2 Metode konstruksi
Di waktu yang lalu, bendungan urugan dibangun dengan cara urugan hidrolik yaitu
dengan menggunakan air untuk mengangkut bahan-bahan ke tempat terakhirnya di dalam
bendungan. Karena kurang terkendalinya penempatan bahan, maka telah terjadi banyak
kegagalan pada bendungan semacam ini, sehingga pembangunan bendungan dengan cara
urugan-hidrolik tidak disarankan lagi.
Perancangan bendungan urugan meliputi penyusunan suatu bahan urugan yang cukup kedap air
dari bahan-bahan yang ada dengan biaya yang murah. Sumber bahan urugan haruslah dekat ke
tempat bendungan, karena mahalnya biaya pengangkutan dengan truk bila jaraknya jauh (karena
jumlah urugan meningkat sebanding dengan pangkat dua tingginya maka jarang dijumpai
bendungan urugan tanah yang sangat tinggi).
Perancangan struktural dari bendungan urugan adalah suatu masalah mekanika tanah
yang mencakup terjaminnya stabilitas urugan dan pondasinya, pengendalian aliran air serta
tekanan rembesan yang memadai. Rembesan melalui suatu bendungan pengendali banjir hanya
sedikit merugikan bila stabilitas urugannya tidak terganggu, tetapi suatu bendungan konservasi
haruslah sangat kedap air. Sangat sulit untuk menganalisis kemungkinan sifat urugan alamiah
didalam suatu timbunan bersaf dengan tingkat kepastian seperti yang diperoleh dalam
perancangan bendungan beton. Praktek perancangan masa kini adalah penyesuaian terhadap
bendungan-bendungan yang telah ada yang ciri-cirinya mirip dengan pemeriksaan analitis
tentang kemampuan bendungan pada kondisi-kondisi khusus. Aturan-aturan empiris sering kali
diterapkan untuk perancangan awal bendungan-bendungan besar serta untuk perancangan akhir
bendungan kecil. Jumlah material urugan untuk bendungan yang tingginya kurang dari 15 ft
(5m) adalah sedemikian kecil, sehingga faktor keamanan yang memadai dapat diperoleh biaya
yang lebih rendah.
Tinggi bendungan urugan yang dibutuhkan merupakan jarak dari pondasi hingga
permukaan air waduk pada waktu bangunan pelimpah mengalirkan air sebesar kapasitas
rencananya, ditambah dengan tinggi jagaan tertentu untuk dorongan angin. Tenaga pembekuan
es dan gerakan gempa bumi. Penelaahan tentang jebolnya bendungan urugan menunjukkan
bahwa 40% diakibatkan oleh melimpasnya air di atas mercu (overtopping) karena tidak
cukupnya tinggi jagaan atau karena kurang besarnya kapasitas bangunan pelimpah.
Lebar mercu bendungan urugan harus cukup untuk menjaga agar garis preatik, atau permukaan
atas rembesan, tetap berada didalam bendungan pada waktu waduknya penuh. Lebar mercu
bendungan yang rendah dapat pula dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan sekunder, misalnya
lebar jalan pemeliharaan minimum sebesar 10ft (3m).