MEKANIKA TANAH
KELOMPOK 3
ANGGOTA :
1. Andika Rahman Hidayat (2035221012)
2. Derry Yulianto (2035221013)
3. Alif Naufal Basman (2035221014)
4. Andi ilham Anggoro (2035221015)
5. Bayu Anggoro Sekti (2035221016)
Praktikum direct shear test bertujuan untuk mengetahui nilai kohesi (c),
sudut geser, dan kadar air pada tanah. Hal tersebut berguna untuk menghitung dan
merencanakan pondasi, baik pondasi dangkal maupun pondasi dalam.
2. Batasan Masalah
3. Tujuan
Dari penjabaran rumusan masalah diatas dapat kita simpulkan bahwa
tujuan diadakannya praktikum mekanika tanah ini, diantaranya:
1. Agar mahasiswa memahami setiap landasan teori dari pengertian
masing-masing praktikum.
2. Agar mahasiswa dapat memahami perbedaan dan persamaan dari
masing-masing praktikum.
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana persiapan dan prosedur kerja
dari masing-masing kegiatan praktikum.
4. Agar mahasiswa mampu mempersiapkan dan merealisasikan hal-hal
terkait bidang ilmu ini di kemudian hari.
5. Untuk mengetahui bagaimana sistematika perhitungan dalam
menentukan setiap nilai pada masinh-masing praktikum tersebut.
4. Manfaat
Manfaat Khusus
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan dan kemampuan dari masing-
masing praktikum.
2. Mahasiswa memahami maksud dari masing-masing praktikum tersebut.
Manfaat Umum
1. Para pembaca dapat mengetahui macam-macam praktikum yeng
berhubungan dengan mekanika tanah.
2. Para pembaca mengetahui betapa pentingnya dari masing-masing
praktikum
5. Lokasi Kegiatan
Bagian utama dari sondir adalah konus, yang dimasukkan ke dalam tanah
dengan cara ditekan. Tekanan di ujung konus, ketika konus diturunkan karena
tekanan, dibaca dengan manometer pada setiap kedalaman 20 cm. Tekanan
dari atas pada konus diarahkan ke tabung sondir (yang bebas bergerak dan
tidak ditopang oleh tabung sondir) melalui batang baja. Demikian pula,
tekanan yang dialami oleh konus saat ditekan ke dalam tanah disalurkan ke
atas melalui batang baja di dalam tabung sondir ke manometer.
Data hasil pengujian sondir disajikan dalam bentuk tabel serta dalam
bentuk kurva hubungan kedalaman dengan nilai konus, qc dan nilai kumulatif
total friksi. Berdasarkan data hasil uji sondir selanjutnya dapat diperkirakan
karakteristik lapisan tanah yang ada di lokasi pengujian. Lapisan tanah
tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan nilai rata-rata qc-nya yaitu :
KARAKTERISTIK TANAH QC
Keterangan Gambar :
b. Perhitungan
1. Interval kedalaman pembacaan {Kolom A}
2. Bacaan pertama (Tekanan akibat konus) {Kolom B}
3. Bacaan kedua (Tekanan akibat konus+lekatan selimut bikonus)
{Kolom C}
4. Tekanan Konus = Bacaan pertama x Luas piston plunger {Kolom D}
Luas konus
5. Gesekan Lokal (Friction Ratio) =
(bacaan kedua – bacaan pertama) x (Luas Piston/Luas Selimut)
{Kolom E}
6. Friction ratio (Gesekan selimut dengan tahanan ujung)
= (Local Friction / Tekanan Konus ) x 100%
{Kolom F}
7. Hambatan Pelekat = Local Friction x Interval kedalaman
{Kolom G}
8. Jumlah HP = Kumulatif dari Hambatan pelekat
{Kolom H}
1.5 Data Hasil
Praktikum
BACAAN SONDIR . Cone Penetrometer Test (CPT)
SNI :
ASTM :
No. Titik : Tanggal : 23 Februari 2023
Proyek : Praktikum Pemetaan Mater Sondir :
Lokasi : Kampus ITS Manyar Keterangan :
Koordinat :
Tabel 1.5.1
Bacaan Sondir
BACAAN SONDIR . Cone Penetrometer Test (CPT)
SNI :
ASTM :
No. Titik : Tanggal : 23 Februari 2023
Proyek : Praktikum Pemetaan Mater Sondir :
Lokasi : Kampus ITS Manyar Keterangan :
Koordinat :
SNI :
ASTM :
No. Titik : Tanggal : 23 Februari 2023
Proyek : Praktikum Pemetaan Mater Sondir :
Lokasi : Kampus ITS Manyar Keterangan :
Koordinat:
2 1
3 2
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
Tekanan Konus, Cn (kg/cm2) Jumlah Hambatan Pelekat (kg/cm)
1.6 Grafik Penyelidikan Dengan Tes Sondir
Tabel 1.6.1
Grafik Tes Sondir
1.7 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil parktikum sondir diatas adalah tanah
yang diuji dengan dondir test memiliki friction ratio dengan rata-rata sebesar
1,38 sehingga dapat dikorelasikan bahwa tanah tersebut sangat lunak.
1.8 Dokumentasi Praktikum
Gambar 1.8.1
Pengenalan Alat Gambar 1.8.2
Bikonus
Gambar 1.8.3
Manometer Gambar 1.8.4
Proses pengambilan data
BAB II
BORING TEST
2.1 PENDAHULUAN
2.1.1 Latar Belakang
Tanah adalah zat yang terbentuk oleh pelapukan fisik dan kimia
dari batuan. Tanah didefinisikan sebagai kumpulan mineral, bahan
organik, dan sedimen yang relatif lepas, didukung oleh batuan
dasar, partikel yang relatif lemah yang disebut karbonat, bahan
organik, atau oksida yang mengendap di antara partikel.
Tanah berfungsi sebagai penopang dari semua bangunan, agar
saat didirikan suatu bangunan dengan pondasi tertentu dapat berdiri
secara kokoh dan aman. ketika pondasi didirikan, dibutuhkan nilai
kekuatan tanah serta karakterisik tanah yang digunakan untuk
penyelidikan tanah.
Pengujian SPT adalah suatu pengujian tanah di lapangan yang
dilakukan untuk mengetahui sifat geoteknik tanah di bawah
permukaan, terutama tanah non-kohesif. Standard penetration test
(SPT) dilakukan untuk mengetahui atau mendapatkan daya dukung
tanah secara langsung di lapangan.
Sampel tanah yang diambil yaitu tanah disturbed sample (tanah
terganggu) dan undisturbed sample (tanah tidak terganggu).Setelah
pengambilan tanah, sampel tanah dilakukan pengujian yang
dilaksanakan di laboraturium untuk mengetahui nilai kekuatan
tanah serta karakteristik tanah.
2.1.2 Tujuan
2.1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini:
1. Mahasiswa dapat memahami prosedur penegboran tanah
2. Mahasiswa dapat memahami cara pengambilan sampel tanah
disturbed (terganggu) dan undisturbed (tidak tergangu)
3. Mahasiswa dapat mengklasifikasikan tanah berdasarkan
karakteristik tanah dari suatu kedalaman
4. Mahasiswa dapat menggambarkan profil tanah berdasarkan hasil
pegeboran tanah
2.2 TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Dasar Teori
Boring Test adalah suatu pengujian tanah yang berfungsi
untuk mengetahui kondisi tanah, daya dukung tanah, karakteristik
tanah, serta kondisi geologi tanah seperti sifat dan kekuatan dari
tanah pada tiap lapisan hingga mencapai kedalaman tanah keras.
Standart yang ditetapkan dalam pengujian ini yaitu SPT (Standart
Peneteration Test) dengan nilai setiap interval 2,0m
Standart ini mengacu pada ASTM D.1586 dengan berat
hammer yang digunakan adalah 63,5 kg dan tinggi jatuh bebas
hammer yaitu 76 cm. Biasanya, model alat boring yang digunakan
memiliki hammer otomatis.
Dalam boring test dilakukan dengan pengambilan Undisturbed
dan Disturbed Sampling serta SPT (Standard Penetration Test).
1 . Undisturbed Sampling
Undisturbed Soil Sample (tanah tak terganggu) adalah tanah yang
memiliki struktur yang berbeda dari tanah terganggu yang
dikarenakan masih belum terganggu oleh faktor luar dan
mempertahankan sifat aslinya serta masih memiliki struktur yang
asli dan belum rusak. Tujuan pengambilan sampel tanah tak
terganggu untuk menganalisis sifat fisik tanah seperti berat tanah,
kekuatan tanah, kadar air tanah dan lain lain.
2. Disturbed Sampling
Disturbed Soil Sample (tanah terganggu) adalah tanah yang
memiliki struktur yang sudah berbeda dengan struktur pada tempat
asalnya karena strukturnya sudah cukup rusak atau bahkan hancur
seluruhnya. Tujuan pengambilan dari tanah terganggu adalah
menganalisis ukuran butir tanah, batas atterberg, pemadatan, dan
lain-lain.
