Anda di halaman 1dari 35

REKAYASA PONDASI – I

PENYELIDIKAN TANAH UNTUK PONDASI (SOIL


INVESTIGATION) DAN ALAT UJI DAYA DUKUNG
TANAH

Di Susun Oleh :
NUROH NURJANAH
1934290006

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
JAKARTA 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyusun Karya Tulis yang berjudul : “PENYELIDIKAN TANAH UNTUK
PONDASI (SOIL INVESTIGATION) DAN ALAT UJI DAYA DUKUNG TANAH”.
Karya tulis ini saya susun atas dasar pemenuhan tugas mata kuliah Rekayasa Pondasi.
Saya menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kata sempurna. Saya mohon maaf
apabila dalam karya tulis ini terdapat kesalahan karena kurangnya pengetahuan saya.
Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta 6 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 4
BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Maksud dan Tujuan 6
1.3 Ruang Lingkup 7
BAB II LANDASAN TEORI 9
2.1 Penyelidikan Tanah Untuk Pondasi 9
2.2 Tahapan Penyelidikan Tanah 10
2.3 Batasan Penyelidikan Tanah 11
2.4 Metode Penyelidikan Tanah 12
2.5 Alat Uji Daya Dukung Tanah 24
BAB III PENUTUP 34
3.1 Kesimpulan 34
3.2 Saran 34
DAFTAR PUSTAKA

3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penyelidikan Tanah Lapangan 9
Gambar 2. Alat Sondir 25
Gambar 3. Uji Penetrasi Lapangan 29
Gambar 4. Penetrasi Dengan SPT 31
Gambar 5. Skema Urutan Standard Penetration Test 33

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting untuk
mendukung keberhasilan pembangunan fisik infrastruktur. Tanah merupakan
dasar pijakan terakhir untuk menerima pembebanan yang ada diatasmya. Peran
tanah yang sangat besar ini harus diketahui sifat dan karakteristik dari tanah itu
sendiri sebelum para pelaku pembangunan akan melakukan kegiatan kegiatan
pembangunan. Setiap daerah memiliki keadaan tanah yang beragam, baik dari
segi jenis tanah, daya dukung, maupun parameter lainnya dari tanah. Potensi
gempa baik tektonik maupun vulkanik juga merupakan faktor desain utama di
banyak tempat di dunia. Tentu saja hal tersebut dapat mengakibatkan daya
dukung dan parameter tanah selalu berubah setiap kali terjadi gempa bumi,
parameter tanah tersebut mencakupi sudut geser tanah dan kohesi tanah.
Penelitian yang selama ini sudah ada seperti penelitian yang dilakukan oleh
American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO), Unified Soil Classification System (USCS), menunjukkan bahwa
setiap jenis tanah memiliki parameter yang beragam dan telah digunakan
sebagai acuan diseluruh dunia. Kenyataan yang sebenarnya bahwa acuan acuan
yang diteliti oleh AASHTO dan USCS mengenai parameter tanah tidak sama
dengan pengujian data laboratorium untuk tanah di daerah Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. 1 2 Sudut geser suatu tanah dapat mempengaruhi
besarnya kekuatan geser suatu tanah, semakin besar maka apabila desain
pondasi yang direncanakan tidak dapat menahan kekuatan geser yang
disalurkan oleh tanah. Kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang
menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja
pada tanah dalam hal ini berupa gerakan lateral tanah. Penyelidikan kondisi
dibawah tanah suatu tempat merupakan pra syarat bagi perencanaan dari elemen
konstruksi bawah tanah. Perlu juga untuk mendapatkan informasi yang
mencukupi untuk desain yang ekonomis untuk sebuah proyek yang diusulkan.
Salah satu percobaan yang digunakan dalam mengetahui daya dukung suatu

5
tanah yaitu dengan menggunakan percobaan penetrasi kerucut ( Cone
Penetration Test ).
Penyelidikan tanah adalah kegiatan untuk mengetahui daya dukung dan
karateristik tanah serta kondisi geologi, seperti mengetahui susunan lapisan
tanah/sifat tanah, mengetahui kekuata lapisan tanah dalam rangka penyelidikan
tanah dasar untuk keperluan pondasi bangunan, jalan, dll, kepadatan dan daya
dukung tanah serta mengetahui sifat korosivitas tanah.
Penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui jenis pondasi yang akan
digunakan untuk konstruksi bangunan, selain itu dari hasil penyelidikan tanah
dapat ditentukan perlakuan terhadap tanah agar daya dukung dapat mendukung
konstruksi yang akan dibangun, Dari hasil penyelidikan tanah ini akan dipilih
alternatif /jenis , kedalaman serta dimensi pondasi yang paling ekonomis tetapi
masih aman. Jadi penyelidikan tanah sangat penting dan mutlak dilakukan
sebelum struktur itu mulai dikerjakan. Dengan mengetahui kondisi daya dukung
tanah kita bisa merencanakan suatu struktur yang kokoh dan tahan gempa, yang
pada akhirnya akan memberi rasa kenyamanan dan keamanan bila berada
didalam gedung. Penyelidikan tanah yang dilakukan dilapangan yaitu bisa
Sondir (DCP), Uji Boring, Uji Penetrasi Test (SPT) dan lain-lain. Dari
sampel tanah yang diambil dilapangan untuk mengetahui sifat-sifat dan
karakteristik tanah maka dilakukan uji laboratorium. dengan menggunakan
Test.
1.2 Maksud Dan Tujuan
1. Memahami tujuan dari di lakukannya penyelidikan tanah
2. Memahami fungsi dari penyelidikan tanah untuk pondasi
3. Memahami penggunaan alat dan pengaplikasiannya
4. Untuk menentukan kondisi alamiah dari lapisan-lapisan tanah dilokasi yang
ditinjau.
5. Untuk mendapatkan contoh tanah asli (undisturbed) dan tidak asli
(disturbed).
6. Untuk menentukan kedalaman lapisan tanah keras.
7. Untuk melakukan uji lapangan (in-situ field test).

