Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN PRAKTIKUM

SI-114 MEKANIKA TANAH I


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Mata Kuliah SIA-108 MEKANIKA TANAH I

Oleh:
Ismail Mu’afa (22-2021-005)
Daffa Alzena (22-2021-003)
Raden Zibran (22-2021-010)
Muhammad Ardi (22-2021-012)
Febriyand Rabbani (22-2021-016)
Fahrezi Adi (22-2021-032)

Asisten Pembimbing:
Ibu Desi Santi

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah kumpulan (agregat) butirann mineral alami yg bisa dipisahkan
oleh suatu cara mekanik bila agregat tersebut diaduk dalam air atau kumpulan
mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relative lepas (loose), yang
terletak diatas batuan dasar (bad rock). Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu
udara, air, dan bahan padat. Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis,
sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Tanah merupakan
salah satu unsur penting dalam suatu kegiatan pembangunan insfrastuktur.
Pembangunan fasilitas-fasilitas umum memerlukan tanah sebagai wadahnya.
Maka, Praktikum Mekanika Tanah I merupakan salah satu persyaratan dari
Kurikulum Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Institut Teknologi Nasional.
Praktikum ini menitik beratkan pada penyelidikan mengenai keadaan suatu tanah
yang akan digunakan sebagai tempat berdirinya suatu bangunan. Hasilnya berupa
data - data yang selanjutnya dianalisa sampai struktur bangunan dapat ditentukan,
tipe fondasi dan lain-lain sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah
tersebut. Hal-hal tersebut sangat penting untuk menunjang segi ekonomis dan segi
keselamatan baik untuk bangunan, pemakai maupun pekerja yang ada dan
sebagainya.

1.2 Maksud dan Tujuan


a) Mengetahui dan memahami segi teknis dari penyelidikan tanah baik di
laboratorium maupun di lapangan.
b) Mempraktekkan teori – teori yang ada dalam mata kuliah Mekanika
Tanah I.
c) Mengetahui bentuk dan jenis dasar tanah yang dipakai dalam praktikum
Mekanika Tanah.

2
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

d) Mengetahui proses kerja dalam penelitian yang dilakukan pada praktikum


mekanika tanah di lapangan.

1.3 Rumusan Masalah


a) Bagaimana proses kerja hand boring ?
b) Bagaimana cara mengetahui sifat dan karakteristik suatu tanah?
c) Bagaimana cara mengukur kadar air dan berat jenis pada suatu sampel
tanah?
d) Bagaimana cara mengetahui sifat fisik tanah dan cara menghitung berat isi
(unit weight)?
e) Bagaimana cara mengetahui Atterberg Limit batas cair (liquid limit)?
f) Bagaimana cara mengetahui Atterberg Limit batas plastis (plastic limit)?
g) Bagaimana cara mengetahui Atterberg Limit batas susut (Shrinkage
limit)?
h) Bagaimana cara menganalisa saringan (Sieve Analysis)?
i) Bagaimana cara menganalisa lumpur (Hidrometer Analysis)?
j) Bagaimana cara pengujian DCP (Dinamic Cone Petrometer Test)?
k) Bagaimana cara pengujian SPT (Standard Penetration Test)?
l) Bagaimana cara pengujian permeabilitas (Permeability Test)?

1.4 Manfaat
a) Dapat mengetahui cara proses hand boring dengan tepat.
b) Dapat mengetahui dan memahami sifat dan karakteristik suatu tanah.
c) Mengetahui cara pemakaian dan cara pengukuran kadar air dan berat isi.
d) Mengenal dan mengetahui sifat fisik pada tanah.
e) Mengetahui cara menghitung berat jenis.
f) Mengetahui apa itu Atterberg Limit batas cair, batas plastis dan batas
susut.
g) Mengetahui berapa persentase ukuran tanah sesuai diameter.
h) Mengetahui kekuatan suatu tanah.

3
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

i) Mengetahui kedalaman lapisan tanah keras.


j) Mengetahui parameter – parameter tanah
k) Mengetahui lapisan tanah
l) Mengetahui koefisien permeeability.
1.5 Lokasi Penelitian
Belakang Gd. 21 Institut Teknologi Nasioal, Bandung.

1.6 Sistematika Pembahasan


A. BAB I : Pendahuluan, latar belakang , maksud dan tujuan, rumusan
masalah, manfaat dari praktikum mekanika tanah I, sistematika pembahasan,
lokasi penelitian.
B. BAB II : Hand boring, sampling, tujuan dari pengambilan sampel di
lokasi dan menganalisis, ruang lingkup yang diharapkan yaitu mengetahi
spesifikasi tanah pada pengambilan sampel.
C. BAB III : Indeks propertis, kadar air, tujuan agar mengetahui cara
perhitungan atau prosedur pengujian, dan peralatan yang digunakan pada saat
pengujian berlangsung di laboratorium.
D. BAB IV : Indeks propertis, berat isi, menyimpulkan berat butir dari
sampel yang telah diambil dari penelitian pertama,
E. BAB V : Indeks propertis, berat jenis, tujuan, ruang lingkup, teori,
peralatan yang digunakan, prosedur pengujian, perhitungan, foto peralatan
pengujian, kesimpulan.
F. BAB VI : Atterberg Limit, Batas cair ( Liquid Limit), penyelidikan di
laboratorium mengungkapkan maksud dan tujuan, teori, peralatan yang
digunakan dalam percobaan mengenai batas cair.
G. BAB VII : Atterberg Limit, batas plastis ( Plastic Limit), tujuan, ruang
lingkup, teori, peralatan yang digunakan, prosedur pengujian, perhitungan, foto
peralatan pengujian, kesimpulan.
H. BAB VIII : Atterberg Limit, batas susut (Shrinkage Limit), tujuan, ruang
lingkup, teori, peralatan yang digunakan, bahan yang digunakan, prosedur

4
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

pengujian, perhitungan, foto peralatan pengujian, lampiran formulir pengujian,


kesimpulan.
I. BAB IX : Grainsize Analysis, analisa saringan (Sieve Analysis), tujuan,
ruang lingkup, teori, peralatan yang digunakan, bahan yang diguakan, prosedur
pengujian, perhitungan, foto peralatan pengujian, lampiran formulir pengujian,
kesimpulan.
J. BAB X : Grainsize Analysis, analisa lumpur (Hydrometer Analysis),
tujuan, ruang lingkup, teori, peralatan yang digunakan, bahan yang digunakan,
prosedur perngujian, perhitungan, foto peralatan pengujian, lampiran formulir
pengujian, kesimpulan.
K. BAB XI : Dynamic Cone Penetrometer Test (DCP), tujuan, ruang
lingkup, teori, peralatan yang digunakan, bahan yang digunakan, prosedur
pengujian, perhitungan, foto peralatan pengujian, lampiran formulir pengujian,
kesimpulan
L. BAB XII : Standard Penetration Test (SPT), tujuan, ruang lingkup, teori,
peralatan yang digunakan, bahan yang digunakan, prosedur pengujian,
perhitungan, foto peralatan pengujian, lampiran formulir pengujian, kesimpulan
M. BAB XIII : Permeability Test, uji permeabilitas, tujuan, ruang lingkup,
teori, peralatan yang digunakan, bahan yang digunakan, prosedur pengujian,
perhitungan, foto peralatan pengujian, lampiran formulir pengujian, kesimpulan.

5
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................
1.4 Manfaat....................................................................................................
1.5 Lokasi Penelitian.....................................................................................
1.6 Sistematika Pembahasan........................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB II.....................................................................................................................
PENGAMBILAN SAMPLE (SAMPLING).........................................................
BOR TANGAN (HAND BORING).......................................................................
2.1 Tujuan......................................................................................................
2.2 Ruang Lingkup........................................................................................
2.3 Teori..........................................................................................................
2.4 Peralatan Yang Digunakan....................................................................
2.5 Bahan Yang Digunakan........................................................................
2.6 Prosedur Pengujian...............................................................................
2.7 Perhitungan............................................................................................
2.8 Gambar Peralatan Pengujian...............................................................
2.9 Lampiran Laporan Pengujian.............................................................
2.10 Kesimpulan............................................................................................
BAB III..................................................................................................................
INDEKS PROPERTIS (SIFAT FISIK TANAH)..............................................
KADAR AIR (WATER CONTENT).................................................................
3.1 Tujuan....................................................................................................
3.2 Ruang Lingkup......................................................................................
3.3 Teori........................................................................................................
3.4 Peralatan Yang Digunakan..................................................................

6
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

3.5 Bahan yang Digunakan.........................................................................


3.6 Prosedur Pengujian...............................................................................
3.7 Perhitungan............................................................................................
3.8 Gambar Peralatan Pengujian...............................................................
3.9 Lampiran Formulir Pengujian.............................................................
3.10 Contoh Perhitungan.................................................................................
3.10 Kesimpulan............................................................................................
BAB IV..................................................................................................................
SIFAT FISIK TANAH (INDEX PROPERTIES)..............................................
BERAT ISI (UNIT WEIGHT).............................................................................
4.1 Tujuan....................................................................................................
4.2 Ruang Lingkup......................................................................................
4.3 Teori........................................................................................................
4.4 Peralatan Yang Digunakan..................................................................
4.6 Prosedur Pengujian...............................................................................
4.7 Perhitungan............................................................................................
4.8 Gambar Peralatan Pengujian...............................................................
4.9 Lampiran Formulir Pengujian.............................................................
4.10 Contoh Perhitungan.................................................................................
4.10 Kesimpulan............................................................................................
BAB V....................................................................................................................
INDEKS PROPERTIS (SIFAT FISIK TANAH)..............................................
BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)...........................................................
5.1 Tujuan....................................................................................................
5.2 Ruang Lingkup......................................................................................
5.3 Teori........................................................................................................
5.4 Peralatan yang Digunakan...................................................................
5.5 Bahan yang Digunakan.........................................................................
5.6 Prosedur Pengujian...............................................................................
5.7 Perhitungan............................................................................................
5.8 Gambar Peralatan Pengujian...............................................................
5.9 Lampiran Formulir Pengujian.............................................................

7
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

5.10 Contoh Perhitungan.....................................................................................


5.11 Kesimpulan..............................................................................................
BAB VI..................................................................................................................
BATAS-BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)................................
BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)........................................................................
6.1 Tujuan....................................................................................................
6.2 Ruang Lingkup......................................................................................
6.3 Teori........................................................................................................
6.4 Peralatan yang Digunakan...................................................................
6.5 Bahan yang Digunakan.........................................................................
6.6 Prosedur Pengujian...............................................................................
6.7 Perhitungan............................................................................................
6.8 Gambar Peralatan Pengujian...............................................................
6.9 Lampiran Formulir Pengujian.............................................................
6.10 Kesimpulan............................................................................................
BAB VII.................................................................................................................
BATAS – BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)................................
BATAS PLASTIS (PLASTIS LIMIT).................................................................
7.1 Tujuan....................................................................................................
7.2 Ruang Lingkup......................................................................................
7.3 Teori........................................................................................................
7.4 Peralatan Yang Digunakan..................................................................
7.5 Bahan Yang Digunakan........................................................................
7.6 Prosedur Pengujian...............................................................................
7.7 Perhitungan............................................................................................
7.8 Gambar Peralatan Pengujian...............................................................
7.9 Lampiran Formulir Pengujian.............................................................
7.10 Kesimpulan............................................................................................
BAB VIII...............................................................................................................
BATAS – BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)...............................
BATAS SUSUT (SHRINKAGE LIMIT)...........................................................
8.1 Tujuan....................................................................................................

8
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

8.2 Ruang Lingkup......................................................................................


8.3 Teori........................................................................................................
8.4 Peralatan yang Digunakan...................................................................
8.5 Bahan yang Digunakan.........................................................................
8.6 Prosedur Pengujian...............................................................................
8.7 Perhitungan............................................................................................
8.8 Gambar Peralatan Pengujian...............................................................
8.9 Lampiran Formulir Pengujian.............................................................
8.10 Kesimpulan............................................................................................
BAB IX..................................................................................................................
ANALISA UKURAN BUTIR (GRAINSIZE ANALYSIS)................................
ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS)....................................................
9.1 Tujuan....................................................................................................
9.2 Ruang Lingkup......................................................................................
9.3 Teori........................................................................................................
9.4 Peralatan yang Digunakan...................................................................
9.5 Bahan yang Digunakan.........................................................................
9.6 Prosedur Pengujian...............................................................................
9.7 Perhitungan............................................................................................
9.8 Gambar Peralatan Pengujian...............................................................
9.9 Lampiran Formulir Pengujian.............................................................
9. 10 Contoh Perhitungan................................................................................
9. 11 Kesimpulan...........................................................................................
BAB X....................................................................................................................
ANALISA UKURAN BUTIR (GRAINSIZE ANALYSIS)................................
ANALISA LUMPUR (HYDROMETER ANALYSIS).....................................
10.1 Tujuan....................................................................................................
10.2 Ruang Lingkup......................................................................................
10.3 Teori........................................................................................................
10.4 Peralatan yang Digunakan...................................................................
10.5 Bahan yang Digunakan.........................................................................
10.6 Prosedur Pengujian...............................................................................

9
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

10.7 Lampiran Formulir Pengujian...............................................................


10.9 Contoh Perhitungan.............................................................................
10.7 Gambar Peralatan Pengujian...............................................................
10.8 Kesimpulan............................................................................................
BAB XI..................................................................................................................
DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST (DCP).....................................
11.1 Tujuan....................................................................................................
11.2 Ruang Lingkup......................................................................................
11.3 Teori........................................................................................................
11.4 Peralatan yang Digunakan...................................................................
11.5 Bahan yang Digunakan.........................................................................
11.6 Prosedur Pengujian...............................................................................
11.7 Perhitungan............................................................................................
11.8 Gambar Peralatan Pengujian...............................................................
11.9 Lampiran Formulir Pengujian.............................................................
11.10 Kesimpulan.........................................................................................
12.1. MAKSUD DAN TUJUAN..........................................................................
12.2. REFERENSI MATERI..............................................................................
12.3. RUANG LINGKUP....................................................................................
12.4. LANDASAN TEORI...................................................................................
12.5. PERALATAN PENGUJIAN SONDIR (CPT).........................................
12.6. PERSIAPAN PENGUJIAN.......................................................................
12.7. PROSEDUR PENGUJIAN........................................................................
A. Pengujian Penetrasi Konus............................................................................
B. Pembacaan Hasil Pengujian...........................................................................
C. Pengulangan Langkah – langkah Pengujian............................................
D. Penyelesaian Pengujian..............................................................................
12.8. PERHITUNGAN A. Rumus – rumus Perhitungan.................................
B. Prosedur Perhitungan.....................................................................................
11.9. PELAPORAN..............................................................................................
LEMBAR DATA PRATIKUM...........................................................................
CONE PENETRATION TEST/CPT....................................................................