1. Pompa air
2. Stangbor
3. Mesin
Hydraulic
4. Tabung Shleby
5. Kunci Pipa
6. Plastik
7. Hammer
8. Selang
9. Tali Tambang
10. K3LH
Legenda:
Lempung Pasir
Lanau Kerikil
Undisturb Disturb
Tabel 1.4.1
N-Value Kepadatan Relatif
<4 Sangat Tidak Padat
4-10 Tidak Padat
10-30 Kepadatan Sedang
30-50 Padat
>50 Sangat Padat
2.5 Kesimpulan
Dari hasil analisa data, keseluruhan tanah cenderung berjenis
lempung. Dengan uji SPT dapat diambil kesimpulan bahwa tanah pada
kedalaman 1-19m cenderung sangat tidak padat, sedangkan tanah pada
kedalaman 20-25 m memiliki kepadatan sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Untuk melihat suatu sifat dari tanah diperlukan suatu pengujian, parameter
pengujian yang dilakukan kali ini berupa berat volume tanah (γ), kadar air
(Wc), dan specific gravity (Gs).
3.1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk menentukan berupa berat volume tanah
(γ), kadar air (Wc), dan specific gravity (Gs)
3.1.3 Manfaat
Mengetahui sifat – sifat tanah dan penerapannya dalam dunia keteknik
sipilan
3.2 TINJAUAN PUSTAKA
3.2.1 Dasar Teori
Tanah dari pandangan ilmu Teknik Sipil merupakan himpunan mineral,
bahan organik dan endapan-endapan yang relative lepas (loose) yang
terletak di atas batu dasar (bedrock). Ikatan antara butiran yang relatif
lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida
yang mengendap-ngendap diantara partikel partikel. Ruang diantara
partikel-partikel dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya
(Hardiyatmo, 1992).
Fase Tanah
Secara umum , tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian, kemungkinan
tersebut adalah:
a. Tanah kering, hanya terdiri dari dua bagian, butir-butir tanah dan
pori-pori udara
b. Tanah jenuh, hanya terdiri dari dua bagian, yaitu bagian padat atau
butiran dan air pori
c. Tanah tidak jenuh terdiri dari tiga bagian, yaitu padat atau butiran,
pori-pori udara, dan air pori
Tanah terdiri dari dari bahan yaitu butiran tanahnya sendiri, air dan udara
yang terdapat didalam ruangan antara butiran-butiran tanah. Ruangan
tersebut disebut dengan ruangan pori, jika tanah dalam keadaan kering
maka sudah tidak ada air dalam porinya, namun umumnya keadaan ini
jarang sekali di temukan pada tanah asli yang ditemukan di lapangan.
V = Volume tanah
= Berat air raksa
13,6 = Berat jenis air raksa
Berat spesifik dari butiran tanah (bagian padat) sering dibutuhkan dalam
bermacam –macam keperluan perhitungan dalam mekanika tanah.
Harga- harga itu dapat ditentukan secara akurat di laboratorium (Das,
1995).Perhitungan berat jenis tanah dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan berikut :
3 Timbangan
4 Air raksa
5 Mangkok
b. Langkah Kerja
1) Keluarkan tanah kering dari tabung contoh dengan
extruder
2) Ambil sebagian kecil tanah yang dikeluarkan selanjutnya
potong menyerupai kubus ukuran 2x2x2 cm3
3) Letakkan tanah pada cawan dan timbang beratnya (Wc),
selanjutnya hitung berat cawan + tanah
4) Ambil mangkok besar dan selanjutnya letakkan gelas
kecil didalamnya
5) Tuangkan air raksa ke dalam gelas tersebut
6) Masukkan tanah kedalam gelas kecil yang berisi air raksa,
kemudian ratakn menggunakan plat kaca 3 paku hingga
tanah tercelup dan air raksa meluber
7) Timbang air raksa yang meluber
3.3.2 Kadar Air (Wc)
a. Alat dan Bahan
No Nama Alat Dan Bahan Gambar
1 Tanah undisturb
b. Langkah kerja
1) Ambil contoh tanah asli (undisturbed)
2) Timbang cawan dan catat nomor cawan
3) Letakkan contoh tanah kedalam cawan
4) Timbang cawan + tanah
5) Cawan + tanah dioven selama 24 jam
6) Tanah kering hasil oven ditimbang dengan cawan
3.3.3 Gravimetri
a. Alat dan Bahan
No Nama Alat Dan Bahan Gambar
1 Tanah undisturbed
2 Air
3 Piknometer
4 Timbangan
5 Alat Vakum
6 Alat penumbuk
b. Langkah kerja
1) Keringkan sejumlah ± 200 gram tanah kedalam oven
2) Tumbuk tanah yang sudah dikeringkan sampai halus menjadi
bubuk dengan alat penumbuk
3) Masukkan sejumlah bubuk tanah ke dalam piknometer
4) Timbang piknometer yang sudah berisi bubuk tanah
5) Isi piknometer + bubuk tanah dengan air ± 2 cm kemudian
biarkan beberapa saat kemudian divakum
6) Hentikan vakum bila gelembung udara yang timbul selama
vakum tinggal sedikit
7) Isi kembali piknometer menggunakan air hingga batas leher
lalu vakum kembali
8) Hentikan memvakum bila selisih kenaikan muka air antara
divakum dan tidak divakum relatif kecil (h<1 cm) dan
meneruskan memvakum bila beda kenaikan muka air masih
relative besar (h>1 cm)
9) Isi kembali piknometer dengan air sampai batas yang
ditentukan dan ukur temperature
10) Bersihkan piknometer dan keringkan kemudiaan isi dengan air
sampai batas bawah leher, kemudian timbang piknometer + air
3.4 ANALISIS DATA
3.4.1 Hasil Percobaan Volumetri
No Cawan 28 AA X2 16
Kedalaman (meter) 20 25
Berat cawan (gr)(Wc) 46,22 45,96 45,24 46,3
Berat cawan + berat tanah basah
60,44 59,61 55,9 58,76
(gr)(Wct)
Berat tanah basah (gr)(W1)(*) 14,22 13,65 10,66 12,46
Berat cawan + air Raksa (gr) (W4) 248 242,04 195,25 211,58
Berat air raksa yang dipindahkan
142,2 136,24 89,45 105,78
(gr)(W2)(*)
Berat mangkok penadah air raksa
105,8 105,8 105,8 105,8
(gr)(W3)
Volume tanah basah (Vt)(*) 10,4559 10,0176 6,57721 7,77794
Berat volume tanah basah (*) 1,36 1,3626 1,62075 1,60197
(*) Didapat dari hasil perhitungan
No Cawan 28 AA X2 16
Kedalaman (meter) 20 25
Berat Cawan (gr) (W1) 46,22 45,96 45,24 46,3
Berat cawan + Berat tanah basah
60,44 59,61 55,9 58,76
(gr)(W2)
Berat cawan + tanah kering (gr)(W3) 55 54,44 52 54,15
Berat air (gr) (*)(W2-W3) 5,44 5,17 3,9 4,61
Kadar air (Wc) % (*)(W) 61,959 60,967 57,6923 58,7261
(*) Berdasarkan perhitungan
No Piknometer 15
No Cawan 28 AA
Berat pikonometer (gr) (W1) 143,95 143,95
Berat pikonometer + tanah kering (gr) 152,81 152,7
(W3)
Berat piknometer + tanah + air (gr) (W2) 397,47 397,48
Temperature (T1) 28,5 29
Berat piknometer + air (W4) 391,93 391,95
Temperature (T2) 28 27
Gs 2,63326 2,68053
(*) Berdasarkan perhitungan
3.5 PENUTUP
Berdasarkan 4 sampel tanah dari dua kedalaman yang berbeda dihitung
mulai dari volumetric, kadar air, dan gravimetric didapat hasil sebagai berikut
:
Sampel tanah 1 kedalaman 20 meter
γt = 1,36 gr/cm3
Wc = 61,959%
Gs = 2,63326
Sampel tanah 2 kedalaman 20 meter
γt = 1,3626 gr/cm3
Wc = 60,967%
Gs = 2,68053
Sampel tanah 3 kedalaman 25 meter
γt = 1,62075 gr/cm3
Wc = 57,6923%
Sampel tanah 4 kedalaman 25 meter
γt = 1,60197 gr/cm3
Wc = 58,7261%
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan nilai Gs dari sampel tanah 1
dan 2 telah memenuhi standart uji ASTM 0-854-58, yang mana menyebutkan
bahwa nilai Gs tanah berlempung harus berkisar 2,6-2,7
DAFTAR PUSTAKA
4.1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Atterberg’s Limit yaitu sebagai berikut :
a. Dapat menentukan nilai batas cair (Liquid Limit) tanah.
b. Dapat menentukan nilai batas plastis (Plastis Limit) tanah.
c. Dapat menentukan nilai batas susut (Shrinkage Limit) tanah.
d. Dapat mengetahui nilai indeks plastisitas (Plasticity Index) tanah.
4.1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat memahami lebih dalam materi yang didapatkan
melalui praktikum yang telah dilakukan.
b. Mahasiswa dapat menentukan suatu hasil dari percobaan yang telah
dilakukan.
3 Air Suling
4 Oven
5 Saringan nomor 40
(0.42 mm)
Senduk dempul /
6
Kapi
7 Plat kaca
8 Casagrande
9 Cawan (4 buah)
10 Spatula
11 Sampel tanah
12 Timbangan
B. Langkah Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Haluskan sampel tanah menggunakan saringan nomor 40.
3) Letakkan 200 gr sampel tanah yang sudah disaring di atas
plat kaca pengaduk.
