PENDAHULUAN
2.1 Pengeboran
Pengeboran adalah proses penembusan material batuan dengan teknik
pembuatan lubang dengan kedalaman dan diameter yang telah ditentukan dalam
penambangan suatu endapan bahan galian yang keras dan kompak. Pada tambang
terbuka teknik pengeboran yang digunakan vertikal dan miring. Sedangkan pada
tambang bawah tanah teknik pengeboran mengarah pada kemajuan terowongan
yang dibuat. (Modul Diklat Juru Ledak Kelas 2, 2011).
3m 3m
3m 2,5 m
3m 3m
2,5 m
3m
2.2 Peledakan
Secara umum ledakan dapat berasal dari sebuah reaksi kimia. Reaksi
kimia dapat terjadi secara spontan kalau dua senyawa kimia bereaksi
menghasilkan senyawa kimia baru ini memiliki energi yang lebih rendah. Karena
energi selalu seimbang maka ada selisih energi yang seringkali berupa panas, pada
ledakan proses pelepasan ini begitu cepat sehingga membuat udara atau
lingkungan mengembang dengan cepat sekali yang efeknya kita amati sebagai
ledakan.
Peledakan yaitu salah satu proses pemecahan batuan induk dengan
menggunakan bahan peledak yang berkapasitas high explosive maupun low
explosive.Kegiatan peledakan yaitu suatu upaya pemberaian batuan dari batuan
induk menggunakan bahan peledak. Bahan peledak pada industri pertambangan
pada umumnya terbuat dari campuran bahan-bahan kimia, sehingga disebut bahan
peledak kimia. Definisi dari bahan peledak kimia adalah suatu bahan kimia
senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, gas atau campurannya yang
apabila diberi aksi panas, beraturan, gesekan atau ledakan awal bereaksi dengan
sangat cepat dan bersifat panas (eksotermis) yang hasil reaksinya sebagian atau
seluruhnya berbentuk gas bertekanan sangat tinggi dan bertemperatur sangat
panas. (Modul Diklat Juru Ledak Kelas XVI, 2011)
Gambar 2.3 Peledakan pojok dengan pola staggered dan sistem penyalaan
echelon (Suwandi, 2009)
3. Peledakan mengarah ke pojok dengan pola bujur sangkar, arah lemparan
batuan perbaris sesuai dengan nomor waktu tunda dari rangkaian yang
gunakan yaitu echelon. ( Gambar 2.4 )
Gambar 2.4 peledakan pojok antar baris dengan pola bujur sangkar dengan system
penyalaan echelon (Suwandi, 2009)
4. Peledakan pada bidang bebas memanjang dengan pola V-cut bujur sangkar
ini arah lemparan batuan menuju pada satu biang bebas pertama, kedua
dan selanjutnya sesuai dengan nomor waktu tunda pada rangkaian pola V-
cut. ( Gambar 2.5 )
Gambar 2.5 Peledakan pada bidang bebas memanjang dengan pola V-cut bujur
sangkar (Suwandi, 2009)
S
B
CREST
KOLOM LUBANG
T
LEDAK ( L )
S
EBA
A NG B CE )
BID EE FA
H (FR
PC
TOE
G
NJAN
N TAI JE NCH)
LA E
J OR B
(FLO
Terminologi dan simbol yang digunakan pada geometri peledakan seperti terlihat
pada Gambar 2.7 yang artinya sebagai berikut:
A. Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak dengan bidang bebas
yang panjangnya tergantung karakteristik batuan
Rumusnya
B = kb x De ft atau B = kb x De m
12 39,30
B. Spacing (S)
Spacing adalah jarak diantara lubang ledak dirangkai dalam satu baris
yang sejajar dengan bidang bebas. Jika spacing yang terlalu besar akan
menghasilkan fragmentasi yang tidak baik dan dinding akhir yang ditinggalkan
relatif tidak rata, sebaliknya bila spacing terlalu kecil dari jarak burden maka akan
mengakibatkan tekanan sekitar stemming yang lebih dan mengakibatkan gas hasil
ledakan dihamburkan ke atmosfir diikuti dengan suara bising (noise). Rumusnya :
S = ( Ks . B )
Dimana :
Ks = Spacing ratio (1.00-1.25)
B = Burden (meter)
C. Stemming (T)
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak di atas kolom isian
bahan peledak. Stemming berfungsi untuk mengurung gas peledakan. Stemming
ditentukan berdasarkan besar burden. Stemming yang terlalu pendek dapat
mengakibatkan batu terbang dan suara ledak yang keras sedangkan stemming
yang terlalu panjang akan mengakibatkan retakan kebelakang jenjang dan
bongkah disekitar dinding jenjang.
