Anda di halaman 1dari 12

INSTRUMEN ILMU DAN PENGETAHUAN

Tugas diajukan untuk memenuhi salah satu


syarat mendapatkan nilai pada mata kuliah

FILSAFAT ILMU

Dosen: Prof. Dr. H. Muh. Tahir Malik, M.Si


Prof. Dr. H. Arifin Hamid, SH.,MH
Dr. H. Nurdin Tajry, SH.,MH

Disusun oleh:

1. JURIAH,S.Pd.I
Nim. 21062052025
2. JUHRIAH, S.Pd.I
Nim. 21062052037

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..


DAFTAR ISI……..………………………………….................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 3

C. Tujuan................. ……………………………………………... 3

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Instrumen Pengetahuan.....................………….. 4
B. Instrumen Ilmu dan Pengetahuan ....................... 5

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan.................................. …………………………….... 7
B. Saran.........................……….…………………………………... 7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kajian filsafat, khususnya terkait Pembahasan Epestemologi


salah satu yang selalu diperdebatkan adalah sumber pengetahuan, sering kali
muncul pertanyaan, dari mana manusia memperoleh pengetahuan?, apa
sebenarnya yang menjadi sumber pengetahuan? Terkait hal ini, terdapat
perbedaan pendapat diantara para filososf, ada yang mengatakan bahwa
sumber pegetahuan adalah rasio, seperti Plato, ada juga yang mengatakan
bahwa sumber pengetahuan adalah indera, ada juga yang mengatakan bahwa
sumber pengetahuan adalah hati. Di Barat aliran-aliran tersebut sering kali
berjalan masing-masing, yang meyakini bahwa rasio merupakan sumber
pengertahuan mengindahkan aliran lain, begitu juga sebaliknya sampai
muncul Kritisisme Kant yang mengakui sumber ilmu pengetahuan indra dan
rasio.
Pandangan dunia seseorang sangat menentukan tingkah lakunya.
Karena pandangan dunia adalah pemahaman seseorang tentang keberadaan
dan batasan segala sesuatu. Secara garis besarnya, pandangan dunia hanya
akan terbagi menjadi dua; pandangan dunia materi dan pandangan dunia
Tauhid. Perbedaan pandangan dunia meniscayakan perbedaan ideologi.
Dimana ideologi tersebut berperan untuk menentukan apa yang harus dan apa
yang tidak boleh kita lakukan. Tapi mengapa pandangan dunia seseorang
yang satu dan seseorang yang lain dapat berbeda? Itu karena cara mereka
memperoleh pengetahuan juga berbeda. Pengetahuan dapat kita peroleh
melalui apa yang disebut alat atau instrumen pengetahuan. Kalau dalam
musik, instrumen musik adalah gitar, drum, terompet dan sebagainya.
Instrumen adalah sesuatu yang dipergunakan untuk memperoleh sesuatu yang
lain. Maka gitar adalah alat yang digunakan untuk memperoleh musik. Lalu,
apa saja instrumen pengetahuan?
Secara etimologi ilmu berasal dari kata “ilm” (Bahasa
Arab), Science (Bahasa inggris) atau Scientia (Bahasa Latin)yang

1
2

mengandung kata kerja scire yang berarti tahu atau mengetahui. Lalu apa
perbedaan ilmu dengan pengetahuan? Pengetahuan yang merupakan padan
kata dari knowledge merupakan kumpulan fakta – fakta, sedangkan ilmu
adalah pengetahuan ilmiah/sistematis. Kumpulan fakta – fakta tersebut
merupakan bahan dasar dari suatu ilmu, sehingga pengetahuan belum dapat
dikatakan sebagai ilmu, namun ilmu pasti merupakan pengetahuan.
Menurut John G. Kemeny, Ilmu merupakan semua pengetahuan yang
dikumpulkan dengan metode ilmiah. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa
ilmu merupakan hasil/produk dari sebuah proses yang dibuat dengan
menggunakan metode ilmiah sebagai suatu prosedur.
Proses yang dilakukan untuk menghasilkan suatu ilmu bukan
merupakan proses pengolahan semata tetapi merupakan suatu rangkaian
aktivitas ilmiah/penelitian terhadap suatu hal yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang dikenal dengan istilah ilmuan(scientist) yang bersifat
rasional, kognitif dan teleologis (memiliki tujuan yang jelas)
Secara lengkap menurut The Liang Gie Definisi Ilmu adalah
rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan metode berupa
aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai gejala – gejala kealaman,
kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan
penerapan (The Liang Gie, 130).
Pengetahuan merupakan daerah persinggungan antara benar dan
dipercaya. Pengetahuan bisa diperoleh dari akal sehat yaitu melalui
pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan
sehingga cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan, cenderung bersifat
kabur dan samar dan karenanya merupakan pengetahuan yang tidak teruji.
Ilmu pengetahuan (sains) diperoleh berdasarkan analisis dengan
langkah-langkah yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang
logis. Sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika dan statistika
Kebenaran pengetahuan dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta
yang ada, dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan
3

tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia.


Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara,
sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut
harus benar. Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak
benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah.
Sedangkan instrumen adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian
secara objektif. Sedangkan menurut Djaali dan Muljono, instrumen adalah
suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, yang dapat dipergunakan
sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data
mengenai suatu variabel.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dalam latar belakang, maka penulis menetapkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Pengertian Instrumen Pengetahuan?

2. Bagaimana Instrumen Ilmu dan Pengetahuan?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:


1. Untuk mengetahui pengertian Instrumen Pengetahuan
2. Untuk mengetahui Instrumen ilmu dan Pengetahuan
4
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Pengetahuan

Instrumen pengetahuan merupakan alat yang digunakan oleh manusia


untuk meperoleh pengetahun. Apa sajakah Instrumen itu? Diantara alat yang
dimiliki manusia manusia untuk memperoleh pengetahuan adalah “Indera”
manusia memiliki beragam indera seperti penglihatan, pendengaran, dan
perabaan. Untuk memperoleh pengetahuan yang sempurna beragam indera
tersebut harus ada pada manusia karena apabila manusia kehilangan satu
bentuk indera maka ia kehilangan satu ilmu. Ada sebuah Ungkapan terkait
hal itu yang dianggap berasal dari Aristoteles yaitu “ Barang siapa yang
kehilangan satu indera, maka ia kehilangan satu ilmu,”. Jika seseorang
dilahirkan dalam keadaan buta, maka ia tidak mungkin dapat mengetahui
macam-macam warna, berbagai bentuk dan jarak. Mustahil manusia dapat
menjelaskan masalah itu kepada orang-orang yang sejak lahir buta. Disinilah
letaknya bahwa Indera merupakan suatu syarat untuk bisa mengetahui dan
memahami, tatapi belum memenuhi syarat.
Selain indera yang juga termasuk instrumen dan merupakan syarat
unuk memperoleh pengetahuan adalah “rasio”. Untuk memperoleh
pengetahuan, manusia terkadang memerlukan pemilahan dan penguraian.
Aktivitas memilah dan menguraikan inilah yang merupakan tugas “rasio”,
sehingga terjadi pengklasifikasian objek-objek dalam kategorinya yang
berbeda-beda. Selain itu, rasio juga mampu menguraikan secara dari objek-
objek yang telah di klasifikasikan tersebut, misalnya dalam aktivitas ilmiah
kita mengenal kategori kuantiatas seperti ukutan jarak berdasarkan meter,
berat berdasarkan kilogram, dan lain-lain, dan juga kategori kualitas.
Manusia, sebelum bisa melakukan pengelompokan dan penguraian terhadap
terhadap suatu objek, belum dapat memahami dan mengetahui. Hal itu
merupakan tugas Rasio, bukan tugas indra.

5
6

B. Instrumen-instrumen ilmu dan pengetahuan:


1. Panca Indera
Tahapan pertama sekaligus yang paling sederhana untuk memperoleh
pengetahuan adalah melalui panca indera. Kedudukan kelima panca indera
ini sangat penting dalam proses memperoleh pengetahuan meskipun indera
penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga) seringkali disebut-sebut
sebagai indera yang paling penting. Namun kata Aristoteles; “ Kehilangan
satu indera, kehilangan satu ilmu pengetahuan. “ Jika seseorang dilahirkan
buta, maka ia tidak dapat mengetahui macam-macam warna, berbagai bentuk
dan jarak. Sebagaimana orang yang tuli tentu takkan dapat mendengar bunyi.
Paham yang menganggap bahwa indera adalah alat pengetahuan yang benar
disebut kaum empiris. Betapapun pentingnya, indera terkadang memberi
pengetahuan yang salah. Seperti kayu yang bengkok di dasar air ternyata
lurus ketika diangkat ke permukaan. Itu berarti dibutuhkan instrumen
pengetahuan lain yang dapat menutupi kelemahan dan kesalahan indera.

