Anda di halaman 1dari 166

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA TANAH
KELOMPOK 3

ANGGOTA :
1. Andika Rahman Hidayat (2035221012)
2. Derry Yulianto (2035221013)
3. Alif Naufal Basman (2035221014)
4. Andi ilham Anggoro (2035221015)
5. Bayu Anggoro Sekti (2035221016)

PROGRAM DIPLOMA IV (D4)


JURUSAN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2023
PENDAHULUAN
Pembangunan infrastruktur di Indonesia semakin banyak dilakukan. Hal
ini sesuai dengan program kerja pemerintah Joko Widodo yang menargetkan
pembangunan 2724 kilometer jalan tol, pembangunan 3224 kilometer jalan
nasional baru, 31 kilometer flyover dan underpass, dan terakhir pembangunan 38
kilometer jembatan baru (Gunawan, 2020). Untuk mendukung hal tersebut, ilmu
mekanika tanah memiliki perananan yang tak kalah penting. Hal ini dikarenakan,
suatu infrastruktur tidak akan berdiri dengan kokoh tanpa adanya ilmu ini.

Mekanika tanah pada dasarnya merupakan studi tentang tanah dan


propertinya sehubungan dengan tujuan konstruksi. Mekanika tanah meliputi studi
komposisi tanah, kekuatan, konsolidasi, dan penggunaan prinsip hidraulik untuk
mengatasi masalah yang menyangkut sedimen dan endapan lainnya (Darwis,
2018). Dalam penerapannya ilmu ini sangat berhubungan erat dengan pekerjaan
ketekniksipilan seperti perkerasan jalan raya. perencanaan pembuatan pondasi
gedung, pekerjaan galian dan timbunan tanah, perencanaan bendungan,
perencanaan bangunan penahan tanah longsor, serta dalam pembuatan
terowongan. Pentingnya ilmu mekanika tanah dikarenakan, tanah merupakan
tumpuan dari bangunan, semakin kuat tanah, maka umur dari suatu bangunan
akan bertahan lebih lama.

Sebagai seorang mahasiswa, perlunya dilakukan praktikum yang


membahas tentang mekanika tanah, hal ini bertujuan untuk melihat langsung
kondisi sebenarnya yang terjadi dilapangan. Adapun praktikum yang akan
dilakukan berupa, praktikum boring, praktikum sondir, praktikum gravimetric-
volumetri, praktikum gradasi butiran, praktikum atterberg’s limit, praktikum
kepadatan tanah, praktikum konsolidasi, praktikum permeabilitas, praktikum
direct shear test

Praktikum boring adalah untuk pengambilan contoh tanah asli untuk


pemeriksaan laboratorium, hal ini berguna untuk sifat-sifat teknis dari tanah.
Pengujian ini berupa cara dengan membuat lubang pada tanah dengan alat bor
tangan pada ukuran tertentu.
Praktikum sondir adalah suatu uji dengan melakukan penetrasi konus ke
dalam tanah yang bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah tiap kedalaman
tertentu berdasarkan parameter-parameter perlawanan tanah terhadap ujung konus
dan hambatan akibat lekatan tanah pada ujung konus.

Praktikum gravimetri-volumetri adalah praktikum untuk menentukan berat


volume tanah, besarnya kadar air dalam tanah dan menentukan specific gravitiy
tanah.

Praktikum gradasi butiran adalah metode untuk mendapatkan distribusi


butiran tanah, berdasarkan tanah berbutir halus dengan kecepatan pengendapan
didasarkan Hukum Stoke.

Praktikum atterberg’s limit bertujuan untuk mengetahui tanah berbutir


halus berdasarkan batas cair LL (Liquid Limit), batas plastis (plastis limit), dan
batas susut (shrinkage limit).

Praktikum kepadatan tanah bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara


kadar air dan besar volume tanah kering sehingga dapat ditentukan besar kadar air
optimum moisture content (omc).

Praktikum konsolidasi berguna untuk menentukan koefisien konsolidasi


(Cv) dan koefisien kompresi (Cc) yang terjadi akibat adanya tekanan yang bekerja
pada tanah tersebut.

Praktikum permeabilitas bertujuan untuk mengukur rembesan dari tanah


berbutir kasar di laboratorium.

Praktikum direct shear test bertujuan untuk mengetahui nilai kohesi (c),
sudut geser, dan kadar air pada tanah. Hal tersebut berguna untuk menghitung dan
merencanakan pondasi, baik pondasi dangkal maupun pondasi dalam.

Laporan praktikum ini disusun secara sistematis, dan diikuti dengan


penjelasan yang relevan sehingga laporan ini akan mudah dipahami.
1. Rumusan Masalah
Sesuai dengan penjabaran latar belakang diatas, dalam penyusunan
laporan praktikum mekanika tanah ini dapat ditarik beberapa rumusan
masalah, sebagai berikut:
1. Dasar teori apakah yang melandasi setiap pengertian dari masing-
masing praktikum tersebut?
2. Apakah perbedaan dari masing-masing teori praktikum tersebut?
3. Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan praktikum
tersebut?
4. Bagaimanakah prosedur kerja dari masing-masing praktikum tersebut,
apakah terdapat kesamaan pada setiap kegiatan praktikum?
5. Bagaimanakah perhitungan dalam menentukan setiap nilai pada
praktikum tersebut?

2. Batasan Masalah

Pada praktikum serta pembuatan laporan ini, kami memiliki batasan-batasana


pada tiap praktikumnya, yaitu:

1. Memahami dasar teori yang mendasari pada setiap praktikum


2. Mengerti alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam praktikum
3. Mengerti dan memahami bagaimana langkah-langkah dengan baik dan
benar pada setiap praktikum
4. Mengerti cara menganalisis hasil dari setiap praktikum

3. Tujuan
Dari penjabaran rumusan masalah diatas dapat kita simpulkan bahwa
tujuan diadakannya praktikum mekanika tanah ini, diantaranya:
1. Agar mahasiswa memahami setiap landasan teori dari pengertian
masing-masing praktikum.
2. Agar mahasiswa dapat memahami perbedaan dan persamaan dari
masing-masing praktikum.
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana persiapan dan prosedur kerja
dari masing-masing kegiatan praktikum.
4. Agar mahasiswa mampu mempersiapkan dan merealisasikan hal-hal
terkait bidang ilmu ini di kemudian hari.
5. Untuk mengetahui bagaimana sistematika perhitungan dalam
menentukan setiap nilai pada masinh-masing praktikum tersebut.

4. Manfaat

 Manfaat Khusus
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan dan kemampuan dari masing-
masing praktikum.
2. Mahasiswa memahami maksud dari masing-masing praktikum tersebut.

 Manfaat Umum
1. Para pembaca dapat mengetahui macam-macam praktikum yeng
berhubungan dengan mekanika tanah.
2. Para pembaca mengetahui betapa pentingnya dari masing-masing
praktikum

5. Lokasi Kegiatan

Kegiatan praktikum ini dilakukan di area sekitar kampus Departement Teknik


Infrastruktur Sipil ITS Manyar area parkiran. Untuk lebih tepatnya dilampirkan
gambar siteplan praktikum sondir dan boring.
2. thong Euliah 6. Ruang PA/¥P
BAB I
TES SONDIR
(CONE
PENETROMET
ER TEST)
1.1 Pendahuluan

1.1.1 Latar Belakang

Setiap bangunan sipil khususnya dalam perancangan pondasi, terlebih


dahulu wajib kita ketahui berdasarkan sifat tanahnya, baik tanah menjadi
bahan yang berdiri sendiri maupun menjadi bagian berdasarkan berat bumi.
Hal ini dilakukan supaya bangunan diatas pondasi dapat berdiri dengan
kokoh dan stabil. Sehingga pada kesempatan kemarin dilaksanakan pengujian
lapangan menggunakan alat sondir.
Uji Sondir termasuk dalam uji tanah (soil test). Banyak kasus kegagalan
struktur yang disebabkan oleh profil tanah yang tidak stabil akibat kegagalan
pendeteksian dan pengujian sebelum konstruksi, sehingga menyebabkan
ketidakstabilan pondasi dan keruntuhan bangunan. Dengan melakukan uji
sondir, para kontraktor dapat merancang pondasi yang aman dengan
memeriksa sifat-sifat tanah yang akan digunakan sebagai lokasi
pembangunan.

1.1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui bagaimana teori dasar sondir.


2. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja sondir.
3. Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta sifat daya dukung maupun daya
lekat setiap kedalamannya.
4. Untuk mendapatkan nilai perlawanan penetrasi konus, perlawanan geser.

1.1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari pelaksanaan praktikum ini adalah dapat mengetahui pada


kedalaman berapa meter tanah mencapai sifat kerasnya dan dikira mampu
untuk menahan beban diatas sehingga tidak akan terjadi perubahan bentuk atau
pergeseran pergeseran tanah.
1.2 Tinjauan Pusaka

1.2.1 Dasar Teori


Cone Penetration Test (CPT) atau yang lebih dikenal dengan sebutan
sondir adalah tes lapangan yang berguna untuk memperkirakan lokasi lapisan
tanah yang keras. Tes ini paling baik dilakukan pada lapisan tanah lempung.
Nilai tahanan penetrasi kerucut diperoleh dari pengujian ini. Tahanan penetrasi
kerucut adalah tahanan tanah pada bagian atas kerucut, yang dinyatakan
sebagai gaya per satuan luas. Sedangkan kekuatan ikatan adalah kekuatan
geser tanah terhadap cangkang kantilever per satuan panjang. Nilai tahanan
penetrasi kerucut dan tahanan lekat dapat dibaca pada manometer

Bagian utama dari sondir adalah konus, yang dimasukkan ke dalam tanah
dengan cara ditekan. Tekanan di ujung konus, ketika konus diturunkan karena
tekanan, dibaca dengan manometer pada setiap kedalaman 20 cm. Tekanan
dari atas pada konus diarahkan ke tabung sondir (yang bebas bergerak dan
tidak ditopang oleh tabung sondir) melalui batang baja. Demikian pula,
tekanan yang dialami oleh konus saat ditekan ke dalam tanah disalurkan ke
atas melalui batang baja di dalam tabung sondir ke manometer.

Data hasil pengujian sondir disajikan dalam bentuk tabel serta dalam
bentuk kurva hubungan kedalaman dengan nilai konus, qc dan nilai kumulatif
total friksi. Berdasarkan data hasil uji sondir selanjutnya dapat diperkirakan
karakteristik lapisan tanah yang ada di lokasi pengujian. Lapisan tanah
tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan nilai rata-rata qc-nya yaitu :

KARAKTERISTIK TANAH QC

LUNAK (SOFT) 0-10


SEDANG (MEDIUM) 10-20
KAKU (STIFF) 20-50
SANGAT KAKU (HARD) 50-100
1.2.2 Alat dan Bahan Sondir

Keterangan Gambar :

1. Gigi Penekan 8. Ruang Oli 15. Kaki Sondir 22. Ring


Tahan Seal
2. Gigi cepat 9. Kunci Stang 16. Jangkar Spiral 23. Mur Jepit
Seal
3. Gigi lambat 10. Treker 17. Stang Dalam 24. Kunci
Piston
4. Tiang pelurus 11. Manometer 18. Patent Konus 25. Penarik
(Berulir)
5. Rantai 12. Kaki Ruang Oli 19. Lubang Isi Oli 26. Bikonus
6. Setelan rantai 13. Stang Oli 20. Piston
7. Engkol pemutar 14. Kunci Tiang 21. Oli Seal
Gambar 1.3.1
Bagian Bagian Alat Sondir

1.2.3 Prosedur Praktikum


1. Bersihkan lokasi percobaan lalu pasanglah keempat angker (jangkar) spiral
dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki sondir
2. Jepitlah kaki sondir pada jangkar tadi lalu atur posisi sondir agar tegak lurus
dengan cara mengendurkan kunci-kunci samping. Sebaiknya menggunakan
unting-unting.
3. Untuk mengisi oli hydraulik, bukalah baut penutup lubang pengisian oli dan
kedua keran manometer lalu pasang kunci piston pada ujung piston.
4. Tekan kunci piston ke atas sampe oli keluar dan gelembunggelembung udara
keluar semua.
5. Setelah udara habis, pasang kedua manometer tadi (kran tetap terbuka). Isilah
oli dari lubang pengisian sampai penuh (kunci piston ditarik ke bawah).
Gerakan kunci piston naik turun untuk menghilangkan gelembung udara,
kemudian tutup lubang oli setelah terisi penuh .
6. Pasang bikonus/konus pada ujung stang sondir berikut stang dalamnya, dan
tempatkan stang sondir tersebut pada lubang pemusat tepat di bawah ruang
oli (piston).
7. Tiang sondir diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan spidol mulai
dari posisi sekarang (permukaan tanah), gunanya untuk mengetahui dimana
akan dilakukan pembaca manometer.
8. Dorong streker pada posisi lubang terpotong lau putarlah engkol sampai
menyentuhujung atas stang sonder,percobaan sudah siap dilakukan.
9. Putar engkol sehingga bikonus masuk kedalam tanah,setlah mencapai 20cm
(lihat tanda),engkel pemutar diputar sedikit ke arah berlawanan dan treker di
tarik kedepansehingga posisi lubang bulat penuh.
10. Buat kran manomemetr 60 kg/cm2.
11. Engkel pemutar diputar kembali sehingga stang dalam tertekan ke dalam
tanah dengan kecepatan 2cm/detik. Stang dalam akan menekam piston,
tekanan yang terjadi akan terbaca pada manometer.
12. Tekan stang dalam sedalam 4cm lalu catat angka yang di tunjukan
manometer teruskan penekana sejarak 3 cm lagi dan catat lagi angka yang
ditunjukan manometer. Angka perama menunjukan tahanan konus (qc)
sedangakan angka yang kedua menunjukan jumlah tahanan ujung konus dan
gesekan.
13. Lakukan penekana setiap interval 20 cm dan amati jarum manometer.bila
tekanan diperkirakan akan melebihi kapasitas manomete r ,maka tutup
manometer tersebut dan buka kran manometer yang kapasitasnya lebih besar.
14. Setelah mencapai kedalam 1,00 meterstang sondir disambung dan naikan
piston penekan. ulangi prosedur 12 s/d 14 dan percobaan dihentikan apabila
perlawan konus mencapai lebih besar dari 200 kg/ cm2.
15. Stang yang tertanam dicabut kembali :
a.Putar engkel pemutar agar piston terangkat.
b. Tarik terker pada posisi lubang penuh.
c. Putar engkel pemutar sampai trreker melewati stang kepala sondir.
d. Dorong treker pada posisi lubang terpotong dan putar engkel pemutar
sehingga stang sondir terangkat sampai pada stang berikutnya.
e. Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaian bawahnya
tidak jauh
f. Lepaskan stang sondr atas kemudian turunkan engkel pemutar
g. Ulangi prosedur ini untuk stang berikutnya sampai sampai selesai.
1. Perhitungan Data
a. Data

Interval Pembacaan = 20 cm2

Luas konus = 10 cm2

Luas piston pluger = 10 cm2

Luas selimut biconus = 100 cm2

b. Perhitungan
1. Interval kedalaman pembacaan {Kolom A}
2. Bacaan pertama (Tekanan akibat konus) {Kolom B}
3. Bacaan kedua (Tekanan akibat konus+lekatan selimut bikonus)
{Kolom C}
4. Tekanan Konus = Bacaan pertama x Luas piston plunger {Kolom D}
Luas konus
5. Gesekan Lokal (Friction Ratio) =
(bacaan kedua – bacaan pertama) x (Luas Piston/Luas Selimut)
{Kolom E}
6. Friction ratio (Gesekan selimut dengan tahanan ujung)
= (Local Friction / Tekanan Konus ) x 100%
{Kolom F}
7. Hambatan Pelekat = Local Friction x Interval kedalaman
{Kolom G}
8. Jumlah HP = Kumulatif dari Hambatan pelekat
{Kolom H}
1.5 Data Hasil
Praktikum
BACAAN SONDIR . Cone Penetrometer Test (CPT)

SNI :
ASTM :
No. Titik : Tanggal : 23 Februari 2023
Proyek : Praktikum Pemetaan Mater Sondir :
Lokasi : Kampus ITS Manyar Keterangan :
Koordinat :

Manometer Tekanan Local Friction Hambatan Jumlah Keterangan :


Kedalaman
Bacaan 1 Bacaan 2 Konus Friction Ratio Pelekat HP
(m)
Kg/cm2 Kg/cm2 (Kg/cm2) (Kg/cm2) (%) (Kg/cm) (Kg/cm) A = Kedalaman penyondiran
A B C D E F G H
Cn Cl FR HP JHP B = Bacaan pertama
0
0,2 C = Bacaan kedua
0,4
0,6 D=Bx( J/ I)
0,8
1 4 6 4 0,2 0,05 4 4 E=( C- B) x( J/ K)
1,2 2 3 2 0,1 0,05 2 6
1,4 3 4 3 0,1 0,03333 2 8 F = ( E / D ) x 100%
1,6 3 5 3 0,2 0,06667 4 12
1,8 5 6 5 0,1 0,02 2 14 G=ExL
2 3 5 3 0,2 0,06667 4 18
2,2 5 8 5 0,3 0,06 6 24 H = Kumulatif dari G
2,4 5 9 5 0,4 0,08 8 32
2,6 6 10 6 0,4 0,06667 8 40 I = Luas Konus 10 cm2
2,8 7 11 7 0,4 0,05714 8 48
3 10 15 10 0,5 0,05 10 58 J = Luas piston Plunger 10 cm2
3,2 7 11 7 0,4 0,05714 8 66
3,4 6 10 6 0,4 0,06667 8 74 K = Luas selimut biconus 100 cm2
3,6 10 15 10 0,5 0,05 10 84
3,8 8 15 8 0,7 0,0875 14 98 L = interval pembacaan data 20 cm2
4 5 10 5 0,5 0,1 10 108
4,2 4 6 4 0,2 0,05 4 112
4,4 4 8 4 0,4 0,1 8 120
4,6 3 5 3 0,2 0,06667 4 124
4,8 6 9 6 0,3 0,05 6 130
5 7 10 7 0,3 0,04286 6 136
5,2 6 7 6 0,1 0,01667 2 138
5,4 4 5 4 0,1 0,025 2 140
5,6 4 5 4 0,1 0,025 2 142
5,8 3 4 3 0,1 0,03333 2 144
6 8 15 8 0,7 0,0875 14 158
6,2 5 6 5 0,1 0,02 2 160
6,4 3 5 3 0,2 0,06667 4 164
6,6 3 4 3 0,1 0,03333 2 166
6,8 4 5 4 0,1 0,025 2 168
7 4 5 4 0,1 0,025 2 170
7,2 4 5 4 0,1 0,025 2 172
7,4 4 5 4 0,1 0,025 2 174
7,6 4 5 4 0,1 0,025 2 176
7,8 4 5 4 0,1 0,025 2 178
8 4 6 4 0,2 0,05 4 182
8,2 4 5 4 0,1 0,025 2 184
8,4 4 5 4 0,1 0,025 2 186
8,6 4 5 4 0,1 0,025 2 188
8,8 4 6 4 0,2 0,05 4 192
9 4 6 4 0,2 0,05 4 196
9,2 4 6 4 0,2 0,05 4 200
9,4 4 6 4 0,2 0,05 4 204
9,6 4 6 4 0,2 0,05 4 208
9,8 4 6 4 0,2 0,05 4 212
10 4 7 4 0,3 0,075 6 218

