Anda di halaman 1dari 6

3.2.

3 Bendungan Berpenopang

Suatu bendungan berpenopang terdiri dari suatu membran miring yang menyalurkan beban dari
air ke serangkaian penopang yang tegak lurus terhadap sumbu bendungan. Terdapat beberapa
jenis bendungan berpenopang, yang terpenting di antaranya adalah pelat datar dan busur
berganda ( Multiple Arch ). Perbedaannya adalah bahwa pada tipe pelat datar, penahan airnya
berupa serangkaian pelat beton bertulang datar, sedangkan pada tipe busur berganda rangkaian
busur yang memungkinkan lebih renggangnya penopang-penopangnya.

Bendungan berpenopang biasanya hanya membutuhkan antara sepertiga hingga separuh jumlah
beton yang dibutuhkan untuk bendungan gaya berat yang tingginya sebanding. Tetapi tidak
berarti lebih murah, karena lebih banyaknya pekerjaan pembuatan cetakan dan penulangan yang
harus dilakukan. Karena bendungan berpenopang kurang masif dibandingkan terhadap
bendungan gaya berat, maka tekanan pondasinya akan lebih kecil, sehingga bendungan
berpenopang dapat digunakan pada pondasi yang terlalu lunakuntuk memikul bendungan gaya
berat. Bila bahan pondasinya lulus air, mungkin diperlukan suatu dinding halangan rembesan
yang menancap hingga batuan. Permukaan dapat (Hulu) bendungan berpenopang biasanya
miring kira-kira 45⁰ , sehingga bila waduknya penuh, maka komponen tegak dari gaya
hidrostatik yang bekerja pada bendungan tersebut akan menjadi besar. Hal ini akan menambah
stabilitas bendungan, baik terhadap kemungkinan tergeser maupun terguling. Bendungan pelat
berpenopang terbuat dari beton bertulang yang pertama kali dibuat di Amerika Serikat telah
dibangun oleh Nils Ambursen.

Tinggi bendungan berpenopang dapat ditambah dengan memperpanjang penopang


maupun pelat-pelatnya. Oleh karena itu, bendungan berpenopang sering digunakan bila
direncanakan adanya penambahan kapasitas waduk di kemudian hari. Bangunan-bangunan
PLTA dan pengolahan air telah diletakkan di antara penopang-penopang demi penghematan
biaya konstruksi.

3.2.3.1 Gaya-gaya yang bekerja pada bendungan berpenopang

Bendungan berpenopang dibebani oleh gaya-gaya yang sama dengan gaya-gaya pada
bendungan gaya berat dan busur. Karena miringnya permukaan depan, maka tekanan biasanya
tidaklah penting karena lapisan-lapisan es cenderung meluncur pada bendungan. Tekanan gaya
angkat total biasanya dan pada umumnya diabaikan, kecuali bila digunakan pondasi rakit (mat
foundation).
3.2.3.2 Bendungan pelat-datar berpenopang

Jarak antar penopang bervariasi sesuai dengan tinggi bendungannya, mulai dari 15 ft (5m) untuk
bendungan-bendungan yang tingginya kurang dari 50 ft (15m) hingga 50 ft(15m) untuk
bendungan-bendungan yang tingginya lebih dari 150 ft (50m). Penopang-penopang yang
dibangun rapat dapat agak kurang massif dan pelat-pelatnya lebih tipis, tetapi akan dibutuhkna
cetakan lebih banyak. Jarak antar penopang yang terbaik adalah yang akan memberikan total
biaya minimum. Sebenarnya, suatu lengkung hubungan antara biaya dan jarak penopang
biasanya cukup datar untuk kisaran jarak yang cukup luas. Balok atau diafragma beton, yang
dipasang sebagai pengaku antara penopang-penopang yang berdekatan, atau gelang-gelang beton
dapat digunakan untuk menahan melengkungnya penopang-penopang tersebut. Untuk jarak antar
penopang yang renggang, usaha-usaha ini agak boros, sehingga kadang-kadang digunakan
penopang berongga untuk meningkatkan lebar efektifnya.

3.2.3.3 Perancangan bendungan pelat datar berpenopang

Pelat, atau bagian penahan air, dirancang anggapan bahwa pelat tersebut tediri dari serangkaian
balok sejajar yang bekerja secara terpisah satu sama lain (gambar 3-17). Karena tidak
dihubungkan kepenopang secara balok balok, maka pelat tersebut hanya dirancang sebagai
balok-balok pada tumpuan biasa berdasarkan metode yang baku dalam perancangan beton
bertulang. Tebal balok dan banyaknya tulangan yang dibutuhkan akan bertambah sesuai dengan
kedalamannya dibawah permukaan air, karena masing masing balok dirancang untuk dapat
menahan komponen beban air yang tegak lurus terhadapnya.

Gambar 3.17 Unsur-unsur structural dari suatu bendungan pelat datar berpenopang
3.2.3.4 Bendungan busur berganda

Bendungan busur berganda lebih kaku daripada jenis pelat datar, sehingga memerlukan pondasi
yang lebih kokoh. Busur- busur bulat dengan tebal seragam akan paling ekonomis untuk
bentangan pendek (< 40 ft atau

-
akan menghapuskan gaya dorong mendatar antara busur-busur yang berdekatan
dan membuat perancangan penopangnya menjadi sederhana. Busur-busur untuk bendungan
busur berganda dirancang dengan cara yang sama seperti bendungan busur tunggal, tetapi
kekuatan dinding tiang pada umumnya diabaikan. Rancangan busur berganda akan paling
ekonomis untuk bendungan yang tinggi, karena pengamatan beton dan tulangan besi cukup
untuk mengimbangi peningkatan harga cetakan beton yang bersangkutan.

3.2.3.5. Berbagai jenis bendungan berpenopang

Disamping bendungan-bendungan pelat dan busur yang berpenopang, telah dibangun pula
beberapa buah bendungan berpenopang (gambar 3-18). Pada jenis ini bagian yang menahan air
diperkokoh dengan memperlebar ujung depan (hulu penopangnya) bendungan Pueblo disungai
Arkansas di Colorado tenggara yang tingginya 180 ft (55 m) dan panjangnya 1.750 ft (534 m)
dan mempunyai 32 penopang adalah satu contoh dari bendungan semacam ini. Suatu jenis lain
dari bendungan berpenopang terdiri dari suatu papan kayu yang miring dengan sudut kira kira 30
derajat terhadap bidang datar dan ditunjang oleh kerangka segitiga yang berjarak 5-15 ft (2-5 m).

3.2.3.6 Konstruksi bendungan berpenopang

Pembuangan lapisan tanah atas hingga sampai pondasi yang cocok serta penggalian parit untuk
dinding halang rembesan adalah langkah-langkah pertama dalam konstruksi bendungan
berpenopang. Kewaspadaan yang tinggi harus dijaga dalam pembuatan cetakan beton,
pengadukan dan penuangan beton, serta pemasangan tulangan besinya agar didapatkan kekuatan
dan kekedapan air yang sempurna pada penampang-penampang tipis yang digunakan pada
bendungan berpenopang. Pelat dan penopang-penopang dituang lapis demi lapis, masing-masing
lapis setinggi 12ft (3,5m) atau lebih, dengan mendahulukan penuangan penopang-penopang jauh
lebih dahulu daripada pelatnya. Sambungan kait diperlukan pada semua sambungan konstruksi.
Karena bendungan berpenopang membutuhkan beton jauh lebih sedikit daripada bendungan
gaya berat, maka waktu pelaksanaan pembuatannya biasanya lebih pendek, sehingga masalah
pengalihan aliran sungai menjadi agak sederhana.

