Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH

UNTUK DESAIN FONDASI


“Pembangunan Showroom Mobil McMoon Makmur Jaya”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

NAMA : REZKY HAREDHO AKBAR (G1B016015)


PEBRI TRIANZA (G1B017007)
ANGELINE YUHASNITA (G1B017021)
JIHAN SAPUTRA (G1B017039)
NELY FEBRIANTI (G1B017043)
M. RIZQI FADILLAH (G1B017057)

DOSEN : LINDUNG ZALBUIN MASE, S.T. M.Eng., Ph.D

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Penyelidikan Tanah ini dengan baik dan tepat
waktu. Tidak lupa pula kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan menyelesaikan Laporan Penyelidikan Tanah
dengan Uji Sondir ini, dalam hal ini bapak Lindung Zalbuin
Mase,S.T.,M.Eng.,Ph.D selaku dosen pengampu.

Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi literatur bagi
pembaca dalam pengujian Sondir. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari berbagai pihak, sehingga nantinya berguna untuk
perbaikan dan kesempurnaan tugas selanjutnya. Semoga Laporan Penyelidikan
Tanah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Oktober 2019

TIM PENULIS

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii

ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud Dan Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
1.4 Ruang Lingkup 2

1.5 Umum Dan Lokasi Kegiatan 3


BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Profil Tanah 4


BAB III METODOLOGI PENELITIAN 6
3.1 Umum 6
3.2 Lokasi Penelitian7
3.3 Pengujian Sondir7
3.4 Prosedur Pelaksanaan 7
3.5 Pembuatan Peta Kontur8
3.6 Interpretasi Data Tanah8
3.7 Analisa Daya Dukung Pondasi Dangkal Menggunakan Data Sondir
9

3.8 Pemilihan Jenis Pondasi 10


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12
4.1 Hasil Pengujian Laboratorium 12
4.2 Hasil Pengujian Sondir 12
4.3 Grafik Sondir .13
4.4 Daya Dukung Tanah Berdasarkan Data CPT 14

4.5daya Dukung Tanah Berdasarkan Uji Laboratorium 15


BAB V PENUTUP 18
5.1 KESIMPULAN 18
5.2 SARAN 18

DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten fakfak, papua barat merupakan daerah yang tergolong tertinggal
dibanding kota lainnya di Indonesia. Percepatan ekonomi daerah ini terbilang
lambat karena mahalnya biaya distribusi barang yang akan masuk, termasuk juga
transportasi. Selain itu, penyelidikan tanah di daerah ini sangat rendah, bahkan
sangat jarang dilakukan. Hal ini berdampak pada data informasi terkait hasil
penyelidikan keadaan dan daya dukung tanah di kabupaten fakfak sangat rendah.
Kurangnya perhatian terhadap penyelidikan tanah di daerah ini menyebabkan
banyaknya infrastruktur yang dibangun sudah rusak belum pada waktunya
(Yunus, 2018).
Untuk melaksanakan pembangunan di kabupaten fakfak, papua barat
memiliki spesifikasi yang berbeda dengan daerah lain. Daerah dengan percepatan
ekonomi yang lambat dan data penyelidikan tanah yang kurang menjadi prioritas
yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan pembangunan di kabupaten
fakfak, papua barat.
Dalam dunia konstruksi penyelidikan tanah adalah faktor pertama yang
harus dilakukan, karena sebuah pembangunan gedung dan bangunan lainnya harus
memperhatikan daya dukung tanah terlebih dahulu, agar tanah dapat berfungsi
sebagaimana tugasnya yaitu sebagai media pendukung bangunan bagi semua
bangunan yang berdiri diatasnya. Selain itu dengan adanya penyelidikan tanah,
dapat menjadi patokan dalam menentukan struktur pondasi yang baik digunakan.
Jika kondisi tanah di bawah struktur cukup kuat dan mampu mendukung beban
yang ada, berarti pondasi setempat dapat digunakan. Akan tetapi jika kondisi
tanahnya lunak, maka digunakan pondasi tiang atau pier.
Pembangunan showroom MCMoon yang akan dilaksanakan di kabupaten
fakfak papua barat belum memiliki data terkait daya dukung tanah di daerah yang
akan dibangun. Sedangkan rencana pembangunan yang dilakukan ialah gedung 2
lantai dengan perencanaan yang kuat agar dapat menampung aktivitas penjualan
mobil didalam gedung ini. Sehingga perlu dilakukan rencana pondasi yang sesuai
untuk digunakan agar dapat meneruskan beban dengan baik ke dalam tanah.

