1. Pendekatan
Dalam pekerjaan sondir ini juga sering disebut dengan bahasa belanda yaitu Dutch Cone
Penetrasion Test. Dengan menggunakan suatu alat statis yang terdiri dari batang logam yang
ujungnya berbentuk kerucut (conus) yang ditekan ke dalam tanah sampai kedalaman tertentu
dimana ujung konus akan mendapat perlawanan dari tanah yang besarnya sesuai dengan
kekerasan tanah tersebut.
Peralatan yang akan dipakai harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
a. Peralatan Penetration Test yang akan dioperasikan harus memenuhi syarat yang layak
untuk dipakai, telah ditera terlebih dahulu oleh instansi yang berwenang dan telah
mendapat persetujuan dari pihak Direksi Pekerjaan.
b. Alat harus mampu melakukan test sampai kedalaman yang diinginkan.
c. Pengujian harus dilakukan secara terus menerus selama perlawanan conus konstan pada
setiap 20 cm.
d. Stang sondir yang digunakan kelapangan minimal 20 (dua puluh) meter dan langsung
dibawa ke titik pengujian.
Peralatan dan perlengkapan kerja yang tidak disebut tetapi diperlukan untuk survey, tetap
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk menyediakan dan terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan tentang kualitasnya
Pembangunan diberbagai struktur sarana dan prasarana bertujuan dan dengan maksud untuk
dapat memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Sarana/Bangunan dengan kapasitas struktur yang dibangun diatas tanah harus kokoh dan kuat
sehingga memberi rasa aman bagi manusia yang memanfaatkan dan menggunakannya.
Untuk memperoleh struktur yang kokoh dan kuat tersebut perlu dipelajari dan didalami sifat-
sifat perilaku tanah (Soil Engineering dan Behavior) yang mendukung struktur tersebut.
Hal.1
Mekanika tanah atau juga disebut geoteknik adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang
mempelajari sifat-sifat dan perilaku tanah sebagai bahan pondasi maupun sebagai bahan
konsruksi.
Untuk suatu jangkauan tertentu sifat-sifat tanah (soil properties) yang mendasar, memberikan
karakteristik kwalitas dari tanah sebagai bahan konstruksi atau derajat kestabilan tanah
pondasi memikul konstruksi di atasnya.
Beberapa sifat-sifat fisik tanah mendasar adalah warna, komposisi mekanis, struktur, ukuran
dan bentuk butir, tekstrur, spesific gravity, satuan berat, porosity, volumetrik dan gravimetric
yang saling berkaitan dari berbagai-bagai penampilan tanah (soil fase) dan konsistensi.
Sebagai bahan pondasi, tanah memiliki sifat-sifat fisik yang bervariasi dan kebanyakan tidak
tetap. Sifat fisik dari tanah selain tergantung dari type tanah, dapat juga karena efek yang
kurang lebih merugikan disebabkan oleh beberapa factor diantaranya adanya air didalam
tanah yang diperolehnya dari atmosfir, genanngan banjir secara alam maupun buatan
sehingga permukaan air dalam tanah berubah-ubah.
Kesulitan lain yang dihadapi pada tanah sebagai bahan pondasi adalah sifat sifat dilapangan
dapat bervariasi meskipun dalam jarak yang pendek. Pengaruh air dalam tanah terhadap
kemampuan tanah terhadap kemampuan tanah dibawah pembebanan (Consolidation)
mempunyai peranan yang besar dalam hal perilaku tanah. Karena itu dalam mekanika tanah
kadar air didalam tanah dipandang sebagai salah satu factor yang menentukan sifat dan
perilaku tanah.
Air mempunyai pengaruh pula terhadap daya dukung tanah (Bearing Capacity) karena dapat
merubah keadaan plastis ke elastis maupun sebaliknya Tanah yang dapat berkembang dan
mentyusuit sudah tentu mempunyai pengaruh besar terhadap struktur diatasnya maupun tanah
itu sendiri sebagai strukturnya.
Terjadinya keruntuhan pada lereng maupun timbunan tanah yang dibuat manusia , disebabkan
karena tanah kehilangan kekuatan geser, dalam hal ini air didalam tanah menimbuljkan air
pori (Pore Water Pressure) yang mengurangi besarnya tegangan egfektif. Perubahan kadar air
dalam tanah perlu mendapat perhatian yang cukup besar dalam pembuatan desain maupun
selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan selama masa pemeliharaan sesudahnya.