Rumusnya :
T = ( Kt . B )
Dimana :
Kt = Spacing Ratio ( 0.75 1.00 )
B = Burden (meter)
D. Subdrilling (J)
Adalah lubang ledak yang dibor sampai melebihi batas lantai jenjang
bagian bawah supaya batuan dapat meledak secara fullface dan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya tonjolan-tonjolan (toe) pada lantai jenjang lantai bagian
bawah. Tonjolan yang terjadi akan menyulitkan peledakan berikutnya dan pada
waktu pemuatan dan pengangkutan. Rumus yang digunakan adalah :
J = ( Kj . B )
Dimana :
Kj = Subdrilling Ratio ( 0,2 0,3 )
B = Burden (meter)
Dimana :
Kl = Spacing Ratio (1.5 4)
B = Burden (meter)
F. Tinggi Jenjang (H)
Secara praktis hubungan diantara lubang bor dengan ketinggian jenjang
dapat ditentukan sebagai berikut :
H=LJ
Dimana :
L = Tinggi Jenjang (meter)
H = Kedalaman Lubang Tembak (meter)
J = Subdrilling (meter)
PC = ( L T )
Dimana :
PC = Powder Coulomn (meter)
L = Kedalaman Lubang Ledak (meter)
T = Stemming (meter)
Berdasarkan geometri diatas maka dapat ditentukan beberapa data dibawah ini
seperti:
Dimana :
E = Jumlah Bahan Peledak
Pc = Tinggi Kolom isian (meter)
de = Loading density (kg/m)
N = Jumlah Lubang Ledak
V=(BxSxHxN)
Dimana :
B = Burden
S = Spacing
H = Tinggi Jenjang
N = Jumlah Lubang Ledak
()
=
Dimana :
E = Berat Bahan Peledak (kg)
W = Volume Batuan terbongkar (BCM)
PF = Powder Factor (Kg handak/ton batuan)
L. Blasting Ratio
Adalah perbandingan antara jumlah batuan yang diledakkan dengan
jumlah peledak yang digunakan.
BR = W/E
Kontrak kerja PT. Kalimantan Prima Persada dengan PT. Amanah Anugerah
Adi Mulia meliputi kegiatan pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan menuju
lokasi pengolahan melalui jalan tambang sepanjang 33 Km menuju port.
Lokasi proyek pertambangan PT Kalimantan Prima Persada terbagi menjadi
4 project, yaitu :
1. Rantau Mining Project
2. Sungai Putting Port Project
3. Amanah Mining Project
4. Binuang Mitra Bersama Project
5. Pama Adaro Hauling Project
6. Indexim Mining Project
7. BDMA ( Bara Multi Group) Mining Prioject
8. DN ( Duta Nurcahya) Mining project
9. Asmin Bara Bronang Hauling Projecy
10. TOPB Hauling Project
3.1.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah
PT. Kalimantan Prima Persada merupakan perusahaan kontraktor yang
diberikan hak pengelolaan oleh PT. Amanah Anugerah Adi Mulia. Secara
administratif lokasi pertambangan dengan PT. Amanah Anugerah Adi Mulia
masuk ke dalam Kabupaten Tanah Laut, dan kecamatan Asam Asam.
Wilayah kerja kuasa pertambangan batubara PT Amanah di kabupaten Tanah
Laut secara keseluruhan diperoleh berdasarkan keputusan Bupati Tanah Laut
berikut :
1. Nomor 545.009/PU/DPE/2001, tanggal 17 mei 2001 tentang Pemberian Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Penyelidikan Umum Batubara (KW.11 TW.I)
seluas 1.000 ha.