1
Oleh karena itu, maka diperlukan penyelidikan tanah untuk mengetahui
karakteristik tanah secara lengkap sebelum perencanaan pembangunan showroom
MCmoon dimulai agar aman secara teknis dan ekonomis serta lancar saat
pelaksanaannya. 
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pengujian tanah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui daya dukung tanah agar disesuaikan dengan perencanaan
bangunan
2. Untuk menyampaikan keadaan pelapisan tanah berupa penurunan
(settlement), lokasi muka air, hingga kemungkinan adanya permasalahan
lingkungan pada daerah pengujian.
3. Untuk menyampaikan rekomendasi jenis pondasi yang cocok digunakan
pada daerah pengujian.
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui daya dukung tanah agar disesuaikan dengan perencanaan
bangunan.
2. Dapat mengetahui informasi pelapisan tanah berupa penurunan (settlement),
lokasi muka air, hingga kemungkinan adanya permasalahan lingkungan
pada daerah pengujian.
3. Memperoleh rekomendasi jenis pondasi yang cocok digunakan pada daerah
pengujian.
1.4 Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam pengujian yang dilakukan pada proyek ini adalah
penyelidikan lapangan dengan menggunakan pengujian Cone Penetration Test
(CPT). Pengujian CPT ini dilakukan pada 5 titik untuk pembangunan gedung
showroom mobil 2 lantai.

2
1.5 Umum dan Lokasi kegiatan
Nama Proyek : Pembangunan Showroom Mobil McMoon Makmur
Jaya
Pemilik : PT. McMoon Makmur Jaya

Lokasi : Jl. Ahmad Yani Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Keterangan : Area Bangunan

Lokasi Uji Sondir

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah


Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman
tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. merupakan tubuh
alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya alam (natural forces)
terhadap proses pembentukan mineral. Pembentukan dan pelapukan bahan koloid
(Hakim, dkk., 1987).
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi
tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu mm, debu
dengan ukuran mm dan liat dengan ukuran < 0.00 mm (penggolongan berdasarkan
USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat
tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain.
Struktur tanah merupakan gumpalan tanah yang berasal dari partikel tanah yang
saling merekat satu sama lain karena adanya perekat misalnya eksudat akar, hifa
jamur, lempung, humus, dan lain-lain. Ikatan partikel tanah berwujud sebagai
agregat tanah yang membentuk dirinya (Hardjowigeno, 1987).
Konsistensi tanah adalah derajad kohesi dan adhesi antara partikel-partikel
tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan
berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Konsistensi tanah
ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah (Foth, 1988).
Bobot merupakan kerapatan tanah persatuan volume yang dinyatakan dalam
dua batasan, yaitu Kerapatan partikel (bobot partikel,bp) adalah bobot massa
partikel padat satu per satuan volume tanah,biasanya tanah mempunyai kerapatan
partikel,6 g cm -3,dan kerapatan massa (Bobot isi, Bl) adalah bobot massa tanah
kondisi lapangan yang dikeringovenkan per satuan volume (Foth, 1988).
Aerasi baik berarti keluar masuknya udara dari dan kedalam tanah terjadi
tanpa hambatan, sedangkan aerasi buruk berarti sebaliknya pada tanah bereaksi
buruk. Akan terjadi penghambatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