6
8. Untuk mempelajari kemungkinan timbulnya masalah perilaku bangunan
yang sudah ada di sekitar lokasi yang ditinjau
9. Menentukan kapasitas daya dukung tanah
10. Mengetahui kedalaman muka air tanah.
11. Memprediksi besar kecilnya penurunan yang akan terjadi.
12. Pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk
menentukan letak-letak saluran, gorong-gorong, penentuan lokasi dan
macam bahan timbunan

1.3 Ruang Lingkup


Dalam desain struktur tanah pondasi sering dilakukan analisis stabilitas dan
perhitungan desain pondasi suatu bangunan dengan menggunakan parameter
tanah baik tegangan total maupun tegangan efektif. Parameter perlawanan
penetrasi dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya dilakukan metode
pengujian di lapangan dengan alat sondir. Penyelidikan tanah ini diharapkan
dapat memberikan gambaran yang cukup terhadap kondisi tanah di bawah
gedung yang akan di bangun. Perencanaan pembangunan gedung memiliki
beban yang bekerja pada struktur ataupun pondasi cukup berat.
Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa baik dari segi dimensi maupun
secara analitis mekanis. Setiap pondasi bangunan perlu direncanakan
berdasarkan jenis, kekuatan dan daya dukung tanah tempat berdirinya. Bagi
tanah yang stabil dan memiliki daya dukung baik, maka pondasinya juga
membutuhkan konstruksi yang sederhana. Jika tanahnya berlapis dan memiliki
daya dukung buruk, maka pondasinya juga harus lebih kompleks. Dalam
mendesain pondasi harus mempertimbangkan penurunan dan daya dukung
tanah. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan
total (keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan
diferensial (sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan
masalah bagi struktur yang didukungnya. Untuk mengurangi kelemahan dari
tanah tersebut, ada alternatif lain tanpa memperbaiki tanahnya melainkan
dengan cara pondasi berselimut. Sehingga disini pondasi didesain dengan

7
gabungan antara pondasi yang dikombinasikan dengan selimut di bawahnya.
Landasan pondasi ini adalah baja atau beton dengan selimut melingkar tipis di
pinggiran pondasi. Dengan adanya selimut di bawahnya diyakini bahwa daya
dukung pondasi akan meningkat. Penelitian ini adalah untuk menentukan daya
dukung pondasi telapak pada tanah berlapis dengan dan tanpa selimut dengan
parameter yang mempengaruhinya.

8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penyelidikan Tanah untuk pondasi (Soil Investigation)
Setiap proyek konstruksi terlebih terkait dengan proyek teknik sipil, baik besar
ataupun kecil, maka merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan survei
lapangan (site survey) dan penyelidikan tanah (soil investigation). Penyelidikan
tanah merupakan bagian integral dari proses pembangunan sebuah proyek yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik fisik tanah /
batuan di area lapangan. Soil investigation atau penyelidikan tanah atau
terkadang disebut juga investigasi geoteknik (geotechnical investigation) adalah
prosedur yang menentukan stratigrafi (studi batuan) dan sifat fisik yang relevan
dari tanah sebuah lahan/lapangan. Hal ini dilakukan untuk memastikan
substruktur tanah yang diinvestigasi, yang pada akhirnya digunakan untuk
menahan bangunan konstruksi secara aman dan berkelanjutan. Dalam kata lain,
soil investigation dilakukan di atas permukaan dan bawah permukaan yang
dimaksudkan untuk memperoleh semua informasi atau data dasar dimana akan
mempengaruhi desain dan konstruksi dari sebuah proyek. Seberapa akurat
informasi atau data yang didapat dari soil investigation sangat mempengaruhi
desain, konstruksi, biaya proyek, dan keselamatan.

Gambar 1. Penyelidikan Tanah Lapangan, Sumber: Tigasisi.com

Berdasarkan hasil laporan soil investigation maka tanah siap untuk tujuan
merancang pondasi bangunan. Ketika seorang insinyur sedang melakukan
desain pondasi bangunan maka ia harus hati-hati dalam membaca laporan
tersebut karena ia men-desain pondasi berdasarkan data yang tersedia dalam

9
laporan itu. Pekerjaan soil investigation dilakukan pada awal proyek bangunan
(tahap desain awal). Biasanya biaya soil investigation -0.1% sampai 5% dari
biaya konstruksi. Tak sedikit orang meremehkan pentingnya soil investigation
yang tepat selama fase konseptual proyek. Perlu diketahui bahwa salah satu
penyebab terbesar kegagalan sebuah bangunan pondasi
2.2 Tahapan Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah biasanya tebagi atas 3 (tiga) tahap, antara lain pengeboran
atau penggalian lubang uji, pengambilan contoh tanah, dan pengujian contoh
tanah. Pengujian pun dilakukan pada tanah terganggu (disturbed sample) dan
tanah tidak terganggu (undisturbed sample). Tanah yang diambil untuk sampel
pengujian merupakan tanah asli, yaitu bebas dari humus dan akar tumbuh-
tumbuhan.
Ketelitian dalam pengujian tanah sangat diperlukan. Terutama dalam
menentukan muka air tanah, karena data yang diperoleh untuk merencanakan
pondasi sangatlah mempengaruhi perencanaan pondasi, dan dapat
menyebabkan kesalahan dalam menganalisa stabilitas tanah.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk penyelidikan tanah yaitu dengan
lubang uji( Test-pit), Bor tangan (Hand Auger), Bor Cuci ( Wash Boring),
Penyelidikan dengan pencucian (Wash Probing), dan Bor Putar (Rotary Drill).
Penyelidikan dengan lubang uji bertujuan untuk mengetahu kondisi lapisan
tanah dengan teliti. Cara ini memungkinkan untuk mengidentifikasi tanah
secara langsung, mengetahui dengan jelas kepadatan dan kondisi air tanah di
lapangan. Pengujian lubang uji biasanya dilakukan pada tempat-tempat penting
suatu bangunan, seperti pada letak kolom.
Bor tangan adalah pengujian sederhana dan relatif mudah dilakukan.
Penyelidikan dengan bor tangan sering digunakan pada proyek pembangunan
jalan raya, rel kereta apai, dan lapangan terbanga. Namun alat ini tidak dapat
dilakukan pada tanah pasir. Bor tangan dapat digunakan untuk penyelidikan
maksimum mencapai kedalaman 10 meter.
Bor cuci dilakukan dengan penyemprotkan air sambil memutar-mutar pipa
selubung. Alat ini digunakan untuk mengambil sampel terganggu, dan tidak

10
dapat digunakan pada jenis tanah berbatuan. Penyelidikan dengan pencucian
pada dasarnya sama dengan bor cuci, namun tujuannya adalah untuk
mengetahui pertemuan antara tanah lunak dengan tanah padat. Penyelidikan
seperti ini sering dilakuakan pada proyek pembangunan pelabuhan.
Bor putar atau alat yang sering disebut rotary drill ini dapat digunakan pada
jenis tanah apa saja. Alat ini dapat menyelidiki tanah padat dan berbatu hingga
kedalaman 40 meter. Alat ini juga dapat digunakan pada tanah berpasir. Cara
kerja alat ini yaitu dapat digunakan dengan tanpa menggunakan pipa selubung
(casing).
Tahapan lainnya dari penyelidikan tanah antara lain :
1. Penyelidikan awal : jarak titik 100 s/d 200m untuk tanah normal dan 50 s/d
100m untuk tanah lunak.
2. Penyelidikan detil : jarak titik 15 s/d 25m untuk bangunan persegi dan 25
s/d 50m untuk konstruksi memanjang.
3. Minimum titik penyelidikan pada tahap detil : 3 sampai 5 lokasi diatur pada
pola teratur.
4. Selalu tempatkan titik penyelidikan pada posisi bangunan yang berat dan
penting.
5. Sifat-sifat tanah dapat diperoleh dari uji coba didalam lubang bor atau
melalui uji laboratorium pada contoh tanah yang diperoleh dari
pengeboran.Pengeboran untuk penyelidikan tanah harus dilakukan dengan
hati-hati dan sedapat mungkin menjaga struktur asli tanah. Hasil uji didalam
bor dan uji laboratorium sangat tergantung dari kwalitas lubang bor atau
contoh tanah yang diperoleh.
2.3 Batasan Penyelidikan Tanah
Batasan penyelidikan tanah tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
1. Jenis Tanah Pendukung.
2. Variasi Lapisan Tanah.
3. Kondisi Air Tanah.
4. Jenis Proyek.
5. Informasi Lain yang tersedia.