Hal.2
Sebagaimana pada setiap pembuatan desain suatu struktur,maka statika dari struktur tersebut
tergantung pada pengetahuan dari kekuatan bahan begitu juga halnya desain untuk pondasi
maupun engineering pekerjaan tanah tergantung pada disiplin mekanika tanah.
Untuk mengatasi problema yang bersifat mendasar pada engineering pekerjaan tanah dan
pondasi diperlukan penyelesaian (solution) yang aman dan ekonomis dalam pembuatan
desain. Inilah perlunya untuk mempelajari dan mendalami mekanika tanah serta aplikasinya.
Dengan demikian jelaslah bahwa setiap teknisi yang terlibat dalam mendesain, melaksanakan
dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi/struktur perlu menguasai mekanika tanah
dan teknik pondasi.
Didalam pelaksanaan pekerjaan ini, agar tercapai hasil kerja yang optimal, Konsultan akan
menyiapkan rencana operasional pekerjaan yang seefektif dan seefisien mungkin. Unsur-
unsur utama yang mendukung dan mempengaruhi jalannya operasional pekerjaan meliputi :
Mengingat besar dan pentingnya tanggung jawab serta peranan Tim Jasa Konsultansi, maka
persyaratan yang dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini adalah Penyedia Jasa
Hal.3
yang mempunyai tenaga ahli profesional dan berlisensi yang pernah mendapatkan
kepercayaan/pekerjaan sebagai Penyedia Jasa untuk melaksanakan Sondir pada jalur
transmisi.
Selanjutnya para personil yang akan berperan dalam melaksanakan soil investigation
merupakan tenaga – tenaga yang berkompeten dan mampu menunjukkan pengalaman di
dalam bidang pekerjaannya serta mampu berkomunikasi secara aktif dan memenuhi
kualifikasi sebagaimana disyaratkan di bawah ini :
Ketua Tim/Penamggung Jawab
Tenaga Ahli Teknik Sipil
Tenaga Pendukung Master Sondir dan Asisten Master Sondir
Tenaga Pembantu
Metode pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari 1
(satu) jenis penyelidikan, yaitu penyelidikan lapangan yang dilakukan dengan menggunakan
alat sondir (biconus sounding).
Maksud dan tujuan penggunaan alat ini adalah untuk mendapatkan besarnya perlawanan
ujung konus (cone resistance) dan perlawanan hambatan lekat tanah (jacket Friction) yang
berguna untuk menduga/mengestimasi kedalaman tanah keras/sedang/lunak (soil bearing
capacity estimation) untuk pondasi yang aman serta daya dukung tanah pondasi (depth of
fouondition bearing capacity estimation).
Dalam desain struktur tanah pondasi sering dilakukan analisis stabilitas dan perhitungan
pondasi suatu bangunan dengan menggunakan parameter tanah, baik tegangan total maupun
tegangan efektif. Parameter perlawanan penetrasi dapat diperoleh dengan bebagai cara. Dalam
melakukan uji penetrasi lapangan ini digunakan metode pengujian lapangan dengan alat
sondir dengan standard SNI 03-2827-1992 atau ASTM. D – 3441 – 78 yang berlaku baik
Hal.4
untuk alat penetrasi konus tunggal maupun ganda yang ditekan secara mekanik. Pada
pekerjaan ini dipergunakan alat penetrasi ganda (biconus).
Standard ini menetapkan cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir, untuk memperoleh
parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir
(penetrasi quasi statik). Penetrasi tersebut berupa perlawanan konus (qc), perlawanan geser
(fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf) yang dapat digunakan untuk
interpretasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari desain pondasi. Standard ini
menguraikan tentang prinsip-prinsip cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir meliputi,
system peralatan uji penetrasi di lapangan dan perlengkapan lainnya. Perhitungan parameter
perlawanan penetrasi lapisan tanah, laporan iji dan contoh uji. Cara uji mempergunakan
penetrasi konus ganda yang ditekan secara mekanik (hidraulik).
Dalam pekerjaan soil investigation ini dipergunakan alat Dutch Cone Penetrasion Test
(DCPT). Jumlah titik pengujian adalah sebanyak jumlah tower jalur yang direncanakan dan
atau sesuai jumlah kontrak yang ada.
Untuk tower tension dan tower yang diminta oleh direksi pekerjaan, ditambah menjadi 2
(dua) titik pengujian pada tower tersebut dengan jumlah keseluruhan titik pengujian tidak
melebihi yang tercantum pada kontrak. Dengan Metode Penelitian lapangan dan uji lapangan
untuk mendapatkan daya dukung dengan menggunakan alat DCPT kemudian dianalisa serta
perhitungan pondasi sebagai laporan akhir.
Batasan Peralatan dan perlengkapan dengan persyaratan yang diperlukan adalah sebagai
berikut :
o Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5%
o Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik untuk perlawanan konus (q c) adalah
10% dan untuk perlawanan geser (fs) adalah 20%
o Alat ukur harus dapat mengukur perlawanan penetrasi di permukaan dengan dilengkapi
alat yang sesuai seperti pembebanan hidarulik
o Alat perlengkapan mesin pembebanan harus mempunyai kekakuan yang memadai dan
diletakkan diatas dudukan yang kokoh serta tidak berubah arah waktu pengujian.
Hal.5
Satu set alat sondir terdiri dari :
a. Mesin sondir ringan (2.5 ton) atau sondir mesin berat (10 ton)
b. Manometer dengan tekanan beasr dan kecil masing-masing 2 (dua) buah dengan
kapasitas :
- 0 - 60 kg/cm² dan 0 – 250 kg/km²
c. Conus dan Biconus
d. Stang sondir lengkap dengan batang dalam (biasanya dipakai 20-25 batang)
panjang masing-masing 1 (satu) meter
e. Empat buah auger (auger daun atau spiral)
f. Kunci monyet + engkol auger + kunci pipa
g. Besi kamal 4 buah panjang + pendek guna mengepres kaki sondir.
h. Kunci plunger 4
i. Kastroli oil SAE 10 ; olie ; minyak hidrolik ; meteran ; alat-alat tulis, alat
pembersih (brus kawat) dan lain-lain.
Peralatan yang akan dipakai untuk pelaksanaan penetration Test harus disetujui oleh
Direksi dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Peralatan Penetration Test yang akan dioperasikan harus memenuhi syarat yang
layak untuk dipakai, telah ditera/kalibrasi terlebih dahulu oleh instansi yang
berwenang dan telah mendapat persetujuan dari pihak direksi Pekerjaan.
3) Pengujian harus dilakukan secara terus menerus selama perlawanan conus konstan
setiap 20 cm.
4) Stang sondir yang digunakan kelapangan minimal 20 (dua puluh) meter dan
langsung dibawa ke titik pengujian
Hal.6
(c) Hasil yang diinginkan
Hasil dari masing-masing test harus dituangkan dalam bentuk 3 grafik
1) Pertahanan conus vs kedalaman
2) Lokal friction terhadap kedalaman
3) Total friction terhadap kedalaman
(e) Setelah pengujian selesai, lubang pengujian dipatok kayu meranti ukuran 5 cm x 5
cm x 70 cm dan dicat biru serta dibersihkan lokasi pengujian dari minyak dan lain-lain
dan diamati kordinat UTM dengan GPS pada posisi titik pengujian serta diberi nomor
dan keterangan dicatat disampaikan pada Laporan Akhir.
Hal.7
3.2 Perlawanan Konus (qc)
Rumus-rumus perhitungan yang merupakan prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan
adalah dengan anggapan berlaku hukum Aksi dan Reaksi, seperti yang digunakan untuk
perhitungan nilai perlawanan konus dan nilai perlawanan geser.
Angka banding geser yang diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan geser
local fs dengan perlawanan konus qc , dan dihitung dengan menggunakan rumus:
Rf = (fs / qc ) x 100 %
Hal.8
3.5 Geseran Total
Nilai geseran total ( Tf ) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan geser local (fs)
yang dikalikan dengan interval pembacaan dan dihitung dengan mempergunakan persamaan :
Hal.9
Grafik Sondir
Hal.10
4. METODE PENYELIDIKAN LABORATORIUM
Pengujian Laboratorium terdiri atas pengujian terhadap sifat fisis dan mekanis tanah.
Berat satuan isi didefenisikan sebagai perbandingan antara berat tanah dengan volume tanah.
Berat satuan isi dapat sebagai petunjuk awal tentang kepadatan suatu lapisan tanah, semakin
padat suatu lapisan tanah dimungkinkan beban yang dapat dipikulkan kepadanya semakin
besar pula. Oleh karena itu berat isi merupakan petunjuk awal tentang kekuatan satuan
lapisan tanah. Semakin besar berat isi semakin besar beban yang dapat dipikulnya.
Benda uji yang digunakan adalah benda uji tanah tidak terganggu yang diperoleh dari titik
b. Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah Extruder yaitu alat pendorong benda uji dari tabung
yang berisi benda uji, timbangan ketelitian 0.01 gram, gergaji pemotong benda uji, cincin
Tanah benda uji dari dalam tabung di dorong pakai extruder dan diterima/dimasukkan ke
dalam cincin penguji tanpa mempengaruhi tingkat kepadatannya setelah cincin persis
terisi penuh dengan benda uji lalu ditimbang kemudian benda uji dikeluarkan dari cincin,
cincin dibersihkan dan ditimbang (W1 gram) kemudian diukur diameter dalam cincin dan
tingginya untuk mengetahui volume tanah yang masuk ke dalam cincin penguji ( V cm 3 ),
Hal.11
W1 W2
( gram/cm3)
V
Hasil pengujian Berat Isi dapat dilihat pada lampiran tabel data dan hasil pengujian pada
lampiran.
Berat jenis (Spesific Gravity Test) adalah perbandingan antara berat volume butir tanah
dengan berat volume air. Berat volume air ialah perbandingan antara berat air dengan
volume air. Berat jenis tanah adaalah perbandingaan berat butir tanah dengan berat air suling
yang memiliki isi (volume) yang sama pada suhu tertentu. Alat yang digunakan untuk
menghitung berat jenis tanah ialah piknometer. Percobaan ini mengacu pada standard ASTM
D – 854 atau AASHTO T – 100.
Bahagian dari sampel tanah tidak terganggu dikeringkan dan disaring lolos saringan no
10.
b. Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan antara lain timbangan dengan ketelitian 0.01 gram, tabung
Hal.12
Piknometer yang berisi benda uji tanah diisi dengan air suling sampai proses vori tanah
terisi air suling sampai batas, = W3 gram
W2 W1
GS
(W4 W1 ) (W3 W2 )
Hasil pengujian Berat Jenis dapat dilihat pada lampiran Tabel data dan hasil pengujian
Atterberg limit Test adalah suatu cara untuk mendapatkan gambaran mengenai batas-batas
konsistensi dari suatu tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kadar airnya. Batas-
batas tersebut adalah batas cair (liquid limit test) dan batas plastis (plastic limit test)
Percobaan Atterberg ini mengacu pada standard ASTM D 4318 – 98.
Suatu contoh tanah berbutir halus dicampur air sehingga mencapai keadaan cair, jika
campuran ini dikeringkan secara perlahan-lahan maka tanah ini akan melalui beberapa
Batas-batas Atterberg yang paling penting adalah Batas Cair dan batas Plastis.Batas-batas
Atterberg dapat menggambarkan secara garis besar sifat-sifat tanah.Tanah yang mempunyai
batas cair tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk yaitu kekuatannya rendah,
dapat dihubungkan secara empiris dengan sifat lainnya seperti kekuatan geser atau
compression index.
Hal.13
Pengujian Batas-batas atterberg yang dilakukan adalah pengujian batas cair dan pengujian
batas plastis.
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan cair Batas
cair didefenisikan sebagai harga kadar air tanah pada keadaan batas antara cair dan plastis
Benda uji tanah untuk menentukan besaran batas cair diambil dari contoh tanah tidak
terganggu. Benda uji seberat 100 gram (untuk benda uji batas cair dan batas plastis), lolos
saringan No. 40
b. Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketelitian 0.01 gram, alat batas
Atterberg standard, Grooving Tool, Spatula, Cawan, Plat kaca 45 x 45 x 0.9 cm3, oven
Benda uji yang telah dipersiapkan dibagi dua (untuk dua jenis pengujian). Sebagian dari
tanah ini diletakkan diatas plat kaca dan diaduk agar keadaannya homogen. Benda uji
yang telah homogen ini disendok sebagian dimasukkan kedalam cawan alat batas cair,
permukaan benda uji dalam cawan diratakan sejajar dengan bidang horizontal, pembuatan
alur dilakukan membagi dua benda uji dalam cawan dengan grooving tool kemudian
diadakan pengetukan dengan cara memutar engkol alat batas cair sampai alur yang
membagi dua benda uji diatas cawan bertemu sepanjang 1.3 cm. Setelah keadaan ini
dicapai jumlah ketukan dicatat dan diperiksa kadar air benda uji. Hal yang sama diulang
hingga terdapat minimal empat jumlah ketokan/pukulan yang berbeda dengan kadar air
Hal.14
yang berbeda pula yaitu dua jenis jumlah ketokan/pukulan dibawah 25 (dua puluh lima)
dan dua jenis jumlah ketokan diatas dua puluh lima ketokan. Hasil ini digambarkan dalam
grafik, kadar air (ordinat) versus jumlah pukulan (absis). Besar batas cair diambil dari
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas
plastis. Bagian benda uji yang telah dipersiapkan pada saat pengujian batas cair diletakkan
diatas plat kaca dibentuk dengan cara mengulung hingga berdiameter 3.0 mm dengan
panjang 7 cm sampai keadaan permukaan retak-retak. Untuk mencapai kondisi ini benda
uji tanah digeleng-gelengkan diatas plat kaca dengan telapak tangan. Setelah kondisi diatas
dicapai kadar air tanah uji diperiksa. Kadar air yang diperoleh merupakan besaran batas
plastis.
Hasil pengujian Batas Cair dan Batas Plastis dapat dilihat pada lampiran tabel data dan hasil
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat halus dan
kepada ukuran butirannya, besar butiran tanah juga merupakan dasar untuk
mengklasifikasikan dan mendeskripsikan tanah. Biasanya suatu macam tanah tertentu terdiri
dari butir-butir yang termasuk beberapa golongan tanah yang ukuran butirannya kecil
dikatakan bergradiasi baik.Bilamana terdapat kekurangan atau kelebihan salah satu ukuran
butir tertentu maka dikatakan bergradasi buruk. Sedangkan bilamana besar butirannya hampir
Hal.15
Untuk lapisan tanah berbutir halus seperti lempung dan lanau sifatnya lebih baik ditunjukkan
Benda uji untuk analisa saringan digunakan sebagian dari tanah tidak terganggu yang
telah dibawa dari lapangan. Benda uji ini dikeringkan dan dipisahkan butiran tanahnya
dengan cara memukul gumpalan butiran dengan martil karet (tetap dijaga agar butiran
tanah tidak hancur). Setelah ditimbang siap dimasukkan pada susunan saringan tertentu,
b. Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah saringan dengan susunan nomor saringan yang
dipersyaratkan, timbangan alat pengering dan pembersih dan mesin penggetar saringan.
Benda uji yang telah dipersiapkan dan ditimbang beratnya dimasukkan kedalam satu
Setelah penyaringan diadakan kemudian benda uji yang tertahan untuk setiap nomor
saringan tersusun ditimbang dan dicatat. Pengujian ini dilaksanakan untuk setiap sampel
dari titik bor mesin. Kemudian besarnya butiran-butiran tanah tersebut diplotkan dalam
grafik semi log yang disebut grafik lengkung pembagian butiran. Kurva distribusi ukuran
butiran dapat digunakan untuk membandingkan beberapa jenis tanah yang berbeda beda.
Selain itu ada tiga parameter dasar yang dapatb ditentukan dari kurva tersebut, dan
parameter-parameter tersebut adalah ukuran efektif (effectrif size), koefisien keseragaman
(uniformity coefficient) dan koefisien gradasi (coefficient of gradation). Metaode
Percobaan mengacu pada standard ASTM D-422.
Hal.16
Nomor serta susunan saringan hasil pengujian untuk setiap pengujian dicantumkan pada
tabel data dan hasil. Hasil pengujian analisa saringan dapat dilihat pada lampiran.
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah. Yang dimaksud kada air tanah
adalah perbandingan antara berat air yang tekandung dalam tanah dengan berat tanah tersebut
dinyatakan dalam persen (%).
Suatu tanah pada umunya terdiri dari tiga bagian, yaitu udara, air dan butiran tanah. Dalam
menentukan harga kadar air, berat tanah kering adalah tanah kering yang telah dimasukkanke
dalam oven dengan temperature tetap (berkisar antara 105◦ C - 110◦ C). Cara mengetahui
banyaknya air yang terkandung di dalam tanah ialah dengan cara mengeringkan tanah
tersebut sampai kering sehingga tidak ada lagi air yang tersisa pada tanah tersebut. Dengan
mengurangkan berat tanah basah dan tanah kering maka akan didapat berat air yang
terkandung pada tanah. Metaode Percobaan mengacu pada standard ASTM D 42.
Prosedur pengujian tanah untuk menentukan kadar air dilaksanakan dengan tahapan berikut :
Bahan tanah untuk benda uji diambil sebagian dari contoh tanah tidak terganggu yang
b. Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan antara lain neraca dengan ketelitian 0.01 gram, krus atau cawan
kecil, oven pengering dan peralatan tambahan lainnya berupa alat tulis dan tabel pencatat
Benda uji yang telah di persiapkan dimasukkan kedalam cawan yang telah diketahui berat
dan tanda cawannya, kemudian dimasukkan kedalam oven pengering. Selam 24 jam
dengan suhu 1050 C. Setelah tanah dalam cawan kering ditimbang dan beratnya dicatat.
Misalkan :
Hal.17
Berat cawan + tanah basah = W1 gram
W1 W2
Mc x100%
W2 W3
Hasil pengujian kadar air dapat dilihat pada lampiran Tabel data dan hasil pengujian
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya kekuatan tekan bebas contoh
tanah yang bersifat kohesi dalam keadaan asli maupun buatan (remoulded). Pengujian ini
terutama dilakukan untuk tanah lempung atau lanau bila mana lempung tersebut mempunyai
derajat kejenuhan (Sr) 100% maka kekuatan geser dapat ditentukan langsung dari nilai
qu/2. Sedangkan qu didapat dari hasil pengujian yaitu besar beban aksial persatuan luas pada
saat benda uji mengalami keruntuhan atau pada saat tegangan axial mencapai 20%.
Percobaan ini mengacu pada standard ASTM D- 2116 atau AASHTO T – 208.
Benda uji yang digunakan untuk pengujian ini adalah benda uji tanah yang tidak
terganggu yang telah dibawa dari hasil pengeboran dilapangan. Benda uji dipersiapkan
Hal.18
b. Persiapan Peralatan dan Pelaksanaan Pengujian
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah satu set alat uji tekan bebas yang
dilengkapi dengan Proving Ring dan dial pengukur tekanan bebas Cqu, dial pengukur
regangan dan alat penggerak serta dua buah plat penghantar tekanan.
c. Pelaksanaan Pengujian
Penentuan besaran tekanan bebas (qu) dilakukan dengan memasukkan benda uji yang
telah dipersiapkan ke antara plat penghantar beban, kemudian tekanan dibiarkan dengan
kecepatan konstan sampai mencapai regangan maksimum. Besar gaya yang diberikan
dibaca pada dial proving ring dan besar qu diperoleh dari gaya axial yang diberikan dibagi
Hasil pengujianTekan Bebas (Unconfined Compression Test) dapat dilihat pada lampiran
geser dari tanah. Parameter yang dapat menunjukkan kemampuan tanah, untuk menerima
gaya geser adalah kohesi c dan sudut geser tanah. Kekuatan geser sangat penting untuk
menghitung daya dukung dan tegangan tanah. Kekuatan geser tersebut tergantung gaya-gaya
yang bekerja antara butirannya, karena keruntuhan dalam tanah adalah akibat dari gerakan
relative dari butir tanah tersebut jadi bukan disebabkan oleh hancurnya butir tanah tersebut.
Alat yang digunakan untuk menghitung berat jenis tanah ialah alat geser langsung. Percobaan
Hal.19
a. Persiapan Benda Uji.
Bahan uji yang digunakan untuk pengujian ini adalah benda uji tanah tidak terganggu
yang telah diambil dari titik kedalaman tertentu dilapangan, lokasi tanah yang akan
b. Persiapan Peralatan.
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah satu set alat geser langsung terdiri
dari proving ring untuk mengukur arloji pengukuran tekanan geser, dongkrak untuk
memberi tekanan, batu berpori, arloji/dial untuk menentukan besar pergeseran beban
untuk memberikan tekanan normal dan cincin tempat benda uji yang akan ditentukan nilai
Benda uji dimasukkan kedalam cincin penguji dan diberi tegangan vertikal konstan,
kemudian diberikan tegangan geser sampai tercapai besaran maksimum. Tegangan geser
ini diberikan dengan kecepatan bergerak yang konstan, secara perlahan-lahan sehingga
tegangan pori diperkirakan tetap nol. Untuk mendapatkan nilai kohesi c dan sudut geser
diadakan pengujian beberapa kali dengan memakai nilai tegangan normal yang berbeda.
Hal.20
3. Beban-beban
4. Alat pengeluar contoh dari tabung (extruder)
5. Pemotong yang terdiri dari pisau yang tipis dan tajam serta pisau kawat
6. Pemegang cincin contoh
7. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram
8. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai 110 ± 5oC
9. Alat pengatur waktu.
Pelaksanaan Percobaan
Bila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan diatasnya maka air pori akan mengalir
dari lapisan tersebut dan volumenya akan menjadi lebih kecil, yaitu terjadinya
konsolidasi. Pada umunya konsolidasi ini berlangsung dalam satu arah saja atau disebut
juga one dimensional consolidation.
Pergerakan dalam arah horizontal dapat diabaikan, karena tertahan oleh lapisan tanah
sekelilingnya. Selama peristiwa konsolidasi berlangsung beban diatasnya akan
mengalami penurunan (settle). Dua hal yang penting mengenai penurunan ialah :
a) Besarnya penurunan yang terjadi.
b) Kecepatan penurunan tersebut.
Hal.21
b. Kecepatan Penurunan
Berbicara mengenai kecepatan penurunan, kita selalu berhubungan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk penurunan tersebut. Waktu penurunan dihitung dengan rumus :
TH 2
t
Cv
dimana : t = waktu
T = faktor waktu, dapat dilihat dari tabel
H = Jarak lintas drainage (tergantung susunan lapisan tanah).
Cv = koefisien konsolidasi, dicari dari lengkung konsolidasi.
Ada dua jenis drainage atau pengaliran yang mungkin terjadi pada proses konsolidasi,
one-way drainage dan two-way drainage. Pada one-way drainage, pengaliran air keluar
dari tanah hanya terjadi dalam satu arah, ke lapisan atas atau lapisan bawah.Ini dapat
terjadi karena salah satu lapisan tanah yang mengapit lapisan lempung merupakan
lapisan tanah yang impermeable.Sedangkan pada two-way drainage, pengaliran air
terjadi dalam kedua arah, ke lapisan sebelah atas dan ke lapisan bawah.Jenis drainage
yang terjadi menentukan besarnya jarak lintas drainage pada perhitungan waktu
penurunan. Pada two-way drainage, H=0.5H karena jarak lintas air hanya setengah dari
tebal lapisan lempung.
Menentukan Cv :
Besarnya Cv ditentukan dari lengkung konsolidasi. Adapun lengkung konsolidasi ada
dua macam, tergantung dari cara pembacaan (reading schedule) selama 24 jam, yaitu :
a. 1/4 menit : 1/2, 1, 2, 4, 8
b. 1/4 menit : 1, 2, 2.5, 4, 25
Harga Cv ( Compression index ) dicari dengan menggunakan metode Square Root of
Time. Di mana dibuat grafik Dial Reading vs t1/2 :
a. Gambar suatu garis AB melalui bagian awal kurva (ambil kurva yang lurus).
b. Gambar suatu garis AC sehingga OC = 1.15 OB. Absis titik D, yang merupakan
perpotongan antara garis AC dan kurva konsolidasi merupakan perpotongan an-
tara garis AC dan kurva konsolidasi, memberikan harga akar waktu untuk terca-
painya konsolidasi 90 %.
Hal.22
c. Hitung koefisien konsolidasi dengan menggunakan rumus berikut:
0.848 H dr
2
Cv
t 90
Perlu diingat bahwa rumus-rumus diatas bisa dipakai pada percobaan ini karena
digunakan anggapan bahwa :
1. Derajat kejenuhan tanah 100%.
2. Tidak terjadi perubahan isi pada air atau butir tanah.
3. Rumus Darcy berlaku.
4. Drainage hanya satu arah (vertikal)
5. Tegangan total dan tegangan air pori dibagi rata pada setiap bidang horizontal.
𝑊𝑠
2𝐻𝑜 =
𝐺𝑠 × 𝐵𝑗 𝐴𝑖𝑟 × 𝐴
Hal.23
Untuk menghitung angka pori :
(2𝐻 − 2𝐻𝑜)
𝑒=
2𝐻𝑜
Perlu diingat bahwa rumus diatas bisa dipakai pada percobaan ini karena digunakan
anggapan bahwa :
1. Tanah homogen
2. Drainage hanya satu arah
Menentukan Cc :
Untuk menentukan nilai Cc, sebelumnya kita perlu menentukan terlebih dahulu
besarnya tekanan prakonsolidasi. Casagrande (1936) menyarankan suatu cara yang
mudah untuk menentukan besarnya tekanan prakonsolidasi, pc, dengan berdasarkan
grafik angka pori (e) terhadap log p yang digambar dari hasil percobaan konsolidasi di
laboratorium.
