Anda di halaman 1dari 3

3.2.4.

2 Metode konstruksi

Bendungan urugan umumnya dibangun dengan cara urugan digilas/dipadatkan. Prosedurnya


adalah menghamparkan lapisan-lapisan bahan setebal 6 hingga 18 inci (15 hingga 45cm) dan
memadatkannya dengan penggilas berat. Kepadatan tertentu dapat diperoleh dengan mengatur
jalur perjalanan truk-truk dan peralatan konstruksi lainnya secara tepat. Meskipun demikian,
biasanya digunakan peralatan khusus untuk pemadatan urugan. Penggilas kaki-kambing maupun
penggilas beroda-pneumatik berat dapat digunakan sendiri-sendiri maupun dalam gabungan.
Mesin penggilas jalan biasa telah pula digunakan dengan berhasil pada proyek-proyek kecil.
Dalam keadaan bagaimanapun, bahan-bahannya haruslah dibasahi hingga lengasnya mendekati
yang diperlukan untuk mencapai kerapatan optimum. Kerikil kasar tidak cocok untuk digilas dan
harus dipadatkan dengan peralatan yang bekerja dengan getaran.

Di waktu yang lalu, bendungan urugan dibangun dengan cara urugan hidrolik yaitu
dengan menggunakan air untuk mengangkut bahan-bahan ke tempat terakhirnya di dalam
bendungan. Karena kurang terkendalinya penempatan bahan, maka telah terjadi banyak
kegagalan pada bendungan semacam ini, sehingga pembangunan bendungan dengan cara
urugan-hidrolik tidak disarankan lagi.

3.2.4.3 Perancangan bendungan urugan

Perancangan bendungan urugan meliputi penyusunan suatu bahan urugan yang cukup kedap air
dari bahan-bahan yang ada dengan biaya yang murah. Sumber bahan urugan haruslah dekat ke
tempat bendungan, karena mahalnya biaya pengangkutan dengan truk bila jaraknya jauh (karena
jumlah urugan meningkat sebanding dengan pangkat dua tingginya maka jarang dijumpai
bendungan urugan tanah yang sangat tinggi).

Perancangan struktural dari bendungan urugan adalah suatu masalah mekanika tanah
yang mencakup terjaminnya stabilitas urugan dan pondasinya, pengendalian aliran air serta
tekanan rembesan yang memadai. Rembesan melalui suatu bendungan pengendali banjir hanya
sedikit merugikan bila stabilitas urugannya tidak terganggu, tetapi suatu bendungan konservasi
haruslah sangat kedap air. Sangat sulit untuk menganalisis kemungkinan sifat urugan alamiah
didalam suatu timbunan bersaf dengan tingkat kepastian seperti yang diperoleh dalam
perancangan bendungan beton. Praktek perancangan masa kini adalah penyesuaian terhadap
bendungan-bendungan yang telah ada yang ciri-cirinya mirip dengan pemeriksaan analitis
tentang kemampuan bendungan pada kondisi-kondisi khusus. Aturan-aturan empiris sering kali
diterapkan untuk perancangan awal bendungan-bendungan besar serta untuk perancangan akhir
bendungan kecil. Jumlah material urugan untuk bendungan yang tingginya kurang dari 15 ft
(5m) adalah sedemikian kecil, sehingga faktor keamanan yang memadai dapat diperoleh biaya
yang lebih rendah.

3.2.4.4 Tinggi Bendungan

Tinggi bendungan urugan yang dibutuhkan merupakan jarak dari pondasi hingga
permukaan air waduk pada waktu bangunan pelimpah mengalirkan air sebesar kapasitas
rencananya, ditambah dengan tinggi jagaan tertentu untuk dorongan angin. Tenaga pembekuan
es dan gerakan gempa bumi. Penelaahan tentang jebolnya bendungan urugan menunjukkan
bahwa 40% diakibatkan oleh melimpasnya air di atas mercu (overtopping) karena tidak
cukupnya tinggi jagaan atau karena kurang besarnya kapasitas bangunan pelimpah.

Pembekuan pada bagian atas bendungan dapat menyebabkan penyembuhan atau


keretakan tanah yang diikuti oleh terjadinya rembesan berbahaya. Suatu tambahan tinggi jagaan
hingga suatu maksimum sebesar 5 ft ( 1,5m ) haruslah disediakan untuk bendungan di daerah
yang suhunya sangat rendah.

Bahan-bahan tanah akan berkonsolidasi karena pembebanan, tetapi konsolidasi ini


tidaklah bersifat tiba-tiba. Konsolidasi merupakan hasil dari berkurangnya ruang hampa yang
diikuti dengan kompresi atau keluarnya udara dan air dari ruang-ruang hampa tersebut. Pada
kerikil kasar, lubang-lubang ruang hampa tersebut cukup besar untuk memungkinkan lolosnya
air dan udara yang terkumpul di dalamnya dengan cukup cepat sehingga konsulidasi penuh dapat
terjadi sebelum selesainya penimbunan. Pada bahan-bahan yang berbutir halus, konsolidasi
terjadinya lebih lambat, sehingga mungkin diperlukan suatu tambahan tinggi urugan agar setelah
konsolidasi selesai diperoleh tinggi urugan yang diinginkan. Jatah tinggi konsolidasi ini dapat
ditetapkan dari hasil pengujian di laboratorium serta pengamatan penurunan selama pelaksanaan
konstruksi. Jatah tinggi konsolidasi yang umum adalah antara 2 hingga 5 % dari keseluruhan
tinggi bendungan. Pengeringan bahan-bahan pondasi kadang-kadang dilakukan untuk
mempercepat konsolidasi.

Dinding-dinding sandaran setinggi 2 hingga 3 ft ( 0,5 hingga 1,0 m ) kadang-kadang


dibangunan sisi hulu mercu bendungan urugan. Dinding semacam ini hanya dianggap sebagai
suatu faktor keamanan tambahan, Tetapi dapat juga dibangun cukup kuat agar dapat berfungsi
sebagai suatu unsur tinggi jagaan. Hal yang terakhir ini hanya akan ekonomis bila tinggi
bendungannya lebih dari 30 ft ( 10m ).
3.2.4.5 Lebar mercu

Lebar mercu bendungan urugan harus cukup untuk menjaga agar garis preatik, atau permukaan
atas rembesan, tetap berada didalam bendungan pada waktu waduknya penuh. Lebar mercu
bendungan yang rendah dapat pula dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan sekunder, misalnya
lebar jalan pemeliharaan minimum sebesar 10ft (3m).

Anda mungkin juga menyukai