11
Penyelidikan tanah yang lebih teliti dibutuhkan apabila :
1. Lapisan Tanah Pendukung Sangat Bervariasi.
2. Bangunan yang penting dan besar.
3. Bangunan yang memberi dampak lingkungan besar bila terjadi kegagalan
pondasi.
4. Tidak terdapat informasi awal pada lokasi proyek.

2.4 Metode Penyelidikan Tanah Yang Dipergunakan:


1. Pemboran ("drilling")

2. Sumur Percobaan ("Test Pits")

3. Pengambilan contoh tanah("sampling")

4. Percobaan penetrasi ("Penetration Test")

5. Vane test.

1. PEMBORAN (Drilling)

Lubang-lubang bor (boreholes) hampir selalu merupakan bagian yang utama

dari setiap penyelidikan tanah. Ada bermacam-macam jalan untuk membuat

lubang-lubang bor, yang prinsip-prinsipnya dapat diutarakan sebagai

berikut:

a. Bor Tangan (Hand Bores).

Bor tangan mempergunakan berbagai macam "auger" pada ujung bagian

bawah dari serangkaian setang-setang (rods) bor. Bagian atas dari

rangkaian stang bor ini mempunyai tangkai (handle) yang dipakai untuk

memutar alat tersebut. Dalam beberapa hal sering dipakai tripod (kaki

12
tiga) dengan katrol dan tali yang dipakai untuk mencabut kembali stang-

stang dan auger-nya dari lubang bor tersebut. Dengan mempergunakan

tripod pemboran tangan mungkin dapat mencapai kedalaman sampai 15

meter. Tanpa menggunakan tripod biasanya pemboran-tangan hanya

mencapai kedalaman 8 sampai 10 meter. Bor tangan hanya dapat

dilakukan dalam bahan-bahan yang cukup lunak, terutama dalam

lempung lunak (soft clay) sampai teguh) firm clay).

Adalah tidak mungkin untuk melakukan pemboran tangan dalam batuan

lunak (soft rock) atau dalam kerikil padat (dense gravel) dan sebagainya.

Gambar L.1 menunjukkan bermacam-macam auger yang dipakai untuk

melakukan pemboran- tangan. Auger type "iwan" adalah yang paling

umum.

Casing tidak biasa dipakai dalam pemboran-tangan, tetapi dapat juga

dipakai bila dipandang perlu. Misalnya untuk pemboran dalam bahan-

bahan yang amat lunak atau bahan-bahan yang lepas, yang akan

mengalami keruntuhan, bila kita tidak menggunakan casing. Juga

apabila muka-air-tanah (water table) di tempat tersebut amat tinggi, kita

memerlukan pemakaian casing.

b. Pemboran dengan mesin (Machine Drilling)

Motor penggerak alat bor pada umumnya terdiri dari bagian-bagian

berikut :

Alat yang dapat memutar stang-stang bor dengan kecepatan yang bisa

di- tur, dan dapat memberikan gaya ke bawah.

13
Pompa. untuk memompakan air pencuci (wash water) ke bawah, melalui

bagian dalam stang bor.

Roda pemutar (winches) dan derrick atau tripod untuk menaik dan

menurunkan stang-stang dan alat-alat bor ke dalam lubang.

Ada bermacam-macam alat bor (tools) yang dapat dipasang pada ujung

ke bel roda pemutar atau stang-stang bor. Dalam setiap hal, macam alat

yang dipergunakan disesuaikan dengan macam tanah dan maksud

pembuatan lubang bor tersebut. Cara-cara, dan macam alat-alat yang

dipakai pada penggunaan alat-alat bor dengan motor penggerak, dapat

diutarakan secara ringkas seperti berikut :

c. Pemboran tumbuk (Percussion Drilling).

Pemboran-tumbuk dilakukan dengan memakai bermacarn-macam auger

dan alat-alat yang biasanya dikenal sebagai "cable tools". "Cable tools"

ini diikatkan pada ujung kabel dan diturunkan atau dijatuhkan ke bawah

ke dalam lubang bor dengan memakai roda pemutar dan tripod atau

derrick. Pemboran tumbuk biasanya dilakukan terhadap kerikil (gravels)

dan pasir (sands) di mana tidak mungkin dipakai auger atau core barrels.

d. Pemboran dengan air (Wash Boring).

Dalam bahan-bahan lunak atau yang lepas, kadang-kadang dilakukan

wash boring. Dalam hal ini, air dipompakan ke bawah melalui stang-

stang bor ke alat pemotong (cutting tools) atau pahat pemotong (cutting

bit), dan air pemboran ini mengangkut potongan-potongan atau

hancuran tanah tersebut kembali keatas permukaan tanah. Bahan-bahan

14
-yang didapatkan ini bercampur dengan air, dan hal ini tidak

memungkinkan kita untuk mendapatkan-keterangan-keterangan yang

dapat dipercaya tentang keadaan asli dari hahan-bahan tersebut di dalam

tanah. Karena itu, wash boring tidak dianjurkan untuk dilakukan

manakala kita membutuhkan catatan-catatan yang tepat mengenai

bahan-bahan yang dibor tersebut.

e. Flight Auger dan Core Cutters.

Untuk pemboran menembus bahan-bahan yang lunak atau bahan yang

lepas, seperti lempung lanau (silt), dan pasir kelanauan (silty sands),

dipakai bermacam- macam flight auger dan core cutters. Flight auger

teristimewa baik dipakai bilamana dibutuhkan kemajuan yang cepat.

