Anda di halaman 1dari 27

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

1. Pendekatan

Dalam pekerjaan sondir ini juga sering disebut dengan bahasa belanda yaitu Dutch Cone
Penetrasion Test. Dengan menggunakan suatu alat statis yang terdiri dari batang logam yang
ujungnya berbentuk kerucut (conus) yang ditekan ke dalam tanah sampai kedalaman tertentu
dimana ujung konus akan mendapat perlawanan dari tanah yang besarnya sesuai dengan
kekerasan tanah tersebut.

Peralatan yang akan dipakai harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
a. Peralatan Penetration Test yang akan dioperasikan harus memenuhi syarat yang layak
untuk dipakai, telah ditera terlebih dahulu oleh instansi yang berwenang dan telah
mendapat persetujuan dari pihak Direksi Pekerjaan.
b. Alat harus mampu melakukan test sampai kedalaman yang diinginkan.
c. Pengujian harus dilakukan secara terus menerus selama perlawanan conus konstan pada
setiap 20 cm.
d. Stang sondir yang digunakan kelapangan minimal 20 (dua puluh) meter dan langsung
dibawa ke titik pengujian.

Peralatan dan perlengkapan kerja yang tidak disebut tetapi diperlukan untuk survey, tetap
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk menyediakan dan terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan tentang kualitasnya

Pembangunan diberbagai struktur sarana dan prasarana bertujuan dan dengan maksud untuk
dapat memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.

Sarana/Bangunan dengan kapasitas struktur yang dibangun diatas tanah harus kokoh dan kuat
sehingga memberi rasa aman bagi manusia yang memanfaatkan dan menggunakannya.

Untuk memperoleh struktur yang kokoh dan kuat tersebut perlu dipelajari dan didalami sifat-
sifat perilaku tanah (Soil Engineering dan Behavior) yang mendukung struktur tersebut.

Hal.1
Mekanika tanah atau juga disebut geoteknik adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang
mempelajari sifat-sifat dan perilaku tanah sebagai bahan pondasi maupun sebagai bahan
konsruksi.

Untuk suatu jangkauan tertentu sifat-sifat tanah (soil properties) yang mendasar, memberikan
karakteristik kwalitas dari tanah sebagai bahan konstruksi atau derajat kestabilan tanah
pondasi memikul konstruksi di atasnya.

Beberapa sifat-sifat fisik tanah mendasar adalah warna, komposisi mekanis, struktur, ukuran
dan bentuk butir, tekstrur, spesific gravity, satuan berat, porosity, volumetrik dan gravimetric
yang saling berkaitan dari berbagai-bagai penampilan tanah (soil fase) dan konsistensi.

Sebagai bahan pondasi, tanah memiliki sifat-sifat fisik yang bervariasi dan kebanyakan tidak
tetap. Sifat fisik dari tanah selain tergantung dari type tanah, dapat juga karena efek yang
kurang lebih merugikan disebabkan oleh beberapa factor diantaranya adanya air didalam
tanah yang diperolehnya dari atmosfir, genanngan banjir secara alam maupun buatan
sehingga permukaan air dalam tanah berubah-ubah.

Kesulitan lain yang dihadapi pada tanah sebagai bahan pondasi adalah sifat sifat dilapangan
dapat bervariasi meskipun dalam jarak yang pendek. Pengaruh air dalam tanah terhadap
kemampuan tanah terhadap kemampuan tanah dibawah pembebanan (Consolidation)
mempunyai peranan yang besar dalam hal perilaku tanah. Karena itu dalam mekanika tanah
kadar air didalam tanah dipandang sebagai salah satu factor yang menentukan sifat dan
perilaku tanah.

Air mempunyai pengaruh pula terhadap daya dukung tanah (Bearing Capacity) karena dapat
merubah keadaan plastis ke elastis maupun sebaliknya Tanah yang dapat berkembang dan
mentyusuit sudah tentu mempunyai pengaruh besar terhadap struktur diatasnya maupun tanah
itu sendiri sebagai strukturnya.

Terjadinya keruntuhan pada lereng maupun timbunan tanah yang dibuat manusia , disebabkan
karena tanah kehilangan kekuatan geser, dalam hal ini air didalam tanah menimbuljkan air
pori (Pore Water Pressure) yang mengurangi besarnya tegangan egfektif. Perubahan kadar air
dalam tanah perlu mendapat perhatian yang cukup besar dalam pembuatan desain maupun
selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan selama masa pemeliharaan sesudahnya.

Hal.2
Sebagaimana pada setiap pembuatan desain suatu struktur,maka statika dari struktur tersebut
tergantung pada pengetahuan dari kekuatan bahan begitu juga halnya desain untuk pondasi
maupun engineering pekerjaan tanah tergantung pada disiplin mekanika tanah.

Untuk mengatasi problema yang bersifat mendasar pada engineering pekerjaan tanah dan
pondasi diperlukan penyelesaian (solution) yang aman dan ekonomis dalam pembuatan
desain. Inilah perlunya untuk mempelajari dan mendalami mekanika tanah serta aplikasinya.

Dengan demikian jelaslah bahwa setiap teknisi yang terlibat dalam mendesain, melaksanakan
dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi/struktur perlu menguasai mekanika tanah
dan teknik pondasi.

1.1. PENDEKATAN OPERASIONAL

Didalam pelaksanaan pekerjaan ini, agar tercapai hasil kerja yang optimal, Konsultan akan
menyiapkan rencana operasional pekerjaan yang seefektif dan seefisien mungkin. Unsur-
unsur utama yang mendukung dan mempengaruhi jalannya operasional pekerjaan meliputi :

1. Personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung)


2. Organisasi
3. Sistem Koordinasi
4. Fasilitas kerja
5. Tempat (kantor dan base camp).

1.2. Tenaga Ahli


Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan. Agar
diperoleh hasil yang baik, penyedia jasa akan menempatkan tenaga ahli dan berbagai disiplin
ilmu sesuai kebutuhan pekerjaan, yang sudah berpengalaman dalam menangani pekerjaan-
pekerjaan yang sejenis. Personil yang akan ditugaskan untuk menangani proyek ini,
disamping Tenaga Ahli juga di dukung oleh Tenaga Pendukung yang handal dan
berpengalaman dalam sub bidang masing-masing, sehingga bisa dengan cepat dan akurat
mencapai target yang direncanakan.