Tabel 1.5.1
Bacaan Sondir
BACAAN SONDIR . Cone Penetrometer Test (CPT)

SNI :
ASTM :
No. Titik : Tanggal : 23 Februari 2023
Proyek : Praktikum Pemetaan Mater Sondir :
Lokasi : Kampus ITS Manyar Keterangan :
Koordinat :

Manometer Tekanan Local Friction Hambata Jumlah Keterangan :


Kedalam
Bacaan 1 Bacaan 2 Konus Friction Ratio n Pelekat HP
an (m)
Kg/cm2 Kg/cm2 (Kg/cm2 (Kg/cm2 (%) (Kg/cm) (Kg/cm) A = Kedalaman penyondiran
A B C D E F G H
Cn Cl FR HP JHP B = Bacaan pertama
10,2 5 8 5 0,3 0,06 6 224
10,4 4 6 4 0,2 0,05 4 228 C = Bacaan kedua
10,6 4 6 4 0,2 0,05 4 232
10,8 4 6 4 0,2 0,05 4 236 D=Bx(J/I)
11 4 7 4 0,3 0,075 6 242
11,2 4 7 4 0,3 0,075 6 248 E=(C-B)x(J/K)
11,4 4 7 4 0,3 0,075 6 254
11,6 4 6 4 0,2 0,05 4 258 F = ( E / D ) x 100%
11,8 5 6 5 0,1 0,02 2 260
12 5 7 5 0,2 0,04 4 264 G=ExL
12,2 4 7 4 0,3 0,075 6 270
12,4 5 7 5 0,2 0,04 4 274 H = Kumulatif dari G
12,6 5 7 5 0,2 0,04 4 278
12,8 5 7 5 0,2 0,04 4 282 I = Luas Konus 10 cm2
13 5 7 5 0,2 0,04 4 286
13,2 5 7 5 0,2 0,04 4 290 J = Luas piston Plunger 10 cm2
13,4 5 7 5 0,2 0,04 4 294
13,6 5 7 5 0,2 0,04 4 298 K = Luas selimut biconus 100 cm2
13,8 5 8 5 0,3 0,06 6 304
14 5 7 5 0,2 0,04 4 308 L = interval pembacaan data 20 cm2
14,2 5 7 5 0,2 0,04 4 312
14,4 5 7 5 0,2 0,04 4 316
14,6 5 8 5 0,3 0,06 6 322
14,8 6 8 6 0,2 0,03333 4 326
15 6 9 6 0,3 0,05 6 332
15,2 5 8 5 0,3 0,06 6 338
15,4 6 8 6 0,2 0,03333 4 342
15,6 6 9 6 0,3 0,05 6 348
15,8 6 9 6 0,3 0,05 6 354
16 6 10 6 0,4 0,06667 8 362
16,2 5 8 5 0,3 0,06 6 368
16,4 6 8 6 0,2 0,03333 4 372
16,6 5 9 5 0,4 0,08 8 380
16,8 5 10 5 0,5 0,1 10 390
17 35 42 35 0,7 0,02 14 404
17,2 20 25 20 0,5 0,025 10 414
17,4 20 30 20 1 0,05 20 434
17,6 20 35 20 1,5 0,075 30 464
17,8 20 35 20 1,5 0,075 30 494
18 15 30 15 1,5 0,1 30 524
18,2 20 35 20 1,5 0,075 30 554
18,4 20 35 20 1,5 0,075 30 584
18,6 25 40 25 1,5 0,06 30 614
18,8 30 50 30 2 0,06667 40 654
19 30 50 30 2 0,06667 40 694
19,2 30 50 30 2 0,06667 40 734
19,4 30 60 30 3 0,1 60 794
19,6 30 55 30 2,5 0,08333 50 844
19,8 30 55 30 2,5 0,08333 50 894
20 30 55 30 2,5 0,08333 50 944
Catatan: praktikum terpaksa berhenti dikarenakan cuaca yang berubah secara tiba-tiba.
1.6 Grafik Penyelidikan Dengan Tes Sondir

BACAAN SONDIR . Cone Penetrometer Test (CPT)

SNI :
ASTM :
No. Titik : Tanggal : 23 Februari 2023
Proyek : Praktikum Pemetaan Mater Sondir :
Lokasi : Kampus ITS Manyar Keterangan :
Koordinat:

Tekanan Konus, Cn (Kg/cm2) Local Friction (Kg/cm2)


0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 0 1 2 3 4
1 0

2 1

3 2

3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)

9
10
10
11
11
12
12
13
13
14 14
15 15
16 16
17 17

18 18

19 19

20 20
Tekanan Konus, Cn (kg/cm2) Jumlah Hambatan Pelekat (kg/cm)
1.6 Grafik Penyelidikan Dengan Tes Sondir

Tabel 1.6.1
Grafik Tes Sondir
1.7 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil parktikum sondir diatas adalah tanah
yang diuji dengan dondir test memiliki friction ratio dengan rata-rata sebesar
1,38 sehingga dapat dikorelasikan bahwa tanah tersebut sangat lunak.
1.8 Dokumentasi Praktikum

Gambar 1.8.1
Pengenalan Alat Gambar 1.8.2
Bikonus

Gambar 1.8.3
Manometer Gambar 1.8.4
Proses pengambilan data
BAB II
BORING TEST
2.1 PENDAHULUAN
2.1.1 Latar Belakang
Tanah adalah zat yang terbentuk oleh pelapukan fisik dan kimia
dari batuan. Tanah didefinisikan sebagai kumpulan mineral, bahan
organik, dan sedimen yang relatif lepas, didukung oleh batuan
dasar, partikel yang relatif lemah yang disebut karbonat, bahan
organik, atau oksida yang mengendap di antara partikel.
Tanah berfungsi sebagai penopang dari semua bangunan, agar
saat didirikan suatu bangunan dengan pondasi tertentu dapat berdiri
secara kokoh dan aman. ketika pondasi didirikan, dibutuhkan nilai
kekuatan tanah serta karakterisik tanah yang digunakan untuk
penyelidikan tanah.
Pengujian SPT adalah suatu pengujian tanah di lapangan yang
dilakukan untuk mengetahui sifat geoteknik tanah di bawah
permukaan, terutama tanah non-kohesif. Standard penetration test
(SPT) dilakukan untuk mengetahui atau mendapatkan daya dukung
tanah secara langsung di lapangan.
Sampel tanah yang diambil yaitu tanah disturbed sample (tanah
terganggu) dan undisturbed sample (tanah tidak terganggu).Setelah
pengambilan tanah, sampel tanah dilakukan pengujian yang
dilaksanakan di laboraturium untuk mengetahui nilai kekuatan
tanah serta karakteristik tanah.
2.1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk:


1. Mengetahui dan memahami cara kerja serta prosedur dari Tes
ketahanan tanah atau disebut Tahanan Standart Penetration
Test (N-SPT)
2. Mengetahui struktur tanah, permukaan air tanah,dan cara
pengambilan sampel tanah dari kedalaman tertentu
3. Mengambil sampel tanah terganggu (Undisturbed Sample) dan
tanah tidak terganggu  (Disturbed Sample) untuk diuji di
laboratorium
4.  Mencari nilai N dari SPT
5. Menguji sifat dan karakteristik Tanah

2.1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini:
1. Mahasiswa dapat memahami prosedur penegboran tanah
2. Mahasiswa dapat memahami cara pengambilan sampel tanah
disturbed (terganggu) dan undisturbed (tidak tergangu)
3. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan tanah berdasarkan
karakteristik tanah dari suatu kedalaman
4. Mahasiswa dapat menggambarkan profil tanah berdasarkan hasil
pegeboran tanah
2.2 TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Dasar Teori
Boring Test adalah suatu pengujian tanah yang berfungsi
untuk mengetahui kondisi tanah, daya dukung tanah, karakteristik
tanah, serta kondisi geologi tanah seperti sifat dan kekuatan dari
tanah pada tiap lapisan hingga mencapai kedalaman tanah keras.
Standart yang ditetapkan dalam pengujian ini yaitu SPT (Standart
Peneteration Test) dengan nilai setiap interval 2,0m
Standart ini mengacu pada ASTM D.1586 dengan berat
hammer yang digunakan adalah 63,5 kg dan tinggi jatuh bebas
hammer yaitu 76 cm. Biasanya, model alat boring yang digunakan
memiliki hammer otomatis.
Dalam boring test dilakukan dengan pengambilan Undisturbed
dan Disturbed Sampling serta SPT (Standard Penetration Test). 
1 . Undisturbed Sampling
Undisturbed Soil Sample (tanah tak terganggu) adalah tanah yang
memiliki struktur yang berbeda dari tanah terganggu yang
dikarenakan masih belum terganggu oleh faktor luar dan
mempertahankan sifat aslinya serta masih memiliki struktur yang
asli dan belum rusak. Tujuan pengambilan sampel tanah tak
terganggu untuk menganalisis sifat fisik tanah seperti berat tanah,
kekuatan tanah, kadar air tanah dan lain lain. 

2. Disturbed Sampling 
Disturbed Soil Sample (tanah terganggu) adalah tanah yang
memiliki struktur yang sudah berbeda dengan struktur pada tempat
asalnya karena strukturnya sudah cukup rusak atau bahkan hancur
seluruhnya. Tujuan pengambilan dari tanah terganggu adalah
menganalisis ukuran butir tanah, batas atterberg, pemadatan, dan
lain-lain. 

2.3 METODE PELAKSANAAN


2.3.1 Alat dan Bahan
No Nama Alat Gambar

1. Pompa air
2. Stangbor

3. Mesin
Hydraulic

4. Tabung Shleby

5. Kunci Pipa

6. Plastik
7. Hammer

8. Selang

9. Tali Tambang

10. K3LH

2.3.2 Langkah Kerja


a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Tentukan lokasi pengeboran.
c. Bawa peralatan dan bahan yang diperlukan ke lapangan dengan hati-hati.
d. Pastikan pekerja telah menggunakan APD lengkap.
e. Pasang tiang penyangga/tripod dan mesin hydrolic.
f. Lakukan pengeboran pada area tanah dengan menekan menggunakan mesin bor. 
g. Tekan bor sampai kedalaman tertentu.
h. Angkat mata bor untuk mendapatkan hasil tanah baik disturb maupun undisturb serta SPT
(Standard Penetration Test)
i. Simpan hasil tanah dalam wadah plastik dan catat data SPT pada percobaan yang telah
dilakukan.
j. Segera bawa tanah  ke laboratorium untuk dilakukan pengujian lebih lanjut.  
2.4 ANALISIS DATA
2.4.1 Hasil Praktikum
Jenis Test : Bor Dalam
Lokasi : Kampus ITS Manyar
MAT : 63 cm
Disturb/ Nilai SPT
Kedalaman N-
Undisturb Legenda Deskripsi Grafik SPT
(m) Value
Sample N1 N2 N3
0 Lempung
Berlanau,
berwarna
1 5 10 15 20 25
hitam abu-
abu
2
Lempung 1 1 1 2
3
Pasir
4
Berlanau
5 Loss
6
Lempung
7
Loss
8 Lempung
berpasir,
9 Berwarna
Abu-abu
10 Loss
11
12
Lempung 1 2 2 4
13
14
15 1 1 1 2
Lanau
Berpasir,
16 Berwarna
Abu
Kecoklatan
Lempung
Berlanau
Berpasir,
17
Berwarna
Abu-
Kecoklatan 3 3 3 6
Lempung
Lanau
18 Berpasir,
Berwarna
Abu-Abu
Lempung
Lanau
Berpasir,
19
Berwarna
Abu
Kecoklatan
Lempung,
Berwarna
20 4 4 7 11
Abu
Kecoklatan
Lempung
Berpasir
Berkerikil,
21
Berwarna
Abu
Kecoklatan
Lempung,
22 Berwarna
5 8 9 17
Abu
23 Kecoklatan
24 Lempung,
Berwarna
25 Abu-Abu 6 10 12 22
End of Boring

Legenda:
Lempung Pasir
Lanau Kerikil
Undisturb Disturb

Tabel 1.4.1
N-Value Kepadatan Relatif
<4 Sangat Tidak Padat
4-10 Tidak Padat
10-30 Kepadatan Sedang
30-50 Padat
>50 Sangat Padat

2.5 Kesimpulan
Dari hasil analisa data, keseluruhan tanah cenderung berjenis
lempung. Dengan uji SPT dapat diambil kesimpulan bahwa tanah pada
kedalaman 1-19m cenderung sangat tidak padat, sedangkan tanah pada
kedalaman 20-25 m memiliki kepadatan sedang.
DAFTAR PUSTAKA

Prayogo, K. & Saptowati, H., 2016. Penyelidikan Struktur dan


Karakteristik Tanah untuk Desain Pondasi Iradiator Gamma
Kapasitas 2MCl. Perangkat Nuklir, 10(1), p. 21.

Putri, Ayu. Laporan Praktikum Mekanika Tanah 1. Universitas


Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Prayogo, K. & Saptowati, H., 2016. Penyelidikan Struktur dan Karakteristik Tanah untuk
Desain Pondasi Iradiator Gamma Kapasitas 2MCl. Perangkat Nuklir, 10(1), p.
21.
BAB III
VOLUMETRI
GRAVIMETRI
3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan pembangunan gedung, transportasi darat, maupun


air, ilmu mekanika tanah sangatlah penting. Hal ini diperlukan untuk
mendapat sifat tanah dari suatu tempat yang akan dibangun dan melihat daya
dukung tanah dari daerah tersebut. Daya dukung tanah adalah
kemampuan tanah untuk memikul tekanan atau beban maksimum yang
diizinkan untuk bekerja pada pondasi.

Tanah merupakan himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-


endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar
(bedrock). Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh
karbonat, zat organik, atau oksida yang mengendap di antara partikel-partikel.
Ruang di antara partikel-partikel berisi air, udara, maupun keduanya
(Hardiyatmo, 1992).

Untuk melihat suatu sifat dari tanah diperlukan suatu pengujian, parameter
pengujian yang dilakukan kali ini berupa berat volume tanah (γ), kadar air
(Wc), dan specific gravity (Gs).

3.1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini untuk menentukan berupa berat volume tanah
(γ), kadar air (Wc), dan specific gravity (Gs)

3.1.3 Manfaat
Mengetahui sifat – sifat tanah dan penerapannya dalam dunia keteknik
sipilan
3.2 TINJAUAN PUSTAKA
3.2.1 Dasar Teori
Tanah dari pandangan ilmu Teknik Sipil merupakan himpunan mineral,
bahan organik dan endapan-endapan yang relative lepas (loose) yang
terletak di atas batu dasar (bedrock). Ikatan antara butiran yang relatif
lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida
yang mengendap-ngendap diantara partikel partikel. Ruang diantara
partikel-partikel dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya
(Hardiyatmo, 1992).
Fase Tanah
Secara umum , tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian, kemungkinan
tersebut adalah:
a. Tanah kering, hanya terdiri dari dua bagian, butir-butir tanah dan
pori-pori udara
b. Tanah jenuh, hanya terdiri dari dua bagian, yaitu bagian padat atau
butiran dan air pori
c. Tanah tidak jenuh terdiri dari tiga bagian, yaitu padat atau butiran,
pori-pori udara, dan air pori

Gambar 1 Fase Tanah Sumber: (DAS, 1999)


Ukuran Partikel Tanah

Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand),


lanau (silt), dan lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang
paling dominan tanah tersebut Kerikil (gravels) adalah kepingan -
kepingan dari batuan yang kadang- kadang juga mengandung partikel
mineral quartz, feldspar, dan mineral - mineral lain. Pasir (sand)
sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar. Butiran dari
mineral yang lain mungkin juga masih ada pada golongan ini. Lanau
(Silts) sebagian besar merupakan mikroskopis (berukuran sangat kecil)
dari tanah yang terdiri dari butiran - butiran quartzyang sangat halus, dan
sejumlah partikel berbentuk lempengan - lempengan pipih yang
merupakan pecahan dari mineral - mineral mika. Lempung (clays)
sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis
(tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskop biasa (Das,
1995).

Kadar Air Tanah (w)

Tanah terdiri dari dari bahan yaitu butiran tanahnya sendiri, air dan udara
yang terdapat didalam ruangan antara butiran-butiran tanah. Ruangan
tersebut disebut dengan ruangan pori, jika tanah dalam keadaan kering
maka sudah tidak ada air dalam porinya, namun umumnya keadaan ini
jarang sekali di temukan pada tanah asli yang ditemukan di lapangan.