Walaupun tanah didapatkan tidak asli (disturbed), tetapi tanah tersebut

masih menunjukkan kadar air sebagaimana aslinya, karena pada

pemboran tersebut tidak dipakai pengaliran air. Core cutters dapat

dipakai untuk mendapatkan inti (core) yang sambung-menyambung dan

dalam keadaan hampir asli (undisturbed). Dalam bahan yang lunak core

cutter dapat dengan mudah ditekan langsung kedalam tanah tanpa

diputar. Dalam bahan- bahan yang lebih keras mungkin kedua-duanya

harus dilakukan, yaitu dalam waktu yang bersamaan harus ditekan

sambil diputar.

2. SUMUR - SUMUR PERCOBAAN ( Trial Pits)

Sumur-sumur percobaan (trial pits) atau sumur-sumur penyelidikan adalah

lubang-lubang hasil penggalian dengan tangan dengan ukuran diameter kira-

15
kira 1 sampai 1,5 meter, ini dapat dilakukan, sampai suatu kedalaman

tertentu, asalkan kohesi bahan yang digali masih memungkinkan, dan

permukaan air tanah di tempat tersebut masih lebih dalam daripada dasar

penggalian.

Dalam lapisan yang sangat tidak rembes air (impermeable) mungkin kita

dapat menggali sampai di bawah ketinggian muka air tanah setempat.

Lubang-lubang percobaan mempunyai keuntungan, yaitu bahwa lubang-

lubang ini akan bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang susunan

lapisan tanah, dan juga kita dapat mengambil contoh yang berupa potongan-

potongan yang besar dari dasar atau dinding lubang galian tersebut.

Tujuan utama dari pembuatan lobang bor dan penggalian sumur percobaan

ini adalah untuk mengetahui apa sajakah jenis tanah yang ada, dan berapa

tebal dari bermacam lapisan tanah yang dijumpai tersebut. Sambil

melakukan pengeboran atau penggalian, dibuat catatan yang teliti tentang

lapisan-lapisan yang dijumpai.

Catatan ini sebaiknya dibuat oleh orang yang terlatih dan berpengalaman

dalam cara-cara pembuatan catatan hasil pemboran (soil logging).

3. PENGAMBILAN CONTOH TANAH ( Soil Sampling ).

Sebagai lanjutan dari catatan-catatan yang teliti tentang lapisan-lapisan

tanah ini, biasanya kita perlu melakukan penyelidikan-penyelidikan lanjutan

mengenai sifat-sifat dari lapisan tersebut, misalnya mengenai kadar airnya

(water content), kekuatan (strength), daya rembesan air, dan sebagainya.

Penyelidikan ini biasanya dilakukan di laboratorium, dan untuk kepentingan

16
ini kita perlu mendapatkan contoh dari lubang bor atau lubang-lubang

percobaan, dan membawanya kembali ke laboratorium.

Contoh-contoh ini ada dua macam, contoh tidak asli (disturbed) dan contoh

asli (undisturbed).

a. Contoh tidak asli (Disturbed Samples).

Contoh tidak asli diambil tanpa adanya usaha usaha yang dilakukan

untuk melindungi struktur asli dari tanah tersebut. Contoh-contoh ini

biasanya dibawa ke laboratorium dalam tempat tertutup (kaleng atau

kantong plastik) sehingga kadar airnya tidak akan berubah. Bilamana

tidak ada kebutuhan untuk mempertahankan contoh-contoh tersebut

pada kadar airnya yang asli, maka contoh-contoh ini dapat diambil

terbuka. Contoh tidak asli ini dapat dipakai untuk segala penyelidikan

yang tidak memerlukan contoh asli (undistrubed samples), seperti

ukuran butiran, Batas-batas Atterberg, pemadatan, berat jenis dan

sebagainya.

b. Contoh asli (Undisturbed Samples).

Contoh asli adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat-sifat asli

dari tanah yang ada padanya. Contoh-contoh ini tidak mengalami

perubahan dalam struktur, kadar air (water content), atau susunan kimia.

Contoh yang benar-benar asli (truly undistrubed samples) tidaklah

mungkin diperoleh, akan tetapi dengan teknik pelaksanaan sebagaimana

mestinya dan cara pengamatan yang tepat, maka kerusakan-kerusakan

terhadap contoh bisa dibatasi sekecil mungkin. Contoh asli dapat

17
diambil dengan memakai tabung-tabung contoh (sample tubes), core

barrels, atau dengan mengambilnya secara langsung dengan tangan,

sebagai contoh dalam bentuk bongkah-bongkah (block samples).

c. Tabung Contoh (Sample Tubes)

Alat ini berupa silinder berdinding tipis yang disambung dengan stang-

stang bor dengan suatu alat yang disebut pemegang tabung contoh

(sample tube holding device). Alat ini terutama dipakai untuk lempung,

yang lunak sampai yang sedang. Tabung contoh ini dimasukkan ke

dalam dasar lubang bor, dan kemudian ditekan atau dipukul kedalam

tanah asli yang akan diambil contohnya pada dasar lubang bor. Tabung-

tabung contoh yang biasanya dipakai di sini mempunyai diameter dalam

antara 6 sampai 7 cm.

d. Derajat kerusakan contoh-contoh tanah yang diambil dengan

menggunakan tabung-tabung contoh ini tergantung pada beberapa hal

berikut :

Keadaan dan ukuran tabung contoh.

Tebal dinding harus setipis mungkin.

Perbandingan luasnya jangan lebih dari 10%, yaitu :

(D0 2 – D1 2 )/ D1 2 < 10%

Di mana D1 = diameter dalam tabung, D0 = diameter luar tabung

Permukaan dalam dan luar dari tabung harus licin.

Ujung-pemotong tabung harus cukup terpelihara, serta mempunyai

bentuk dan ukuran tertentu.

18
Cara Pelaksanaan.

Tabung dan contoh sebaiknya ditekan kedalam tanah secara langsung,

dan jangan dipukul. Ini biasanya hanya mungkin bila tersedia alat bor

mesin (drilling rig).

Cara membuat dan membersihkan lubang bor.

Tanah pada dasar lubang bor harus betul-betul asli, dan sebelum tabung

dimasukkan, kotoran-kotoran serta lumpur yang ada harus terlebih

dahulu dikeluarkan dari lubang bor.

Setelah tabung contoh ditekan ke dalam tanah, hendaknya dibiarkan

dulu selama beberapa menit, dengan maksud untuk memberi

kesempatan bagi terjadinya pelekatan antara tanah dengan permukaan

dinding tabung. Kemudian tabung contoh ini diputar kira-kira 180°,

untuk memotong tanah pada dasar tabung, sebelum mencabutnya

kembali. Setelah contoh diambil dari lubang bor, kemudian tabung

contoh tersebut ditutup dengan parafin pada kedua ujungnya, untuk

mencegah terjadinya pengeringan, dan kemudian dibawa ke

laboratorium untuk diselidiki.

4. PERCOBAAN PENETRASI ( Penetration Test ).

Dengan menekan atau memukul berbagai macam alat ke dalam tanah, dan

mengukur besarnya gaya atau jumlah pukulan yang diperlukan, kita dapat

menentukan dalamnya berbagai lapisan yang berbeda, dan mendapatkan

indikasi mengenai kekuatannya. Penyelidikan semacam ini disebut

percobaan penetrasi, dan alat yang dipakai disebut penetrometer. Karena hai

19
ini tidak memberikan keterangan- keterangan tentang jenis tanah, maka

dalam pemakaiannya sebaiknya selalu dihubungkan dengan lubang bor.

Panyelidikan semacam ini terutama dipakai untuk mendapatkan keterangan

pada titik-titik atau tempat-tempat di antara lubang-lubang bor.

Penetrometer dapat dibagi menjadi dua macam utama, yaitu p penampang

10 cm2, dan untuk kedua macam ini ujung ditekan ke bawah dengan suatu

rangkaian stang dalam dan casing luar. Pada macam standard, yang diukur

hanya perlawanan ujung (nilai konis). Ini dilakukan dengan menekan hanya

pada stang dalam, yang segera akan menekan konis tersebut ke bawah.

Seluruh tabung luar tinggal diam. Gaya yang dibutuhkan untuk menekan

kerucut tersebut ke bawah diukur dengan suatu alat pengukur (gauge) yang

ditempatkan pada kerangka dongkrak dipermukaan tanah. Setelah

pengukuran dilakukan, konis, stang-stang dan casing luar dimajukan sampai

ke titik (kedalaman) di mana pengukuran berikutnya dilakukan dengan

hanya menekan casing luarnya saja. Hal ini secara otomatis akan

mengembalikan konis tersebut pada posisi yang siap untuk pengukuran

berikutnya.

Pada penggunaan macam "friction sleeve", nilai konis dan hambatan pelekat

kedua-duanya diukur. Ini dilakukan dengan menekan stang dalam seperti

yang telah diterangkan dimuka. Pada permulaan hanya konis yang ditekan

ke bawah, dan dengan demikian hanya nilai konis yang diukur. Bila konis

telah digerakkan sejauh 4 cm maka dengan sendirinya ia akan mengait

"friction sleeve", dan konis beserta friction sleeve kemudian ditekankan ke

20
bawah bersama-sama sedalam 4 cm. Jadi nilai konis dan hambatan pelekat

diukur bersama-sama. Nilai hambatan pelekat didapatkan kemudian dengan

mengurangkan besarnya nilai konis dari nilai jumlah keseluruhan.

Kemudian dengan menekan hanya casing (selubung) luarnya saja, konis,

friction sleeve, dan stang-stang secara keseluruhan akan tertekan ke bawah

samppai suatu kedalaman dimana dilakukan pembacaan berikutnya. Hal ini

secara otomatis akan mengembalikan konis dan friction sleeve pada posisi

yang siap untuk pengukuran berikutnya. Pembacaan biasanya dilakukan

setiap 20 cm.

Dengan alat sondir adalah mungkin untuk mencapai kedalaman 30 meter

atau lebih, bila tanah yang diselidiki benar-benar lunak. Ada dua macam

kerangka yang dipakai untuk menekan stang-siang ke bawah, yaitu alat yang

setengah-berat (medium weight) dan alat yang berat (heavyweight device).

Alat yang setengah berat dapat dipakai untuk pengukuran nilai konis sampai

150 kg/cm2. Alat yang berat dapat mengukur besaran sampai 400

kg/cm2.Nilai konis digambar dalam kg/cm2 dan hambatan pelekat (skin

friction) digambar sebagai jumlah untuk kedalaman yang bersangkutan per

cm keliling, yaitu dalam kg/cm. Hambatan pelekat setempat kemudian

diperoleh dari kemiringan (gradien) dari kurva ini terhadap sumbu vertikal.

Hasil alat sondor memberikan gambaran yang baik mengenai kondisi tanah,

walaupun tidak memberikan keterangan mengenai terdiri dari apa sajakah

tanah tersebut.

21
Dalam hal ini adalah mungkin untuk sekalian menentukan secara tepat

kedalaman dari bermacam-macam lapisan tanah yang dijumpai dengan alat

tersebut.

Alat sondir ini sangat cocok untuk keadaan di Indonesia, karena di sini ter-

dapat banyak lapisan lempung yang dalam dengan kekuatan yang rendah

sehingga tidak sulit ditembus dengan alat ini.

Sebaiknya dapat dimengerti dengan jelas bahwa nilai konis yang diperoleh

dengan alat sondir ini tidak dapat disamakan dengan daya dukung tanah

yang bersangkutan, Nilai konis merupakan suatu angka empiris, yang

mungkin dapat dihubungkan secara empiris dengan sifat-sifat lain daripada

tanah tersebut. Misalnya nilai sondir pada lapisan pasir dapat dipakai

sebagai petunjuk mengenai kepadatan relatif (relative density) pasir

tersebut.

Standard Penetration Test

Percobaan ini adalah suatu macam percobaan dinamis yang berasal dari

Amerika Serikat. Suatu alat yang dinamakan "split spoon sampler"

dimasukkan ke dalam tanah pada dasar lubang bor dengan memakai suatu

beban penumbuk (drive weight) seberat 140 pound (63 kg) yang dijatuhkan

dari ketinggian 30 in (75 cm). Setelah "split spoon" ini dimasukkan 6 ini.

(15 cm) jumlah pukulan ditentukan untuk memasukannya 12 in. (30 cm.)

berikutnya. Jumlah pukulan ini disebut nilai N (N number or N value)

dengan satuan pukulan/kaki (blows per foot). Setelah percobaan selesai,

split spoon dikeluarkan dari lubang bor dan dibuka untuk mengambil contoh

22
tanah yang tertahan di dalamnya. Contoh ini dapat dipakai untuk percobaan

klasifikasi semacam Batas Atterberg dan ukuran butir, tetapi kurang sesuai

untuk percobaan lain karena diameter terlampau kecil dan tidak dapat

dianggap sungguh-sungguh asli.

Nilai "N" yang diperoleh dengan percobaan Standard Penetration Test dapat

dihubungkan secara empiris dengan beberapa sifat lain daripada tanah yang

bersangkutan. Hubungan-hubungan semacam ini dapat dilihat dalam buku

Soil Mechanic in Engineering Practice oleh Terzaghi dan Peck.

Umumnya hasil percobaan penetrasi statis seperti alat sondir lebih dapat

dipercaya daripada hasil percobaan dinamis seperti Standard Penetration

Test.

5. VANE TEST.

Percobaan yang disebut vane test adalah suatu cara untuk mengukur kekuat-

an geser setempat pada tanah yang berbutir halus, yaitu lempung atau lanau.

Alat vane dipasang pada ujung stang-stang bor dan ditekan supaya masuk

ke dalam tanah pada dasar lubang bor. Setelah dimasukkan, vane diputar

sehingga terjadi pergeseran pada suatu bidang tanah yang berbentuk

silinder.

Dengan alat pengukur ini kita dapat menentukan momen torsi yang bekerja

pada saat terjadi keruntuhan (failure). Dari momen torsi ini kita dapat

menentukan kekuatan geser dari tanah yang diperiksa, yaitu kekuatan geser

"undrained".

23
Momen torsi dapat ditentukan dengan menghitung momen perlawanan dari

kekuatan geser tanah, yaitu : Alat vane ini sangat baik untuk menentukan

kekuatan geser pada lapisan lempung yang lunak, karena pengambilan

contoh asli dari tanah semacam ini sering sangat sulit.

2.5 Alat Uji Daya Dukung Tanah


Alat uji tanah merupakan alat-alat uji yang digunakan untuk menguji kualitas
tanah, seberapa baik tanah digunakan untuk lahan pertanian, perkebunan,
bangunan, jalan, jembatan dan berbagai aplikasi yang
membutuhkan monitoring dan pengukuran kualitas tanah. Pengukuran yang
bisa dilakukan meliputi mengukur daya dukung tanah, kepadatan tanah,
temperatur tanah, kelembaban tanah, kandungan unsur hara dalam tanah,
kandungan air dalam tanah, dll.
Dalam tahap pembangunan suatu struktur bangunan dibutuhkan data besaran
daya dukung tanah dalam menerima beban. Daya dukung tanah perlu
diketahui untuk menghitung dan merencanakan dimensi podasi yang dapat
mendukung beban struktur yang akan dibangun. Apabila daya dukung tanah
tidak mampu menerima beban dari struktur yang direncanakan, dengan data
daya dukung tanah yang telah diketahui kita dapat melakukan
perlakuan tertentu agar nilai daya dukung tanah dapat mencapai nilai yang
diinginkan. Contoh alat daya dukung tanah yang populer digunakan:
1. SONDIR
Sondir adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus.
Sondir ada dua macam, yang pertama adalah sondir ringan dengan kapasitas
0-250 kg/cm² dan yang kedua adalah sondir berat dengan kapasitas 0-600
kg/cm². Jenis tanah yang cocok disondir dengan alat ini adalah tanah yang
tidak banyak mengandung batu.

24
Gambar 2. Alat Sondir
Dalam proses perijinan bangunan (IMB) pada bangunan tinggi, 3 lantai
keatas, terdapat persyaratan uji sondir sebagai salah satu syarat penting
dalam pemenuhan syarat teknis bangunan. Pengujian sondir merupakan
salah satu pengujian penetrasi yang bertujuan untuk mengetahui daya
dukung tanah pada setiap lapisan serta mengetahui kedalaman lapisan
pendukung yaitu lapisan tanah keras. Hal ini dimaksudkan agar dalam
mendesain Pondasi yang akan digunakan sebagai penyokong kolom
bangunan diatasnya memiliki faktor Keamanan (safety factor) yang tinggi
sehingga bangunan diatasnya tetap kuat dan tidak mengalami penurunan
atau settlement yang dapat membahayakan dari sisi keselamatan akan
bangunan dan penghuni didalamnya.
Banyak terjadi kegagalan struktur (bangunan roboh/ runtuh) akibat tidak
diperhatikan pentingnya Pengujian Soil Test ini, untuk itu sangat di
sarankan untuk melakukan pengujian tanah (sondir) ini, sehingga dapat
didesain jenis pondasi yang aman dan efektif sesuai dengan karakteristik
tanah dari bangunan yang akan dibangun.
Sondir adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus.
Biasanya dipakai adalah bi-conus type Begemann yang dilengkapi dengan
selimut/jacket untuk mengukur hambatan pelekat lokal (side friction)
dengan dimensi sbb :
• Sudut kerucut conus : 60’
• Luas penampang conus : 10.00cm2\
• Luas selimut/jacket : 150cm2.

25
Dalam uji sondir, stang alat ini ditekan ke dalam tanah dan kemudian
perlawanan tanah terhadap ujung sondir (tahanan ujung) dan gesekan pada
silimur silinder diukur. Alat ini telah lama di Indonesia dan telah digunakan
hampir pada setiap penyelidikan tanah pada pekerjaan teknik sipil karena
relatif mudah pemakaiannya, cepat dan amat ekonomis. Alat uji sondir ini
merupakan representase atau model dari pondasi tiang dalam skala kecil.
Teknik pendugan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan suatu batang
telah lama dipraktekan sejak zaman dulu. Versi mula-mula dari teknik
pendugaan ini telah dikembangkan di Swedia pada tahun 1917 oleh Swedish
State Railways dan kemudian oleh Danish Railways tahun 1927. Karena
kondisi tanah lembek dan banyaknya penggunaan pondasi tiang, pada tahun
1934 orang-orang Belanda memperkenalkan alat sondir sebagaimana yang
kita kenal sekarang (Barentseen, 1936).
Metode ini kemudian dikenal dengan berbagai nama seperti: “Static
Penetration Test” atau , Duch Cone Static Penetration Test dan secara
singkat disebut sounding saja yang berarti pendugaan. Di Indonesia
kemudian dinamakan sondir yang diambil dari bahasa Belanda. Uji sondir
saat ini merupakan salah satu uji lapangan yang telah diterima oleh para
praktisi dan pakar geoteknik. Uji sondir ini telah menunjukkan manfaat
untuk pendugaan profil atau pelapisan (stratifikasi) tanah terhadap
kedalaman karena jenis perilaku tanah telah dapat diindentifikasi dari
kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimutnya. Besaran
penting yg diukur pada uji sondir adalah perlawanan ujung yg diambil
sebagai gaya penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir (qc).
Besarnya gaya ini seringkali menunjukkan identifikasi dari jenis tanah dan
konsistensinya. Pada tanah pasiran, tahanan ujung jauh lebih besar daripada
tanah butiran halus. Apa hubungan kuat dukung tanah dengan data sondir
(qc). Anda dapat melihat hubungan nilai tahanan konus (qc) terhadap
konsistensi tanah, sebagai berikut:
• tanah yang sangat lunak nilai qc < 5 kg/cm2,
• lunak 5-10 kg/cm2,