1.3. Organisasi Pelaksanaan

Mengingat besar dan pentingnya tanggung jawab serta peranan Tim Jasa Konsultansi, maka
persyaratan yang dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini adalah Penyedia Jasa

Hal.3
yang mempunyai tenaga ahli profesional dan berlisensi yang pernah mendapatkan
kepercayaan/pekerjaan sebagai Penyedia Jasa untuk melaksanakan Sondir pada jalur
transmisi.

Selanjutnya para personil yang akan berperan dalam melaksanakan soil investigation
merupakan tenaga – tenaga yang berkompeten dan mampu menunjukkan pengalaman di
dalam bidang pekerjaannya serta mampu berkomunikasi secara aktif dan memenuhi
kualifikasi sebagaimana disyaratkan di bawah ini :
 Ketua Tim/Penamggung Jawab
 Tenaga Ahli Teknik Sipil
 Tenaga Pendukung Master Sondir dan Asisten Master Sondir
 Tenaga Pembantu

2. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan


2.1 Uraian Pekerjaan Sondir

Metode pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari 1
(satu) jenis penyelidikan, yaitu penyelidikan lapangan yang dilakukan dengan menggunakan
alat sondir (biconus sounding).

Maksud dan tujuan penggunaan alat ini adalah untuk mendapatkan besarnya perlawanan
ujung konus (cone resistance) dan perlawanan hambatan lekat tanah (jacket Friction) yang
berguna untuk menduga/mengestimasi kedalaman tanah keras/sedang/lunak (soil bearing
capacity estimation) untuk pondasi yang aman serta daya dukung tanah pondasi (depth of
fouondition bearing capacity estimation).

Pelaksanaan penyelidikan lapangan (field investigation) ini mencakup pekerjaan penyondiran


(sounding), pengamatan muka air tanah (Ground Water Level Observation).

2.2 Metodologi Pengujian

Dalam desain struktur tanah pondasi sering dilakukan analisis stabilitas dan perhitungan
pondasi suatu bangunan dengan menggunakan parameter tanah, baik tegangan total maupun
tegangan efektif. Parameter perlawanan penetrasi dapat diperoleh dengan bebagai cara. Dalam
melakukan uji penetrasi lapangan ini digunakan metode pengujian lapangan dengan alat
sondir dengan standard SNI 03-2827-1992 atau ASTM. D – 3441 – 78 yang berlaku baik

Hal.4
untuk alat penetrasi konus tunggal maupun ganda yang ditekan secara mekanik. Pada
pekerjaan ini dipergunakan alat penetrasi ganda (biconus).

Standard ini menetapkan cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir, untuk memperoleh
parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir
(penetrasi quasi statik). Penetrasi tersebut berupa perlawanan konus (qc), perlawanan geser
(fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf) yang dapat digunakan untuk
interpretasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari desain pondasi. Standard ini
menguraikan tentang prinsip-prinsip cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir meliputi,
system peralatan uji penetrasi di lapangan dan perlengkapan lainnya. Perhitungan parameter
perlawanan penetrasi lapisan tanah, laporan iji dan contoh uji. Cara uji mempergunakan
penetrasi konus ganda yang ditekan secara mekanik (hidraulik).

Dalam pekerjaan soil investigation ini dipergunakan alat Dutch Cone Penetrasion Test
(DCPT). Jumlah titik pengujian adalah sebanyak jumlah tower jalur yang direncanakan dan
atau sesuai jumlah kontrak yang ada.

Untuk tower tension dan tower yang diminta oleh direksi pekerjaan, ditambah menjadi 2
(dua) titik pengujian pada tower tersebut dengan jumlah keseluruhan titik pengujian tidak
melebihi yang tercantum pada kontrak. Dengan Metode Penelitian lapangan dan uji lapangan
untuk mendapatkan daya dukung dengan menggunakan alat DCPT kemudian dianalisa serta
perhitungan pondasi sebagai laporan akhir.

Batasan Peralatan dan perlengkapan dengan persyaratan yang diperlukan adalah sebagai
berikut :
o Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5%
o Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik untuk perlawanan konus (q c) adalah
10% dan untuk perlawanan geser (fs) adalah 20%
o Alat ukur harus dapat mengukur perlawanan penetrasi di permukaan dengan dilengkapi
alat yang sesuai seperti pembebanan hidarulik
o Alat perlengkapan mesin pembebanan harus mempunyai kekakuan yang memadai dan
diletakkan diatas dudukan yang kokoh serta tidak berubah arah waktu pengujian.

(a) Peralatan yang digunakan


Pada pekerjaan Soil Investigation T/L 500 kV Sumut 1 – Sumut 2 menngunakan 3 Unit
alat sondir.

Hal.5
Satu set alat sondir terdiri dari :
a. Mesin sondir ringan (2.5 ton) atau sondir mesin berat (10 ton)
b. Manometer dengan tekanan beasr dan kecil masing-masing 2 (dua) buah dengan
kapasitas :
- 0 - 60 kg/cm² dan 0 – 250 kg/km²
c. Conus dan Biconus
d. Stang sondir lengkap dengan batang dalam (biasanya dipakai 20-25 batang)
panjang masing-masing 1 (satu) meter
e. Empat buah auger (auger daun atau spiral)
f. Kunci monyet + engkol auger + kunci pipa
g. Besi kamal 4 buah panjang + pendek guna mengepres kaki sondir.
h. Kunci plunger 4
i. Kastroli oil SAE 10 ; olie ; minyak hidrolik ; meteran ; alat-alat tulis, alat
pembersih (brus kawat) dan lain-lain.

