Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL TUGAS AKHIR

(SKRIPSI)

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH KERTAS SEBAGAI BAHAN


STABILISASI TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH

Dajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Persyaratan Akademik


Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Widyatama

Mahasiswa :
Nama : Lukman nasruloh
NPM : 1919104001
Dosen :
Nama : Yanyan Agustian, S.T., M.Eng., Ph.D.
NIDN : 0401087205

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur, penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir walaupun tentunya masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki.
Pada kesempatan ini perkenankan saya selaku penulis menghaturkan
penghargaan dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada dosen
Pembimbing Yanyan Agustian, S.T., M.Eng., Ph.D. yang telah memberikan
dukungan pemikiran, bimbingan dan motivasi dengan penuh kesabaran.
Selain itu saya juga sampaikan penghargaan yang setinggi tingginya
kepada semua pihak yang tidak bisa say sebutkan satu persatu, utamanya adalah;
1. Bapak Prof. Dr. Dadang Suganda, M.Hum. Selaku Rektor Universitas
Widyatama.
2. Bapak Dr. Didit Damur Rochman, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas
Universitas Widyatama.
3. Bapak Asep Setiawan, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Widyatama.
4. Bapak Yanyan Agustian, S.T., M.Eng., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan pengarahan, bimbingan saran serta dorongan yang
sangat berarti kepada penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini.
5. Bapak Opan Sopandi dan Ibu Erum Rumyati terima kasih atas dukungan,
kesabaran, kasih saying dan do’a yang selalu terpanjatkan untuk kesuksesan
saya. Semoga kelak dapat membahagiakan dan menjadi orang kebanggan
bapak dan ibu.
6. Teman-teman satu angkatan yang selalu bertukar pikiran, mendukung dan
membantu terselesaikanya Tugas Akhir ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

i
Kiranya kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan karena,
menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan-kekuragan yang
semata-mata nerupakan kelemahan peneliti dalam melaksanakan kegiatan
penelitian ini, untuk itu peneliti sampaikan mohon maaf.
Semoga Allah Yang Maha Esa melindungi dan memberikan anugerah
serta hidayah nya, Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung…2023
Penulis

Lukman Nasruloh
1919104001

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR TABEL

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu penunjang mahluk hidup yang ada di bumi,
Tanah sangat mendukung sebagai kehidupan yang menyediakan air di muka
bumi. Selain itu tanah juga sebagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga
tempat berpijak untuk semua mhaluk hidup. Dari segi klimatologi tanah
merupakan peran penting sebagai penyimpan air dan mencegah terjadinya erosi,
selain itu tanah juga sebagai dasar konstruksi dari sebuah bangunan,
Tanah dasar adalah lapisan paling bawah yang berfungsi sebagai dasar
suatu pekerjaan konstruksi, tanah dasar (subgrade) merupakan permukaan tanah
asli atau tanah galian atau timbunan yang di padatkan untuk perletakan bagian
lainya. Kualitas tanah asli sebagai permukaan tanah dasar sangat menentukan
konstruksi perkerasan, jika tanah nya mempunyai daya dukung rendah maka
kontruksi perkerasan akan cepat mengalami kerusakan, perubahan dasar tanah
dapat diakibatkan oleh kekuatan atau daya dukung yang rendah, pengembangan,
penyusutan serta konsolidasi tanah di bawah tanah dasar. faktor faktor tersebut
kan tergantung dari jenis tanah, berat isi kering dan kadar air tanah. Untuk itu
dalam merencanakan satu kontroversi harus dilakukan penyelidikan terdahulu
terhadap karakteristik dan kekuatan tanah, terutama sifat sifat tanah yang
mempengaruhi daya dukung tanah dalam menahan kontraksi yang ada di atasnya.
(Lestari, 2014).
Umumnya sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari jenis tanah
Lempung di mana tidak semua wilayah memiliki karakteristik tanah yang baik
untuk pemanfaatan suatu infrastruktur. Tanah dengan karakteristik yang kurang
baik dapat menimbulkan permasalahan seperti tanah lunak dengan adanya daya
dukung yang rendah. Untuk memperbaiki daya dukung dibutuhkan suatu metode
perbaikan tanah yang dapat mengatasi permasalahan tersebut sehingga tanah

1
2

dengan karakteristik yang kurang baik mampu dimanfaatkan dengan lebih baik
guna memenuhi kebutuhan insfrastruktur yang semakin padat daerah modern ini.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam merencanakan dan
melaksanakan konstruksi Perkerasan adalah melihat karakteristik tanah yang
kurang baik, kerusakan tersebut karena rendahnya nilai kuat dukung dan kuat
geser tanah. Perubahan perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat
beban muatan (Beban siklik/ berulang). Perubahan bentuk yang besar akan
mengakibatkan kontraksi Perkerasan tersebut rusak. Lapisan-lapisan tanah lunak
yang terdapat di bawah tanah dasar harus diperhatikan karena dasar yang
mempunyai kekuatan dan volume yang rendah akan mengakibatkan perkerasan
mudah mengalami deformasi dan retak oleh sebab itu tanah dasar yang akan
digunakan untuk konduksi perkerasan perlu distabilisasikan agar daya dukung
tanah tersebut baik. Apabila kondisi tanah dasarnya merupakan tanah lempung, di
mana tanah Lempung tersebut bersifat plastis pada kadar air sedang, maka dalam
keadaan kering lempung sangat keras dan tidak mudah dikelupas hanya dengan
jari sehingga dikategorikan sebagai tanah yang tidak stabil. Selain memiliki daya
dukung yang rendah juga mengalami penurunan yang sangat besar serta
permeabilitas yang sangat rendah, sehingga sering terjadi masalah apabila jenis
tanah ini menerima beban yang cukup besar. Salah satu usaha peningkatan atau
perbaikan sifat mekanis tanah adalah dengan cara teknis stabilisasi yang dikenal
dengan soil stabilization (Enita Suardi 2005).
Masalah yang sering ditimbulkan oleh tanah itu sendiri dapat berupa retak
memanjang dan terjadinya penurunan tanah terhadap jenis sample tanah yang
digunakan oleh peneliti. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
semakin cepat makan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah
dengan tingkat kembang susut tinggi. Salah satu metode yang sering digunakan
adalah stabilitas tanah.
Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu guna
memperbaiki sifat sifat teknis tanah atau dapat pula berarti usaha untuk merubah
atau memperbaiki sifat sifat teknis tanah tertentu agar memenuhi syarat teknis
tertentu (Hardyatomo, 2010). Secara umum perbaikan tanah bisa dilakukan
3

dengan cara mekanis, fisik dan kimiawi. cara mekanis adalah perbaikan tanah
yang dilakukan tampa menambahkan bahan bahan tertentu. perubahan sifat teknis
tanah ini dapat diperbaiki dengan mengurangi volume tanah tersebut dan
menggantikannya dengan menimbun tanah tersebut kemudian dipadatkan. Usaha
ini dapat disebut dengan pemadatan (compaction). Perbaikan tanah secara fisik
adalah perbaikan yang menggunakan bahan campuran (stabilizing agent). seperti
bahan bahan yang dicampurkan dan menambhan reaksi kimia sehingga tanah
tersebut menjadi keras.
Pada penelitian ini, stabilitas di lakukan dengan cara fisik menggunakan
campuran limbah kertas. dipilihnya limbah kertas karena terdapat unsur Ca, jika
beraksi dengan air dan tanah akan menjadi unsur Ca++ sehingga dapat mengikat
partikel-partikel tanah yang mempunyai ion-ion negative pada pada permukaanya.
Bahan pendukung yang digunakan sebagai stabilisasi tanah pada penelitian ini
berupa limbah kertas dari kertas Hvs, folio, buku tulis dan kosan yang tidak
terpakai. limbah kertas tersebut di jadikan seperti bubur kertas dan kemudian di
lakukan pengeringan dengan kadar gradasi tertentu.
Untuk mengetahui daya dukung dari tanah yang telah di lakukan uji
stabilisasi di labolatorium dengan menggunkan uji CBR (Calofornia Bearing
Ratio) dengan rendaman untuk dapat nementukan seberapa besar peningkatan
daya dukung tanah yang telah di stabilisasi dengan limbah kertas Ca. tujuan di
lakukan CBR dengan rendaman yaitu untuk mengetahui seberapa besar
pengembangan yang terjadi setelah tanah di stabilisasikan dengan bahan
pencampur.

1.2 Indentifikasi Masalah

Adapun indentifikasi masalah pada penelitian ini, diantaranya:


1. Sebagian besar kerusakan jalan diakibatkan oleh daya dukung tanah dasar
yang tidak memadai, sehingga harus dipertimbangkan penggunaan campuran
untuk stabilisasi
4

2. Penggunaan limbah kertas sebagai campuran untuk stabilisasi dan


pengaruhnya konsistensi tanah setelah dicampur dengan prosentase 7.5%,
10%, 15% dan 20%
3. Pemadatan tanah setelah di lakukan campuran limbah kertas sejumlah 7.5%,
10%, 15% dan 20%

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah yan di jabarkan oleh penulis diatas maka


penulis membatasi penelitian ini pada sifat dan karakteristik pada campuran tanah
dengan Limbah Kertas dengan melakukan pengujian di labolatorium Teknik Sipil
Universitas Widyatama.
Adapun batasan masalahnya sebagai berikut :
1. Sampel tanah yang digunakan di ambil dari daerah Jl. Ranca cili, Kecamatan
Rancasari, Kota Bandung.
2. Bahan campur Limbah Kertas 7.5%, 10%, 15%, 20%
3. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu uji batas
konsistensi/engujian sifat fisis tanah dengan uji batas atterberg yang terdiri
dari
a. Uji Batas Cair (SNI 1967: 2008)
b. Uji Batas Plastis (SNI 1966: 2008)
c. Uji Batas Susut (SNI 3422: 2008)
4. Pengujian sifat fisis tanah dengan uji Spesific Gravity (SNI 1964: 2008)
untuk menentukan berat jenis tanah
5. Pengujian Pemadatan Tanah (SNI 1742: 2008)
6. Pengujian nilai CBR dengan rendaman (SNI 1744: 2012)
7. Sampel tanah yang dimaksud adalah tanah dalam kondisi kering setelah di
Drying Oven dengan suhu 100℃ selama 24 jam dan lolos saringan No.?
8. Masa Perendaman untuk uji CBR labolatorium terendam (soaked) yaitu
sampai perendaman maksimal.
5

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah agar dapat mengetahui


campuran Ca Limbah Kertas untuk menstabilisasikan tanah dengan kadar
campuran
6

sebanyak 7.5%, 10%, 15%, 20% sehingga dapat diteliti perubahan yang terjadi
pda daya dukung tanah, yang akan ditinjau dari nilai CBR dan rendaman.
Selain itu penelitian ini bermaksud untuk mengetahui perbandingan nilai CBR
pada tanah sebelum di campur dengan Limbah Kertas, sehingga dapat diketahui
campuran apa yang dapat meningkatkan daya dukung tanah, dan dapat
disimpulkan bahwa bahan tersebut dapat di pakai sebagai bahan stabilisasi tanah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan pada
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana perbandigan tanah dari nilai CBR sebelum menggunakan bahan
campur Limbah Kertas?
2. Bagaimana pengaruh konsistensi tanah setelah di lakukan penambahan
Limbah Kertas sejumlah 0%, 7.5%, 10%,15% dan 20% dari berat benda uji?
3. Bagaimana sifat pemadatan tanah setelah di lakukan penambahan Limbah
Kertas sejumlah 0%, 7.5%, 10%, 15% dan 20%?
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Yang Relavan

Dalam Penelitian ini, disertakan penelitian yang berhubungan dengan

topic yang diteliti untuk membantu dalam menyelesaikan kesulitan atau

permasalahan dalam penelitian. Penelitian terdahulu menjadi sebuah sebagai

refenrensi sebagai bahan acuan. Berikut beberapa hasil penelitian terdahulu

yang di jadikan bahan kajian oleh peneliti.

“Studi Kasus Stabilitas Struktur Tanah Lempung Pada Jalan Totok Kerot

Kediri Menggunakan Limbah Kertas Penelitian” yang dilakukan oleh Agata

dkkIwan Candra, Sulik Anam, Zendy Bima Mahardana dan Andri Dwi

Cahyono (2018) menyimpulkan penambahan limbah kertas mempengaruhi

sifat asli tanah. Penambahan kadar limbah kertas menurunkan nilai Indeks

Plastis. Semakin kecil Indeks Plastis yang diperoleh maka semakin besar

kemungkinan tanah dalam kondisi plastis. Hal tersebut menunjukkan bahwa

nilai daya dukung tanah semakin besar. Selain itu, penambahan kadar limbah

kertas juga meningkatkan berat volume kering tanah namun mengalami

penurunan setelah dicapainya titik optimum yaitu kabar limbah kertas 10%

dan kadar air 9,96%. Semakin besar berat volume kering suatu tanah

menunjukkan kepadatan kering tanah. Sehingga stabilitas tanah semakin

tinggi. Sehingga dengan diketahui asal tersebut, dapat digunakan sebagai

7
acuan dalam proses perbaikan serta pengurukan tanah pada jalan Totok Kerot

Kediri.

8
9

Rahadyan Widya Ramandana, Viky Allif Fawaid, Abdul Rochim dan Lisa

Fitriyana (2020) juga melakukan penelitian dengan judul “Stabilisasi Tanah

Lempung Dengan Penambahan Limbah Kertas” hasil pengujian stabilisasi

tanah Tanjung Emas Semarang yang dilakukan di laboratorium menunjukkan

hasil pengujian sifat bisnis pada tanah asli dan tanah yang distabilisasi dengan

campuran limbah kertas terjadi perubahan yang signifikan, semakin besar

campuran lima kertas maka semakin kecil pula batas cair (liquid limit) dan

batas plastis (plastic limit) dan indeks plastisitasnya, pada campuran 25% nilai

batas cair (liquid limit) tanah asli sebesar 69,85% mengalami penurunan

menjadi 50,83%, nilai batas plastis (plastic limit) tanah asli sebesar 49,79%

mengalami penurunan menjadi 36,56% dan nilai indeks plastis tanah asli

sebesar 20.06% mengalami penurunan menjadi 14,27%, sehingga potensi

pengembangan tanah yang distabilisasi dengan campuran kertas semakin kecil

dan plastisitas tanah yang dicampur dengan limbah kertas menurun. Hasil

pengujian sifat mekanis tanah yang dicampur dengan limbah kertas

mengalami peningkatan nilai CBR dari CBR tanah asli sebesar 7,72% dan

campuran 25% CBR meningkat menjadi 13,27% sehingga pada stabilisasi

dengan campuran kertas berpengaruh baik terhadap daya dukung tanah

Tanjung Emas Semarang.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Herman dan Sari OP (2018)

dengan judul “Pengaruh Penambahan Abu Limbah Kertas Terhadap Kembang

Susut Tanah Lempung” menyimpulkan bahwa tanah lempung sebagai sampel

penelitian yang didatangkan dari Kampung Melayu 700m kanan jalan Alai –
10

Gunung Panggilun adalah jenis tanah lempung dengan plastisitas tinggi (CH)

berdasarkan (USCS) dan kelompok tanah A-7-5(58) berdasarkan (AASHTO).

Bercampurnya 10% abu kertas dalam tanah dapat memperbaiki klasifikasi

tanah menjadi lanau dengan plastisitas tinggi (MH) berdasaran (USCS) dan A-

7-5(40) berdasarkan (AASHTO). Abu serbuk kertas dapat memperbaiki sifat

fisis dan sifat mekanis tanah. Pada sifat fisis terlihat dengan meningkatnya

nilai nilai specific gravity (Gs) tanah 4,98% batas plastis (PL) 22,87%, dan

batas susut (SL) 60,37%, serta menurunkan butiran presentase lolos saringan

no. 200 sebesar 1.91%, nilai batas cair (LL) 9,97% dan indeks plastisitas (PI)

tanah sebesar 43,59%. Sedangkan dari segi sifat mekanis dengan meingkatnya

kepadatan tanah sebesar 5.99% dan menurun nya nilai pengembangan tanah

74,58%, tekanan pengembangan 54,37% dari tanah asli pada pencampuran

10% abu kertas dalam tanah.

Selain itu Siti Nurhazizah, Jarlina Tanjung dan Jupriah Sarifah (2022)

juga melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Stabilisasi Struktur Tanah

Lunak Dengan Menggunakan Campuran Limbah Kertas Terhadap Kuat Tekan

Tanah” menyimpulkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka

diperoleh hasil data baik fisik maupun sifat mekanik tanah. Berdasarkan hasil

penelitian, dapat dikatakan bahwa nilai berat jenis, berat isi tanah, dan berat isi

kering. Pada nilai berat jenis tanah mengalami peningkatan dari tanah asli

sebesar 2,22%, setelah dilakukan stabilisasi sampai dengan penambahan

kertas karton 8% meningkat menjadi 2,51%. Pada nilai berat isi tanah

mengalami kenaikan dari tanah asli sebesar 2,61% setelah di stabilisasi dengan
11

kertas karton 8% meningkat menjadi 3,42%. Pada nilai berat isi kering

mengalami kenaikan dari tanah asli sebesar 1,85% dan setelah di stabilisasi

dengan Abu kertas karton sampai variasi 8% jadi sebesar 2,50%. Nilai berat

isi kering bertambah bila presentasi dari abu kertas karton bertambah, tetapi

nilai dari kuat tekan terjadi penurunan bila adanya penambahan presentasi abu

karton, dari kondisi ini terjadi hal yang berlawanan dengan disebabkan

kemungkinan nilai kohesi tanah berkurang.

Penelitian yang dilakukan oleh Nor Lita Hidayati, Akmal Gazali dan

Robiatul Adawiyah (2021) dengan judul “Pengaruh Proporsi Campuran

Serbuk Limbah Kertas Terhadap Nilai Kuat Tekan Dan Geser Tanah Lunak

Gambut Di Kabupaten Barito Kuala” juga menyimpulkan berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan di laboratorium diperoleh bahwa penambahan

serbuk limbah kertas dapat mempengaruhi nilai kuat tekan bebas dan kuat

secara langsung, hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan nilai kuat

dan bebas (qu) ada penambahan variasi campuran serbuk limbah kertas

sebesar 9% dengan masa pemeraman 28 hari, yaitu pada tambahan campuran

dengan masa peram 0 hari sebesar 0,52kg/cm2 jadi 3,3 kg/m2 pada sample 1

dan tanah tanpa campuran dengan masa peram 0 hari sebesar 0,50 km/cm2

menjadi 3,26 kg/cm2 pada sapmle 2. Dan pada pengajuan kuat secara

langsung terjadi peningkatan pada nilai kohesi dan sudut geser dalam

penambahan variasi campuran serbuk limbah kertas sebesar 9% dengan masa

peram 28 hari, yaitu pada sampel 1 tanah tanpa campuran dengan masa

peram 0 hari memiliki nilai kohesi 0,1 kg/cm2 dan sudah bergeser dalam
12

47,46° meningkat sehingga memiliki nilai kohesi sebesar 0,34 kg/cm2 nilai

sudut Geser sebesar 64,06°, sedangkan pada sampel 2 tanah tanpa campuran

dengan masa peram 0 hari memiliki nilai kohesi 0.075 kg/cm2 dan sudut

geser dalam 45,34° meningkat sehingga memiliki nilai kohesi sebesar 0,32

kg/cm2 dan nilai sudut Geser sebesar 61,85°. Jadi, pada penelitian selanjutnya

diharapkan untuk melakukan pengujian dengan penambahan serbuk limbah

kertas dengan variasi 9% untuk melihat pada variasi berapa tanah lunak

gambut mengalami kenaikan nilai kuat tekan bebas dan kuat geser langsung

tertinggi, sehingga bisa diketahui seberapa banyak penggunaan serbuk

limbah kertas agar mendapat nilai kuat tekan bebas dan kuat geser langsung

yang optimal. dan juga diharapkan untuk melakukan pencampuran tanah

dengan penambahan serbuk limbah kertas dan ditambah material lain seperti

semen atau kapur dan lain sebagainya dengan presentase yang disesuaikan.

2.2 Tanah

2.2.1 Definisi Tanah

Menurut Das (1995) dalam pengertian Teknik secara umum, tanah

didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butira) mineral – mineral

padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan

– bahan organic yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat

cair dan gas yang mengisi ruang – ruang kosong diantara partikel – partikel padat

tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan

Teknik sipil, disamping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dan

bangunan.
13

Menurut Hhardiyatmo (2002) istilah pasir, lempung, lanau atau lumpur

digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel pada batas ukuran butiran yang

telah ditentukan. Lempung adalah jenuh tanah yang bersifat kohesif dan plastis,

sedang pasir digambarkan sebagai tanah yang tidak kohesif dan tidak plastis.

2.2.2 Komponen – Komponen Penyusunan Tanah

Tanag terdiri dari tiga komponen, yaitu butiran, air, dan udara. Air dan

udara akan menempati pori-pori tanah (rongga) yang terletak diantara butiran

tanah. Udara dianggap tidak memiliki pengaruh teknis atau sama dengan nol,

sedangkan air hangat mempengaruhi sifat – sifat teknis tanah. Pada tanah kering,

tanah hanya terdiri dari butiran dan udara. Sedangkan pada tanah tidak jenuh

terdiri dari butiran, air, dan udara. Komponen penyusun tanah dapat digambarkan

dalam bentuk diagram fase yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. ga,bar 3.1(a)

memperlihatkan elemen tanah yang memiliki volume (V) dan berat total (W),

sedangkan Gambar 3.1(b) memperlihatkan hubungan berat dengan volumenya.

Gambar 3.1 Diagram Fase Tanah


(sumber: Das,1995)
14

Dengan:
W = berat tanah (gr) = Ws + Ww + Wa + Ww
V = volume tanah (cm³) = Vv + Vs
Wa = berat udara = 0
Ww = berat air (gr)
Ws = berat butiran (gr)
Va = volume udara (cm³)
Vw = volume air (cm³)
Vs = volume butiran (cm³)
Vv = volume pori (cm³)
Berdasarkan Gambar 3.1 di atas hubungan – hubungan volume dan berat

yang sering digunakan dalam mekanika tanah diantaranya adalah air (w) , berat

volume (Y), berat volume kering (Yd), dan berarti jenis (Gs). Hubungan –

hubungan volume dan berat tersebut biasa di sebut properties tanah dapat

dijelskan sebagai berikut.

1. Kadar Air (w)

Kadar air di definisikan sebagai perbandingan antara berat air dengan berat

butiran padat dari volume tanah diselidiki. Kadar air dapat dihitung

dengan persamaan 3.1 berikut.

ww
x ( % )= x 100
ws

2. Berat Volume ( y )

Berat volume adalah perbandingan antara berat tanah termasuk air dan

udara dengan satuan volume, dapat dihitung dengan perdamaa 3.2 berikut.

w
Y=
v
15

Berat volume (Yd ) adalah perbandingan antara berat butiran padat (Ws)

dengan volume total yang dapat dihitung dengan persamaan 3.3 berikut.

ws
Yd=
v

Berat volume butiran padat (Ys ) adalah perbandingan antara berat butiran

padat (Ws) dengan volume butiran pada (Vs ) yang dapat dihitung dengan

persamaan 3.4 berikut.

ws
Ys=
vs

3. Berat jenis (Gs)

Berat jenis adalah perbandingan antara berat volume butiran padat (Ys)

dengan berat volume air (Yw). Berat jenis tanah dapat dihitung dengan

persamaan 3.5 berikut.

ys
Gs=
yw

Berat jenis tidak memiliki dimensi. Berat jenis dari jenis tanah tidak

organic berkohesi berkisar antara 2,68 hingga 2,72. Sedangkan jenis tanah

yang tidak memiliki kohesi berkisar antara 2,65 hingga 2,75.

2.2.3 Batas – batas konsistensi

Menurut Hardiyatmo (2002) kedudukan fisik tanah berbutir halus pada

kadar air tertentu disebut konsistensi. Tanah yang memiliki butir halus pada

umumnya emiliki karakter palastis. Karakter plastis ini merupakan kekuatan tanah
16

sesuai dengan pergantian bentuk tanah setelah bercampur dengan air pada volume

yang tetap. Tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat atau padat bergantung

pada jumlah air yang bercampur dalam tanah.

Pada tahun 1991 atteberg memberikan cara untuk menggambarkan batas-

batas konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan

kadar air tanah, oleh karena itu batas-batas konsistensi disebut batas atteberg.

Batas – batas tersebut erupakan batas air (liquid limit), batas plastis (plastic limit),

dan batas susut (shrinkage limit). Batas konsistensi menunjukkan terjadinya

perubahan bentuk tanah dari padat hingga menjadi cairan yang kental sesuai

dengan kandungan kadar airnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2

berikut.

Gambar 3.2 Batas – Batas Konsistesi


(Sumber: Das, 1995)

Adapun penjelasan mengenai batas-batas konsistensi adalah sebagai berikut.

1. Batas Cair (liquid Limit)

Batas cair (LL) merupakan kadar air tanah pada batas antara keadaan cair

dan keadaan plastis, yang merupakan batas atas keadaan plastis. Apabila diuji

dengan alat casagrande, tanah yang telah dimasukkan dalam cawan dan dibelah
17

menggunakan alat grooving tool akan menyatu kembali dengan celah selebar 0,5

inchi (12,7 mm) pada pukulan yang ke 25. Pengujian ini dilakukan dengan variasi

kadar air yang berbeda. Kemudian, hubungan kadar air dan jumlah pukulan

(dalam skala log) yang didapatkan digambarkan dalam grafik semi logaritmik

untuk menentukan kadar air pada pukulan ke 25. Contoh garafik semi logaritmik

tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3 Grafik Semi Logaritmik Penentuan Batas Cair


(Sumber: Das, 1995)

2. Batas plastis (plastic Limit)

Batas plastis (PL) merupakan kadar air minimum suatu sampel tanah dalam

keadaan plastis (kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi padat).

Keadaan dimana tanah apabila digulung hingga berdiameter 3,2 mm menunjjukan

retak-retak.

3. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

Indeks plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana air masih dalam

keasaan plastis. Karena itu, indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah
18

(Hardiyatmo,2002). Indeks plastisitas adalah selisih dari batas cair dan batas

plastis yang dapat dihitung dengan persamaan 3.6 berikut.

PI = LL – PL (3.6)

Dengan:

PI = indeks plastisitas

LL = batas cair

PL = batas plastis

Nilai indeks plastisitas dan macam tanah dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Nilai Indeks Plastisitas dan Macam Tanah

PI Sifat Macam Tanah Kohesi


0 Non plastis Pasir Non kobesif
<7 Plastisitas rendah Lanau Kobesif Sebagian
7-17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Kobesif
>7 Plastisitas tinggi Lempung Kobesif
Sumber: Hardiyatmo (2002)

4. Batas susut (Shrinkage Limit)

Batas susut (SL) merupakan kadar air pada kedudukan antara daerah semi
padat dan daerah padat, yaitu persentase kadar air dimana pengurangan kadar air
selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah. Batas merupakan nilai
kadar air yang didefinisikan pada derajat kejenuhan sama dengan 100%, jadi tidak
akan terdapat perubahan volume tanah apabila dikeringkan terus. Batas ini cukup
penting untuk daerah kering dan jenis tanah tertentu yang mengalami perubahan
volume yang cukup besar dengan berubahannya kadar air. Batas susut dapat
dihitung dengan persamaan 3.7 berikut.

[
SL ( % )= w−
v−v 0
w0 ]
19

Dengan:
SL = batas susut tanah
W −W 0
w = kadar air tanah basah = x 100 %
W0
W = berat benda uji mula-mula
Wo = berat benda uji setelah kering
V = volume benda uji basah = volume cawan susut
Vo = volume benda uji setelah dikeringkan

2.2.4 Klasifikasi Tanah

System kalasifikasi tanah adalah suatu system pengaturan beberapa jenis


tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai yang serupa ke dalam kelompok-
kelompok dan subkelompok-kelompok berdasarkan pemakaian (Das, 1995).
Dalam penelitian ini system klasifikasi tanah berdasarkan AASHTO membagi
tanah ke dalam 7 kelompok, A-1 sampai A-7 merupakan sub-sub kelompok.
System ini pada umumnya digunakan untuk menentukan kualitas tanah guna
perencanaan timbun jalan, subbase, dan subgrade. Apabila system kalasifikasi
AASHTO digunakan untuk mengkasifikasikan tanah, maka data-data hasil uji
dicicikan dengan angka-angka yang diberikan dalam Tabel 3.2 di bawah ini dari
kolom sebelah kiri ke kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang
sesuai.
Tabel 3.2 Sistem Klasifikasi Tanah AASHITO
Material Lanau-
Klasifika Material Berbutir Kasar (<35% Lolos Lempung (>35%
si Umum Saringan No. 200) Lolos Saringan
No.200)
A-1 A-2 A-7
Klasifikasi A-7-
A-1- A-1- A3 A-2- A-2- A-2- A-2- A-4 A-5 A-6 5
Kelompok
a b 4 5 4-6 4-7 A-7-
6
Analisa
Tropis
(lolos%) :  
No. 10 50 - - - - - - - - - -
20

max
30 50 51
- - - - - - - -
No. 40 max max max
15 25 35 35 35 35 35 36 36 36 36
No. 200 max max max max max max max min min min min
Karakterist
ik Fraksi
Lolos
Saringan
No. 40  
40 41 40 41 40 41 40 41
Batas Cair -   max min max min max min max min
Indeks 10 10 11 11 10 10 11 11
6 max
Plastisitas N.P. max max min min max max min min
Indeks
8 12 16 20
Kelompok 0 0 0 4 max
max max max max
(GI)
Jenis Fragmen Pasir
Kerikil dan pasir kelanauan Tanah
Material batu, kerikil halu Tanah lanau
atau kelempungan Lempung
Pokok dan pasir s
Tingkat
Kegunaan
Sangat baik hingga baik Cukup baik hingga buruk
Sebagai
Subgrade
Sumber : Hardiyatmo (2002)

Catatan:
Kelompok A-7 dibagi atas A-7-5 dan A-7-6 bergantung pada batas plastisnya
(PL)
Untuk PL > 30, klasifikasinya A-7-5
Untuk PL < 30, Klasifikasinya A-7-6
Kelompok A-1 merupakan kelompok tanah yang terdiri dari campuran

kerikil, pasir kasar, dan pasir halus yang bergradasi baik mempunyai plastisitas

yang sangat kecil atau bahkan tidak mempunyai plastisitas sama sekali. Sub

kelompok A-1-a mengandung krikil yang cukup banyak merupakan baha yang

bergradasi lebih besar dari pada sub kelompok A-1-b yang terdiri dari pasir kasar.

Kelompok ini mempunyai indeks plastisitas <6.


21

Kelompok A-2 merupakan kelompok tanah yang terdiri dari campuran

krikil dan atau pasir dengan tanah berbutir halus kurang dari 35% lolos saringan

No. 200. Kelompok ini merupakan batas antara tanah berbutir kasar dengan tanah

berbutir halus.

Kelompok A-3 merupakan kelompok tanah yang terdiri dari pasir halus

yang relative seragam, dapat juga terdiri dari pasir halusbergradasi buruk degan

sebagian kecil pasir kasar dan krikil. Kelompok ini merupakan bahan yang tidak

plastis. Tanah lanau dan lempung berada pada kelompok A-4 higg A-7 yang

merupakan kelompok tanah berbutir halus yang memiliki perdentas lolos saringan

No.200 lebih dari 35% yang sangat ditentukan oleh sifat palastis tanah.

Kelompok A-4 merupakan kelompok tanah lanau dengan plastisitas

rendah. Kelompok A-5 merupakan kelompok tanah lanau yang mengandung tanah

plastis, sehingga tanahnya lebih plastis dari pada tanah kelompok A-4 sedangkan

kelompok A-6 merupakan kelompok tanah lempung yang mengandung pasir dan

krikil yang masih mempunyai sifa perubahan volume yang beasar.

Kelompok A-7 merupkan kelompok tanah lempung yang bersifat plastis

dan perubahan volumenya cukup easar. Kelompok ini terbagi menjadi sub

kelompok A-7-5 dan A-7-6 bergantung pada batas plastisnya (PL). Sub kelompok

A-7-5 memiliki nilai PL > 30, sedangkan utuk sub kelompok A-7-6 memiliki nilai

PL<30.

Untuk mengevaluasi kualitas daru suatu tanah, perlu ditentukan nilai


indeks kelompok (Group Index = GI). Indeks kelompok dapat dihitung dengan
persamaan 3.8 berikut.
GI = (F-35)[0,2 + 0,005(LL – 400)] + 0,01(F-15)(PI-10)
22

Dengan:
GI = indeks kelompok
F = persentase butir yang lolos saringan No.200(%)
LL = batas cair (%)
PI = indeks plastisitas (%)
Persamaan (F-35)[0,2 + 0,005(LL – 40)] merupakan bagian indeks

kelompok tetap cair. Sedangkan perdamaan 0,01(F – 15)(PI – 10) merupakan

bagian indeks kelomok tetap indeks plastisitas. Adapun ketentuan-ketentuan

untuk menentukan indeks kelompok adalah sebagai berikut.

1. Jika persamaan 3.8 menghasilkan nilai GI negative, maka nilai GI = 0

2. Indeks kelompok yang dihitung dengan persamaan 3.8 dibulatkan ke

angka terdekat, contoh: GI = 3,3 dibulatkan menjadi 3,0 dan GI = 3,5

dibulatkan menjadi 4.

3. Tidak ada nilai batas atas untuk indeks kelompok.

4. Indeks kelompok untuk tanah yang termasuk kelompok A-1-a,A-1-b,A-2-

4,A-2-5, dan A-3 selalu bernilai nol.

5. Tanah yang termasuk kelompok A-2-6 dan A-2-7, hanya dihitung dengan

bagian indeks plastisitasnya saja. Sehingga dapat dihitung dengan

Persamaan 3.9 berikut.

GI = 0,01 (F – 15)(PI – 10)

Pada umumnya, kualitas tanah yang digunakan untuk bahan pembangunan

jalan raya maupun jalan kereta api dapat dinyatakan sebagai kebalika dari nilai

indeks kelompok.

2.3 Limbah Kertas


23

Limbah Kertas dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam stabilisasi

tanah untuk meingkatkan daya dukung tanah. Serat kertas dalam limbah kertas

memiliki kemampuan untuk memperkuat tanah dengan meningkatkan daya tarik

dan kekuatan geser tanah. Selain itu, unsur kimia dalam kertas seperti lignin dapat

meningkatkan stabilitas tanah.

Limbah kertas dapat digunakan sebagai bahan tambahan campuran tanah,

misalnya campuran tanah dengan semen atau kapur. Penggunaan limbah kertas

dalam campuran tanah ini akan meningkatkan kekuatan dan daya dukung tanah

karena kandungan serat yang dimilikinya. Pencampuran limbah kertas dalam

tanah akan membuat serat kertas tercampur dengan partikel tanah dan

membentuk sebuah struktur yang padat dan kuat.

Pada penggunaan limbah kertas sebagai bahan tambahan, terdapat

beberapa factor yang perlu di perhatikan seperti jumlah dan jenis limbah kertas

yang akan digunakan, metode pencampuran, dan proses pengeringan atau

pengerasan campuran tanah dengan limbah kertas. Dengan mengoptmalkan fakto-

faktor tersebut limbah kertas dapat di manfaatkan secara efektif untuk

meningkatkan stabilitas dan daya dukung tanah.

Beberapa cara limbah kertas dapat mempengaruhi tanah antara lain.

1. Penggunaan sebagai bahan tambah :

Limbah kertas dapat digunakan sebagai bahan tambahan sebagai

stabilisasi tanah. Serat kertas dapat meningkatkan daya Tarik dan kekuatan

geser tanah, sementara unsur kimiawi dalam kertas seperti lignin dapat

meningkatkan stabilitas tanah.


24

2. Penggunaan sebagai lapisan penutup :

Limbahkertas dapat digunakan sebagai bahan lapisan penutup

tanah untuk membantu mengurangi erosi dan mempertahankan

kelembaban tanah.

3. Pengomposan :

Limbah kertas dapat dikomposkan untuk dapat menghasilkan

pupuk organic yang dapat meningkatkan kualitas tanah.

2.4 Stabilisasi Tanah

Stabilisasi tanah adalah metode yang digunakan untuk meningkatkan

kemampuan daya dukung suatu lapisan tanah, dengan cara memberikan perlakuan

kemampuan daya dukung suatu lapisan tanah, dengan cara memberikan perlakuan

(treatment) khusus terhadap tanah tersebut (Penguriseng, 2001). Tujuan dari

stabilisasi tanah adalah untuk memenuhi sasaran (Hardiyatmo,2002):

1. Memperbaiki (meningkatkan) daya dukung tanah,

2. Memperbaiki (memperkecil) penurunan lapisan tanah,

3. Memperbaiki (menurunkan) permeabilitas daya swelling potensi tanah,

dan

4. Menjaga (mempertahankan) potensi tanah yang ada (existing strength).

Dari suatu tindakan stabilisasi sangat jarang dicapai keempat sasaran tersebut

secara bersamaan.
25

Menurut Panguriseng (2002) ditinjau dari proses yang terjadi dalam

pelaksanaan stabilisasi tanah, maka stabilisasi tanah dibedakan astas tiga jenis,

yaitu sebagai berikut.

1. Stabilisasi Kimia

Stabilisasi kimia merupakan stabilisasi dengan menambahkan bahan kimia

tertentu dengan material tanah, sehingga terjadi reaksi kimia antara tanah

dengan bahan pencampuranya, yang akan menghasilkan material baru

yang memiliki sifat teknis yang baik.

Contoh: stabilisasi dengan kapur

2. Stabilisasi Fisik

Stabilisasi fisik merupakan stabilisasi menggunakan energi dari beban

dinamis atau beban statis ke dalam lapis tanah, sehingga terjadi

dekomposisi baru dalan massa tanah, yang akan memperbaiki karakteristik

lapisan tanah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Stabilisasi Mekanis

Stabilisasi mekanis merupakan stabilisasi dengan memasukan material

sisipan ke dalam lapisan tanah sehingga mampu meningkatkan

karakteristik teknis dalam massa tanah sesuai dengan tujuan tindakan

stabilisasi yang ingin dicapai. Stabilisasi sering juga disebut sebagai

perkuatan tanah.

Contoh: stabilisasi dengan geotextile, geomembrane,dll.

2.5 Pemadatan Tanah (Proctor Standart)


26

Pemadatan merupakan proses yang dilakukan untuk merapatkan butiran-

butiran tanah yang satu dengan yang lain, sehingga pertikel tanah saling

berdekatan dan pori tanah menjadi lebih kecil. Tujuan diadakannya pemadatan

tanah diantaranya adalah:

1. Mempertinggi kuat geser tanah,

2. Mengurangi sifat mudah mampat,

3. Mengurangi permeabilitas, dan

4. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air dan

lain-lainya.

Tingkat kepadatam tanah diukur dari nilai berat volume keringnya (Yd).

Tujuan dari pengujian proctor standart adalah untuk menentukan

hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah dengan cara memadatkan tanah di

dalam slinder menggunakan alat penumbuk. Kegunaan dari pengujian ini adalah

untuk mencari nilai kepadatan maksimim (Maximum Dry Density/MDD) dan

kadar air optimum (Optimum Moisture Content). Dalam pengujian pemadatan

tanah, percobaan diulang paling sedikit lima kali dengan kadar air yang bervariasi

pada setiap percobaan. Setelah dilakukan lima kali percobaan, digambarkan grafik

hubungan kadar air dan berat volume keringnya, seperti pada Gambar 3.4 berikut.
27

Gambar 3.3Kurva Hubungan Kadar Air dan Berat Volume Kering


(Sumber: Hadiyatmo, 2002)

Kurva yang dihasilkan dari pengujian tersebut menunjukkan niali kadar air

yang terbaik atau biasa disebut kadar air optimum untuk mecapai berat volume

kering terbesar atau kepadatan maksimum.

2.6 California Bearing Ratio (CBR)

California Bearing Ratio (CBR) merupakan erbandingan antara beban

penetrasi suatu bahan penetrasi suatu bahan (dapat berupa tanah ataupun material

perkerasan jalan) dengan bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan

penetrasi yang sama. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR

tanah pada kadar air tertentu. CBR adalah percobaan daya dukung tanah yang

dikembangkan oleh Califirnia State Highway Departement. Nilai CBR dihitung

pada penetrasi 0,1 inci dan 0,2 inci, kemudian hasil kedua perhitungan tersebut

dibandingkan.
28

Menurut (Budi,2011) prisip dasar pengujian CBR adalah membandingkan

besarnya beban (gaya) yang diperlukan untuk menekankan torak dengan luas

penampang 3 inci² ke dalam tanah yang didapatkan sedalam 0,1 inci (2,54mm)

atau 0.2 inci (5,08 mm) dengan beban standar. Oleh karena itu, kekokohan dari

tanah yang dipadatkan dinyatakan dalam “kekokohan relatif” atau persen

kekokohan. Besarnya beban standar untuk penetrasi 0,1 inci adalah 3000 lbs

(pound) atau sekitar 1350kg, sedangkan besarnya beban standar untuk prnrtrasi

0,2 inci adalah 4500 lbs atau sekitar 2025 kg.

Untuk menggambarkan grafik dapat dilakukan dengan cara mencari nilai

PI dan P2. Dimana P1 adalah tekanan perlawanan tanah (lbs) ketika penetrasi

piston sedala 0,1 inci, sedangkan P2 adalah tekanan perlawanan tanah (lbs) ketika

penetrasi piston sedalam 0,2 inci. Kemudian nilai P1 dan P2 digunakan untuk

menghitung nilai CBR dengan persamaan 3.10 dan persamaan 3.11 berikut.

CBR 0.1 = {p1(lbs)} over {3000 (lbs)} x100

CBR 0.2 = {p2(lbs)} over {3000 (lbs)} x100

Setelah itu, hubungan beban P dengan kedalaman penetrasi dimasukan

kedalam grafik. Pada beberapa keadaan, biasanya pada awal pembacaan, beban

meningkat tidak sebanding dengan peningkatan penetrasi sehinggakurva yang

diperoleh cenderung berbentuk cekung. Oleh katena itu, harus solakukan koreksi

pada titik nol. Contoh grafik pengujian CBR dapat dilihat pada Gambar 3.4

berikut.
29

Gambar 3.4 Contoh Grafik Standar Pengajuan CBR di Laboratorium


(Sumber: SNI-1738,2011)
CBR di laboraturium dibedakan menjadi dua macam, diantaranya adalah sebagai

berikut.

1. CBR terendam (soaked) dilakukan perendaman yang bertujuan untuk

membuat tanah menjadi jenuh air.

2. CBR tidak terendam (unsoaked) dilakukan langsung tanpa peredaman

setelah tanah dipadatkan untuk pengujian.

2.7 Pengembangan (Swelling)

Pengembangan (swelling) adalah nilai perbandingan antara perubahan

tinggi selama perendaman terhadap tinggi benda uji semula yang dinyatakan
30

dalam persen. Penilaian pengembangan (swelling) tanah yang umum dipakai

adalah dengan merendam tanah yang sudah dipadatkan selama 4 hari

(Marzuko,2002 dalam Firdaus,2018). Selama itu pula dipasang arloji pengukur di

permukaan benda uji untuk mengukur besar pengembangan tanah dalam tabung

dan merendamnya serta mengukur besarnya swelling. Pengembangan (swelling)

dapat dihitung dengan persamaan 3.12 berikut

∆l
SW = x 100 %
l0

Dengan:

Sw = pengembangan (%)

= prubahan tinggi dibaca dari dial (mm)

= tinggi sampel mula-mula (mm)


31

Tingkat pengembangan (swelling) dapat diklasifikasikan menjadi empat

jenis berdasaekan persentase pengembangannya. Adapun klasifikasi

pengembangan tanah dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Klasifikasi Pengembangan

Swelling Potensial (%) Swelling Degree


0 – 1,5 Low
1,5 – 5 Medium
5 – 25 High
>25 Very High
Sumber: Seed et al (1962) dalam Das (1995)
BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:

1. Untuk dapat mengetahui seberapa besar peningkatan daya dukung tanah yang
di stabilisasi dengan menggunakan campuran limbah kertas sebanyak 7.5%,
10%, 15% dan 20% dengan menggunakan uji CBR dengan redaman,
sehingga memenuhi spesifikasi yang digunakan untuk perbaikan tanah dasar
pada bangunan konstruksi kuhus nya konstruksi jalan raya.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari penambahan limbah kertas sebanyak 7.5%,
10%, 15% dan 20% dengan menggunakan uji CBR dengan redaman.
3. Untuk dapat membandingkan apakah dengan penambahan limbah kertas bisa
meningkatkan stabilitas yang lebih baik atau tidak.

3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memastikan bahwa penggunaan bahan limbah kertas sebagai bahan


stabilisasi tanah dapat meningkatkan daya dukung tanah yang ditinjau dari
nilai CBR dengan peredaman.
2. Untuk dapat menganalisa seberapa besar kekuatan maksimal yang dihasilkan
oleh bahan tambah stabilisasi tanah dengan menggunakan limbah kertas,
yang nantinya bila lebih ekonomis maka pemakaian bahan ini dapat
disebarluaskan sebagai bahan tambahan yang mampu memberikan perbaikan
tanah yang maksimal.
3. Dalam penelitian ini diharapkan variasi campuran limbah kertas dapat
mencapai daya dukung yang lebih tinggi dari pada ketika tanah tersebut
dicampur dengan atau tampa dicampur dengan bahan tersebut.

32
33

4. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam perencanaan tebal perkerasan


jalan yang memakai metode stabilisasi dengan bahan campuran limbah kertas
yang diharapkan dapat meningkatkan daya dukung tanah dasarnya
(subgrade)
5. Penelitian ini diharapkan sebagai salah satu referensi bagi para peneliti
berikutnya yang akan melakukan penelitian tangan dalam kaitan dengan
keilmuan teknik sipil.
34

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Tinjauan Umum

Metode penelitian adalah langkah yang dipilih dan dilakukan peneliti


untuk menyelesaikan masalah dalam suatu penelitian. metode penelitian ini akan
memberikan gambaran mengenai penelitian yang ada didalamnya termasuk lokasi
dan waktu pengambilan data, serta data yang digunakan, alat dan bahan yang
digunakan dan langkah yang harus tempuh. didalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode eksperimen, yaitu melakukan percobaan terhadap benda
yang diteliti secara langsung untuk mengetahui pengaruh suatu variable terhadap
variable lain kemudian dibandingkan hasil dari penelitian tersebut.

4.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan berada Jalan Rancasari arus Jalan Gede
Bage – Soekarno Hatta. Sedangkan untuk pengambilan data dari pengujian
dilakukan di laboratorium teknik sipil fakultas teknik, Universitas Widyatama.
Pengambilan data dan pengujian dilakukan kurang lebih 2 bulan pada
pertengahan bulan Janruari 2023 sampai akhir Februari 2023.

4.3. Tempat Lokasi Penelitian


Secara administrasi, daerah penelitian terletak di Jalan Gedebage – Jalan
Soekarno Hatta, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.
35

Peta Lokasi Jawa Barat

Kordinat 7o03’17”S 107o39’57”E


Sumber : https://earth.google.com/web/search/jawa+barat/

Peta Lokasi Kota Bandung

Kordinat 6o54’12”S 107o38’35”E


Sumber :
https://earth.google.com/web/search/Kecamatan+Rancasari,
+Kota+Bandung,+Jawa+Barat/
36

Peta Lokasi Kecamatan Rancasari

Koordinat 6o57’25”S 107o40’53”E


Sumber : https://earth.google.com/web/search/Kecamatan+Rancasari,
+Kota+Bandung,+Jawa+Barat/

Peta Lokasi Jalan Rancacili

Koordinat 6o57’07”S 107o40’38”E


Sumber :
https://earth.google.com/web/search/General+Cemetery+Rancacili,+Jl.
+Derwati,+Derwati,+Kota+Bandung,+Jawa+Barat/

Peta Lokasi Pengambilan Sampel


37

Sumber :
https://earth.google.com/web/search/General+Cemetery+Rancacili,
+Jl.+Derwati,+Derwati,+Kota+Bandung,+Jawa+Barat/

4.4. Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan mulai minggu ke-3 bulan Janruari 2023 hingga bulan
Februari 2023 yang terdiri atas pembuatan proposal, survey lokasi penelitian,
mengurus surat ijin penelitian, kegiatan Uji Labolatorium, pengolahan data dan
pembuatan laporan.

