Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

METODE ILMIAH

Oleh
Dheni Saputra JP 2025011001
Tiara Maelta Amanda 2025011002
Firdaus 2025011003
Aulia Fikri 1925011012

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
2.1 Latar Belakang.......................................................................................... 3
2.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
2.3 Tujuan ....................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5
2.4 Pengertian Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan ....................................... 5
2.5 Sejarah Metode Ilmiah ............................................................................. 6
2.6 Pengertian Metode Ilmiah ........................................................................ 8
2.7 Sifat, Pola Pikir dan Karakteristik Metode Ilmiah ................................... 9
2.8 Tujuan Metode Ilmiah ............................................................................ 11
2.9 Langkah-langkah dalam Metode Ilmiah................................................. 12
KESIMPULAN .................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

2
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan memiliki pikiran. Sebagai
makhluk yang dibekali akal dan pikiran, manusia sering kali mempunyai rasa
kaingin tahuan yang tinggi. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk
mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala yang ada di lingkungan
sekitarnya. Mulai dari bayi hingga dewasa sampai tua sekalipun manusia masih
memiliki rasa ingin tahu yang besar. Ini lah yang menyebabkan manusia
mendapatkan pengetahuan yang baik.

Pengetahuan mulanya diperoleh sangat terbatas pada pengamatan yang ada di


sekeliling kita, kemudian semakin lama semakin bertambah seiring rasa ingin
tahu yang besar tersebut bertambah. Setelah manusia mampu memadukan
antara penalaran yang ia dapat dengan eksperimen (percobaan) dan pembuktian
atas penalarannya tersebut, maka lahirlah ilmu pengetahuan. Arti dari ilmu
pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berdasarkan pengalaman
manusia yang sistematis dan diperoleh menurut metode tertentu yang dapat
menerangkan secara empiris (sesuai fenomena di alam nyata).

Dari perkembangan rasa ingin tahu sampai mendapatkan sebuah ilmu


pengetahuan tedapat beberapa metode yang bisa dilakukan yakni metode
empiris, metode rasional, metode instuisif dan metode ilmiah.

Dalam makalah ini kita akan membahas lebih mendalam terkait metode
ilmiah, mulai dari sejarah, pengertian, sifat, pola pikir, karakteristik metode ilmiah,
lalu membahas juga tujuan dari metode ilmiah serta Langkah-langkah apa saja yang
ada di dalam metode ilmiah ini.

3
2.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, kita dapat menarik beberapa rumusan masalah yang
ada yaitu :
a. Apa arti dari ilmu pengetahuan ?
b. Bagaimana sejarah dari penemuan metode ilmiah ?
c. Mengapa metode ilmiah penting untuk dipelajari ?
d. Apa saja Langkah-langkah dalam metode ilmiah ?

2.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :


a. Mengetahui proses/sejarah dari penemuan metode ilmiah
b. Mengetahui dan mengerti akan pengertian dari ilmu pengetahuan dan
metode ilmiah
c. Mengetahui tujuan pentingnya metode ilmiah
d. Mengetahui langkah-langkah sistematis dalam metode ilmiah

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008) kata tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah melihat
(menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan mengerti.
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui berdasarkan
pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai
dengan proses pengalaman yang dialaminya (Mubarak, 2011). Singkatnya,
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan dianggap benar.

Secara etimologi, kata ilmu berasal dari bahasa Arab “ilm” yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Ilmu bukan hanya sebuah pengetahuan
(knowledge), namun mencakup sekumpulan pengetahuan yang di dasari oleh
teori-teori yang sudah disepakati dan bisa secara sistematik diuji dengan
berbagai cara yang diikuti dalam bentuk ilmu tertentu. Jadi, Ilmu Pengetahuan
merupakan pengetahuan yang sistematis yang diperoleh menurut metode
tertentu yang dapat menerangkan suatu fenomena di alam nyata (empiris).
Menurut kajian Filsafat Ilmu, terdapat beberapa metode untuk memperoleh
Ilmu Pengetahuan, diantaranya adalah :
a. Metode Empiris
Menurut paham empirisme, metode untuk memperoleh pengetahuan
didasarkan pada pengalaman yang bersifat empiris, yaitu pengalaman yang
bisa dibuktikan tingkat kebenarannya melalui pengamalan indera manusia.
Seperti petanyaan-pertanyaan bagaimana orang tahu es membeku? Jawab
kaum empiris adalah karena saya melihatnya (secara inderawi/panca
indera), maka pengetahuan diperoleh melalui perantaraan indera.
Kesimpulannya adalah metode untuk memperoleh pengetahuan bagi