4
akibat tertekannya, yaitu: Pertumbuhan dan perkambangan perakaran tanaman,
Respirasi akar, Absorsi atau penyerapan air dan unsur hara. Serapan hara yang
paling terganggu adalah kalium, kemudian kalsium, magnesium, nitrogen, dan
fosfor, Aktifitas microbia yang terkait dengan kesuburan tanah (Baver, 1951).
Warna tanah secara langsung mempengaruhi penyerapan sinar matahari dan
salah satu faktor penentu suhu tanah, sedangkan secara tidak langsung warna
tanah berhubungan dengan sifat-sifat tanah, misal informasi subsoil drainase,
kandungan bahan organik dan surface horizon. Warna tanah diukur dengan
menggunakan standar warna (Soil Munsell Color Chart). Warna tanah disebabkan
oleh adanya bahan organik dan status oksidasi senyawa besi dalam tanah. yang
dibentuk oleh bahan induk basalt sering berwarna sangat gelap jika tanah tersebut
mengandung sedikit atau tidak ada bahan organik. Status oksidasi besi terutama di
lapisan bawah: tanah yang aerasi dan drainase bagus, senyawa besi berada dalam
bentuk oksidasi (Ferri/Fe3+) dan memberikan warna merah atau kuning; tanah
yang aerasi dan drainase jelek, senyawa besi yang tereduksi dalam bentuk ferro
(Fe+) akan memberikan warna abu-abu (Foth, 1988).

5
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Penelitian pada tanah yang dilakukan untuk mendapatkan informasi berupa
data tanah yang sangat diperlukan untuk berbagai perencanaan konstruksi suatu
bangunan. Dari penelitian tersebut akan diketahui parameter mekanis tanah,
dimana penelitian ini dapat dilakukan baik di laboratorium maupun langsung
dilakukan di lokasi yang telah diketahui data tanahnya. Untuk mendapatkan data
tanah yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dilapangan, penulis menggunakan
metode sondir dengan data sondir yang ada di kabupaten Fak-fak-Papua Barat.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

6
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi pengujian sondir dilakukan di Kabupaten Fak-fak-Papua Barat dengan
pengambilan data dari lapangan, dengan kedalaman maksimum 8 meter dengan
lokasi Jl. Ahmad Yani Kabupaten Fakfak, Papua Barat,untuk perencanaan
pembangunan Gedung Showroom Mobil Haji McMoon Makmur, oleh
PT.McMoon Makmur.

3.3 Pengujian Sondir


Uji lapangan dapat dilakukan untuk menentukan kedalaman tanah disamping
uji laboratorium. Metode yang paling biasa dilakukan untuk menentukan kondisi
tanah bawah permukaan dan pengambilan data tanah adalah dengan melakukan
penyondiran pada titik-titik yang dipilih diareal tempat pondasi. Pada hakikatnya,
metode ini membutuhkan peralatan untuk memutar dan mengangkat konus dan
bikonus pada kedalaman tertentu sehingga diperoleh datadata kedalaman tanah.
Metode Sondir digunakan untuk mengetahui kekuatan daya dukung tanah
terhadap pondasi yang akan digunakan pada konstruksi bangunan yang
selanjutnya dilakukan pengeboran untuk mengetahui sifat fisik dan mekanis tanah
yang pengujiannya dilakukan di laborataorium.

3.4 Prosedur Pelaksanaan


Prosedur pelaksanaan sondir adalah sebagai berikut :
1. Pasang Alat
 Mesin Sondir dipasang secara vertical ditempat yang akan diuji dengan
menggunakan angkur yang dimasukan secara kuat kedalam tanah.
 Pengisian minyak hidrolik harus bebas dari gelembung-gelembung udara.
 Pemasangan manometer yang berfungsi sebagai alat pembacaan.
2. Konus dan bikonus dipasang pada ujung stang pertama sondir.
3. Rangkaian stang pertama dipasang pada mesin sondir.
4. Stang sondir ditekan untuk memasukan konus dan bikonus sampai kedalaman
tertentu, umumnya setiap 20 cm.
5. Pembacaan :
 Selanjutnya stang pertama di sambung dengan stang kedua dan seterusnya.
 Pembacaan di lakukan setiap kedalaman 20 cm dengan menyambung stang
per stang.

