Anda di halaman 1dari 7

5th ACE Conference.

28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

PONDASI SUPER RINGAN PADA TANAH LUNAK


Susy Srihandayani1, Abdul Hakam2, Mas Mera3
1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas,
Padang. Email: susys3unand18@gmail.com
2
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email:
abdulhakam2008@gmail.com
3
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email :
mas_mera@eng.unand.ac.id

ABSTRACT

Various types of foundations have been planned for soil conditions that are weak in
carrying capacity, such as soft soil and peat soils, types of foundations include foundations
in using steel poles, concrete and wooden poles while shallow foundations commonly used
today such as raft foundations, raft-foundation foundations use mahang wood as a support,
helical pile foundation, and in the peat area of Kalimantan is famous for the design of the
kacapuri foundation. Various analyzes have been carried out to determine the carrying
capacity of the foundation from using the classical method numerically, as well as
conducting tests with loading tests in the field. Until now, shallow foundations for soft and
peat soil are used for simple buildings, such as people's houses. As the development of
foundation engineering is expected to be able to create a super-light shallow foundation, for
simple buildings with a low cost and environmentally friendly, especially for soft soil and
peat that has shallow groundwater.

Keywords : soft soils, low bearing capasity, super-light shallow foundation

ABSTRAK
Berbagai jenis pondasi telah direncanakan untuk kondisi tanah yang lemah daya dukung,
seperti tanah lunak dan tanah gambut, jenis pondasi diantaranya pondasi dalam
menggunakan tiang baja, tiang beton dan kayu sedangkan pondasi dangkal yang umum
digunakan pada saat ini seperti pondasi rakit, pondasi rakit-tiang menggunakan kayu
mahang sebagai penopang, pondasi tiang helical, dan di daerah gambut Kalimantan
terkenal dengan desain pondasi kacapuri. Berbagai analisis telah dilakukan untuk
menentukan daya dukung pondasi tersebut dari menggunakan metode klasik secara
numerik, maupun melakukan pengujian dengan loading test di lapangan. Sampai saat ini
pondasi dangkal untuk tanah lunak maupun gambut digunakan untuk bangunan sederhana,
seperti rumah rakyat. Seiring perkembangan ilmu teknik pondasi diharapkan nantinya
dapat menciptakan suatu pondasi dangkal super ringan, untuk bangunan sederhana dengan
biaya ringan serta ramah lingkungan khususnya untuk tanah lunak dan gambut yang
mempunyai muka air tanah dangkal

Kata Kunci : tanah lunak, daya dukung rendah, pondasi dangkal super ringan

1. PENDAHULUAN

Tumpuan akhir pada suatu bangunan menerima beban diatasnya adalah tanah, sehingga
tanah mempunyai peran yang sangat besar terhadap kestabilan suatu bangunan yang
berada diatasnya, maka perlu diketahui karakteristik dan sifat tanah itu sendiri sebelum

66
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

para pelaku pembangunan melakukan kegiatannya sehingga hasil pekerjaanya dapat


dimanfaatkan secara optimum oleh penggunanya. Pada kenyataan saat ini dalam
mendirikan bangunan sipil sederhana seperti rumah tinggal, ruko, perkantoran, dan lain
sebagainya sering melalaikan hasil penyelidikan tanah sehingga bangunan yang telah
dibangun seringkali mendapatkan masalah seperti penurunan tanah, hal ini sangat
berpengaruh terhadap bangunan itu sendiri. (Surjandari, 2007)

Disetiap tempat, kondisi tanah dasar pasti berbeda beda, jenis tanah dan kepadatan tanah
disetiap lokasi atau daerah akan ada perbedaan. Terlebih lagi muka air tanah disuatu
lokasi tersebut dangkal dan pada kedalaman tertentu tanah lempung maupun gambut
selalu terendam air. Dengan adanya perbedaan ini kondisi tanah tersebut akan sangat
mempengaruhi daya dukung tanah dalam menerima beban sebagai akibat jenis tanah
dan kepadatan yang berbeda serta adanya perubahan kadar air tanah. (Dharmasaya,
2014)

Seiring perkembangan zaman dan teknologi di bidang geoteknik, berbagai macam jenis
pondasi telah banyak direncanakan. Khususnya untuk tanah lunak atau tanah yang
mempunyai daya dukung rendah, sebagai penopang suatu bangunan direncanakan suatu
pondasi dalam untuk bangunan tertentu, hingga pondasi tersebut dipancang sampai
kedalaman tanah keras. Tetapi bagaimana dengan bangunan sederhana seperti rumah
tinggal, sekolah dan sebagainya yang akan dibangun pada tanah lunak, tentu tidak
mungkin menggunakan pondasi dalam (Pondasi Tiang) sebab akan meningkatkan nilai
bangunan itu sendiri. Oleh karena itu direncanakanlah beberapa solusi untuk mengatasi
masalah tersebut, seperti melakukan perbaikan tanah dengan cara modifikasi fisik tanah,
menggunakan geosintetik dan system Ion Exchange agar dapat menggunakan pondasi
yang lebih ekonomis.