5
penganut empirisme adalah berdasarkan pengalaman inderawi atau
pengalaman yang bisa ditangkap oleh panca indera manusia.
b. Metode Rasional
Berbeda dengan Metode Empiris, karena paham rasionalisme memandang
bahwa metode untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui akal pikiran.
Bukan berarti rasionalisme menegasikan nilai pengalaman, melainkan
pengalaman dijadikan sejenis perangsang bagi akal pikiran untuk
memperoleh suatu pengetahuan.
c. Metode Intuisif
Metode intuitif adalah suatu metode untuk memperoleh pengetahuan
melalui intuisi tentang kejadian sesuatu secara nisbi atau pengetahuan yang
ada perantaraannya. Menurut Henry Bergson, penganut intusionisme, intuisi
adalah suatu sarana untuk mengetahui suatu pengetahuan secara langsung.
Metode intuisionisme adalah metode untuk memperoleh pengetahuan dalam
bentuk perbuatan yang pernah dialami oleh manusia. Jadi penganut
intuisionisme tidak menegaskan nilai pengalaman inderawi yang bisa
menghasilkan pengetahuan darinya. Maka intuisionisme hanya mengatur
bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi.
d. Metode Ilmiah
Pada metode ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan dilakukan dengan cara
menggabungkan pengalaman dan akal pikiran sebagai pendekatan bersama
dan dibentuk dengan ilmu. Metode ilmiah diawali dengan pengalaman-
pengalaman dan dihubungkan satu sama lain secara sistematis dengan fakta-
fakta yang diamati secara inderawi.

2.2 Sejarah Metode Ilmiah

Metode Ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang


disebut ilmu. Metode ini merupakan hasil perpaduan antara dua aliran besar
dalam dunia filsafat yang bersebrangan yakni Rasionalisme dan Empirisme.
Rasionalisme dan empirisme adalah dua aliran dalam bidang filsafat yang
berpengaruh dalam perkembangan filsafat pada abad ke-17.

6
Pada zaman pra Socrates terdapat dua kaum yang berbeda dalam mencari suatu
kebenaran terhadap realitas. Ia adalah kaum Rasionalis dan kaum Empirik, dua
kaum ini mempunyai keunikan untuk mencapai suatu kebenaran dalam
mengidentifikasi sebuah realitas.

Dalam pembahasan tentang suatu teori pengetahuan, maka Rasionalisme


menempati sebuah tempat yang sangat penting. Paham ini dikaitkan dengan
kaum rasionalis abad ke-17 dan ke-18, tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes,
Spinoza, leibzniz, dan Wolff, meskipun pada hakikatnya akar pemikiran
mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya Plato,
Aristoteles, dan lainnya.

Secara etimologis Rasionalisme berasal dari kata Bahasa Inggris rationalism.


Kata ini berakar dari kata Bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. Kaum
Rasionalis dalam mencari suatu kebenaran menggunakan daya nalar / rasio,
dan kaum ini lebih berkonsentrasi kepada disiplin pemikiran dalam
menentukan suatu kebenaran, bahkan sebagian yang berpegang teguh pada
cara berpikir apriori tidak terlalu percaya dengan panca indera karena baginya
panca indera dapat menipu dalam menelaah suatu kebenaran sebuah objek
yang sedang diidentifikasinya. Maka kaum ini cara berpikirnya menggunakan
metode deduksi (menelaah dari umum ke khusus),
Contoh : P1 : Semua makhluk hidup pasti akan meninggal
P2 : Udin adalah manusia
P3 : Maka Udin akan meninggal

Inilah yang disebut cara berpikir dalam sebuah pernyataan yang umum menjadi
pernyataan yang lebih spesifik lagi atau khusus. Dan kaum ini sering sekali
disebut kaum yang mempunyai faham Apriori.

Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia
yang artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes, Jhon Locke,
Berkeley, dan yang terpenting adalah David Hume.

