialism dialektik : orientasi berfikir adalah materi, karena materi
merupakan sati-satunya hal yang nyata, yang terdalam dan berada di atas
kekuatannya sendiri.
e. Idealism : menjelaskan semua objek dalam alam dan pengalaman sebagai
pernyataan pikiran
f. Pragmatisme : hidup manusia adalah perjuangan hidup terus-menerus,
yang serat dengan konsekuensi praktis.

B. Cara Menemukan/menyimpulkan kebenaran


Menurut I Gusti Rai Bagus Utama dalam Bukunya berjudul “ Filsafat
Ilmu dan logika”, ada berapa cara menemukan kebenaran, Antara lain:
1. Penemuan secara Kebetulan
2. Penemuan kebenaran dengan coba-coba dan ralat (trial and eror)
3. Penemuan Kebenaran melalui otoritas atau kewibawaan
4. Penemuan kebenaran secara spikulatif
5. Penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah

Jika diuraikan maka sebagai berikut:


1. Penemuan kebenaran secara kebetulan. Penemuan kebenaran secara
kebetulan adalah penemuan yang berlangsung tanpa sengaja. Dalam sejarah
manusia ada banyak penemuan yang didapatkan secara tidak sengaja atau
kebetulan, dan hal itu menjadi hal yang sangat berguna bagi kehidupan
manusia. Karena kebenaran ini tidak diperoleh dengan penelitian yang
menggunakan metode tertentu, maka kebenaran jenis ini tidak dapat
diterima oleh dunia keilmuan atau dunia metode ilmiah.
2. Penemuan kebenaran dengan Trial dan Eror. Penemuan coba dan ralat
terjadi tanpa adanya sesuatu kepastian akan berhasil atau penemuan coba
ralat ini belum tentu akan mencapai kebenaran yang dicarinya. Kebenaran
jenis ini mengandung unsur spekulatif. Penemuan cara ini memerlukan
waktu yang lama, karena tanpa rencana, tidak terarah, tanpa pedoman dan
tidak diketahui tujuannya. Menyimpulkan kebenaran seperti ini juga tidak

3
diterima sebagai cara ilmiah dalam usaha untuk mengungkapkan
kebenaran.
3. Penemuan Kebenaran Melalui Otoritas atau Kewibawaan. Pendapat orang
yang memiliki otoritas (kewibawaan, Pengaruh, kekuasaan) misalnya
orang-orang yang memiliki kedudukan dan kekuasaan yang sering diterima
sebagai kebenaran, meskipun pendapat tersebut tidak dapat bukti ilmiah.
Pendapat itu bukan berarti tidak berguna, pendapat itu berguna terutama
dalam merangsang usaha penemuan baru bagi orang yang
menyangsikannya. Pendapat otoritas ini bukan pendapat dari penelitian
ilmiah melainkan hanya berdasarkan pemikiran yang diwarnai oleh
subjektivitas.
4. Penemuan kebenaran secara Spekulatif. Penemuan kebenaran secara
spekulatif mirip dengan cara coba-coba, perbedaanya adalah dalam
menyimpulkan kebenaran sesorang dalam memecahkan masalah memilih
salah satu alternatif pemecahan, dan metode alternatif tersebut tidak
diyakini keberhasilannya.
5. Penemuan kebenaran melalui cara berpikir kritis dan rasional. Melalui cara
berpikir kritis dan rasional telah banyak menghasilkan penemuan tentang
kebenaran sesuatu. Dalam menghadapi masalah, manusia berusaha
menganalisisnya berdasarkan pengalaman dan pengatahuan yang
dimilikinya untuk memecahkan permasalahan secara tepat. Cara berpikir
yang ditempuh adalah dengan cara berpikir analistis dan cara berpikir
sintesis.
6. Penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah. Cara mencari kebenaran
yang dipandang ilmiah adalah kebenaran yang dilakukan melalui
penelitian. Dalam penelitian ilmiah melekat ciri-ciri umum, yaitu :
a) Pelaksanaan logis dan koheren. Artinya dituntut adanya system dalam
metode maupun dalam hasilnya. Jadi, susunanya logis
b) Bersifat universal
c) Objective, artinya tidak mengalami distorsi karena adanya berbagai
prasangka subjectifitas.