2. Khayal atau Imajinasi


Alam khayal atau imajinasi mampu menangkap bentuk-bentuk
sesuatu dan warna yang diperoleh dari indera. Gunung emas yang tak ada di
dunia nyata, dapat tertampung di alam khayal. Bidadari bersayap yang tak
ada di dunia nyata, dapat terbayang di alam khayal. Kekasih Anda yang jauh
disana, dapat hadir di alam khayal. Bahkan bagi Anda yang belum
mempunyai kekasih di dunia nyata, dapat membayangkan bermanja ria
bersama kekasih di alam khayal. Itu semua dapat terjadi karena alam khayal
juga berfungsi menggabungkan bentuk-bentuk segala sesuatu. Fungsi yang
lain yaitu membandingkan. Kita dapat mengatakan yang ini lebih tinggi dari
yang itu ketika kita membandingkannya di alam khayal. Seniman seperti
Picasso dan Leonardo da Vinci sering menggunakan imajinasinya. Bahkan
Wright bersaudara mengawali rancangan pesawatnya di alam khayal. Mereka
7

menggabungkan bentuk burung serta teknologi mesin dan besi.

3. Akal
Instrumen akal dibagi atas dua bagian; akal murni (rasio) dan konsep
akal jatuh (hati). Perbedaannya terletak pada apa yang diperolehnya. Hati
menangkap hal-hal yang sifatnya partikulir, subyektif dan relatif seperti
perasaan senang, sedih, lapar, cinta, benci dan marah. Sementara akal murni
menangkap hal-hal yang sifatnya universal, obyektif dan mutlak. Persamaan
keduanya terletak pada kemampuannya menangkap hal-hal yang abstrak atau
tidak dapat diinderai. Keduanya juga mampu menangkap subtansi, intisari
atau nama-nama segala sesuatu. Tidak sedikit ilmuwan, agamawan dan filsuf
yang berpendapat adalah inti dari kemanusiaan adalah akal. Manusia yang
tidak berakal kurang lebih sama saja dengan binatang.

4. Logika
Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, Valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berfikir sesuai
dengan aturan-aturan berfikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar dari
satu. Memang sesuai perlengkapan antologisme, pikiran kita dapat bekerja
secara spontan, alami, dan dapat menyelesaikan fungsinya dengan baik,
lebih-lebih dalam hal yang biasa, sederhana, dan jelas. Namun, tidak
demikianlah halnya apabila menghadapi bahan yang sulit, berliku-liku dan
apabila harus mengadakan pemikiran yang panjang dan sulit sebelum
mencapai kesimpulan. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat difahami
bahwa pengetahuan yang sistematis adalah berdasarkan Logika (yang benar).
Sedangkan pengetahuan yang biasa dan masalah yang biasa dapat
diselesaikan dengan pikiran yang spontan.
8

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu ilmu harus bersifat empiris (hasil dari panca


indera/percobaan), sistematis (memeiliki keterkaitan yang teratur), objektif
(bukan hasil prasangka), analitis dan verifikatif (bertujuan mencari kebenaran
ilmiah). Ilmu memiliki pokok persoalan (objek) dan fokus perhatian. Sebagai
contoh ilmu alam. Ilmu alam memiliki pokok persoalan terkait dengan alam
dengan beberapa fokus perhatian seperti fisika, kimia, biologi, dll.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu berbeda dengan pengetahuan.
Pengetahuan merupakan kumpulan fakta yang merupakan bahan dari suatu
ilmu, sedangkan ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu gejala
ataupun kondisi pada suatu bidang dengan menggunakan berbagai prosedur,
cara, alat dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan suatu kebenaran
ilmiah yang bersifat empiris, sistematis, objektif, analisis dan verifikatif.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, tentunya dalam


penyusunan makalah ini masih banyak kata-kata atau penyampaian yang
kurang jelas ataupun dalam penyajiannya yang kurang lengkap, pastinya
9

makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran sangatlah penulis
harapkan untuk menjadikan pelajaran pada masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (1998), Kamus Besar Bahasa Indonesia , Balai Pustaka, Jakarta

Amsal Bakhtiar, (2007) Filsafat Ilmu, Rajawali Pers, Jakarta

Mohammad Noor Syam, (1986). Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan
Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya

Muhaimin dan Abd. Mujib, (1993). Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofik dan Kerangka
Dasar Operasionalnya, Trigenda Karya, Bandung

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, (2001) Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Fitri Oviyanti, (2007). Metodologi Studi Islam, IAIN Raden Fatah Press, Palembang

Musthofa Ghulayaini, (1987). Jami’ ad-Durus al-‘Arabiyyah, al- Maktobah ‘Ishriyyah, Beirut-
Libanon

10

Anda mungkin juga menyukai