26
• teguh 10-20 kg/cm2,
• kenyal 20-40 kg/cm2,
• sangat kenyal 40-80 kg/cm2,
• keras 80-150 kg/cm2, dan
• sangat keras > 150 kg/cm2.
Pelaksanaan test sondir ini mengacu pada prosedur ASTM.D.3441, dimana
nilai perlawanan conus (qc) dan nilai hambatan pelekat lokal atau side
friction (fs) diamati setiap interval kedalaman 20cm dengan kecepatan
penetrasi saat pembacaan nilai qc dan fs, diusahakan konstan yaitu kurang
lebih 2cm/detik. Test ini dilaksanakan hingga mencapai kemampuan
maksimum alat, yakni nilai tekanan total atau qc = 250kg/cm2 atau hingga
mencapai kedalaman maksimum dibawah permukaan tanah setempat. Hasil
test sondir ini disajikan berupa diagram atau grafik hubungan antara
kedalamaan dengan qc, fs, total friction dan friction ratio.
Boring Test :
Adalah pekerjaan pengambilan sample tanah asli untuk mengetahui kondisi
tanah perlayer dan jika dimungkin sampai ke tanah keras. Dalam boring ini
sekaligus dilakukan dengan SPT (standard penetration test) disetiap interval
2,0m. Hal ini mengacu sesuai dengan prosedur ASTM D.1586, dengan
berat hammer adalah 63,5kg dan tinggi jatuh bebas hammer adalah 76cm.
Biasanya untuk pelaksanaan test digunakan Hammer Otomatis. Contoh
tanah yang diperoleh dari tabung SPT, dimasukan dalam kantong plastik
dan diberi label nama sesuai dengan nilai/jumlah pukulan, kedalaman dan
nomor bornya. Contoh tanah yang diperoleh dari SPT tsb bisa digunakan
untuk visual description maupun test laboratorium bila diperlukan.
Dalam Uji Laboratorium atas contoh tanah yang di peroleh dari pemboran
meliputi antara lain :
1. Index Properties
• Water Content : Perbandingan berat kandungan air terhadap
berat tanah kering dinyatakan dalam persen.

27
• Wet Density : Nilai berat isi tanah (basah) yaitu perbandingan
anatar berat tanah lembab asli per sartuan volume, dalam gr/cm3.
• Dry Density : Nilai isi tanah (kering) yaitu perbandingan anatar
berat tanah kering per satuan volume, dalam gr/cm3.
• Specific Gravity (ASTM.D854) : Nilai berat jenis butiran.
• Degree of Saturation : Derajat kejenuhan tanah yaitu prosentase
berat air yang mengisi rongga atau pori-pori dalam persen.
• Atterberg Limits (ASTM D.4318) : Batas Cair (liquid limit),
batas Plastis (plastic limit), dan indeks plastis (plasticity index).
Dari test ini juga bisa diketahui clasifikasi tanah berdasarkan
ketentuan USCS (unified soil classification system).
2. Enginerring Properties
• Unconfined Compression (ASTM D.2166) : diperoleh nilai daya
dukung tanah dalam keadaan tanpa tekanan samping (uncofined)
yang dinyatakan dalam satuan kg/cm2.
• Triaxial UU Test (ASTM D.2850) : Bertujuan untuk
mendapatkan nilai kohesi c (kg/cm2). Dan sudut gelincir dalam
atau internal friction angel tanpa tekanan pori dan dengan
tekanan pori dinyatakan dalam derajat.
• Consolidation (ASTM D.2435) : untuk mendapatkan parameter
koefisien konsolidasi dan indeks konsolidasi untuk menghitung
penurunan pondasi bangunan.
Metode pelaksanaan uji laboratorium ini disesuaikan dengan Standard
ASTM untuk setiap jenis test bersangkutan. Jika lokasi bangunan berupa
tanah rawa yang cukup dalam, maka jenis pondasi yang dipilih tiada lain
adalah pondasi tiang. Pondasi tiang bisa berupa; tiang-tiang pancang (spun
pile, mini pile, dsb) atau berupa bor pile. Tiang pancang mungkin sedkit
lebih ekonomis dibandingkan dengan bor pile, akan tetapi pemilihan jenis
pondasi ini perlu mempertimbangkan efek getarannya yang dapat merusak

28
banguan di sekitarnya. Meskipun jenis pondasi bor pile lebih mahal, namun
dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan getaran atau vibrasi.

Gambar 3. Uji penetrasi lapangan

Jika Anda ingin merencanakan pondasi tiang pada tanah rawa yang cukup
dalam, sebaiknya tempatkan pada kedalaman yang nilai qc sama atau lebih
150 kg/cm2. Hal ini menunjukkan bahwa Anda telah menempatkan tiang-
tiang pondasi pada tanah keras, dengan demikian tidak perlu dikhawatirkan
lagi terjadi penurunan (settlement).
Demikian penjelasan singkat mengenai Uji Sondir dari segi teknis. Penting
kiranya bagi masyarakat yang akan mendirikan bangunan dengan
ketinggian minimal 3 lantai keatas untuk mengusahakan proses uji sondir
dalam perencanaan pondasi bangunan, serta sebagai persyaratan teknis
dalam pengajuan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
Sebab-sebab alat sondir semakin populer penggunaannya di dunia adalah :
a. Merupakan jenis uji yang cukup ekonomis dan dapat dilakukan
ulang dengan hasil yang relatif sama.

29
b. Tidak bergantung pada kesalahan operator atau kesalahan operasi
alat.
c. Perkembangan yang semakin canggih pada penggunaan sondir
listrik dan elektronik, yaitu : Batu pori untuk mengukur tekanan air
pori pada saat penetrasi sondir ke dalam tanah, Sondir dilengkapi
dengan stress cell dibagian belakang konus untuk mengukur tekanan
lateral tanah selama dan setelah penetrasi, Perambatan gelombang
pada tanah diujung konus (seismic cone) sehingga dapat
diperkirakan parameter dinamis tanah.
d. Korelasi empiris semakin baik dan andal.
e. Kebutuhan untuk pengujian di lapangan (insitu test) untuk mengatasi
tanah-tanah yang sulit diambil sampelnya seperti tanah lembek dan
tanah pasir.
Kelebihan Alat Sondir:
• Dapat dengan cepat menentukan lapisan tanah keras.
• Dapat diperkirakan perbedaan lapisan
• Dapat digunakan pada lapisan berbutir halus
Kekurangan Alat Sondir :
• Jika terdapat batuan lepas biasa memberikan indikasi lapisan keras
yang salah.
• Jika alat tidak lurus dan tidak bekerja dengan baik maka hasil yang
diperoleh bisa merugikan.
3. Uji Penetrasi Standar (Spt)
Tujuan percobaan Alat dinamis (uji SPT) yang berasal dari Amerika Serikat
adalah untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta sifat daya
dukung setiap kedalaman. Uji penetrasi standar (SPT) adalah penyelidikan
tanah dengan uji dinamis yang berasal dari Amerika Serikat. SPT adalah
metoda pengujian di lapangan dengan memasukkan (memancangkan)
sebuah Split Spoon Sampler (tabung pengambilan contoh tanah yang dapat
dibuka dalam arah memanjang) dengan diameter 50 mm dan panjang 500
mm. Split spoon sampler dimasukkan (dipancangkan) ke dalam tanah pada

30
bagian dasar dari sebuah lobang bor. Metoda SPT adalah metoda
pemancangan batang (yang memiliki ujung pemancangan) ke dalam tanah
dengan menggunakan pukulan palu dan mengukur jumlah pukulan
perkedalaman penetrasi.