4
d) Penelitian ilmiah juga harus diverifikasi oleh semua penelitian yang
relevan
e) Prosedur penelitian harus terbuka untuk diperiksa oleh ilmuan yang
lain. Oleh karena itu, penelitian ilmiah harus dapat dikomunikasikan.
7. Dari keenam cara menemukan kebenaran itu, masih boleh ditambah dengan
cara yang lain. Yang penting, cara menemukan kebenaran itu konsisten dan
dapat dipertanggungjawabkan.Oleh karena, setiap pilihan memang
mengandung konsekuensi, akan dipercaya banyak orang atau tidak.
8. Konsep kebenaran memiliki karakteristik :
a. Kebenaran itu bersifat universal, artinya berlaku untuk kapan pun dan
dimanapun.
b. Kebenaran itu bersifat mutlak,
c. Kebenaran bersifat manusiawi, artinya pengetahuan yang disampaikan
secara alamiah dapat diterima atau dimengerti oleh manusia.
d. Kebenaran bersifat argumentative, yaitu proses bergeraknya ilmu
pengetahuan yang menjadi patokan menuju pengetahuan baru
( kesimpulan ).
e. Kebenaran bersifat Ilmiah, artinya kebenaran suatu pengetahuan dapat
dibuktikan oleh orang lain, bahwa pengetahuan tersebut sesuai dengan
kenyataan yang ada.
9. Kebenaran sesungguhnya merupakan sentral di dalam Filsafat ilmu, yang
cenderung meletakkan kebenaran dalam koridor Ilmiah. Kadar ilmiah
inilah yang banyak diyakini sebagai kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan. Jadi demikian cara manusia menemukan
kebenaran tidak sesuka hati.Kebenaran diraih dengan langkah yang tepat.
Dengan Filsafat Ilmu, Kebenaran ikmiah dicapai dengam cara yang
tersistem.Kebenaran yang andal, memiliki karakteristik yang jelas,
kebenaran yang bagus, yang dapat diuji, disanggah, dan mungkin diberikan
penguatan.

5
C. Jenis-jenis Kebenaran
Kebenaran dalam konteks filsafat ilmu sebenarnya tidak tunggal.
Kebenaran hampir bersifat nisbi, tidak mutlak, dan ada tawar-menawar.
1. Jenis-jenis kebenaran menurut cara memperoleh kebenaran
a. Kebenaran epistemologikal, yaitu kebenaran dalam hubungannya
dengan pengetahuan manusia
b. Kebenaran ontologikal, yaitu kebenaran sebagai sifat dasar yang
melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan
c. Kebenaran semantikal, yaitu kebenaran yang terdapat serta melekat
di dalam tutur kata dan bahasa
d. Kebenaran aksiologikal, yaitu kebenaran tergantung pada kegunaan
sesuatu
2. Jenis-jenis kebenaran berdasarkan asal usul kebenaran
a. Kebenaran diri sendiri, yaitu kebenaran atas dasar pertimbangan
subjektif, pribadi, dan individual.
b. Kebenaran kolektif, yaitu kebenaran menurut pertimbangan orang
banyak
c. Kebenaran Illahi, yaitu kebenaran yang berasal dari Tuhan
Aspek kebenaran selalu menjadi problem serius. Setiap ada penelitian
ilmiah, aspek kebenaran yang paling dilacak. Namun setiap lahir kebenaran
akan muncul bantahan. Bebagai teori tentang rumusan kebenaran,
diantaranya:
1. Secara tradisional, yaitu: 1) koherensi, 2) korespondensi, 3) pragmatik
2. Secara rinci, kebenaran dijelaskan sebagai berikut:
a). koherensi, yaitu kesesuaian antara sesuatu yang lain dengan yang
memiliki hierarki lebih tinggi dari unsur baik skema, sistem, ataupun
nilai
b). korespondensi, yaitu terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu
lain
c). performatif, yaitu pemikiran yang menyatukan antara tampilan dan
apa yang ada di baliknya.
d). pragmatik, yaitu yang benar adalah yang konkret