7
Kaum Empirik dalam mencari suatu kebenaran sangat berbeda dengan kaum
Rasionalis, kaum ini tidak begitu percaya dengan daya nalar dalam
mengidentifikasi suatu kebenaran, karena jika menggunakan daya nalar tanpa
melakukan penelitian atau pengalaman bagi mereka akan menjadi asumsi saja,
dan cara kaum Empirik dalam mengidentifikasi suatu kebenaran yaitu dengan
menggunakan panca inderanya , atau bisa dibilang kaum yang cara berpikirnya
menggunakan metode induksi (menelaah dari khusus ke umum),
Contoh : Jika selama bulan Oktober dalam beberapa tahun
yang lalu hujan selalu turun
Kesimpulan : maka setiap bulan Oktober akan selalu turun hujan

Inilah yang disebut cara berpikir dalam sebuah pernyataan yang khusus ditarik
kesimpulannya menjadi pernyataan yang general atau umum, dan kaum ini
sering sekali disebut kaum yang mempunyai faham Aposteriori.

Kaum Rasionalis dan Empirik mempunyai logikanya masing-masing, dan dua


kaum ini-pun mempunyai kelebihan dan kekurangannya dalam
mengidentifikasi suatu objek, maka dari itu beberapa para filsuf/ilmuwan
mencoba menggabungkan cara berpikir dua kaum ini, yang sekarang kita kenal
dengan nama Metode Ilmiah, jadi berpikir ilmiah itu ada dasarnya
penggabungan antara cara berpikir kaum Rasionalis dan kaum Empirik, maka
dari itu metode ilmiah harus mempunyai pemikiran yang konsisten dan
kebenarannya teruji secara empirik.

2.3 Pengertian Metode Ilmiah

Istilah metode secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “meta” yang
berarti sesudah dan kata “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode merupakan
langkah-langkah yang diambil menurut urutan tertentu, untuk mencapai
pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh
pengetahuan jenis apa pun (Sri Soeprapto, 2003). Definisi serupa juga
disampaikan Gie (1999), metode ilmiah adalah suatu prosedur yang

8
mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam melaksanakan penelitian
ilmiah.

Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri (1995), metode ilmiah adalah suatu


rangkaian prosedur yang harus diikuti untuk mendapat jawaban dari sebuah
pernyataan. Ada juga yang mengartikan metode ilmiah sebagai prosedur yang
dipergunakan oleh para ilmuwan dalam pencarian secara sistematis terhadap
pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang telah ada. Sedikit
berbeda disampaikan Geoges Kneller (dalam Dadang Suparda, 2008). Kneller
mendefiniskan metode ilmiah adalah struktur rasional dari penyelidikan ilmiah
yang hipotesisnya disusun dan diuji. Dari pendapat-pendapat di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa metode ilmiah pada hakikatnya merupakan prosedur
yang mencakup berbagai kegiatan, pikiran, pola kerja, tata kerja, dan cara
teknis untuk memperoleh pengetahuan baru dan mengembangkan pengetahuan
yang sudah ada.

Metode ilmiah berkaitan erat dengan Penelitian Ilmiah. Penelitian pada


dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan
masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Oleh karena itu,
sebelum pembahasan tentang hakikat penelitian perlu dijelaskan terlebih
dahulu hakikat metode ilmiah (scientific methods).

2.4 Sifat, Pola Pikir dan Karakteristik Metode Ilmiah

Agar suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah,
maka metode tersebut memiliki sifat, pola pikir, serta karakteristik khusus.

2.4.1. Sifat Metode Ilmiah


Beberapa sifat metode ilmiah adalah sebagai berikut:
a. Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu).
b. Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja).
c. Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan).

9
2.4.2. Pola Pikir dalam Metode Ilmiah
Ada dua pola pikir yang dapat digunakan dalam metode ilmiah yaitu pola pikir
induktif dan pola pikir deduktif:
a. Induktif: Pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus
menjadi kesimpulan yang bersifat umum
b. Deduktif: Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi
kasus yang bersifat khusus

2.4.3. Karakteristik Metode Ilmiah


Beberapa karakteristik metode ilmiah adalah sebagai berikut:
a. Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan
sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai
yang kompleks. Penelitian menggunakan metode ilmiah, penyelidikan
pengetahuan melalui metode pengumpulan, analisis, interpretasi data.
Dikaitkan dengan metode ilmiah, suatu proses penelitian sekurang-
kurangnya berisi suatu rangkaian urutan langkah-langkah.
b. Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan
fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur
atau kaidah bekerjanya akal yaitu logika.
c. Empirik
Suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang
ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai
hasil penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu :
1) Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada
penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
2) Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
3) Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada
penyebabnya.