10
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

BAB XIII...............................................................................................................
13.1. MAKSUD DAN TUJUAN..........................................................................
13.2. REFERENSI MATERI..............................................................................
13.4. LANDASAN TEORI...................................................................................
13.5. ALAT DAN BAHAN..................................................................................
13.6. PROSEDUR.................................................................................................
13.7. PERHITUNGAN.........................................................................................
13.8. PELAPORAN..............................................................................................
LEMBAR DATA PRAKTIKUM........................................................................
PERMEABILITY TEST.....................................................................................

11
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

BAB II
PENGAMBILAN SAMPLE (SAMPLING)
BOR TANGAN (HAND BORING)

2.1 Tujuan
Pengambilan sample (sampling) ini digunakan untuk mengambil contoh
tanah sehingga dapat dilakukan pengujian di laboratorium. Dalam pengambilan
sample tanah dapat dilakukan secara mekanis (hand boring) dan hidraulik
(machine boring). Cara pengambilan sample tanah dapat dilakukan dengan
kondisi terganggu (disturbed sample) dan kondisi tanah tidak terganggu
(undisturbed sample). Dalam praktikum Mekanika Tanah I dilakukan
pengambilan sample tanah secara hand boring. Hand boring adalah pekerjaan
pengeboran tanah yang dikerjakan menggunakan tenaga tangan manusia, dengan
tujuan :
a) Mendapatkan keterangan mengenai struktur (profil) secara visual;
b) Memperoleh indikasi variasi kadar air tanah asli menurut kedalaman;
c) Mendapatkan kedalaman permukaan air tanah;
d) Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed) dan contoh tanah tidak
terganggu (undisturbed).

2.2 Ruang Lingkup


Melakukan pengambilan sampel di lapangan untuk memperoleh profil tanah
secara visual, elevasi muka air tanah dan sampling tanah untuk pengujian
dilaboratorium.

2.3 Teori
Tanah adalah material yang terbentuk dari himpunan mineral, bahan
organik/anorganik, air , endapan yang relatif lepas. Deposit tanah dapat terdiri dari
butiran-butiran dengan berbagai jenis bentuk dan ukuran. Ikatan antara butiran
tanah disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida yang mengendap

12
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

diantara butiran-butiran. Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terjadi atas


komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan, dan udara.
Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan, cair, dan udara jarang
berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti perubahan yang
terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi suhu, udara, angin, dan sinar
matahari.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik
tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat
fisik tanah di lapangan. Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang
dilakukan di laboratorium dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh
tanah relatif lebih banyak. Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di
lapangan bersifat destruktif, karena dapat merusak permukaan tanah, seperti
terjadinya lubang bekas pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan
kompleksitas sistem yang ada di dalam tanah, dan sebagainya. Sifat-sifat fisik
tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat volume (BV), berat
jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah, permeabilitas tanah, stabilitas
agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total (RPT), pori
drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum untuk
pengolahan, plastisitas tanah, pengembangan atau pengerutan tanah (COLE =
coefficient of linier extensibility), dan ketahanan geser tanah.
Kelemahan penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium, antara lain
dapat terjadi penyimpangan data akibat pengambilan contoh tanah yang tidak
tepat, metode, waktu pengambilan maupun jarak tempuh pengiriman contoh tanah
ke laboratorium yang terlalu lama/jauh, sehingga menyebabkan kerusakan contoh
tanah. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan,
misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang
menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu
dalam suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah
dilakukan menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil

13
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu
bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen.
Partikel tanah dapat dibagi menjadi dua kelompok utama:
A. Butiran Kasar
a. Kerikil (gravel) 2 mm – 150 mm
b. Pasir (sand) 0,06mm – 2mm
B. Butiran Halus
a) Lanau (silt) 0,002 mm – 0,06 mm
b) Lempung (clay) <0,0002 mm – 0,002 mm
1. Batu Kerikil dan Pasir
Golongan ini terdiri dari pecahan batu dari berbagai ukuran dan bentuk
butiran batu kerikil. Butiran batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu, atau
terdiri dari suatu macam zat mineral tertentu terutama kwartz.
2. Lempung
Lempung terdiri dari butiran-butiran yang sangat kecil menunjukkan
sifat-sifat kohesi dan plastis. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian-
bagian bahan itu melekat satu sama lain. Plastisitas adalah sifat yang
memungkinkan bentuk bahan itu rubah-rubah tanpa perubahan isi atau kembali ke
bentuk asalnya tanpa terjadi retak-retakan atau terpecah-pecah.
3. Lanau
Lanau merupakan peralihan lempung dan pasir halus. Lanau memperlihatkan
sifat kurang plastis, lebih mudah ditembus air daripada lempung, serta adanya
sifat dilatasi yang tidak terdapat pada lempung. Dilatasi adalah gejala perubahan
isi apabila diubah. Lanau sebagaimana juga pasir, menunjukkan sifat “quick”
(hidup) apabila diguncang atau digetarkan.
Pengambilan contoh tanah dilapangan untuk pengujian laboratorium terdiri
dari:
a. Contoh tanah permukaan, diperlukan untuk uji tanah laboratorium, yang
menggunakan tanah permukaan sebagai contoh tanah terganggu (misal uji
pemadatan).

14
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

b. Contoh tanah dari pekerjaan boring.


1. Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed). Contoh tanah diambil untuk
melindungi struktur asli tanah tersebut. Contoh ini di bawa ke laboratorium dalam
tempat tertutup, sehingga kadar airnya tidak berubah.
2. Hasil-hasil pengamatan melalui percobaan divisualisasi dalam bentuk
gambar profil tanah, yang menyajikan gambar struktur lapisan-lapisan tanah
terhadap kedalaman tanah dibawah titik bor. Profil tanah menjelaskan mengenai
jenis tanah, warna, tekstur, kelembapan, atau sifat-sifat lain yang dapat diamati
dilapangan.

2.4 Peralatan Yang Digunakan


a) Mata bor Auger Iwan;
b) Socket;
c) Kepala pemutar dan batang pemutar T;
d) Batang bor/pipa 6-10 buah @100 cm;
e) Kunci pipa dan kunci tabung;
f) Palu besar;
g) Tabung contoh(sample) D = 7 cm, panjang 55 cm;
h) Pacul, besi, pembersih bor, oli, kuas, lilin (parafin), container (kaleng).

2.5 Bahan Yang Digunakan

a) Air untuk memperlancar pengeboran;


b) Kantong plastik;
c) Stiker kertas untuk keterangan tanah.

2.6 Prosedur Pengujian


A. Persiapan Pengeboran.
1. Tentukan lokasi yang akan di bor;

15
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

2. Alat-alat yang diperlukan dipersiapkan dibawa ke tempat lokasi;


3. Tanah disekitar lokasi dibersihkan terhadap batu-batuan, rumput
tumputan, dan humus.
B. Pelaksanaan Pengeboran.
1. Auger Iwan dipasang pada sebuah batang bor dan pada ujung
lainnya dipasang stang pemutar;
2. Auger Iwan diletakkan pada titik yang akan dibor dengan posisi
tegak lurus dan stang pemutar menggunakan batang pemutar diputar searah jarum
jam sambil diletakkan ke bawah;
3. Setelah Auger Iwan terisi penuh oleh tanah, batang bor ditarik ke
atas, tanah dikeluarkan dan tanah tersebut diidentifikasi secara visual mengenai
jenis, warna, tekstur, dan kira-kira presentase campuran dengan jenis tanah lain.
Hasil pengamatan dicatat dalam lembar data percobaan;
4. Auger Iwan yang telah bersih dari tanah dimasukkan kembali ke
dalam lubang dan pekerjaan ini diulangi lagi hingga kedalaman yang dikehendaki.
Contoh tanah yang telah dikeluarkan dari Auger Iwan, dikumpulkan hingga
sebanyak 5 kg dan dimasukkan ke dalam kantong plastik, sebagai contoh tanah
terganggu (disturb). Kantong plastik kemudian diberi label kedalaman tanah.
Pengambilan contoh tanah dilakukan setiap 20 cm yang sebagian dimasukkan ke
dalam container untuk pemeriksaan kadar air terhadap kedalaman bor;
5. Bila batang bor sudah terlalu pendek, batang bor dapat disambung
dengan batang bor yang lain, dan seterusnya;
6. Bila telah mencapai kedalaman tertentu (interval kedalaman 2 m)
dilakukan pengambilan contoh tanah tak terganggu (undisturbed), dengan
mengganti Auger Iwan dengan batang contoh (sample tubes) dan ujung lain yang
diganti dengan kepala pemukul. Tabung contoh sebelumnya diolesi oli dengan
maksud agar contoh tanah tersebut tidak melekat, sehingga memperkecil
kerusakan tanah;
7. Tabung harus memenuhi syarat:
a Perbandingan luas tabung <10%

16
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

D02−D12
x 100 %
D 12
dimana : Do = Diameter luar tabung (m)
D1 = Diameter dalam lubang (m)
Permukaan dalam dan luar tabung harus licin.
b Ujung pemotong harus cukup terpelihara serta mempunyai bentuk
dan ukuran tertentu.
8. Tabung contoh dan batang bor dimasukkan ke dalam lubang secara
perlahan-lahan dan usahakan masuk tegak lurus. Pada bor tangan diberi tanda
kedalamn tabung yang akan dicapai sehingga kedalaman selama pemukulan tidak
melebihi tinggi tabung (dapat menyebabkan pemadatan). Tabung ditekan dengan
cara memukul bagian dari kepala pemukul hinggga mencapai batas tanda yang
telah dibuat pada batang bor. Tabung didiamkan beberapa saat agar terjadi lekatan
tanah setelah itu batang bor diputar 180° dan batang bor ditarik ke atas dengan
bantuan kunci pipa;
9. Tabung dilepas dari stang bor dengan kunci khusus;
10. Permukaan tanah dalam tabung diratakan dengan pisau kecil dan diberi
lapisan penutup dari lilin yang diencerkan, untuk menjaga kadar air tanah dalam
tabung tidak berubah. Tempelkan label kedalaman dari contoh tanah;
11. Tabung contoh harus dijaga jangan sampai terguncang-guncang atau
terkena panas matahari;
12. Tabung contoh diganti dengan Auger Iwan kembali dan pengeboran
dilanjutkan. Contoh tanah diambil dan diidentifikasi. Demikian seterusnya
dilakukan pengambilan contoh tanah terganggu pada kedalaman-kedalaman yang
diinginkan;
13. Untuk pengujian laboratorium yang memerlukan tanah permukaan
(misalnya uji pemadatan) dilakukan pengambilan contoh tanah permukaan
menggunakan cangkul hingga kedalaman 0,2 m yang bebas dari akar-akar rumput
ataupun kotoran-kotoran lainnya, kemudian dimasukkan kedalam karung.

17
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

2.7 Perhitungan
Dalam pengujian ini tidak menggunakan perhitungan secara matematis
tetapi menggunakan pengujian visual seperti yang tersebut sebelumnya.

2.8 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar 2.1 Mata Bor Auger Iwan Gambar 2.2 Palu

Gambar 2.3 Tabung Gambar 2.4 Extruder

18
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

2.9 Lampiran Laporan Pengujian

19
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

2.10 Kesimpulan
Dari praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa pada kedalaman 0-0,5 m
merupakan tanah permukaan, pada kedalaman 0,5-1,5 m merupakan tanah liat
berlumpur, pada kedalaman 1,5-3 m merupakan tanah liat berpasir, pada
kedalaman 3-5 m meruapakan tanah pasir.

20
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

BAB III
INDEKS PROPERTIS (SIFAT FISIK TANAH)
KADAR AIR (WATER CONTENT)
(ASTM D – 2216)
3.1 Tujuan
Praktikum ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah. Kadar air
tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan
berat tanah kering tersebut dinyatakan dalam persen (%).

3.2 Ruang Lingkup


Menentukan kadar air (water content) tanah dengan simbol w dan
satuannya persen (%).

3.3 Teori
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah
air yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan
dengan nyata, biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik
layu permanen adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat
daun tumbuhan yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan
kadar air secara permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban
tanah (Buckman dan Brady, 1982). Adapun komposisi massa dan volume tanah
terdiri dari :

Gambar 3.1 Komposisi Massa dan Volume Tanah


W = Berat Vs = Volume butiran Padat Vw = Volume air di dalam pori
V = Volume Vv = Volume Pori Va = volume udara di dalam pori

21
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

3.4 Peralatan Yang Digunakan


a) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110o ± 5o
C.
b) Cawan kedap udara dan tidak berkarat, dengan ukuran yang memadai. Cawan
dibuat dari glas atau logam anti karat;
c) Neraca (timbangan) dengan ketelitian 0,01gram, neraca dengan ketelitian 0,10
gram dan neraca dengan ketelitian 1,00 gram;
d) Desikator, extruder/dongkrak
e) Spatula

3.5 Bahan yang Digunakan


Tanah lolos saringan no.40.

3.6 Prosedur Pengujian


a) Timbang cawan dalam keadaan bersih;
b) Masukkan contoh tanah ke dalam cawan tersebut;
c) Cawan + tanah kemudian ditimbang beratnya (W1);
d) Masukkan cawan + tanah ke dalam oven selama ± 18 – 24 jam, sampai
beratnya konstan;
e) Keluarkan cawan + tanah dari oven menggunakan penjepit dan dinginkan
dalam desikator.
f) Setelah dingin, cawan + tanah ditimbang dan beratnya dicatat (W 2); 7) Benda
uji minimal 2 buah.

3.7 Perhitungan
a) Berat cawan + tanah basah = W1 gram
Berat cawan + tanah kering = W2 gram
Berat cawan kosong = W3 gram
Berat air (Ww) = (W2 - W1) gram

22
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Berat tanah kering (Ws) = (W2 – W3) gram


Ww
w= x 100 %
Ws

23
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

dimana :
w = Kadar air (%)
Ww = Berat air (gram)
Ws = Berat tanah kering (gram)
b) Minimal dilakukan 2 contoh tanah, kadar air tanah yang diuji merupakan kadar
air rata-rata tanah.

3.8 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar 3.2 Cawan Gambar 3.3 Timbangan

Gambar 3.4 Oven Gambar 3.5 Spatula

24
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Gambar 3.6 Desikator

25
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

3.9 Lampiran Formulir Pengujian

MOISTURE CONTENT

MOISTURE CONTENT ( ASTM D 2216 )


TEST No 1 2 3
Tare No 5 8 19
Weight Of Wet Soil + Tare (W1) (gr) 120,55 135,06 140,05
Weight Of Dry Soil + Tare (W2) (gr) 106,03 110,55 100,085
Weight Of Tare (W3) gr 30,05 35 30,5
Weight Of Water (W1-W2) (gr) 14,52 24,51 39,965
Weight Of Dry Soil (W2-W3) (gr) 75,98 75,55 69,585
Water Content (W) = (W1-W2) : (W2-W3) x 100(%) 19,11% 32,44% 57,43%
Average Of Water Content 36,33%

3.10 Contoh Perhitungan

a) Berat air = (berat tanah basah + cawan) – (berat tanah


kering + cawan)
= 120,55– 106,03
= 14,52 gr

b. Berat tanah Kering = (berat tanah kering + cawan) – (berat


cawan)
= 106,03 – 30,05
= 75,98 gr

Berat air
a) Kadar air = x 100 %
Berat tanah kering
14,52
= x 100 %
75,98
= 19,11

26
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

3.10 Kesimpulan
Dari praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa :
Berdasarkan data praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa kadar
air dipengaruhi oleh berat cawan dan berat tanah kering.

BAB IV
SIFAT FISIK TANAH (INDEX PROPERTIES)
BERAT ISI (UNIT WEIGHT)
(ASTM D-2)

4.1 Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan berat volume tanah
basah. Berat isi/volume tanah adalah perbandingan antara berat tanah termasuk
air yang terkandung didalamnya dengan volume tanah total.

4.2 Ruang Lingkup


Menentukan berat isi/volume (unit weight) tanah dengan simbol ɣ dan
satuannya merupakan satuan berat/ satuan volume.

27
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

4.3 Teori
Berat volume tanah adalah perbandingan antara berat tanah total dengan
volume tanah total. Berat volume tanah merupakan berat volume tanah asli
merupakan sifat fisik (propertis) tanah, jika diketahui kadar air tanah akan dapat
menentukan nilai berat volume kering tanah tersebut. Berat isi tanah merupakan
salah satu sifat fisik tanah yang sering ditetapkan karena berkaitan erat dengan
perhitungan penetapan sifat-sifat fisik tanah lainnya, seperti retensi air (pF),
ruang pori total (RPT), coefficient of linier extensibility (cole), dan kadar air
tanah. Berat isi tanah juga erat kaitannya dengan kepadatan tanah.

4.4 Peralatan Yang Digunakan


a) Timbangan (neraca) dengan ketelitian 0,01 gram;
b) Ring baja bersih dari karat;
c) Pisau perata;
d) Extruder;
e) Jangka sorong;
f) Kain pembersih.

4.5 Bahan yang Digunakan


Tanah asli yang akan ditentukan nilai berat volume tanahnya.

4.6 Prosedur Pengujian


a) Ring dalam keadaan bersih ditimbang (W1).
b) Ambil sample dari tabung dengan cara menekan ring tersebut pada tabung
sampai ring terisi penuh dengan menggunakan ekstruder.
c) Ratakan tanah sehingga kedua permukaan tanah memiliki elevasi sama dengan
permukaan ring dan bersihkan bagian luar ring.
d) Berat ring + tanah (W2).
e) Hitung volume tanah dengan mengukur ukuran bagian dalam ring
f) Berat tanah (W) = W2 - W1

28
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

4.7 Perhitungan
A. γ = W2-W1
v
B. γd = γ
1-w
Dimana :
γ = berat isi tanah (gr/cm3)
γd = berat isi kering tanah
W2 = berat ring + tanah
W1 = berat ring

4.8 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar 3.1 Ring Baja Gambar 3.2 Aquades

Gambar 3.3 Cawan Gambar 3.11 Timbangan

29
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Gambar 3.12 Spatula

4.9 Lampiran Formulir Pengujian


UNIT WEIGHT (g m)
TEST No 1 2 3
Ring No A B C
Weight Of Ring +Soil (W2) 150,35 155,2 150,5
Weight Of Ring (W1) 49,005 49,5 49,5
Height Of Ring (t) 1,8 1,85 1,7
Diameter Of Ring (d) 6,5 6 6,78
Volume Of Ring (V = 3,14 x r ² x t) (cm3) 59,70 52,28 61,34
Weight Of Soil (W3=W2-W1) 101,345 105,7 101
Unit Weight Density (ɣ=W3/V) (gr/cm3) 1,698 2,022 1,646
Average Unit Weight Densitygr/cm3 1,789

4.10 Contoh Perhitungan


a) Nomor Ring = 1

1
b) Volume Ring = x π x d2 x t
4
1
= x 3,14 x (6,5)2 x 1,8
4
= 59,70 cm3
c) Berat Tanah = (Berat Ring+Tanah) - Berat Ring
= 150,35 – 49,005
= 101,345 gr

30
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Berat Tanah
d) Berat Volume Tanah =
Volume Ring
101,345
=
49,005
= 1,698 gr/cm2
e) Berat Volume = 1,789 gr/cm2

4.10 Kesimpulan
Dari hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa kadar air
dapat mempengaruhi berat volume tanah. Jika ada tanah yang bercampur
dengan air maka berat tanah akan bertambah, begitupun sebaliknya.

BAB V
INDEKS PROPERTIS (SIFAT FISIK TANAH)
BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)
(ASTM D – 854)

5.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (specific gravity)
tanah yang mempunyai butiran lolos saringan no. 4 (4,75 mm) dengan
piknometer.

5.2 Ruang Lingkup


Menentukan berat jenis (spesific gravity) tanah dengan notasi Gs.

5.3 Teori
Berat jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi
massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total
volumenya. Sebuah benda memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan
memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki

31
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per
meter kubik (kg/m ). Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat
memiliki massa jenis yang berbeda. Dan suatu zat berapapun massanya,
berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
Dengan mengetahui berat jenis suatu tanah dapat diketahui suatu contoh
tanah apakah tanah tersebut organik atau anorganik. Jadi untuk tanah yang terdiri
dari campuran bahan organik maupun bahan anorganik mempunyai nilai Gs yang
tergantung dari komposisi bahan-bahan tersebut. Untuk perencanaan bangunan,
pengetahuan tentang adanya bahan organik sangat penting, karena tanah organik
berbahaya untuk tanah bangunan.

Tabel 5.1 Nilai berat jenis


Macam Tanah Gs
Kerikil 2.65 – 2.68
Pasir 2.67 – 2.68
Lanau anorganik 2.62 – 2.68
Lempung organic 2.58 – 2.63
Lempung anorganik 2.68 – 2.75
Humus 1.37
Gambut 1.25 – 1.80

5.4 Peralatan yang Digunakan


Peralatan yang digunakan pada pengujian berat jenis tanah sebagai berikut:
a) Piknometer
b) Saringan No. 40 dan pan penadah
c) Timbangan
d) Oven pengering

32
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

e) Alat pendingin (desikator) berisi silica gel.


f) Termometer
g) Bak perendam
h) Tungku listrik (cookplat)

5.5 Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan pada pengujian berat jenis tanah sebagai berikut:
A. Tanah yang digunakan pada uji berat jenis dilakukan terhadap benda uji basah
atau benda uji kering oven. Berat dari contoh uji kering oven paling sedikit 25
gram dengan menggunakan botol ukur, dan sedikitnya 10 gram apabila
menggunakan botol yang dilengkapi dengan penutupnya.
B. Contoh dengan kadar air alamiah – apabila contoh yang digunakan adalah
contoh dengan kadar air alamiah, berat tanah (W t), pada kondisi kering oven harus
ditentukan pada akhir pengujian dengana menguapkan air di dalam oven dengan
temperature 110ᵒC ± 5ᵒC (230 ± 9ᵒF). Contoh tanah lempung yang mengandung
air alamiah harus diuraikan di dalam air suling sebelum dimasukkan dalam botol
ukur 500 ml, menggunakan alat pengurai yang sesuai persyaratan SNI 03-3423-
1994 (Catatan 2).
C. Contoh tanah kering-oven – Apabila contoh tanah kering oven yang digunakan,
contoh harus dikeringkan selama paling kurang 12 jam atau sampai beratnya
tetap, dalam sebuah oven dengan temperatur 110ᵒC± 5ᵒC (230ᵒF ± 9ᵒF), dinginkan
pada temperature ruang, kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam
piknometer. Air suling harus ditambahkan ke dalam piknometer dalam
D. jumlah yang dapat menutupi contoh secara keseluruhan. Contoh harus
direndam selama paling kurang 12 jam. Pengujian berat jenis dilakukan dengan
sistem ganda (duplo) dan hasilnya dirata-ratakan

5.6 Prosedur Pengujian


Prosedur pengujian berat jenis tanah sebagai berikut:
A. Kalibrasi piknometer
Dalam kalibrasi piknometer yang dilakukan adalah sebagai berikut:

33
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

1. Piknometer dibersihkan, dikeringkan, ditimbang, dan beratnya


dicatat (W1 gram). Piknometer harus diisi dengan air suling pada temperatur
ruang. Berat piknometer dan air suling (W 4), harus ditimbang dan dicatat.
Termometer dicelupkan ke dalam air, dan temperatur (T i) diukur dan dicatat
dalam bilangan bulat.
2. Berat W4 ditentukan dari temperatur pengujian T i yang diamati,
suatu tabel dari nilai berat W4 dipersiapkan untuk satu rangkaian temperatur yang
mungkin berlaku ketika berat W3 ditentukan kemudian. Nilai dari W4 dihitung
sebagai berikut :
kerapatan air pada Tx
W 4= x (W 4 ( pada Ti )−Wi)+ W 1
Kerapatan air pada Ti
dengan:
W4 = berat piknometer dan air, dalam gram
W1 = berat piknometer, dalam gram;
Ti = temperatur air yang diamati, dalam derajat Celsius; dan
Tx = temperatur yang diperlukan/dikehendaki dalam derajat Celsius.
Tabel 5.2 Hubungan antar kerapatan relative air

(sumber : SNI 1964-2008)

B. Pengujian Berat Jenis


Urutan pelaksanaan pengujian berat jenis adalah sebagai berikut:

34
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

1. Keringkan benda uji dalam oven pada temperature 110ᵒC ± 5ᵒC selama 24
jam, setelah itu dinginkan dalam desikator;
2. Cuci piknometer atau botol ukur dengan air suling, kemudian dikeringkan
dan selanjutnya timbang (W1 gram);
3. Masukkan benda uji ke dalam piknometer atau botol ukur yang digunakan,
kemudian timbang (W2 gram);
4. Tambahkan air suling ke dalam piknometer atau botol ukur yang berisi
benda uji, sehingga piknometer atau botol ukur terisi duapertiganya;
5. Untuk benda uji yang mengandung lempung diamkan benda uji terendam
selama 24 jam atau lebih;
6. Panaskan piknometer atau botol ukur yang berisi rendaman benda uji
dengan hati – hati selama 10 menit atau lebih sehingga udara dalam benda uji ke
luar seluruhnya. Untuk mempercepat proses pengeluaran udara, piknometer atau
botol ukur dapat dimiringkan sekali – kali.
7. Rendamlah piknometer atau botol ukur dalam bak perendam, sampai
temperaturnya tetap. Tambahkan air suling secukupnya sampai penuh.
Keringkan bagian luarnya, lalu timbang (W3 gram);
8. Ukur temperature isi piknometer atau botol ukur, untuk mendapatkan
faktor koreksi (K);
9. Bila isi piknometer atau botol ukur belum diketahui, isinya ditentukan
sebagai berikut:
a) Kosongkan dan bersihkan piknometer atau botol ukur yang akan
digunakan,
b) Isi piknometer atau botol ukur dengan air suling yang
temperaturnya sama, kemudian keringkan dan timbang (W4 gram)

5.7 Perhitungan
A. Berat tanah (Wt) = W2 – W1
B. W5 = Wt +W4
C. Isi tanah = W5 -W3

35
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Wt
D. Berat Jenis (Gs) =
W 5−W 3
Dimana:
W1 = Berat piknometer
W2 = Berat piknometer + tanah
W3 = Berat piknometer + air + tanah pada temperatur 200C

5.8 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar 5.1 Piknometer Gambar 5.2 Saringan No. 40

Gambar 5.3 Timbangan Gambar 5.4 Oven pengering

36
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Gambar 5.5 Desikator Gambar 5.6 Termometer

Gambar 5.7 Botol Gambar 5.8 Tungku listrik

37
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

5.9 Lampiran Formulir Pengujian

5.10 Contoh Perhitungan


Berat piknometer + tanah = 71,05 gram
Berat piknometer = 47,5 gram
Berat tanah = W 2−W 1
= 71,05 - 47,5
= 23,55
Temperatur = 25˚C
Berat piknometer + air + tanah pada = 150,85 gram
temperature 25˚C W3
Berat piknometer + air pada 25˚C W4 = 130,9 gram

38
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

w 5=w t + w4 = w t + w4
= 23,55 + 130,9
= 154,45gram

Isi tanah = w 5−w 3


= 154,45 - 150,85
= 3,6 cm 3

Berat jenis (GS) WT


=
W 5−W 3
23,55
=
154,45−150,85
= 6,542

Rata - Rata = 3,987

5.11 Kesimpulan
berdasarkan hasil data pengujian berat jenis, berat rata rata yang
didapat adalah 3,987 gr karena berat tanah dan isi tanah mempengaruhi
berat jenis.