Tulisan ini mencoba mendeskripsikan berbagai teori dan penelitian yang pernah
dilakukan untuk berbagai macam pondasi pada tanah lunak maupun tanah gambut.
Desain pondasi yang cocok digunakan untuk tanah lunak/ gambut masih menjadi
perbincangan para peneliti. Peluang untuk menciptakan berbagai inovasi pondasi
dangkal yang super ringan, mempunyai daya dukung tinggi dan penurunan yang relative
kecil sangat berpotensi untuk dibahas dan menjadi topic beberapa penelitian.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan himpunan mineral, bahan organik,dan endapan endapan yang relatif
lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Ikatan antara butiran yang
relative lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organic, atau oksida-oksida yang
mengendap diantara partikel-partikel. Untuk keperluan-keperluan teknis, tanah
dianggap merupakan suatu lapisan sedimen lepas seperti kerikil (gravel) pasir (sand)
lanu (silt) lempung (clay) atau suatu campuran dari bahan-bahan tersebut (Smith,1992)

Berat jenis (Specific Grafity) tanah adalah perbandingan antara massa butir-butir dengan
massa air destilasi di udara dengan volume yang sama pada temeratur tertentu. Berat
jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2.65 sampai 2.75 (Das,1998). Nilai berat
jenis sebesar 2.67 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tak berkohesif, sedangkan

67
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

untuk tanah kohesif tak organik berkisar antara 2.68 sampai 2.72. Partikel lempung
merupakan sumber utama di dalam tanah yang kohesif. Menurut Hardiyatmo dalam
wiqoyah (2000) tanah lempung memiliki ukuran butir halus, kurang dari 0.002 mm,
permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat kohesif, kadar
kembang susut yang tinggi, proses konsolidasi lambat.

Menurut (Hakam, 2008), Tanah merupakan material geologi yang berada pada bagian
kerak bumi yang digunakan sebagai media bekerja atau untuk mendirikan bangunan
diatasnya. Secara kimiawi, batuan dan tanah dapat mempunyai unsur yang sama, namun
keduanya dibedakan berdasarkan sifat fisiknya. Untuk membedakan antara tanah
dengan batuan yang bersifat keras dan solid, maka tanah dapat didefinisikan sebagai
material geologi yang mempunyai butiran-butiran yang lepas (tidak solid) dan/atau
mempunyai kekuatan tekan kurang dari 250 kg/cm2. Selanjutnya, secara mikro tanah
juga dibedakan menjadi tanah keras atau lunak dan padat atau lepas.

2.1 Tanah Lunak

Ukuran partikel tanah adalah seragam mulai dari yang besar hingga yang terkecil yang
dapat melayang di dalam air. Pada selang ukuran tertentu, telah diberikan nama-nama
bagi ukuran partikel yang berguna untuk dapat berkomunikasi dan saling memahami.
Ukuran terkecil dari tanah dikategorikan tanah lunak. Tanah lunak yang dimaksud
adalah tanah lempung. Lempung adalah satu istilah yang dipakai untuk menyatakan
tanah yang berbutir halus yang bersifat seperti lempung, yaitu memiliki sifat cohesi,
plastisitas, tidak memperlihatkan sifat dilatasi, dan tidak mengandung jumlah bahan
kasar yang berarti. Begitu pula lanau adalah istilah cara menyatakan, Lanau merupakan
bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir halus.

Dalam pandauan Geoteknik penggunaan istilah ―tanah lunak‖ berkaitan dengan tanah
yang jika tidak dikenali dan diselidiki secara berhati hati dapat menyebabkan masalah
ketidakstabilan dan penurunn jangka panjang yang tidak dapat di tolerir, tanah tersebut
mempunyai kuat geser yang rendah dan kompresibilitas yang tinggi.

Pengertian tanah lunak menurut Rachan 1986 dan Bina Marga 1999 adalah tanah yang
umumnya terdiri dari tanah lempung termasuk material pondasi yang sangat jelek
karena kadar airnya yang tinggi, permeabilitas rendah dan sangat compressible dan
tanah yang secara visual dapat ditembus dengan ibu jari minimum sedakam ± 25 mm,
atau mempunyai kuat geser 40 Kpa berdasarkan uji geser baling lapangan.

Sedangkan menurut Pedoman Konstruksi dan Bangunan 2005 dan dua orang peneliti
yaitu: Soetjiono 2008 dan Pasaribu 2008 tanah lunak adalah tanah yang bersifat lemah,
secara alamiah terbentuk dari proses pengendapan sebagai lapisan aluvial, biasanya
terdapat di dataran aluvial, rawa dan danau; dan ditinjau secara mekanisme kejadian
adalah tanah deposit yang sangat kompresif dan kuat gesernya rendah, yang mana kuat
geser undrained lapangan kurang dari 40 kPa dan kompresibilitas tinggi. Berbeda pula
dengan Holtz dan Kovacs 1981, mereka mendefinisikan tanah lunak adalah sebagai
tanah yang mempunyai sebagian besar ukuran butirnya sangat halus atau lolos ayakan

68
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

No. 200. Sedangkan Bina Marga 2010 mendefenisikan tanah lunak dari sisi kekuatan
tanah yaitu sebagai setiap jenis tanah yang mempunyai CBR lapangan kurang dari 2.

Menurut (Bella, 2016), Tanah lunak merupakan tanah yang memiliki daya dukung
rendah dan pada umumnya memiliki kadar air yang cukup tinggi serta permebilitas yang
sangat rendah sehingga sering menimbulkan masalah di dalam konstruksi bangunan
sipil. Masalah yang umumnya muncul berkaitan dengan tanah lunak ini adalah masalah
stabilitas, besar penurunan dan factor waktu.

2.2 Pondasi Pada Tanah Lunak

Secara umum pondasi merupakan elemen struktur yang berfungsi meneruskan beban
pada tanah, baik beban dalan arah vertical maupun arah horizontal. Pemakaian pondasi
melayang atau biasa digunakan pondasi rakit (raft foundation) pada suatu bangunan,
apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang
mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya
tetapi letaknya sangat dalam. (Ir. Sardjono HS, 1988).

Pondasi tiang rakit biasanya direncanakan untuk mendukung beban pada tanah lunak
dengan ujung tiang tidak mencapai lapisan tanah keras. Dengan kondisi tersebut, maka
pondasi tiang bersamaan dengan pondasi rakit diatasnya akan bekerja bersamaan untuk
mentransfer beban kedalam tanah. (Hakam, 2008)

Gambar 1. Pondasi tiang rakit

Menurut (Surjandari, 2007), sebagian besar bangunan sipil di dukung oleh tanah, salah
satu masalah yang sering ditemukan adalah mendirikan suatu bangunan diatas tanah
lunak. Mat/ Raf Foundation merupakan salah satu jenis pondasi dangkal yang dapat
direncanakan diatas tanah luanak. Dari hasil penelitian kedalaman D Pondasi yang
direncanakan sebesar D = 1M, 1.5M, 2.5M dan 3M, analisa daya dukung menggunakan
metode klasik rmus Terzaghi. Pondasi rakit pada tanah lunak dapat mereduksi besarnya
penurunan yang terjadi karena adanya efek apung.

69
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

Salah satu kegiatan pemerintah provinsi Kalimantan yang berlahan gambut melakukan
inovasi menciptakan sebuah pondasi yang aman untuk lahan gambut yaitu Pondasi
Kacapuri yang merupakan tipe pondasi dangkal yang mengapung diatas tanah gambut.
Pndasi Kacapuri menggunakan material kayu Ulin sebagai tiang dan Kayu Galam yang
menerus sebagai telapaknya. Karena keterbatasan material kayu tersebut, memaksa
masyarakat menggunakan beton dan pengurugan sebagai solusi pembangunan di tanah
gambut. Untuk mendapatkan pondasi yang aman, berdaya dukung tinggi, ekologis serta
relative murah di daerah lahan basah, maka perlu menghasilkan formulasi stabilisasi
tanah gambut, sehingga efisiensi penggunaan material pondasi kacapuri dan menjaga
kelestarian lahan gambut. (J.C.Heldiansyah, 2014)

Gambar 2. Pondasi kacapuri

Beberapa alternatif lain dilakukan untuk mendirikan suatu bangunan di tanah lunak/
gambut dengan melakukan kombinasi perkuatan anyaman Bambu dan Grid Bambu
dengan variasi lebar dan jumlah lapisan perkuatan. Dengan melakukan pengujian skala
laboratorium, data yang diperoleh bahwa dengan adanya penambahan dimensi
perkuatan dan penambahan jumlah lapis perkuatan akan memberikan angka rasio daya
dukung (BCR) yang semakin besar. Setelah diuji variasi lebar perkuatan 2B,3B dan 4B
dengan jumlah lapisan 1 lapis, 2 lapis dan 3 lapis diperoleh kombinasi yang
memberikan nilai daya dukung tertinggi adalah penggunaan 3 lapis perkuatan dengan
4B (B adalah lebar pondasi). (Usman, 2014)

Merencanakan sebuah pondasi terapung dengan skala model di lapangan juga dilakukan
oleh (dkk, 2018)menggunakan Pipa PVC dia 20 cm, dengan tinggi 30 cm, ujung pipa di
tutup rapat hingga hampa udara ditanamkan ke tanah lunak dengan posisi terbalik dan di
berikan sebuah beban aksial dan besar penurunan pada pipa di catat, kemudian
dilakukan estimasi besarnya daya dukung pada beban maksimum yang diberikan dan
hasil perhitungan dibandingkan dengan hasil perhitungan daya dukung menggunakan
metode klasik seperti teori Terzaghi, Jambu dan Hansen.

70
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

Pondasi menggunakan tiang helical juga salah satu penelitian untuk alternatif pengganti
tiang cerocok pada tanah gambut, pada penelitian ini ditinjau mengenai karakteristik
daya dukung lateral pondasi helical pada lapisan gambut dari pengaruh jumlah, jarak
dan diameter pelat helical terhadap kapasitas daya dukung lateral pondasi helical pada
tanah gambut. Pemberian beban lateral berdasarkan tipe pembebanan constant rate of
penetration. Variasi eksentrisitas aalah 300 mm dan 500 mm. Kapasitas daya dukung
lateral diinterpretasikan dengan menggunakan metode standar kegagalan lateral struktur
(Sakr, 2010), sedangkan analisis daya dukung lateral secara teoritis menggunakan
metode Boms 1964. (Fatnanta F, 2017)

Gambar 3. Rangkaian alat uji tiang helical

3. KESIMPULAN

Dari berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari alternative pondasi yang cocok
digunakan paa tanah gambut maupun tanah lunak yang memberikan daya dukung yang
tinggi, kecilnya penurunan yang terjadi. Selain itu pondasi yang di rencanakan dilihat
dari tingkat ekonomis material dan ramah lingkungan.

4. REFERENCES

Bella, R. A. (2016). Permodelan Timbunan Pada Tanah Lunak Dengan Menggunakan


Program Plaxis
Dharmasaya, I. G. N. P. (2014). Analisis Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah
Lunak Di Daerah Dengan Muka Air Tanah Dangkal (Studi Kasus Pada Daerah
Suwung Kauh). Padukarsa, 3(2).
Srihandayani, dkk. (2018). Bearing capacity of floating foundations used PVC (Poly
Vinyl Chloride) on soft soil with the scale model in the field. International
Journal of Engineering & Technology.
Fatnanta F, d. (2017). Karakteristik Daya Dukung Lateral Pondasi Helical Pada Tanah
Gabut

71
5th ACE Conference. 28 November 2018, Padang, Sumatra Barat

Hakam, A. (2008). Rekayasa Pondasi Untuk Mahasiswa dan Praktisi. Universitas


Andalas Padang.
J.C.Heldiansyah, M. A. M. r., Wiku Adhiwicaksana Krasna. (2014). Inovasi Desain
Pondasi Kacapuri di atas Tanah Gambut yang Distabilisasi. Lanting Journal of
Architecture, 03(1).
Surjandari, N. S. (2007). Analisa Penurunan Pondasi Rakit Pada Tanah Lunak. Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Sardjono HS 1998, Pondasi Tiang Pancang Jilid II untuk Universitas dan Umum, Sinar
Wijaya Surabaya.
Usman, A. (2014). Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Gambut
Menggunakan Kombinasi Perkuatan Anyaman Bambu Dan Grid Bambu Dengan
Variasi Lebar Dan Jumlah Lapisan Perkuatan Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan, 2(3), 303.

72

Anda mungkin juga menyukai