2. Nomor 545/57-IUP.OP/DPE/2010, tanggal 22 maret 2010 tentang
Persetujuan Perpanjangan Pertama Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi Kepada PT Amanah Anugerah Adi Mulia seluas 203,6 ha.
Lokasi IUP PT. Amanah Anugerah Adi Mulia yang secara administratif
terletak di daerah Desa Riam Adungan, Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah
Laut, Propinsi Kalimantan Selatan,berjarak sekitar 90 Km sebelah timur Ibukota
Kabupaten Kota Pelaihari dan waktu tempuh sekitar 2-3 jam serta berjarak sekitar
150 km dari Banjarmasin, ibukota Kalimantan selatan yang dapat dijangkau oleh
kendaraan roda empat maupun roda dua dari kota Banjarmasin dengan waktu
tempuh sekitar 3 - 4 jam. Total luas wilayah Kuasa Pertambangan kurang lebih
600 ha. Dimana secara Geografis terletak pada koordinat :
a. 115o 11 20 ; 3o 43 38
b. 115o 11 20 ; 3o 42 53
c. 115o 13 10 ; 3o 42 53
d. 115o 13 10 ; 3o 43 38
Gambar 1.1 Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah PT Kaliamtan Prima Persada
Curah hujan terendah sepanjang tahun 2013 terjadi pada bulan Oktober
dengan curah hujan 8.50 mm, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
februari dengan curah hujan 379.08 mm. Curah hujan sangat berpengaruh
terhadap kelancaran produksi.
Tabel 1.1 Curah Hujan per Bulan Tahun 2014 Pit KPP
Perbedaan
Kemiringan
Kelas Rafier Ketinggian
Lereng (%)
(m)
Datar -Hampir
0-2 <5
datar
Berombak 37 525
Berombak-
813 2575
Bergelombang
Bergelombang
1420 75200
- Berbukit
Berbukit -
2155 200500
Pegunungan
Pegunungan
55-140 500-1.000
curam
Pegunungan
>140 >1.000
sangat curam
Sumber:VanZuindam,1985
B. Stratigrafi
Daerah IUP PT Amanah Anugerah Abdi Mulia termasuk ke dalam cekungan
Barito, sub cekungan Asam asam. Pada Cekungan Barito terdapat beberapa
formasi batuan sedimen pembawa batubara. Formasi batuan sedimen tertua adalah
formasi tanjung yang berumur Miosen. Menurut peta geologi Lembar
Banjarmasin, daerah Tambang penelitian termasuk ke dalam Formasi Pudak
(Kap), akan tetapi pada lokasi IUP PT Amanah Anugerah Adi Mulia termasuk
dalam formasi Tanjung
Sumber : rorygeobumi.blogspot.com
C. BatuBara
Hasil eksplorasi yang dilakukan oleh team geologis PT. Amanah Anugerah
Adi Mulia pada bulan Januari 2010 yang meliputi area dengan luasan 200 Ha,
batubara yang berjumlah 11 lapisan sebagai mana yang dijelaskan berikut ini :
a. SeamRover 1, singkapan yang ditemukan pada lokasi tambang dengan strike
ke arah timur dan kemiringan sekitar 10o 12o ke arah selatan. Seam ini
mempunyai ketebalan 0,15 0,85 meter, batubara berwarna hitam terang,
degan warna gores hitam dull,dan massif.
b. SeamRover 2, singkapan yang ditemukan pada lokasi tambang dengan strike
N 80o E/13o. Ketebalan yang tercatat sebesar 0,8 1,58 meter dengan sisipan
parting setebal 10 cm pada 1,10 meter dari bagian roof lapisan. Batubara
berwarna hitam mengkilap, warna gores hitam, dan massif.
c. SeamRover 3, singkapan ditemukan dilokasi tambang dengan sifat yang
serupa dengan sifat singkapan yang sebelumnya. Ketebalan batubara 0,25
1,4 meter dan dispot-spot tertentu terindikasi teroksidasi besi.