7
3.5 Pembuatan Peta Kontur
Langkah-langkah kerja dalam pembuatan peta kontur berdasarkan nilai
tekanan ujung (qc) :
1. Data sondir yang didapat dipisahkan tiap tiap kedalaman 0,2 m.
2. Kemudian hitung nilai qc pada setiap kedalaman 0,2 m.
3. Nilai yang telah dipisahkan tersebut kemudian diplotkan kedalam peta sesuai
dengan titik-titik lokasi penelitian.
4. Antara satu titik lokasi penelitian dengan titik yang lain selanjutnya dibuat garis
penghubung (garis bantu) dengan tidak saling berpotongan.
5. Pada garis bantu tersebut, dihitung nilainya dengan metode interpolasi.
6. Setelah nilai-nilai didapat, lalu dibuat garis kontur dengan menghubungkan
nilai-nilai yang sama pada garis bantu tersebut.
7. Untuk setiap konsistensi tanah diberi warna yang berbeda.
3.6 Interpretasi Data Tanah
Secara umum data yang diperoleh dari hasil pengujian sondir dapat
diinterpretasikan dengan menggunakan korelasi yang direkomendasikan oleh
Sanglerat (1972) sebagaimana yang disajikan pada Tabel 3.1 sehingga dapat
diketahui konsistensi perlapisan tanahnya.
Tabel 3.1 Klasifikasi konsistensi tanah berdasarkan nilai tahanan ujung konus

Tahanan Konus, qc
Konsistensi
Kg/cm2 kN/cm2
Sangat Lunak (very soft) 0-6 0-500
Lunak (soft) 6-10 588-980
Teguh (stiff) 10-30 980-2940
Kenyal (stiff) 30-60 2940-5880
Sangat Kenyal (very stiff) 60-150 5880-14700
Keras (hard) >150 >14700
Sumber: Sanglerat (1972)

Adapun jenis tanah didapatkan dengan korelasi antara nilai qc dan Rf


menurut Robertson dan Campanella. Dapat dilihat pada grafik berikut ini:

8
Gambar 3.1 Grafik hubungan qc dan Rf menurut Robertson dan Campanella
( Sumber : Bowles, 1997)
3.7 Analisa Daya Dukung Pondasi Dangkal Menggunakan Data Sondir
Untuk pondasi-pondasi dangkal pada tanah pasir maupun lempung menurut
Meyerhoff (1976) dihitung dengan persamaan be rikut.

( Bd ). 401
qult= qc . B . 1+ (2.1)

dimana :
qult = kapasitasdukungultimitpondasi
qc = tahanankonusdarisondir / PK
d = kedalamanpondasi
B = lebarpondasi
Untuk pondasi pada lapisan pasir (Meyerhof, 1956)menyarankan persamaan
sederhana untuk menentukan kapasitas dukung ijin yangdidasarkan penurunan 1”
pada tanah pasir.
Untuk pondasi bujur sangakar atau pondasi memanjang dengan lebar B ≤1,20 m,

qc
qa = (kg/cm2)
30

9
Untuk pondasi bujur sangkar atau pondasi memanjang dengan lebar B ≥ 1,20 m,

qc B+0,30 2
qa = (
50 B )
(kg/cm2)

dengan,

qa : kapasitas dukung ijin untuk penurunan 2,54 cm (1”) (kg/cm2)

qc : tahanan konus (kg/cm2)

B : lebar pondasi (m)