Gambar 4. Penetrasi dengan SPT Sumber : SNI 4153-2008

Cara kerja alat uji SPT ini: Membuat lubang bor hingga ke kedalaman uji
SPT akan dilakukan. Suatu alat yang dinamakan ”standard split-barrel
spoon sampler” dimasukan ke dalam tanah pada dasar lubang bor dengan
memakai suatu beban penumbuk (drive weight) seberat 140 pound (63,5kg)
yang dijatuhkan pada ketinggian 30 in (762 cm). Setelah split spoon ini
dimasukkan 6 in (15 cm) jumlah pukulan ditentukan untuk memasukkannya
12 in (30 cm) berikutnya. Jumlah pukulan ini disebut nilai N (N number or
N value) dengan satuan pukulan per kaki (blows per foot). Pemboran
menunjukan “penolakan” dan pengujian diberhentikan apabila ; diperlukan
50 kali pukulan untuk setiap pertambahan 150 mm, atau telah mencapai 100
kali pukulan, atau 10 pukulan berturut-turut tidak menunjukan kemajuan.

31
Setelah percobaan selesai, split spoon dikeluarkan dari lubang bor dan
dibuka untuk mengambil contoh tanah yang tertahan didalamnya. Contoh
ini dapat dipakai untuk percobaan klasifikasi semacam batas Atterberg dan
ukuran butir, tetapi kurang sesuai untuk percobaan lain karena diameter
terlampau kecil dan tidak dapat dianggap sungguh-sungguh asli. Alat ini
sudah populer penggunaanya di dunia karena sederhana, praktis, cepat dan
dapat mengetahui jenis tanah secara langsung. Alat ini perlu distandarisasi
karena hasil yang didapat berupa nilai N (jumlah pukulan/30 Cm) sangat
bergantung pada tipe alat yang digunakan.
Faktor Penyebab SPT perlu Distandarisasi
Dengan menggunakan tipe hammer yang berbeda, ternyata mentransfer
energy yang berbeda. Dengan tipe panjang tabung (rod) yang berbeda, akan
menyebabkan pengaruh energi yang ditransfer ke batang juga berbeda.
Dengan tinggi jatuh yang berbeda akan mempengaruhi besarnya energi
hammer yang berbeda yang ditransfer ke batang. Tali yang telah lapuk dapat
mengurangi kelancaran terjadinya tinggi jatuh bebas. Penggunaan tali
hammer yang berbeda mempengaruhi perlawanan SPT.
Kegunaan Hasil Penyelidikan SPT
Kegunaan Hasil Penyelidikan SPT adalah untuk menentukan kedalaman
dan tebal masing-masing lapisan tanah, contoh tanah terganggu dapat
diperoleh untuk identifikasi jenis tanah, berbagai korelasi empiris dengan
parameter tanah dapat diperoleh dan dapat dilakukan pada semua jenis
tanah. Kelebihan penyelidikan SPT ini antara lain test ini dapat dilakukan
dengan cepat dan operasinya relatif sederhana, biaya relatif murah.
Kekurangan penyelidikan SPT ini antara lain hasil yang didapat contoh
tanah terganggu, interpretasi hasil SPT bersifat empiris dan ketergantungan
pada operator dalam menghitung.
Interpretasi N-SPT
Interpretasi hasil SPT bersifat empiris. Untuk tanah pasir, maka nilai N-SPT
mencerminkan kepadatannya yang dapat pula diprediksi besar sudut geser
dalam (φ) dan berat isi tanah (γ), kapasitas daya dukung pondasi dan

32
penurunan pondasi. Sedangkan pada tanah lempung, hasil SPT dapat
menentukan secara empiris konsistensi tanah, kapasitas daya dukung
pondasi dan penurunan pondasi. Hasil SPT pada tanah lempung ini tidak
begitu dapat diandalkan karena umumnya tanah lempung mempunyai
butiran halus dengan penetrasi yang rendah, sehingga pada tanah lempung
ditentukan berdasarkan kekuatan gesernya yang dapat diperoleh dari uji
tekan bebas (Unconfined Compression Test).

Gambar 5. Skema Urutan Standard Penetration Test Sumber : SNI 4153-2008

33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk mengetahui
karakteristik tanah yang dilakukan di lapangan atau pada lokasi yang
akandilakukan pembangunan konstruksi. Dari cara kerja dan
dilakukannya tes makaakan didapatkan nilai perlawanan konus pada
kedalaman-kedalaman tertentu, Pemeriksaan kekuatan tanah dengan
sondir, menentukan tipe atau jenis pondasiapa yang mau dipakai,
menghitung daya dukung tanah asli, dan menentukan seberapa dalam
pondasi harus diletakkan nantinya.

3.2 Saran
Penulis juga memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan aspek
geoteknis dari sebuah struktur bangunan, khususnya untuk rekan-rekan
mahasiswa teknik sipil :
1. Dalam penyelidikan tanah yang akan digunakan sebagai dasar
perancangan sebuah struktur bangunan, sebaiknya dilakukan secara
menyeluruh (Sondir, Boring, Index Properties, Atterberg Limit
hingga Consolidation Test). Hal ini tentu saja akan memberikan
gambaran yang lebih lengkap akan kondisi nyata dari suatu lapisan
tanah.
2. Pengambilan nilai-nilai yang akan digunakan dalam perancangan
struktur bawah sebuah bangunan hendaknya dipertimbangkan
dengan baik, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
3. Perancangan struktur bawah sebaiknya dilakukan dengan baik dan
tepat, karena hal ini dapat menghasilkan efisiensi biaya dan waktu.
Tetapi tentu saja harus tetap memperhatikan faktor keamanan dan
kekuatan dari struktur bawah tersebut selama umur bangunan.

34
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.itenas.ac.id/1456/5/05%20Bab%202%20222015107.pdf

https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/363/uji-sondir-soil-test-sebagai-syarat-
mutlak-dalam-perijinan-bangunan-tinggi

http://sml.sipil.ft.unand.ac.id/index.php/whats-new/tanding/30-alat-uji-daya-
dukung-tanah

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/3710/05.3%20bab%203.p
df?sequence=9&isAllowed=y#:~:text=Standard%20Penetration%20Test%20(
SPT),contoh%20terganggu%20dengan%20teknik%20penumbukan.

https://123dok.com/document/download/q5nj8egq?page=1

https://www.academia.edu/29178917/PENYELIDIKAN_TANAH

35

Anda mungkin juga menyukai