Rumus dasar untuk mengetahui atau mencari kadar air adalah :

 w = Kadar air dalam (%)


 W1 = Berat cawan kosong (gram)
 W2 = Berat cawan + tanah basah (gram)
 W3 = Berat cawan + tanah kering (gram)

Berat Volume Tanah


Dalam menentukan berat volume tanah hal yang diperlukan yaitu :

a) Menghitung berat tanah basa

 = Berat tanah basah


 = Berat cawan + tanah
 = Berat cawan

b) Menghitung berat air raksa

 = Berat air raksa


 = Berat cawan peluberan
 = Berat cawan peluberan + air raksa

c) Mengukur volume tanah

 V = Volume tanah
 = Berat air raksa
 13,6 = Berat jenis air raksa

d) Mengukur berat volume tanah

 γ = Berat volume tanah


 = Berat tanah basah
 V = Berat volume tanah

Spesific Gravity (Gs)

Berat spesifik dari butiran tanah (bagian padat) sering dibutuhkan dalam
bermacam –macam keperluan perhitungan dalam mekanika tanah.
Harga- harga itu dapat ditentukan secara akurat di laboratorium (Das,
1995).Perhitungan berat jenis tanah dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan berikut :

 Gs = Berat jenis tanah


 = Berat piknometer
 = Berat piknometer + tanah + air
 = Berat piknometer + tanah kering
 = Berat piknometer + air
 = Koreksi BJ pada suhu tertentu
 T2 = Koreksi BJ pada suhu tertentu

Sebagian besar mineral –mineral yang ada mempunyai besar spesifik


berkisar antara 2,6-2,9 dengan variasi yang agak kecil jarang dibawah 2,6
atau diatas 2,9. Berat spesifik dari bagian padat tanah pasir yang bewarna
terang umumnya sebagian besar terdiri dari quartz yang dapat
diperkirakan sebesar 2,65. Untuk tanah berlempung , hanya berkisar
antara 2.6-2,9

3.3 METODE PELAKSANAAN


3.3.1 Volumetri
a. Alat dan Bahan
No Nama Alat Dan Bahan Gambar
1 Tanah undisturb
2 Cawan Sampel

3 Timbangan

4 Air raksa

5 Mangkok

6 Desikator plat kaca

b. Langkah Kerja
1) Keluarkan tanah kering dari tabung contoh dengan
extruder
2) Ambil sebagian kecil tanah yang dikeluarkan selanjutnya
potong menyerupai kubus ukuran 2x2x2 cm3
3) Letakkan tanah pada cawan dan timbang beratnya (Wc),
selanjutnya hitung berat cawan + tanah
4) Ambil mangkok besar dan selanjutnya letakkan gelas
kecil didalamnya
5) Tuangkan air raksa ke dalam gelas tersebut
6) Masukkan tanah kedalam gelas kecil yang berisi air raksa,
kemudian ratakn menggunakan plat kaca 3 paku hingga
tanah tercelup dan air raksa meluber
7) Timbang air raksa yang meluber
3.3.2 Kadar Air (Wc)
a. Alat dan Bahan
No Nama Alat Dan Bahan Gambar
1 Tanah undisturb

2 Oven dengan pengatur suhu

3 Cawan kedap udara


4 Neraca elektrik ketelitian
0,01 gram

b. Langkah kerja
1) Ambil contoh tanah asli (undisturbed)
2) Timbang cawan dan catat nomor cawan
3) Letakkan contoh tanah kedalam cawan
4) Timbang cawan + tanah
5) Cawan + tanah dioven selama 24 jam
6) Tanah kering hasil oven ditimbang dengan cawan
3.3.3 Gravimetri
a. Alat dan Bahan
No Nama Alat Dan Bahan Gambar
1 Tanah undisturbed

2 Air
3 Piknometer

4 Timbangan

5 Alat Vakum

6 Alat penumbuk
b. Langkah kerja
1) Keringkan sejumlah ± 200 gram tanah kedalam oven
2) Tumbuk tanah yang sudah dikeringkan sampai halus menjadi
bubuk dengan alat penumbuk
3) Masukkan sejumlah bubuk tanah ke dalam piknometer
4) Timbang piknometer yang sudah berisi bubuk tanah
5) Isi piknometer + bubuk tanah dengan air ± 2 cm kemudian
biarkan beberapa saat kemudian divakum
6) Hentikan vakum bila gelembung udara yang timbul selama
vakum tinggal sedikit
7) Isi kembali piknometer menggunakan air hingga batas leher
lalu vakum kembali
8) Hentikan memvakum bila selisih kenaikan muka air antara
divakum dan tidak divakum relatif kecil (h<1 cm) dan
meneruskan memvakum bila beda kenaikan muka air masih
relative besar (h>1 cm)
9) Isi kembali piknometer dengan air sampai batas yang
ditentukan dan ukur temperature
10) Bersihkan piknometer dan keringkan kemudiaan isi dengan air
sampai batas bawah leher, kemudian timbang piknometer + air
3.4 ANALISIS DATA
3.4.1 Hasil Percobaan Volumetri

No Cawan 28 AA X2 16
Kedalaman (meter) 20 25
Berat cawan (gr)(Wc) 46,22 45,96 45,24 46,3
Berat cawan + berat tanah basah
60,44 59,61 55,9 58,76
(gr)(Wct)
Berat tanah basah (gr)(W1)(*) 14,22 13,65 10,66 12,46
Berat cawan + air Raksa (gr) (W4) 248 242,04 195,25 211,58
Berat air raksa yang dipindahkan
142,2 136,24 89,45 105,78
(gr)(W2)(*)
Berat mangkok penadah air raksa
105,8 105,8 105,8 105,8
(gr)(W3)
Volume tanah basah (Vt)(*) 10,4559 10,0176 6,57721 7,77794
Berat volume tanah basah (*) 1,36 1,3626 1,62075 1,60197
(*) Didapat dari hasil perhitungan

3.4.2 Hasil Percobaan Kadar Air (Wc)

No Cawan 28 AA X2 16
Kedalaman (meter) 20 25
Berat Cawan (gr) (W1) 46,22 45,96 45,24 46,3
Berat cawan + Berat tanah basah
60,44 59,61 55,9 58,76
(gr)(W2)
Berat cawan + tanah kering (gr)(W3) 55 54,44 52 54,15
Berat air (gr) (*)(W2-W3) 5,44 5,17 3,9 4,61
Kadar air (Wc) % (*)(W) 61,959 60,967 57,6923 58,7261
(*) Berdasarkan perhitungan

3.4.3 Hasil Percobaan Gravimetri

No Piknometer 15
No Cawan 28 AA
Berat pikonometer (gr) (W1) 143,95 143,95
Berat pikonometer + tanah kering (gr) 152,81 152,7
(W3)
Berat piknometer + tanah + air (gr) (W2) 397,47 397,48
Temperature (T1) 28,5 29
Berat piknometer + air (W4) 391,93 391,95
Temperature (T2) 28 27
Gs 2,63326 2,68053
(*) Berdasarkan perhitungan
3.5 PENUTUP
Berdasarkan 4 sampel tanah dari dua kedalaman yang berbeda dihitung
mulai dari volumetric, kadar air, dan gravimetric didapat hasil sebagai berikut
:
 Sampel tanah 1 kedalaman 20 meter
γt = 1,36 gr/cm3
Wc = 61,959%
Gs = 2,63326
 Sampel tanah 2 kedalaman 20 meter
γt = 1,3626 gr/cm3
Wc = 60,967%
Gs = 2,68053
 Sampel tanah 3 kedalaman 25 meter
γt = 1,62075 gr/cm3
Wc = 57,6923%
 Sampel tanah 4 kedalaman 25 meter
γt = 1,60197 gr/cm3
Wc = 58,7261%
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan nilai Gs dari sampel tanah 1
dan 2 telah memenuhi standart uji ASTM 0-854-58, yang mana menyebutkan
bahwa nilai Gs tanah berlempung harus berkisar 2,6-2,7

DAFTAR PUSTAKA

Das, B. M. (1995) Mekanika Tanah I. Edited by N. E. Mochtar and I. B. Mochtar.


Jakarta: Erlangga.
DAS, B. M. (1999) Principles Of Geotechnical Engineering. 7th edn. United
Statetes: CENGAGE Learning.
Hardiyatmo, H. C. (1992) Mekanika Tanah I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
LAMPIRAN
BAB IV
ATTERBEG LIMIT
4.1 PENDAHULUAN
4.1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu bagian terpenting yang harus diketahui
keadaannya dalam perencanaan dan pembangunan suatu konstruksi. Oleh
karena itu, maka penting juga dilakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap
keadaan tanah tersebut. Pada penelitian dan pemeriksaan keadaan jenis tanah
terdapat pemeriksaan untuk mengetahui batas cair, batas plastis, dan batas
susut jenis tanah.

Penelitian untuk mengetahui nilai-nilai tersebut dapat dilakukan dengan


melakukan pengujian atau praktikum Atterberg’s Limit yang memiliki
parameter Batas Cair, Batas Plastis, dan Batas Susut suatu jenis tanah.

4.1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Atterberg’s Limit yaitu sebagai berikut :
a. Dapat menentukan nilai batas cair (Liquid Limit) tanah.
b. Dapat menentukan nilai batas plastis (Plastis Limit) tanah.
c. Dapat menentukan nilai batas susut (Shrinkage Limit) tanah.
d. Dapat mengetahui nilai indeks plastisitas (Plasticity Index) tanah.
4.1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat memahami lebih dalam materi yang didapatkan
melalui praktikum yang telah dilakukan.
b. Mahasiswa dapat menentukan suatu hasil dari percobaan yang telah
dilakukan.

4.2 TINJAUAN PUSTAKA


4.2.1 Dasar Teori
Atterberg’s Limit merupakan metode pengujian untuk mengetahui batas
konsistensi tanah dengan cara memberikan kadar air yang berbeda pada
masing-masing tanah yang akan diuji. Dengan mengetahui batas konsistensi
tanah maka dapat ditentukan jenis, sifat, dan klasifikasi tanah.
Batas-batas konsistensi terdiri atas :
1. Batas Cair (Liquid Limit) = LL
Menyatakan kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan
keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.
2. Batas Plastis (Plastic Limit) = PL
Menyatakan kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi
padat.
3. Batas Susut (Shrinkage Limit) = SL
Menyatakan kadar air padat kedudukan antara semi padat dan padat.
Batas-batas Atterberg’s dapat digambarkan lokasinya sebagai berikut :

Batas Susut (SL) Batas Plastis (PL) Batas Cair (LL)

PADAT SEMI PADAT PLASTIS CAIR


SL PL LL
SHRINKAGE LIMIT PLASTIC LIMIT LIQUID LIMIT

4.3 METODE PELAKSANAAN


4.3.1 Prosedur
Karena praktikum ini terdiri dalam 3 bagian, maka peralatan dan langkah
kerja akan dibagi sesuai percobaan yang dilakukan.
4.3.1.1 Batas Cair (Liquid Limit)
A. Alat dan Bahan
No Nama Gambar
Satu set alat tes
1
Liquid Limit

Alat pembuat alur


2
(Grooving Tool)

3 Air Suling

4 Oven

5 Saringan nomor 40
(0.42 mm)

Senduk dempul /
6
Kapi

7 Plat kaca

8 Casagrande

9 Cawan (4 buah)

10 Spatula

11 Sampel tanah
12 Timbangan

B. Langkah Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Haluskan sampel tanah menggunakan saringan nomor 40.
3) Letakkan 200 gr sampel tanah yang sudah disaring di atas
plat kaca pengaduk.
4) Campurkan sedikit demi sedikit benda uji dan air suling
hingga merata dengan menggunakan spatula.
5) Sebagian benda uji diambil dan diletakkan di atas mangkok
alat batas cair, ratakan permukaan agar sejajar dengan dasar
alat (bagian yang tebal harus ± 1 cm).
6) Membuat alur dengan membagi adonan dalam mangkok
casagrande menjadi 2 bagian menggunakan alat pembuat
alur (grooving tool) melalui garis tengah pemegang
mangkok yang simetris atau lurus. Pada saat membuat alur,
posisi alat harus tegak lurus dengan permukaan mangkok.
7) Selanjutnya, putar alat batas cair standard hingga mangkok
naik atau jatuh dengan kecepatan 2 putaran/detik.
Pemutaran dilakukan hingga dasar alur sampel tanah
bersinggungan. Kemudian catat jumlah pukulan pada saat
bersinggungan.
8) Masukkan sampel tanah ke dalam cawan dan timbang
beratnya, setelah itu masukkan tanah kedalam oven selama
24 jam.
9) Ulangi langkah pada poin 5 dan poin 8 sebanyak 3 kali
percobaan dengan campuran yang lebih banyak kadar
airnya.
10) Jumlah pukulan dilakukan 1 kali diatas 25 pukulan dan 2
kali dibawah 25 pukulan.
11) Catat hasil praktikum pada tabel yang sudah disediakan.

4.3.1.2 Batas Plastis (Plastic Limit)


A. Alat dan Bahan

No Nama Gambar
Satu set alat tes
1
Plastic Limit
2 Penggaris

3 Oven

4 Saringan nomor
40 (0.42 mm)

5 Spatula

6 Plat kaca

7 Timbangan

8 Cawan

9 Air suling
10 Sampel tanah

B. Langkah Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Haluskan sampel tanah menggunakan alat penumpuk dari
porcelain.
3) Saring sampel tanah menggunakan saringan nomor 40.
4) Gunakan tanah yang mempunyai ketukan casagrande
terbanyak (kadar air paling sedikit).
5) Letakkan sampel tanah yang sudah disaring sebanyak 100
gram diatas plat kaca, tambahkan air dan aduk hingga
merata.
6) Buatlah bola-bola tanah, kemudian bola tanah tersebut
digiling di atas plat kaca.
7) Lakukan penggilingan sampai benda uji tersebut berbentuk
batang dengan diameter 3 mm. Jika belum mencapai
diameter 3 mm benda uji sudah retak, maka benda uji
tersebut harus disatukan kembali dengan cara
menambahkan sedikit air dan aduk hingga merata. Jika
penggilingan bola tanah tersebut dapat mencapai diameter
lebih kecil dari 3 mm, maka benda uji perlu dibiarkan
beberapa saat agar kadar airnya dapat berkurang, atau dapat
dengan cara menambahkan tanah yang sudah disaring
secukupnya.
8) Ulangi adukan dan gilingan hingga retakan pada benda uji
terjadi tepat saat gilingan berdiameter 3 mm.
9) Hasil gilingan yang sudah tepat kadar airnya (mengalami
keretakan pada diameter 3 mm) dimasukkan ke dalam
cawan lalu ditimbang.
10) Kemudian benda uji tersebut dimasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dan diperiksa kadar airnya.
4.3.1.3 Batas Susut (Shrinkage Limit)
A. Alat dan Bahan
No Nama Gambar
Satu set alat tes
1
Shrinkage Limit
2 Timbangan

3 Oven

4 Vaseline
5 Sampel tanah

6 Plat Kaca

Plat kaca yang


7 dilengkapi
dengan 3 paku
8 Spatula

9 Air suling
10 Air raksa (Hg)
Mangkuk
11 peluberan
Mangkuk
Shrinkage Limit
12 (diameter 4,4 cm
dan tinggi 1,25
cm)

B. Langkah Kerja
1) Siapkan tanah sisa percobaan (Liquid Limit), kemudian
campur dengan air secukupnya.
2) Timbang mangkuk shrinkage dalam keadaan kosong.
3) Kemudian masukkan sampel tanah yang sudah tercampur
dan mengalami kurang dari 25 kali ketukan ke dalam
mangkuk shrinkage limit.
4) Timbang berat tanah tersebut, kemudian oven mangkuk
yang berisi tanah tersebut selama 24 jam.
5) Setelah dioven selama 24 jam, ambil dan timbang beratnya.
6) Masukkan sampel tanah yang telah kering ke dalam
mangkuk yang telah diisi penuh dengan air raksa, lalu
letakkan di dalam mangkuk peluberan.
7) Tekan sampel tanah tersebut dengan plat kaca berpaku
hingga plat kaca tersebut rata dengan permukaan mangkuk
sehingga air raksa akan tumpah dan ditampung oleh
mangkuk peluberan.
8) Timbang berat air raksa tersebut dengan cara membagi berat
air raksa yang tumpah dengan berat jenis air raksa (13,6),
sehingga dapat ditemukan volume tanah kering (Vd).
9) Untuk mengetahui volume tanah basah yang terdapat pada
mangkuk shrinkage limit, lakukan dengan cara mengisi
mangkuk shrinkage limit dengan air raksa hingga penuh
lalu ratakan menggunakan plat kaca yang berisi 3 paku.
10) Masukkan tanah tersebut ke dalam cawan lalu timbang
beratnya, kemudian masukkan ke dalam oven selama 24
jam.
4.4 ANALISA DATA
4.4.1 Hasil Percobaan Praktikum Liquid Limit (LL)
No Cawan (kode) Satuan LL 1 LL 2 LL 3

Kedalaman Meter 19 - 20
Percobaan ke 1 2 3
Berat Cawan (W1) Gram 3,2 8,24 9,37
Berat Cawan + Tanah Basah Gram 22,94 34,06 39,10
(W2)
Berat Cawan + Tanah Kering Gram 16,56 22,80 24,48
(W3)
Berat Tanah Kering (Ws) Gram 13,36 14,56 15,11
Berat Air (Ww) Gram 6,38 11,26 14,62
Kadar Air (Wc) % 47,75 77,33 96,75
Jumlah Pukulan N 60 24 18
Batas Cair (LL) 58,08 69,21 83,63
Keterangan :
W1 , W2, W3 : Data hasil praktikum
Ww :
Ws :

Wc :

LL : =
4.4.2 Hasil Percobaan Praktikum Plastic Limit (PL)

No Cawan (kode) Satuan PL 1

Kedalaman Meter 19 - 20
Berat Cawan (W1) Gram 55,12
Berat Cawan + Tanah Basah Gram 56,38
(W2)
Berat Tanah Basah Gram 1,26
Berat Cawan + Tanah Kering Gram 55,95
(W3)
Berat Tanah Kering Gram 0,83
Berat Air (Ww) Gram 0,43
Batas Plastis (PL) % 51,81
Keterangan :
W1 , W2, W3 : Data hasil praktikum
Ww :

Ws :

PL :

4.4.3 Perhitungan Plasticity Index (PI)


No. Liquid Limit Plasticity Index
(LL) (PI)

1 58,08 6,27
2 69,21 17,4
3 83,63 31,82

Keterangan :
PI = |LL – PL|
Untuk N=25
 LL = 66,80%
 PL = 51,81%
 PI = |LL – PL|
= |66,80% – 51,81%|
= 14,99% ~ 15%

4.4.4 Hasil Percobaan Praktikum Shrinkage Limit (SL)


Nomor Cawan Satuan SL 1 SL 2

Berat Cawan (W1) Gram 17,56 16,92


Berat Cawan + Tanah Basah (W2) Gram 42,28 42,49
Berat Tanah Basah (W3) Gram 24,72 25,72
Berat Hg tumpah (Tanah Basah) (W4) Gram 352,52 341,24
Berat Cawan + Tanah Kering (W5) Gram 30,86 30,53
Berat Tanah Kering (W6) Gram 13,3 13,61
Berat Hg tumpah (Tanah Kering) (W7) Gram 209,88 205,58
Volume Tanah Basah (Vi) 25,92 25,09

Volume Tanah Kering (Vd) 15,43 15,12

Kadar Air (Wc) % 85,86 87,88


Batas Susut (SL) % 7.01 14,58

Keterangan :
W1 , W2, W4, W5, W7 : Data hasil praktikum
W3 :

W6 :

Vi
:

Vd
:

Wc :

SL :

4.5 KESIMPULAN

A. Percobaan Praktikum Liquid Limit (LL)


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat menghasilkan besar
Batas Cair (LL). Pada percobaan pertama dengan 60 jumlah pukulan (N)
didapatkan (LL = 53,08), percobaan kedua (N = 24) didapatkan hasil (LL
= 69,21), dan percobaan ketiga (N = 18) didapatkan hasil (LL = 83,63).
Berdasarkan analisis regresi dan persamaan kurva logaritmic, dengan
substitusi N=25 maka dapat diketahui nilai LL=66,80%.
B. Percobaan Praktikum Plastic Limit (PL)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari batas
plastis yaitu (PL = 51,81%)
C. Perhitungan Plasticity Index (PI)
Berdasarkan hasil perhitungan yang didapat dari percobaan LL dan PL
maka dapat diketahui indeks plastisitas tepat pada saat N=25 yaitu sebesar
(PI=80,72)
D. Percobaan Praktikum Shrinkage Limit (SL)
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat menghasilkan besar
Batas Susut (SL). Pada percobaan pertama (SL1=7,01%), dan pada
percobaan kedua (SL2=14,58%).