3.8 Pemilihan Jenis Pondasi


Menurut Nakazawa (2000), untuk memilih pondasi yang memadai perlu
diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapang-an dan
apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai
dengan jadwal kerjanya. Bila keadaan tersebut ikut dipertimbangkan dalam
menentukan macam pondasi, hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (superstructure)
4 Batasan-batasan dari sekelilingnya
5 Waktu dan biaya pekerjaan.
Selain itu, Nakazawa (2000) telah menguraikan jenis-jenis pondasi yang
sesuai dengan keadaan tanah pondasi bersangkutan, yaitu sebagai berikut:
a. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 m di
bawah permukaan tanah, maka pondasi yang dapat digunakan adalah pondasi
telapak (spreadfoundation).
b. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 m dibawah
permukaan tanah, maka pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang apung
(floatingpilefoundation) untuk memperbaiki tanah pondasi. Apabila memakai
tiang, maka tiang baja atau tiang beton cor di tempat (castinplace) kurang
ekonomis, karena tiang-tiang tersebut kurang panjang.
c. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 m di bawah
permukaan tanah, maka pemilihan pondasinya tergantung penurunan
(settlement) yang diizinkan. Apabila tidak boleh terjadi penurunan, biasanya
diguna-kan pondasi tiang pancang (piledrivenfoundation)

10
d. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalamansekitar 30 m di bawah
permukaan tanah, maka dapat digunakan pondasi kaison terbuka, tiang
pancang beton, baja atau tiang cor di tempat. Kaison tekanan dapat juga
digunakanap abila tekanan atmosfer yang ada adalah kurang dari 3 kg/cm2
e. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman lebih dari 40 m di
bawah permukaan tanah, maka jenis pondasi yang sesuai adalah tiang baja
dan tiang beton cor ditempat.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian Laboratorium

11
Setelah melakukan handboring pada titik pengujian sondir, maka didapat nilai
hasil sampel dengan nilai sebagai berikut :
Table 4.1 tabel hasil uji laboratorium
Titik pengujian γ ¿) γ sat ¿) C (kN/m2) φ
1 18 20 20 20
2 19 21 25 15
3 17 19 17 10
4 20 23 21 17
Rata-rata 18,5 20,75 20,75 15,5

4.2 Hasil Pengujian Sondir


Tabel 4.2 Hasil Pengujian Sondir
Pengelompokan data pengujian CPT variasi
cone resistance qc Prediksi jenis lapisan
dan komsistenci
Kedalaman Tebal Variasi qc qc
tanah
(m) (m) (kg/cm2)
SO1
0 - 1,4 1,4 0 – 20 12 Lempung
1,6 – 2 0,4 20 – 40 21 lempung lanauan
2,2 - 2,4 0,2 > 50 55 pasir agak padat
2,6 – 3 0,4 0 – 20 18 Lempung
3,2 - 3,4 0,2 > 50 70 pasir padat
3,6 - 4,6 1 0 – 20 11 Lempung
4,8 - 5,8 1 > 50 104 pasir padat
6 - 6,2 0,2 0 – 40 30 lempung lanauan
6,4 – 16 1,8 > 50 120 pasir padat
SO2
0 - 1,6 1,6 0 - 40 29 lempung lanauan
1,8 – 3 1,2 > 50 99 pasir padat
3,2 - 4,8 1,6 0 – 40 21 lempung lanauan
5 - 6,6 1,6 0 – 50 43 lanau lempungan
6,8 – 16 9,2 > 50 115 pasir padat
SO3
0 - 1,6 1,6 0 - 40 30 lempung lanauan
1,8 – 3 1,2 > 50 110 pasir padat
3,2 - 6,4 3,2 0 – 50 42 lanauan lempungan
6,4 – 16 9,6 > 50 90 pasir padat
SO4
0 - 1,2 1,2 0 – 40 40 lempung lanauan
1,2 - 2,8 1,6 >50 135 pasir padat
3 - 6,4 3,4 0 – 50 50 lanau lempungan
6,6 – 16 9,4 >50 120 pasar padat

12
Kedalaman pondasi yang direncanakan untuk bangunan bertingkat 2 lantai
adalah 2,5 m. Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa pada kedalaman 2,5 m,
jenis tanah pada lokasi penyelidikan tersebut adalah tanah pasir padat. Data rata-
rata pada kedalaman 2,5 m adalah:
Sondir qc N160
SO1 32 12,8
SO2 105 21
SO3 29 12
SO4 100 20
rata-rata 66,5 16,45

qc = 4N

= 4. 16,45

= 65,8 kg/cm2

Nilai qc hampir mendekati.

4.3 Grafik Sondir


1. Sondir 1 2. Sondir 2

3. Sondir 3 4. Sondir 4

13
4.4 Daya Dukung Tanah Berdasarkan data CPT
4.4.1 Teori Meyerhof
Meyerhof (1956) menyarankan persamaan sederhana untuk penurunan fondasi
1 inchi pada tanah pasir.
a. Untuk fondasi persegi atau memanjang B < 1,2 m.
qc
qa = (kg/cm2)
30
b. Untuk fondasi persegi atau memanjang B > 1,2 m.
q c B + 0,3
qa = ( ) 2(kg/cm2)
50 B

4.4.2 Teori Bowles


Bowles (1997:214), mengusulkan persamaan daya dukung menurut data uji
CPT dengan rumus berikut ini.
A. Tanah tak berkohesi (pasir, kerikil)
1. Lajur : qult = 28 – 0,0052 (300 – qc)1,5 (kg/cm2)
2. Bujur sangkar : qult = 48 – 0,009 (300- qc)1,5 (kg/cm2)
B. Tanah berkohesi (lempung, lanau)
1. Lajur : qult = 2 + 0,28 qc (kg/cm2)
2. Bujur sangkar : qult = 5 + 0,34 qc (kg/cm2)
Korelasi SPT dengan CPT untuk tanah pasir-kerikil diusulkan oleh Bowles
(1977) adalah: qc = 4N (kg/cm2)

14
4.5 Daya Dukung Tanah Berdasarkan Uji Laboratorium
Daya dukung pondasi dapat juga dihitung dengan data hasil uji laboratorium
berdasarkan salah satu metoda yang dikemukakan oleh Terzaghi, Meyerhof,
ataupun Hansen. Berikut ini diuraiakan salah satunya metoda daya dukung
berdasarkan Meyerhof yang dikutip dari Bowles (1997:181).
Beban vertikal:
qult = c Nc sc dc + q Nq sq dq + 0,5 γ B Nγ sγ dγ
Beban miring:
qult = c Nc dc ic+ q Nq dq iq + 0,5 γ B Nγ dγ iγ
Untuk analisa pondasi pembuatan gedung Bank Bengkulu ini digunakan teori
Bowles. Sebagaimana telah di jelaskan pada bab sebelumnya, digunakan pondasi
dengan kedalaman 2 m pada jenis tanah pasir. Pada perencanaan ini akan di
gunakan tipe pondasi bujur sangkar. Sehingga, rumus yang digunakan adalah:
qult = 48 – 0,009 (300 - qc)1,5 (kg/cm2)
qult = 48 – 0,009 (300 – (65,8))1,5
qult = 44,83 (kg/cm2)

Daya Dukung berdasarkan Data CPT


Tabel 4.3 Beban Maksimal berdasarkan data CPT
No qc Qult B (m) L (m) Df (m) Pa (kN)
(kg/m2)
1 65,8 44,83 1.0 1.0 2,5 445.34
2 65,8 44,83 1.1 1.1 2,5 520.55
3 65,8 44,83 1.2 1.2 2,5 643.79
4 65,8 44,83 1.3 1.3 2,5 756.33
5 65,8 44,83 1.4 1.4 2,5 871.14
6 65,8 44,83 1.5 1.5 2,5 992.63
7 65,8 44,83 1.6 1.6 2,5 1157.81
8 65,8 44,83 1.7 1.7 2,5 1290.27
9 65,8 44,83 1.8 1.8 2,5 1398.67
10 65,8 44,83 1.9 1.9 2,5 1559.00
11 65,8 44,83 2.0 2.0 2,5 1821.87
Daya Dukung berdasarkan Data Lab
Tabel 4.3 Beban Maksimum berdasarkan Data Lab