4) Campurkan sedikit demi sedikit benda uji dan air suling
hingga merata dengan menggunakan spatula.
5) Sebagian benda uji diambil dan diletakkan di atas mangkok
alat batas cair, ratakan permukaan agar sejajar dengan dasar
alat (bagian yang tebal harus ± 1 cm).
6) Membuat alur dengan membagi adonan dalam mangkok
casagrande menjadi 2 bagian menggunakan alat pembuat
alur (grooving tool) melalui garis tengah pemegang
mangkok yang simetris atau lurus. Pada saat membuat alur,
posisi alat harus tegak lurus dengan permukaan mangkok.
7) Selanjutnya, putar alat batas cair standard hingga mangkok
naik atau jatuh dengan kecepatan 2 putaran/detik.
Pemutaran dilakukan hingga dasar alur sampel tanah
bersinggungan. Kemudian catat jumlah pukulan pada saat
bersinggungan.
8) Masukkan sampel tanah ke dalam cawan dan timbang
beratnya, setelah itu masukkan tanah kedalam oven selama
24 jam.
9) Ulangi langkah pada poin 5 dan poin 8 sebanyak 3 kali
percobaan dengan campuran yang lebih banyak kadar
airnya.
10) Jumlah pukulan dilakukan 1 kali diatas 25 pukulan dan 2
kali dibawah 25 pukulan.
11) Catat hasil praktikum pada tabel yang sudah disediakan.
No Nama Gambar
Satu set alat tes
1
Plastic Limit
2 Penggaris
3 Oven
4 Saringan nomor
40 (0.42 mm)
5 Spatula
6 Plat kaca
7 Timbangan
8 Cawan
9 Air suling
10 Sampel tanah
B. Langkah Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Haluskan sampel tanah menggunakan alat penumpuk dari
porcelain.
3) Saring sampel tanah menggunakan saringan nomor 40.
4) Gunakan tanah yang mempunyai ketukan casagrande
terbanyak (kadar air paling sedikit).
5) Letakkan sampel tanah yang sudah disaring sebanyak 100
gram diatas plat kaca, tambahkan air dan aduk hingga
merata.
6) Buatlah bola-bola tanah, kemudian bola tanah tersebut
digiling di atas plat kaca.
7) Lakukan penggilingan sampai benda uji tersebut berbentuk
batang dengan diameter 3 mm. Jika belum mencapai
diameter 3 mm benda uji sudah retak, maka benda uji
tersebut harus disatukan kembali dengan cara
menambahkan sedikit air dan aduk hingga merata. Jika
penggilingan bola tanah tersebut dapat mencapai diameter
lebih kecil dari 3 mm, maka benda uji perlu dibiarkan
beberapa saat agar kadar airnya dapat berkurang, atau dapat
dengan cara menambahkan tanah yang sudah disaring
secukupnya.
8) Ulangi adukan dan gilingan hingga retakan pada benda uji
terjadi tepat saat gilingan berdiameter 3 mm.
9) Hasil gilingan yang sudah tepat kadar airnya (mengalami
keretakan pada diameter 3 mm) dimasukkan ke dalam
cawan lalu ditimbang.
10) Kemudian benda uji tersebut dimasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dan diperiksa kadar airnya.
4.3.1.3 Batas Susut (Shrinkage Limit)
A. Alat dan Bahan
No Nama Gambar
Satu set alat tes
1
Shrinkage Limit
2 Timbangan
3 Oven
4 Vaseline
5 Sampel tanah
6 Plat Kaca
9 Air suling
10 Air raksa (Hg)
Mangkuk
11 peluberan
Mangkuk
Shrinkage Limit
12 (diameter 4,4 cm
dan tinggi 1,25
cm)
B. Langkah Kerja
1) Siapkan tanah sisa percobaan (Liquid Limit), kemudian
campur dengan air secukupnya.
2) Timbang mangkuk shrinkage dalam keadaan kosong.
3) Kemudian masukkan sampel tanah yang sudah tercampur
dan mengalami kurang dari 25 kali ketukan ke dalam
mangkuk shrinkage limit.
4) Timbang berat tanah tersebut, kemudian oven mangkuk
yang berisi tanah tersebut selama 24 jam.
5) Setelah dioven selama 24 jam, ambil dan timbang beratnya.
6) Masukkan sampel tanah yang telah kering ke dalam
mangkuk yang telah diisi penuh dengan air raksa, lalu
letakkan di dalam mangkuk peluberan.
7) Tekan sampel tanah tersebut dengan plat kaca berpaku
hingga plat kaca tersebut rata dengan permukaan mangkuk
sehingga air raksa akan tumpah dan ditampung oleh
mangkuk peluberan.
8) Timbang berat air raksa tersebut dengan cara membagi berat
air raksa yang tumpah dengan berat jenis air raksa (13,6),
sehingga dapat ditemukan volume tanah kering (Vd).
9) Untuk mengetahui volume tanah basah yang terdapat pada
mangkuk shrinkage limit, lakukan dengan cara mengisi
mangkuk shrinkage limit dengan air raksa hingga penuh
lalu ratakan menggunakan plat kaca yang berisi 3 paku.
10) Masukkan tanah tersebut ke dalam cawan lalu timbang
beratnya, kemudian masukkan ke dalam oven selama 24
jam.
4.4 ANALISA DATA
4.4.1 Hasil Percobaan Praktikum Liquid Limit (LL)
No Cawan (kode) Satuan LL 1 LL 2 LL 3
Kedalaman Meter 19 - 20
Percobaan ke 1 2 3
Berat Cawan (W1) Gram 3,2 8,24 9,37
Berat Cawan + Tanah Basah Gram 22,94 34,06 39,10
(W2)
Berat Cawan + Tanah Kering Gram 16,56 22,80 24,48
(W3)
Berat Tanah Kering (Ws) Gram 13,36 14,56 15,11
Berat Air (Ww) Gram 6,38 11,26 14,62
Kadar Air (Wc) % 47,75 77,33 96,75
Jumlah Pukulan N 60 24 18
Batas Cair (LL) 58,08 69,21 83,63
Keterangan :
W1 , W2, W3 : Data hasil praktikum
Ww :
Ws :
Wc :
LL : =
4.4.2 Hasil Percobaan Praktikum Plastic Limit (PL)
Kedalaman Meter 19 - 20
Berat Cawan (W1) Gram 55,12
Berat Cawan + Tanah Basah Gram 56,38
(W2)
Berat Tanah Basah Gram 1,26
Berat Cawan + Tanah Kering Gram 55,95
(W3)
Berat Tanah Kering Gram 0,83
Berat Air (Ww) Gram 0,43
Batas Plastis (PL) % 51,81
Keterangan :
W1 , W2, W3 : Data hasil praktikum
Ww :
Ws :
PL :
1 58,08 6,27
2 69,21 17,4
3 83,63 31,82
Keterangan :
PI = |LL – PL|
Untuk N=25
LL = 66,80%
PL = 51,81%
PI = |LL – PL|
= |66,80% – 51,81%|
= 14,99% ~ 15%
Keterangan :
W1 , W2, W4, W5, W7 : Data hasil praktikum
W3 :
W6 :
Vi
:
Vd
:
Wc :
SL :
4.5 KESIMPULAN
â en dump
en Am#ad
BAB VI
HIDROMETER
6.1 PENDAHULUAN
6.1.1 Latar Belakang
Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis
(kepadatan relatif) dari cairan, yaitu rasio densitas cairan kepadatan air.
Hidrometer merupakan alat ukur yang dirancang oleh seorang ilmuwan
berkebangsaan Perancis bernama Antoine Baume yang menggunakan aplikasi
dari Hukum Archimedes yang digunakan untuk mengetahui massa jenis suatu
zat cair.
Sebuah hidrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari batang silinder
dan bola pembobotan dengan merkuri atau tembakan timah untuk membuatnya
mengapung tegak. Cairan yang akan diuji dituangkan ke dalam wadah tinggi,
seringkali sebuah silinder lulus, dan hidrometer yang lembut diturunkan ke
dalam cairan sampai mengapung bebas. Titik di mana permukaan cairan
menyentuh batang hidrometer yang dicatat. Hidrometer biasanya mengandung
skala di dalam batang, sehingga berat jenis dapat dibaca langsung. Berbagai
skala ada, dan digunakan tergantung pada konteksnya.
Hidrometer dapat dikalibrasi untuk kegunaan yang berbeda, seperti
lactometer untuk mengukur densitas (creaminess) dari susu, saccharometer
untuk mengukur kepadatan gula dalam cairan, atau alkohol meter untuk
mengukur tingkat alkohol yang lebih tinggi dalam roh.
Dalam makalah ini akan disajikan secara lengkap mengenai hidrometer.
6.1.2 Tujuan
Menentukan distribusi butiran tanah (grain size distribution) dari suatu
sample tanah yang memiliki diameter lebih kecil dari 0,074 mm (saringan no.
200 ASTM) dengan cara pengendapan (hidrometer)
6.1.3 Manfaat
1. Mengetahui definisi Hidrometer
2. Mengetahui bagian-bagian Hidrometer
3. Mengetahui cara menggunakan Hidrometer
4. Mengetahui cara membaca hasil pengukuran dengan Hidrometer
6.2 TINJAUAN PUSTAKA
6.2.1 Dasar Teori
Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis
(kerapatan relatif) dari suatu cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan
densitas air. Hidrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah
batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri (raksa) untuk
membuatnya mengapung tegak.
Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes dimana benda
padat yang tersuspensi pada fluida (dalam praktikum ini, benda padat yang
dimaksud adalah tanah) akan terkena gaya ke atas sebesar gaya berat fluida
yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut,
semakin jauh hidrometer tenggelam. Seberapa jauh hidrometer tersebut
tenggelam dapat dilihat dari skala pembacaan yang terdapat dalam hydrometer
itu sendiri.
Dasar tes ini adalah hukum stokes untuk jatuhnya bola dalam cairan kental
dimana kecepatan terminal jatuh tergantung dari diameter butir dan kepadatan
tanah dalam suspensi dan cairan sehingga diameter butir dapat dihitung dari
data tentang jarak dan waktu jatuh.
Hidrometer juga dapat menentukan berat jenis dari suspensi dan jika
memungkinkan, persentase partikel dan diameter partikel tertentu setara untuk
dihitung. Praktikum ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh dari
suatu butiran didalam suatu larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat
jenis larutan dan kepekatan larutan tersebut. Hubungan tersebut dapat
dijabarkan oleh hukum Stokes sebagai berikut:
dengan:
v = kecepatan jatuh dari butiran (cm/s)
ys = berat jenis butiran (gr/cm3)
yw = berat jenis larutan (gr/cm3)
5 = kepekatan larutan (dyne.s/cm2)
D = diameter butiran (cm)
dengan :
v = kecepatan jatuh dari butiran
L = tinggi jatuh butiran
T = waktu
Vb = volume Bulb Hydrometer
A = luas penampang Hydrometer
L1 = dapat dilihat pada tabel 6.5 sesuai pembacaan hydrometer tipe 152 H
dan dikoreksi terhadap miniskus
Setelah % finer dan D yang saling terkait telah dihitung, maka didapat
suatu grafik distribusi butiran. Dari grafik ini akan didapat D10, D30 dan D60
dengan cara sebagai berikut:
D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 10%
(%finer = 10%)
D30 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 30%
(%finer = 30%)
D60 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak 60%
(%finer = 60%)
Sehingga koefisien keseragaman (CU) kita bisa dapatkan dengan rumus:
1 < CC < 3, dapat dianggap suatu range untuk tanah yang bergradasi baik
6.3 METODE PELAKSANAAN
6.3.1 Alat dan Bahan
Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum hidrometer :
- Tanah yang telah dikeringkan dan ditumbuk halus
- Gelas ukur kapasitas 1 liter
- Larutan Calgon
- Air suling/ aquades
- Alat hidrometer
- Termometer
6.3.2 Langkah Kerja
Langkah – langkah yang dilakukan dalam melakukan praktikum ini adalah:
1. Ambil 50 gram tanah yang sudah dikeringkan dan ditumbuk, kemudian
masukan ke dalam gelas ukur.
2. Siapkan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah butir-butir tanah
untuk berflocculasi (bahan kimia yang biasa digunakan adalah 4%
larutan calgon atau sodium hexametaphosphate). Larutan ini dapat dibuat
dengan cara mencampurkan 40 gram calgon dengan 1000 cc air suling.
3. Ambil 125 cc dari larutan yang telah disiapkan pada langkah no 2.
Tambahkan larutan tersebut ke dalam gelas ukur yang telah disiapkan
pada langkah no 1. Biarkan campuran tanah dan larutan tersebut kira-kira
selama 8 s/d 12 jam.
4. Ambil gelas silinder yang mempunyai volume 1000 cc dan isi dengan
larutan yang telah disiapkan pada langkah no 2, kemudian tambahkan air
suling sebanyak kira-kira 875 cc.
5. Campur atau aduk larutan tersebut hingga betul-betul merata.
6. Gelas silinder beserta isinya yang telah disiapkan pada langkah no 4
ditaruh di dalam bak air yang mempunyai temperatur tetap. Kemudian
ukur temperatur air di bak tersebut (T˚C).
7. Letakkan alat hydrometer di dalam silinder yang berisi larutan yang telah
disiapkan pada langkah no 6, dan catat pembacaan dari alat hidrometer
tersebut (yang dibaca adalah batas atas dari meniscus air). Langkah ini
digunakan untuk menentukan zero correction (Fz) yang harganya bisa
positif atau negatif, dan untuk menentukan harga koreksi meniscus (Fm).
8. Dengan menggunakan pisau spatula, campur tanah yang telah disiapkan
pada langkah no 3 sampai benar-benar merata.
9. Pindahkan campuran tersebut ke dalam gelas pengaduk (mixer-cup). Perlu
diperhatikan, selama proses pengadukan, sebagian tanah yang diaduk
mungkin akan menempel pada sisi-sisi beaker (kincir pengaduk). Dengan
menggunakan botol plastik yang diisi air suling, bersihkan semua tanah
yang menempel pada beaker tersebut.
10. Tambahkan air suling ke dalam mixer-cup (gelas pengaduk) sampai kira-
kira 2/3 volume gelas. Dengan menggunakan mesin pengaduk, aduk
campuran tersebut kira-kira 2 menit.
11. Pindahkan campuran tanah yang sudah dicampur (pada langkah no 10)
ke dalam gelas silinder yang mempunyai volume 1000 cc (tidak boleh
ada tanah yang tertinggal di dalam gelas pengaduk). Tambahkan air
suling ke dalam gelas silinder tersebut sampai volume larutan mencapai
1000 cc.
12. Tutup gelas silinder yang telah disiapkan pada langkah no 11 dengan
karet penutup, dan kocok campuran tanah + air tersebut dengan cara
membolak-balikkan silinder.
13. Letakan silinder yang telah disiapkan pada langkah no 12 di dalam bak
air yang mempunyai temperatur tetap, di samping silinder yang telah
disiapkan pada langkah no 6.
14. Catat waktu testnya dengan segera (pada saat permulaan test, kumulatif
waktu t = 0) dan kemudian masukan alat ukur hydrometer ke dalam
silinder yang berisi larutan + air secara perlahan-lahan.
15. Catat pembacaan alat hidrometer pada waktu t = 0,25; 0,50; 1; dan 2
menit.
16. Setelah pengambilan bacaan pada saat t = 2 menit selesai, alat ukur
hydrometer diambil dan dimasukan ke dalam silinder yang telah
disiapkan pada langkah no 6. Perlu diperhatikan, pengambilan alat ukur
hydrometer dari silinder yang berisi larutan air harus dilakukan secara
hati-hati supaya tidak mengacaukan larutan yang sudah mulai
mengendap tersebut.
17. Pengambilan bacaan selanjutnya dilakukan pada saat t = 3, 4, 8, 15, 30,
60, 120, 180, 240, dan 480 menit. Alat ukur hidrometer harus dimasukan
ke dalam gelas silinder yang berisi campuran tanah + air selama kira-kira
30 detik sebelum pengambilan bacaan. Setelah pengambilan bacaan
selesai, alat ukur hydrometer diambil lagi dari dalam campuran tanah +
air tersebut dan dimasukan kembali ke dalam gelas silinder yang
disiapkan pada langkah no 6.
Tanah z tanah Z
0,25 50 5 28 28
0,5 50 5 28 28
1 50 5 28 28
2 50 5 28 28
3 50 5 28 28
4 50 5 28 28
8 48 5 28 28
15 45 5 28 28
30 45 5 29 28
60 44 8 28 28
120 40 3 29 29
180 39 2 29 29,5
240 37 2 29,5 30
480 35 1,5 30 30
6.3.4 Analisis Perhitungan
Sampel
Dari percobaan Specific Gravity (Gs) = 2,64
Berat tanah Ws = 50
a = 1,00230097
Koreksi miniskus = 1
Ct = (bervariasi, lihat pada table 6.3)
(Gs - 1) a = 2,65 - 1
Gs 2,65
(2,64 - 1) a = 2,65 - 1
2,64 2,65
a = 1,65 x 2,64
2,65 x 1,64
a = 1,00230097
Pembacaan pada menit ke 30 :
- Diperoleh data suhu, T = 29 ⁰C, Nilai Cт menurut tabel 6.3
Maka, Ct = + 3,65
Ra = 45
Z =5
Rc = Ra - zero correction + Ct
= 45 - 5 + 3,65
= 43,65
% finer = Rc x a x 100%
Ws
= 43,65 x 1,00230097 x 100 %
50
= 87,5008747 %
- R (Hydrometer Correction Only for Reading) = Ra + 1
= 45 + 1
= 46
Dari tabel 6.5, dengan R = 46
Tabel 6.5 Effective Depth Based on Hydrometer and Sedimentation
Cylinder of Specifi Sizes
Pada menit ke 30, didapat data Ra + 1 adalah 46, maka :
L = 8.8 cm
D=
D=
D = 0.00666
Perhitungan semua hasil praktikum didapatkan :
HIDROMETER
Waktu %Butiran L
Temp. Ra Ct Rc R L/t K D
(menit) halus (cm)
0,25 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 31,6000 0,01244 0,06993
0,50 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 15,8000 0,01244 0,04945
1 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 7,9000 0,01244 0,03497
2 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 3,9500 0,01244 0,02472
3 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 2,6333 0,01244 0,02019
4 28 50 2,50 47,50 95,2186 51 7,9 1,9750 0,01244 0,01748
8 28 48 2,50 45,50 95,0098 49 8,3 1,0375 0,01244 0,01267
15 28 45 2,50 42,50 94,6618 46 8,8 0,5867 0,01244 0,00953
30 29 45 3,65 43,65 97,2232 46 8,8 0,2933 0,0123 0,00666
60 28 44 2,50 38,50 87,7013 45 8,9 0,1483 0,01244 0,00479
120 29 40 3,65 40,65 101,8588 41 9,6 0,0800 0,0123 0,00348
180 29 39 3,65 40,65 104,4706 40 9,7 0,0539 0,0123 0,00286
240 30 37 3,08 38,08 103,1422 38 10,1 0,0421 0,01237 0,00254
480 30 35 3,80 37,30 106,8166 36 10,4 0,0217 0,01217 0,00179
Kesimpulan
Menurut klasifikasi USCS tanah yang diuji merupakan tanah dengan
plastisitas tinggi dan termasuk jenis OH (organik) atau MH (anorganik).
