DISUSUN OLEH:
METEOROLOGI 7B
2. Swell Forecasting
(a) Panjang swell dan arrival time (waktu kedatangan)
- Bila panjang gelombang swell menjadi semakin Panjang,
maka pergerakan swell akan semakin cepat. Oleh karena
itu akan lebih cepat tiba (ke daerah pantai, misalnya)
dibandingkan dengan swell yang lebih pendek.
- Durasi periode (T) swell adalah -0.5 Tc – 1.5 Tc. Di luar
masa durasi tersebut energi swell-nya semakin kecil dan
dengan Panjang gelombang (λ) adalah 1.56 T 2 (dengan T
dalam satuan detik)
- Swell memiliki kecepatan 1.515 T knots
- Swell terpanjang yang akan tiba di suatu tempat dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut: waktu sampai –
jarak (NM)/(1.5x1.5Tc) jam.
- Swell yang memiliki Panjang lebih pendek membutuhkan
waktu tiga kali lebih lama untuk mencapai suatu tempat
dibandingkan dengan swell yang lebih Panjang.
(b) Ketinggian swell
Beberapa faktor memengaruhi ketinggian swell. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
- Ketinggian pada daerah sumber (source region) atau
ketinggian dimana wind waves berubah menjadi swell.
Ketinggian awal ini menjadi penentu bagi swell tersebut.
- Dispersi kecepatan (speed dispersion) merupakan
gelombang yang Panjang dan pendeknya memeiliki
kecepatan yang berbeda dan tidak sampai dengan
bersamaan.
- Sudut penyebar gelombang (angular spreading of waves)
berpengarih terhadap ketinggian swell dengan
mekaniskme ketinggian akan berkurang dengan jarak
yang jauh dari sumber (ketinggian akan berkurang saat
energi gelombang menyebar ke daerah yang lebih luas
lagi).
- Sudut arah angina dan arah badai.
2. Wind-Wave Forecasting
Untuk memperkirakan gelombang diperlukan akurasi prakiraan gelomban
yang bergantung pada prakiraan angin, sehingga untuk handcasting dan
forecasting dilakukan estimasi secara temporal dan spasial pada arah dan
kecepatan angina serta estimasi medan angin pada gelombang.
Terdapat dua acara untuk menghitung wind hindcasting dan forecaseting
yaitu metode gelombang signifikan dan metode gelombang spektrum.
Adapaun penjelasan dari metode tersebut adalah sebagai berikut :
1. Metode gelombang signifikan
Metode ini dipelopori oleh Sverdrup dan Munk pada tahun 1947
dimana mengembangkan teknik prediksi gelombang dengan
kaitannya hal yang lebih signifikan. Kemudian metode ini
dimodifikasi oleh Bretschneider untuk mengembangkan hubungan
prediksi gelombang semi empiri dengan grafik untuk membuat
prediksi dan kemudian metode ini sering disebut dengan metode
SMB (Sverdrup, Munk, dan Bretschneider).
1 −2
g H 1 /U
3
10
2
[ {
=0.30 1− 1+ 0.004 ( gF ∕ U 10 2 2
) } ]
1 −5
[ {
g T 1 /2 π U 10=1.37 1− 1+ 0.008 ( gF ∕ U
3
10
2 3
) }]
Variabel yang mempengaruhi ketinggian dan periode dari
gelombang signifikan adalah angina pada 10 m/s, fetch, dan durasi
angin.
a. Initial State
Memulai tindakan dari laut datar kemudian melakukan spin
up model pada angina dengan periode harian sebelum
periode yang ditentukan dan menggunakan simulasi
hindcast untuk initial time.
b. Angin/ wind
Merupakan komponen terpenting dalam model gelombang
yang berupa energi masukan utama pada permukaan laut.
Error pada spesifikasi angina dapat menyebabkan error
pada energi gelombang.
d. Non-linear interactions
Secara umum, setiap non-linearitas yang kuat di medan
gelombang dan evolusinya diperhitungkan dalam hal
disipasi. Istilah input dan disipasi dapat dianggap sebagai
pelengkap untuk aspek linier dan nonlinier lemah dari medan
gelombang yang dibatasi secara dinamis. Kategori ini
mencakup perambatan gelombang permukaan dan
redistribusi energi dalam spektrum gelombang karena
interaksi nonlinier yang lemah antara komponen gelombang,
yang ditunjuk oleh istilah sumber Snl .
e. Propagation / perambatan
Perambatan mempengaruhi perkembangan gelombang
melalui keseimbangan antara energi yang keluar dan masuk
ke suatu tempat. Dalam model numerik, propagasi energi
gelombang memungkinkan untuk memodelkan pertumbuhan
fetch.
g. Depth
Kedalaman pada karakteristik propagasi. Gelombang
melambat dan, jika dasar laut tidak rata, mereka bisa bias.
Selain itu, interaksi nonlinier cenderung ditingkatkan dan,
tentu saja, banyak proses disipatif terlibat dalam interaksi
dengan dasar laut
∂E
+ ∇ ⋅ ( c g E ) =S=S ¿ + Snl + Sds
∂t
Dengan:
E=E ( f , θ , x , t ) : spektrum gelombang dua dimensi (spektrum
varian permukaan) tergantung pada
frekuensi, f, dan arah rambat, θ
c g=c g (f , θ) : kecepatan pada kelompok perairan dalam
S : fungsi net source, yang terdiri dari:
S¿: energi masukan dari angin
Snl : transfer energi non-linier melalui interaksi
gelombang gelombang
Sds : disipasi
DAFTAR PUSTAKA
Bouws, E., Draper, L., Shearman, E. D. R., Laing, A. K., Feit, D., Mass,
W., ... & Battjes, J. A., 1998. Guide to Wave analysis and
forecasting. WMO-No. 702. World Meteorological Organization.
Holthuijsen, L.H., (2007), Waves in Oceanic and Coastal Waters,
Cambridge University Press, New York.
Nichols, C.R., dan Williams R.G., 2009, Encyclopedia of Marine Science,
New York: Fact on File Inc.
Pond, S dan Pickard G.L., 1983, Introductory dynamical Oceanography,
Edisi Kedua, Pergamon Press: New York.
Sari, F. P., (2021), Introduction to Seawave Model [VIDEO]. Retrieved
November 7, 2021, from https://www.youtube.com/watch?
v=IAu1W2hLLes
Sverdrup, H.U. dan Munk, W.H., 1947, Wind, Sea and Swell: Theory of
Relations for Forecasting, Washington: United States Hydrographic
Office.
Warren, Graham. (2003). Basic Wave Theory Review. Presentation. BoM:
Australia.
An Introduction of Wave Forecast System.
http://www.marine.tmd.go.th/wamdoc/metwave.html
Tabel kontribusi
Persentase
Nama Deskripsi Kontribusi
(%)
Menyusun materi resume
1. Alfa Rizi bagian 3 Konsep Awal 33.3
Gelombang
Menyusun materi resume
2. Muhammad Ikko
bagian 1 Overview
Safrilda 33.3
hingga sub bab wave
Maulana
forecasting
Menyusun materi resume
bagian 1 Overview
3. Muhammad
sub bab swell
Kirana 33.3
forecasting dst. Serta
Firmansyah
bagian 2 wind wave
forecasting
Jumlah 100