Peralatan yang akan dipakai untuk pelaksanaan penetration Test harus disetujui oleh
Direksi dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Peralatan Penetration Test yang akan dioperasikan harus memenuhi syarat yang
layak untuk dipakai, telah ditera/kalibrasi terlebih dahulu oleh instansi yang
berwenang dan telah mendapat persetujuan dari pihak direksi Pekerjaan.

2) Alat harus mampu melakukan test sampai kedalaman yang diinginkan.

3) Pengujian harus dilakukan secara terus menerus selama perlawanan conus konstan
setiap 20 cm.

4) Stang sondir yang digunakan kelapangan minimal 20 (dua puluh) meter dan
langsung dibawa ke titik pengujian

(b) Persyaratan lain-lain

Kontraktor harus mematuhi semua petunjuk yang diberikan oleh direksi/Pengawas


lapangan/Supervisor/Konsultan yang ditunjuk oleh PT.PLN (Persero) Unit Induk
Pembangunan II.

Hal.6
(c) Hasil yang diinginkan
Hasil dari masing-masing test harus dituangkan dalam bentuk 3 grafik
1) Pertahanan conus vs kedalaman
2) Lokal friction terhadap kedalaman
3) Total friction terhadap kedalaman

(d) Kedalaman akhir sondir


Pelaksanaan sondir dinyatakan selesai setelah nilai tahanan conus mencapai tekanan
lebih besar dari 200 kg/cm2 atau setelah mencapai kedalaman 20 (dua puluh) meter.
Apabila pada pengujian telah mencapai tekanan 200 kg/cm2 sementara kedalaman
masih 2 (dua) meter maka harus diadakan lagi pengujian berikutnya dengan
memindahkan posisi pengujian sampai 3 (tiga) kali pengujian.

(e) Setelah pengujian selesai, lubang pengujian dipatok kayu meranti ukuran 5 cm x 5
cm x 70 cm dan dicat biru serta dibersihkan lokasi pengujian dari minyak dan lain-lain
dan diamati kordinat UTM dengan GPS pada posisi titik pengujian serta diberi nomor
dan keterangan dicatat disampaikan pada Laporan Akhir.

3. Perhitungan dan Penggambaran Hasil Pekerjaan Sondir


3.1 Istilah dan Definisi

Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah :


o Angka Banding Geser (Rf) adalah perbandingan antara perlawanan geser dan perlawanan
konus (fs/qc), dinyatakan dalam %
o Kekuatan geser tanah adalah tahanan atau tegangan geser maksimum yang dapat ditahan
oleh tanah pada kondisi pembebanan tertentu
o Konus adalah ujung alat penetrasi yang berbentuk kerucut untuk menahan perlawanan
konus
o Penetrometer konus ganda adalah alat penetrasi konus dengan sondir untuk mengukur
komponen perlawanan ujung dan perlawanan geser local terhadap gerakan penetrasi
o Perlawanan geser (fs) adalah nilai perlawanan terhadap gerakan penetrasi akibat geseran
yang besarnya sama dengan gaya vertical, yang bekerja pada bidang geser dibagi dengan
luas permukaan selimut geser; perlawanan ini terdiri atas jumlah geseran dan gaya adhesi
o Perlawanan konus atau perlawanan daya dukung (qc) adalah nilai perlawanan terhadap
gerakan penetrasi konus yang besarnya sama dengan gaya vertical yang bekerja pada
konus dibagi dengan luas ujung konus

Hal.7
3.2 Perlawanan Konus (qc)

Rumus-rumus perhitungan yang merupakan prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan
adalah dengan anggapan berlaku hukum Aksi dan Reaksi, seperti yang digunakan untuk
perhitungan nilai perlawanan konus dan nilai perlawanan geser.

P konus = P piston dimana P konus : gaya pada ujung konus kg


P piston : gaya pada piston

(qc) x Ac = Cw x Api dimana qc : perlawanan konus


Ac : luas penampang konus
Cw : pembacaan manometer nilai perlawanan
konus
Api : luas penampang piston

(qc) = Cw x Api/Ac Api = Ac


(qc) = Cw dimana qc dalam kg/cm2

3.3 Perlawanan Geser (fs)

P konus + P geser = P piston

(qc x Ac) + (fs x As) = Tw x Api Tw : pembacaan manometer untuk nilai


perlawanan geser local
fs : Perlawanan geser local

(Cw x Api) + (fs x As) = Tw x Api

(fs) = Kw x Api/As dimana Kw = Tw - Cw


As = π x Ds x Ls : Ds: diameter konus = diameter selimut geser

3.4 Angka Banding Geser (Rf)

Angka banding geser yang diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan geser
local fs dengan perlawanan konus qc , dan dihitung dengan menggunakan rumus:
Rf = (fs / qc ) x 100 %

Hal.8
3.5 Geseran Total

Nilai geseran total ( Tf ) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan geser local (fs)
yang dikalikan dengan interval pembacaan dan dihitung dengan mempergunakan persamaan :

Tf = (fs x interval pembacaan ) dimana Tf : geseran total.


Tf = fs x 20 cm

3.6 Penggambaran Hasil Uji Penetrasi Konus

o Gambarkan Grafik hubungan antara variasi perlawanan konus qc dengan kedalaman


o Untuk uji sondir dengan konus ganda gambarkan hubungan antara perlawanan geser (fs)
dengan kedalaman dan geseran total (Tf) dengan kedalaman
o Perkiraan jenis lapisan tanah dapat diperoleh dari data perlawanan konus dan perlawanan
geser yang digambarkan pada grafik hubungan antara angka banding geser dengan
kedalaman (Rf)

Contoh Record Data Sondir

Hal.9
Grafik Sondir

Contoh Pembacaan Akhir Sondir 200 kg/cm2

Hal.10
4. METODE PENYELIDIKAN LABORATORIUM

Pengujian Laboratorium terdiri atas pengujian terhadap sifat fisis dan mekanis tanah.

4.1. Uji Sifat-sifat Indeks Tanah (Index Properties Test)

4.1.1. Berat Isi Tanah (Unit Weight)

Berat satuan isi didefenisikan sebagai perbandingan antara berat tanah dengan volume tanah.