d. SeamRover 4, singkapan ditemukan dilokasi tambang dengan strike N 80o
E/13o, ketebalan antara 0,3 0,7 meter, berwarna hitam kusam hingga terang,
warna gores hitam, bagian atas tertutupi parting 10 14 cm berupa lempung
karbonan.
e. SeamMiddle 30, singkapan ditemukan dilokasi tambang dengan strike N 210o
E/60o dengan ketebalan 0,35 0,7 meter.
f. SeamMiddle 50, singkapan ditemukan dilokasi tambang dengan ketebalan 0,3
1,05 meter.
g. SeamMiddle 2,5, singkapan ditemukan dilokasi tambang dengan strike N 72o
E/13o dan ketebalan 2,5 3,05 meter.
h. SeamLower 30, singkapan ditemukan dilokasi tambang dengan strike N 68o
E/14o dan ketebalan 0,3 0,45 meter.
i. SeamLower 1, singkapan ditemukan dilokasi tambang dengan strike N 70o
E/10o dan ketebalan 0,3 1,5 meter.
j. SeamLower 2, singkapan ditemukan dilokasi tambang dengan strike N 68o
E/14o dan ketebalan 1,6 2,1 meter.
k. SeamLower 3, singkapan tidak ditemukan dipermukaan namun diketahui dari
hasil pemboran. Seam ini terindikasi memiliki sifat yang serupa dengan seam
Lower 1 dan Lower 2.
Luas area yang dibersihkan adalah mengikuti luas bukaan tambang yakni
sekitar 26,5 26,4 ha/tahun. Dengan rencana produksi hingga tahun 2015, lahan
yang akan dibuka total seluas 147,1 ha, dimana 20,1 ha di antaranya sudah
terbuka dalam operasional penambangan selanjutnya.
Disamping itu dengan ada nya permintaan pasar untuk jenis batubara super
yang semakin tinggi dan perkembangan harga yang relatif lebih baik, maka akan
sangat memungkinkan untuk mengeksploitasi deposit dengan stripping rasio (SR)
tinggi, sehingga SR juga berubah mengikuti harga batubara. Dengan didukung
penerapan dan kemajuan teknologi pertambangan yang terus berkembang hingga
dapat menekan biaya operasional penambangan, maka jumlah cadangan ekonomis
juga dapat meningkat.
3.4 Struktur Perusahaan
a. Kantor (office)
b. Departemen produksi
c. Departemen enginering
d. Departemnen safety
e. Kantin
f. Work shop
g. Gudang bahan peledak
h. Mushola
i. Bus dan mobil sarana
Tabel 1.3 Jumlah Heavy Equipment dan sarana yang dimiliki PT. KPP jobsite
MASS
Jum
No Jenis HE
lah
1 Komatsu PC 1250 2
2 Komatsu PC 300 1
3 HD 785 5
4 HD 465 6
5 CWE 45 5
6 HINO FM 260 8
7 SANDVIK D245S 1
8 FURUKAWA 1
9 D375 1
10 D854 4
11 Komatsu PC 300 (coal) 2
12 Komatsu PC 200 (SC) 2
13 GD 705 2
14 Water Truck 4
15 Compactor 2
16 Power Lamp 10
17 Pompa MF420 1
18 Pompa MF 290 2
19 Sarana 18
20 Bus 4
Shift 1
Jadwal Kerja Keterangan Waktu (Jam)
07.00 - 12.00 Waktu Kerja 5
12.00 - 13.00 Waktu Istirahat 1
13.00 - 18.30 Waktu Kerja 5.5
Total 11.5
Shift 2
Jadwal Kerja Keterangan Waktu (Jam)
18.30 - 24.00 Waktu Kerja 5.5
24.00 - 01.00 Waktu Istirahat 1
01.00 - 07.00 Waktu Kerja 6
Total 12.5
Total Jam Kerja Shift 1 Dan Shift 2 22
Pada hari Jumat, istirahat siang dimulai dari jam 11.30-13.30 WITA,
sehingga jam kerja berkurang menjadi 21jam.
3.7 Keadaan Flora dan Fauna
Keadaan Flora daerah penambangan didominasi dengan daerah hutan dan
perkebunant yang diselimuti oleh pepohonan yang lebat
Foto 1.2 Fauna yang ada di PT Kalimantan Prima Persada jobsite MASS
3.8 Keadaan Sosial dan Budaya
Lokasi wilayah di sekitar penelitian atau daerah pertambangan PT. KPP
jobsite MASS, yang terletak secara administratif lokasi pertambangan dengan PT.
Amanah Anugerah Adi Mulia masuk ke dalam Kabupaten Tanah Laut, dan
kecamatan asam asam. Struktur sosial masyarakatnya sangat berjiwa
kekeluargaan, meskipun banyak orang- orang yang bukan asli daerah tersebut,
tetapi di daerah tersebut masyarakatnya juga sangat menjunjung erat nilai jiwa
sosial dan kebudayaan daerahnya
BAB IV
HASIL KEGIATAN LAPANGAN
4.1.4 Pengeboran
Kegiatan pengeboran yang diterapkan di lapangan PT. Kalimantan
Prima Persada jobsite MASS memakai pola zig zag staggered pattern dengan
diameter mata bor 6,73 inci (171 mm) untuk alat bor Sandvik D245S dan alat bor
JUNJIN dengan diameter mata bor 3 inci
4.2 Peledakan
Kegiatan peledakan di PT Kalimantan Prima Persada jobsite MASS
menggunakan Metode peledakan Konvensional yaitu menggunakan system
peledakan Nonel (Non-electic) Gunakan APD yang sesuai standar perusahaan.
4.2.1 Priming
Priming adalah proses pemasangan booster dengan detonator menjadi satu
bahan peledak yang di sebut bahan primer. Detonator harus selalu tersatu sebelum
di masukan ke dalam lubang ledak foto tahap selanjutnya adalah masukan primer
ke dalam lubang ledak dengan hati hati, lilit dan ikat ke batu. Cek kembali setelah
selesai priming apakah seluruh lubang telah di priming.
- Pindahkan slack dari downline pada colar dan injakan sebuah kaki di
atas downline agar tidak ikut turun kebawah.
- Pelan-pelan tuangkan atau masukan material stemming dengan cangkul
kedalam lubang ledak .
- Pindahkan atau bersihkan material yang dapat mengganggu atau
menghalangi didalam lubang.
2. METODE TIE UP
- Caranya tentukan pola rangkaian terlebih dahulu sesudah di tentukan
arahkan pertama rangkaian ke tempat inisiasi, jepit surface delay di
connectadet blok satu demi satu menurut pola yang di tentukan
3. RANGKAIAN
- Untuk melakukan rangkaian pastikan posisi surface connector menurut
rencana inisiasi.
- Setelah inisiasi di tentukan segera setelah proses perangkaian dimulai, area
peledakan tidak boleh dibiarkan tanpa pengawas. Personel yang tidak
berkepentingan tidak boleh mendekat apalagi memasuki area tanpa seizin
dari juru ledak.
- Sambungkan surface delay terlebih dahulu secara sistematis mulai dari
lubang terakhir tiap surface delay menuju ke control row sesuai di tunjuk
oleh juru ledak
- ketika surface delay sudah di selesaikan oleh juru ledak kemudian
menghubungkan control row. Juru ledak dapat menugaskan tugas ini
hanya kepada juru ledak lainnya atau asisten juru ledak.
- Pada lubang atau titik inisiasi, rekatkan connectadet dan downline bersama
sama siap untuk menerima stater detonator
4. CEK TIE UP
- Pengecekan terakhir harus di lakukan paling sedikit lebih dari 2 orang
yang kompeten.
- Pada saat pengecekan rangkaian di setiap lubang ledak, tandai dengan
menggunakan apa saja yang di letakan oleh masing masing personel yang
melakukan pengecekan.
- Control row harus benar benar di cek sebelum meninggalkan lokasi area
peledakaan
Foto 2.12 Detonator nonel dalam lubang ledak (in-hole delay) standar