1.1 Pendahuluan
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting untuk mendukung
keberhasilan pembangunan fisik infrastruktur. Tanah merupakan dasar pijakan terakhir
untuk menerima pembebanan yang ada diatasnya. Peran tanah yang sangat besar ini
harus diketahui sifat dan karakteristik dari tanah itu sendiri sebelum para pelaku
pembangunan akan melakukan kegiatan kegiatan pembangunan. Setiap daerah
memiliki keadaan tanah yang beragam, baik dari segi jenis tanah, daya dukung,
maupun parameter lainnya dari tanah. Potensi gempa baik tektonik maupun vulkanik
juga merupakan faktor desain utama di banyak tempat di dunia. Tentu saja hal tersebut
dapat mengakibatkan daya dukung dan parameter tanah selalu berubah setiap kali
terjadi gempa bumi, parameter tanah tersebut mencakupi sudut geser tanah dan
kohesi tanah.
Penelitian yang selama ini sudah ada seperti penelitian yang dilakukan oleh American
Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), Unified Soil
Classification System (USCS), menunjukkan bahwa setiap jenis tanah memiliki
parameter yang beragam dan telah digunakan sebagai acuan diseluruh dunia.
Kenyataan yang sebenarnya bahwa acuan acuan yang diteliti oleh AASHTO dan USCS
mengenai parameter tanah tidak sama dengan pengujian data laboratorium untuk
tanah di wilayah Gringsing, Kabupaten Batang.
Sudut geser suatu tanah dapat mempengaruhi besarnya kekuatan geser suatu tanah,
semakin besar maka apabila desain pondasi yang direncanakan tidak dapat menahan
kekuatan geser yang disalurkan oleh tanah. Kohesi merupakan parameter kuat geser
tanah yang menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang
bekerja pada tanah dalam hal ini berupa gerakan lateral tanah. Penyelidikan kondisi
dibawah tanah suatu tempat merupakan pra syarat bagi perencanaan dari elemen
konstruksi bawah tanah. Perlu juga untuk mendapatkan informasi yang mencukupi
untuk desain yang ekonomis untuk sebuah proyek yang diusulkan. Salah satu
percobaan yang digunakan dalam mengetahui daya dukung suatu tanah yaitu dengan
menggunakan Uji Standard Penetration Test (SPT)
Uji SPT adalah metode uji tanah in-situ yang dilaksanakan guna mengetahui sifat
rekayasa geoteknik tanah bawah permukaan, terutama untuk tanah tanpa kohesi.
Standard Penetration Test (SPT) dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran, baik
untuk mengetahui sifat perlawanan dinamik tanah juga sekaligus melakukan
pengambilan sampel tanah UDS (Undisturbed Sample) dengan teknik penumbukan.
Beberapa tempat kondisi lapisan – lapisan suatu tanah berbeda sekali dari suatu
tempat dengan tempat lainnya. Sangat diperlukan untuk mengetahui susunan lapisan
tanah yang sebenarnya dan dibutuhkan hasil pengujian baik dari pengujian sondir
maupun hasil dari pengujian laboratorium dari sampel tanah yang diambil dari berbagai
kedalaman lapisan tanah.
Gringsing, Kabupaten Batang adalah salah kabupaten di Indonesia yang menjadi tempat
yang cukup banyak terdapat proyek konstruksi sector industri dalam kurun waktu
beberapa tahun terakhir. Ketersediaan data penunjang geoteknik yang spesifik khusus
untuk Kabupaten Batang akan sangat penting sebagai refensi dalam proses pradesain
konstruksi khususnya dalam tahap pradesain pondasi. Salah satu informasi penting
yang perlu diketahui dalam proses desain pondasi suatu bangunan adalah dimana
kedalaman tanah keras berada. Maka dari itu pada penelitian melakukan visualisasi
bagaimana profil lapisan tanah keras yang ada di Gringsing, Kabupaten Batang dengan
menggunakan data pengujian bor yang telah dilaksanakan.
1.2 Maksud dan Tujuan
2. Sebagai pengetahuan tambahan dan sarana untuk melihat langsung alat-alat yang
digunakan untuk pengujian Penetration Test.
4. Analisis ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk peneliti dalam merencanakan
suatu dimensi maupun penampang pondasi yang tepat dan ekonomis untuk
pembangunan konstruksi.
2. Data yang digunakan yaitu data pengujian lapangan yang diperoleh dari
Laboratorium Penyelidikan Tanah
3. Kedalaman tanah yang akan ditinjau yaitu pada kedalaman ± 0.00 meter sampai
pada kedalaman -12.00 meter.
4. Data yang digunakan dalam analisis data yaitu berdasarkan data sondir, boring log
Proyek Pembangunan Pabrik Batako PT TAU Gringsing, Kabupaten Batang
5. Nilai korelasi friction ratio dengan jenis tanah yang akan ditinjau yaitu jenis tanah
pasir.
1.4 Lokasi Pekerjaan
Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan cara menganalisis data pemeriksaan
lapangan di Gringsing, Kabupaten Batang yang terdapat di Laboratorium Penyelidikan
Tanah.
BAB II METODOLOGI SURVEI
Uji indeks beban titik merupakan uji sederhana sebagai pengganti uji UCS, karena dapat
digunakan potongan inti batuan tidak teratur. Untuk uji Tarik langsung diperlukan
persiapan khusus yang biasanya sulit bagi laboratorium pabrik. Oleh karena itu, kuat
tarik sering kali dievaluasi dengan pembebanan tekan benda uji silindris yang melintang
diameter (dikenal sebagai uji Brazilian). Uji geser langsung digunakan untuk menyelidiki
karakteristik friksi sepanjang bentuk diskontinuitas batuan.
Tes Deep Boring adalah pekerjaan pengambilan sample tanah asli untuk mengetahui
kondisi tanah per-layer dan jika dimungkinkan sampai ke tanah keras. Dalam boring ini
sekaligus dilakukan dengan tes Undisturbed dan Disturbed Sampling serta SPT
(standard penetration test) disetiap interval 2 m. Hal ini mengacu sesuai dengan
prosedur ASTM D.1586, dengan berat hammer adalah 63,5 kg dan tinggi jatuh bebas
hammer adalah 76 cm.
Biasanya untuk pelaksanaan tes digunakan Hammer Otomatis Contoh tanah yang
diperoleh dari tabung SPT, dimasukan dalam kantong plastik dan diberi label nama
sesuai dengan nilai/jumlah pukulan, kedalaman dan nomor bornya. Contoh tanah yang
diperoleh dari SPT tersebut bisa digunakan untuk visual description maupun uji
laboratorium bila diperlukan.
Sondir Test
Penyelidikan tanah dibutuhkan untuk keperluan desain pondasi, salah satu metode
pelaksanaan adalah dengan metode sondir. Uji ini dilakukan untuk mengetahui elevasi
lapisan tanah keras (Hard Layer) dan homogenitas tanah dalam arah lateral. Tujuan
sondir secara umum adalah untuk mengetahui kekuatan tanah tiap kedalaman dan
stratifikasi tanah secara pendekatan. Hasil CPT disajikan dalam bentuk diagram sondir
yang mencatat nilai tahanan konus dan friksi selubung, kemudian digunakan untuk
menghitung daya dukung pondasi yang diletakkan pada tanah tersebut.
Pengujian tanah di lapangan terdiri dari beberapa tahapan yaitu: a. Pemboran inti /core
drilling/boring adalah pekerjaan yang mengambil contoh tanah untuk mengetahui
lapisan tanah dan untuk mengambil contah tanah yang akan di uji di laboratorium.
Pekerjaan SPT sekaligus dikerjakan dengan alat ini, b. Uji Conus/Sondir adalah Uji untuk
mengetahui nilai tahanan konus (qc) terhadap konsistensi tanah, c. Standart Penetrasi
Test yaitu Pengujian boring dan SPT didasarkan atas ASTM D-1586, hasil dari pengujian
ini adalah diskripsi susunan lapisan-lapisan tanah serta nilai SPT yang dinyatakan dalam
N pukulan. Nilai SPT diperoleh yaitu pada tabung SPT ditekan atau dipukul sedalam 150
mm pada tanah tak terganggu sambil mencatat banyaknya pukulan yang diperlukan.
Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan pengambilan contoh tanah dan biasa
dilakukan tiap 1,5 m kedalaman atau tiap pergantian jenis tanah.
Pengujian ini menggunakan sampel tanah yang telah di ambil pada pekerjaan core
drilling yaitu contoh tanah tidak terganggu dan terganggu. Uji laboratorium dilakukan
untuk mengetahui sifat dan karakteristik tanah, Hasil dari uji laboratorium akan di
korelasikan dengan hasil uji lapangan sehingga dapat didesain struktur pondasi yang
aman dan efisien. Penelitian di laboratorium dilakukan dengan menggunakan contoh
tanah tidak terganggu dan terganggu yang berasal dari Thin Walled Tube Sampler.
Uji laboratorium yang dilakukan meliputi Soil Properties yang meliputi index
properties, shear strength properties dan compressibility properties.
Materi geolistrik
Metoda geolistrik adalah salat satu metoda yang mempelajari sifat-sifat aliran listrik di
dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya dari permukaan bumi. Besaran fisis
yang dicari adalah tahanan jenis batuan akibat adanya medan potensial dan arus yang
diinjeksikan ke bawah permukaan bumi. Pada dasarnya metode ini didekati
menggunakan konsep perambatan arus listrik di dalam medium yang homogen
isotropis, dimana arus listrik bergerak ke segala arah dengan nilai sama besar. Sehingga
jika terjadi penyimpangan dari kondisi ideal (homogen isotropis), maka penyimpangan
ini (anomali) yang justru yang diamati.
Nilai tahanan jenis batuan berhubungan dengan sifat fisisnya antara lain derajat
saturasi air, porositas, permeabilitas dan formasi batuan. Prinsip kerja dari Metoda
Geolistrik ini adalah arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektoda
arus. Beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah elektroda potensial, dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat
ditentukan variasi harga tahanan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur.
Umumnya, metode ini hanya baik untuk ekplorasi dangkal dengan kedalaman
maksimuk sekitar 200 meter. Jika kedalaman lapisan lebih dari harga tersebut, maka
informasi yang diperoleh kurang akurat, hal ini disebabkan dengan bentangan yang
besar dengan maksud mendapatkan penetrasi kedalaman di atas 200 m, maka arus
yang mengalir akan semakin lemah dan tidak stabil akibat perubahan bentangan yang
semakin besar. Karena itu, metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi dalam,
sebagai contoh untuk eksplorasi minyak. Metode Geolistrik ini banyak digunakan di
dalam pencarian air tanah, memonitor pencemaran air dan tanah, eksplorasi
geotermal, aplikasi geoteknik, pencarian bahan tambang, dan untuk penyelidikan
dibidang arkeologi, jadi prinsipnya untuk eksplorasi yang tidak terlalu dalam.
Survei topografi adalah suatu metode untuk menentukan posisi tanda-tanda (features)
buatan manusia maupun alamiah diatas permukaan tanah. Survei topografi juga
digunakan untuk menentukan konfigurasi medan (terrain). Kegunaan survei topografi
adalah untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk gambar peta topografi.
Gambar peta dari gabungan data akan membentuk suatu peta topografi. Sebuah
topografi memperlihatkan karakter vegetasi dengan memakai tanda-tanda yang sama
seperti halnya jarak horizontal diantara beberapa features dan elevasinya masing-
masing diatas datum tertentu. Proses pemetaan topografi sendiri adalah proses
pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan
peralatan survei teristris. Teknik pemetaan mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan perkembangan peralatan ukur tanah secara
elektronis, maka proses pengukuran menjadi semakin cepat dengan tingkat ketelitian
yang tinggi, dan dengan dukungan teknologi GIS maka langkah dan proses perhitungan
menjadi semakin mudah dan cepat serta penggambarannya dapat dilakukan secara
otomatis.
Benchmark
Definisi Benchmark yaitu bentuk fisik realisasi dari suatu sistem koordinat dengan
dibuatnya suatu kumpulan benchmark/tugu/monumen/peil yang tersebar dalam
spacing tertentu disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan. Di negara kita dikenal
Jaringan titik Kerangka Dasar Nasional (horisontal) orde 0,orde 1 (yang dikelola oleh
Bakosurtanal ), orde 2,3, dan 4 (yang dikelola oleh BPN).
Titik ikat tersebut memiliki fungsi sebagai titik kontrol agar data yang diperoleh dapat
diolah sesuai dengan sistem koordinat yang ada. Kumpulan sejumlah titik ikat ini
disebut sebagai kerangka dasar pemetaan atau biasa disebut dengan Poligon. Poligon
berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan gon (gone) : titik. Secara umum
Poligon dibagi menjadi dua jenis yaitu Poligon Terbuka dan Poligon Tertutup.
Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak kembali ke
titik awal atau dengan kata lain titik awal tidak sama dengan titik akhir. Poligon Terbuka
biasanya digunakan untuk pemetaan daerah yang luas seperti pemetaan jalan raya,
saluran irigasi, sungai, dan lain – lain.