10
d. Replikatif
Suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti
lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode,
kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan
definisi variabel operasional menjadi langkah penting bagi seorang
peneliti.

2.5 Tujuan Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang


disebut ilmu, yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar. Karakteristik keilmiahan sebuah karya terdapat
pada isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan. Isi karya ilmiah tentu bersifat
keilmuan, yakni rasional, objektif, tidak memihak, dan berbicara apa adanya.
Isi sebuah karya ilmiah harus fokus dan bersifat spesifik pada sebuah bidang
keilmuan secara mendalam.

Kedalaman karya tentu sangat disesuaikan dengan kemampuan sang ilmuwan.


Bahasa yang digunakan juga harus bersifat baku, disesuaikan dengan sistem
ejaan yang berlaku di Indonesia. Bahasa ilmiah tidak menggunakan bahasa
pergaulan, tetapi harus menggunakan bahasa ilmu pengetahuan, mengandung
hal-hal yang teknis sesuai dengan bidang keilmuannya. Hal-hal tersebut di atas
sangat berkaitan erat dengan bagaimana pemahaman seseorang mengenai
metode penulisan karya ilmiah.

Itulah mengapa metode ilmiah penting untuk dipelajari. Dengan demikian,


tujuan metode ilmiah ini ialah :
a. Untuk mengembangkan dan menjelaskan suatu masalah melalui teori yang
didukung fakta – fakta penunjang.
b. Untuk menjelaskan hubungan sebab akibat suatu permasalahan atau suatu
fenomena.
c. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang rasional dan teruji.

11
d. Untuk dapat membuktikan suatu kebenaran yang dapat diatur oleh
pertimbangan yang logis.
e. Untuk mencari pengetahuan yang dimulai dari penemuan masalah, mencari
solusi, pengumpulan data, menganalisis data dan diakhiri dengan menarik
suatu kesimpulan.
f. Untuk membantu memecahkan suatu masalah dengan pembuktian yang
terukur dan memuaskan.

2.6 Langkah-langkah dalam Metode Ilmiah

Penelitian ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan


metode ilmiah. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah :
a. Penetapan Masalah
Suatu masalah dapat berupa gejala alam atau gejala sosial yang menarik
perhatian seseorang ilmuwan peneliti yang menggugahnya untuk diselami
lebih lanjut. Langkah pertama ia harus yakin bahwa gejala atau fenomena
yang diobservasinya itu masih aktual dan relevan untuk diteliti. Dalam hal
ini ia dapat berpaling kepada dua sumber, yaitu khazanah ilmu berupa
kepustakaan atau literatur. Ini berarti menyangkut penguasaan mengenai
tingkat perkembangan disiplin ilmu terkait dengan masalah yang digarap.
Demikian pula ia akan memperoleh konfirmasi apakah masalah yang
dihadapi itu masih memiliki aktualitas dan relevansi untuk diteliti, atau
jangan-jangan sudah usang dan pernah diteliti sampai tuntas.

Setelah aktualitas dan relevansinya dikonfirmasi, maka perlu masalahnya


dirumuskan dalam bentuk tema sentral masalah. Sinonim untuk itu lazim
dikenal sebagai “problem issue” atau masalah pokok. Namun bila disebut
masalah pokok secara psikologis kurang efektif daya tarik perhatiannya,
padahal secara material sama dengan tema sentral masalah.

Langkah selanjutnya adalah membuat judul untuk model yang telah


dirumuskan. Dalam merumuskan judul hendaknya judul tersebut harus

12
sudah dapat memberikan gambaran kepada para pembaca tentang apa yang
dibahas di dalamnya. Setelah topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah
ditentukan, langkah pertama untuk melakukan proyek ilmiah adalah
melakukan observasi awal untuk mengumpulkan informasi segala sesuatu
yang berhubungan dengan topik tersebut melalui pengalaman, berbagai
sumber ilmu pengetahuan, berkonsultasi dengan ahli yang sesuai.
1) Gunakan semua referensi: buku, jurnal, majalah, koran, internet,
interview, dll.
2) Kumpulkan informasi dari ahli: instruktur, peneliti, insinyur, dll.
3) Lakukan eksplorasi lain yang berhubungan dengan topik.