Gambar 3.18 Penampang-penampang bendungan berpenopang-masif

3.2.4 BENDUNGAN URUGAN

Bendungan urugan (jenis urugan-tanah atau urugan-batu) menggunakan bahan-bahan alami dan
dapat dibangun dengan peralatan primitif pada keadaan di mana menggunakan bahan-bahan
bangunan lain tidak praktis. Tidaklah mengherankan bila bendungan yang dikenal paling awal
adalah bendungan urugan. Perkembangan modern dalam bidang peralatan pemindahan tanah
telah menurunkan biaya pemindahan tanah bila dibandingkan terhadap meningkatnya harga
beton akibat naiknya biaya kerja dan harga bahan. Bendungan urugan sekarang dapat bersaing
dengan bendungan beton dalam hal biaya, untuk ukuran berapa pun. Perancangan tunggal dan
pematang tanah mengikuti prinsip-prinsip yang sama seperti untuk bendungan urugan. Beberapa
buah bendungan urugan-tanah dan urugan-batu yang besar didaftar dalam table 3-5.

Tabel 3.5 Bendungan-bendungan urugan-tanah dan urugan-batu yang besar.


Berbeda dengan bendungan busur yang tinggi dan bendungan gaya berat yang membutuhkan
pondasi yang kokoh, bendungan urugan akan cukup cocok untuk pondasi tanah. Bendungan
urugan ini akan merupakan pilihan yang logis untuk tempat-tempat yang kondisi pondasinya
tidak cocok untuk bendungan beton. Tidak boleh ada anggapan bahwa konstruksi bendungan
urugan adalah pekerjaan yang sederhana dan bahwa perancangannya dapat hanya didasarkan atas
kriteria kasar. Banyaknya kegagalan akibat perancangan bendungan urugan yang buruk telah
membuktikan bahwa bendungan urugan membutuhkan keahlian teknik dalam konsep maupun
konstruksinya, sama seperti bendungan-bendungan lainnya. Konstruksi dan perancangan
bendungan urugan saling terjalin melebihi yang terjadi pada bendungan-bendungan lain;
pengamatan lapangan yang terus menerus untuk mengetahui deformasi dan tekanan air dalam
tanah sering dilakukan selama masa konstruksi untuk menilai rancangan awal. Modifikasi
perancangan yang didasarkan atas pengamatan-pengamatan ini merupakan hal yang biasa untuk
bendungan urugan yang besar.

3.2.4.1 Jenis-jenis bendungan urugan

Timbunan sederhana haruslah seluruhnya homogen, walaupun suatu selimut yang relatif kedap
air dapat diletakkan pada permukaan depan. Tanggul seringkali merupakan timbunan sederhana,
tetapi bendungan besar jarang dibangun dengan cara ini. Timbunan bersaf (gambar 3.19a)
biasanya mempunyai suatu saf tengah dari bahan pilihan yang membentuk suatu inti yang relatif
kedap air, suatu saf peralihan pada kedua permukaan inti tersebut untuk mencegah terjadinya
erosi bawah tanah (piping) melalui retak-retak yang mungkin terbentuk didalam inti, serta suatu
saf luar dari bahan yang lebih lulus air untuk stabilitasnya. Konstruksi ini sangat banyak
digunakan untuk bendugan urugan dan selalu dipilih bila terdapat bahan bahan yang cocok.
Meskipun sangat kedap air, tanah lempung mungkin bukan merupakan bahan yang terbaik untuk
inti bila penyusutan dan pemuaiannya sangat besar.

Gambar 3.19 penampang melintang suatu bendungan urugan tanah yang umum

Inti yang sangat memuaskan terbuat dari lempung yang dicampur dengan pasir dan kerikil halus.
Bendungan jenis diafragma mempunyai saf tengah yang tipis, terbuat dari beton, baja, atau kayu
yang berfungsi sebagai penyekat air, sedangkan tanah atau batu-batu disekelilingnya menunjang
stabilitasnya. Lempeng-lempeng beton yang tipis akan mudah retak akibat beban tanah yang
berbeda, sedangkan sekat air yang sempurna sulit dibuat dari kayu atau baja. Disamping itu,
diafragma tersebut haruslah dibenamkan kedalam batuan yang terdiri dari bahan yang sangat
kedap air agar tidak terjadi rembesan yang berlebihan dibawahnya. Bendungan urugan batu
dibangun diatas batuan kasar yang menunjang stabilitasnya, dengan suatu membran kedap air
pada lereng depan (hulu) tutup atau suatu inti kedap air didalam tubuh bendungan sebagai
penyekat air.

Anda mungkin juga menyukai