3.6 Sistem Klasifikasi AASTHO
Gambar 5.5 Sistem klasifikasi AASTHO
`
Kesimpulan
Menurut klasifikasi AASTHO tanah yang diuji merupakan tanah dengan
jenis A-7-5.
`
4 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum analisa saringan dapat diperoleh tanah yang tertahan
sebesar 0,181% dan tanah yang lolos sebesar 99,819% dengan distribusi
butiran tanahnya bergradasi buruk.
Dengan presentase tanah yang lolos pada saringan no. 200 sebesar
99,819% dan hasil LL (66,80%), PL (51,81%), serta PI (14,99%) dari
praktikum Atterberg’s Limit, dapat diketahui bahwa tanah yang diuji
termasuk tanah dengan plastisitas tinggi dengan jenis OH (organik) atau MH
(anorganik) menurut klasifikasi USCS, dan termasuk jenis tanah A-7-5
menurut klasifikasi AASTHO. Dan setelah kedua sistem klasifikasi tersebut
dibandingkan, didapatkan hasil yang sama dan bisa diambil kesimpulan
bahwa sampel tanah yang diuji termasuk tanah berlempung dengan
plastisitas tinggi dan kualitas tanah antara sedang sampai buruk.
Setelah melakukan beberapa percobaan untuk mengetahui jenis dan sifat
tanah (mulai dari uji SPT, CPT, Atterberg’s Limit, Analisa Ayakan, dan
Hidrometer), dapat disimpulkan bahwa sampel tanah yang diuji merupakan
tanah lempung berwarna abu-abu dengan plastisitas tinggi dan kualitas
tanah antara sedang sampai buruk.
`
BAB VII
PROCTOR TEST
(PEMADATAN TANAH)
`
7.1 PENDAHULUAN
7.1.1 Latar Belakang
Pemadatan tanah juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak
diinginkan serta dapat meningkatkan kemantapan lereng timbunan
(embankments). Alat yang biasanya digunakan di lapangan untuk pemadatan
tanah adalah penggilas besi berpermukaan halus (smooth-wheel-rollers), dan
penggilas getar (vibratory rollers). Cara pemadatan tanah dengan menggunakan
mesin getar disebut dengan vibroflotation yang digunakan untuk tanah berbutir
(granular soils) (Das, 2020).
7.1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini yaitu:
1. Menentukan kadar air optimum atau Optimum Moisture Content (OMC)
2. Menjelaskan prosedur standar proctor test
3. Menentukan besarnya γd max dan W opt dari gambar grafik
7.1.3 Manfaat
1. Mengetahui kadar air optimum
2. Mengetahui prosedur standar proctor test
`
γd = (gram/cm3)
γZav = (gram/cm3)
γdmax = (gram/cm3)
Berat air = (Berat cawan + tanah basah) – (berat cawan + tanah kering)
14. Kemudian ulangi test ini sampai didapat minimal dua kali pembacaan harga
yang lebih ringan ( pembacaan harga atau berat volume kering yang paling
kecil ).
15. Selidiki pula harga Gs dari contoh tanah.
No Piknometer P1
Berat Piknometer gram 96,01
Pikno + Tanah Kering gram 116,16
Pikno + Tanah Basah gram 356,46
Temperature (T1) °C 28,5
7.5 PENUTUP
10.5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB VIII
KONSOLIDASI
8.1 PENDAHULUAN
8.1.1 Dasar Teori
Konsolidasi adalah proses pemampatan tanah akibat adanya
beban tetap dalam jangka waktu tertentu. Prosedur untuk
melakukan uji konsolidasi satu dimensi pertama-tama
diperkenalkan oleh Terzaghi dimana pengujian tersebut dilakukan
dengan alat Oedometer.
Pemampatan awal pada umumnya adalah disebabkan oleh
pembebanan awal (preloading). Konsolidasi Primair yaitu periode
selama tekanan air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam
tegangan efektif, sebagai akibat dari keluarnya air dari pori-pori
tanah. Konsolidasi sekundair terjadi setelah tekanan air pori hilang
seluruhya. Pemampatan yang terjadi di sini disebabkan oleh
penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah
8.1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menentukan sifat pemampatan suatu contoh tanah
yaitu sifat perubahan isi dan proses keluarnya air dari dalam tanah
yang diakibatkan adanya tekanan axial yang bekerja pada tanah
tersebut.
2. Tujuan Khusus
1. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan percobaan konsolidasi
2. Dapat membaca data besarnya penurunan contoh tanah pada
Dial berdasarkan waktu.
960'
1440' 12.370 12.203 11.681 9.484
Pembacaan rebound tanah kanan
Waktu Beban
(menit) 8 4 2 1 0.5 0
15 9.598 9.930 10.321 10.793 10.968 12.246
30 9.649 10.003 10.390 10.834 11.051 12.252
45 9.676 10.048 10.443 10.865 11.096 12.254
60 9.693 10.081 10.483 10.892 11.135 12.257
75 9.703 10.106 10.514 10.910 11.167 12.262
90 9.712 10.124 10.538 10.928 11.218 12.266
120 9.717 10.149 10.575 10.958 11.289 12.268
Berikut ini adalah analisis data perhitungan untuk data pembacaan konsolidasi
kanan
1. Koefisien Konsolidasi (Cv)
Beban 1 kg
Tabel data Penurunan Beban 1 kg
T (menit) t Dial Penurunan (mm)
0 0 12,389 0
4 2 12,357 0,031
8 2,828427125 12,357 0,032
Menentukan Hdr1
Ho = 2 cm = 20 mm
H1 = Ho - (Penurunan selama 24 jam)
= 20 mm - 0,019
= 19,981 mm
Hdr1 =
=
= 0,013 mm
1. Menentukan
OB = 17 menit
OC = 1,15 OB
= 1,15 ×17 menit
= 19,55 menit
Untuk = 8,4 menit
t90 = 70,56 menit
t90 = 4233,6 detik
2. Menentukan CV90
CV90 =
=
CV90 =
1. Menentukan t50
a. Menentukan R0
T1 = 15 menit -> H1 = 0,032
T2 = 60 menit -> H2 = 0,024
X (Jarak penentu R0) = H1-H2
X = 0,032 - 0,024 = 0,008 mm
Sehingga, R0 = H1 + X
= 0,032 + 0,008
R0 = 0,04 mm
b. Menentukan R100 (Secara grafis)
R100 = 0,021 mm
c. Menentukan R50
R50 = (R0 + R100)/2
= (0,04 + 0,021)/2
R50 = 0,0305 mm
2. Menentukan CV50
CV50 =
=
CV50 =
Beban 2 kg
1.
Menentukan HDR 2
H 1 = 19,981 mm
H 2 = H - (penurunan selama 24 jam)
1
= 19,981 - 0.142
= 19,839
Hdr = Rata-rata Penurunan/2
2
= 0.06525/2= 0.032625 mm
2.
Menentukan Cv menggunakan
90
akar waktu
a. Menentukan t90
OB = 7,5 menit
OC = 1,15 OB
= 1,15 7,5 menit
= 10,625 menit
Untuk = 7,125 menit
t90 = 50,765 menit
t90 = 3045,93 detik
b. Menentukan CV90
CV90 =
=
CV90 =
3.
Menentukan CV menggunakan logaritma waktu
50
Menentukan t50
a. Menentukan R0
T1 = 0,5 menit -> H1 = 0.015
T2 = 2 menit -> H2 = 0,038
X (Jarak penentu R0) = H2 - H1
X = 0,038 - 0,015 = 0,023 mm
Sehingga, R0 = H1 - X
= 0,015 - 0,023
R0 = - 0,008 mm
b. Menentukan R100 (Secara grafis)
R100 = 0,108 mm
c. Menentukan R50
R50 = (R0 + R100)/2
= (- 0,008 + 0,108)/2
R50 = 0,05 mm
Lalu tentukan t dengan menarik garis tegak lurus dari R
50 50
t = Log 8 menit
50
t = 0.903 menit
50
t = 54,185
50
detik Menentukan CV 50
CV50 =
=
CV50 =
Beban 4 kg
1.
Menentukan HDR 3
H2 = 19,839 mm
H3 = H - (penurunan selama 24 jam)
2
= 19,839 - 0.546
= 19,293 mm
Hdr = Rata-rata Penurunan/2 = 0.2503/2= 0.12515 mm
3
2.
Menentukan Cv menggunakan akar waktu
90
a.
Menentukan
OB = 5,5 menit
OC = 1,15 OB
= 1,15 5,5 menit
= 6,325 menit
Untuk = 0,85 menit
t90 = 0,731 menit
t90 = 43,86 detik
b.
Menentukan CV90
CV90 =
=
CV90 =
3.
Menentukan CV menggunakan logaritma waktu
50
Menentukan t50
a.
Menentukan R0
T1 = 0,5 menit -> H1 = 0.053
T2 = 2 menit -> H2 = 0,114
X (Jarak penentu R0) = H2 - H1
X = 0,114 - 0,053 = 0,061 mm
Sehingga, R0 = H1 - X
= 0,053 - 0,061
R0 = 0,008 mm
b.
Menentukan R100 (Secara grafis)
R100 = 0,44 mm
c.
Menentukan R50
R50 = (R0 + R100)2
= (0,008 + 0,44)2
R50 = 0,224 mm
Lalu tentukan t dengan menarik garis tegak lurus dari R
50 50
menit
t = Log 7,9 menit
50
t = 0.897 menit
50
t = 53,857
50
detik Menentukan CV 50
CV50 =
=
CV50 =
Beban 8 kg
1.
Menentukan HDR 4
H3 = 19,293 mm
H4 = H - (penurunan selama 24 jam)
2
= 19,293 - 1.197
= 18,096 mm
Hdr = (Rata-rata Penurunan)/2 = (0.51538)/2= 0.25769 mm
4
2.
Menentukan Cv menggunakan akar waktu
90
a. Menentukan
OB = 8 menit
OC = 1,15 OB
= 1,15 8 menit
= 9,2 menit
Untuk = 6,1 menit
t90 = 37,21 menit
t90 = 2232,6 detik
b. Menentukan CV90
CV90 =
=
CV90 =
3.
Menentukan CV menggunakan logaritma waktu
50
Menentukan t50
a. Menentukan R0
T1 = 0,5 menit -> H1 = 0.06
T2 = 2 menit -> H2 = 0,179
X (Jarak penentu R0) = H2 - H1
X = 0,179 - 0,06 = 0,119 mm
Sehingga, R0 = H1 - X
= 0,06 - 0,119
R0 = -0,059 mm
b. Menentukan R100 (Secara grafis)
R100 = 1,03 mm
c. Menentukan R50
R50 = (R0 + R100)/2
=( -0,059 + 1,03)/2
R50 = 0,4855 mm
Lalu tentukan t dengan menarik garis tegak lurus dari R
50 50
t = Log 12 menit
50
t = 1.0791 menit
50
t = 64,750
50
detik Menentukan CV 50
CV50 =
=
CV50 =
Cc =
Dari data praktikum konsolidasi tanah didapatkan data dimensi tanah dan dari
praktikum volumetri dan gravimetri didapatkan beberapa data yang lain, antara
lain :
1. Tinggi tanah awal (H0) = 2 cm
2. Tinggi tanah solid (Hs)
Hs =
σ3 =4 .10/50.26
σ3 = 0.795 N/cm2
d. σ4 =P4/A
σ4 =8 .10/50.26
σ4 = 1.591 N/cm2
ΔH1 =
ΔH1 =(12.389 mm - 12.37 mm)/10cm = 0.0019 cm
2.
ΔH2 =
ΔH2 =(12.37 mm - 12.203 mm)/10cm = 0.0167 cm
3.
ΔH3 =
ΔH3 =(12.203 mm - 11.581 mm)/10cm = 0.0622 cm
4.
ΔH4 =
ΔH4 =(11.581 mm - 9.484 mm)/10cm = 0.2097 cm
5.
ΔH5 =
ΔH5 =(10.149 mm - 9.717 mm)/10cm = 0.0432 cm
6.
ΔH6 =
ΔH6 =(10.575 mm - 10.149 mm)/10cm = 0.0426 cm
7.
ΔH7 =
ΔH7 =(10.958 mm - 10.575 mm)/10cm = 0.0383 cm
8.
ΔH8 =
ΔH8 =(11.289 mm - 10.958 mm)/10cm = 0.0331 cm
9.
ΔH9 =
ΔH9 =(12.268 mm - 11.289 mm)/10cm = 0.0979 cm
6. Tinggi tanah (H)
1. H0 = 2 cm
2. H1 = H0 - ΔH1
= 2 cm - 0.0019 cm
= 1.9981 cm
3. H2 = H1 - ΔH2
= 1.9981 cm - 0.0167 cm
= 1.9814 cm
4. H3 = H2 - ΔH3
= 1.9814 cm - 0.0622 cm
= 1.9192 cm
KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page
115
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
5. H4 = H3 - ΔH4
= 1.9192 cm - 0.2097 cm
= 1.7095 cm
6. H5 = H4 - ΔH5
= 1.7095 cm - 0.0432 cm
= 1.6663 cm
7. H6 = H5 - ΔH6
= 1.6663 cm - 0.0426 cm
= 1.6237 cm
8. H7 = H6 - ΔH7
= 1.6237 cm - 0.0383 cm
= 1.5854 cm
9. H8 = H7 - ΔH8
= 1.5854 cm - 0.0331 cm
= 1.5523 cm
10. H9 = H8 - ΔH9
= 1.5523 cm - 0.0979 cm
= 1.4544 cm
7. Selisih angka pori (Δe)
Δe0 =0
1. Δe1 = ΔH1/Hs=0.0019/0.29= 0.0065
2. Δe2 = ΔH2/Hs=0.0167/0.29= 0.0575
3. Δe3 = ΔH3/Hs=0.0622/0.29= 0.2144
4. Δe4 = ΔH4/Hs=0.2097/0.29= 0.7231
5. Δe5 = ΔH5/Hs=0.0432/0.29= 0.1489
6. Δe6 = ΔH6/Hs=0.0426/0.29= 0.1468
7. Δe7 = ΔH7/Hs=0.0383/0.29= 0.1320
8. Δe8 = ΔH8/Hs=0.0331/0.29= 0.1141
9. Δe9 = ΔH9/Hs=0.0979/0.29= 0.3375
8. Angaka pori (e)
. e0 = Hv/Hs = 1.71/0.29 = 5.89
a. e1 = e0 - Δe1 = 5.8900 - 0.0065 = 5.8835
b. e2 = e1 - Δe2 = 5.8835 - 0.0575 = 5.8260
c. e3 = e2 - Δe3 = 5.8260 - 0.2144 = 5.6116
d. e4 = e3 - Δe4 = 5.6116 - 0.7231 = 4.8885
e. e5 = e4 - Δe5 = 4.8885 - 0.1489 = 4.7396
f. e6 = e5 - Δe6 = 4.7396 - 0.1468 = 4.5928
g. e7 = e6 - Δe7 = 4.5928 - 0.1320 = 4.4608
h. e8 = e7 - Δe8 = 4.4608 - 0.1141 = 4.3467
i. e9 = e8 - Δe9 = 4.3467 - 0.3375 = 4.0092
Dari grafik yang terbentuk didapatkan data tegangan prakonsolidasi (σ’p) yang
besarnya kurang lebih 34 N atau setara dengan 3.4 kg/cm2. Sedangkan untuk
tegangan overburden (σ’v) didapatkan nilai sebesar 3.18 kg/cm2 yang berasal dari
rumus :
σ’v = γ’ x h = 1.59 x 2 = 3.18 kg/cm2
γ’ = berat volume optimum
h = tinggi lapisan tanah
Kemudian dari tegangan prakonsolidasi dan tegangan overburden dapat dicari
besarnya nilai over consolidated ration (OCR) dengan rumus :
OCR = tegangan pra konsolidasi (σ’p)tegangan overburden (σ’v)= 3.43.18= 1.069
Nilai OCR berada di kisaran 1 maka termasuk dalam jenis tanah normally
consolidated.