Soil parameter Base dimention Q ult Q all P all

15
Phi C gamma B L DF
Deraja
KN/m2 KN/m3 M M M
t
15 25 19 1 1 2,5 905,83 301,94 282,94
15 25 19 1.1 1.1 2,5 875,74 291,91 330,22
15 25 19 1.2 1.2 2,5 851,20 283,73 381,21
15 25 19 1.3 1.3 2,5 830,92 276,97 435,97
15 25 19 1.4 1.4 2,5 814,00 271,33 494,57
15 25 19 1.5 1.5 2,5 799,76 266,59 557,08
15 25 19 1.6 1.6 2,5 787,70 262,57 623,54
15 25 19 1.7 1.7 2,5 777,43 259,14 694,00
15 25 19 1.8 1.8 2,5 768,66 256,22 768,59
15 25 19 1.9 1.9 2,5 761,14 253,71 847,30
15 25 19 2 2 2,5 754,70 251,57 930,28
Beban Maksimal yang direncanakan adalah sebesar 900 kN. Berdasarkan
perhitungan di atas, pondasi bujur sangkar dengan ukuran (B x L) = (2m x 2m)
dapat menahan beban sebesar 1821.87kN berdasarkan data CPT dan 768,59kN
berdasarkan data Laboratorium.

BAB V

PENUTUP

16
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari analisis Pengujian sondir di lapangan, setiap lapisan tanah
memiliki klasifikasi yang berbeda beda, contonya klasifikasi pada tanah pasir,
lempung, lanau, dan lainnya. Ini membuktikan bahwa setiap tanah pasti memiliki
keberagaman klasifikasi tanah dalam satu titik keadalaman. Dalam perencanaan
pondasi ini, penulis merekomendasi kan untuk membangun showroom dua lantai
di Kabupaten Fak Fak, Papua, menggunakan pondasi telapak dengan dimensi B x
D = 2 m x 2 m, dengan kedalaman pondasi 2.5 meter.

5.2 Saran

Untuk Pondasi telapak sangat sesuai untuk beban yang tidak terlalu besar.
Dan untuk pondasi yang memiliki beban yang sangat berat disarankan
penggunaan pondasi tiang pancang karena dapat menempatkan ujung tiang pada
lapisan keras dan sangat padat sehingga akan mencegah kemungkinan terjadinya
penurunan pada pondasi.

DAFTAR PUSTAKA
Baver, L.D. 1972. Soil Physics. Fourth Edition. John Wiley and Sons. Inc.
New York. 498 pp.

17
Bowles, J. E. 1997. Analisa dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 1,
Erlangga, Jakarta
Foth. 1998. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
236 hal
Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong, G.B.
dan Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Lampung. 488 hal.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Meyerhof, G.G. 1956. “Penetration Test and Bearing Capacity of Cohesi on less
Soil.” Journal of the Soil Mechanics and Foundations Division. American
Society of Civil Engineers. Vol. 82. No. SM-1. pp. 1-19.
Sanglerat, G. 1972. Penetrometer and Soil Exploration. Elsevier Publishing
Company
Sosrodarsnomdan, Suyono & Kazuto Nakazawa, 2000. Mekanika Tanah dan
Teknik Pondasi. PT.Pradya Paramita: Jakarta

18
LAMPIRAN
Tampak Atas Pondasi

Potongan

19

Anda mungkin juga menyukai