Berat satuan isi dapat sebagai petunjuk awal tentang kepadatan suatu lapisan tanah, semakin

padat suatu lapisan tanah dimungkinkan beban yang dapat dipikulkan kepadanya semakin

besar pula. Oleh karena itu berat isi merupakan petunjuk awal tentang kekuatan satuan

lapisan tanah. Semakin besar berat isi semakin besar beban yang dapat dipikulnya.

Prosedur untuk menentukan Berat Isi Tanah :

a. Persiapan Benda Uji

Benda uji yang digunakan adalah benda uji tanah tidak terganggu yang diperoleh dari titik

bor mesin lokasi pengambilan benda uji di lapangan.

b. Persiapan Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah Extruder yaitu alat pendorong benda uji dari tabung

yang berisi benda uji, timbangan ketelitian 0.01 gram, gergaji pemotong benda uji, cincin

penguji yang telah diketahui volumenya.

c. Menentukan berat isi sebagai berikut

Tanah benda uji dari dalam tabung di dorong pakai extruder dan diterima/dimasukkan ke

dalam cincin penguji tanpa mempengaruhi tingkat kepadatannya setelah cincin persis

terisi penuh dengan benda uji lalu ditimbang kemudian benda uji dikeluarkan dari cincin,

cincin dibersihkan dan ditimbang (W1 gram) kemudian diukur diameter dalam cincin dan

tingginya untuk mengetahui volume tanah yang masuk ke dalam cincin penguji ( V cm 3 ),

jadi berat jenis tanah adalah :

Hal.11
W1  W2
 ( gram/cm3)
V

Hasil pengujian Berat Isi dapat dilihat pada lampiran tabel data dan hasil pengujian pada

lampiran.

3.1.1.2. Penentuan Berat Jenis Tanah (Spesific Gravity)

Berat jenis (Spesific Gravity Test) adalah perbandingan antara berat volume butir tanah
dengan berat volume air. Berat volume air ialah perbandingan antara berat air dengan
volume air. Berat jenis tanah adaalah perbandingaan berat butir tanah dengan berat air suling
yang memiliki isi (volume) yang sama pada suhu tertentu. Alat yang digunakan untuk
menghitung berat jenis tanah ialah piknometer. Percobaan ini mengacu pada standard ASTM
D – 854 atau AASHTO T – 100.

Prosedur penentuan berat jenis tanah di laboratorium dilaksanakan sebagai berikut :

a. Persiapan Benda Uji

Bahagian dari sampel tanah tidak terganggu dikeringkan dan disaring lolos saringan no

10.

b. Persiapan Peralatan

Peralatan yang digunakan antara lain timbangan dengan ketelitian 0.01 gram, tabung

picnometer, dan bak air.

c. Bahan Dan Peralatan Yang Lain


Air suling, alat tulis dan tabel pencatat hasil pengujian.

d. Penentuan Berat Jenis

Piknometer dalam keadan bersih ditimbang, = W1 gram


Piknometer yang bersih diisi dengan air suling sampai batas yang ditentukan dan
ditimbang pada suhu 240 C = W4 gram
Piknometer yang bersih diisi benda uji tanah, = W2 gram

Hal.12
Piknometer yang berisi benda uji tanah diisi dengan air suling sampai proses vori tanah
terisi air suling sampai batas, = W3 gram

W2  W1
GS 
(W4  W1 )  (W3  W2 )

Hasil pengujian Berat Jenis dapat dilihat pada lampiran Tabel data dan hasil pengujian

dapat dilihat pada lampiran.

3.1.1.3 Penentuan Batas – Batas Atterberg

Atterberg limit Test adalah suatu cara untuk mendapatkan gambaran mengenai batas-batas
konsistensi dari suatu tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kadar airnya. Batas-
batas tersebut adalah batas cair (liquid limit test) dan batas plastis (plastic limit test)
Percobaan Atterberg ini mengacu pada standard ASTM D 4318 – 98.

Suatu contoh tanah berbutir halus dicampur air sehingga mencapai keadaan cair, jika

campuran ini dikeringkan secara perlahan-lahan maka tanah ini akan melalui beberapa

keadaan tertentu, seperti gambar berikut :

Keadaan Cair Keadaan Plastis Keadaan Semi Plastis Keadaan kering

Batas Cair Batas Plastis Batas Pengerakan


(Liquid Limit) (Plastis Limit) (Shrinkage Limit)

Batas-batas Atterberg yang paling penting adalah Batas Cair dan batas Plastis.Batas-batas

Atterberg dapat menggambarkan secara garis besar sifat-sifat tanah.Tanah yang mempunyai

batas cair tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk yaitu kekuatannya rendah,

compressibilitynya tinggi, sulit dipadatkan.Untuk jenis tanah tertentu batas-batas Atterberg

dapat dihubungkan secara empiris dengan sifat lainnya seperti kekuatan geser atau

compression index.

Hal.13
Pengujian Batas-batas atterberg yang dilakukan adalah pengujian batas cair dan pengujian

batas plastis.

4.1.2. Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit Test)

Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan cair Batas

cair didefenisikan sebagai harga kadar air tanah pada keadaan batas antara cair dan plastis

untuk menentukan besaran ini diadakan pengujian sebagai berikut :

a. Persiapan Benda Uji

Benda uji tanah untuk menentukan besaran batas cair diambil dari contoh tanah tidak

terganggu. Benda uji seberat 100 gram (untuk benda uji batas cair dan batas plastis), lolos

saringan No. 40

b. Persiapan Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketelitian 0.01 gram, alat batas

Atterberg standard, Grooving Tool, Spatula, Cawan, Plat kaca 45 x 45 x 0.9 cm3, oven

pengering, scop pengaduk dan alat pembersih dan pengering peralatan.

c. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)