b. Menyusun kerangka pemikiran


Setelah masalah yang dihadapi dikonfirmasi aktualitas dan relevansinya dari
kepustakaan, kemudian dirumuskan pula tema sentral masalahnya, maka
kita kembali menelusuri kepustakaan untuk mengungkap hal-hal yang
esensial dukungan dasar teoritis dalam rangka pendekatan pemecahan
masalah yang dihadapi. Pada dasarnya, kerangka berpikir adalah
mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka logis atau kerangka teoritis
yang relevan untuk menjawab penyebab terjadinya masalah. Keberhasilan
dalam merumuskan kerangka berpikir tercermin oleh teridentifikasinya
hubungan variabel yang diteliti dan adanya argumentasi teoritis mengenai
hubungan antar variabel yang diteliti. Permasalahan merupakan pertanyaan
ilmiah yang harus diselesaikan.

Dengan sendirinya, dalam menyusun kerangka pemikiran itu, hanya


menggunakan teori-teori yang paling relevan dan masih berlaku. Adapun
pilihan teori tersebut dipandu oleh kata-kata kunci, yaitu faktor-faktor yang
terlibat sebagaimana yang tersurat dan tersirat dalam perumusan tema
sentral masalah. Dengan kata lain kerangka pemikiran itu merupakan
rangkuman ringkas mengenai faktor-faktor yang terlibat, karakteristik
masing-masing dan sifat pengaruhnya terhadap masalah. Juga meliputi

13
bagaimana hubungan faktor yang satu dengan yang lain dalam pengaruh
gabungannya terhadap masalah.

c. Merumuskan hipotesis
Bila kerangka pemikiran berfungsi sebagai argumentasi dukungan dasar
teoritis dalam pengkajian masalah, dalam bentuk essai yang sekaligus
bersifat eksplanatoris (menjelaskan), maka hipotesis pada asasnya sama.
Dalam hal ini khususnya berfungsi juga sebagai landasan teoritis yang
memandu kearah persiapan operasionalisasi penelitian dalam rangka
mengungkap data empiris, relevan dengan pengaruh dan keterlibatan faktor-
faktor yang terkandung dalam hipotesis yang bersangkutan.

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah penelitian.


Dugaan sementara tersebut diperoleh melalui kerangka berpikir yang
didasarkan pada kajian secara analisis dan konklusif. Rumusan hipotesis
yang jelas dapat membantu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam
metode ilmiah. Menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar
bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.
1) Gunakan pengalaman atau pengamatan lalu sebagai dasar hipotesis
2) Rumuskan hipotesis sebelum memulai proyek eksperimen.’

d. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-
tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di
lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu
mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya.
Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab
berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah
hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

14
e. Menguji hipotesis secara empirik
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang telah
diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses
pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis,
peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima
atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis
dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya.
Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi
pula derajat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian. Hal ini dimaklumi
karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu
pengujian hipotesis itu sendiri.

Pengujian hipotesis merupakan tindak lanjut dan konsekuensi logis dari


fungsi dan peran hipotesis, yaitu sebagai jawaban tentatif terhadap masalah
yang digarap. Lain dari pada itu di dalam hipotesis terkandung acuan-acuan
landasan teoritis yang memandu ke arah persiapan penelitian untuk
mengungkap data-data empiris pendukung. Ini berarti mengundang langkah
lanjut untuk membuat rancangan penelitian, sesuai dengan faktor-faktor
yang terlibat, sifat pengaruh masing-masing faktor, hubungan pengaruh
gabungan faktor. Sekaligus menentukan metode penelitian dan teknik
pengambilan datanya. Bila semua data empiris mendukung berarti hipotesis
diverifikasi sebagai karya yang dapat diterima. Sebaliknya bila data empiris
tidak mendukungnya maka hipotesis difalsifikasi atau ditolak. Adakalanya
bahwa sebagian data empiris itu mendukung dan sebagian lagi tidak.

Adapun hipotesis yang diterima berarti menambah kekayaan teori baru.


Sedang hipotesis yang ditolak seluruhnya atau sebagian, merupakan
sumbangan korektif kepada peneliti untuk meninjau kembali proses
persiapan penelitiannya.

15
f. Menarik kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah
adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus
bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan
atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi
jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan
masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu
ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang
dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan
rumusan masalah yang diajukannya.

Dalam hal ini hipotesis yang diterima beserta dukungan fakta lain yang
koheren memberikan kelayakan inferensi ilmiah berupa kesimpulan umum.
Sesuai ruang lingkup penelitiannya, maka kesimpulan dapat lebih dari satu
jumlahnya, untuk selanjutnya dijabarkan menjadi kesimpulan-kesimpulan
khusus.

16
BAB III
KESIMPULAN

Metode Ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut


dengan ilmu. Metode ini merupakan hasil perpaduan antara dua aliran besar dalam
dunia filsafat yang bersebrangan yakni Rasionalisme dan Empirisme berpengaruh
dalam perkembangan filsafat pada abad ke-17. Kaum Rasionalis dan Empirik oleh
beberapa para filsuf/ilmuwan mencoba menggabungkan cara berpikir ini, yang
sekarang kita kenal dengan nama Metode Ilmiah, jadi berpikir ilmiah itu ada
dasarnya penggabungan antara cara berpikir kaum Rasionalis dan kaum Empirik,
maka dari itu metode ilmiah harus mempunyai pemikiran yang konsisten dan
kebenarannya teruji secara empirik.

Metode ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur yang harus diikuti untuk mendapat
jawaban dari sebuah pernyataan. Metode yang digunakan dalam penelitian disebut
metode ilmiah, maka metode tersebut memiliki sifat, pola pikir, serta karakteristik
khusus. Sifat metode ilmiah yaitu efisien, terbuka dan teruji. Ada dua pola pikir
yang dapat digunakan dalam metode ilmiah yaitu pola pikir induktif dan pola pikir
deduktif, sedangkan karakteristiknya adalah sistematik, logis empririk dan
replikatif.

Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut


ilmu, yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar. Langkah secara sistematis metode ilmiah yaitu penetapan masalah,
menyusun kerangka pemikiran, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis secara empirik dan menarik kesimpulan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Metode Ilmiah. https://seputarilmu.com/2020/02/metode-


ilmiah.html/ (diakses pada tanggal 12 Oktober pukul 20.00 WIB)

Anonim. 2020. Metode Untuk Memperoleh Pengetahuan,


http://coratcoretapaaja.blogspot.com/2012/04/metode-untuk-
memperolehpengetahuan.html#:~:text=Pada%20metode%20ilmiah%2C
%20untuk%20memperoleh,fakta%20yang%20diamati%20secara%20ind
erawi. (diakses pada tanggal 12 Oktober 2020 pukul 23.57 WIB)

FKDM. 2020. Sejarah Metode Ilmiah, http://fdkm.blogspot.com/2012/10/brpikir-


ilmiah.html (diakses pada tanggal 12 Oktober 2020 pukul 22.36 WIB)

Gie, The Liang. 1999. Penghantar Filsafat Ilmu. Liberty. Yogyakarta.

Munir, M. Ied Al. 2004. Tinjauan terhadap Metode Empirisme dan Rasionalisme.
Jurnal Filsafat Nasional, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Mubarak, W. 2011. Ilmu Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Nuzul, Aliya. 2020. Sifat, Pola Pikir dan Karakteristik metode Ilmiah, https://
aliyanuzul.wordpress.com/ipa-1/metode-ilmiah-dan-benda-benda-
alam/inti/sifat-metode-ilmiah/ (diakses pada tanggal 13 Oktober 2020
pukul 04.54 WIB)

Pamungkas, Sesaro. 2020. Metode Ilmiah,


https://sesaropamungkas.wordpress.com/2012/04/23/metode-ilmia/
(diakses pada tanggal 13 Oktober 2020 pukul 01.55 WIB)

18
Sabari, John. 2004. Metode Ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial. E-Journal Universitas
PGRI Madiun.

Suja, Aidillah. 2020. Filsafat Ilmu Aliran Rasionalisme dan Empirisme,


https://www.kompasiana.com/aidilazmy/551aaf2aa33311ec21b65923/fils
afat-ilmu-aliran-rasionalisme-dan-empirisme (diakses pada tanggal 12
Oktober 2020 pukul 22.54 WIB)

Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosisal: Sebuah kajian pendekatan


struktural. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Suriasumantri, Jujun S. 1995. Filsafat ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Penerbit


Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Soeprapto, Sri. 2003. Metode Ilmiah dalam Filsafat Ilmu: Sebagai Pengembangan
Ilmu Pengetahuan. Liberty. Yogyakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai