METODE ILMIAH
Oleh
Dheni Saputra JP 2025011001
Tiara Maelta Amanda 2025011002
Firdaus 2025011003
Aulia Fikri 1925011012
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan memiliki pikiran. Sebagai
makhluk yang dibekali akal dan pikiran, manusia sering kali mempunyai rasa
kaingin tahuan yang tinggi. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk
mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala yang ada di lingkungan
sekitarnya. Mulai dari bayi hingga dewasa sampai tua sekalipun manusia masih
memiliki rasa ingin tahu yang besar. Ini lah yang menyebabkan manusia
mendapatkan pengetahuan yang baik.
Dalam makalah ini kita akan membahas lebih mendalam terkait metode
ilmiah, mulai dari sejarah, pengertian, sifat, pola pikir, karakteristik metode ilmiah,
lalu membahas juga tujuan dari metode ilmiah serta Langkah-langkah apa saja yang
ada di dalam metode ilmiah ini.
3
2.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita dapat menarik beberapa rumusan masalah yang
ada yaitu :
a. Apa arti dari ilmu pengetahuan ?
b. Bagaimana sejarah dari penemuan metode ilmiah ?
c. Mengapa metode ilmiah penting untuk dipelajari ?
d. Apa saja Langkah-langkah dalam metode ilmiah ?
2.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008) kata tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah melihat
(menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan mengerti.
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui berdasarkan
pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai
dengan proses pengalaman yang dialaminya (Mubarak, 2011). Singkatnya,
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan dianggap benar.
Secara etimologi, kata ilmu berasal dari bahasa Arab “ilm” yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui. Ilmu bukan hanya sebuah pengetahuan
(knowledge), namun mencakup sekumpulan pengetahuan yang di dasari oleh
teori-teori yang sudah disepakati dan bisa secara sistematik diuji dengan
berbagai cara yang diikuti dalam bentuk ilmu tertentu. Jadi, Ilmu Pengetahuan
merupakan pengetahuan yang sistematis yang diperoleh menurut metode
tertentu yang dapat menerangkan suatu fenomena di alam nyata (empiris).
Menurut kajian Filsafat Ilmu, terdapat beberapa metode untuk memperoleh
Ilmu Pengetahuan, diantaranya adalah :
a. Metode Empiris
Menurut paham empirisme, metode untuk memperoleh pengetahuan
didasarkan pada pengalaman yang bersifat empiris, yaitu pengalaman yang
bisa dibuktikan tingkat kebenarannya melalui pengamalan indera manusia.
Seperti petanyaan-pertanyaan bagaimana orang tahu es membeku? Jawab
kaum empiris adalah karena saya melihatnya (secara inderawi/panca
indera), maka pengetahuan diperoleh melalui perantaraan indera.
Kesimpulannya adalah metode untuk memperoleh pengetahuan bagi
5
penganut empirisme adalah berdasarkan pengalaman inderawi atau
pengalaman yang bisa ditangkap oleh panca indera manusia.
b. Metode Rasional
Berbeda dengan Metode Empiris, karena paham rasionalisme memandang
bahwa metode untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui akal pikiran.
Bukan berarti rasionalisme menegasikan nilai pengalaman, melainkan
pengalaman dijadikan sejenis perangsang bagi akal pikiran untuk
memperoleh suatu pengetahuan.
c. Metode Intuisif
Metode intuitif adalah suatu metode untuk memperoleh pengetahuan
melalui intuisi tentang kejadian sesuatu secara nisbi atau pengetahuan yang
ada perantaraannya. Menurut Henry Bergson, penganut intusionisme, intuisi
adalah suatu sarana untuk mengetahui suatu pengetahuan secara langsung.
Metode intuisionisme adalah metode untuk memperoleh pengetahuan dalam
bentuk perbuatan yang pernah dialami oleh manusia. Jadi penganut
intuisionisme tidak menegaskan nilai pengalaman inderawi yang bisa
menghasilkan pengetahuan darinya. Maka intuisionisme hanya mengatur
bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi.
d. Metode Ilmiah
Pada metode ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan dilakukan dengan cara
menggabungkan pengalaman dan akal pikiran sebagai pendekatan bersama
dan dibentuk dengan ilmu. Metode ilmiah diawali dengan pengalaman-
pengalaman dan dihubungkan satu sama lain secara sistematis dengan fakta-
fakta yang diamati secara inderawi.
6
Pada zaman pra Socrates terdapat dua kaum yang berbeda dalam mencari suatu
kebenaran terhadap realitas. Ia adalah kaum Rasionalis dan kaum Empirik, dua
kaum ini mempunyai keunikan untuk mencapai suatu kebenaran dalam
mengidentifikasi sebuah realitas.
Inilah yang disebut cara berpikir dalam sebuah pernyataan yang umum menjadi
pernyataan yang lebih spesifik lagi atau khusus. Dan kaum ini sering sekali
disebut kaum yang mempunyai faham Apriori.
Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia
yang artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes, Jhon Locke,
Berkeley, dan yang terpenting adalah David Hume.
7
Kaum Empirik dalam mencari suatu kebenaran sangat berbeda dengan kaum
Rasionalis, kaum ini tidak begitu percaya dengan daya nalar dalam
mengidentifikasi suatu kebenaran, karena jika menggunakan daya nalar tanpa
melakukan penelitian atau pengalaman bagi mereka akan menjadi asumsi saja,
dan cara kaum Empirik dalam mengidentifikasi suatu kebenaran yaitu dengan
menggunakan panca inderanya , atau bisa dibilang kaum yang cara berpikirnya
menggunakan metode induksi (menelaah dari khusus ke umum),
Contoh : Jika selama bulan Oktober dalam beberapa tahun
yang lalu hujan selalu turun
Kesimpulan : maka setiap bulan Oktober akan selalu turun hujan
Inilah yang disebut cara berpikir dalam sebuah pernyataan yang khusus ditarik
kesimpulannya menjadi pernyataan yang general atau umum, dan kaum ini
sering sekali disebut kaum yang mempunyai faham Aposteriori.
Istilah metode secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “meta” yang
berarti sesudah dan kata “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode merupakan
langkah-langkah yang diambil menurut urutan tertentu, untuk mencapai
pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh
pengetahuan jenis apa pun (Sri Soeprapto, 2003). Definisi serupa juga
disampaikan Gie (1999), metode ilmiah adalah suatu prosedur yang
8
mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam melaksanakan penelitian
ilmiah.
Agar suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah,
maka metode tersebut memiliki sifat, pola pikir, serta karakteristik khusus.
9
2.4.2. Pola Pikir dalam Metode Ilmiah
Ada dua pola pikir yang dapat digunakan dalam metode ilmiah yaitu pola pikir
induktif dan pola pikir deduktif:
a. Induktif: Pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus
menjadi kesimpulan yang bersifat umum
b. Deduktif: Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi
kasus yang bersifat khusus
10
d. Replikatif
Suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti
lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode,
kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan
definisi variabel operasional menjadi langkah penting bagi seorang
peneliti.
11
d. Untuk dapat membuktikan suatu kebenaran yang dapat diatur oleh
pertimbangan yang logis.
e. Untuk mencari pengetahuan yang dimulai dari penemuan masalah, mencari
solusi, pengumpulan data, menganalisis data dan diakhiri dengan menarik
suatu kesimpulan.
f. Untuk membantu memecahkan suatu masalah dengan pembuktian yang
terukur dan memuaskan.
12
sudah dapat memberikan gambaran kepada para pembaca tentang apa yang
dibahas di dalamnya. Setelah topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah
ditentukan, langkah pertama untuk melakukan proyek ilmiah adalah
melakukan observasi awal untuk mengumpulkan informasi segala sesuatu
yang berhubungan dengan topik tersebut melalui pengalaman, berbagai
sumber ilmu pengetahuan, berkonsultasi dengan ahli yang sesuai.
1) Gunakan semua referensi: buku, jurnal, majalah, koran, internet,
interview, dll.
2) Kumpulkan informasi dari ahli: instruktur, peneliti, insinyur, dll.
3) Lakukan eksplorasi lain yang berhubungan dengan topik.
13
bagaimana hubungan faktor yang satu dengan yang lain dalam pengaruh
gabungannya terhadap masalah.
c. Merumuskan hipotesis
Bila kerangka pemikiran berfungsi sebagai argumentasi dukungan dasar
teoritis dalam pengkajian masalah, dalam bentuk essai yang sekaligus
bersifat eksplanatoris (menjelaskan), maka hipotesis pada asasnya sama.
Dalam hal ini khususnya berfungsi juga sebagai landasan teoritis yang
memandu kearah persiapan operasionalisasi penelitian dalam rangka
mengungkap data empiris, relevan dengan pengaruh dan keterlibatan faktor-
faktor yang terkandung dalam hipotesis yang bersangkutan.
d. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-
tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di
lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu
mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya.
Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab
berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah
hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
14
e. Menguji hipotesis secara empirik
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang telah
diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses
pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis,
peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima
atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis
dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya.
Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi
pula derajat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian. Hal ini dimaklumi
karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu
pengujian hipotesis itu sendiri.
15
f. Menarik kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah
adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus
bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan
atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi
jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan
masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu
ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang
dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan
rumusan masalah yang diajukannya.
Dalam hal ini hipotesis yang diterima beserta dukungan fakta lain yang
koheren memberikan kelayakan inferensi ilmiah berupa kesimpulan umum.
Sesuai ruang lingkup penelitiannya, maka kesimpulan dapat lebih dari satu
jumlahnya, untuk selanjutnya dijabarkan menjadi kesimpulan-kesimpulan
khusus.
16
BAB III
KESIMPULAN
Metode ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur yang harus diikuti untuk mendapat
jawaban dari sebuah pernyataan. Metode yang digunakan dalam penelitian disebut
metode ilmiah, maka metode tersebut memiliki sifat, pola pikir, serta karakteristik
khusus. Sifat metode ilmiah yaitu efisien, terbuka dan teruji. Ada dua pola pikir
yang dapat digunakan dalam metode ilmiah yaitu pola pikir induktif dan pola pikir
deduktif, sedangkan karakteristiknya adalah sistematik, logis empririk dan
replikatif.
17
DAFTAR PUSTAKA
Munir, M. Ied Al. 2004. Tinjauan terhadap Metode Empirisme dan Rasionalisme.
Jurnal Filsafat Nasional, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Nuzul, Aliya. 2020. Sifat, Pola Pikir dan Karakteristik metode Ilmiah, https://
aliyanuzul.wordpress.com/ipa-1/metode-ilmiah-dan-benda-benda-
alam/inti/sifat-metode-ilmiah/ (diakses pada tanggal 13 Oktober 2020
pukul 04.54 WIB)
18
Sabari, John. 2004. Metode Ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial. E-Journal Universitas
PGRI Madiun.
Soeprapto, Sri. 2003. Metode Ilmiah dalam Filsafat Ilmu: Sebagai Pengembangan
Ilmu Pengetahuan. Liberty. Yogyakarta.
19