BAB VI
BATAS-BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)
BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)
(ASTM D-4318)

6.1 Tujuan
Untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair dalam
satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis, plastis, serta kemampuan dari
tanah (perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah,
serta untuk mengetahui apakah tanah mengandung zat-zat organis atau tidak.

39
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

6.2 Ruang Lingkup


Mencari batas-batas/angka-angka atterberg seperti batas cair/liquid limit
(wL/LL) dari tanah berbutir halus dan mencari sifat fisis, plastis, serta sifat
kemampatan dari tanah dan klasifikasi tanah serta mengetahui apakah tanah itu
mengandung zat-zat organis atau tidak.

6.3 Teori
Batas cair tanah adalah keadaan antara cair dan plastis/keadaan air tanah
bisa diputar 25 kali ketukan dengan alat Cassagrande, tanah sudah dapat merapat
(sebelumnya terpisah dalam jalur yang dibuat dengan grooving tool). Batas cair
didefinisikan sebagai kadar air yang paling rendah dimana tanah berada dalam
keadaan cair atau suatu keadaan dimana tanah berubah dari keadaan cair menjadi
plastis. Batas cair dalam persen berat kering, dimana kedua penampang tanah
yang hampir bersentuhan tetapi tidak saling melimpahi satu terhadap yang lain
Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air masing-
masing sample, kemudian digambar dalam bentuk grafik. Jumlah ketukan
(pukulan) sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma sedangkan nilai kadar
air sebagai sumbu tegak dengan skala.
Dengan membuat garis lurus melalui titik-titik tersebut atau jika diperoleh
titik-titik tersebut tidak pada satu garis lurus, maka garis lurus dibuat sebagai
garis regresi linear dari ketiga garis tersebut. Kadar air pada batas cair ditentukan
pada jumlah ketukan (pukulan) 25.
Kadar air inilah yang disebut batas cair (Liquid Limit). Penentuan LL
dapat juga ditentukan berdasarkan persamaan berikut:

[ ]
0,121
N
LL = w L =W N
25
dimana : wN = kadar air pada ketukan N
N = jumlah ketukan

Adapun skema batasan kondisi tanah sebagai berikut:

40
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Semi Solid
Solid Plastis Cair
Semi Plastis
Ws Wp WL Kadar air (%)

Gambar 6.1 Kondisi Tanah

6.4 Peralatan yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam pengujian batas cair sebagai berikut:

a) Alat pembuat alur (grooving tool);


b) Timbangan dengan ketelitian 0,01 graml;
c) Cawan kadar air ± 3 buah, desikator;
d) Spatula, sendok berupa alat batas cair standard;
e) Oven yang dilengkapi dengan pengukuran suhu untuk memanasi sampai
(110±5)o C;
f) Plat kaca, mangkok porselin, pisau dempul, botol tempat air suling;
g) Cassagrande.

6.5 Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan dalam pengujian batas cair sebagai berikut:

a) Tanah asli yang lolos saringan No,40 (kering udara);


b) Air suling;
c) Kertas semi logaritma.

6.6 Prosedur Pengujian


Prosedur pengujian batas cair sebagai berikut:

a) Siapkan contoh tanah lolos saringan nomor 40 (kering udara)


sebanyak ±100 gram;
b) Letakkan contoh tanah tersebut diatas plat kaca;

41
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

c) Dengan menggunakan spatula, aduk contoh tanah dengan menambahkan


air sedikit demi sedikit sampai contoh tanah homogen;
d) Ambil sebagian contoh tanah yang sudah homogen dan taruh dalam
cawan batas cair (cawan casagrande);
e) Ratakan permukaannya sehingga sejajar dengan dasar/alas alat casagrande
dan bagian yang paling tebal harus kurang lebih 1 cm;
f) Buat alur pada contohn tanah tersebut dengan membagi dua contoh tanah
menggunakan grooving tool. Caranya dengan menarik grooving tool yang tegak
lurus permukaan cawan casagrande sepanjang diameter cawan;
g) Putar alat casagrande sehingga cawan naik turun dengan kecepatan 2
putaran/detik;
h) Hentikan pemutaran apabila pada ketukan antara 40 – 50 alur sudah
tertutup sepanjang kurang lebih 1,25 cm, kemudian catat jumah ketukannya;
i) Ambil sebagian contoh tanah tersebut, masukkan ke dalam cawan yang
sudah diketahui beratnya, timbang contoh tanah + cawan dan masukkan ke dalam
oven selama 24 jam;
j) Keluarkan contoh tanah + cawan dan dinginkan dalam desikator,
kemudian untuk mengetahui kadar airnya;
k) Ulangi percobaan diatas minimal 3 kali dengan variasi kadar air yang
berbeda, sehingga akan diperoleh perbedaan jumlah pukulan (ketukan sebesar 8 –
10 pukulan.

6.7 Perhitungan
Batas cair tanah yaitu jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah.
Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang yang menunjukkan jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan tanah dalam keadaan alami.
Pada hasil percobaan menggunakan cassagrande di peroleh data cawan 1
timbang kosong mempunyai berat 26,45 gr, kemudian setelah ditambahkan
sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan
grooving tool mempunyai berat 173,15 gr, dan setelah di oven beratnya menjadi
101,55,44 gr. Pada cawan 2 timbang kosong mempunyai berat 26,54 gr,

42
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah
cawan dengan menggunakan grooving tool mempunyai berat 164,54 gr, dan
setelah dioven beratnya menjadi 102,44 gr. Pada cawan 3 timbang kosong
mempunyai berat 30,41 gr, kemudian setelah ditambahkan sampel tanah yang
diambil dari bagian tengah cawan dengan menggunakan grooving tool
mempunyai berat 151,74 gr, dan setelah dioven beratnya menjadi 100,11 gr. Pada
cawan 4 timbang kosong mempunyai berat 26,15 gr, kemudian setelah
ditambahkan sampel tanah yang diambil dari bagian tengah cawan dengan
menggunakan grooving tool mempunyai berat 164,50 gr, dan setelah dioven
beratnya menjadi 108,15 gr
Dari hasil percobaan cassagrande (batas cair) diperoleh data kadar air
(Ka) untuk cawan 1 = 95,34%, cawan 2 = 81,82%, cawan 3 = 74,07%, dan cawan
4 = 68,72% . Dengan ketukan masing-masing sebesar 10, 20, 30 dan 40.
Pengolahan tanah seharusnya pada kandungan air tanah yang tepat, yaitu
tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Faktor tumbuhan dan iklim
mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diadsorpsi dengan
efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan,
keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti.
Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan
berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat
hilang melalui saluran evaporasi permukan tanah. Diantara sifat khas tanah yang
berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan
kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. Banyaknya
kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture
tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain
dipengaruhi oleh tekstur tanah. tekstur kasar mempu menahan air yang lebih kecil
daripada tanah yang teksturnya halus. (Hardjowigeno, S., 1987).

43
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

6.8 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar 6.3 Spatula Gambar 6.4 Casagrande

Gambar 6.5 Cawan Gambar 6.6 Grooving Tool

Gambar 6.7 Oven Gambar 6.8 Timbangan

44
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

6.9 Lampiran Formulir Pengujian

Gambar 6.2 Batas cair

( )
0,121
N
LL = Wn x
25

45
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

( )
0,121
N
LL1 = Wn x
25

x ( )
0,121
N
LL2 = Wn
25

x ( )
0,121
N
LL3 = Wn
25

x ( )
0,121
N
LL4 = Wn
25
6.10 Kesimpulan
Dari hasil pengujian di atas batas cair (Liquid Limit) dapat diperoleh jumlah
perhitungan kadar air dalam bentuk persen (%) yaitu 79,98% yang menentukan
grafik batas cair pada ketukan ke-25 yang telah didapat dari pengujian.

46
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

BAB VII
BATAS – BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)
BATAS PLASTIS (PLASTIS LIMIT)
(ASTM D-4318)

7.1 Tujuan
Untuk menetukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas plastis dalam
satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis, plastis, serta kemampatan dari
tanah ( perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklarifikasikan tanah,
serta untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organis atau tidak.

7.2 Ruang Lingkup


Mencaribatas-batas/angka-angka Atterberg seperti batas plastis / plastic limit
(wp / PL), indeks plastisitas, indeks likuid, dan indeks konsistensi dari tanah
berbutir halus dan mencari sifat fisis, plastis, serta sifat kemampuan dari tanah dan
klarifikasi tanah serta mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organis
atau tidak.

7.3 Teori
Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan sutau tanah
yang merupakan kadar air pada keadaan plastis dan keadaan semi solid. Batas ini
didefinisikan sebagai kadar air yang dinyatakan dalam persen (%) dimana apabila
tanah digulung sampai mencapai diameter 1/8 inch (3.2 mm) menjadi retak-retak.
Ukuran keplastisan tanah disebut indeks plastis (PI), yaitu
PI = LL – PL
w−PL
IL =
IP
¿−w
IC =
IP

47
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Dimana : PI/IP = IndeksPlastisitas (Plasticity Index)


LL = Batas Cair (Liquid Limit)
PL = Batas Plastis (Plastic Limit)
IL = Indeks Liquidity
IC = Indeks Consistency

Gambar 4.1 Grafik Hubungan LL dengan PI

7.4 Peralatan Yang Digunakan


a) Kertas dengan diameter 3 mm
b) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
c) Cawan kadar air ± 2 buah, desikator
d) Oven pemanas (110 ± 5 )º C
e) Plat kaca, mangkok porselin, pisau/sedok dempul, botol tempat air suling.

7.5 Bahan Yang Digunakan


a) Tanah asli yang lolos saringan No. 40 (kering udara)
b) Air suling.

7.6 Prosedur Pengujian


A. Persiapan Pengujian
1. Siapkan tanah lolos saringan No. 40 (kering udara)

48
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

2. Alat – alat dibersihkan


3. Mengkalibrasi timbangan yang akan digunakan
4. Menyiapkan botol penyemprot dan air suling
5. Cawan yang diperlukan disiapkan dan ditimbang.
B. Pelaksanaan Pengujian
1. Ambil sampel tanah ± 20 gram yang lolos saringan No. 40, letakkan benda
uji di atas pelat kaca, kemudian diaduk sehingga kadar airnya merata
2. Setelah kadar air cukup merata, buatlah bola – bola tanah dari benda uji itu
seberat 8 gram, kemudian bola – bola tanah itu diroling diatas plat kaca dilakukan
dengan maju mundur kecepatan 80 – 90 rolling per menit
3. Rolling dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang silinder
dengan diameter 3 mm. Kalau dalam waktu roling itu ternyata sebelum benda uji
mencapai 3 mm sudah retak maka benda uji disatukan kembali ditambah air
sedikit dan diaduk sampai rata. Jika tanah yang diroling mancapai diameter < 3
mm tanpa menunjukkan retak-retakan, maka contoh perlu dibiarkan beberapa saat
di udara agar kadarairnya berkurang sedikit. Kumpulkan batang – batang silinder
tanah tersebut dalam dua moisture can dan dalam satu moisture can sebanyak 5 –
8 gram untuk menentukan kadar airnya
4. Pengadukan dan rolling diulangi terus sampai retak – retakan itu terjadi
pada saat gelengan mempunyai diameter 3 mm dan perlu diperiksa kadarairnya.

7.7 Perhitungan
a) Hitung kadar air dimana kadar air tersebut adalah nilai batas plastis (PL)
yang dinyatakan dalam persen (%)
b) Hitung ukuran keplastisan tanah/IndeksPlastis (PI) = LL – PL
c) Plot harga IP dan LL pada Plasticity Chart untuk mengetahui tipe
tanahnya.

49
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

7.8 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar 4.2 Spatula Gambar 4.3 Oven

Gambar 4.4 Timbangan Gambar 4.5 Cawan

50
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

7.9 Lampiran Formulir Pengujian

Tabel 7.1 Batas Plastis

Perhitungan:

( )
0,121
N
LL = Wn x
25

=W x ( )
0,121
N
LL1 n
25

=W x ( )
0,121
N
LL2 n
25
LLrata2 = LL1 + LL2

51
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

PLrata2 = PL1 + PL2


IP = LLrata2 – PLrata2

7.10 Kesimpulan
Pada pengujian batas plastis (plastis limit) menghasilkan nilai indeks plastis
sebesar 53,73% yang menyatakan bahwa contoh tanah kelompok kami merupakan
jenis tanah pasir.
BAB VIII
BATAS – BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)
BATAS SUSUT (SHRINKAGE LIMIT)
(ASTM D-4318)
8.1 Tujuan
Untuk menentukan kadar air suatu tanahpada keadaan batas susut dalam
satuan persen(%), dapat mengetahui sifat fisis, plastis, serta kemampatan dari
tanah( perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklarifikasikan tanah,
serta untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organis atau tidak.

8.2 Ruang Lingkup


Mencari batas-batas/angka-angka atterberg seperti batas susut/shrinkage
limit (ws/SL) dari tanah berbutir halus dan mencari sifat fisis, plastis, serta sifat
kemampuan dari tanah dan klasifikasi tanah serta mengetahui apakah tanah itu
mengandung zat-zat organis atau tidak.