Tahun 2023
No Kegiatan Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Judul Seminar Proposal Penelitian                        
2 Penyusunan Instrumen Penelitian                        
3 Survey dan Observasi Awal                        
4 Pelaksanaan Lapangan                        
5 Uji Laboratorium                        
6 Pengolahan Data                        
7 Penulisan Laporan                        
8 Sidang Seminar Proposal                        
Tahun 2023
No Kegiatan
Januari Februari Maret
38

4.5. Data Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data
primer tersebut berupa kadar air tanah, berat volume tanah, berat jenis tanah,
analisis granuler, batas-batas konsistensi, pemadatan tanah dan CBR.
Sumber data yang digunakan bersumber dari observasi (pengamatan),
dokumentasi (pengumpulan bukti, pengolahaan dan informasi), dan ekperimen
pengujian dan pengukuran yang mengambil sampel di lapangan dan kemudian di
olah di lab laboratorium teknik sipil untuk menghasilkan data primer.

4.6. Metode Pengumpulan Data


1. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan dengan mengamati kondisi lapangan,
aktivitas atau fenomena yang terjadi di lapangan secara langsung.
Observasi dapat dilakukan secara terstruktur untuk mencatat hal-hal
penting dalam penelitian serta pengamatan terhadap masalah yang ada.
Adapun data-data yang dibutuhkan oleh penulis dalam laporan ini antara
lain :
a. Data tanah dasar berupa data pengujian lapangan untuk batas
konsistensi dan analisa granuler
b. Pengambilan sampel tanah untuk keperluan Uji CBR dan Uji Swelling
2. Metode Pustaka atau Stdudi Literatur
Metode ini dilakukan dengan mempelajari berbagai literature,
buku, artikel, dan sumber informasi lainya terkait dengan tofik penelitian.
Metode ini dapat dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih
dalam mengenai tofik penelitian serta untuk mendukung hipotesis atau
teori yang lebih kuat.
3. Metode Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai
dokumen yang berkaitan dengan tofik penelitian. Dokumen tersebut bisa
berupa data, arsip, rekaman audio atau video, catatn, laporan dan
39

sejenisnya. Metode dokumentasi dapat digunakan untuk memperoleh data


historis, dokumentasi yang diambil antara lain :
a. Memberikan gambaran photo secara langsung
b. Menyajikan informasi kondisi actual di lapangan
c. Menggunakan time stamp yang bisa memberikan photo dengan bukti
yang jelas dan lebih akurat.
4.7. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian merunjuk pada alat atau teknik yang digunakan
dalam sebuah penelitian untuk mengumpulkan data atau informasi yang
dibutuhkan. Berikut ini adalah beberapa jenis instrument penelitian yang
digunakan :
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
perilaku atau situasi yang terjadi di lapangan. Observasi dapat di lakukan
secara langsung atau dengan bantuan alat seperti kamera atau rekaman
suara.
2. Ekperimen
Penelitian ekperimen dilakukan untuk mengevaluasi kemapuan tanah
untuk menahan beban dan bekerja sebagai dasar yang stabil, motode ini di
lakukan untuk mengetahui kondisi di lapangan berupa mengindentifikasi
kondisi tanah yang dapat mempengaruhi stabilitas dan daya dukung tanah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber data yang dikumpulkan dari dokumen
tertulis seperti
a. Memberikan gambaran yang direkam atau diphoto secara langsung
b. Menyajikan informasi dengan kondisi yang actual di lapangan
c. Menggunakan time stamp pada photo untuk memberikan informasi
yang kuat dan bukti yang akurat.
4. Diskusi Kelompok Terfokus
Dengan diskusi kelompok yang dilakukan penelitian ini untuk berdiskusi
terkait tema penelitian demi memberikan informasi data pendukung
40

maupun lainya agar data yang didaptkan revalan dengan penelitian. Mulai
dari melakukan pertemuan sharing ilmu mengenai referensi-referensi
dengan teman teman yang dilakukan kajian yang sama dengan masalah
kajian yang berbeda.
Pemilihan instrument penelitian yang tepat sangat penting dalam
memastikan validitas dan reliabilitas data yang dikumpulkan dalam
penelitian

4.8. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sebelum peneliti
melakukan penelitian di lapangan, dimulai dari mempersiapkan data yang
akan di bahas di lapangan sampai dengan hasil dari laporan selesai, termasuk
sampai memastikan bahwa data telah dikumpulkan secara lengkap dan akurat.
Analisi data dimulai sejak sejak peneliti menentukan focus penelitian. Jadi
teknik pengambilan data sudah dimulai sejak merencanakan penelitian
sampai dengan selesai.

4.9. Keabsahan Data


Menurut Moleong (2007), metodologi penelitian kualitatif bersifat
flexsible dan terbuka terhadap perubahan. Proses penelitian dapat berubah
seiring dengan berjalanya waktu dan perkembangan pengetahuan peneliti.
Oleh karena itu, peneliti perlu memperhatikan etika penelitian dan
memastikan bahwa hasil penelitian yang dihasilkan akurat, valid dan dapat
dipertanggung jawabkan :
Berikut beberapa uji keabsahan data yang dapat dilaksakan dalam penelitian
dan dapat dipertanggung jawabkan :
1. Perpanjangan Pengamatan (prolonged observation)
Dengan memperpanjangan pengamatan, peneliti memiliki kesempatan
untuk memperoleh informasi yang lebih kaya dan mendalam mengenai
subjek penelitian, peneliti dapat mengumpulkan data dari waktu ke waktu
dan memeriksa apakah temuan-temuan nya konsisten atau tidak.
41

2. Meningkatkan Kecermatan Dalam Penelitian (increased precision)


Peningkatan kecermatan dalam penelitian dapat membantu meminimalkan
kesalahan pengukuran. Contohnya, peneliti dapat menggunakan
instrument yang telah di uji kembali untuk memastikan bahwa pengukuran
yang dilakukan sudah benar.
3. Menggunakan Bahan Referensi (triangulation)
Teknik triangulasi dapat membantu memvalidasi data dengan
membandingkan temuan dari sumber sumber yang berbeda. Contohnya,
peneliti dapat membandingkan temuan dari wawancara dengan obervasi
lapangan atau data dari dokukemn atau catatan.
4. Pengujian Dependability (dependability testing)
Pengujian dependability dapat membantu memastikan bahwa data yang
dikumpulkan konsisten dan dapat diandalkan. dimulai dari adanya
controlling dan pengawasan oleh pembimbing yang dilakukan peneliti,
mulai dari memutuskan masalah, observasi kelapngan, memilih sumber
data, pengujian sampel sampai hsil dari laporan penelitian.
42

4.10. Prosedur Penelitia

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Bahan :
Tanah Asli
Limbah Kertas

Pengujian Sipat Fisik Tanah :


Propertis
Batas Konsistensi
Analisi Granuler
Proctor Standart

Tanah + 7.5% Tanah + 10% Tanah + 15% Tanah + 20%


Tanah Asli Limbah Limbah Limbah Limbah
Kertas Kertas Kertas Kertas

Pemeraman 7 hari
Pemeraman 0 hari Pemeraman 3 hari Pemeraman 7 hari
Peredaman 4 hari

Uji CBR (Soaked dan Unsoaked) Uji Swelling

Hasil Uji Sipat Fisik Tanah dan Uji CBR dan Uji Swelling

Evaluasi Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

43
44

Anda mungkin juga menyukai