Benda uji yang telah dipersiapkan dibagi dua (untuk dua jenis pengujian). Sebagian dari

tanah ini diletakkan diatas plat kaca dan diaduk agar keadaannya homogen. Benda uji

yang telah homogen ini disendok sebagian dimasukkan kedalam cawan alat batas cair,

permukaan benda uji dalam cawan diratakan sejajar dengan bidang horizontal, pembuatan

alur dilakukan membagi dua benda uji dalam cawan dengan grooving tool kemudian

diadakan pengetukan dengan cara memutar engkol alat batas cair sampai alur yang

membagi dua benda uji diatas cawan bertemu sepanjang 1.3 cm. Setelah keadaan ini

dicapai jumlah ketukan dicatat dan diperiksa kadar air benda uji. Hal yang sama diulang

hingga terdapat minimal empat jumlah ketokan/pukulan yang berbeda dengan kadar air

Hal.14
yang berbeda pula yaitu dua jenis jumlah ketokan/pukulan dibawah 25 (dua puluh lima)

dan dua jenis jumlah ketokan diatas dua puluh lima ketokan. Hasil ini digambarkan dalam

grafik, kadar air (ordinat) versus jumlah pukulan (absis). Besar batas cair diambil dari

jumlah n dua puluh lima pukulan.

4.1.3. Pemeriksaan Batas Plastis (Plastic Limit Test)

Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas

plastis. Bagian benda uji yang telah dipersiapkan pada saat pengujian batas cair diletakkan

diatas plat kaca dibentuk dengan cara mengulung hingga berdiameter  3.0 mm dengan

panjang  7 cm sampai keadaan permukaan retak-retak. Untuk mencapai kondisi ini benda

uji tanah digeleng-gelengkan diatas plat kaca dengan telapak tangan. Setelah kondisi diatas

dicapai kadar air tanah uji diperiksa. Kadar air yang diperoleh merupakan besaran batas

plastis.

Hasil pengujian Batas Cair dan Batas Plastis dapat dilihat pada lampiran tabel data dan hasil

pengujian pada lampiran.

4.1.4. Percobaan Analisa Saringan (Grain Size Analysis)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat halus dan

agregat kasar dengan menggunakan saringan.Sifat-sifat tanah tertentu banyak tergantung

kepada ukuran butirannya, besar butiran tanah juga merupakan dasar untuk

mengklasifikasikan dan mendeskripsikan tanah. Biasanya suatu macam tanah tertentu terdiri

dari butir-butir yang termasuk beberapa golongan tanah yang ukuran butirannya kecil

dikatakan bergradiasi baik.Bilamana terdapat kekurangan atau kelebihan salah satu ukuran

butir tertentu maka dikatakan bergradasi buruk. Sedangkan bilamana besar butirannya hampir

semua sama dikatakan tanah tersebut bergradasi seragam.

Hal.15
Untuk lapisan tanah berbutir halus seperti lempung dan lanau sifatnya lebih baik ditunjukkan

oleh besaran indeks plastisnya daripada distribusi ukuran butirannya.

Prosedur pengujian analisa saringan di laboratorium dilaksanakan sebagai berikut :

a. Persiapan Benda Uji

Benda uji untuk analisa saringan digunakan sebagian dari tanah tidak terganggu yang

telah dibawa dari lapangan. Benda uji ini dikeringkan dan dipisahkan butiran tanahnya

dengan cara memukul gumpalan butiran dengan martil karet (tetap dijaga agar butiran

tanah tidak hancur). Setelah ditimbang siap dimasukkan pada susunan saringan tertentu,

sesuai dengan Amerika Society for Testing Material (ASTM).

b. Persiapan Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah saringan dengan susunan nomor saringan yang

dipersyaratkan, timbangan alat pengering dan pembersih dan mesin penggetar saringan.

c. Penentuan gradasi butiran

Benda uji yang telah dipersiapkan dan ditimbang beratnya dimasukkan kedalam satu

susunan saringan selanjutnya susunan saringan dimasukkan ke alat penggetar selanjutnya

untuk diadakan penggetaran  15 menit.

Setelah penyaringan diadakan kemudian benda uji yang tertahan untuk setiap nomor
saringan tersusun ditimbang dan dicatat. Pengujian ini dilaksanakan untuk setiap sampel
dari titik bor mesin. Kemudian besarnya butiran-butiran tanah tersebut diplotkan dalam
grafik semi log yang disebut grafik lengkung pembagian butiran. Kurva distribusi ukuran
butiran dapat digunakan untuk membandingkan beberapa jenis tanah yang berbeda beda.
Selain itu ada tiga parameter dasar yang dapatb ditentukan dari kurva tersebut, dan
parameter-parameter tersebut adalah ukuran efektif (effectrif size), koefisien keseragaman
(uniformity coefficient) dan koefisien gradasi (coefficient of gradation). Metaode
Percobaan mengacu pada standard ASTM D-422.

Hal.16
Nomor serta susunan saringan hasil pengujian untuk setiap pengujian dicantumkan pada

tabel data dan hasil. Hasil pengujian analisa saringan dapat dilihat pada lampiran.

4.1.5. Penentuan Kadar Air (Water Content / Moisture Content)

Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah. Yang dimaksud kada air tanah
adalah perbandingan antara berat air yang tekandung dalam tanah dengan berat tanah tersebut
dinyatakan dalam persen (%).
Suatu tanah pada umunya terdiri dari tiga bagian, yaitu udara, air dan butiran tanah. Dalam
menentukan harga kadar air, berat tanah kering adalah tanah kering yang telah dimasukkanke
dalam oven dengan temperature tetap (berkisar antara 105◦ C - 110◦ C). Cara mengetahui
banyaknya air yang terkandung di dalam tanah ialah dengan cara mengeringkan tanah
tersebut sampai kering sehingga tidak ada lagi air yang tersisa pada tanah tersebut. Dengan
mengurangkan berat tanah basah dan tanah kering maka akan didapat berat air yang
terkandung pada tanah. Metaode Percobaan mengacu pada standard ASTM D 42.

Prosedur pengujian tanah untuk menentukan kadar air dilaksanakan dengan tahapan berikut :

a. Persiapan Bahan Uji

Bahan tanah untuk benda uji diambil sebagian dari contoh tanah tidak terganggu yang

telah diambil dari lapangan.

b. Persiapan Peralatan

Peralatan yang digunakan antara lain neraca dengan ketelitian 0.01 gram, krus atau cawan

kecil, oven pengering dan peralatan tambahan lainnya berupa alat tulis dan tabel pencatat

data dan hasil pengujian.

c. Penentuan Kadar Air

Benda uji yang telah di persiapkan dimasukkan kedalam cawan yang telah diketahui berat

dan tanda cawannya, kemudian dimasukkan kedalam oven pengering. Selam 24 jam

dengan suhu  1050 C. Setelah tanah dalam cawan kering ditimbang dan beratnya dicatat.

Misalkan :

Hal.17
Berat cawan + tanah basah = W1 gram

Berat cawan + tanah kering = W2 gram

Berat cawan kosong = W3 gram

Maka kadar air :

W1  W2
Mc  x100%
W2  W3

Hasil pengujian kadar air dapat dilihat pada lampiran Tabel data dan hasil pengujian

dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Uji Sifat-sifat Mekanis Tanah (Engineering Properties Test)

4.2.1 Percobaan Kekuatan Tekan Bebas (Unconfined Compression Test)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya kekuatan tekan bebas contoh

tanah yang bersifat kohesi dalam keadaan asli maupun buatan (remoulded). Pengujian ini

terutama dilakukan untuk tanah lempung atau lanau bila mana lempung tersebut mempunyai

derajat kejenuhan (Sr) 100% maka kekuatan geser dapat ditentukan langsung dari nilai

Unconfined. Jika Unconfined Compression Streght = q, maka kekuatan geser undrained Cu =

qu/2. Sedangkan qu didapat dari hasil pengujian yaitu besar beban aksial persatuan luas pada

saat benda uji mengalami keruntuhan atau pada saat tegangan axial mencapai 20%.

Percobaan ini mengacu pada standard ASTM D- 2116 atau AASHTO T – 208.

Pengujian ini dikerjakan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Persiapan Benda Uji

Benda uji yang digunakan untuk pengujian ini adalah benda uji tanah yang tidak

terganggu yang telah dibawa dari hasil pengeboran dilapangan. Benda uji dipersiapkan

sepanjang dua kali diameter benda uji.

Hal.18
b. Persiapan Peralatan dan Pelaksanaan Pengujian

Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah satu set alat uji tekan bebas yang

dilengkapi dengan Proving Ring dan dial pengukur tekanan bebas Cqu, dial pengukur

regangan dan alat penggerak serta dua buah plat penghantar tekanan.

c. Pelaksanaan Pengujian

Penentuan besaran tekanan bebas (qu) dilakukan dengan memasukkan benda uji yang

telah dipersiapkan ke antara plat penghantar beban, kemudian tekanan dibiarkan dengan

kecepatan konstan sampai mencapai regangan maksimum. Besar gaya yang diberikan

dibaca pada dial proving ring dan besar qu diperoleh dari gaya axial yang diberikan dibagi

luas penampang benda uji yang ditekan.

Hasil pengujianTekan Bebas (Unconfined Compression Test) dapat dilihat pada lampiran

tabel data dan hasil pengujian pada lampiran.

4.2.2 Kekuatan Geser Langsung (Dierect Shear)

Tujuan pengujian geser langsung dimaksudkan untuk menentukan parameter perlawanan

geser dari tanah. Parameter yang dapat menunjukkan kemampuan tanah, untuk menerima

gaya geser adalah kohesi c dan sudut geser  tanah. Kekuatan geser sangat penting untuk

menghitung daya dukung dan tegangan tanah. Kekuatan geser tersebut tergantung gaya-gaya

yang bekerja antara butirannya, karena keruntuhan dalam tanah adalah akibat dari gerakan

relative dari butir tanah tersebut jadi bukan disebabkan oleh hancurnya butir tanah tersebut.

Alat yang digunakan untuk menghitung berat jenis tanah ialah alat geser langsung. Percobaan

ini mengacu pada standard ASTM D – 3080.

Hal.19
a. Persiapan Benda Uji.

Bahan uji yang digunakan untuk pengujian ini adalah benda uji tanah tidak terganggu

yang telah diambil dari titik kedalaman tertentu dilapangan, lokasi tanah yang akan

ditentukan nilai kohesi dan sudut geser tanahnya.

b. Persiapan Peralatan.

Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah satu set alat geser langsung terdiri

dari proving ring untuk mengukur arloji pengukuran tekanan geser, dongkrak untuk

memberi tekanan, batu berpori, arloji/dial untuk menentukan besar pergeseran beban

untuk memberikan tekanan normal dan cincin tempat benda uji yang akan ditentukan nilai

kohesi dan sudut gesrenya.

c. Penentuan besaran kohesi dan sudut geser .

Benda uji dimasukkan kedalam cincin penguji dan diberi tegangan vertikal konstan,

kemudian diberikan tegangan geser sampai tercapai besaran maksimum. Tegangan geser

ini diberikan dengan kecepatan bergerak yang konstan, secara perlahan-lahan sehingga

tegangan pori diperkirakan tetap nol. Untuk mendapatkan nilai kohesi c dan sudut geser 

diadakan pengujian beberapa kali dengan memakai nilai tegangan normal yang berbeda.

Hasil pengujian Direct Shear dapat dilihat pada lampiran.

4.2.3. Percobaan Konsolidasi

Percobaan dilakukan dengan tujuan


a. Untuk mengetahui pengaruh pembebanan terhadap konsolidasi pada tanah,
b. Menentukan Cc (compressibility index),
c. Menentukan Cv (koefisien konsolidasi).
Alat-Alat Percobaan
1. Satu set alat konsolidasi yang terdiri dari alat pembebanan dan sel konsolidasi
2. Arloji pengukur (ketelitian 0,01 mm dan panjang gerak tangkai minimal 1,0 cm)

Hal.20
3. Beban-beban
4. Alat pengeluar contoh dari tabung (extruder)
5. Pemotong yang terdiri dari pisau yang tipis dan tajam serta pisau kawat
6. Pemegang cincin contoh
7. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram
8. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi sampai 110 ± 5oC
9. Alat pengatur waktu.
Pelaksanaan Percobaan
Bila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan diatasnya maka air pori akan mengalir
dari lapisan tersebut dan volumenya akan menjadi lebih kecil, yaitu terjadinya
konsolidasi. Pada umunya konsolidasi ini berlangsung dalam satu arah saja atau disebut
juga one dimensional consolidation.

Pergerakan dalam arah horizontal dapat diabaikan, karena tertahan oleh lapisan tanah
sekelilingnya. Selama peristiwa konsolidasi berlangsung beban diatasnya akan
mengalami penurunan (settle). Dua hal yang penting mengenai penurunan ialah :
a) Besarnya penurunan yang terjadi.
b) Kecepatan penurunan tersebut.

a. Besarnya Penurunan Yang Terjadi


AnalisaTerzaghi
n
 Cc   P2i 
U =   1  e
 Hi * log  
 P1i 
i=1 0

dimana : U = besarnya penurunan ultimate (waktu tak hingga)


Cc = indeks pemampatan
e = Angka pori
Hi = Tebal lapisan yang mengalami pemampatan
P1 = Tekanan lapangan efektif (sebelum ada pembebanan)
= S di . Zi
P2 = P1 + P
P = Perubahan tekanan akibat peningkatan tekanan pada
umumnya.

Hal.21
b. Kecepatan Penurunan
Berbicara mengenai kecepatan penurunan, kita selalu berhubungan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk penurunan tersebut. Waktu penurunan dihitung dengan rumus :
TH 2
t
Cv
dimana : t = waktu
T = faktor waktu, dapat dilihat dari tabel
H = Jarak lintas drainage (tergantung susunan lapisan tanah).
Cv = koefisien konsolidasi, dicari dari lengkung konsolidasi.

Ada dua jenis drainage atau pengaliran yang mungkin terjadi pada proses konsolidasi,
one-way drainage dan two-way drainage. Pada one-way drainage, pengaliran air keluar
dari tanah hanya terjadi dalam satu arah, ke lapisan atas atau lapisan bawah.Ini dapat
terjadi karena salah satu lapisan tanah yang mengapit lapisan lempung merupakan
lapisan tanah yang impermeable.Sedangkan pada two-way drainage, pengaliran air
terjadi dalam kedua arah, ke lapisan sebelah atas dan ke lapisan bawah.Jenis drainage
yang terjadi menentukan besarnya jarak lintas drainage pada perhitungan waktu
penurunan. Pada two-way drainage, H=0.5H karena jarak lintas air hanya setengah dari
tebal lapisan lempung.

Menentukan Cv :
Besarnya Cv ditentukan dari lengkung konsolidasi. Adapun lengkung konsolidasi ada
dua macam, tergantung dari cara pembacaan (reading schedule) selama 24 jam, yaitu :
a. 1/4 menit : 1/2, 1, 2, 4, 8
b. 1/4 menit : 1, 2, 2.5, 4, 25
Harga Cv ( Compression index ) dicari dengan menggunakan metode Square Root of
Time. Di mana dibuat grafik Dial Reading vs t1/2 :
a. Gambar suatu garis AB melalui bagian awal kurva (ambil kurva yang lurus).
b. Gambar suatu garis AC sehingga OC = 1.15 OB. Absis titik D, yang merupakan
perpotongan antara garis AC dan kurva konsolidasi merupakan perpotongan an-
tara garis AC dan kurva konsolidasi, memberikan harga akar waktu untuk terca-
painya konsolidasi 90 %.

Hal.22
c. Hitung koefisien konsolidasi dengan menggunakan rumus berikut:
0.848  H dr
2
Cv 
t 90

Metode akar waktu (square- root-of-time method).

Perlu diingat bahwa rumus-rumus diatas bisa dipakai pada percobaan ini karena
digunakan anggapan bahwa :
1. Derajat kejenuhan tanah 100%.
2. Tidak terjadi perubahan isi pada air atau butir tanah.
3. Rumus Darcy berlaku.
4. Drainage hanya satu arah (vertikal)
5. Tegangan total dan tegangan air pori dibagi rata pada setiap bidang horizontal.

Menghitung derajat kejenuhan:


(𝐺 × 𝑊)
𝑆𝑟 =
𝑒

Rumus-rumus lain yang digunakan dalam perhitungan ini adalah:


Untuk menghitung tinggi mula-mula benda uji :

𝑊𝑠
2𝐻𝑜 =
𝐺𝑠 × 𝐵𝑗 𝐴𝑖𝑟 × 𝐴

Hal.23
Untuk menghitung angka pori :

(2𝐻 − 2𝐻𝑜)
𝑒=
2𝐻𝑜

Perlu diingat bahwa rumus diatas bisa dipakai pada percobaan ini karena digunakan
anggapan bahwa :
1. Tanah homogen
2. Drainage hanya satu arah

Menentukan Cc :
Untuk menentukan nilai Cc, sebelumnya kita perlu menentukan terlebih dahulu
besarnya tekanan prakonsolidasi. Casagrande (1936) menyarankan suatu cara yang
mudah untuk menentukan besarnya tekanan prakonsolidasi, pc, dengan berdasarkan
grafik angka pori (e) terhadap log p yang digambar dari hasil percobaan konsolidasi di
laboratorium.

Prosedurnya adalah sebagai berikut (lihat gambar di bawah).


a. Dengan melakukan pengamatan secara visual pada grafik, tentukan titik a di mana
grafik e versus log p memiliki jari-jari kelengkungan yang paling minimum.
b. Gambar garis datar ab.
c. Gambar garis singgung ac pada titik a.
d. Gambar garis ad yang merupakan garis bagi sudut bac.
e. Perpanjang bagian grafik e versus log p yang merupakan garis lurus hingga
memotong garis ad di titik f.
f. Absis untuk titik f adalah besarnya tekanan prakonsolidasi (pc).

Hal.24
Gambar 6.3 Grafik angka pori Vs tekanan (log).

Setelah mendapatkan harga tekanan prakonsolidasi, maka harga Cc dapat ditentukan


dengan menggunakan prinsip sebagai berikut :
a. Dari grafik e vs log p dicari bagian grafik yang paling linear pada bagian dimana
tanah sudah melewati tekanan prakonsolidasi.
b. Diambil dua titik ujung pada grafik yang paling linear tersebut
c. Mengaplikasikan rumus berikut :
𝑒1 − 𝑒2
𝐶𝑐 =
𝑝2
𝑙𝑜𝑔 𝑝1

dengan:
Cc : indeks kompresi
e1, e2 : void ratio pada ujung bagian linear kurva e versus log p setelah tanah
mengalami tekanan yang melampaui tekanan prakonsolidasi
p1, p2 : tekanan yang berkaitan dengan e1 dan e2.

c. Prosedur Percobaan
1. Disiapkan contah tanah dari tabung kedalaman 2 meter.
2. Dengan mengunakan ring, contoh tanah dicetak, lalu diratakan dengan pisau,
sehingga tinggi sample kurang lebih 2.00 cm.
3. Pasang kertas filter di dalam tempat untuk ring.
4. Pasang batu pori di atas contoh tanah.

Hal.25
5. Pasang pula tutup sel beserta pelor.
6. Isikan air kedalam bak dan dibiarkan selama 24 jam agar air meresap kedalam
tanah.
7. Sel konsolidasi yang telah disimpan selama 24 jam dalam air itu di hubungkan
dengan dial. Batang penekan harus berkedudukan horizontal agar beban yang
diterima berupa beban normal.
8. Air sel harus dijaga agar tetap penuh.
9. Pada alat percobaan dimana konsolidasi sedang berlangsung, dipasang
pembebanan sbb :
10. Setiap pembebanan berlangsung selama 24 jam mulai saat beban dipasang.
11. Pembacaan dial dilakukan pada menit-menit ke : 0 ; 0.15 ; 1.0 ; 2.15 ; 4 ; 6.15 ; 9 ;
12.15 ; 16.0 ; 20.15 ; 25.0 ; 36.0 ; 64.0 ; 100.0 ; 1440.
12. Setelah seluruh pembebanan selama seminggu selesai, contoh tanah diambil.
13. Contoh tanah ditimbang, lalu dioven selama 24 jam pada temperatur 110 C
14. Contoh tanah yang sudah kering ditimbang kembali.

5. METODE PENYELIDIKAN LAPANGAN

5.1. Metode Penyelidikan Dengan Alat Bor Mesin

Penyelidikan dengan mempergunakan bor mesin bertujuan untuk mengevaluasi keadaan


tanah secara visual dan terperinci untuk mengambil lapisan tanah demi lapisan tanah sampai
kedalaman yang diinginkan untuk memperoleh deskripsi tanah (visual soil classification),
sekaligus untuk mengambil tanah tak terganggu (undisturbed sample) dan tanah terganggu
(disturbed sample) untuk dipergunakan/bahan penyelidikan di laboratorium. Pada saat
pengeboran pada kedalaman tertentu dilakukan uji SPT (Standard Penetration Test) untuk
mengetahui kekerasan tanah.
Peralatan bor terdiri dari double core barel dengan mata bor diamond bit ataupun metal bit.
Peralatan dilengkapi dengan rod dan casing yang terdiri dari pipa baja kuat dan metode
pelaksanaan sesuai dengan petunjuk standard ASTM dan AASHTO. Pemboran dilaksanakan
sedemikian rupa dengan menggunakan mata bor yang memadai sehingga diperoleh contoh
inti yang maksimum dengan panjang contoh inti maksimum 1,5 meter. Untuk memperoleh
core recovery yang maksimum, mata bor diangkat sesering mungkin. Dan pada lapisan tanah
kohesip dan lepas, pada lubvang bor dipasang casing sedemikian rupa sehingga contoh tanah

Hal.26
asli dapat diambil pada kedalaman yang demikian. Contoh inti yang diambil dari lubang bor
ditempatkan di dalam peti contoh (Core Box) secara teratur diletakkan dari kiri kekanan
sesuai kemajuan pemboran. Setelah terisi maka peti diberi label kemudian difoto. Foto core
box ini merupakan dokumentasi hasil core drilling yang dilaksanakan.
Pada waktu pemboran dilakukan uji Standard Penetration Test (SPT), yang mana pengujian
ini dilakukan berdasarkan standard ASTM-1586.Pada pengujian disini dilakukan dengan
interval 1.00 meter. Nilai SPT atau nilai tumbukan dicatatan sebagai N Value untuk setiap
penetrasi 30 cm. Beban penumbuk seberat 63,5 kg yang dijatuhkan bebas dengan tinggi jatuh
yang tetap sebesar kurang lebih 0,75 m. Jumlah tumbukan untuk setiap 15 cm kedua dan
ketiga dijumlahkan dan nilai ini merupakan nilai N (N Value). Nilai N,15 cm pertama
diabaikan dalam perhitungan karena dianggap tanah telah terganggu akibat pemboran.
Tabung SPT (disebut Split Barrel) dipakai untuk mendapatkan contoh tanah untuk keperluan
identifikasi dan untuk mengukur tahanan tanah yang ditembus.Hasil SPT dituangkan dalam
Bor Log. Percobaan SPT dihentikan jika dicapai nilai N lebih besar atau sama dengan 50,
berturut turut 3 (tiga) kali pengujian.
Pada pelaksanaan pengeboran, Muka Air Tanah (Ground Water Level) harus diukur pada
lubang bor, karena ketinggian muka air tanah diukur dan dicatat sebelum melanjutkan
pelaksanaan pengeboran pada pagi hari. Pengukuran GWL ini akan dituangkan dan dicatat
pada Boring Log dengan disebut sebagai MAT (Muka Air Tanah) atau GWL (Ground Water
Level).

Hal.27

Anda mungkin juga menyukai