Hal.24
Gambar 6.3 Grafik angka pori Vs tekanan (log).
dengan:
Cc : indeks kompresi
e1, e2 : void ratio pada ujung bagian linear kurva e versus log p setelah tanah
mengalami tekanan yang melampaui tekanan prakonsolidasi
p1, p2 : tekanan yang berkaitan dengan e1 dan e2.
c. Prosedur Percobaan
1. Disiapkan contah tanah dari tabung kedalaman 2 meter.
2. Dengan mengunakan ring, contoh tanah dicetak, lalu diratakan dengan pisau,
sehingga tinggi sample kurang lebih 2.00 cm.
3. Pasang kertas filter di dalam tempat untuk ring.
4. Pasang batu pori di atas contoh tanah.
Hal.25
5. Pasang pula tutup sel beserta pelor.
6. Isikan air kedalam bak dan dibiarkan selama 24 jam agar air meresap kedalam
tanah.
7. Sel konsolidasi yang telah disimpan selama 24 jam dalam air itu di hubungkan
dengan dial. Batang penekan harus berkedudukan horizontal agar beban yang
diterima berupa beban normal.
8. Air sel harus dijaga agar tetap penuh.
9. Pada alat percobaan dimana konsolidasi sedang berlangsung, dipasang
pembebanan sbb :
10. Setiap pembebanan berlangsung selama 24 jam mulai saat beban dipasang.
11. Pembacaan dial dilakukan pada menit-menit ke : 0 ; 0.15 ; 1.0 ; 2.15 ; 4 ; 6.15 ; 9 ;
12.15 ; 16.0 ; 20.15 ; 25.0 ; 36.0 ; 64.0 ; 100.0 ; 1440.
12. Setelah seluruh pembebanan selama seminggu selesai, contoh tanah diambil.
13. Contoh tanah ditimbang, lalu dioven selama 24 jam pada temperatur 110 C
14. Contoh tanah yang sudah kering ditimbang kembali.
Hal.26
asli dapat diambil pada kedalaman yang demikian. Contoh inti yang diambil dari lubang bor
ditempatkan di dalam peti contoh (Core Box) secara teratur diletakkan dari kiri kekanan
sesuai kemajuan pemboran. Setelah terisi maka peti diberi label kemudian difoto. Foto core
box ini merupakan dokumentasi hasil core drilling yang dilaksanakan.
Pada waktu pemboran dilakukan uji Standard Penetration Test (SPT), yang mana pengujian
ini dilakukan berdasarkan standard ASTM-1586.Pada pengujian disini dilakukan dengan
interval 1.00 meter. Nilai SPT atau nilai tumbukan dicatatan sebagai N Value untuk setiap
penetrasi 30 cm. Beban penumbuk seberat 63,5 kg yang dijatuhkan bebas dengan tinggi jatuh
yang tetap sebesar kurang lebih 0,75 m. Jumlah tumbukan untuk setiap 15 cm kedua dan
ketiga dijumlahkan dan nilai ini merupakan nilai N (N Value). Nilai N,15 cm pertama
diabaikan dalam perhitungan karena dianggap tanah telah terganggu akibat pemboran.
Tabung SPT (disebut Split Barrel) dipakai untuk mendapatkan contoh tanah untuk keperluan
identifikasi dan untuk mengukur tahanan tanah yang ditembus.Hasil SPT dituangkan dalam
Bor Log. Percobaan SPT dihentikan jika dicapai nilai N lebih besar atau sama dengan 50,
berturut turut 3 (tiga) kali pengujian.
Pada pelaksanaan pengeboran, Muka Air Tanah (Ground Water Level) harus diukur pada
lubang bor, karena ketinggian muka air tanah diukur dan dicatat sebelum melanjutkan
pelaksanaan pengeboran pada pagi hari. Pengukuran GWL ini akan dituangkan dan dicatat
pada Boring Log dengan disebut sebagai MAT (Muka Air Tanah) atau GWL (Ground Water
Level).
Hal.27