Berdasarkan grafik plastisitas untuk klasifikasi tanah USCS dapat


diketahui jenis tanah ini merupakan OH atau MH. OH adalah tanah
lempung organik dengan plastisitas sedang hingga tinggi, sedangkan MH
adalah tanah lanau anorganik, tanah berpasir halus atau berlumpur yang
mengandung mika atau diatom, lanau elastis.
BAB V
ANALISA SARINGAN
5.1 PENDAHULUAN
5.1.1 Latar Belakang
Dalam pengelompokan jenis tanah terdapat beberapa metode, mulai dari
metode yang sederhana hingga membutuhkan alat-alat dan juga
laboratorium untuk mengujinya. Dari berbagai metode ini menghasilkan
berbagai jenis data juga, semakin terkesan sederhana pengujiannya maka
hasil yang akan didapat akan menjadi semakin sederhana juga, dalam artian
pengelompokan jenis tanah dalam skala yang besar. Demikian pula dengan
metode yang semakin rumit maka akan menghasilkan data yang semakin
spesifik. Dengan begitu hasil dari pengelompokan dapat diolah sesuai
dengan kebutuhan.

5.1.2 Tujuan Umum


Untuk mendapatkan distribusi butiran dari suatu sampel tanah

5.1.3 Tujuan Khusus


 Dapat melakukan tes laboratorium untuk mendapatkan distribusi butiran
tanah dengan menggunakan saringan
 Dapat melakukan perhitungan tes analisa saringan
 Dapat menggambar grafik distribusi butiran dari hasil tes saringan

5.2 TINJAUAN PUSTAKA


5.2.1 Dasar Teori
Percobaan analisa saringan dipakai untuk diameter butiran tanah lebih
besar dari 0,075 mm untuk standart ASTM, AASHTO, dan USCS.
Sedangkan untuk standart MIT dipakai untuk diameter butiran lebih besar
dari 0,06 mm.
Analisa saringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kering dan
cara basah. Cara kering dilakukan dengan menggetarkan saringan, baik itu
digetarkan dengan cara manual atau dengan alat penggetar. Cara basah
dilakukan dengan mencampur tanah dengan air sampai menjadi lumpur
encer dan dibasuh seluruhnya melewati saringan.
Hasil dari analisa saringan umumnya digambarkan dalam kertas
semilogaritmik yang dikenal sebagai kurva distribusi ukuran-butiran
(particle-size distribution curve). Diameter partikel (butiran) digambarkan
dalam skala logaritmik, dan persentase dari butiran yang lolos ayakan
digambarkan dalam skala hitung biasa.

5.3 METODE PELAKSANAAAN


5.3.1 Alat dan Bahan
a. Timbangan dan neraca
b. 1 set saringan, dengan urutan 4”, 10”, 20”, 40”, 100”, 200”, pan
c. Cawan
d. Selang air
e. Kuas
f.Sendok
g. Tanah sampel
h. Oven
i.Alat pemisah contoh

5.3.2 Langkah Kerja


1. Sediakan alat-alat yang akan digunakan.
2. Sampel tanah yang akan diuji, dikeringkan terlebih dahulu dalam oven.
3. Setelah kering, tanah dikeluarkan. Jika ada gumpalan harus ditumbuk
terlebih dahulu agar mudah disaring.
4. Timbang tanah kering dengan berat kira-kira 500 gr.
5. Tanah kering yang sudah ditimbang tersebut kemudian dimasukan
saringan.
6. Susunan saringan digoyangkan, kemudian diflush oleh air mengalir
melalui selang sedikit demi sedikit sambil mengamati apakah ada
gumpalan tanah yang mengganjal pada tiap susunan saringan tersebut.
7. Apabila tanah sudah turun semua, tiap susunan saringan dapat diambil
dan dipindahkan ke wadah/loyang untuk kemudian dimasukkan kedalam
oven.
8. Setelah air pada wadah/loyang kering dan hanya menyisakan tanah,
tanah tersebut dapat ditimbang lagi berdasarkan susunan saringannya
dan disimpan.

5.3.3 Analisis Data

Berat Tanah yang


Diameter % Tanah % Tertahan
No Tertahan pada % Lolos
Saringan Tertahan Tiap Kumulatif
Saringan Tiap Saringan (%)
(mm) Saringan (%) (%)
(gram)
4 4,760 0 0 0 100
10 2,000 0,02 0,004 0,004 99,996
20 0,840 0,19 0,039 0,043 99,957
40 0,420 0,18 0,037 0,080 99,920
100 0,149 0,27 0,055 0,135 99,865
200 0,075 0,23 0,047 0,181 99,819
pan - 489,67
Jumlah 490,56
Grafik data sampel tanah yang lolos tiap nomor ayakan

5.3.4 Analisis Perhitungan


Jumlah total tanah kering = 490,56 gr
 Saringan no. 10
% Tanah Tertahan = (Berat Tanah Tertahan) x 100%
(Berat Total Tanah Kering)
= 0,02 x 100 = 0,004%
490,56
% Kumulatif Tanah Tertahan = % Tanah yang Ditinjau + % Kumulatif
Tanah Tertahan Sebelumnya
= 0,004 % + 0 % = 0,004 %
% Tanah Lolos = 100 % - % Kumulatif Tanah Tertahan
= 100 % - 0,004 % = 99,996%
 Saringan no. 20
% Tanah Tertahan = 0,19 x 100 = 0,039 %
490,56
% Kumulatif Tanah Tertahan = 0,039 % + 0,004 % = 0,043 %
% Tanah Lolos = 100 % - 0,043 % = 99,957 %
 Saringan no. 40
% Tanah Tertahan = 0,18 x 100 = 0,037 %
490,56
% Kumulatif Tanah Tertahan = 0,037 % + 0,043 % = 0,080 %
% Tanah Lolos = 100 % - 0,080 % = 99,920 %
 Saringan no. 100
% Tanah Tertahan = 0,27 x 100 = 0,055 %
490,56
% Kumulatif Tanah Tertahan = 0,055 % + 0,080 % = 0,135 %
% Tanah Lolos = 100 % - 0,135 % = 99,865 %
 Saringan no. 200
% Tanah Tertahan = 0,23 x 100 = 0,047 %
490,56
% Kumulatif Tanah Tertahan = 0,047 % + 0,135 % = 0,181 %
% Tanah Lolos = 100 % - 0,181 % = 99,819 %
5.4 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum analisa saringan ini dapat diperoleh tanah yang
tertahan 0,181 % dan tanah yang lolos 99,819 %. Karena pada praktikum
terdapat lebih dari 50% dari sampel tanah yang lolos saringan nomor 200,
maka dapat disimpulkan bahwa sampel tanah menurut sistem klasifikasi
USCS adalah jenis tanah lanau atau lempung.
Tabd . Sisteai ktasiFikasi wa Uaificd

â en dump
en Am#ad
BAB VI
HIDROMETER
6.1 PENDAHULUAN
6.1.1 Latar Belakang
Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis
(kepadatan relatif) dari cairan, yaitu rasio densitas cairan kepadatan air.
Hidrometer merupakan alat ukur yang dirancang oleh seorang ilmuwan
berkebangsaan Perancis bernama Antoine Baume yang menggunakan aplikasi
dari Hukum Archimedes yang digunakan untuk mengetahui massa jenis suatu
zat cair.
Sebuah hidrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari batang silinder
dan bola pembobotan dengan merkuri atau tembakan timah untuk membuatnya
mengapung tegak. Cairan yang akan diuji dituangkan ke dalam wadah tinggi,
seringkali sebuah silinder lulus, dan hidrometer yang lembut diturunkan ke
dalam cairan sampai mengapung bebas. Titik di mana permukaan cairan
menyentuh batang hidrometer yang dicatat. Hidrometer biasanya mengandung
skala di dalam batang, sehingga berat jenis dapat dibaca langsung. Berbagai
skala ada, dan digunakan tergantung pada konteksnya.
Hidrometer dapat dikalibrasi untuk kegunaan yang berbeda, seperti
lactometer untuk mengukur densitas (creaminess) dari susu, saccharometer
untuk mengukur kepadatan gula dalam cairan, atau alkohol meter untuk
mengukur tingkat alkohol yang lebih tinggi dalam roh.
Dalam makalah ini akan disajikan secara lengkap mengenai hidrometer.

6.1.2 Tujuan
Menentukan distribusi butiran tanah (grain size distribution) dari suatu
sample tanah yang memiliki diameter lebih kecil dari 0,074 mm (saringan no.
200 ASTM) dengan cara pengendapan (hidrometer)

6.1.3 Manfaat
1. Mengetahui definisi Hidrometer
2. Mengetahui bagian-bagian Hidrometer
3. Mengetahui cara menggunakan Hidrometer
4. Mengetahui cara membaca hasil pengukuran dengan Hidrometer
6.2 TINJAUAN PUSTAKA
6.2.1 Dasar Teori
Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis
(kerapatan relatif) dari suatu cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan
densitas air. Hidrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah
batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri (raksa) untuk
membuatnya mengapung tegak.
Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes dimana benda
padat yang tersuspensi pada fluida (dalam praktikum ini, benda padat yang
dimaksud adalah tanah) akan terkena gaya ke atas sebesar gaya berat fluida
yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut,
semakin jauh hidrometer tenggelam. Seberapa jauh hidrometer tersebut
tenggelam dapat dilihat dari skala pembacaan yang terdapat dalam hydrometer
itu sendiri.

Gambar 1: hydrometer dalam cairan

Dasar tes ini adalah hukum stokes untuk jatuhnya bola dalam cairan kental
dimana kecepatan terminal jatuh tergantung dari diameter butir dan kepadatan
tanah dalam suspensi dan cairan sehingga diameter butir dapat dihitung dari
data tentang jarak dan waktu jatuh.
Hidrometer juga dapat menentukan berat jenis dari suspensi dan jika
memungkinkan, persentase partikel dan diameter partikel tertentu setara untuk
dihitung. Praktikum ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh dari
suatu butiran didalam suatu larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat
jenis larutan dan kepekatan larutan tersebut. Hubungan tersebut dapat
dijabarkan oleh hukum Stokes sebagai berikut:

dengan:
v = kecepatan jatuh dari butiran (cm/s)
ys = berat jenis butiran (gr/cm3)
yw = berat jenis larutan (gr/cm3)
5 = kepekatan larutan (dyne.s/cm2)
D = diameter butiran (cm)

Sedangkan Batasan dari Hukum Stokes adalah:


1. Hukum ini hanya berlaku jika : 0.0002 mm < D < 0.2 mm
2. Butiran yang lebih besar dari 0.2 mm akan menyebabkan turbulensi pada
larutan, sedangkan butiran yang lebih dari 0.0002 mm cenderung akan
melakukan gerak Brown (hal ini dipengaruhi oleh gaya tarik dan tolak
antar partikel)
3. Jumlah sampel yang dipergunakan harus jauh lebih sedikit daripada
butiran yang dipakai (±5 %) ini dilakukan agar tidak terjadi interferensi
selama pengendapan berlangsung. Menurut Bowles, hydrometer tipe 152
H dikalibrasi untuk suspensi larutan yang mengandung 60 gram dalam
1000 ml air
4. Butiran tanah diasumsikan bundar, walaupun asumsi ini tidak 100 %
benar. Tanah–tanah yang akan dipakai harus diuraikan dengan bahan
dispersi berikut:
⇒ untuk tanah yang bersifat alkali/basa diberi sodium metafosfat (NaPO₃)
dengan nama dagang Calgon
⇒ untuk tanah yang bersifat asam diberi sodium silikat (Na₂SiO₃) dengan
nama dagang Water Glass
Kecepatan jatuh butiran dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

dengan :
v = kecepatan jatuh dari butiran
L = tinggi jatuh butiran
T = waktu
Vb = volume Bulb Hydrometer
A = luas penampang Hydrometer
L1 = dapat dilihat pada tabel 6.5 sesuai pembacaan hydrometer tipe 152 H
dan dikoreksi terhadap miniskus

Untuk yang sudah dikoreksi:


RC = Raktual – Zero Correction + CT
dengan :
CT = koreksi terhadap temperatur yang dapat dilihat pada tabel 6.3
untuk GS = 2.65 rumus yang digunakan :
% finer = Rc x 100%
Ws
sedangkan untuk Gs ≥ 2.65 :
%finer =Rc.a x100%
Ws
dimana :

Untuk memudahkan perhitungan :


Keterangan :
- satuan dalam L (cm) dan t (menit)
- koefisien K dapat dilihat pada tabel 6.4

Setelah % finer dan D yang saling terkait telah dihitung, maka didapat
suatu grafik distribusi butiran. Dari grafik ini akan didapat D10, D30 dan D60
dengan cara sebagai berikut:
D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 10%
(%finer = 10%)
D30 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 30%
(%finer = 30%)
D60 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 60%
(%finer = 60%)
Sehingga koefisien keseragaman (CU) kita bisa dapatkan dengan rumus:

Definisi koefisien keseragaman untuk beberapa nilai:


CU = 1 , tanah yang hanya memililki satu ukuran butiran
2 < CU < 3 , tanah yang gradasinya sangat buruk
CU > 15 , tanah bergradasi baik

Selain itu koefisien curvature (kelengkungan) CC kita bisa dapatkan dengan


rumus:

1 < CC < 3, dapat dianggap suatu range untuk tanah yang bergradasi baik
6.3 METODE PELAKSANAAN
6.3.1 Alat dan Bahan
Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum hidrometer :
- Tanah yang telah dikeringkan dan ditumbuk halus
- Gelas ukur kapasitas 1 liter
- Larutan Calgon
- Air suling/ aquades
- Alat hidrometer
- Termometer
6.3.2 Langkah Kerja
Langkah – langkah yang dilakukan dalam melakukan praktikum ini adalah:
1. Ambil 50 gram tanah yang sudah dikeringkan dan ditumbuk, kemudian
masukan ke dalam gelas ukur.
2. Siapkan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah butir-butir tanah
untuk berflocculasi (bahan kimia yang biasa digunakan adalah 4%
larutan calgon atau sodium hexametaphosphate). Larutan ini dapat dibuat
dengan cara mencampurkan 40 gram calgon dengan 1000 cc air suling.
3. Ambil 125 cc dari larutan yang telah disiapkan pada langkah no 2.
Tambahkan larutan tersebut ke dalam gelas ukur yang telah disiapkan
pada langkah no 1. Biarkan campuran tanah dan larutan tersebut kira-kira
selama 8 s/d 12 jam.
4. Ambil gelas silinder yang mempunyai volume 1000 cc dan isi dengan
larutan yang telah disiapkan pada langkah no 2, kemudian tambahkan air
suling sebanyak kira-kira 875 cc.
5. Campur atau aduk larutan tersebut hingga betul-betul merata.
6. Gelas silinder beserta isinya yang telah disiapkan pada langkah no 4
ditaruh di dalam bak air yang mempunyai temperatur tetap. Kemudian
ukur temperatur air di bak tersebut (T˚C).
7. Letakkan alat hydrometer di dalam silinder yang berisi larutan yang telah
disiapkan pada langkah no 6, dan catat pembacaan dari alat hidrometer
tersebut (yang dibaca adalah batas atas dari meniscus air). Langkah ini
digunakan untuk menentukan zero correction (Fz) yang harganya bisa
positif atau negatif, dan untuk menentukan harga koreksi meniscus (Fm).
8. Dengan menggunakan pisau spatula, campur tanah yang telah disiapkan
pada langkah no 3 sampai benar-benar merata.
9. Pindahkan campuran tersebut ke dalam gelas pengaduk (mixer-cup). Perlu
diperhatikan, selama proses pengadukan, sebagian tanah yang diaduk
mungkin akan menempel pada sisi-sisi beaker (kincir pengaduk). Dengan
menggunakan botol plastik yang diisi air suling, bersihkan semua tanah
yang menempel pada beaker tersebut.
10. Tambahkan air suling ke dalam mixer-cup (gelas pengaduk) sampai kira-
kira 2/3 volume gelas. Dengan menggunakan mesin pengaduk, aduk
campuran tersebut kira-kira 2 menit.
11. Pindahkan campuran tanah yang sudah dicampur (pada langkah no 10)
ke dalam gelas silinder yang mempunyai volume 1000 cc (tidak boleh
ada tanah yang tertinggal di dalam gelas pengaduk). Tambahkan air
suling ke dalam gelas silinder tersebut sampai volume larutan mencapai
1000 cc.
12. Tutup gelas silinder yang telah disiapkan pada langkah no 11 dengan
karet penutup, dan kocok campuran tanah + air tersebut dengan cara
membolak-balikkan silinder.
13. Letakan silinder yang telah disiapkan pada langkah no 12 di dalam bak
air yang mempunyai temperatur tetap, di samping silinder yang telah
disiapkan pada langkah no 6.
14. Catat waktu testnya dengan segera (pada saat permulaan test, kumulatif
waktu t = 0) dan kemudian masukan alat ukur hydrometer ke dalam
silinder yang berisi larutan + air secara perlahan-lahan.
15. Catat pembacaan alat hidrometer pada waktu t = 0,25; 0,50; 1; dan 2
menit.
16. Setelah pengambilan bacaan pada saat t = 2 menit selesai, alat ukur
hydrometer diambil dan dimasukan ke dalam silinder yang telah
disiapkan pada langkah no 6. Perlu diperhatikan, pengambilan alat ukur
hydrometer dari silinder yang berisi larutan air harus dilakukan secara
hati-hati supaya tidak mengacaukan larutan yang sudah mulai
mengendap tersebut.
17. Pengambilan bacaan selanjutnya dilakukan pada saat t = 3, 4, 8, 15, 30,
60, 120, 180, 240, dan 480 menit. Alat ukur hidrometer harus dimasukan
ke dalam gelas silinder yang berisi campuran tanah + air selama kira-kira
30 detik sebelum pengambilan bacaan. Setelah pengambilan bacaan
selesai, alat ukur hydrometer diambil lagi dari dalam campuran tanah +
air tersebut dan dimasukan kembali ke dalam gelas silinder yang
disiapkan pada langkah no 6.

6.3.3 Analisis Data


Hasil Percobaan Hidrometer

Waktu (menit) pembacaan hidrometer temperatur celcius

Tanah z tanah Z

0,25 50 5 28 28

0,5 50 5 28 28

1 50 5 28 28

2 50 5 28 28

3 50 5 28 28

4 50 5 28 28

8 48 5 28 28

15 45 5 28 28

30 45 5 29 28

60 44 8 28 28

120 40 3 29 29

180 39 2 29 29,5

240 37 2 29,5 30

480 35 1,5 30 30
6.3.4 Analisis Perhitungan
Sampel
 Dari percobaan Specific Gravity (Gs) = 2,64
 Berat tanah Ws = 50
 a = 1,00230097
 Koreksi miniskus = 1
 Ct = (bervariasi, lihat pada table 6.3)
(Gs - 1) a = 2,65 - 1
Gs 2,65
(2,64 - 1) a = 2,65 - 1
2,64 2,65
a = 1,65 x 2,64
2,65 x 1,64
a = 1,00230097
Pembacaan pada menit ke 30 :
- Diperoleh data suhu, T = 29 ⁰C, Nilai Cт menurut tabel 6.3

Maka, Ct = + 3,65
Ra = 45
Z =5
Rc = Ra - zero correction + Ct
= 45 - 5 + 3,65
= 43,65
% finer = Rc x a x 100%
Ws
= 43,65 x 1,00230097 x 100 %
50
= 87,5008747 %
- R (Hydrometer Correction Only for Reading) = Ra + 1
= 45 + 1
= 46
Dari tabel 6.5, dengan R = 46
Tabel 6.5 Effective Depth Based on Hydrometer and Sedimentation
Cylinder of Specifi Sizes
Pada menit ke 30, didapat data Ra + 1 adalah 46, maka :
L = 8.8 cm

- Dengan T = 29⁰C dan Gs = 2,64; menurut tabel 6.4 maka :

Tabel 6.4 Values of k Use in Equation for Computing Diameter of Particle


in Hydrometer Analysis

Diketahui besar nilai K adalah = 0.0123


Untuk memperoleh nilai D maka

D=

D=
D = 0.00666
Perhitungan semua hasil praktikum didapatkan :

HIDROMETER
Waktu %Butiran L
Temp. Ra Ct Rc R L/t K D
(menit) halus (cm)
0,25 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 31,6000 0,01244 0,06993
0,50 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 15,8000 0,01244 0,04945
1 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 7,9000 0,01244 0,03497
2 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 3,9500 0,01244 0,02472
3 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 2,6333 0,01244 0,02019
4 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 1,9750 0,01244 0,01748
8 28 48 2,50 45,50 95,0098 49 8,3 1,0375 0,01244 0,01267
15 28 45 2,50 42,50 94,6618 46 8,8 0,5867 0,01244 0,00953
30 29 45 3,65 43,65 97,2232 46 8,8 0,2933 0,0123 0,00666
60 28 44 2,50 38,50 87,7013 45 8,9 0,1483 0,01244 0,00479
120 29 40 3,65 40,65 101,8588 41 9,6 0,0800 0,0123 0,00348
180 29 39 3,65 40,65 104,4706 40 9,7 0,0539 0,0123 0,00286
240 30 37 3,08 38,08 103,1422 38 10,1 0,0421 0,01237 0,00254
480 30 35 3,80 37,30 106,8166 36 10,4 0,0217 0,01217 0,00179

Grafik Persentase Lolos terhadap diameter ayakan


untuk D₆₀, didapatkan hasil sama dengan nol karena pada percobaan grafik
tidak mencapai titik D60
untuk D₃₀, didapatkan hasil sama dengan nol karena pada percobaan grafik
tidak mencapai titik D30
untuk D₁₀, didapatkan hasil sama dengan nol karena pada percobaan grafik
tidak mencapai titik D10

Gambar 5.1 Analisis distribusi ukuran butiran

Gambar 5.2 Detail Analisis distribusi ukuran butiran


Dari grafik ayakan di atas didapatkan :
D10 = - D30 = - D60= -
Hal itu menunjukkan tanah bergradasi buruk, karena di setiap nomor
saringan, tanah hampir tidak ada yang tertahan, dengan kata lain hampir
semua tanah lolos di setiap saringan. Untuk itu, pada praktikum analisa
saringan kali ini tidak bisa didapatkan nilai Cu dan Cc.
3.5 Sistem Klasifikasi USCS
Gambar 5.3 Diagram alir sistem klasifikasi Unified
Gambar 5.4 Sistem klasifikasi Unified
Keterangan diagram alir :
Sampel => Atterberg’s Limit : Tanah Disturbed kedalaman 25 m
=> Ayakan & Hidrometer : Tanah Disturbed kedalaman 25 m
1. Dari analisa saringan :
F = 99,819% => perlu uji Atterberg’s Limit dengan menguji LL dan PL
pada butiran lewat saringan no. 40
2. Uji Atterberg’s Limit :
LL = 66,80%
PL = 51,81%
PI = 14,99%
3. Mengklasifikasikan hasil LL dan PI menggunakan diagram plastisitas :
didapatkan jenis tanah OH (organik) atau MH (anorganik)
Keterangan :
F : tanah lolos saringan no. 200
LL : Liquid Limit (Batas Cair)
PL : Plastic Limit (Batas Plastis)
PI : Plasticity Index (Indeks Plastisitas)

Kesimpulan
Menurut klasifikasi USCS tanah yang diuji merupakan tanah dengan
plastisitas tinggi dan termasuk jenis OH (organik) atau MH (anorganik).
3.6 Sistem Klasifikasi AASTHO
Gambar 5.5 Sistem klasifikasi AASTHO
`

Gambar 4 Batas-batas Atterberg untuk subkelompok A-4, A-5, A-6, A-7

Keterangan pengklasifikasian dengan AASTHO :


Sampel => Atterberg’s Limit : Tanah Disturbed kedalaman 25 m
=> Ayakan & Hidrometer : Tanah Disturbed kedalaman 25 m
F = 99,819% => jenis tanah : Lanau atau Lempung
LL = 66,80% => kemungkinan : A-5 (41% min.) ; A-7-5 (41% min.) ;
A- 7-6 (41% min.)
PI = 14,99 % => kemungkinan : A-7-5 (11% min.) ; A-6 (11% min.)
PL = 51,81 % => dengan menggunakan grafik pada Gambar 5.5
didapatkan klasifikasi tanah dengan jenis A-7-5
Keterangan :
F : Tanah lolos saringan no. 200
LL : Liquid Limit (Batas Cair)
PL : Plastic Limit (Batas Plastis)
PI : Plasticity Index (Indeks Plastisitas)

Kesimpulan
Menurut klasifikasi AASTHO tanah yang diuji merupakan tanah dengan
jenis A-7-5.
`

3.7 Perbandingan Sistem Klasifikasi USCS dan AASTHO


Gambar 5.6 Perbandingan sistem Unified dengan sistem AASTHO (Liu,
1970)

Gambar 5.7 Perbandingan sistem AASTHO dengan sistem Unified (Liu,


1970)
`

4 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum analisa saringan dapat diperoleh tanah yang tertahan
sebesar 0,181% dan tanah yang lolos sebesar 99,819% dengan distribusi
butiran tanahnya bergradasi buruk.
Dengan presentase tanah yang lolos pada saringan no. 200 sebesar
99,819% dan hasil LL (66,80%), PL (51,81%), serta PI (14,99%) dari
praktikum Atterberg’s Limit, dapat diketahui bahwa tanah yang diuji
termasuk tanah dengan plastisitas tinggi dengan jenis OH (organik) atau MH
(anorganik) menurut klasifikasi USCS, dan termasuk jenis tanah A-7-5
menurut klasifikasi AASTHO. Dan setelah kedua sistem klasifikasi tersebut
dibandingkan, didapatkan hasil yang sama dan bisa diambil kesimpulan
bahwa sampel tanah yang diuji termasuk tanah berlempung dengan
plastisitas tinggi dan kualitas tanah antara sedang sampai buruk.
Setelah melakukan beberapa percobaan untuk mengetahui jenis dan sifat
tanah (mulai dari uji SPT, CPT, Atterberg’s Limit, Analisa Ayakan, dan
Hidrometer), dapat disimpulkan bahwa sampel tanah yang diuji merupakan
tanah lempung berwarna abu-abu dengan plastisitas tinggi dan kualitas
tanah antara sedang sampai buruk.
`

BAB VII
PROCTOR TEST
(PEMADATAN TANAH)
`

PRAKTIKUM KEPADATAN TANAH (PROCTOR TEST)

7.1 PENDAHULUAN
7.1.1 Latar Belakang

Dalam pembuatan timbunan struktur Teknik, seperti pembuatan timbunan


tanah jalan raya, dam tanah) tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan hal
ini berguna untuk meningkatkan berat volume tanah. Dampak yang ditimbulkan
dari peningkatan volume tanah tersebut adalah meningkatnya kekuatan tanah
sehingga hal ini akan berbanding lurus dengan peningkatan daya dukung pondasi
di atasnya.

Pemadatan tanah juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak
diinginkan serta dapat meningkatkan kemantapan lereng timbunan
(embankments). Alat yang biasanya digunakan di lapangan untuk pemadatan
tanah adalah penggilas besi berpermukaan halus (smooth-wheel-rollers), dan
penggilas getar (vibratory rollers). Cara pemadatan tanah dengan menggunakan
mesin getar disebut dengan vibroflotation yang digunakan untuk tanah berbutir
(granular soils) (Das, 2020).

7.1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini yaitu:
1. Menentukan kadar air optimum atau Optimum Moisture Content (OMC)
2. Menjelaskan prosedur standar proctor test
3. Menentukan besarnya γd max dan W opt dari gambar grafik
7.1.3 Manfaat
1. Mengetahui kadar air optimum
2. Mengetahui prosedur standar proctor test
`

7.2 TINJAUAN PUSTAKA

7.2.1 Dasar Teori

Test Kepadatan tanah dilaboratorium baik dengan Standart Proktor Test


maupun Modified Proktor Test dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara
kadar air dan berat volume tanah kering sehingga dapat ditentukan besarnya kadar
air optimum atau Optimum Moisture Content (OMC). Contoh tanah yang dipakai
untuk percobaan laboratorium adalah yang lolos ayakan no. 4, baik standart
ASTM maupun AASTHO, sedangkan γ Zero Air Void adalah pada derajat
kejenuhan 100%. Pada perhitungan dipakai perumusan:

γd = (gram/cm3)

γZav = (gram/cm3)

Untuk mencari derajat kejenuhan pada γdmax :

γdmax = (gram/cm3)

Pengujian dengan Standart Proktor Test maupun dengan Modified Proktor


Test hasilnya selalu digambarkan sebagai lengkung kepadatan antara Berat
Volume Kering dan Kadar Air sehingga dapat ditentukan basarnya γd max dan
Wc Optimum, seperti pada gambar dibawah ini :

1. Standart Proktor Test

Pengujian dengan Standart Proktor Test, pemukulan contoh tanah dilakukan 3


tahap yaitu masing-masing dengan 1/3 bagian contoh tanah dipukul 25 kali,
dimana berat pemukulnya 5,5 lb dan jarak pemukulannya 1 ft.

2. Modified Proktor Test

Pengujian dengan Standart Proktor Test, pemukulan contoh tanah


dilakukan 3 tahap yaitu masing-masing dengan 1/5 bagian contoh tanah dipukul 56
kali, dimana berat pemukulnya 10 lb dan jarak permukulannya 1,5 ft.
`

Berat air = (Berat cawan + tanah basah) – (berat cawan + tanah kering)

7.3 METODE PELAKSANAAN

7.3.1 Alat dan bahan:

1. Cetakan besi berbentuk silinder 4 inchi dan tinggi 4,5 inchi.


2. Alat penumbuk berat 5,5 lb.
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
4. Ayakan atau saringan no. 4
5. Pan atau lengser pengaduk tanah.
6. Penggaris besi lurus.
7. Cawan.
8. Oven.
9. Botol air suling.
10. Cetok
11. Kuas
12. Gelas Ukur Kecil.

7.3.2 Langkah Kerja

1. Ambil Contoh tanah sebanyak ± 5 kg yang akan ditest diayak


dengan saringan no.4.
2. Tanah hasil ayakan ditaruh pada lengser dan dicampur dengan
`

air sebanyak 75 cc sampai dengan 100 cc ( tergantung basah kering


contoh tanah ) dandiaduk sampai benar-benar merata
3. Cetakan dan plat dasarnya ditimbang ( W1).
4. Silinder perpanjangan bagian atas cetakan dipasang.
5. Campuran tanah hasil langkah ( 2 ) dimaksudkan kedalam
cetakan kira-kira 1/3 lebih dari tinggi cetakan dan kemudian ditumbuk
atau dipadatkan dengan alat penumbuk sebanyak 25 kali. Untuk lapisan
ketiga ( paling atas ) harus tanah dilebihkan sehingga pada saat
dipadatkan pada tumbukan sebanyak 25 kali ( yang terakhir ) bagian atas
dari permukaan tanah tersebut masih lebih tinggi dari silinder
6. Silinder perpanjangan dilepaskan dengan hati-hati supaya tidak
merusak tanah yang telah dipadatkan.
7. Dengan menggunakan spatula, kelebihan tanah diatas cetakan
tersebut dipotong secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit hingga
permukaan tanah yang dipadatkan tepat pada atas cetakan silinder.
8. Cetakan silinder yang terisi langkah ( 7 ) ditimbang ( W2 ).
9. Plat dasar cetakan silinder yang contoh tanah dilepas dan
dikeluarkan tanah yang didalamnya dengan menggunakan alat pengeluar
contoh.
10. Tanah hasil langkah ( 9 ) diambil sedikit, tempatkan pada
cawan, kemudian timbang beratnya untuk pemeriksaan kadar air.
11. Contoh tanah hasil langkah ( 10 ) dimaksukkan kedalam oven
untuk pengeringan.
12. Gumpalan tanah hasil langkah ( 9 ) dipecahkan, kemudian sisa
tanah dalam lengser hasil langkah ( 2 ) dicampur dengan contoh tanah
tersebut, kemudian tambahkan air 75 cc sampai dengan 100 cc air suling
dan diaduk sampai merata.
13. Ulangi percobaan awal sampai akhir ( langkah 4 sampai
langkah 12 ) beberapa kali lagi sehingga didapat berat cetakan silinder
yang berisi contoh tanah ( langkah 2 ) lebih ringan dibanding sebelumnya.
`

14. Kemudian ulangi test ini sampai didapat minimal dua kali pembacaan harga
yang lebih ringan ( pembacaan harga atau berat volume kering yang paling
kecil ).
15. Selidiki pula harga Gs dari contoh tanah.

7.4 ANALISIS DATA

7.4.1 Hasil Praktikum Proktor


Tabel 10.1 Hasil Praktikum
Sample satuan 100 200 300 400 500

No Cawan 100 200 300 400 500


Berat Cawan gram 0,016 0,006 0,0035 0,013 0,0075
Berat Cawan + Tanah gram 0,0535 0,0345 0,03 0,0525 0,028
Basah
Berat Cawan + Tanah gram 0,051 0,031 0,0265 0,046 0,0245
Kering
Berat Air gram 0,0025 0,0035 0,0035 0,0065 0,0035
Berat Tanah Kering gram 0,035 0,025 0,023 0,033 0,017
Kadar Air % 7,1429 14 15,2174 19,697 20,5882
Berat Mold + tanah gram 4895 4959 4978 5027 5128
Berat Mold gram 3492,5 3492,5 3492,5 3492,5 3492,5
Berat Tanah gram 1402,5 1466,5 1485,5 1534,5 1635,5
Volume Mold cm^3 928,903 928,903 928,903 928,903 928,903
Berat Volume 1,5098455 1,57874 1,5992 1,65195 1,76068
Berat Volume Kering 1,4091891 1,38486 1,38798 1,38011 1,46008
Yzav 2,22 1,93 1,88 1,74 1,71
`

Sample satuan 600 700 800 900 1000

No Cawan 600 700 800 900 1000


Berat Cawan gram 0,0135 0,0085 0,0095 0,01 0,0145
Berat Cawan + Tanah gram 0,022 0,029 0,0315 0,0225 0,062
Basah
Berat Cawan + Tanah gram 0,0205 0,0255 0,0255 0,019 0,0465
Kering
Berat Air gram 0,0015 0,0035 0,006 0,0035 0,0155
Berat Tanah Kering gram 0,007 0,017 0,016 0,009 0,032
Kadar Air % 21,4286 20,5882 37,5 38,8889 48,4375
Berat Mold + tanah gram 5138 5190 5192 5130 5076,5
Berat Mold gram 3492,5 3492,5 3492,5 3492,5 3492,5
Berat Tanah gram 1645,5 1697,5 1699,5 1637,5 1584
Volume Mold cm^3 928,903 928,903 928,903 928,903 928,903
Berat Volume 1,77144 1,82742 1,82958 1,76283 1,70524
Berat Volume Kering 1,45884 1,51543 1,3306 1,26924 1,14879
Yzav 1,69 1,71 1,33 1,30 1,16
Tabel 10.2 Perhitungan Gs
Gs Satuan

No Piknometer P1
Berat Piknometer gram 96,01
Pikno + Tanah Kering gram 116,16
Pikno + Tanah Basah gram 356,46
Temperature (T1) °C 28,5

Pikno + air gram 343,95


Temperature (T2) °C 29
Gs 2,64

Gambar 10.1 Grafik Yd dan Yzav


Persamaan grafik pemadatan tanah
Y = -0,0004x2 + 0,0137x + 1,3031
Kadar air optimum Y’ = 0
Y’ = -0,0008x + 0,0137
0 = -0,0008x + 0,0137
0,0008x= 0,0137
x= 17,125 Sehingga kadar air optimum adalah 17,125 %
Berat kering maksimum
Y = -0,0004x2 + 0,0137x + 1,3031
Y = -0,0004(17,125) 2 + 0,0137(17,125) + 1,3031
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Y = 1,42 Sehingga berat kering maksimum Ydmax adalah 1,42 gr/cm3

7.5 PENUTUP

10.5.1 Kesimpulan

Dari percobaan proctor diatas dapat disimpulkan bahwa :

 Volume kering maksimum (ϒdry max) = 1.42 gr/cm3


 Kadar air optimum (OMC) = 17.125 %
 Spesific Gravity (Gs) = 2.64

DAFTAR PUSTAKA

Das, B. M., 2020. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis).


Texas: Erlangga.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page 95


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAMPIRAN

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page 96


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB VIII
KONSOLIDASI

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page 97


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

8.1 PENDAHULUAN
8.1.1 Dasar Teori
Konsolidasi adalah proses pemampatan tanah akibat adanya
beban tetap dalam jangka waktu tertentu. Prosedur untuk
melakukan uji konsolidasi satu dimensi pertama-tama
diperkenalkan oleh Terzaghi dimana pengujian tersebut dilakukan
dengan alat Oedometer.
Pemampatan awal pada umumnya adalah disebabkan oleh
pembebanan awal (preloading). Konsolidasi Primair yaitu periode
selama tekanan air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam
tegangan efektif, sebagai akibat dari keluarnya air dari pori-pori
tanah. Konsolidasi sekundair terjadi setelah tekanan air pori hilang
seluruhya. Pemampatan yang terjadi di sini disebabkan oleh
penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah

8.1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menentukan sifat pemampatan suatu contoh tanah
yaitu sifat perubahan isi dan proses keluarnya air dari dalam tanah
yang diakibatkan adanya tekanan axial yang bekerja pada tanah
tersebut.
2. Tujuan Khusus
1. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan percobaan konsolidasi
2. Dapat membaca data besarnya penurunan contoh tanah pada
Dial berdasarkan waktu.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page 98


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3. Dapat menghitung besarnya penurunan contoh tanah akibat


proses pemampatan tanah.
4. Dapat menentukan waktu terjadinya proses konsolidasi, 5. Dapat
menggunakan peralatan yang dipakai.

8.1.3 Fungsi Hasil Tes untuk Pekerjaan Teknik Sipil


Suatu lapisan tanah apabila diatasnya terbebani oleh
bangunan konstruksi sipil, maka akan menyebabkan pemampatan
tanah sehingga terjadi konsolidasi atau penurunan. Untuk itu
sangat diperlukan adanya percobaan di laboratorium untuk
mendapatkan parameter – parameter konsolidasi tanah.
Pada kondisi di lapangan, test konsolidasi ini dapat dilihat
pada suatu pondasi yang dibangun di atas tanah lempung yang
diapit oleh lapisan tanah pasir dengan tinggi muka air tanah dibatas
lapisan lempung sebelah atas. Segera sesudah pembebanan, lapisan
lempung mengalami kenaikan tegangan. Air pori di dalam lapisan
lempung mengalami kenaikan tegangan. Air pori di dalam lapisan
lempung dianggap dapat mengalir dengan baikke lapisan pasirnya
dan pengaliran air hanya ke atas dan ke bawah saja

8.2 METODE PELAKSANAAN


8.2.1 Alat dan Bahan
a. Oedometer
b. Ring
c. Alat pemotong
d. Stopwatch
e. Timbangan
f. Oven
g. Cawan
h. Sample tanah
i. Air suling
j. Air raksa
8.2.2 Langkah Kerja
1. Siapkan tempat contoh tanah dari ring kuningan, beri pelumas
bagian dalamnya (untuk mengurangi gesekan) kemudian
timbanglah berarnya (W1)
2. Gunakan tanah undisturb sebagai benda uji, kemudian letakkan ke
dalam ring dan catatlah tinggi beban uji yang akan ditest

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page 99


DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3. Timbang ring yang berisi tanah uji tersebut (W2)


4. Tempatkan batu porious yang telah dibasahi lebih dahulu bagian
atas dan bawah dari cincin tempat contoh tanah sehingga benda uji
yang telah dilapisi dengan kertas saring terjepit di antara kedua
batu porious tersebut, kemudian sisa tanah pembuatan benda uji
perlu diselidiki kadar air (wc) dan specific gravity
5. Pasanglah plat penumpu di atas batu porous tempat contoh tanah
6. Letakkan dial reading untuk mengukur penurunan di atas muka
plat penumpu. Dial reading harus dipasang sedemikian rupa hingga
dial tersebut dapat bekerja dengan baik pada saat permukaan test.
Atur kedudukan dial dan catat pembacaan jarum. Dengan demikian
pembacaan dial siap dilakukan. Sebelumnya rendamlah tempat
contoh tanah oleh air
7. Letakkan pembebanan pertama seberat 2 kg dan catat tekanannnya
pada batasan waktu yang telah ditentukan
8. Setelah selesai 24 jam tambahlah beban sebesar 1 kg sehingga
menjadi 3 kg, dan catatlah penurunan tegangannya sesuai dengan
batasan waktu sebagaimana yang tertulis di atas
9. Ulangi langkah sebelumnya untuk beban 6 kg dan 13 kg
10. Untuk mendapatkan rebound graph (unloading) test, maka setelah
beban tertinggi selesai diberikan selama 14 jam, beban berangsur-
angsur dikurangi. swelling akibat pengurangan ini harus dicatat
setiap t=15 menit

8.2.3 ANALISA DATA


8.2.3.1 HASIL PERCOBAAN PRAKTIKUM
1. Pembacaan Data Tanah Kiri

σ (kg/cm2) BEBAN (kg)


waktu (t) 1 2 4 8
6" 11.485 11.500 11.365 10.170
15" 11.485 11.498 11.330 10.149
30" 11.485 11.497 11.323 10.135
1' 11.484 11.496 11.319 10.120
2' 11.484 11.494 11.303 10.080
4' 11.484 11.492 11.284 10.025
8' 11.486 11.491 11.260 9.958
16' 11.489 11.489 11.233 9.869

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


100
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

30' 11.491 11.488 11.207 9.763


60' 11.494 11.486 11.180 9.633
120' 11.497 11.485 11.158 9.513
240' 11.499 11.482 11.143 9.431
480'
960'
1440' 11.508 11.471 11.293 9.342

Pembacaan rebound tanah kiri


Waktu Beban
(menit) 8 4 2 1 0.5 0
15 9.412 9.676 10.040 10.462 10.723 11.404
30 9.436 9.744 10.107 10.503 10.770 11.420
45 9.448 9.783 10.155 10.533 10.811 11.432
60 9.456 9.811 10.189 10.560 10.844 11.470
75 9.460 9.831 10.215 10.579 10.874 11.501
90 9.465 9.845 10.235 10.596 10.899 11.510
120 9.467 9.863 10.264 10.626 10.940 11.528
2. Pembacaan Data Tanah Kanan

σ (kg/cm2) BEBAN (kg)


waktu (t) 1 2 4 8
6" 12.370 12.345 12.060 10.563
15" 12.369 12.339 12.030 10.541
30" 12.369 12.336 12.013 10.529
1' 12.358 12.330 12.007 10.503
2' 12.357 12.320 11.985 10.460
4' 12.357 12.307 11.946 10.384
8' 12.357 12.293 11.897 10.289
16' 12.357 12.276 11.833 10.153
30' 12.361 12.259 11.766 9.992
60' 12.366 12.241 11.694 9.788
120' 12.367 12.233 11.644 9.615
240' 12.367 12.220 11.616 9.515
480'

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


101
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

960'
1440' 12.370 12.203 11.681 9.484
Pembacaan rebound tanah kanan

Waktu Beban
(menit) 8 4 2 1 0.5 0
15 9.598 9.930 10.321 10.793 10.968 12.246
30 9.649 10.003 10.390 10.834 11.051 12.252
45 9.676 10.048 10.443 10.865 11.096 12.254
60 9.693 10.081 10.483 10.892 11.135 12.257
75 9.703 10.106 10.514 10.910 11.167 12.262
90 9.712 10.124 10.538 10.928 11.218 12.266
120 9.717 10.149 10.575 10.958 11.289 12.268

Berikut ini adalah analisis data perhitungan untuk data pembacaan konsolidasi
kanan
1. Koefisien Konsolidasi (Cv)
 Beban 1 kg
Tabel data Penurunan Beban 1 kg
T (menit) t Dial Penurunan (mm)
0 0 12,389 0

0,1 0,316227766 12,37 0,019


0,25 0,5 12,369 0,02

0,5 0,707106781 12,358 0,02


1 1 12,358 0,031
2 1,414213562 12,357 0,032

4 2 12,357 0,031
8 2,828427125 12,357 0,032

15 3,872983346 12,357 0,032


30 5,477225575 12,361 0,028

60 7,745966692 12,366 0,023

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


102
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

120 10,95445115 12,367 0,022

240 15,49193338 12,367 0,022


1440 37,94733192 12,37 0,019

 Menentukan Hdr1
Ho = 2 cm = 20 mm
H1 = Ho - (Penurunan selama 24 jam)
= 20 mm - 0,019
= 19,981 mm
Hdr1 =
=
= 0,013 mm

A. Menentukan Cv menggunakan akar waktu

1. Menentukan

OB = 17 menit
OC = 1,15 OB
= 1,15 ×17 menit
= 19,55 menit
Untuk = 8,4 menit
t90 = 70,56 menit
t90 = 4233,6 detik

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


103
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2. Menentukan CV90
CV90 =
=
CV90 =

B. Menentukan CV menggunakan logaritma waktu

1. Menentukan t50
a. Menentukan R0
 T1 = 15 menit -> H1 = 0,032
 T2 = 60 menit -> H2 = 0,024
 X (Jarak penentu R0) = H1-H2
 X = 0,032 - 0,024 = 0,008 mm
 Sehingga, R0 = H1 + X
= 0,032 + 0,008
R0 = 0,04 mm
b. Menentukan R100 (Secara grafis)
R100 = 0,021 mm
c. Menentukan R50
R50 = (R0 + R100)/2
= (0,04 + 0,021)/2
R50 = 0,0305 mm

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


104
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2. Menentukan CV50
CV50 =

=
CV50 =

 Beban 2 kg

Tabel data Penurunan Beban 2 kg


T (menit) t Dial Penurunan (mm)
0.1 0.316227766 12.345 0.006
0.25 0.5 12.339 0.009
0.5 0.7071067812 12.336 0.015
1 1 12.33 0.025
2 1.414213562 12.32 0.038
4 2 12.307 0.052
8 2.828427125 12.293 0.069
16 4 12.276 0.086
30 5.477225575 12.259 0.104
60 7.745966692 12.241 0.112
120 10.95445115 12.233 0.125
24 4.898979486 12.22 0.142
1440 37.94733192 12.203 0,285

1.
Menentukan HDR 2

H 1 = 19,981 mm
H 2 = H - (penurunan selama 24 jam)
1

= 19,981 - 0.142
= 19,839
Hdr = Rata-rata Penurunan/2
2

= 0.06525/2= 0.032625 mm

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


105
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2.
Menentukan Cv menggunakan
90

akar waktu

a. Menentukan t90
OB = 7,5 menit
OC = 1,15 OB
= 1,15 7,5 menit
= 10,625 menit
Untuk = 7,125 menit
t90 = 50,765 menit
t90 = 3045,93 detik
b. Menentukan CV90
CV90 =

=
CV90 =

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


106
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3.
Menentukan CV menggunakan logaritma waktu
50

Menentukan t50
a. Menentukan R0
T1 = 0,5 menit -> H1 = 0.015
T2 = 2 menit -> H2 = 0,038
X (Jarak penentu R0) = H2 - H1
X = 0,038 - 0,015 = 0,023 mm
Sehingga, R0 = H1 - X
= 0,015 - 0,023
R0 = - 0,008 mm
b. Menentukan R100 (Secara grafis)
R100 = 0,108 mm
c. Menentukan R50
R50 = (R0 + R100)/2
= (- 0,008 + 0,108)/2
R50 = 0,05 mm
Lalu tentukan t dengan menarik garis tegak lurus dari R
50 50

pada grafik logaritma waktu, maka didapat t adalah 8 menit


50

t = Log 8 menit
50

t = 0.903 menit
50

t = 54,185
50

detik Menentukan CV 50

CV50 =

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


107
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

=
CV50 =
 Beban 4 kg

DATA PENURUNAN BEBAN 4 KG KANAN


T (menit) t Dial Penurunan (mm)
0.1 0.316227766 12.06 0.03
0.25 0.5 12.03 0.047
0.5 0.7071067812 12.013 0.053
1 1 12.007 0.075
2 1.414213562 11.985 0.114
4 2 11.946 0.163
8 2.828427125 11.897 0.227
16 4 11.833 0.294
30 5.477225575 11.766 0.366
60 7.745966692 11.694 0.416
120 10.95445115 11.644 0.444
24 4.898979486 11.616 0.479
1440 37.94733192 11.581 0.546

1.
Menentukan HDR 3

H2 = 19,839 mm
H3 = H - (penurunan selama 24 jam)
2

= 19,839 - 0.546
= 19,293 mm
Hdr = Rata-rata Penurunan/2 = 0.2503/2= 0.12515 mm
3

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


108
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2.
Menentukan Cv menggunakan akar waktu
90

a.
Menentukan
OB = 5,5 menit
OC = 1,15 OB
= 1,15 5,5 menit
= 6,325 menit
Untuk = 0,85 menit
t90 = 0,731 menit
t90 = 43,86 detik
b.
Menentukan CV90
CV90 =
=
CV90 =

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


109
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3.
Menentukan CV menggunakan logaritma waktu
50

Menentukan t50
a.
Menentukan R0
T1 = 0,5 menit -> H1 = 0.053
T2 = 2 menit -> H2 = 0,114
X (Jarak penentu R0) = H2 - H1
X = 0,114 - 0,053 = 0,061 mm
Sehingga, R0 = H1 - X
= 0,053 - 0,061
R0 = 0,008 mm
b.
Menentukan R100 (Secara grafis)
R100 = 0,44 mm
c.
Menentukan R50
R50 = (R0 + R100)2
= (0,008 + 0,44)2
R50 = 0,224 mm
Lalu tentukan t dengan menarik garis tegak lurus dari R
50 50

pada grafik logaritma waktu, maka didapat t adalah 7,9


50

menit
t = Log 7,9 menit
50

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


110
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

t = 0.897 menit
50

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


111
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

t = 53,857
50

detik Menentukan CV 50

CV50 =

=
CV50 =

 Beban 8 kg

DATA PENURUNAN BEBAN 8 KG KANAN


T (menit) t Dial Penurunan (mm)
0.1 0.316227766 10.563 0.022
0.25 0.5 10.541 0.034
0.5 0.7071067812 10.529 0.06
1 1 10.503 0.103
2 1.414213562 10.46 0.179
4 2 10.384 0.274
8 2.828427125 10.289 0.41
16 4 10.153 0.571
30 5.477225575 9.992 0.775
60 7.745966692 9.788 0.948
120 10.95445115 9.615 1.048
240 15.49193338 9.515 1.079
1440 37.94733192 9.484 1.197

1.
Menentukan HDR 4

H3 = 19,293 mm
H4 = H - (penurunan selama 24 jam)
2

= 19,293 - 1.197
= 18,096 mm
Hdr = (Rata-rata Penurunan)/2 = (0.51538)/2= 0.25769 mm
4

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


112
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2.
Menentukan Cv menggunakan akar waktu
90

a. Menentukan
OB = 8 menit
OC = 1,15 OB
= 1,15 8 menit
= 9,2 menit
Untuk = 6,1 menit
t90 = 37,21 menit
t90 = 2232,6 detik
b. Menentukan CV90
CV90 =

=
CV90 =

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


113
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3.
Menentukan CV menggunakan logaritma waktu
50

Menentukan t50
a. Menentukan R0
T1 = 0,5 menit -> H1 = 0.06
T2 = 2 menit -> H2 = 0,179
X (Jarak penentu R0) = H2 - H1
X = 0,179 - 0,06 = 0,119 mm
Sehingga, R0 = H1 - X
= 0,06 - 0,119
R0 = -0,059 mm
b. Menentukan R100 (Secara grafis)
R100 = 1,03 mm
c. Menentukan R50
R50 = (R0 + R100)/2
=( -0,059 + 1,03)/2
R50 = 0,4855 mm
Lalu tentukan t dengan menarik garis tegak lurus dari R
50 50

pada grafik logaritma waktu, maka didapat t adalah 12 menit


50

t = Log 12 menit
50

t = 1.0791 menit
50

t = 64,750
50

detik Menentukan CV 50

CV50 =

=
CV50 =

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


114
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2. Compression index (CC)


Indeks kompresi (Cc) merupakan salah satu parameter yang sangat
berpengaruh pada penurunan yang terjadi akibat proses konsolidasi tanah
pendukung, terutama pada lapisan tanah lunak. Dengan pperumusan :

Cc =
Dari data praktikum konsolidasi tanah didapatkan data dimensi tanah dan dari
praktikum volumetri dan gravimetri didapatkan beberapa data yang lain, antara
lain :
1. Tinggi tanah awal (H0) = 2 cm
2. Tinggi tanah solid (Hs)

Hs =

a. Berat tanah kering (Ws)


Ws = 155.54 gr
b. Luas permukaan ring (A)
D = 8 cm
A = ¼ π D2
A = 50.26 cm2
c. Specific gravity (Gs)
Gs = 2.66
d. Berat volume air (γw)
γw = 1 gr/cm
o Hs =
= 155.5450.26 . 2.66 . 1
= 0.29 cm
3. Tinggi tanah void (Hv)
Hv = H0 - Hs
= 2 - 0.29
= 1.71 cm
4. Tegangan (σ)
a. σ1 =P1/A
σ1 =1. 10/50.26
σ1 = 0.198 N/cm2
b. σ2 =P2/A
σ2 =2 .10/50.26
σ2 = 0.397 N/cm2
c. σ3 =P3/A

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


115
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

σ3 =4 .10/50.26
σ3 = 0.795 N/cm2
d. σ4 =P4/A
σ4 =8 .10/50.26
σ4 = 1.591 N/cm2

5. Selisih tinggi tanah (ΔH)


1. ΔH0 = 0

ΔH1 =
ΔH1 =(12.389 mm - 12.37 mm)/10cm = 0.0019 cm
2.
ΔH2 =
ΔH2 =(12.37 mm - 12.203 mm)/10cm = 0.0167 cm
3.
ΔH3 =
ΔH3 =(12.203 mm - 11.581 mm)/10cm = 0.0622 cm
4.
ΔH4 =
ΔH4 =(11.581 mm - 9.484 mm)/10cm = 0.2097 cm
5.
ΔH5 =
ΔH5 =(10.149 mm - 9.717 mm)/10cm = 0.0432 cm
6.
ΔH6 =
ΔH6 =(10.575 mm - 10.149 mm)/10cm = 0.0426 cm
7.
ΔH7 =
ΔH7 =(10.958 mm - 10.575 mm)/10cm = 0.0383 cm
8.
ΔH8 =
ΔH8 =(11.289 mm - 10.958 mm)/10cm = 0.0331 cm
9.
ΔH9 =
ΔH9 =(12.268 mm - 11.289 mm)/10cm = 0.0979 cm
6. Tinggi tanah (H)
1. H0 = 2 cm
2. H1 = H0 - ΔH1
= 2 cm - 0.0019 cm
= 1.9981 cm
3. H2 = H1 - ΔH2
= 1.9981 cm - 0.0167 cm
= 1.9814 cm
4. H3 = H2 - ΔH3
= 1.9814 cm - 0.0622 cm
= 1.9192 cm
KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page
115
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

5. H4 = H3 - ΔH4
= 1.9192 cm - 0.2097 cm
= 1.7095 cm
6. H5 = H4 - ΔH5
= 1.7095 cm - 0.0432 cm
= 1.6663 cm
7. H6 = H5 - ΔH6
= 1.6663 cm - 0.0426 cm
= 1.6237 cm
8. H7 = H6 - ΔH7
= 1.6237 cm - 0.0383 cm
= 1.5854 cm
9. H8 = H7 - ΔH8
= 1.5854 cm - 0.0331 cm
= 1.5523 cm
10. H9 = H8 - ΔH9
= 1.5523 cm - 0.0979 cm
= 1.4544 cm
7. Selisih angka pori (Δe)
Δe0 =0
1. Δe1 = ΔH1/Hs=0.0019/0.29= 0.0065
2. Δe2 = ΔH2/Hs=0.0167/0.29= 0.0575
3. Δe3 = ΔH3/Hs=0.0622/0.29= 0.2144
4. Δe4 = ΔH4/Hs=0.2097/0.29= 0.7231
5. Δe5 = ΔH5/Hs=0.0432/0.29= 0.1489
6. Δe6 = ΔH6/Hs=0.0426/0.29= 0.1468
7. Δe7 = ΔH7/Hs=0.0383/0.29= 0.1320
8. Δe8 = ΔH8/Hs=0.0331/0.29= 0.1141
9. Δe9 = ΔH9/Hs=0.0979/0.29= 0.3375
8. Angaka pori (e)
. e0 = Hv/Hs = 1.71/0.29 = 5.89
a. e1 = e0 - Δe1 = 5.8900 - 0.0065 = 5.8835
b. e2 = e1 - Δe2 = 5.8835 - 0.0575 = 5.8260
c. e3 = e2 - Δe3 = 5.8260 - 0.2144 = 5.6116
d. e4 = e3 - Δe4 = 5.6116 - 0.7231 = 4.8885
e. e5 = e4 - Δe5 = 4.8885 - 0.1489 = 4.7396
f. e6 = e5 - Δe6 = 4.7396 - 0.1468 = 4.5928
g. e7 = e6 - Δe7 = 4.5928 - 0.1320 = 4.4608
h. e8 = e7 - Δe8 = 4.4608 - 0.1141 = 4.3467
i. e9 = e8 - Δe9 = 4.3467 - 0.3375 = 4.0092

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


116
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Data hasil tekanan dan angka pori


Bacaan
Beban Beban dial
Tegangan ΔH H Δe e
(P) kg (P) N beban
akhir
0 0 12.389 0 0 2 0 5.896551724
1 10 12.37 0.19896538 0.0019 1.9981 0.006551724138 5.89
2 20 12.203 0.39793076 0.0167 1.9814 0.0575862069 5.832413793
4 40 11.581 0.7958615201 0.0622 1.9192 0.2144827586 5.617931034
8 80 9.484 1.59172304 0.2097 1.7095 0.7231034483 4.894827586
8 80 9.717 1.59172304 0.0432 1.6663 0.1489655172 4.745862069
4 40 10.149 0.7958615201 0.0426 1.6237 0.1468965517 4.598965517
2 20 10.575 0.39793076 0.0383 1.5854 0.1320689655 4.466896552
1 10 10.958 0.19896538 0.0331 1.5523 0.114137931 4.352758621
0.5 5 11.289 0.09948269001 0.0979 1.4544 0.3375862069 4.015172414
0 0 12.268 0

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


117
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Compression index (Cc)


Cc = == =2.40
Swelling index (Cs)
Cs = = = 0.19

Dari grafik yang terbentuk didapatkan data tegangan prakonsolidasi (σ’p) yang
besarnya kurang lebih 34 N atau setara dengan 3.4 kg/cm2. Sedangkan untuk

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


118
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

tegangan overburden (σ’v) didapatkan nilai sebesar 3.18 kg/cm2 yang berasal dari
rumus :
σ’v = γ’ x h = 1.59 x 2 = 3.18 kg/cm2
γ’ = berat volume optimum
h = tinggi lapisan tanah
Kemudian dari tegangan prakonsolidasi dan tegangan overburden dapat dicari
besarnya nilai over consolidated ration (OCR) dengan rumus :
OCR = tegangan pra konsolidasi (σ’p)tegangan overburden (σ’v)= 3.43.18= 1.069
Nilai OCR berada di kisaran 1 maka termasuk dalam jenis tanah normally
consolidated.
Untuk besarnya nilai pemampatan (Sc) apabila tanah termasuk jenis normally
consolidated adalah :

Sc =
Sedangkan untuk tanah over consolidated adalah

Data nilai pemampatan

Pressure kg/cm2 Δσ H(av) (cm) Sc

1 10 19.981 6.953388
2 20 19.839 8.982274661
4 40 19.293 10.75617311
8 80 18.096 11.98453411

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


119
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

7.3.5 Kesimpulan
Dari data praktikum konsolidasi didapat data koefisien konsolidasi berdasarkan
pembebanannya sebagai berikut
Data koefisien konsolidasi (Cv)

Beban (P) Bacaan Dial Waktu


Waktu untuk 90% CV50 CV90
kg Beban Akhir untuk 50%

1 12.37 2400 4233,6 1,34 x 10-8 3,27 x 10-8


2 12.203 54,185 3045,93 3,864 x 10-6 3,36 x 10-7
4 11.581 53,857 43,86 5,729 x 10-5 2,85 x 10-3
8 9.484 64,750 2232,6 2,020 x 10-4 2,52 10-5
Compression Index (Cc) = 2,4
Swelling Index (Cs) = 0,19
Tegangan prakonsolidasi (σ’p) = 3,4 kg/cm2
Tegangan Overburden (σ’v) = 3,18 kg/cm2

OCR = = = 1,069

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


120
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB IX
PERMEABILITAS

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


121
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

9.1 PENDAHULUAN

9.1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan susunan butiran padat dan pori-pori yang saling


berhubungan satu sama lain. Air dapat mengalir dari suatu titik yang mempunyai
energi lebih tinggi ke titik yang mempunyai energi lebih rendah. Studi mengenai
aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dalam mekanika tanah hal ini berguna
untuk (Das, 2020).;

1) Memperkirakan jumlah rembesan air di dalam tanah


2) Menyelidiki permasalahan yang terdapat pada pemompaan air untuk
konstruksi di bawah tanah
3) Menganalisis kestabilan dari suatu bendungan tanah dan konstruksi
dinding penahan tanah yang tergena gaya rembesan

Di dalam tanah, sifat aliran mungkin laminer atau turbulen. Tahanan terhadap
aliran bergantung pada jenis tanah, ukuran butir, bentuk butiran, rapat massa, serta
bentuk geometri rongga pori. Temperatur juga sangat mempengaruhi tahanan
aliran (kekentalan dan tegangan permukaan). Walaupun secara teoritis, semua
jenis tanah lebih atau kurang mempunyai rongga pori, dalam praktik, istilah
mudah meloloskan air (permeable) dimaksudkan untuk tanah yang memang
benar-benar mempunyai sifat meloloskan air. Sebaliknya, tanah disebut kedap air
(impermeable), bila tanah tersebut mempunyai kemampuan meloloskan air yang
sangat kecil

9.1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut;

1) Mengetahui koefisien rembesan suatu jenis tanah


2) Mengetahui proses/tahapan pelaksanaan praktikum permabilitas
3) Mampu menggunakan alat-alat dalam praktikum

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


122
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

9.1.3 Manfaat

1) Mahasiswa mampu mengetahui cara mencari koefisien rembesan suatu


jenis tanah
2) Mahasiswa mengetahui proses/tahapan pelaksanaan praktikum
permabilitas
3) Mahasiswa mampu menggunakan alat-alat dalam praktikum

9.2 TINJAUAN PUSTAKA

9.2.1 Dasar Teori

Rembesan air dalam tanah untuk jenis tanah yang tidak sama waktu
rembesannya juga tidak sama. Kita ingat rumus Archimedes air dimana-mana
akan berusaha mencapai tinggi permukaan yang sama karena itu ada tekanan air
yang bekerja di dalam tanah. Besarnya tekanan air untuk jenis tanah yang tidak
sama besarnya juga tidak sama. Pernyataan jenis tanah ini dapat dinyatakan dalam
koefisien rembesan atau koefisien permeabilitas dari tanah, yang juga tergantung
dari viskositas air tanah. Dalam hal ini kita pakai Hukum Darcy untuk
menurunkan

Perumusan koefisien permeabilitas tanah yaitu:

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


123
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Berikut kisaran nilai k dari berbagai jenis tanah dengan koefisien


permeabilitas dinyatakan dalam temperature 20 °C (Das, 2020)

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


124
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Jenis Tanah K (cm/detik)

Butiran kasar 1-102

Kerikil halus, butiran kasar bercampur 10-3- 1


pasir butiran sedang

Pasir halus, lanau longgar 10-5-10-3

Lanau padat, lanau berlempung 10-6-10-5

Lempung berlanau, lempung 10-9-10-6

9.3 METODE PELAKSANAAN

9.3.1 Permeabilitas

c. Alat dan Bahan


No Nama Alat Dan Bahan Gambar
1 Falling Head
Permeameter

2 Gelas Ukur

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


125
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3 Timbangan

4 Stop Watch

5 Contoh Tanah

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


126
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

6 Air Bersih

d. Langkah kerja
1. Bersihkan tempat tabung tanah, selanjutnya ukur diameter
dalam dan tinggi tabung kemudian beratnya ditimbang
2. Masukkan contoh tanah yang akan diselidiki dalam tabung
sampai penuh
3. Tutup bagian atas dan bagian bawah dari tabung dan pasanglah
penutup pada bagian atas dan bawahnya
4. Pasang pipa plastic yang menghubungkan dengan tabung buret
dan contoh tanah
5. Buka kran air yang menghubungkan pipa dengan contoh tanah
sehingga air menetes dalam tabung kaca, catat tinggi air dan
waktunya
6. Ulangi Langkah praktikum selama 25 menit

9.4 ANALISIS DATA

9.4.1 Hasil Percobaan Permeabilitas

No Contoh Satuan 1 2
Kedalaman M 25 20

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


127
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

contoh tanah
Diameter dalam
Cm 0,99 0,99
pipa
Luas pipa (a) Cm 0,77 0,77
Diameter contoh
Cm 6,5 6,5
tanah
Luas contoh
Cm 33,18 33,18
tanah (A)
Panjang contoh
Cm 11,4 11,4
tanah (L)
Waktu (t) Second 1500 1500
Tinggi air pada
Cm 97,7 92,4
H1
Tinggi air pada
Cm 91 87,1
H2
H1/H2 1,073626374 1,060849598
k cm/detik 1,25 x 10-5 1,04 x 10-5

Perhitungan

Nilai k pada tanah kedalaman 25 meter

= = 1,25 x 10-5

Nilai k pada tanah kedalaman 20 meter

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


128
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

= = 1,04 x 10-5

9.5 PENUTUP

9.5.1 Kesimpulan dan saran

Dari perhitungan yang sudah kami lakukan, kami mendapatkan bahwa untuk
sampel tanah 1 (kedalaman 25 m) memiliki nilai koefisien permeabilitas (k)
sebesar 1,25 x 10-5 dan berada direntan 10-6-10-5, sehingga berdasarkan dari tabel
klasifikasi jenis tanah maka tanah tersebut berjenis lanau padat, lanau
berlempung. Sedangkan pada sampel tanah 2 (kedalaman 20 m) memiliki nilai
koefisien permeabilitas (k) sebesar 1,04 x 10-5 dan berada di rentan 10-6-10-5,
sehingga berdasarkan dari tabel klasifikasi jenis tanah maka tanah tersebut
berjenis lanau padat, lanau berlempung
DAFTAR PUSTAKA

Das, B. M., 2020. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis). Texas:


Erlangga.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


129
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB X
DIRECT SHEAR

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


130
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

10.1 PENDAHULUAN
6.1.1 Latar Belakang
Direct Shear atau biasa disebut kekuatan geser langsung dalam
dunia teknik sipil adalah cara pengujian tanah untuk menentukan kekuatan
geser tanah setelah konsolidasi setelah diberikan beban. Penelitian ini
bertujuan untuk dapat mengetahui kekuatan geser tanah (kohesi dan sudut
geser dalam).
10.1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Direct Shear yaitu sebagai berikut :
a. Dapat menentukan nilai kohesi tanah berbutir kasar.
b. Dapat menentukan nilai sudut geser dalam tanah berbutir kasar.
c. Dapat menggunakan peralatan yang digunakan.
10.1.3 Manfaat
c. Mahasiswa dapat memahami lebih dalam materi yang didapatkan
melalui praktikum yang telah dilakukan.
d. Mahasiswa dapat menentukan suatu hasil dari percobaan yang telah
dilakukan.
e. Mahasiswa dapat belajar menggunakan peralatan yang digunakan
selama praktikum.
10.2 TINJAUAN PUSTAKA
10.2.1 Dasar Teori
Direct Shear atau kuat geser tanah merupakan kemampuan tanah melawan
tegangan geser yang terjadi pada saat tanah menerima beban. Kekuatan geser
yang dimiliki oleh suatu tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
 Pada tanah berbutir halus (kohesif) kekuatan geser tanah disebabkan
karena adanya lekatan antara butir-butir tanah atau biasa disebut
kohesi (C).
 Pada tanah dengan butir kasar (non-kohesif), kekuatan geser
disebabkan karena adanya gesekan antara butir-butir tanah sehingga
biasa disebut sudut gesek dalam.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


131
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

 Pada kondisi alami di lapangan kondisi material selalu bercampur


sehingga kekuatan geser disebabkan karena adanya lekatan dan
gesekan karena adanya sudut geser dalam pada butir-butir tanah.
Uji geser tanah ini merupakan pengujian yang sederhana dan langsung.
Pengujian ini dilakukan dengan menempatkan benda uji kedalam kotak geser.
Kotak ini terbelah, dengan setengah bagian bawah merupakan bagian tetap
dan bagian atas mudah bertranslasi. Kotak ini memiliki beberapa ukuran,
namun biasanya memiliki ukuran 5x5 cm atau berdiameter 6,4 cm.
Gaya normal diberikan pada benda uji dengan meletakkan beban normal
(Pn). Setelah beban diletakkan diatas benda uji, kemudian diberikan gaya
geser arah horizontal dengan cara mendorong sisi kotak geser sebelah atas
sampai benda uji mengalami keruntuhan.
Pada bidang runtuh terdapat dua gaya yang bekerja, yaitu gaya normal
yang berasal dari beban vertikal sebesar Pn dan gaya geser akibat gaya
horizontal sebesar Ph yang terjadi pada saat kotak geser didorong. Tegangan
normal dan tegangan geser yang terjadi dapat dihitung dengan rumus :

-
-
Keterangan :
= Tegangan normal

= Tegangan geser

= Gaya normal

= Gaya horizontal

= Luas penampang benda uji (luas kotak geser)

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


132
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

10.3 METODE PELAKSANAAN


10.3.1 Peralatan dan Bahan
A. Peralatan
1. Cetakan besi berdiameter 6,4 cm

2. Satu set alat uji geser seperti pada gambar dibawah

3. Timbangan (ketelitian 0,1 gram)


4. Beban 3 kg, 6 kg, 12 kg
5. Mangkuk porselin
6. Penggaris
7. Cawan
8. Oven

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


133
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

9. Botol air
B. Bahan
1. Tanah tidak rusak (Undisturbed Soil)
2. Air Suling
10.3.2 Langkah Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Siapkan sampel tanah asli yang akan diuji dalam selby tube.
3) Keluarkan sampel tanah asli (undisturbed) dari tabung selby tube.
4) Masukkan tanah ke dalam cetakan besi berdiameter 6,4 cm, lalu
bentuk sampel tanah sesuai cetakan tersebut.
5) Ukur berat dan dimensi sampel tanah yang sudah dibentuk sesuai
cetakan.
6) Pasang batu pori dibawah sampel tanah ke dalam kotak geser,
kemudian masukkan sampel tanah yang sudah dibentuk, kemudian
pasang kembali batu pori di bagian atas sampel tanah.
7) Atur stang penekan agar posisinya seimbang.
8) Pasang manometer yang sudah diatur jarumnya menunjukan angka
nol kearah vertikal dan horizontal, untuk mengamati perubahan
tegangan pada tanah akibat beban yang diberikan.
9) Isi air pada kotak geser hingga penuh lalu diamkan beberapa saat,
hal ini bertujuan agar kondisi sampel tanah sama seperti tanah asli
di lapangan.
10) Pasang beban (N) pada alat direct shear, kemudian jalankan alat
geser langsung dengan kecepatan tertentu.
11) Catat perubahan yang terjadi pada manometer arah vertikal dan
horizontal.
12) Pengujian dilakukan sampai sampel tanah hancur, yang
ditunjukkan dari pembacaan dial manometer menunjukkan angka
yang konstan.
13) Lakukan langkah diatas pada beban 3 kg, 6 kg, dan 12 kg.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


134
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

10.4 ANALISA DATA


Pada test direct shear menggunakan tanah lab dengan kedalaman 20 m dan
diberikan beban sebesar 3 kg, 6 kg, dan 12 kg. Kemudian diperoleh data
dimensi ring dan tanah yang dijabarkan sebagai berikut:

DIRECT SHEAR
1 Beban kg 3 6 12
2 Tinggi contoh Cm 2 2 2
3 Diameter Cm 6.5 6.5 6.5
4 Luas Cm2 33.19642857 33.19642857 33.19642857
5 Volume Cm3 66.39285714 66.39285714 66.39285714
6 Berat ring gr 60.523 60.523 60.523
Berat ring + benda
7 gr 187.798 187.798 187.798
uji
8 Berat benda uji gr 127.275 127.275 127.275
9 Berat volume basah gr/cm3 1.916998386 1.916998386 1.916998386
Contoh perhitungan untuk beban 3 kg :
Luas = x π x d2= 33.19642857

Volume = luas x tinggi contoh


= 33.1964285 x 2 = 66.39285714
Berat benda uji = (berat ring + benda uji) - berat ring
= 187.79 - 60.523 = 127.275 gr
Berat volume = berat benda uji / volume
= 127.27 / 66.39285714 = 1.916998386
Mencari tegangan geser melalui data load ring dial dibawah
LRC (kalibrasi) = 0.443

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


135
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

DATA DIRECT SHEAR

Load ring Horizontal shear Shear stress


Horizontal dial reading force (Kg) (kg/cm2)
Horizontal
No displacement
dial reading
(cm) 3 6 12 12
3 Kg 6 Kg 12 Kg 3 Kg 6 Kg
Kg Kg Kg Kg
A B = A*0.001 C D = C * LRC E = D/Luas
1 20 0.02 1 0 0 0.443 0.000 0.000 0.013 0.000 0.000
2 40 0.04 2 1 1 0.886 0.443 0.443 0.027 0.013 0.013
3 60 0.06 3 6 2 1.329 2.658 0.886 0.040 0.080 0.027
4 80 0.08 4 7 10 1.772 3.101 4.430 0.053 0.093 0.133
5 100 0.10 5 8 12 2.215 3.544 5.316 0.067 0.107 0.160
6 120 0.12 6 9 15 2.658 3.987 6.645 0.080 0.120 0.200
7 140 0.14 7 9 17 3.101 3.987 7.531 0.093 0.120 0.227
8 160 0.16 8 10 19 3.544 4.430 8.417 0.107 0.133 0.254
9 180 0.18 9 10 21 3.987 4.430 9.303 0.120 0.133 0.280
10 200 0.20 9 11 23 3.987 4.873 10.189 0.120 0.147 0.307
11 220 0.22 9 12 24 3.987 5.316 10.632 0.120 0.160 0.320
12 240 0.24 13 24 5.759 10.632 0.173 0.320
13 260 0.26 14 25 6.202 11.075 0.187 0.334
14 280 0.28 14 26 6.202 11.518 0.187 0.347
15 300 0.30 15 27 6.645 11.961 0.200 0.360
16 320 0.32 15 27 6.645 11.961 0.200 0.360
17 340 0.34 15 27 6.645 11.961 0.200 0.360
18 360 0.36 27 11.961 0.360

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


136
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

10.5 ANALISA PERHITUNGAN


Contoh perhitungan untuk no 2:
- Horizontal displacement = kolom A x 0.001 = 40 x 0.001
= 0.04 cm
- Horizontal shear force = kolom C x LRC
3 Kg = 2 x 0.443 = 0.886 kg
6 Kg = 1 x 0.443 = 0.443 kg
12 Kg = 1 x 0.443 = 0.443 kg
- Shear stress = kolom D ÷ Luas
3 Kg = 0.886 ÷ 33.1964285 = 0.027
6 Kg = 0.443 ÷ 33.1964285 = 0.013
12 Kg = 0.443 ÷ 33.1964285 = 0.013

Dari grafik tersebut kita dapat melihat nilai tegangan geser maksimum dari
tiap pembebanan yang terjadi dan membuat grafik hubungan tegangan
geser dan tegangan normalnya.

1 Beban (Kg) 3 6 12
Tegangan Normal
2 0.09037116729 0.1807423346 0.3614846692
(kg/cm2)
Tegangan Geser
3 0.14 0.2 0.36
(Kg/cm2)

Tegangan normal dapat diketahui dari hasil beban ÷ luas, yaitu :


1) 3 ÷ 33.1964285 = 0.09037116729
2) 6 ÷ 33.1964285 = 0.1807423346
3) 12 ÷ 33.1964285 = 0.3614846692

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


137
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Dari Grafik dapat diperoleh C sebesar 0,06 kg/cm2 dan Φ sebesar :

tan Φ = yx = = 0.888
Φ = arc tan 0.888 = 41.63°

10.6. KESIMPULAN
Direct Shear atau kuat geser tanah merupakan kemampuan tanah melawan
tegangan geser yang terjadi pada saat tanah menerima beban. Kekuatan
geser yang dimiliki oleh suatu tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: Kohesif, non-kohesif, dan alami. Dari hasil tes direct shear
ini dapat dilihat bahwa tanah mempunyai nilai cohesi (C) sebesar 0,06
kg/cm2 dan sudut geser sebesar 41.63°. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa jenis tanah pada kedalaman 20 m merupakan jenis tanah yang non
kohesif atau jenis pasir.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


138
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB XI
UNCONFINED
COMPRESSION TEST
(UCT)

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


139
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

11.1 PENDAHULUAN
11.1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu bagian terpenting yang harus diketahui
keadaannya dalam perencanaan dan pembangunan suatu konstruksi. Tanah
memiliki berbagai macam karakteristik. Guna memenuhi persyaratan
karakteristik tanah yang akan digunakan, diperlukan analisa karakteristik tanah
dengan berbagai macam jenis uji tanah.
Salah satu uji tanah yang dapat dilakukan yaitu Unconfined Compression
Test atau Uji Kuat Tekan Bebas. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh
kuat geser dari tanah kohesif. Dari pengujian ini dapat diketahui parameter
tegangan runtuh (qu) dan nilai kohesi sekaligus nilai tegangan geser pada benda
uji tersebut.
11.1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Unconfined Compression Test yaitu sebagai berikut
:
e. Dapat mengetahui kuat daya tekan bebas pada benda uji.
f. Dapat diketahui kekuatan geser undrained (Cu)
g. Dapat diketahui klasifikasi benda uji berdasarkan konsistensi tanah
pada benda uji.
11.1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
f. Mahasiswa dapat mengoperasikan alat dan cara pengunaannya.
g. Mahasiswa dapat menentukan hasil dari nilai shear stress pada benda
uji.

11.2 TINJAUAN PUSTAKA


11.2.1 Dasar Teori
Kuat tekan bebas (qu) adalah harga tegangan aksial maksimum yang dapat
ditahan oleh benda uji silindris (sampel tanah) sebelum mengalami keruntuhan
geser. Derajat sensitivitas (St) adalah rasio antara kuat tekan bebas dalam
kondisi asli (undisturbed) dan dalam kondisi teremas (remolded).
Pengujian Unconfined Compression ini merupakan bentuk khusus dari uji
UU. Pada uji ini tegangan penyekap (σ 3) adalah nol. Tegangan aksial dilakukan
terhadap benda uji dengan kecepatan relatif cepat sampai mencapai
keruntuhan. Pada titik keruntuhan, harga tegangan total utama kecil (total

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


140
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

minor principal stress) adalah nol dan tegangan total utama besar adalah σ 1.
Karena kekuatan geser kondisi air mampat dari tanah dan tidak tergantung
pada tegangan penyekap, maka :

Hubungan qu dengan konsistensi tanah

11.3 METODE PELAKSANAAN


11.3.1 Alat dan Bahan
1. Unit mesin Unconfined Compression Test
2. Sampel tanah undiisturbed dari tabung
3. Cetakan silinder contoh tanah uji (mould)
4. Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm
5. Oli / minyak pelumas
6. Extruder mekanis dan manual
7. Gergaji kawat
8. Spatula
9. Timbangan dennan ketelitian 0,01 gr
10. Can
11. Oven
12. Palu
11.3.2 Langkah Kerja
1. Contoh tanah diambil dan dicetak dalam ring silinder untuk
mendapatkan sampel berbentuk silinder. Kedua permukaan tanah
diratakan dengan pisau.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


141
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2. Keluarkan contoh tanah dari silinder menggunakan extruder.


3. Catat diameter sampel, tinggi sampel, dan hitung luas permukaan
sampel serta volume sampel.
4. Letakkan contoh tanah tersebut pada alat Unconfined Compression Test
kemudian dicatat pembacaan mula-mula dari proving ring dial, arloji
pengukur regangan vertikal dan waktu.
5. Mulai diberi tekanan vertikal pada benda uji. Dilakukan pembacaan
proving ring dial setiap regangan 2 mm.
6. Pemberian regangan vertikal ditingkatkan sampai terjadi kelongsoran
pada sampel uji di mana pembacaan proving ring dial telah mencapai
nilai maksimum. Percobaan dihentikan setelah pembacaan proving ring
dial mulai turun beberapa kali.

11.3 ANALISA DATA

DATA UCT

Berat
Berat Tinggi Diameter Luas Vol Kadar Derajat
Kedalam Volume Specific
Sampel Sampel Sempel Ao Basah Air Kejenu
an (m) (cm3) Gravity
(gr) (cm) (cm) (cm2) (gr/c (%) han
m3)

H w h d A0 v y GS Wc Sr

25 352 6.75 3.5 10 65 5,41

Keterangan :
H : Data hasil praktikum
w : Data hasil praktikum
h : Data hasil praktikum
d : Data hasil praktikum
KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page
141
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

A0 : Data hasil praktikum


v : Data hasil praktikum

y :

DATA UCT
Faktor
Dial Beban Deformasi Regangan Luas Beban Tegangan
Koreksi
Informasi Dial Tanah Aksial Terkoreksi Total Kompresi
Luas
a b c (mm) d (%) e (%) f (cm2) g (kg) h
0 0 0 0,000 1,000 10,000 0 0
20 7,5 0,2 0,030 0,970 10,305 3,323 0,322
40 11 0,4 0,059 0,941 10,630 4,873 0,458
60 14 0,6 0,089 0,911 10,976 6,202 0,565
80 18,5 0,8 0,119 0,881 11,345 8,196 0,722
100 23 1 0,148 0,852 11,739 10,189 0,868
120 26 1,2 0,178 0,822 12,162 11,518 0,947
140 30 1,4 0,207 0,793 12,617 13,290 1,053
160 33,5 1,6 0,237 0,763 13,107 14,841 1,132
180 36,5 1,8 0,267 0,733 13,636 16,170 1,186
200 39 2 0,296 0,704 14,211 17,277 1,216
220 41,2 2,2 0,326 0,674 14,835 18,252 1,230
240 43 2,4 0,356 0,644 15,517 19,049 1,228
260 44 2,6 0,385 0,615 16,265 19,492 1,198
280 45 2,8 0,415 0,585 17,089 19,935 1,167
300 46 3 0,444 0,556 18,000 20,378 1,132
320 47 3,2 0,474 0,526 19,014 20,821 1,095
340 47,5 3,4 0,504 0,496 20,149 21,043 1,044
360 48 3,6 0,533 0,467 21,429 21,264 0,992
380 48,5 3,8 0,563 0,437 22,881 21,486 0,939
400 49 4 0,593 0,407 24,545 21,707 0,884
420 49,1 4,2 0,622 0,378 26,471 21,751 0,822
440 49,1 4,4 0,652 0,348 28,723 21,751 0,757
460 49,1 4,6 0,681 0,319 31,395 21,751 0,693
LRC = 0,443

Keterangan :
a : Data hasil praktikum
b : Data hasil praktikum

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


142
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

c :

d :
e :

f :

g :

h :

Dari hasil perhitungan diatas maka, dapat dibuat grafik hubungan antara
regang

Regangan Aksial
an dan tegangan kompresi.
Dari hasil grafik diatas maka, dapat diketahui besar qu = 1,23 kg/cm2 ; c
(qu/2) = 0,615 kg/cm2 ; dan regangan = 32,59%.
11.4 KESIMPULAN
Dari pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui hasil dari nilai kohesi
(c) sebesar 0,615 kg/cm2 dan regangannya adalah 32,59% untuk tanah pada
kedalaman 25 m. Berdasarkan hasil perhitungan dan hasil grafik, dapat
diketahui nilai qu sebesar 1,23 kg/cm2. Dengan hasil tersebut maka tanah uji ini
termasuk jenis tanah Stiff berdasarkan tabel jenis konsistensi tanah.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


143
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


144
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB XII
TRIAXIAL

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


145
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

12.1 Pendahuluan
12.1.1 Latar Belakang

Triaxial adalah salah satu metode pengujian yang bertujuan untuk mencari
engineering properties tanah yang terdiri dari parameter c (kohesi) dan ϕ
(sudut geser dalam). Dalam pelaksanaanya, Triaxial sendiri terdiri dari tiga
jenis yaitu :
1. Triaxial Unconsolidated-Undrained (UU)
2. Triaxial Consolidated-Undrained (CU)
3. Triaxial Consolidated-Drained (CD)
Pada Triaxial CU dan CD yang mengacu pada standar pengujian ASTM
D4767 dan ASTM D7181, sampel uji yang digunakan harus melalui tiga
tahap pengujian yaitu :
1. Tahap Penjenuhan (Saturation Stage)
2. Tahap Konsolidasi (Consolidation Stage), dan
3. Tahap Pergeseran (Shear Stage)
Perbedaan CU dan CD itu sendiri terletak pada kondisi pergeseran nya,
yaitu geser Undrained pada CU dan geser Drained pada CD. Kemudian untuk
Triaxial UU yang mengacu pada standar pengujian ASTM D2850, sampel uji
yang digunakan hanya melalui tahap pergeseran saja (Shear Stage) pada
kondisi Undrained tanpa melalui tahap konsolidasi (Consolidation Stage),
sehingga diberi nama Unconsolidated Undrained. Yang menarik perhatian
pada Triaxial UU ini adalah pada ASTM D2850, tidak disebutkan bahwa
sampel tidak boleh melalui tahap penjenuhan (Saturation Stage). Sebenarnya
penjenuhan ini diperlukan sebagai syarat untuk konsolidasi pada CU dan CD,
karena syarat konsolidasi adalah sampel harus dijenuhkan 100%.

12.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui parameter kuat geser tidak terdrainase suatu tanah (Undrained
shear strength), yaitu berupa sudut geser tanah (∅) dan nilai kohesi (c).

12.2.1 Manfaat Praktikum


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang akan dilakukan ini,
adalah :
Dari segi teori, memberikan masukan apakah Triaxial UU sebaiknya
dijenuhkan atau tidak.
Dari segi kebijakan dan praktik, memberikan pedoman dan panduan dalam
pengujian Triaxial UU.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


146
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Dari segi sosial, memberikan pandangan baru terhadap pengujian Triaxial


UU dengan perlakuan yang tidak lazim dilakukan.

12.3 Tinjauan Pusaka

12.3.1 Dasar Teori

Salah satu tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan parameter kuat
geser tanah. Parameter ini didefinisikan dengan persamaan umum Coulomb:

Dimana: 𝜏 = 𝑐 + 𝜎𝑛 𝑡𝑎𝑛 𝜑

τ = kuat geser (kPa, ksf, psi, dll)


c = kohesi tanah atau adhesi antara partikel (kPa, ksf, dll)
σn = tegangan normal (kPa, ksf, dll)
φ = sudut geser dalam (°)

Persamaan 10.1 merupakan parameter kuat geser pada kondisi tegangan total
(total stress). Tanah yang diberikan penambahan beban akan mengalami kenaikan
tegangan air pori, Δu. Apabila kenaikan tegangan air pori ini dihilangkan, maka
didapatkan persamaan kuat geser tanah pada kondisi tegangan efektif (effective
stress), seperti persamaan 10.2 berikut.

𝜏 = 𝑐 ′ + (𝜎𝑛 − ∆𝑢) 𝑡𝑎𝑛 𝜑′

Nilai tegangan efektif merupakan parameter kuat geser tanah yang sebenarnya.

1. Unconsolidated Undrained Test (UU) Pada percobaan ini air tidak


diperbolehkan mengalir dari sampel tanah. Tegangan air pori biasanya tidak

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


147
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

diukur pada percobaan semacam ini. Dengan demikian hanya kekuatan geser
“UNDRAINED” (Undrained Shear Strength) yang dapat ditentukan.
2. Consolidated Undrained Test (CU) Pada percobaan ini sampel tanah diberikan
tegangan normal dan air diperbolehkan mengalir dari sampel. Tegangan normal
ini bekerja sampai konsolidasi selesai, yaitu sampai tidak terjadi lagi perubahan
pada isi sampel tanah. Kemudian jalan air dari sampel ditutup dan sampel
diberikan tegangan geser secara undrained (tertutup). Tegangan normal masih
tetap bekerja, biasanya tegangan air pori diukur selama tegangan geser
diberikan.
3. Drained Test (CD) Pada percobaan ini sampel tanah diberi tegangan normal dan
air diperbolehkan mengalir sampai konsolidasi selesai. Kemudian tegangan geser
diberikan dengan kata lain pergeseran dilakukan secara drained (terbuka). Untuk
menjaga tekanan air pori tetap nol, maka kecepatan percobaan harus lambat
(dalam hal ini juga tergantung koefisien permeabilitas). Pada percobaan, yang
akan dilakukan adalah Unconsolidated-Undrained (UU). Rumus-rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:

σ1 = Tegangan vertikal yang diberikan


σ3 = Tegangan horizontal
k = Kalibrasi dari proving ring
A0 = Luas sampel tanah awal
∆L = Perubahan panjang sampel awal
L0 = Panjang sampel tanah awal

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


148
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

M = Pembacaan proving ring maksimum

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


149
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Dengan Diagram Mohr, hubungan sudut geser tanah, tegangan, dan gaya geser
dapat digambarkan:

Dari percobaan Triaxial ini diketahui tiga jenis keruntuhan dari tanah uji, sbb:

1. General Shear Failure


Penambahan beban pada pondasi diikuti oleh penurunan pondasi tersebut. Pada
pembebanan mencapai qu maka terjadi keruntuhan tiba-tiba yang diikuti oleh
perluasan keruntuhan permukaan sampai ke bawah permukaan.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


150
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2. Local Shear Failure Pada keadaan lain jika pondasi masih dapat memikul
beban setelah tercapai qu, walaupun terjadi penurunan permukaan tiba-tiba. Pada
grafik hubungan q vs settlement tidak terlihat puncak yang jelas.

3. Punching Shear Failure Pada pondasi yang didukung oleh tanah yang agak
lepas setelah tercapainya qu, maka grafik hubungan q vs settlement bisa
digambarkan mendekati linear.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


151
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

12.4 Metode Pelaksanaan

12.4.1 Tahap Pelaksanaan


1. Ambil tanah undisturb lalu cetak dengan alat sehingga membentuk
tabung dengan ukuran diameter 3,5cm dan panjang 6,7cm buatlah dua
benda sample.
2. Lalu timbang masing masing sample benda uji tersebut dan catat
hasilnya tidak lupa juga menimbang masing masing cawan untuk
tempat sample tanah tersebut.
3. Reservoir harus penuh, tutup dahulu semua kran dan periksa semua
sambungan kepesawat ukur tegangan air pori, bila pada tabung yang
berisi air raksa terdapatgelembung-gelembung udara maka hal
tersebut harus dihindarkan (harus dikeluarkan), karena akan
mempengaruhi pengukuran tekanan air pori.
4. Kemudian taruhlah batu berpori atau plat besi diatas sample benda uji
tersebut dan letakan kertas saring diatasnya lagi.
5. Lalu letakan benda uji di dalam alat triaxial test dan pasanglah
membran pada benda uji agar air tidak bisa masuk sehingga tidak
mempengaruhi benda uji.

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


152
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

6. Mulai nyalakan pompa dan alat triaxial sehingga air mengalir dan
memenuhi alat triaxial test.
7. Kemudian mulai baca pergerakan jarum yang ada pada alat.
Pembacaan ini dilakukan setiap interval 20 sampai jarum menunjukan
menurun atau statis pada waktu tertentu berarti menandakan bahwa
tanah sudah mengalami tingkat paling kuat untuk tekanan geser.

12.5 Data Hasil Praktikum


Dari Hasil Praktikum digunakan 2 sample benda uji dengan data berikut :
Triaxial

No Data Nomor Cawan

92 141

1 Diameter cm 3.5 3.5

2 Tinggi cm 6.75 6.75

3 Luas cm2 9.625 9.625

4 volume cm3 64.96875 64.96875

5 Berat cawan gr 29.86 42.58

6 Berat tanah basah + cawan gr 144.3 150.7

7 Berat tanah basah gr 114.44 108.12

8 Berat tanah kering + cawan gr 110.07 110.33

9 Berat tanah kering gr 80.21 67.75

10 Berat air gr 34.23 40.37

11 kadar air % 42.67547687 59.58671587

12 massa jenis tanah basah (ρwet) gr/cm3 1.761462241 1.664184704

13 massa jenis tanah kering (ρdry) gr/cm3 1.234593555 1.042809043

14 kepadatan jenuh (γsat) kn/m3 17.26232997 16.3090101

15 kepadatan kering (γdry) kn/m3 12.09901684 10.21952862

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


153
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Dan di dapatkan perhitungan Seperti Berikut :

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


154
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


154
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

12.6 Perhitungan Data

Dari data diatas maka dapat digambarkan grafik lingkaran mohr seperti berikut :

Berdasar lingkaran mohr diatas, maka di dapatkan nilai :


Kohesi : 0.425 Kn/mm2
© : 0,425 x 9,8= 4,165 kN/m2
Sudut Geser : 5.26⁰
Maka :

= 45 + = 47,63 ⁰

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


155
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

12.7 Grafik Tekanan 1 bar

Tekanan 2 bar

12.8 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Besar nilai kohesi dari tanah uji sebesar 0.2795 Kn/mm2
2. Besar sudut geser tanah uji sebesar 11⁰
3. Besar sudut geser yang diperoleh maka tanah sampel termasuk
tanah lempung dengan plastisitas tinggi
4. Tanah yang diuji merupakan tanah lempung kelanauan
5. Dan jenis keruntuhan pada sampel tanah merupakan tipe Local
Shear Failure

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


156
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

12.9 Dokumentasi Praktikum

Gambar 1.1 Benda Uji Gambar 1.2 Benda Uji

Gambar 1.3 Alat Triaxial Test Gambar 1.4 Alat Triaxial Test

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


157
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 1.5 Cawan 1 Gambar 1.6 Cawan 2

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


158
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Gambar 1.7 Berat Cawan 1 Gambar 1.8 Berat Cawan 2

Gambar 1.9 Berat Benda Uji 1


Setelah Tes Gambar 2.0 Berat Benda Uji 2
Setelah Tes

KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page


159

Anda mungkin juga menyukai