6
e). proposisi, yaitu suatu pernyataan yang berisi banyak konsep
kompleks dari subjektif sampai yang objektif
f). struktural paradigmatik, yaitu perkembangan dari kebenaran
korespondensi
Kebenaran memiliki aneka segi, tergantung cara pandang yang
digunakan. Kebenaran selalu berganti-ganti dalam filsafat ilmu, tergantung
jenis kebenaran yang diraih. Setiap subjek juga bebas menentukan kebenaran.
Keragaman kebenaran itulah yang dapat memperkaya keilmuan manusia
sepanjang masa.

D. Kebenaran Ilmiah dan Non Ilmiah


Sebagai produk ilmu tidak lain adalah pengetahuan atau kebenaran ilmiah
yang memiliki karakteristik:
a. Sistematisasi
b. Keumuman
c. Rasionalitas
d. Objektifitas
e. Verifiabilitas
f. Komunalitas
Sifat kebenaran dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu:
1. Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan, di mana setiap
pengetahuan yang dimiliki ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun.
Pengetahuan itu berupa:
a. Pengetahuan biasa (ordinary knowledge atau common sense
knowledge)
b. Pengetahuan ilmiah
c. Pengetahuan filsafat
d. Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama
2. Kebenaran yang dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana
cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya.
3. Kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan.
Kebenaran karena faktor-faktor non ilmiah, di antaranya:

7
a. Kebenaran karena kebetulan
b. Kebenaran karena akal sehat
c. Kebenaran Agama dan Wahyu
d. Kebenaran Intuitif
e. Kebenaran karena Trial dan Error
f. Kebenaran Spekulasi
g. Kebenaran karena Kewibawaan

Kebenaran adalah kesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran


dengan realitas yang serasi dengan sitasi actual. Dengan demikian ada lima
unsure yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Pernyataan (Statement)
2. Persesuaian (agreement)
3. Situasi (situation)
4. Kenyataan (realitas)
5. Putusan (judgements)

8
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Manusia merupakan makhluk yang berakal budi yang selalu ingin


mengejar kebenaran. Adanya akal budi juga menyebabkan manusia mampu
berfikir abstrak dan konseptual sehingga manusia disebut sebagai mahluk
pemikir. Hasrat ingin tahu manusia tersebut terpuaskan bila manusia
memperoleh pengetahuan yang benar mengenai hal-hal yang dipertanyakan.
Ada berapa cara menemukan kebenaran, Antara lain : Penemuan
secara Kebetulan, Penemuan kebenaran dengan coba-coba dan ralat (trial
and eror), Penemuan Kebenaran melalui otoritas atau kewibawaan,
Penemuan kebenaran secara spikulatif, Penemuan kebenaran melalui
penelitian ilmiah.
Adapun jenis-jenis kebenaran ada 2 macam, yang pertama jenis-jenis
kebenaran menurut cara memperoleh kebenaran, yaitu : Kebenaran
epistemologikal, Kebenaran ontologikal, kebenaran semantikal, dan
Kebenaran aksiologikal, dan yang kedua jenis-jenis kebenaran berdasarkan
asal usul kebenaran, antara lain kebenaran diri sendiri, kebenaran kolektif,
dan kebenaran Illahi. Kebenaran ilmiah bersumber pada pemikiran rasional
yang mematuhi kaidah-kaidah logika, sedangkan kebenaran nonilmiah
terjadi karena faktor-faktor antara lain kebenaran karena kebetulan, karena
akal sehat, kebenaran agama dan wahyu, kebenaran intuitif, karena trial dan
error, kebenaran spekulasi, dan kebenaran karena kewibawaan.

B.SARAN

1. Setelah mempelajari materi pada makalah ini, harapannya pembaca


dapat belajar memahami Filsafat Ilmu Sebagai Upaya Menemukan
Kebenaran. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat terus
berkembang dengan kebenarannya.
2. Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus

9
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, S. (2015). Filsafat Ilmu (Edisi Revisi). Yogyakarta: CAPS (Center


for Academic Publishing Service).

11

Anda mungkin juga menyukai