Poligon Terbuka
Koreksiazimut
α awal- α akhir=ΣH-(n+2)180
Koreksijarak
Absis(X)Xr3-Xr2=Σdsinα
Ordinat (Y) Yr3-Yr2=Σdcosα
Poligon Tertutup
c) Ketelitian polygon raai untuk sudut 24 n, dimana n = banyak titik sudut. Ketelitian
linier polygon raii 1 : 2.000.
d) Semua tampakan yang ada, baik alamiah maupun buatan manusia diambil sebagai
titik detail, misalnya: bukit, lembah, alur, sadel, dan lain-lain.
e) Kerapatan titik detail untuk skala 1 : 5.000 adalah 100 m dilapangan dan untuk
untuk skala 1 : 2.000 adalah 40 m dilapangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga
bentuk topografi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan
keadaan lapangan.
f) Skesta lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan
penggambaran dan
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
- Spesi = 21 kg/m2
- Plafond = 11 kg/m2
- Plumbing = 10 kg/m2
- Penggantung = 7 kg/m2
- Sanitasi = 20 kg/m2
- Tegel = 24 kg/m2
3.2.1 Persiapan
1. Studi pustaka terhadap objek dan elemen-elemen yang akan ditinjau untuk
menentukan garis besar perhitungan struktur.
Persiapan diatas harus dilakukan secara cermat dan tepat untuk menghindari
pekerjaan yang berulang-ulang sehingga tahap penyusunan menjadi efisien dan
optimal.
3.2 Data Proyek
N2 → 32+4d = 32+1,8
= 30,2
50+50+50
N2 =
3
= 50
N 1+ N 2 50+50
Nb = = = 50
2 2
1 1
Ab = π d2 = 3,14 0,452
4 4
= 0,1589 m2
Qb = 40 x Nb x Ab
= 40 x 50 x 0,1589
= 317.925 ton
= 46,1
As = K x L
= 1,413 x 32
= 45.216 m²
1
Qs = x N x As
10
1
= x 46,1 x 45,216
10
= 208.445 ton
Jadi dari perhitungan daya dukung lapangan berdasarkan nilai N-SPT dengan metode
Meyerhof didapatkan hasil 175.456 ton
3.4 Hasil Pembebanan Struktur Atas
a. Kelompok tiang n = 4
Efisiensi
d = 0,45 m
s = 1,5 m
d
θ = arc tan
s
0,45
= arc tan
1,5
= 16,699 °
n’ =2
m =2
(n ’−1)m+(m−1)n ’
Eff =1–θ
90 x m . xn '
(2−1) 2+(2−1)2
= 1 – 16,699
90 x 2 x 2
= 0,814
Kapasitas Dukung Kelompok Tiang
Qg = Eff x n x Qa
= 0,814 x 4 x 175.456 ton
= 571.284 ton > 286.054 ton
Karena Nilai 571.284 ton > 286.054 ton pada joint N/19 telah memenuhi syarat
untuk pondasi tipe P-4. Maka dari itu daya dukung pondasi AMAN untuk
struktur diatasnya.
Diketahui :
L = 12000 mm
D = 200 mm
= 1.103 mm
Diketahui:
qwp = Qwp/Ap
= 317.925/158962.500
= 2 x 10-4 ton/mm2
D = 450 mm
Qwp D
S 2= ( 1−px 2 ) Iwp
Es
2 x 10−4 x 450 (
1−0.5 ) 0.88
2
S 2=
0.1
= 5,94 mm
3. Penurunan dari Lapisan Tanah di Sepanjang Tiang Pondasi Akibat Beban yang
ditransfer melalui Tiang (S3)
Diketahui:
P = π x 450 = 1413.000 mm
L = 12000 mm
D = 200 mm
Es = 0.1 ton/mm2
Qws D
S 3= + ( 1−uS2 ) Iws
PL Es
208.445 450
Maka, nilai S 3= x ( 1−0.52 ) 4.951
1413 x 32000 0.1
= 0.077 mm
Total penurunan elastis dalam hal ini yaitu sebesar 7,120 mm, hal ini memenuhi
persyaratan penurunan maksimal oleh (Moesdarjono Soetojo:2009) sebesar 10% D
atau 45 mm. Maka dari itu penurunan elastis AMAN untuk konstruksi.
3.8 Perhitungan P Maksimum yang Diterima Pondasi
Diketahui :
Mx = -0,476 tonm
My = 1,840 tonm
Pu = 286.054 ton
Sx = 0.75 m
Sy = 0.75 m
n = 4 buah
Pmaks ¿
∑ Pu ± Mx . y
±
My . x
ny . ∑ y nx . ∑ x
2 2
n
= 71.899 ton
Total P maksimum dalam hal ini yaitu sebesar 71.899 ton, hal ini memenuhi
persyaratan dari daya dukung P4 sebesar 571.284 ton. Maka dari itu AMAN untuk
konstruksi.
Ep Ip
T=√
ijin
3.14
Ip = x 0.64 = 6.4x10-3 m4
64
3
2574300 x 6.4 x 10
T=√ = 3.42 m
350
Dari hasil perhitungan didapat nilai T = 3.42 m, dan panjang pondasi ialah 32 m
Diketahui :
L = 3200 cm = 32 m
B = 45 cm = 0.45 m
Maka,
ΣH = 0
Hu = 9 Cu B(L-1.5B)
= 8,246 ton
Menghitung nilai Mmax dimana letak gaya lintang=0 dengan menggunakan rumus:
Mmax = Hu x ( ½ ( L-1.5B)+1.5B)
Total Mmax dalam hal ini yaitu sebesar 12.982 tonm, hal ini memenuhi persyaratan
dari persyaratan tidak boleh melebihi 43.320 tonm Maka dari itu AMAN untuk
konstruksi.
Tegangan geser satu arah hanya terjadi pada satu sisi, sehingga diperhitungkan
terhadap daya dukung tiang pancang pada satu sisi saja.
Data –data :
D tul. = 16 mm
Sb = 75 mm
ds = 75 + 25/2 = 87,5 mm ≈ 90 mm
d = h – ds = 1200 – 90 = 1110 mm
Jadi kontruksi poer fondasi AMAN terhadap tegangan geser satu arah.
Tegangan yang terjadi pada tanah Vu (semua reaksi yang terjadi pada arah x dan arah
y).
Vu = ∑ Pu
= 3,373 + 3,373 + 3,373 + 3,373
= 13,492 ton
Menghitung tegangan geser terkecil yang dapat ditahan oleh poer Vc yaitu
Percobaan 1
(
Vc=0,17 . 1+
2
βc )
+ √ f ' c . bo . d
Percobaan 2
(
Vc = 2+ )
as d 1
bo 12
√ fc bo d
(
Vc = 2+
30 1110 1
7640 12 )
√ 25 7640 1110
Percobaan 3
Vc = 42402 ton
Jadi konstruksi poer fondasi AMAN terhadap tegangan geser dua arah.
3.11 Perhitungan Tulangan Pile Cap Pada Pondasi
Diketahui:
∅ tul. = 16 mm
Pu = 288,054 ton
Lx = 2,4 m
Ly = 2,4 m
Fy = 250 Mpa
F’c = 25 Mpa
bx = 2,4 m
by = 2,4 m
Φ = 0,8
β = 0,85
dx = h – selimut beton – ½ ∅D
= 1200 – 75 – ½ x 25
Mux 1,840 2
2 = 2 = 0,622 ton/m
bx d 2,4 1,11
Mux
= p x Ø x fy ¿ )
bx d 2
−b+ √ b 2−4 x a x c
x1 =
2a
−200+ √ 200 −4 x−1176 x−o , oo 62
2
x1 =
2 x−1176
x1 = 0,000031
−b−√ b 2−4 x a x c
x2 =
2a
x2 = 0,1700
1.4 1.4
P min = = = 0,0055
fy 250
Pemeriksaan syarat rasio penulangan yaitu p min < p < p maks = 0,0055 < 0,000031
As perlu = p x b x d
= 14652 mm2
As ∅-25 = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 252
= 490,625 mm2
As perlu 14652
n tulangan = = = 30 Buah
As Ø 25 490,625
Bx 2400
Jarak =
n−1 30−1
= 82,75 mm = 85 mm
dx = h – selimut beton – ½ ∅D
= 1200 – 75 – ½ x 25
Muy 0,476
2 = = 0,160 ton/m2
bx d 2,4 1,112
Mux
2
= p x Ø x fy ¿ )
bx d
−b+ √ b 2−4 x a x c
x1 =
2a
−200+ √ 200 −4 x−1176 x−o , oo 16
2
x1 =
2 x−1176
x1 = 0,000008
−b−√ b 2−4 x a x c
x2 =
2a
x2 = 0,1700
1.4 1.4
P min = = = 0,0055
fy 250
Pemeriksaan syarat rasio penulangan yaitu p min < p < p maks = 0,0055 < 0,000008
As perlu = p x b x d
= 14652 mm2
As ∅-25 = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 252
= 490,625 mm2
As perlu 14652
n tulangan = = = 30 Buah
As Ø 25 490,625
maka diambil tulangan sebanyak 30 buah
Bx 2400
Jarak =
n−1 30−1
= 82,75 mm = 85 mm