Disusun Oleh :
KELOMPOK 5 TRPPBS-B
1. Laode Ahmad Farhan 10111910010069
2. Amalia Azizah Hakim 10111910010070
3. Ainun Afifah Tyas Kuntari 10111910010071
4. Dovi Pratama Dion 10111910010072
5. Ryu Yaruki 10111910010075
e
PENGANTAR
Kelompok 5 TRPPBS-B
Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi pada saat ini membuat setiap
orang ikut serta dalam pembangunan disegala aspek salah satunya di bidang
Teknik sipil. Dunia teknik sipil sangat diperlukan untuk menunjang bagaimana
keberlangsungan proses pembangunan, baik bangunan gedung ataupun jalan raya.
Salah satu komponen pembangunan adalah tanah yang menjadi bagian dasar dari
pembangunan berlangsung. Tanah memegang peranan penting, baik itu digunakan
sebagai bahan kontribusi maupun tanah sebagai tempat diletakkannya struktur
bangunan karena faktor tanah ini sangat menentukan untuk perencanaan
kestabilan konstruksi.
Tujuan Praktikum
Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
Manfaat Praktikum
Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Manfaat Teoritis
PRAKTIKUM I
BORING LOG DAN PENGUJIAN SPT
I. PRAKTIKUM
Judul Praktikum : BORING DAN PENGUJIAN SPT
Subjek : Penyelidikan Tanah di Lapangan
No. SNI :-
No. ASTM :-
No. AASHTO :-
Pengeboran tanah adalah pekerjaan yag paling umum dalam survey geoteknik
lapangan. Pengeboran atau boring adalah pembuatan lubang ke dalam tanah
dengan menggunakan alat bor manual maupun alat bor mesin untuk mengambil
sampel tanah. Ada 2 jenis tipe pengeboran , yaitu boring dangkal dan boring
dalam.
Dari pengeboran tanah didapat sampel tanah yang terdiri 2 macam, yaitu :
untuk mempertahankan kadar air tanah tersebut, maka penyimpanan boleh dalam
keadaan terbuka. Biasanya contoh tanah terganggu ini digunakan untuk
menghitung/ menyelidiki ukuran butiran, batas atterberg, pemadatan, berat jenis
dan sebagainya. Contoh tanah tidak asli yaitu contoh yang tidak perlu keaslian
dalam pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan plastisitas,
proctor,rembesan, saringan dan lain lain.
1- 2
2–3 1 2 2 Tekstur tanah pasir berlempung
3–4
4–5 1 1 2 Tekstur tanah lanau
5–6
6–7 1 0 0 Tekstur tanah pasir belanau
7–8
8–9 1 0 0 Tekstur tanah lempung berlanau
9 – 10
10 – 11 1 0 0 Tekstur tanah lempung berlanau
11 – 12
12 – 13 1 0 0 Tekstur tanah lempung berlanau
13 – 14
14 – 15
16 – 17
17 – 18
18 – 19
19 – 20
DRILLING LOG
General Remarks
Consistency
Depth in M
Type of soil
Scale in M
Blows/30cm
Sample Code
Elevation
Depth in M
Legend
Colour
N-Value
0 0.00 N Value
0 2 4 6
0
Coklat keabu-
sedikit basah
lempung
berlanau
1
lentur dan
4 1 2 2
plastis
abuan
1.5
V -1.5
2 M.A.T. 2.00 2 2.0 UD-1
2
2.5 SPT-1
sedikit pasir
3
berlanau
lempung
3 1 1 2
abu-abu
lembab
plastis,
lentur sedikit lentur,
3.5
4
4 4.00 2 4.0 UD-2
4.5 SPT-2
pasir lanau
plastis dan
5
Lempung
0 1 0 0
abu-abu
5.5 6
kaku
7 8
lempung
0 1 0 0
abu-abu
plastis
7.5
lanau
8.5
lanau sedikit
sedikit kaku,
agak plastis
10
9
lempung
0 1 0 0
kering
abuan
9.5
pasir
11
0 1 0 0
lempung
abu-abu
kering
11.5
lanau
VIII. Kesimpulan
PRAKTIKUM II
VOLUMETRI-GRAVIMETRI
I. PRAKTIKUM
Judul Praktikum : VOLUMETRI-GRAVIMETRI
Subjek : VOLUMETRI-GRAVIMETRI
No. SNI : SNI 03-1964-1990
No. ASTM : D.85458
No. AASHTO : T-100-74
Dari gambar (a) menunjukan suatu elemen tanah dengan volume V dan berat
W. Untuk membuat hubungan volume-berat agregat tanah, tiga fase dipisahkan
seperti ditunjukan dalam gambar (b). Jadi volume total contoh tanah yang
diselidiki dapat dinyatakan sebagai betikut:
V V s V w Va
Dimana:
Vs = volume butiran padat
Vw = volume air di dalam pori
Va = volume udara di dalam pori
W =W s +W w
Dimana:
Ws = berat butiran padat (solid)
V s
...................................................
Dimana:
e = angka pori (void ratio)
Vv = volume pori
Vs = volume butiran tanah kering
Porositas (n) adalah perbandingan antar volume pori dan volume tanah total dan
Derajat kejenuhan (Sr) adalah perbandingan antara volume air dengan pori,
dengan rumus:
n=
V v
Sr =
V w
V V v
Dimana:
n = porositas
V = volume total
Vv = volume pori
Vw = volume air
Sr = derajat kejenuhan
Hubungan antara e dan n dapat diturunkan dari persamaan diatas, sebagai berikut :
Vv
e=
Vv
=
Vv
=
( V )
=
n
n=
e
.......................
Dimana :
n = porositas
V = volume total
Vv = volume pori
Vw = volume air
Sr = derajat kejenuhan
e = angka pori (void ratio)
Kadar air (Wc) yang juga disebut sebagai Water Content didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang
diselidiki.
Ww
ωc=
Ws
Dimana:
wc = porositas
Ww = berat air
Ws = berat butiran tanah kering
Berat tanah persatuan volume didefinisikan sebagai berikut :
...................................................
Ww
γt=
W
V γt=
W Ws +Ww
= =
[ ( )]
Ws 1+
Ws
=
Ws ( 1+W )
V V V V
Dimana:
wc = porositas
Ww = berat air
Ws = berat butiran tanah kering
γt = berat volume tanah basah
V = volume tanah total
Ws γt
γd = atau γd =
V 1+ ω
Dimana:
wc = porositas
V = volume total
Ws = berat butiran tanah kering
γd = berat volume tanah kering
γt = berat volume tanah basah
Menghitung Kadar Air Tanah
W 2 −W 3
ωc(% )= ×100 %
W 3 −W 1
Dimana :
W1 = berat cawan
W2 = berat cawan + tanah basah
W3 = berat cawan + tanah kering
W 3−W 1
Gs= ............................
((W 4−W 1) xT 1−(W 2−W 3)xT 2)
Dimana :
W1 = berat piknometer
W2 = berat piknometer + tanah + air
Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,65 sampai 2,75. Nilai berat
jenis sebesar sebesar 2,67 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tak berkohesi.
Sedang untuk tanah kohesif tak organik berkisar di antara 2,68 sampai 2,72.
Kerikil 2,65-2,68
Pasir 2,65-2,68
Humus 1,37
Gambut 1,25-1,80
W cawan+raksa −W cawan
V t=
Bjraksa
Dimana :
Vt = volume tanah basah
Menghitung Volume Butiran Tanah kering
W3
V s=
Gs⋅γw
Laporan Mekanika Tanah | 17
FAKULTAS VOKASI
Dimana :
Vs = volume butiran tanah kering
W3 = berat tanah kering
Gs = spesific gravity tanah
Menghitung Volume Pori
V v =V Tanahbasah −V s
Dimana :
Vv= volume pori
Vs= volume butiran tanah kering
Menghitung Angka Pori
Dimana :
e = angka pori (void ratio)
γw = berat volume air
γd = berat volume tanah kering
wc = kadar air
Gs = spesific gravity tanah
γ = berat volume tanah basah
Menghitung Porositas
e
n=
e +1
Dimana :
e = angka pori (void ratio)
n = porositas
ω ⋅Gs Vw
Sr = c Sr= ⋅100 %
Dimana : e Vv
Dimana :
γd = berat volume tanah kering
γt = berat volume tanah basah
wc = kadar air
Kadar Air
Timbang cawan dan catat nomor cawan
Ambil contoh tanah undisturbed, letakkan contoh tanah kedalam cawan,
kemudian timbang cawan + tanah.
Oven cawan + tanah selama 24 jam
Setelah dioven timbang cawan + tanah yang mengering
Gravimetri
Ambil contoh tanah kering yang sudah dioven
Tumbuk tanah tersebut sampai halus menjadi bubuk dengan menggunakkan
penumbuk porselen
Masukkan tanah tersebut ke dalam piknometer yang sebelumnya sudah
ditmbang
Timbang piknometer + bubuk tanah
Isi piknometer + bubuk tanah dengan air ±5 cm, kemudian kocok-kocok
beberapa saat hingga merata, kemudian vakum
Hentikan vakum bila gelembung-gelembung udara yang timbul selama
divakum sudah tidak ada
Tambahkan air ke dalam piknometer yang sudah di vakum sampai batas yang
telah ditentukan, ukur temperaturnya, kemudian timbang
Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian isi kembali piknometer dengan air
sampai batas yang telah ditentukan
Ukur suhunya dengan termometer
No. Cawan 1 2 3
Keterangan :
A = Ditimbang
B = Ditimbang
C =B–A
D = Ditimbang
G = C/F
C = B− A E = D−Berat Cawan
= 52,79−43,18 = 198,31−106.31
E C
F= G=
Berat Jenis Air Raksa F
198,13 9,61
= =
13.6 6,751
=6,751 gram =1,423 gram
Kering
Keterangan : H = Ditimbang
I = Ditimbang
J = Ditimbang
K =I–J
L =J–H
M = (K/L) x 100 %
K = I −J L = J−H
= 52,49−47,97 = 47,97−43,18
= 4,52gram = 4,79gram
K
M= ×100 %
L
4,52
= × 100 %
4,79
=94,363%
Setelah dijelaskan prosedur percobaan untuk mencari kadar air pada sub bab
2.4 Prosedur Percobaan maka untuk menentukan Koreksi suhu dan Gs dapat
dijelaskan pada Tabel 2.4 dan contoh perhitungan Tabel 2.4.
No. Piknometer BA ZD F
Berat Piknometer (N) gr 145.66 101.59 103.73
Berat Piknometer + Tanah Kering (O) gr 168.44 112.89 122.41
Berat Piknometer + Tanah + Air (P) gr 400.95 357.37 364.09
Berat Piknometer + Air (Q) gr 386.83 350.19 352.36
Koreksi Bj air pada suhu ...⁰C [T1] (R) - 1.00374 1.00374 1.00349
Koreksi Bj air pada suhu ...⁰C [T2] (S) - 1.00374 1.00400 1.00400
Specific Gravity [Gs] (V) - 2.621 2.775 2.727
Keterangan : N = Ditimbang
O = Ditimbang
P = Ditimbang
Q = Ditimbang
V = ( O – N ) / {( Q – N ) x R – ( P – O ) x S}
(O−N )
T =
{(Q−N )× R−(P−O)× S }
(172,77−152,77)
{(401,55−152,77) ×1,00374−(295,94−172,77) ×1,00374
= 2.621
Parameter Tanah Satuan Cawan 1/Pikno BA Cawan 3/Pikno ZD Cawan 16/Pikno F Rata-Rata
Berat Jenis Tanah [ϒs] gr/cm³ 1.423 1.389 1.38 1.398
Kadar Air [Wc] % 94.363 96.828 99.147 96.779
Specific Gravity [Gs] - 2.621 2.775 2.727 2.707
Berat Jenis Tanah Kering [ϒd] gr/cm³ 0.732 0.706 0.694 0.711
Angka Pori [e] - 2.6 2.933 2.929 2.814
Berat Jenis Tanah Jenuh [ϒsat] gr/cm³ 1.453 1.451 1.44 1.448
Porositas [n] - 0.721 0.746 0.745 0.737
Derajat Kejenuhan [S] % 95.869 91.632 92.294 93.265
γt
γd =
(1+ωc )
1.423
= 94.366
1+( )
100
= 0.732 gr/cm3
Contoh Perhitungan e :
Gs× γw
e = −1
γd
0,254 ×9.81
= −1
0,732
= 2,4
e
γsat = γd +( ×γw )
1+ e
2,4
= 0.732+( ×1)
1+2,4
= 7.660 gr/cm3
Contoh Perhitungan n :
e
n =
1+ e
2,4
=
1+ 2,4
= 0.706
Contoh Perhitungan Sr :
ωc × Gs
Sr =
e
94,366
= 100 )
( × 0,254
2.4
= 9.973
VIII. KESIMPULAN
Tanah 1 :
-Gamma Tanah Basah( γt ) : 1,423 gr/cm3
- Kadar Air(ωc ) : 94,366 %
- Gs : 0,254
- Gamma Tanah Kering( γd ) : 0,732 gr/cm3
Tanah 2 :
-Gamma Tanah Basah( γt ) : 1,389 gr/cm3
- Kadar Air(ωc ) : 96,828 %
- Gs : 0,189
Tanah 3 :
-Gamma Tanah Basah( γt ) : 1.38 gr/cm3
- Kadar Air(ωc ) : 99,780 %
- Gs : 0,209
PRAKTIKUM III
SONDIR
I. PRAKTIKUM
Judul Praktikum : SONDIR
Subjek :-
No. SNI :-
No. ASTM : 03-2827-2008
No. AASHTO : D.3441
III. MANFAAT
Manfaat Hasil Test untuk Pekerjaan Teknis Sipil
1) Menentukan jenis atau tipe pondasi yang akan digunakan untuk
mendirikan sebuah bangunan
2) Menentukan tingkat kedalaman pondasi dimana pondasi harus mencapai
tanah keras
3) Menghitung daya dukung tanah asli dimana hal tersebut akan
mempengaruhi kenis atau desain pondasi
diketahui dari kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung (qc) dan gesekan
selimutnya (fs). Alat sondir berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus.
Prosedur pengujian Sondir mengacu pada SNI 2827:2008 (Kementrian PUPR
Departemen Pekerjaan Umum : 14).
Sondir menurut kapasitasnya dibagi menjadi dua macam , yaitu :
1) Sondir ringan, memiliki kapasitas 0-250 kg/cm2 dengan kedalaman 30
meter
2) Sondir berat, memiliki kapasitas 0-600 kg/cm2 dengan kedalaman 50 meter
1) Sondir mekanis
Sondis mekanis adalah sondir yang menghasilkan nilai tahannan ujung (qc)
dan gesekan selimut (fs) mengacu pada ASTM D.3441.
2) Sondir elektrik
Sondir elektrik adalah sondir yang menghasilkan tahannan ujung (qc),
gesekan selimut (fs), dan tekanan air pori (u) mengacu pada ASTM
D.5778.
V. LANGKAH KERJA
A. Persiapan Pengujian
1) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya
digali dengan linggis sedalam 5 cm
2) Masukkan empat buah angkur ke dalam tanah pada kedudukan yang
tepat dengan letak rangka pembeban
3) Setel rangka pembeban sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal
4) Pasang manometer 0 MPa sampai dengan 2 MPa dan manometer 0
Mpa sampai dengan 5 Mpa untuk penyondiran tanah lembek
5) Periksa sistem hidraulik dengan menekan pipa hidraulik menggunakan
kunci piston
6) Tempatkan rangka pembeban , sehingga penekan hidraulik tepat di
atasnya
7) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan
memutar baut pengencang
8) Sambungkan konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta
kepala pipa dorong; dalam dudukan ini , batang dalam selalu menonjol
keluar sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong
B. Prosedur Pengujian :
10
12
14
16
2 2
4 4
6 6
8 8
10 10
12 12
14 14
16 16
0 50 Tekanan Konus
100 (Kg/Cm2) 150 Jumlah200
Hambata Pelekat250(JHP) (Kg/cm2)300 350
Local Friction
3) Friction Ratio= × 100 %
Tekanan Konus
Keterangan : - Friction Ratio (%)
4) Hambatan Pelekat=Local Friction × Interval Pembacaan Data
Keterangan : - Hambatan Pelekat (kg/cm)
- Interval Pembacaan Data (20 cm)
5) Jumlah Hambatan Pelekat =Hasil komulatif dari Hambatan Pelekat
Keterangan : - Jumlah Hambatan Pelekat (kg/cm)
PRAKTIKUM IV
ANALISA GRADASI BUTIRAN
I. PRAKTIKUM
Judul Praktikum : ANALISA GRADASI BUTIRAN
Subjek :-
No. SNI :-
III. MANFAAT
Manfaat Hasil Test untuk Pekerjaan Teknis Sipil :
1) Hasil tes tersebut digunakan untuk mengetahui apakah tanah
tersebut cocok untuk dapat dipakai dalam proyek-proyek
konstruksi (misal bendungan, tanggul dan bangunan
infrastruktur sipil lainnya)
2) Untuk mengetahui apakah tanah tersebut dapat di campurkan
dengan aspal atau beton
Gradasi Butir
Percobaan analisa ayakan dipakai untuk diameter butiran tanah lebih besar
dari 0.075 mm untuk standart ASTM, AASTHO, dan USCS sedangkan untuk
standart MIT dipakai untuk diameter butiran lebih besar dari 0.06 mm. Dapat
dijelaskan perbedaan antara 4 standar tersebut di bawah ini :
Tabel 3.1 Standart Ukuran Butiran dan Distribusi ukuran Butiran Tanah
Ada dua macam cara yang umum dipakai untuk menentukan pembagian butir
dari suatu tanah di laboratorium, yaitu :
1. Dengan Analisa Ayakan
2. Dengan Hydrometer Test
Analisa ayakan biasanya dipakai untuk yang butir-butiranya mempunyai
diameter lebih besar dari 0.075 mm untuk standart ASTM, AASTHO, dan USCS
sedangkan untuk standart MIT dipakai untuk diameter butiran lebih besar dari
0.06 mm.
Standart ukuran butiran dan distribusi ukuran butiran tanah dapat
diklasifikasikan melalui beberapa percobaan. Dan percobaan analisa ayakan ini
adalah merupakan klasifikasi tanah berdasarkan gradasi butiran.
Dari ukuran butiran ini dapat ditentukan tingkat keseragaman dan tingkat
kemampatan tanah tersebut yaitu disebut Cu dan Cc (Cu = koefisien keseragaman,
dan Cc = koefisien concavity atau koefisien gradasi). Cu dan Cc digunakan untuk
menentukan bahwa gradasi butiran itu baik atau buruk.
D60
Cu =
D10
D302
Cc =
D10 × D 60
Dimana :
Tanah bergradasi baik akan mempunyai koefisien keseragaman lebih besar dari 4
untuk kerikil dan lebih besar dari 6 untuk pasir. Dan koefisien gradasi antara 1
sampai 3 (untuk kerikil dan pasir).
L
D=K
√ t
(mm).......................................................(3)
30 µ
K=
√ G S−1
..........................................................(4)
Prosedur Tes
Analisis Ayakan
Ambil tanah yang telah di oven sebanyak 500 gr jika ukuran butir terbesar =
4.75 mm dan > 500 gr jika ukuran butir > 4.75 mm.
Setelah di oven, dikeluarkan dan ditumbuk dulu agar tidak ada gumpalan-
gumpalan dan agar mudah disaring.
Tanah yang setelah ditumbuk lalu ditimbang.
Tanah yang sudah ditimbang dimasukkan ke tempat susunan ayakan,
diguncang dengan alat pengguncang kurang lebih selama 10-15 menit, setelah
diguncang contoh tanah yang tertahan ayakan no 200 ditimbang dan
seterusnya.
Hidrometer
Ambil tanah lolos ayakan 200 lalu ditimbang.
Campur tanah yang lolos ayakan No.200 tersebut dengan air, begitu pula
dengan calgon campur dengan air digelas ukur. Aduk dengan pengaduk
hingga rata menggunakan spatula (cairan calgon digunakan untuk mencegah
butir butir tanah agar tidak berflocculasi yang artinya butiran menggumpal
saling terikat yang terbuat dari campuran 40 gr calgon dan 1000 cc air
suling).
Campuran yang sudah diaduk tadi dipindahkan ke gelas silinder yang
mempunyai volume 1000 cc. Tidak boleh ada tanah yang tertinggal,
kemudian kocok 2 campuran tersebut.
Setelah dikocok, masukkan hydrometer serta amati perubahan 2 gelas ukur
tersebut setiap detik dari tabel yang ditentukan.
Calgon : cairan yang digunakan untuk mencegah butir butir tanah agar tidak
berflocculasi yang artinya butiran yang menggumpal tidak saling terikat.
ANALISA SARINGAN
Setelah dijelaskan langkah percobaan analisa saringan pada sub bab 3.5
Prosedur Tes, maka data tentang analisa saringan dapat dijelaskan dengan Tabel
3.2 Hasil Analisis Saringan dan contoh perhitungan Tabel 3.2 Hasil Analisis
Saringan.
(gram)
0.92
= × 100 %
9,33
= 9,86 %
= 90,14 %
HIDROMETER
Setelah dijelaskan langkah percobaan analisa saringan pada sub bab 3.5 Prosedur
Tes, maka data tentang analisa saringan dapat dijelaskan dengan Tabel 3.3 Hasil Analisis
Hidrometer dan contoh perhitungan Tabel 3.3 Hasil Analisis Hidrometer.
Berat contoh tanah yang lolos saringan no. 200 = 19,07 gram
Setelah dilakukan praktek hidrometer dan didapatkan data pada Tabel 3.3 Hasil
Analisis Hidrometer, maka perhitungan dan analisis dapat dijelaskan pada Tabel 3.5
Hasil Hidrometer Test dan contoh perhitungan Tabel 3.5 Hasil Hidrometer Test.
GS : 0.254 Z0 :2
KEDALAMAN : Ws :
20
10
0
0.1 0.01 0
D (mm)
Garis Analisa Hidrometer
Rc = Ra−Z 0+ CT
Rc ×a
Proses lolos = ×100 %
Ws
L = lihat tabel
L
L/t =
t
K = lihat table
L
D =K
√ t
V. Kesimpulan
BAB IV
ALTERBERG LIMIT
Selain itu ketiga parameter tersebut dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi
tanah melalui 2 standar yaitu USCS dan AASHTO dapat dijelaskan dengan tabel dibawah
ini:
2) Tujuan Khusus :
Dapat menentukan nilai batas susut/kerut (SL) tanah
Dapat menggunakan peralatan yang digunakan
1. Memasukkan contoh tanah yang lolos no 40 secukupnya diatas plat kaca, kemudian
tambahkan air dan diaduk secara merata
2. Setelah air cukup merata buatlah bola-bola tanah dari benda uji itu seberat 8 gr,
kemudian bola-bola tanah itu digeleng diatas plat kaca
3. Penggelengan dilakukan dengan ujung jari-jari yang dirapatkan dengan kecepatan
80-90 giling permenit
4. Penggilingan dilakukan terus hingga sampai benda uji membentuk batang dengan
diameter 3 mm (sesuai batang pembanding). Jika pada waktu penggelengan itu
ternyata sebelum benda uji belum mencapai diameter 3 mm sudah retak, maka
benda uji disatukan kembali
5. Benda uji yang disatukan tambah air sedikit dan diaduk sampai merata. Jika
ternyata penggelengan bola-bola itu bisa mencapai diameter lebih kecil dari 3 mm
tanpa menunjukkan retakan-retakan, maka contoh perlu dibiarkan bebebrapa saat
di udara, agar kadar airnya berkurang sedikit
6. Pengaduk dan penggilingan diulangi terus sampai retakan-retakan itu terjadi tepat
pada saat gilingan mempunyai diameter 3 mm
7. Periksa kadar air batang tanah pada langkah 6 dengan cara yang sama
8. Ulangi percobaan itu satu kali lagi dari langkah 1 hingga langkah 6
4. Ratakan permukaan tanah yang terdapat didalam magkok dengan penggaris dan
bersihkan mangkok tersebut dari tanah yang menempel pada sisi luarnya dengan
kertas tisu
5. Camouran tanah dengan mangkok kita timbang beratnya lalu dimasukkan kedalam
oven selama 24 jam. Kemudian kita timbang berat keringnya untuk menentukan
kadar airnya
6. Setelah itu contoh tanah tersebut kita keluarkan dan kita masukkan kedalam
mangkok lain yang telah diisi penuh oleh raksa yang diletakkan dalam mangkok
peluberan
7. Contoh tanah tersebut kita tekan dengan plat kaca berpaku sampai plat kaca
tersebut rata dengan permukaan mangkok, sehingga air raksa tumpah dan
ditampung dalam mangkok peluberan
8. Air raksa yang tumpah tersebut kita timbang beratnya. Berat air raksa tumpah ini
dibagi dengan BJ air raksa (13,6) merupakan volume contoh tanah kering (Vd)
9. Untuk menghitung volume mula-mula isi mangkok sringkage limit dengan air raksa
sampai penuh dan ratakan dengan plat kaca yang dilengkapi dengan 3 paku. Air
raksa yang ada dalam mangkok kita timbang beratnya. Berat air raksa ini dibagi
dengan BJ air raksa adalah merupakan volume contoh tanah mula-mula (Vi)
10. Lakukan percobaan ini minimal 2 kali contoh tanah
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis).
Container adalah wadah atau penampung
Vaseline adalah zat lemak yang terbuat dari minyak bumi gabungan benda semi
padat dan hidrokarbon
Oven adalah alat untuk mengeringkan kandungan air suatu sampel
No Cawan 1 2 3 4
Berat Air -
- - -
(gram)
Jumlah Pukulan 50 40 40 24
Tanah Kering
21,88 22,15 25,71
(gram)
Kadar Air
83,78 75,49 59,98
(%)
Batas Cair
90
80
70
60
50
kadar air
30
20
10
0
10 100
jumlah ketukan
Y = 71.61 %
No Cawan 54
(V −Vd)
SL = ω−( × 100)
Wd
(15.22−8.43)
= 79.28−( × 100)
14.43
= 32.25%
4.8 Kesimpulan
Dari hasil praktikum diatas didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
BAB V
PROCTOR
5.1 Dasar Teori
Test Kepadatan tanah dilaboratorium baik dengan Standart Proktor Test maupun
Modified Proktor Test dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan
berat volume tanah kering sehingga dapat ditentukan besarnya kadar air optimum atau
Optimum Moisture Content (OMC). Contoh tanah yang dipakai untuk percobaan
laboratorium adalah yang lolos ayakan no. 4, baik standart ASTM maupun AASTHO,
sedangkan γ Zero Air Void adalah pada derajat kejenuhan 100%. Pada perhitungan
dipakai perumusan:
γt
γd = (gram/cm3).............................................(1)
1+ Wc
Gs x γw
γZav = (gram/cm3) ........................................(2)
1+ Wc x Gs
Untuk mencari derajat kejenuhan pada γ dmax :
γw x SR
γdmax = γw (gram/cm3)...........................
Wcoptimum+
γs ( )
x SR
(3)
Pengujian dengan Standart Proktor Test maupun dengan Modified Proktor Test
hasilnya selalu digambarkan sebagai lengkung kepadatan antara Berat Volume Kering
dan Kadar Air sehingga dapat ditentukan basarnya γd max dan Wc Optimum, seperti
pada gambar dibawah ini :
a. STANDART PROKTOR TEST
Pengujian dengan Standart Proktor Test, pemukulan contoh tanah dilakukan 3
tahap yaitu masing-masing dengan 1/3 bagian contoh tanah dipukul 25 kali, dimana
berat pemukulnya 5,5 lb dan jarak pemukulannya 1 ft.
b. MODIFIED PROKTOR TEST (Informasi saja, tidak dipraktekkan)
Berat air = (Berat cawan + tanah basah) – (berat cawan + tanah kering) (4)
BeratTanah
Berat Volume = VolumeMold ......................................(5)
BeratAir
100%
Kadar Air / Wc = ( BeratCawan TanahKering ) BeratCawan ............(6)
BeratVolume
Wc
(1 )
Berat Volume Kering = 100 .....................................(7)
lagisehingga didapat berat cetakan silinder yang berisi contoh tanah ( langkah 2 )
lebih ringan dibanding sebelumnya.
12. Kemudian ulangi test ini sampai didapat minimal dua kali pembacaan harga yang
lebih ringan (pembacaan harga atau berat volume kering yang paling kecil).
Percobaan ke- 1 2 3 4 5 6
No. Cawan A B C D E F
Berat Cawan (gr) (A) 48.72 47.88 46.22 52.23 47.78 40.52
Berat Cawan + Tanah Basah (gr) (B) 154.98 139.83 118.02 129.95 160.26 168.14
Berat Cawan + Tanah Kering (gr) (C) 151.37 135.02 111.9 120.57 143.17 146.7
Berat Mold (gr) (D) 4328 4328 4328 4328 4328 4328
Berat Mold + Tanah Basah (gr) (E) 5898 5980 6080 6152 6191 6156
Berat Tanah Basah [Ws] (gr) (F) 1570 1652 1752 1824 1863 1828
Volume Mold [V] (cm³) (G) 889.31 889.31 889.31 889.31 889.31 889.31
Berat Volume Tanah [ϒs] (gr/cm³) (H) 1.765 1.858 1.970 2.051 2.095 2.056
Kadar air [Wc] (%) (I) 3.517 5.520 9.318 13.725 17.916 20.192
Berat Volume Kering [ϒd] (gr/cm³) (J) 1.705 1.760 1.802 1.803 1.777 1.710
ϒzav (Zero Air Void ) (K) 2.438 2.324 2.136 1.952 1.805 1.733
Perhitungan GS
No. Piknometer A
Berat Piknometer (gr) 139.56
Berat Piknometer + Tanah Kering (gr) 263.84
Berat Piknometer + Tanah + Air (gr) 465.83
Berat Piknometer + Air (gr) 388.17
1.0027
Koreksi Bj Air pada Suhu ...°C (pikta) [T1]
8
1.0034
Koreksi Bj Air pada Suhu ...°C (pika) [T2]
9
Specific Gravity [Gs] 2.667
Keterangan :A = Ditimbang
B = Ditimbang
C = Ditimbang
D = Ditimbang
E = Ditimbang
F = D-E
1
G= π d2t
4
F
H=
g
B
I = × 100 %
C
Gs
J=
(1+W ×Gs)
1
Volume Mold = π d2t
4
1 2
= ×3.14 × 10.2 ×11.2
4
= 914.71cm3
D = 123.63 - 46.24
= 77.39 gram
E = 120.38- 46.24
= 74.14 gram
F = 77.39 - 74.14
= 3.25 gram
I = 5985 - 4245
= 1740 gram
1740
K =
914.71
= 1.902 gr/cc
3.25
L = × 100 %
74.14
= 4.384 %
1.902
M = 4.384
1+( )
100
=1.822 gr/cc
2.65
N =
(1+ 4.384/100 ×2.65)
= 2.374 gr/cc
2.15
Berat Volume Tanah Kering, γd (gr/cm³)
2.10
2.05
2.00
1.95
γ
1.90 γzav
1.85
1.80
1.75
1.70
1.65
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
5.8 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan grafik didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
γ
- dmax = 1,874 gram/cc
-ω optimum = 14,1 %
- Grafik hubungan γ ddanω tidak melebihi atau memotong grafik dari γ zav yang artinya
tanah tersebut masih memiliki rongga udara dikarenakan jika terletakpada grafik γ zav
maka keadaan tanah tersebut tidak ada rongga udara sama sekali dan itu sulit dicapai
dalam praktek.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
ITS Tim dosen Pemetaan Prodi Diploma Teknik Sipil shareITS [Online] // Shareits.ac.id. -
2014. - 21 03 2019. - http://share.its.ac.id/course/view.php?id=1108§ion=1.
KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) [Online] // Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). - 21 03 2019. - kbbi.web.id.
Das, Braja M,.Endah, Noor. Dan Mochtar, Indrasurya B.1988, Mekanika Tanah (Prinsip-
Prinsip Rekayasa Geoteknik)-Jilid I, Erlangga Jakarta.
Das, Braja M,.Endah, Noor. Dan Mochtar, Indrasurya B.1988, Mekanika Tanah (Prinsip-
Prinsip Rekayasa Geoteknik)-Jilid II, Erlangga Jakarta Hardiyatmo, Hary Christady.
2006.Mekanika Tanah 1, Gajah Mada University Press, Jogjakarta