Untuk besarnya nilai pemampatan (Sc) apabila tanah termasuk jenis normally
consolidated adalah :
Sc =
Sedangkan untuk tanah over consolidated adalah
1 10 19.981 6.953388
2 20 19.839 8.982274661
4 40 19.293 10.75617311
8 80 18.096 11.98453411
7.3.5 Kesimpulan
Dari data praktikum konsolidasi didapat data koefisien konsolidasi berdasarkan
pembebanannya sebagai berikut
Data koefisien konsolidasi (Cv)
OCR = = = 1,069
BAB IX
PERMEABILITAS
9.1 PENDAHULUAN
Di dalam tanah, sifat aliran mungkin laminer atau turbulen. Tahanan terhadap
aliran bergantung pada jenis tanah, ukuran butir, bentuk butiran, rapat massa, serta
bentuk geometri rongga pori. Temperatur juga sangat mempengaruhi tahanan
aliran (kekentalan dan tegangan permukaan). Walaupun secara teoritis, semua
jenis tanah lebih atau kurang mempunyai rongga pori, dalam praktik, istilah
mudah meloloskan air (permeable) dimaksudkan untuk tanah yang memang
benar-benar mempunyai sifat meloloskan air. Sebaliknya, tanah disebut kedap air
(impermeable), bila tanah tersebut mempunyai kemampuan meloloskan air yang
sangat kecil
9.1.2 Tujuan
9.1.3 Manfaat
Rembesan air dalam tanah untuk jenis tanah yang tidak sama waktu
rembesannya juga tidak sama. Kita ingat rumus Archimedes air dimana-mana
akan berusaha mencapai tinggi permukaan yang sama karena itu ada tekanan air
yang bekerja di dalam tanah. Besarnya tekanan air untuk jenis tanah yang tidak
sama besarnya juga tidak sama. Pernyataan jenis tanah ini dapat dinyatakan dalam
koefisien rembesan atau koefisien permeabilitas dari tanah, yang juga tergantung
dari viskositas air tanah. Dalam hal ini kita pakai Hukum Darcy untuk
menurunkan
9.3.1 Permeabilitas
2 Gelas Ukur
3 Timbangan
4 Stop Watch
5 Contoh Tanah
6 Air Bersih
d. Langkah kerja
1. Bersihkan tempat tabung tanah, selanjutnya ukur diameter
dalam dan tinggi tabung kemudian beratnya ditimbang
2. Masukkan contoh tanah yang akan diselidiki dalam tabung
sampai penuh
3. Tutup bagian atas dan bagian bawah dari tabung dan pasanglah
penutup pada bagian atas dan bawahnya
4. Pasang pipa plastic yang menghubungkan dengan tabung buret
dan contoh tanah
5. Buka kran air yang menghubungkan pipa dengan contoh tanah
sehingga air menetes dalam tabung kaca, catat tinggi air dan
waktunya
6. Ulangi Langkah praktikum selama 25 menit
No Contoh Satuan 1 2
Kedalaman M 25 20
contoh tanah
Diameter dalam
Cm 0,99 0,99
pipa
Luas pipa (a) Cm 0,77 0,77
Diameter contoh
Cm 6,5 6,5
tanah
Luas contoh
Cm 33,18 33,18
tanah (A)
Panjang contoh
Cm 11,4 11,4
tanah (L)
Waktu (t) Second 1500 1500
Tinggi air pada
Cm 97,7 92,4
H1
Tinggi air pada
Cm 91 87,1
H2
H1/H2 1,073626374 1,060849598
k cm/detik 1,25 x 10-5 1,04 x 10-5
Perhitungan
= = 1,25 x 10-5
= = 1,04 x 10-5
9.5 PENUTUP
Dari perhitungan yang sudah kami lakukan, kami mendapatkan bahwa untuk
sampel tanah 1 (kedalaman 25 m) memiliki nilai koefisien permeabilitas (k)
sebesar 1,25 x 10-5 dan berada direntan 10-6-10-5, sehingga berdasarkan dari tabel
klasifikasi jenis tanah maka tanah tersebut berjenis lanau padat, lanau
berlempung. Sedangkan pada sampel tanah 2 (kedalaman 20 m) memiliki nilai
koefisien permeabilitas (k) sebesar 1,04 x 10-5 dan berada di rentan 10-6-10-5,
sehingga berdasarkan dari tabel klasifikasi jenis tanah maka tanah tersebut
berjenis lanau padat, lanau berlempung
DAFTAR PUSTAKA
BAB X
DIRECT SHEAR
10.1 PENDAHULUAN
6.1.1 Latar Belakang
Direct Shear atau biasa disebut kekuatan geser langsung dalam
dunia teknik sipil adalah cara pengujian tanah untuk menentukan kekuatan
geser tanah setelah konsolidasi setelah diberikan beban. Penelitian ini
bertujuan untuk dapat mengetahui kekuatan geser tanah (kohesi dan sudut
geser dalam).
10.1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Direct Shear yaitu sebagai berikut :
a. Dapat menentukan nilai kohesi tanah berbutir kasar.
b. Dapat menentukan nilai sudut geser dalam tanah berbutir kasar.
c. Dapat menggunakan peralatan yang digunakan.
10.1.3 Manfaat
c. Mahasiswa dapat memahami lebih dalam materi yang didapatkan
melalui praktikum yang telah dilakukan.
d. Mahasiswa dapat menentukan suatu hasil dari percobaan yang telah
dilakukan.
e. Mahasiswa dapat belajar menggunakan peralatan yang digunakan
selama praktikum.
10.2 TINJAUAN PUSTAKA
10.2.1 Dasar Teori
Direct Shear atau kuat geser tanah merupakan kemampuan tanah melawan
tegangan geser yang terjadi pada saat tanah menerima beban. Kekuatan geser
yang dimiliki oleh suatu tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
Pada tanah berbutir halus (kohesif) kekuatan geser tanah disebabkan
karena adanya lekatan antara butir-butir tanah atau biasa disebut
kohesi (C).
Pada tanah dengan butir kasar (non-kohesif), kekuatan geser
disebabkan karena adanya gesekan antara butir-butir tanah sehingga
biasa disebut sudut gesek dalam.
-
-
Keterangan :
= Tegangan normal
= Tegangan geser
= Gaya normal
= Gaya horizontal
9. Botol air
B. Bahan
1. Tanah tidak rusak (Undisturbed Soil)
2. Air Suling
10.3.2 Langkah Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Siapkan sampel tanah asli yang akan diuji dalam selby tube.
3) Keluarkan sampel tanah asli (undisturbed) dari tabung selby tube.
4) Masukkan tanah ke dalam cetakan besi berdiameter 6,4 cm, lalu
bentuk sampel tanah sesuai cetakan tersebut.
5) Ukur berat dan dimensi sampel tanah yang sudah dibentuk sesuai
cetakan.
6) Pasang batu pori dibawah sampel tanah ke dalam kotak geser,
kemudian masukkan sampel tanah yang sudah dibentuk, kemudian
pasang kembali batu pori di bagian atas sampel tanah.
7) Atur stang penekan agar posisinya seimbang.
8) Pasang manometer yang sudah diatur jarumnya menunjukan angka
nol kearah vertikal dan horizontal, untuk mengamati perubahan
tegangan pada tanah akibat beban yang diberikan.
9) Isi air pada kotak geser hingga penuh lalu diamkan beberapa saat,
hal ini bertujuan agar kondisi sampel tanah sama seperti tanah asli
di lapangan.
10) Pasang beban (N) pada alat direct shear, kemudian jalankan alat
geser langsung dengan kecepatan tertentu.
11) Catat perubahan yang terjadi pada manometer arah vertikal dan
horizontal.
12) Pengujian dilakukan sampai sampel tanah hancur, yang
ditunjukkan dari pembacaan dial manometer menunjukkan angka
yang konstan.
13) Lakukan langkah diatas pada beban 3 kg, 6 kg, dan 12 kg.
DIRECT SHEAR
1 Beban kg 3 6 12
2 Tinggi contoh Cm 2 2 2
3 Diameter Cm 6.5 6.5 6.5
4 Luas Cm2 33.19642857 33.19642857 33.19642857
5 Volume Cm3 66.39285714 66.39285714 66.39285714
6 Berat ring gr 60.523 60.523 60.523
Berat ring + benda
7 gr 187.798 187.798 187.798
uji
8 Berat benda uji gr 127.275 127.275 127.275
9 Berat volume basah gr/cm3 1.916998386 1.916998386 1.916998386
Contoh perhitungan untuk beban 3 kg :
Luas = x π x d2= 33.19642857
Dari grafik tersebut kita dapat melihat nilai tegangan geser maksimum dari
tiap pembebanan yang terjadi dan membuat grafik hubungan tegangan
geser dan tegangan normalnya.
1 Beban (Kg) 3 6 12
Tegangan Normal
2 0.09037116729 0.1807423346 0.3614846692
(kg/cm2)
Tegangan Geser
3 0.14 0.2 0.36
(Kg/cm2)
tan Φ = yx = = 0.888
Φ = arc tan 0.888 = 41.63°
10.6. KESIMPULAN
Direct Shear atau kuat geser tanah merupakan kemampuan tanah melawan
tegangan geser yang terjadi pada saat tanah menerima beban. Kekuatan
geser yang dimiliki oleh suatu tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu: Kohesif, non-kohesif, dan alami. Dari hasil tes direct shear
ini dapat dilihat bahwa tanah mempunyai nilai cohesi (C) sebesar 0,06
kg/cm2 dan sudut geser sebesar 41.63°. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa jenis tanah pada kedalaman 20 m merupakan jenis tanah yang non
kohesif atau jenis pasir.
BAB XI
UNCONFINED
COMPRESSION TEST
(UCT)
11.1 PENDAHULUAN
11.1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu bagian terpenting yang harus diketahui
keadaannya dalam perencanaan dan pembangunan suatu konstruksi. Tanah
memiliki berbagai macam karakteristik. Guna memenuhi persyaratan
karakteristik tanah yang akan digunakan, diperlukan analisa karakteristik tanah
dengan berbagai macam jenis uji tanah.
Salah satu uji tanah yang dapat dilakukan yaitu Unconfined Compression
Test atau Uji Kuat Tekan Bebas. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh
kuat geser dari tanah kohesif. Dari pengujian ini dapat diketahui parameter
tegangan runtuh (qu) dan nilai kohesi sekaligus nilai tegangan geser pada benda
uji tersebut.
