Anda di halaman 1dari 6

1.6 Dorongan angin dan gelombang di dalam waduk.

Bendungan urugan arus mempunyai tinggi jagaan (freeboard) yang cukup di atas permukaan
genangan maksimum agar gelombang tidak cukup menyapu mercu bendungan. Gelombang di
dalam waduk dapat pula merusakkan bangunan-bangunan dan tanggul tebing yang berdekatan
dengan air serta mengganggu pelayanan. Bagian dari perancangan setiap waduk meliputi
perkiraan tentang dorongan angin serta tinggi gelombang.

Dorongan angin adalah miringnya permukaan air waduk akibat gerakan air permukaan ke arah
tebing pantai yang terletak di bawah angin akibat tiupan angin. Arus air permukaan ini
merupakan hasil tekanan-tekanan tangensial angin serta akibat perbedaan tekanan atmosfer di
atas waduk. Namun yang disebut terakir ini pada umumnya hanya berpengaruh kecil. Akibat
dorongan angin, permukaan air waduk akan berada di atas permukaan air tenang yang normal
pada arah di bawah angin, sedangkan pada arah angin akan lebih rendah. Hal ini menimbulkan
ketidakseimbanan hidrostatik, sehingga aliran balik pada kedalaman tertentu pasti terjadi.
Kemiringan permukaan air ditimbulkan meupakan kemiringan yang dibutuhkan untuk menjaga
adanya aliran balik tersebut pada kondisi kekasaran dasar waduk serta luas penampang aliran
yang ada. Dorongan angin biasanya lebih besar pada waduk yang dangkal dengan dasar yang
kasar.

Dorongan angin dapat diperkirakan dengan

𝑉𝑤2 𝐹
𝑍𝑠 (3)
1400𝑑

Dimana Zs adalah kenaikan di atas permukaan air tenang dalam feet (meter), Vw adalah
kecepatan angin dalam mil (kilometer) per jam, F adalah fetch atau panjang permukaan air yang
terkena tiupan angin dalam mil (kilometer), dan d adalah kedalaman rata-rata genangan waduk di
sepanjang fetch dalam feet (meter). Dalam satuan metrik SI, konstanta pada pembagi arus diganti
dengan 63.200.

Persamaan (3) dimodifikasi dari persamaan aslinya yang disusun oleh insinyur-insinyur Belanda
yang bekerja di Zuider Zee. Keterangan tambahan serta teknik-tekniknya terdapat pada referensi-
referensi lainnya. Pengaruh-pengaruh dorongan angin dapat merambat di sekeliling lekukan pada
suatu waduk seingga nilai F yang digunakan dapat agak lebih panjang daripada fetch yang lurus.

Bila angin mulai bertiup di atas permukaan yang halus, akan timbul gelombang-gelombang kecil,
yang disebut gelombang kapiler sebagai akibat dari adanya pusaran-pusaran turbulen pada aliran
angin yang tersebut. Gelombang-gelombang ini akan bertambah besar dan panjang akibat
dorongan angin yang terus-menerus pada punggung gelombang serta akibat adanya gesekan atau
gaya tangensial antara angin dan air. Pada waktu ukuran dan panjang gelombang bertambah,
kecepatannya akan meningkat hingga mendekati kecepatan angin. Karena pertumbuhan
gelombang sebagian tergantung pada perbedaan antara kecepatan angin dan gelombang, maka
laju pertumbuhan akan mendekati nol bila kecepatan gelombang hampir sama dengan kecepatan
angin.

Durasi angin, saat terjadinya serta arah tiupannya merupakan faktor-faktor penting bagi
tingginya puncak suatu gelombang. Keanekaragaman angin serta respons permukaan air
terhadap angin, yang luar biasa ruwetnya dan belum sepenuhnya dapat dipahami, menyebabkan
timbulnya suatu pola gelombang yang merupakan suatu super posisi dari sejumlah gelombang.
Pola ini sering dilukiskan oleh distribusi atau spektrum energinya. Pertumbuhan gelombang
angin sebagai fungsi dari fetch, kecepatan, dan durasi angin dapat dihitung hasil-hasil empiris.
Durasi angin serta fetch mempunyai peranan penting, karena suatu gelombang tidak dapat
mencapai puncak ketinggiannya bila gelombang-gelombang itu melewati suatu daerah yang
anginnya tinggi atau menabrak pantai pada proses pertumbuhannya. Kedalaman air juga
berperan penting, karena air yang dalam cenderung mengasilkan gelombang yang lebih kecil dan
pendek.