8.3 Teori
Tanah akan menyusut apabila air yang dikandung secara perlahan – lahan
hilang dari dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus-menerus tanah akan
mencapai suatu tingkat keseimbangan dimana peambahan kehilangan air tidak
akan mengakibatkan perubahan volume. Kadar air dinyatakan dalam persen
dimana perubahan volume suatu massa tanah berhenti didefinisikan sebagai batas
susut.Dengan pasta tanah sampai padat dan tidak ada udara yang terjebak di
dalamnya. Sampel tersebut ditimbang sebelum kemudian di oven dan dikeluarkan

52
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

setiap 15 menit untuk ditimbang kembali. Hal ini dilakukan sampai sampel
mengalami penurunan kadar air yang konstan. Batas susut dapat dihitung melalui
persamaan berikut:

SL= ( WoVo −1
Gs ) x 100 % atau SL=( w−
Wo )
V −Vo
x 100 %

Dimana:
SL = Batas susut tanah (kadar air tanah)
Wo = Berat benda uji setelah kering
Vo = Volume benda uji setelah kering
Gs = Berat jenis tanah
W = Kadar air tanah basah yang diisi pada container
V = Volume tanah basah
Wo
Angka susut ( Shrinkage Ration=SR )=
Vo
Adapun beberapa hubungan nilai-nilai atterberg dengan sifat-sifat tanah adalah
sebagai berikut:
Tabel 8.1 Indeks Plastisitas dan Batas Susut
Potensi Indeks Plastisitas, IP (%) Batas Susut,
Perubahan Daerah Kering Daerah Basah SL(%)
Volume
Kecil 0 – 15 0 – 30 >12
Sedang 15 – 30 30- 50 10 – 12
Besar > 30 > 50 < 10
Tabel 8.2 Kategori Kadar Air
Kadar Air (%) Pasir (Sand) Lanau (Silt) Lempung (Clay)
Batas Cair, LL 15 – 20 30 – 40 40 – 150
Batas Plastis, PL - 20 – 40 25 – 50
Indeks Plastisitas, 0 10 – 25 10 – 100

53
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

IP
Batas Susut, SL 12 - 18 14 - 25 8 - 35

8.4 Peralatan yang Digunakan


a) Evaporating dish, porselen diamater ± 4,5 inch.
b) Spatula (sundip/sendok), panjang ±inch, lebar ±3/4.
c) Cawan susut, dasar rata, diameter ± 13/4inch, tinggi ±1/2, terbuat dari
poselen/monel.
d) Mistar logam (straight edge), plat kaca (prong plate). Timbangan
ketelitian 0,01 gram.
e) Cawan glas, cangkir, permukaan rata, diameter ± 2 inch, tinggi ± 1 inch.
f) Gelas ukur, 25 ml, dengan ketelitian 0,2 ml.
8.5 Bahan yang Digunakan
a) Tanah asli yang lolossaringan No. 40 (keringudara);
b) Air raksa

8.6 Prosedur Pengujian


A. Persiapan Benda Uji
1. Siapkan tanah lolos saringan No.40 (kering udara) 30 gram
2. Alat-alat dibersihkan, mengkalibrasi timbangan yang akan
digunakan
3. Menyiapkan botol penyemprot dan air suling
4. Cawan yang diperlukukan disiapkan dan ditimbang
B. Pelaksanaan Pengujian
1. Letakan contoh tanah dalam cawan dan campur baik-baik dengan
air suling (aquades) secukupnya untuk mengisi seluruh pori-pori tanah
menyerupai pasta, sehingga mudah diisikan kedalam cawan penyusut sampai
tanpa membawa serta masuk gelembung-gelembung udara. Banyaknya air yang
dibutuhkan kira-kira sama atau sedikit lebih besar dari batas cair. Pisahkan
segumpal pasta tanah yang di tentukan kadar airnya. (W)

54
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

2. Bagian dari dalam cawan penyusut dilapisi tipis oleh vasilin atau
grease (stempet) yang kental untuk mencegah melekatnya tanah pada cawan
sesudah itu cawan penyusut ditimbang, beratnya = W1
3. Contoh pasta tanah dimasukkan ke dalam cawan susut sampai
cawan susut yang susah 1/3 nya terisi pasta tanah tersebut lalu diketuk-ketuk, kira-
kira 1/3 nya diatas permukaan yang kokoh diberi bantalan beberapa lembar kertas
atau bahan lain sampai tanah padat dan semua udara didalamnya terbawa ke
permukaan. Tambah pasta tanah lagi dan terus diketuk-ketuk sampai cawan terisi
penuh dan kelebihan tanah sehingga meluber ke pinggiran cawan. Tanah
kelebihan tersebut kemudian dipotong dengan straight edge. Semua tanah yang
melekat diluar cawan dibersihkan.
4. Setelah diratakan dan dibersihkan, ditimbang dengan segera berat
cawan susut + berat tanah basah = W2 gram. Pasta tanah dibiarkan mengering di
udara sehingga warna pasta tanah berubah dari tua menjadi muda lalu dimasukkan
ke dalam oven (dikeringkan). Setelah kering betul, ditimbang : berat cawan +
tanah kering = W3 gram. Timbang berat cawan koosng berish dan kering = W 1
gram.
5. Volume cawan susut = volume tanah basah, diukur dengan diisi
penuh sampai meluap dengan air raksa, buang yang kelebihan dengan cara
menekan plat kaca kuat-kuat di atas cawan, ukur dengan gelas ukur banyaknya air
raksa yang tinggal dalam cawan susut = volume tanah basah = V
6. Volume tanah kering diukur dengan mengeluarkan tanah kering
dari cawan susut lalu dicelupkan ke dalam cawan gelas yang penuh dengan air
raksa.
7. Caranya sebagai berikut :
a. Cawan gelas diisi penuh dengan air raksa dan kelebihan air
raksa dibuang dengan cara menekan plat kaca
b. Air raksa yang tertekan keluar dari cawan gelas dibersihkan
c. Letakkan cawan gelas yang beriisikan air raksa itu ke dalam
cawan gelas yang lebih besar
d. Letakkan tanah kering diatas air raksa pada cawan gelas

55
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

e. Tekan hati-hati tanah kering itu kedalam air raksa dengan


menggunakan “prong plate”, sampai rata dengan bibir cawan. Perhatikan betul-
betul jangan sampai ada udara yang terbawa masuk ke dalam air raksa
f. Air raksa yang tumpah, diukur volumenya dengan gelas
ukur =volume tanah kering = Ws
8.7 Perhitungan
a) Menghitung kadar air alami (w)
b) Menghitung berat air raksa
Berat air raksa = (berat air raksa + dish kaca) – berat dihs kaca
= (W5 – W1) gram
c) Menghitung volume tanah basah
Volume tanah basah = volume cawan cm3
d) Menghitung volume tanah kering
berat air raksa
Volume tanah kering =
BJ air raksa(13,6)
e) Menghitung batas susut (SL)
volume tanah basah−volume tanahkering
SL = w – ( x 100 % )
berat tanah kering
(V −Ws)
=w–( x 100 % )
(W 3−W 1)
8.8 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar 8.1 Plat Kaca Gambar 8.2 CawanSusut

56
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Gambar 8.3 Raksa Gambar 8.4 Spatula

8.9 Lampiran Formulir Pengujian


Tabel 8.3 Batas Susut

LEMBAR PRINT OUT

ATTERBERG LIMIT TEST


( ASTM D 423 & D 424 )
PEMBANGUNAN JALAN TOL MANADO - BITUNG

LOCATION RUAS TOL MANADO - BITUNG


BORE HOLE No BG - 03 DATE OF TEST 13/01/201
7
SAMPLE No UDS - 1 TESTED BY ANTO
SAMPLE DEPTH 0,50 ~ 1,00 m CHECKED BY HERI. G

SHRINKAGE LIMITS

TEST No 1 2

Berat cetakan gr 16.00 21.50


Berat cetakan + contoh tanah basah gr 47 44.70
Berat cetakan + contoh tanah kering gr 35.55 35.05
Berat air gr 11.45 9.65
Berat contoh tanah kering (Wo) gr 19.55 13.55
Volume contoh tanah basah ml 18.00 13.00
Volume contoh tanah kering ml 11.50 8.30
Kadar air % 58.56 71.21

57
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Batas susut % 25.31 36.52


Rasio susut 1.7 1.63
Rata-rata 30.91

Deskripsi perhitungan Batas Plastis pada sampel 1 :


1. Berat air = 47 – 35,55 = 11,45 gram
2. Berat contoh tanah kering = 35,55 – 16 = 11,50 gram
( w 1−w 2)
3. Kadar air = × 100 %
( w 2−w 3)
( 47−35,55)
= x 100%
35,55−16
= 58,56%
1 2 1 2 3
4. Volume tanah basah (v) = π d t = π ( 3,673 ) ×1,7=18 c m
4 4
( berat air raksa+ dish kaca )−berat dish kaca
5. Volume tanah kering (vo) =
BJ air raksa
= 11,50 cm3
6. Shrinkage Limit (SL) = w - ¿ x 100% )
18−11,50
= 58,56−( ×100 %)
19,3
= 25,31 %
Gambar 8.5 Grafik Casagrande

58
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

8.10 Kesimpulan
Dari hasil pengujian di lapangan menghasilkan nilai SL = 25,31%. Adapun
dan nilai SL yang dipakai yaitu 25.
BAB IX
ANALISA UKURAN BUTIR (GRAINSIZE ANALYSIS)
ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS)
(ASTM D-421)

9.1 Tujuan
Menentukan distribusi butiran suatu contoh tanah (pasir dan kerikil) sebagai
dasar untuk mengklasifikasikan macam-macam tanah.

9.2 Ruang Lingkup


Menentukan distribusi butiran tanah serta menentukan klasifikasi jenis tanah
dan membandingkan persentase butiran kerikil dan pasir.

59
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

9.3 Teori
Secara umum tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu butiran padat, air dan udara.
Sifat-sifat suatu macam tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirannya.
Ukuran butirannya menentukan klasifikasi tanah tersebut. Untuk butiran kasar
dipakai cara penyaringan dalam penentuan ukuran butiran tanah. Tanah
dikeringkan dan disaring pada serangkaian saringan dengan ukuran diameter
saringan tertentu dari mulai yang kasar hingga halus. Dengan demikian butiran
tanah terpisah menjadi beberapa bagian dengan batas ukuran yang diketahui.
Analisis saringan agregat adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan
untuk menentukan presentase berat butiran agregat yang lolos dalam suatu set
saringan, yang angka persentase kumulait digambarkan pada grafik pembagian
butir. Ukuran butir yang maksimum dan agregat ditunjukan dengan saringan
terkecil dimana agregat tersebut masih bisa lolos 100%. Ukuran nominal
maksimum agregat adalah ukuran saringan maksimum agregat adalah ukuran
saringan yang terbesar dimana diatas saringan tersebut terdapat sebagian agregat
yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan gradasi agregat di kontrol oleh
spesifikasi susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh dalam perencanaan
suatu perkerasan..
Ukuran butiran tanah ditentukan dengan menyaring sejumlah tanah
melalui seperangkat saringan yang disusun dengan lubang yang paling besar
berada paling atas dan makin kebawah makin kecil. Jumlah tanah yang tertahan
pada saringan tersebut disebut salah satu dari ukuran butir sampel tanah.

9.4 Peralatan yang Digunakan


Peralatan yang digunakan untuk uji analisa saringan yaitu :
a) Nomor saringan standar yang akan digunakan adalah nomor saringan 4
(4,75 mm), 10 (2,00 mm), 20 (0,85 mm), 40 (0,42 mm), 60 (0,25 mm), 100 (0,15
mm), 200 (0,075 mm) dan pan.
b) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
c) Mesin pengguncang saringan (sieve shaker).

60
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

d) Oven.
e) Talam, kuas, sikat kuningan, sendok.

9.5 Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan dalam pengujian ini yaitu tanah sebanyak +_ 350 gram.

9.6 Prosedur Pengujian


Berikut prosedur pengujian yang di lakukan :
a) Siapkan contoh tanah kering sebanyak 350 gr, kemudian direndam dengan
menambahkan air selama 24 jam.
b) Saring contoh tanah tersebut dengan saringan nomor 200, tambahkan air
sedikit demi sedikit sehingga didapat yang lolos kurang lebih 50 gram. Contoh
tanah yang lolos saringan dikeringkan dalam oven selama 24 jam untuk pengujian
hidrometer.
c) Contoh tanah yang tertahan saringan nomor 200 dikeringkan dalam oven
selama 24 jam untuk pengujian analisa saringan.
d) Keluarkan dan dinginkan dalam desikator.
e) Saring contoh tanah dengan saringan nomor (4,75 mm) yang diletakkan
paling atas, dilanjutkan dengan saringan-saringan nomor 10 (2,00 mm), 20 (0,85
mm), 40 (0,42 mm), 60 (0,25 mm), 100 (0,15 mm), 200 (0,075 mm) dan pan.
f) Contoh tanah dalam saringan diguncang dengan tangan atau dengan mesin
pengguncang/pengayak (sieve shaker) kurang lebih 15 menit.
g) Contoh tanah yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang.

9.7 Perhitungan
Adapun perhitungan untuk analisis butir tanah yaitu :
a) Menghitung berat total
Berat total = ∑ Berat tanah yang tertahan dalam saringan
b) Menghitung berat tertahan untuk masing-masing ukuran saringan secara
kumulatif

61
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

c) Menghitung persentase tanah yang tertahan pada setiap saringan dengan


rumus
jumlah berat tertahan
Persentase tanah tertahan = × 100%
∑ berat tertahan
d) Menghitung persentase tanah yang lolos pada setiap saringan
Persentase yang lolos = 100% – persentase tanah tertahan

9.8 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar 9.1 Sieve Shaker

Gambar 9.2 Timbangan

62
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Gambar 9.3 Oven

9.9 Lampiran Formulir Pengujian


Pekerjaan : Praktikum Tanggal : 2 April 2019
No. Log Bor : 1 Dikerjakan : Kelompok 2F
Lokasi : Belakang Gd. 21 Dihitung : Kelompok 2F
Kedalaman : 2 m s/d 2,50 m Diperiksa : Asisten

Tabel 9.1 Data Analisa Ayak


\ANALISA SARINGAN (SIEVE
ANALYSIS)

Nomor Berat Jumlah berat Jumlah


Tertahan Tertahan Persen (%)
Tertahan Lolos

4,76 mm No. 4 0 0 0 100


2,00 mm No. 10 79,07 79,07 20,30872759 79,69127241
1,60 mm No. 16 66,54 145,61 17,09046078 62,60081163

63
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

1,19 mm No. 20 35,22 180,83 9,046077978 53,55473365


0,84 mm No. 30 66,34 247,17 17,0390918 36,51564186
0,59 mm No. 40 50 297,17 12,84224585 23,673396
0,42 mm No. 50 6,61 303,78 1,697744902 21,9756511
0,279 mm No. 60 8,85 312,63 2,273077516 19,70257359
0,177 mm No. 80 13,68 326,31 3,513638465 16,18893512
0,149 mm No. 100 4,81 331,12 1,235424051 14,95351107
0,074 mm No. 200 8,22 339,34 2,111265218 12,84224585
pan 50 389,34 12,84224585 0

kesimpulan: Terdapat kekurangan dalam 3,09 gram dalam jumlah berat tertahan yang
seharusnya 350 gram karena tertahan di saringan.