11.1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Unconfined Compression Test yaitu sebagai berikut
:
e. Dapat mengetahui kuat daya tekan bebas pada benda uji.
f. Dapat diketahui kekuatan geser undrained (Cu)
g. Dapat diketahui klasifikasi benda uji berdasarkan konsistensi tanah
pada benda uji.
11.1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
f. Mahasiswa dapat mengoperasikan alat dan cara pengunaannya.
g. Mahasiswa dapat menentukan hasil dari nilai shear stress pada benda
uji.
minor principal stress) adalah nol dan tegangan total utama besar adalah σ 1.
Karena kekuatan geser kondisi air mampat dari tanah dan tidak tergantung
pada tegangan penyekap, maka :
DATA UCT
Berat
Berat Tinggi Diameter Luas Vol Kadar Derajat
Kedalam Volume Specific
Sampel Sampel Sempel Ao Basah Air Kejenu
an (m) (cm3) Gravity
(gr) (cm) (cm) (cm2) (gr/c (%) han
m3)
H w h d A0 v y GS Wc Sr
Keterangan :
H : Data hasil praktikum
w : Data hasil praktikum
h : Data hasil praktikum
d : Data hasil praktikum
KELOMPOK 2 MEKANIKA TANAH KELAS A ‘ 20 Page
141
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
y :
DATA UCT
Faktor
Dial Beban Deformasi Regangan Luas Beban Tegangan
Koreksi
Informasi Dial Tanah Aksial Terkoreksi Total Kompresi
Luas
a b c (mm) d (%) e (%) f (cm2) g (kg) h
0 0 0 0,000 1,000 10,000 0 0
20 7,5 0,2 0,030 0,970 10,305 3,323 0,322
40 11 0,4 0,059 0,941 10,630 4,873 0,458
60 14 0,6 0,089 0,911 10,976 6,202 0,565
80 18,5 0,8 0,119 0,881 11,345 8,196 0,722
100 23 1 0,148 0,852 11,739 10,189 0,868
120 26 1,2 0,178 0,822 12,162 11,518 0,947
140 30 1,4 0,207 0,793 12,617 13,290 1,053
160 33,5 1,6 0,237 0,763 13,107 14,841 1,132
180 36,5 1,8 0,267 0,733 13,636 16,170 1,186
200 39 2 0,296 0,704 14,211 17,277 1,216
220 41,2 2,2 0,326 0,674 14,835 18,252 1,230
240 43 2,4 0,356 0,644 15,517 19,049 1,228
260 44 2,6 0,385 0,615 16,265 19,492 1,198
280 45 2,8 0,415 0,585 17,089 19,935 1,167
300 46 3 0,444 0,556 18,000 20,378 1,132
320 47 3,2 0,474 0,526 19,014 20,821 1,095
340 47,5 3,4 0,504 0,496 20,149 21,043 1,044
360 48 3,6 0,533 0,467 21,429 21,264 0,992
380 48,5 3,8 0,563 0,437 22,881 21,486 0,939
400 49 4 0,593 0,407 24,545 21,707 0,884
420 49,1 4,2 0,622 0,378 26,471 21,751 0,822
440 49,1 4,4 0,652 0,348 28,723 21,751 0,757
460 49,1 4,6 0,681 0,319 31,395 21,751 0,693
LRC = 0,443
Keterangan :
a : Data hasil praktikum
b : Data hasil praktikum
c :
d :
e :
f :
g :
h :
Dari hasil perhitungan diatas maka, dapat dibuat grafik hubungan antara
regang
Regangan Aksial
an dan tegangan kompresi.
Dari hasil grafik diatas maka, dapat diketahui besar qu = 1,23 kg/cm2 ; c
(qu/2) = 0,615 kg/cm2 ; dan regangan = 32,59%.
11.4 KESIMPULAN
Dari pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui hasil dari nilai kohesi
(c) sebesar 0,615 kg/cm2 dan regangannya adalah 32,59% untuk tanah pada
kedalaman 25 m. Berdasarkan hasil perhitungan dan hasil grafik, dapat
diketahui nilai qu sebesar 1,23 kg/cm2. Dengan hasil tersebut maka tanah uji ini
termasuk jenis tanah Stiff berdasarkan tabel jenis konsistensi tanah.
BAB XII
TRIAXIAL
12.1 Pendahuluan
12.1.1 Latar Belakang
Triaxial adalah salah satu metode pengujian yang bertujuan untuk mencari
engineering properties tanah yang terdiri dari parameter c (kohesi) dan ϕ
(sudut geser dalam). Dalam pelaksanaanya, Triaxial sendiri terdiri dari tiga
jenis yaitu :
1. Triaxial Unconsolidated-Undrained (UU)
2. Triaxial Consolidated-Undrained (CU)
3. Triaxial Consolidated-Drained (CD)
Pada Triaxial CU dan CD yang mengacu pada standar pengujian ASTM
D4767 dan ASTM D7181, sampel uji yang digunakan harus melalui tiga
tahap pengujian yaitu :
1. Tahap Penjenuhan (Saturation Stage)
2. Tahap Konsolidasi (Consolidation Stage), dan
3. Tahap Pergeseran (Shear Stage)
Perbedaan CU dan CD itu sendiri terletak pada kondisi pergeseran nya,
yaitu geser Undrained pada CU dan geser Drained pada CD. Kemudian untuk
Triaxial UU yang mengacu pada standar pengujian ASTM D2850, sampel uji
yang digunakan hanya melalui tahap pergeseran saja (Shear Stage) pada
kondisi Undrained tanpa melalui tahap konsolidasi (Consolidation Stage),
sehingga diberi nama Unconsolidated Undrained. Yang menarik perhatian
pada Triaxial UU ini adalah pada ASTM D2850, tidak disebutkan bahwa
sampel tidak boleh melalui tahap penjenuhan (Saturation Stage). Sebenarnya
penjenuhan ini diperlukan sebagai syarat untuk konsolidasi pada CU dan CD,
karena syarat konsolidasi adalah sampel harus dijenuhkan 100%.
Salah satu tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan parameter kuat
geser tanah. Parameter ini didefinisikan dengan persamaan umum Coulomb:
Dimana: 𝜏 = 𝑐 + 𝜎𝑛 𝑡𝑎𝑛 𝜑
Persamaan 10.1 merupakan parameter kuat geser pada kondisi tegangan total
(total stress). Tanah yang diberikan penambahan beban akan mengalami kenaikan
tegangan air pori, Δu. Apabila kenaikan tegangan air pori ini dihilangkan, maka
didapatkan persamaan kuat geser tanah pada kondisi tegangan efektif (effective
stress), seperti persamaan 10.2 berikut.
Nilai tegangan efektif merupakan parameter kuat geser tanah yang sebenarnya.
diukur pada percobaan semacam ini. Dengan demikian hanya kekuatan geser
“UNDRAINED” (Undrained Shear Strength) yang dapat ditentukan.
2. Consolidated Undrained Test (CU) Pada percobaan ini sampel tanah diberikan
tegangan normal dan air diperbolehkan mengalir dari sampel. Tegangan normal
ini bekerja sampai konsolidasi selesai, yaitu sampai tidak terjadi lagi perubahan
pada isi sampel tanah. Kemudian jalan air dari sampel ditutup dan sampel
diberikan tegangan geser secara undrained (tertutup). Tegangan normal masih
tetap bekerja, biasanya tegangan air pori diukur selama tegangan geser
diberikan.
3. Drained Test (CD) Pada percobaan ini sampel tanah diberi tegangan normal dan
air diperbolehkan mengalir sampai konsolidasi selesai. Kemudian tegangan geser
diberikan dengan kata lain pergeseran dilakukan secara drained (terbuka). Untuk
menjaga tekanan air pori tetap nol, maka kecepatan percobaan harus lambat
(dalam hal ini juga tergantung koefisien permeabilitas). Pada percobaan, yang
akan dilakukan adalah Unconsolidated-Undrained (UU). Rumus-rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Dengan Diagram Mohr, hubungan sudut geser tanah, tegangan, dan gaya geser
dapat digambarkan:
Dari percobaan Triaxial ini diketahui tiga jenis keruntuhan dari tanah uji, sbb:
2. Local Shear Failure Pada keadaan lain jika pondasi masih dapat memikul
beban setelah tercapai qu, walaupun terjadi penurunan permukaan tiba-tiba. Pada
grafik hubungan q vs settlement tidak terlihat puncak yang jelas.
3. Punching Shear Failure Pada pondasi yang didukung oleh tanah yang agak
lepas setelah tercapainya qu, maka grafik hubungan q vs settlement bisa
digambarkan mendekati linear.
6. Mulai nyalakan pompa dan alat triaxial sehingga air mengalir dan
memenuhi alat triaxial test.
7. Kemudian mulai baca pergerakan jarum yang ada pada alat.
Pembacaan ini dilakukan setiap interval 20 sampai jarum menunjukan
menurun atau statis pada waktu tertentu berarti menandakan bahwa
tanah sudah mengalami tingkat paling kuat untuk tekanan geser.
92 141
Dari data diatas maka dapat digambarkan grafik lingkaran mohr seperti berikut :
= 45 + = 47,63 ⁰
Tekanan 2 bar
12.8 Kesimpulan
Gambar 1.3 Alat Triaxial Test Gambar 1.4 Alat Triaxial Test