Data tinggi gelombang yang dikumpulkan dari dua buah waduk besar memberikan kepastian
tentang data teoritis dan eksperimental untuk gelombang-gelombang laut bila digunakan suatu
nilai fetch yang dimodifikasi. Persamaan
yang diturunkan 1,06
adalah
𝑍𝑤 = 0,034𝑉𝑤 𝐹 0,47 (4)

Dimana: *penjelasan rumus

Dimana Zw adalah tinggi rata-rata dalam feet (meter) dari sepertiga jumlah gelombang yang
paling tinggi dan disebut tinggi gelombang yang berarti, V w adalah kecepatan angin dalam mil
(kilometer) per jam pada ketinggian kira-kira 25 ft (7,6 m) di atas permukaan air, sedangkan F
adala fetch dalam mil (kilometer). Dalam satuan metriks SI, koefisiennya menjadi 0,005.
Persamaan ini ditunjukkan secara grafis pada gambar 14 bersama-sama dengan garis-garis yang
memperlihatkan jangka waktu minimum yang diperuntukan oleh angin untuk menumbuhkan
tinggi gelombang yang ditunjukkan. Gambar 1.15 menunjukkan cara untuk menghitung fetch
untuk suatu waduk yang sempit.
Gambar 1.14. Tinggi gelombang yang berarti dan jangka panjang waktu angin minimum (dari
Saville, McGlendon, dan Cochran).

Karena perancangan harus dibuat sebelum waduk dibangun, maka data angin di atas
lahan biasanya harus digunakan. Tabel 1.2 memberikan angka perbandingan antara kecepatan
angin di atas lahan dan kecepatan angin di atas air dan dapat digunakan untuk melakukan koreksi
atas kecepatan angin yang diamati agar sesuai dengan kondisi waduk nantinya. Gelombang
hanya akan menjadi kritis bila permukaan waduk mendekati maksimum. Dengan demikian,
dalam memilih kecepatan angin kritis untuk waduk-waduk yang terpengaruh oleh fluktuasi
musiman, maka hanya angin yang dapat terjadi pada musim yang memungkinkan tercapainya
permukaan genangan maksimum sajalah yang harus diperhitungkan. Arah angin dan fetch yang
ditentukan harus pula sama.

Tinggi gelombang yang berarti akan dilampaui pada kira-kira 13 persen waktu. Bila diinginkan
rancangan yang lebih aman, dapat dipilih gelombang tinggi. Tabel 1.3 memberikan angka
perbandingan Z'/Zw untuk gelombang-gelombang yang peluang terjadinya lebih kecil.

Tabel 1.2. Hubungan antara angina yang lewat diatas lahan dan yang lewat di atas air. (Dari

Saville, McClendon, dan Cochran)


Gambar 1.15. Perhitungan fetch efektif. (Dimodifikasi dari Saville, McClendon, dan Cochram)

Bila sebuah gelombang menabrak lereng lahan, ia akan mendaki lereng itu hingga ketinggian
yang melebihi tingginya pada air bebas. Jumlah pendakian tergantung pada permukaannya.
Gambar 1.16 memperliatkan asil percobaan skala-kecil pada lereng-lereng yang halus serta
tumpukan batu. Tinggi pendakian zr ditunjukkan sebagai angka perbandingan zr/zw dan
tergantung pada angka perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang (kecuraman
gelombang). Panjang gelombang λ untuk gelombang pada air yang dalam dapat dihitung dari

Dimana periode gelombang, tw, dihitung dari

2 2
λ = 5,12𝑡𝑤 𝑓𝑡 atau λ = 5,12𝑡𝑤 𝑚 (5)

Dimana:
𝑡𝑤 = 0,46𝑉𝑤0,44 𝐹 0,28 (6)

Untuk gelombang pada air dangkal, lebih tepat digunakan hubungan-hubungan lain untuk
menghitung panjang gelombang. Dalam satuan metrik, koefisien untuk persamaan (6) menjadi
0,32. Lengkung-lengkung untuk tumpukan batu menyatakan konstruksi yang sangat lulus air,
sedangkan untuk hamparan batu pecah di atas timbunan tanah yang lebih umum, pendakian
gelombangnya mungkin agak lebih tinggi, tergantung pada kelulusan air serta kehalusan relatif
permukaannya.
Tabel 1.3. Persentase jumlah gelombang yang melampaui berbagai tinggi gelombang yang lebih
dari zw. (Sumber: Saville, McClendon,dan Cochran)