ANALISIS SARINGAN
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.1 1 10
DIAMETER OF PARTICLE (mm)

Data yang digunakan dalam contoh perhitungan.


9. 10 Contoh Perhitungan
% Tertahan = jumlah berat tertahan
x 100%
350
= 79,07
x 100%
389,34
= 20,309
% Lolos = 100% - %tertahan
= 100% - 20,309
= 79,691

9. 11 Kesimpulan
Analisa USCS :
0 % lewat saringan no. 200 >> Tanah berbutir kasar

64
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

5,972 % tinggal pada saringan no. 4 >> Pasir (S)


0 % lewat saringan no. 200 >> Uji kurva distribusi
butiran (SW/SP)
SW : Cu > 4, 1 < Cc < 3
D60
Cu =
D10
1
=
0,07
= 14,286
2
D 30
Cc =
D 10 x D 60

(0,125)2
=
0,07 x 1
= 0,223
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dan analisa berdasarkan
sistem USCS, sampel tanah yang diambil merupakan tanah pasir bergradasi
buruk.

Analisa AASHTO
0 % lewat saringan no. 200 >> Bahan berbutir kasar
80,094 % lewat saringan no 10 >> A-2 / A-3 / A-1-b
48,983 % lewat saringan no 40 >> A-2 / A-1-b
0 % lewat saringan no. 200 >> A-2 / A-1-b
LL 43% >> A-2-4 / A-2-6
IP 23,123 % >> A-2-6
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dan analisa berdasarkan
sistem AASHTO, sampel tanah yang diambil merupakan kerikil atau pasir
lanauan atau lempungan.

65
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

BAB X
ANALISA UKURAN BUTIR (GRAINSIZE ANALYSIS)
ANALISA LUMPUR (HYDROMETER ANALYSIS)
(ASTM D-422)

10.1 Tujuan

Menentukan persentase kadar lumpur dalam suatu tanah, menentukan


distribusi butiran suatu contoh tanah (lanau atau lempung).

10.2 Ruang Lingkup

Menentukan distribusi tanah dan menentukan klasifikasi jenis tanah dan


membandingkan hasil persentase butiran tanah lanau dan lempung.

10.3 Teori

Alat hydrometer yang digunakan makin lama makin turun ke bawah jika
lumpur makin mengendap, sehingga alat hydrometer pada waktu tertentu
menunjukan angka nol dan hal itu berarti bahwa lumpur sudah mengendap.
Percobaan ini di dasarkan pada hubungan antar kecepatan jatuh dari suatu butiran
didalam suatu larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat jenis larutan dan
kepekaan larutan.
Lumpur memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan
keberhasilan suatu operasi pemboran sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari
lumpur tersebut seperti densitas, viskositas, gel strength ataupun filtration loss.
Densitas lumpur berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai
penahan tekanan formasi. Dengan densitas lumpur yang terlalu besar akan
menyebabkan lumpur hilang ke formasi (losscirculation), sedangkan apabila
densitas lumpur bor terlalu kecil akan menyebabkan kick (masuknya fluida
formasi ke dalam lubang sumur). Oleh karena itu, densitas lumpur harus
disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor. Densitas lumpur dapat

66
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

menggambarkan gradien hidrostatik dari lumpur bor dalam psi/ft. Namun, di


lapangan umumnya dipakai satuan pound per gallon (ppg).

10.4 Peralatan yang Digunakan

a) Hydrometer tipe 151 H atau 152 H


b) Gelas ukur dengan kapasitas 1000 ml, 250 ml, dan 50ml
c) Mixer (pengaduk)
d) Stopwatch
e) Termometer dengan ketelitian 0,1°C
f) Cawan, gelas kaca dan pengaduk kaca

10.5 Bahan yang Digunakan

a) Contoh tanah kering oven lolos saringan No. 200 atau contoh tanah sisa
pencucian pada pencucian pada percobaan Sieve Analysis seberat ±50 gram
b) Air suling/ledeng
c) Water glass/sodium silikat (Na2SiO3) untuk tanah yang bersifat asam
d) Sodium metafosfat/calgon (NaPO3) untuk tanah yang bersifat alkali/basa

10.6 Prosedur Pengujian

A. Persipan Pengujian
1. Ambil contoh tanah secukupnya kemudian beratnya ditimbang
±50 gram,
2. Contoh tanah yang sudah di timbang, direndam selama ±24 jam,
3. Contoh tanah yang sudah direndam, kemudian dicuci dengan
saringan no. 200,
4. Contoh tanah yang lolos saringan No. 200, kemudian dilakukan
analisa hidrometer.

67
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

B. Pelaksanaan Pengujian
1. Contoh tanah yang lolos saringan No. 200, kita biarkan hingga
mengendap,
2. Endapan tersebut dimasukan kedalam gelas, kemudian dikocok ke
arah horizontal sebanyak 18 kali kurang lebih 1 menit,
3. Sejalan dengan langkah kedua, siapkan pula alat hidrometer
beserta stopwatch,
4. Ketika tabung selesai dikocok, segera masukkan alat hidrometer.
Detik ke-15 pembacaan dilakukan, lalu detik ke-30, menit ke-1, dan menit ke-2.
Pembacaan dihentikan dan tabung dikocok kembali, lalu pembacaan dilakukan
seperti langkah di atas hingga mendapat harga yang sama (umumnya dilakukan 3
kali pembacaan). Hal ini dilakukan untuk mengetahui larutan homogen,
5. Setelah itu biarkan air agak tenang, lalu masukkan kembali alat
hidrometer dan dilakukan pembacaan pada interval waktu 15, 30, 60, dan 120
detik dan 5, 15, 30, 60, 250, dan 1440 menit.
10.7 Lampiran Formulir Pengujian

t T Ra Rc N R L L/t K D %
0,25 28 40 42,5 85 40,5 9,7 38,8 0,01244 0,07 21,794
7
0,5 28 40 42,5 85 40,5 9,7 19,4 0,01244 0,05 21,794
4
1 28 37, 40 80 38 10, 10,1 0,01244 0,03 20,512
5 1 9
2 28 36 38,5 77 36,5 10, 5,2 0,01244 0,02 19,743
4 8
5 28 35 37,5 75 35,5 10, 2,12 0,01244 0,01 19,23
6 8
15 28 29 31,5 63 29,5 11, 0,77 0,01244 0,01 16,153
5 1
30 28 11 13,5 27 11,5 14, 0,48 0,01244 0,00 6,923
5 8
1440 27 2 29 58 2,5 16 0,01 0,01258 0,00 2,564
1

68
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

10.9 Contoh Perhitungan

A. Rc = Ra – Zerro correction + Ct
Dimana : Ra = bacaan aerometer
Ct = diperoleh dari tabel berdasarkan
temperatur
Zerro correction = tergantung alat yang digunakan
( Rc ×a )
% Finner ( N )= ×100 %
B. Ws

Dimana: a = diperoleh dari table berdasarkan nilai Gs


Ws = berat tanah kering
C. R = Ra + 0.5

D. D = K × √ L
t
Dimana : K diperoleh dari tabel
L diperoleh dari tabel berdasarkan nilai R
t = waktu
% Finner ( N)
E. % Finner Akhir = x Persentase lolos saringan nomor 200
100
F. Contoh perhitungan :
t = 0,15
T = 29
Ra = 50
Rc = Ra – CT + Zerro Correction

N = ((Rc x a)/Ws) x 100%

R = Ra + 0,5

D = K x √(L/t)
= (N/100) x prosentase lolos saringan no. 200

69
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

10.7 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar 10.1 Hidrometer Gambar 10.2 Termometer


Gambar 10.1 Hidrometer Gambar 10.2 Termometer

Gambar 10.3 Grafik Analisa Hidrometer

70
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Zerro Correction = 3.9


Ct = 2
GS = 2.61
α = 1.008
K = 0.012322

10.8 Kesimpulan

Dari pengujian dapat disimpulkan bahwa finner akhir = …%.

71
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

BAB XI
DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST (DCP)

11.1 Tujuan

Pengujian ini dilakukan untuk dapat mengetahui kekuatan suatu kedalaman


+_ 1,0 meter, yang dapat dikorelasikan dengan nilai CBR lapangan.

11.2 Ruang Lingkup

Menentukan nilai CBR lapangan pada kedalaman tanah tertentu +_ 1,0


meter.

11.3 Teori

Pengujian ini biasanya digunakan untuk keperluan perkerasan jalan, untuk


mendapatkan nilai CBR lapangan suatu subgrade untuk dasar perkerasan jalan.
Cara pengujian ini juga merupakan suatu prosedur yang cepat untuk
melaksanakan evaluasi kekuatan dan pengendalian kualitas tanah dasar dan lapis
fondasi jalan, dengan menggunakan alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP).
Cara uji ini juga merupakan cara alternatif dimana CBR lapangan tidak bisa
dilakukan.
Pengujian tersebut memberikan sebuah catatan yang menerus dari kekuatan
lapisan bahan sampai kedalaman 90 cm di bawah permukaan yang ada dengan
tidak melakukan penggalian sampai kedalaman pada pembacaan yang
diinginkan.Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan
penetrasi dari konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan fondasi
karena pengaruh penumbuk kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus,
pembacaan penetrometer diubah menjadi pembacaan yang setara dengan CBR.

11.4 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan untuk uji Dynamic Cone Penetrometer yaitu :

72
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

A. Hammer / penumbuk beban.


B. Konus dan stang / stick untuk penetrasi kedalaman tanah.
C. Mistar ukur yang dilekatkan pada stang / stick.
11.5 Bahan yang Digunakan

Adapun bahan yang digunakan yaitu :


A. Kertas formulir pengujian;
B. Pulpen pencatat data.

11.6 Prosedur Pengujian

Berikut prosedur pengujian yang di lakukan :


A. Letakkan penetrometer yang telah diratik diatas tanah yang akan diperiksa.
Letakkan alat ini sedemikian rupa sehingga berada dalam posisi vertikal,
penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesalahan pengukuran yang
relative besar.
B. Baca posisi awal penunjuk mistar ukur (Xo) dalam satuan mm yang terdekat.
Penunjuk Xo ini tidak perlu tepat pada angka nol (0) karena nilai Xo akan
diperhitungkan pada nilai penetrasi. Masukkan nilai Xo pada formulir
perhitungan data kolom kedua untuk tumbukan n=0 (baris pertama).
C. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pegangan lalu lepaskan sehingga
menumbuk landasan penumbuk, ini menyebabkan konus menembus tanah
dibawahnya.
D. Baca posisi penunjukan mistar ukur (X1) setelah terjadi penetrasi. Masukkan nilai
X1 pada formulir pada kolom kedua pada baris kedua (n=1). Istilah kolom ketiga
pada formulir data yaitu selisih antara X1 dan X0 (X1-X0).
E. Ulangi lagi prosedur dan berulang kali sampai batas kedalaman yang akan
diperiksa. Masukkan data X2, X3, …, …, Xn pada kolom kedua sesuai dengan
baris n=2, n=3, …, …, n=n.
F. Isilah kolom ketiga pada formulir data yaitu selisih antara nilai X 1 dengan X0 (1,
2, 3, 4, …, …, n).

73
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

11.7 Perhitungan

Perhitungan dengan menggunakan metode uji ini menggunakan


chart/grafik/table hubungan nilai DCP (jumlah tumbukan) dengan nilai CBR
lapangan. Dalam percobaan, digunakan konus 60o sehingga rumus yang
digunakan untuk mendapatkan nilai CBR yaitu
CBR = 101,352−(1,125 .selisih)
Contoh Perhitungan Data 2
DCP Konus 30° = Log10 (CBR) = 1,352 - 1,125*Log10(selisih (mm))
Selisih = Data 2 - Data 1 = 131 - 10 = 121
CBR Lapangan = 10^(1,352-(1,125*Log10(12,1))) = 1,361

11.8 Gambar Peralatan Pengujian

Gambar 11.1 Dynamic Cone Penetrometer

74
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

11.9 Lampiran Formulir Pengujian

Tabel 11.1 Data Kedalaman, Selisih, dan Nilai CBR


LEMBAR PRINT OUT

DYNAMIC CONE PENETROMETER


( ASTM D 6951/ D 6951M)
PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH DAN JALAN

LOCATION P US AT P ENELITIAN DAN P ENGEMBANGAN P ERMUKIMAN


P ROJECT P ERENCANAAN DINDING P ENAHAN TANAH DAN JALAN DATE OF TES T 7/02/2016
BORE HOLE No 1 TES TED BY S UDARNO
S : 06 °57'0,60 E : 107 °45'10,40 CHECKED BY HERI. G

No. Angka DCP (mm) Selisih (mm) CBR Lapangan


Grafik Kedalaman - CBR Lapangan
1 15 15 18,591
2 130 115 1,282
0
3 165 35 6,111
4 200 35 6,111
5 285 85 1,906
200
6 370 85 1,906
7 495 125 1,149
8 590 95 1,647 400
9 730 140 0,990
10 755 25 9,506
Kedalaman (mm)

11 810 55 3,376 600


12 860 50 3,826
13 905 45 4,394
14 925 20 12,742 800
15 930 5 78,660
16 955 25 9,506
17 1000 45 4,394 1000
Contoh Perhitungan
Selisih Kedalaman CBR Lapangan
= 1200
= 10^((2,2,8135-(1,313 × LOG10(121))) 0 20 40 60 80 100
Data no 3 - Data no 2
=160 mm -131 mm =1,119
Nilai CBR Lapangan
=29 mm

11.10 Kesimpulan

Dari data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa nilai CBR tertinggi
adalah 18,591 dengan selisih 15 mm dan nilai CBR terendah adalah 0,990 dengan
selisih 140 mm. Semakin tinggi nilai CBR maka tanah tersebut semakin baik
daya dukungnya sehingga dapat digunakan untuk membuat jalan.

75
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

BAB 12
STANDARD PENETRATION TEST (SPT)
(ASTM D – 1452)

12.1 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari pengujian SPT (Standard Penetration Test) adalah untuk
mengetahui nilai SPT pada setiap kedalaman 2 m dimana untuk pengujian SPT dilakukan
sedalam 45 cm per interval kedalamannya dan untuk mendapatkan parameter yang
dikorelasikan berdasarkan nilai SPT. Parameter yang bisa didapatkan dari hasil korelasi
nilai SPT adalah
Modulus Elastisitas (E), Berat Isi (γ), Poison Ration (ν), Kohesi (c), Sudut Geser (Φ) dan
Relative Density (Dr).

12.2 REFERENSI MATERI


SNI 4153-2008. “Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan SPT”.

FHWA. (2006). Soil and Foundation Vol 1 . Washington: National Highway


Institute.

12.3 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup pengujian SPT adalah membuat Borlog dari data yang telah
diberikan dan mencari parameter index properties dari korelasi N-SPT.

12.4 LANDASAN TEORI


• Tanah Pasir (cohesionles soil)
Pada tanah pasir (coarse/cohesionles soil), harga N yang didapat harus dikoreksi
terhadap overburden pressure dengan menggunakan rumus berikut ini. 4×𝑁′

𝑁= jika P0 < 1,5 ksf


1+(2×𝑃0)
4×𝑁′
𝑁= jika P0 < 1,5 ksf
3,25+(0,5×𝑃0)

Dimana: N = harga yang dikoreksi


N’ = harga yang yang didapat dilapangan

P0 = overburden pressure = γ.h

76
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Keterangan pemakaian rumus:


a. Harga N akan lebih besar dari harga tumbukan sebenarnya (N’) bila P 0 < 1,5 ksf.
b. Harga N akan menurun apabila P0 > 1,5 ksf.
c. Rumus-rumus diatas tidak berlaku bila harga relative density Dr < 0,5
d. N harus < 2N’
Sering kali bila harga yang didapat tidak memenuhi, maka harga yang dipakai
adalah N’ sesuai dengan hasil pengujian.

Pada tanah berbutir sangat hasil, silty dan saturated sand, Terzaghi dan Peck
Menyarankan bahwa harga N harus dikoreksi bila harga tumbukan di lapangan > 15
dengan rumus :

1 ′
𝑁 =15+ −15)
(𝑁
2
Untuk N < 15, maka N = 0,6 x N’

• Tanah Lempung/Lanau (cohesive soil)

Umumnya untuk menkoreksi harga penetrasi dengan shear strength dari tanah
cohesive digunakan suatu rumus:
𝑞𝑢 =𝐾×𝑁

Dimana: K = suatu konstanta = 0,25

N = harga penetrasi = jumlah tumbukan

Catatan :

Penetration number = jumlah tumbukan yang dibutuhkan untuk memasukan split


spoon pada 6 inch (15 cm) yang kedua pada 6 inch (15 cm) ketiga (12 inch = 30 cm).

Biasanya harga N ditentukan tiap kedalaman 1 atau 2 meter. Penetration test yang
dilakukan pada gravel atau gravely soil sand cenderung memberikan hasil yang
memerlukan interpretasi yang teliti pada gravel yang lepas, rongga akan terbentuk
disebabkan karena gravel berpindah tempat karena tertekan oleh driving shoe split
spoon dimana hal ini akan memberikan harga penetrasi yang kecil, sebaliknya bila
penekanan pada sepotong batu yang besar, kemungkinan harganya akan lebih
besar.

77
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

12.5 PERALATAN SPT


Peralatan yang digunakan untuk pengujian SPT (standard penetration test) yaitu
sebagai berikut:

1) Tripod

78
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

2) Driving hammer

3) Split barrel sampler dan rod

4)
Kun
ci
pipa
; 5)
Kay
u
balo
k;

6) Tali tambang.

12.6 PROSEDUR PENGUJIAN


Prosedur pengujian SPT (standard penetration test) adalah sebagai berikut:

1) Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada interval
sekitar 1,50 m
s.d 2,00 m atau sesuaikan dengan keperluan;

2) Tarik tali pengikat palu (driving hammer) sampai pada tanda yang telah dibuat
per 15 cm;

79
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

3) Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan;


4) Ulangi langkah 2) dan 3) berkali-kali hingga mencapai penetrasi 15 cm;
5) Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang pertama;
6) Ulangi langkah 2), 3), 4) dan 5) sampai penetrasi 15 cm yang ke-dua dan ke-tiga;
7) Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm;
15 cm pertama dicatat N1;

15 cm pertama dicatat N2;

15 cm pertama dicatat N3;

Jumlah pukulan yang dihitung adalah N 2 + N3. Nilai N1 tidak diperhitungkan


karena masih kotor akibat pengeboran (coring);

8) Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan tambah
pengujian sampai minimum 6 m;
9) Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah batuan.
Berikut ini ilustrasi tata cara pengujian standard penetration test (SPT):

12.7 PERHITUNGAN
Perhitungan yang digunakan untuk menghitung N SPT merupakan perhitungan
sederhana seperti berikut ini.
𝑁𝑆𝑃𝑇 =𝑁2 +𝑁3
Dimana:

N2 = Jumlah tumbukan kedua yang dibutuhkan untuk mencapai 30 cm.

N3 = Jumlah tumbukan ketiga yang dibutuhkan untuk mencapai 30 cm.

80
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Gambar 12.1 Skema pengujian standard penetration test (SPT) (SNI 4153-
2008)

12.8 PELAPORAN
Materi yang harus dilaporkan sehubungan dengan praktikum ini adalah sebagai
berikut: a. Menentukan nilai NSPT

b. Membuat Borlog (berisikan NSPT, kedalaman muka air tanah, deskripsi tanah)

LEMBAR DATA PRAKTIKUM


STANDART PENETRATION TEST (SPT)

BAB XII
PENYELIDIKAN TANAH DI LAPANGAN
SONDIR (CONE PENETRATION TEST/CPT)
(ASTM D – 3441 / SNI 2827 – 2008)

12.1. MAKSUD DAN TUJUAN


Uji sondir dilakukan untuk mendapatkan nilai perlawanan penetrasi konus
(qc), hambatan lekat (LF), jumlah hambatan lekat (JHL) dan friction ratio (FR)
pada setiap kedalaman tanah, dan juga untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah
keras.

81
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

12.2. REFERENSI MATERI


ASTM D 3441 – 98, Standard Test Method for Mechanical Cone
Penetration Test of Soil
SNI 2827 – 2008, Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan Alat Sondir
M. Das, Braja. 2006. “Principles of Geotechnical Engineering fifth
edition. Canada. 572-
573
Robertson, P.K. and Campanella, R.G. 1983. Interpretation of Cone
Penetration Test. Part 1: Sand. Canadian Geotechnical Journal, Vol. 20. No.4.
718-733 3.

12.3. RUANG LINGKUP


Melakukan pengujian dan menggambarkan grafik: qc, LF, JHL, FR
terhadap kedalaman dari hasil uji di lapangan.

12.4. LANDASAN TEORI


Pengujian Sondir atau cone penetration test (CPT) merupakan salah satu
pengujian lapangan yang bertujuan untuk mengetahui profil atau pelapisan
(stratifikasi) tanah dan daya dukungnya. Stratifikasi tanah dan daya dukung dapat
diketahui dari kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung (qc) dan gesekan
selimutnya (fs). Alat sondir berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus.
Prosedur pengujian Sondir mengacu pada SNI 2827:2008. Sondir menurut
kapasitasnya dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Sondir ringan, memiliki kapasitas 0-250 kg/cm2 dengan
kedalaman 30 meter
2. Sondir berat, memiliki kapasitas 0-600 kg/cm2 dengan
kedalaman 50 meter Sondir menurut jenis alatnya dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1. Sondir mekanis,
Sondir yang menghasilkan nilai tahanan ujung (qc) dan gesekan selimut
(fs) mengacu pada ASTM D3441.
2. Sondir elektrik,
Sondir yang menghasilkan nilai tahanan ujung (qc), gesekan selimut (fs)
dan tekanan air pori (u) mengacu pada ASTM D5778.
qc adalah perlawanan pentrasi konus atau perlawanan tanah terhadap ujung konus
yang
dinyatakan dalam gaya per satuan luas (kg/cm2).
JHL adalah jumlah hambatan lekat perlawanan geser tanah terhadap
selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya per satuan panjang (kg/cm).

82
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

12.5. PERALATAN PENGUJIAN SONDIR (CPT)


Peralatan yang digunakan pada pengujian CPT di lapangan yaitu sebagai berikut:
1) Konus : Konus adalah perlengkapan pengetesan sondir untuk
mengetahui nilai tahanan ujung (qc), yang ditunjukkan pada gambar di
bawah ini:

sedangkan untuk konus dan piezocone penetrometers ditunjukkan pada


gambar di bawah ini.

2) Mesin pembeban (mekanik atau hidraulik)


3) Selimut (bidang) geser
4) Pipa dorong
5) Batang dalam
6) Kunci –kunci pipa, alat-alat pembersih, oli, minyak hidrolik dan
lain-lain
12.6. PERSIAPAN PENGUJIAN
Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai berikut:

83
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

a) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya


digali dengan linggis sedalam sekitar 5 cm;
b) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang
tepat sesuai dengan letak rangka pembeban;
c) Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri
vertikal;
d) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5
MPa untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d
5 MPa dan manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
e) Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik
menggunakan kunci piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah
terjadinya gelembung udara dalam sistem;
f) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada
tepat di atasnya;
g) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan
memutar baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan
terikat kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu
pengujian, tambahkan beban mati di atas balokbalok penjepit;
h) Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta
kepala pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol
keluar sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang
panjang, bisa ditambah dengan potongan besi berdiameter sama dengan
batang dalam.

12.7. PROSEDUR PENGUJIAN


Benda uji yang digunakan pada pengujian kadar air tanah di laboratorium
yaitu sebagai berikut:
A. Pengujian Penetrasi Konus
Lakukan pengujia penetrasi konus ganda dengan langkah – langkah
sebagai berikut:
1) Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan
hidraulik pada kedudukan yang tepat;
2) Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan,
sehingga penekan hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;
3) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan
penekan hidraulik bergerak turun dan menekan pipa luar sampai
mencapai kedalaman 20 cm sesuai interval pengujian;
4) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam
dengan menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya
menekan batang dalam saja (kedudukan 1, lihat Gambar 5.3);

84
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

5) Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan


penetrasi konus berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5.
Selama penekanan batang pipa dorong tidak boleh ikut turun, karena
akan mengacaukan pembacaan data.Buka tutupnya (jika memakai
tutup) dan masukan cawan yang berisi benda uji basah ke dalam
oven pengering. Keringkan benda uji hingga beratnya konstan.
Pertahankan oven pengering pada temperature 110ᵒC ± 5ᵒC.

B. Pembacaan Hasil Pengujian


Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai berikut:
1) Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam
sedalam kira-kira 4 cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 11.3)
dan catat pada formulir pada kolom Cw;
2) Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan
konus pada penekan batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua
(kedudukan 3, lihat Gambar 4) dan catat pada formulir pada kolom
Tw.
Kedudukan pergerakan konus pada waktu pengujian sondir
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

C. Pengulangan Langkah – langkah Pengujian


Ulangi langkah-langkah pengujian tersebut di atas hingga nilai
perlawanan konus mencapai batas maksimumnya (sesuai kapasitas alat) atau
hingga kedalaman maksimum 20 m s.d 40 m tercapai atau sesuai dengan
kebutuhan. Hal ini berlaku baik untuk sondir ringan ataupun sondir berat.

D. Penyelesaian Pengujian
1. Cabut pipa dorong, batang dalam dank onus ganda dengan
mendorong/menarik kunci pengatur pada posisi cabut dan putar
engkol berlawanan arah jarum jam

85
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

2. Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian

12.8. PERHITUNGAN
A. Rumus – rumus Perhitungan
Prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan adalah dengan anggapan
berlaku hukum Aksi Reaksi (persamaan 10), seperti yang digunakan untuk
perhitungan nilai perlawanan konus dan nilai perlawanan geser di bawah
ini.
- Perlawanan konus (qc)
Nilai perlawanan konus (qc) dengan ujung konus saja yang terdorong,
dihitung dengan menggunakan persamaan:

- Perlawanan geser (fs)


Perlawanan geser local diperoleh bila ujung konus dan bidang geser
terdorong bersamaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan:
Pkonus + Pgser = Ppiston

- Angka banding geser (Rf)


Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai
perlawanan geser local (fs) dengan perlawanan konus (qs), dan
dihitung dengan menggunakan persamaan:

- Geseran total (Tf)


Nilai geseran total (Tf) diperoleh dengan menjumlahkan nilai
perlawanan geser lokal (fs) yang dikalikan dengan interval pembacaan,
dan dihitung dengan menggunakan persamaan:

Dimana :
Cw = pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (kPa);

86
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Tw = pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser


(kPa);
Kw = selisih dengan (kPa);
Pkonus = gaya pada ujung konus (kN);
Ppiston = gaya pada piston (kN);
qc = perlawanan konus
(kPa);
fs = perlawanan geser
lokal (kPa);
Rf = angka banding geser
(%);
Tf = geseran total (kPa);
Api = luas penampang
piston (cm2);
Dpi = diameter piston
(cm);
Ac = luas penampang konus (cm2);
Dc = Ds : diameter konus sama dengan
diameter selimut geser (cm);
As = luas selimut geser (cm2);
Ds = diameter selimut geser (cm);
Ls = panjang selimut geser (cm)

B. Prosedur Perhitungan
Lakukan perhitungan perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka
banding geser (Rf), dan geseran total (Tf) tanah dan penggambaran hasil
pengujian dengan tahapan berikut.
- Cara perhitungan
1) Hitung perlawanan konus (qc) bila ujung konus saja yang
terdorong dengan menggunakan persamaan (1) s.d (4).
2) Hitung perlawanan geser (fs) lokal bila ujung konus dan
bidang geser terdorong bersamaan dengan menggunakan
persamaan (5) s.d (8).
3) Hitung angka banding geser (Rf) dengan menggunakan
persamaan (9).
4) Hitung geseran total (Tf) tanah dengan menggunakan
persamaan (10).
- Cara penggambaran hasil uji penetrasi konus
1) Gambarkan grafik hubungan antara variasi perlawanan
konus (qc) dengan kedalaman (meter).

87
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

2) Untuk uji sondir dengan konus ganda gambarkan hubungan


antara perlawanan geser (fs) dengan kedalaman dan geseran total
(Tf) dengan kedalaman.
3) Apabila diperlukan rincian tanah yang diperkirakan dari
data perlawanan konus dan perlawanan geser, gambarkan grafik
hubungan antara angka banding geser dengan kedalaman.
4) Tempatkan grafik-grafik dari sub butir 1), 2) dan 3) di atas
pada satu lembar gambar dengan skala kedalaman yang sama.

12.9. PELAPORAN
Materi yang harus dilaporkan sehubungan dengan praktikum ini adalah
sebagai beikur: a. Menentukan qc, Rf, Tf dan fs
b. Mengambil kesimpulan
c. Faktor kesalahan

LEMBAR DATA PRATIKUM


CONE PENETRATION TEST/CPT

LEMBAR PRINT OUT

CONE PENTERATION TEST


( ASTM D – 3441 / SNI 2827 – 2008 )
PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH DAN
JALAN

LOCATION PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 7/02/2016


PROJECT PERENCANAAN SUDARNO
TEST S DINDING PENAHAN TANAH D DATE OF TEST HERI. G
No 1 TESTED BY
: 06°57'0,60 E : 107°45'10,40 CHECKED BY

Kedalaman Cw Tw Kw qc fs fs x 20 cm Tf Rf

m kPa/100 kPa/100 kPa/100 kPa/100 kPa/100 kPa/100 kPa/100 (%)


0,2 3 9 6 3 0,40 7,94 7,94 13,24

0,4 20 30 10 20 0,66 13,24 21,19 3,31

0,6 30 38 8 30 0,53 10,59 31,78 1,77

0,8 20 33 13 20 0,86 17,21 48,99 4,30

1 15 25 10 15 0,66 13,24 62,23 4,41

1,2 10 28 18 10 1,19 23,83 86,07 11,92

1,4 25 30 5 25 0,33 6,62 92,69 1,32

88
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

1,6 20 31 11 20 0,73 14,56 107,25 3,64

1,8 20 32 12 20 0,79 15,89 123,14 3,97

2 15 25 10 15 0,66 13,24 136,38 4,41

2,2 10 20 10 10 0,66 13,24 149,62 6,62

2,4 20 35 15 20 0,99 19,86 169,48 4,97

2,6 25 37 12 25 0,79 15,89 185,37 3,18

2,8 15 20 5 15 0,33 6,62 191,99 2,21

3 0 10 10 0 0,66 13,24 205,23 #DIV/0!

3,2 5 10 5 5 0,33 6,62 211,85 6,62

3,4 10 20 10 10 0,66 13,24 225,09 6,62

3,6 10 24 14 10 0,93 18,54 243,63 9,27

3,8 15 27 12 15 0,79 15,89 259,52 5,30

4 10 22 12 10 0,79 15,89 275,41 7,94

4,2 25 32 7 25 0,46 9,27 284,68 1,85

4,4 20 35 15 20 0,99 19,86 304,54 4,97

4,6 20 38 18 20 1,19 23,83 328,37 5,96

4,8 15 25 10 15 0,66 13,24 341,61 4,41

5 25 30 5 25 0,33 6,62 348,23 1,32

5,2 20 33 13 20 0,86 17,21 365,45 4,30

5,4 20 39 19 20 1,26 25,16 390,60 6,29

5,6 15 22 7 15 0,46 9,27 399,87 3,09

5,8 25 37 12 25 0,79 15,89 415,76 3,18

6 10 40 30 10 1,99 39,72 455,48 19,86

6,2 10 30 20 10 1,32 26,48 481,97 13,24

6,4 30 42 12 30 0,79 15,89 497,85 2,65

6,6 30 45 15 30 0,99 19,86 517,72 3,31

6,8 20 30 10 20 0,66 13,24 530,96 3,31

7 35 40 5 35 0,33 6,62 537,58 0,95

cm
Ds : 3.53
Dc : 3.53 cm

Dp1 cm
: 3.5 3
L
cm
: 13.33

89
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

BAB XIII

UJI PERMEABILITAS TANAH (PERMEABILITY


TEST)
(ASTM D – 2432)
TINGGI ENERGI JATUH (FALLING HEAD)

90
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

13.1. MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk mengetahui nilai koefisien permeabilitas (k) dari suatu contoh tanah
berbutir halus kemudian menentukan jenis tanah yang diuji.

13.2. REFERENSI MATERI


Das, Braja M., (2002). “Soil Mechanics Laboratory Manual, 6th edition”
Falling Head Permeability Test in Sand.
Bardet, Jean-Pierre, (1997). “Experimental Soil Mechanics” Falling Head
Permeability Test.
Das, Braja M., (2014). “Principles of Geotechnical Engineering, 8th
edition” Laboratory Determination of Hydraulic Conductivity - Falling-Head
Test.

13.3. RUANG LINGKUP


Menentukan koefisien permeability.

13.4. LANDASAN TEORI


Permeabilitas adalah kecepatan masuknya air pada tanah dalam keadaan
jenuh. Hukum Darcy menunjukan bahwa permeabilitas tanah ditentukan oleh
koefisien permeabilitas. Koefisien permeabilitas tanah bergantung pada berbagai
faktor. Faktor – faktor yang pengaruhi nilai koefisien permeability (k) adalah
sebagai berikut :
a. Viskositas dari cairan, bila temperatur nilai harga viskositas dari air
akan turun dan koefisien permeability akan naik.
b. Void ratio dari butiran tanah, apabila harga e makin besar maka
nilai k juga membesar.
c. Bentuk dan ukuran butir, besarnya tergantung dari D 10, maka besar
D10 maka besar k, partikel yang mempunyai dan pipih cenderung untuk
memperkecil k daripada partikel yang bulat atau mendekati bulat
(lonjong).
d. Derajat Kejenuhan, semakin jenuh tanahnya, koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.
e. Untuk memperlajari kecepatan atau tingkat penurunan akibat
konsolidasi dimana volume tanah yang berubah terjadi karena air
dikeluarkan dari butiran-butiran tanah sebagai suatu proses kecepatan pada
suatu gradient energi.

Harga koefisien k untuk tiap-tiap jenis tanah berbeda-beda. Beberapa


harga koefisien rembesan tanah diberikan pada tabel di bawah ini.

91
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Tabel 13.1 Nilai Koefisien Permeabilitas pada Tanah


Saturated.
Koefisien Permeabilitas (k) (cm/detik)
Jenis Tanah
Kerikil 100 – 1.0
Pasir kasar 1.0 – 0.01
Pasir halus 0.01 – 0.001
Lempung kelanauan 0.001 – 0.00001
Lempung < 0.000001
Sumber : principles of Geotechnical Engineering hal. 203

13.5. ALAT DAN BAHAN


a. Alat permeabilitas (Falling Head)

Gambar 13.1 Alat Permeabilitas


Falling Head b. Batu pori

Gambar 13.2 Batu Pori

c. Kertas saring

92
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Gambar 13.3 Kertas Pori

d. Buret

Gambar 13.4 Alat Buret

e. Stopwatch
f. Pisau Kawat

g. Termometer

93
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

Gambar 13.5 Termometer sebagai alat pengukur suhu

h. Sample tanah undisturbed


i. Extruder

Gambar 13.6 Alat Extruder

13.6. PROSEDUR
a. Mengambil sample tanah undisturbed dari extruder
b. Mencetak sample tanah undisturbed dengan cetakan permeabilitas.
Catatan :
Untuk mencetak tanah dilakukan dengan sample tanah diletakan dibawah
kemudian cetakan diletakan di atasnya kemudian ditekan hingga cetakan
seluruhnya terisi tanah.
c. Mengukur suhu air dengan termometer Catatan :
Pengukuran suhu air dapat diasumsikan sama dengan suhu ruangan saat
praktikum sedang berlangsung.
d. Mengukur dan mencatat diameter dalam dari buret dan permeameter.

Catatan :
Pengukuran diameter pipa dapat dilakukan dengan pendekatan volume..

94
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

e. Mengukur panjang (L) dari sample tanah Catatan :


Untuk pengukuran diameter dalam dan L dari buret dan permeameter
sebaiknya tanyakan terlebih dahulu pada teknisi. Jika tidak ada maka ukur
sendiri diameter dalam dan L dengan penggaris yang presisi.
f. Masukkan sample tanah undisturbed kedalam permeameter, ratakan
permukan sample tanah dengan pisau kawat. Bagian bawah sample dikerik 
2 mm.
Catatan :
Pengerikan 2 mm dikarenakan dalam alat permeabilitas terdapat tonjolan
setinggi 2mm apabila tanah tidak dikerik dapat menyebabkan kebocoran
pada alat.
g. Menempatkan batu pori dibagian atas dan bawah dari permeameter,
sehingga benda uji yang sudah dilapis kertas saring terapit oleh kedua batu
pori.
h. Meletakkan permeameter yang sudah berisi benda uji pada posisinya
kemudian ditutup dan dihubungkan dengan buret.
Catatan :
Permrameter harus ditutup dengan sangat kencang agar tidak terjadi
kebocoran.
Pemutaran mur dapat menggunakan tang agar lebih kencang.
i. Menyuplai air ke dalam buret.
j. Memastikan bahwa tidak terdapat kebocoran dan tidak terdapat gelembung
udara pada buret. Catatan :
Untuk mengeluarkan gelebung udara pada selamg penghubung buret
dengan permeameter dapat dilakukan dengang menggetarkan (menyentil)
selang hingga gelembung menuju ke buret. Saat gelembung telah sampai ke
buret diamkan saja karena gelebung akan ke atas dengan sendirinya.
k. Jika sudah tidak ada gelembung isi kembali buret dengan air kemudian
biarkan tanah jenuh.
Ciri tanah telah jenuh adalah air akan keluar dari outlet permeameter.
Catatan :
Tahap ini tidak perlu dilakukan bila waktu tidak memungkinkan.
l. Jika tanah sudah jenuh, tutup keran permeameter isi air di dalam buret
sehingga suatu ketinggian dan ukur tinggi muka air tersebut dari ujung bawah
contoh tanah untuk mendapatkan h1.
m. Jika sudah dicatat alirkan air dan tekanlah stopwatch. Pengaliran air
dilakukan selama kurang lebih 24 jam.
n. Catat penurunan muka air dalam buret dalam selang waktu 2 jam dan 24
jam. Berikut adalah skema pengujian tanah dengan Falling Head.

95
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

13.7. PERHITUNGAN
Skema alat permeabilitas dapat dilihat pada gambar 0 dan berikut
perhitungan nilai k, sebagai berikut :
𝑎𝐿 ℎ1
𝑘 = 2,303 log10
𝐴𝑡 ℎ2
Dimana :
A = Luas penampang melintang sample
tanah (cm2) a = Luas penampang melintang
buret (cm2) L = Panjang sample tanah
yang dilalui air (cm) h1 = Posisi
ketinggian air pada saat t = 0 (cm) h2 =
Posisi ketinggian air pada saat t = t2 (cm) t =
Waktu berlangsungnya pembacaan antara h1 dan
h2 (s)

Gambar 13.7 Skema alat permeabiltas Falling Head

Koreksi Koefisien Permeabilitas, sebagai berikut :

𝑘200𝑐 = 𝑘𝑇0𝑐 𝑇0𝑐


2
00𝑐 Keterangan:

𝑘𝑇0𝑐 = Koefisien permeabilitas sesuai dengan hasil praktikum pada suhu lab

96
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

𝑘200𝑐 = Koefisien permeabilitas berdasarkan standar temperatur pada suhu 200 C


𝑇0𝑐
= Perbandingan viskositas pada temperatur tertentu terhadap temperatur 20o
200𝑐

Berikut ini adalah tabel koreksi berdasarkan suhu air:


Tabel 13.2 Koreksi Berdasarkan Suhu Air
Temperatur, T (°) 𝑇0𝑐⁄200𝑐 Temperatur, T (°) 𝑇0𝑐⁄200𝑐
15 1.135 23 0.931
16 1.106 24 0.910
17 1.077 25 0.889
18 1.051 26 0.869
19 1.025 27 0.850
20 1.000 28 0.832
21 0.976 29 0.814
22 0.953 30 0.797

13.8. PELAPORAN

Materi yang harus dilaporkan sehubungan dengan pratikum ini adalah sebagai
berikut :
a. Koefisien permeabilitas (k) dalam cm/s
b. Jenis tanah berdasarkan nilai k

97
LABORATORIUM GEOTEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. PHH. MUSTOFA NO 23 BANDUNG – 40124 TELP. 022-7272215

LEMBAR DATA PRAKTIKUM


PERMEABILITY TEST
Lampiran Formulir Pengujian Pekerjaan

Pekerjaan : Pengujian Permeabilitas Tanggal : 17-05-2022


No.Log Bor: - Dikerjakan : 17-05-2022

Lokasi : Rumah masing – masing Dihitung : Kelompok 3

Contoh Perhitungan :
 T(sec)= 0,5 x 60
= 30 s

h 1 140
 = = 1,037
h 2 135
 log ¿= 0,0158
0,95 x 6 140
 Koef. Permeabilitas = 2,303 x ( )x log10( )
19,625 x 30 135
= 1,479 cm/s
13.10 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan praktikum di atas dapat dikatakan bahwa karakteristik tanah
tersebut adalah kerikil karena koefisien permeabilitasnya 100 – 1.0 .

98

Anda mungkin juga menyukai