1.10 Permukaan waduk.

Pembuangan pohon-pohon serta puing-puing dari suatu kedudukan waduk adalah suatu
pekerjaan yang mahal dan sering kali sulit dibenarkan berdasarkan pertimbangan ekonomi.
Kerugian utama dari membiarkan tanaman di dalam waduk adalah kemungkinan-kemungkinan
bahwa (1) pohon-pohon akhirnya akan mengambang dan menimbulkan masalah sampah di
bendungan, (2) pembusukan bahan-bahan organik dapat menimbulkan bau atau rasa yang tidak
sedap pada waduk-waduk penyediaan air, dan (3) pohon-pohon yang menyembul di atas
permukaan air dapat menimbulkan pandangan yang tidak enak serta menghalangi pemanfaatan
waduk untuk rekreasi.

Sering kali semua kayu yang akan mencuat di atas permukaan air pada permukaan genangan
terendah akan di buang. Hal ini adalah untuk mengatasi masalah-masalah yang diutarakan di atas
dengan biaya yang lebih hemat daripada pembersihan yang sempurna.

Gambar 1.16. Angka-angka perbandingan pendakian gelombang terhadap kecuraman gelombang


dan lereng timbunan (Saville, McClendon,dan Cochran).
1.11 Kebocoran waduk.

Hampir semua tebing waduk bersifat lulus air, tetapi kelulusannya sangat rendah sehingga
kebocorannya tidak menjadi hal yang penting. Bila dinding waduk terdiri dari batuan yang
mengalami keretakan berat, bahan vulkanik yang lulus air atau batu kapur yang berliang, maka
kebocoran yang berat mungkin terjadi. Kebocoran ini tidak hanya akan mengakibatkan hilangnya
air, tetapi juga merusakkan tanah milik pada waktu muncul kembali ke permukaan. Bila
kebocoran terjadi melalui beberapa buah alur yang jelas kedudukannya atau di dalam batuan
retak yang tidak luas, maka ada kemungkinan untuk menyumbat daerah yang bersangkutan
dengan suntikan bertekanan tinggi. Bila daerah kebocoran itu luas, maka biaya-biaya
penyuntikan akan menjadi besar.

1.12 Pemilihan kedudukan waduk.

Sebenarnya tidaklah mungkin untuk mendapatkan suatu letak waduk yang sepenuhnya memiliki
ciri-ciri ideal. Aturan umum untuk pemilihan kedudukan waduk adalah:

1. Harus ada tempat yang cocok untuk kedudukan bendungan. Harga bendungan
seringkali merupakan faktor yang menentukan dalam pemilian kedudukan

2. Harga pembebasan lahan untuk waduk (termasuk jalan umum, jalan kereta api,
kuburan dan perumahan yang haruslah dipindahkan) tidak boleh terlalu mahal

3. Kedudukan waduk tersebut haruslah mempunyai kapasitas yang cukup.

4. Waduk yang dalam lebih baik daripada yang dangkal, karena harga lahan persatuan
kapasitasnya akan lebih rendah, lebih sedikit penguapan, dan lebih sedikit
kemungkinannya ditumbuhi oleh rumput air.

5. Daerah-daerah anak sungai yang luar bisa produktifnya dalam menghasilkan sedimen
sedapat mungkin harus dihindarkan

6. Mutu air yang ditampung haruslah memenuhi tujuan pemanfaatannya

7. Tebing waduk dan lereng-lereng bukit yang berdekatan haruslah stabil. Tebing yang
kurang stabil akan memberikan banyak bahan tanah kepada waduk.

Pada tahun 1963 suatu massa tanah yang tingginya 200 m dan panjangnya 1600 m dengan
volume yang melebihi 150 juta m3 longsor ke dalam waduk Valont (Italia). Disamping mengisi
sebagian waduk, longsoran tersebut membangkitkan suatu gelombang yang melimpas 50 m di
atas bendungan busurnya yang tipis, walaupun nyatanya permukaan air waduk berada 25 m di
bawah mercu bendungan tidak jebol, tetapi beberapa ratus orang meninggal dunia dan kerugian
harta benda di hilirnya sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai