Anda di halaman 1dari 14

TUGAS GEOTEKNIK

Pengambilan Data Lapangan Melalui Uji Lapangan


Sederhana (Insitu Test) : SPT (Standard Penetration Test) &
CPT (Cone Penetration Test)

Disusun Oleh :
Dwi Menur Mandriati Sudradjat
NPM. 270 110 110 150
Kelas : B

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014

I. Penyelidikan Geoteknik Lapangan


Berdasarkan Pedoman Tata Cara Pemetaan Geologi Teknik Lapangan (SNI
03-2849) tahun 1992, terdapat lima jenis metode penyelidikan pengambilan
data lapangan geologi teknik, diantaranya :
a) Analisis interpretasi citra satelit (Remote Sensing)
Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu ilmu untuk mendapatkan
informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang
diperoleh dari jarak jauh. Hal ini biasanya berhubungan dengan
pengukuran pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu
objek (Campbell, 1987). Data penginderaan jauh dapat berupa : data
digital atau data numerik yang dianalisis dengan menggunakan komputer,
serta data visual yang dianalisis secara manual. Data visual dibedakan lagi
menjadi data citra dan noncitra.
Penginderaan jarak dalam pengambilan data lapangan geologi teknik
dilakukan pada tahapan studio (persiapan) guna mengidentifikasi kondisi
permukaan tanah secara regional (luas), formasi geologi di daerah
penelitian, kelerengan topografi serta refleksi keberadaan patahan, pola
pengaliran sungai, serta kondisi akses jalan di wilayah penelitian. Data
penginderaan jarak jauh dapat diperoleh dari satelit (peta LANDSAT dari
NASA) dan foto udara yang tersedia pada website-website dunia.
b) Penyelidikan Geofisika
Penyelidikan geofisika merupakan serangkaian instrumen tambahan di
lapangan

dengan

menggunakan

instrumen

khusus,

diantaanya

pengukuran resistivitas permukaan (SR = Surface reisistivity), melakukan


uji penetrasi tanah dengan radar (GPR = ground penetrating radar),
konduktivitas

elektromagnetik

(EM).

Dan

lain-lain.

penyelidikan

geofisika dalam pengambilan data geoteknik dapat membantu untuk


memahami berbagai hal berikut :
(1) Menentukan stratigrafi tanah secara pasti,
(2) Mampu mendeteksi kemungkinan jenis tanah dasar serta keterdapatan
lubang kavitasi bawah tanah dalam formasi karst,

(3) Mampu mengidentifikasi gangguan (struktur geologi) di bawah


permukaan tanah.
c) Pengambilan conto tanah terganggu
Pada dasarnya pengambilan conto tanah (sampel) dilakukan dengan
meninjau kondisi daerah penelitian seperti keadaan tanah, lebat atau
tidaknya vegetasi, dan lain-lain. . Metode pengambilan conto tanah dapat
dilakukan melalui cara manual, yaitu dengan menggunakan alat keruk
(truck mounted auger) serta dapat juga menggunakan bor putar.
Pengambilan conto tanah terganggu dapat memberikan informasi
mengenai jenis tanah, karakteristik gradasi, klasifikasi jenis tanah,
konsistensi, kepadatan, stratifikasi lapisan tanah dan lain-lain, yang dapat
digunakan dalam membantu penelitian geoteknik lapangan.
d) Pengambilan conto tanah tidak terganggu
Pengambilan conto tanah tidak terganggu

biasanya

memerluka

pengambilan sampel tanah yang lebih dalam serta alat bor khusus.
Pengambilan sampel pada titik tertentu ini digunakan untuk menentukan
kekuatan tanah (insitu), tingkat kompresibilitas (penurunan daya dukung
tanah), kadar air dalam lapisan, berat dan volume tanah, sifat kelulusan air
terkandung, diskontinuitas, patahan dan retakan pada formasi tanah dasar.
Lokasi titik sampel yang rumit memungkinkan adanya beberapa faktor
yang menyebabkan gangguan dalam pengambilan conto tanah ini. Oleh
karena itu diperlukan cara perhitungan yang tepat untuk menghindari atau
mengurangi tingkat gangguan tersebut. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi gangguan conto tanah antara lain :
(1) Jenis material tanah dasar,
(2) Jenis dan kondisi alat yang digunakan,
(3) Pengetahuan petugas pengeboran;
(4) Lokasi penampungan conto yang digunakan, dan
(5) Metode transportasi contoh yang digunakan.
e) Pengujian Lapangan
Tahap pengujian sampel lapangan yang secara umum banyak digunakan
terdiri atas 2 uji, antara lain : Uji Penetrasi Standar (Standard Penetration

Test) dan Uji Penetrasi Konus (Cone Penetration Test). Masing-masing uji
tersebut dijelaskan di bawah ini.
1. SPT (Standard Penetration Test)
Uji penetrasi standar (SPT) merupakan salah satu uji lapangan geologi
teknik yang paling banyak digunakan. Metode pengujian ini pertama
kali dilakukan pada tahun 1927 di Amerika Serikat. Metode SPT
merupakan metode uji dengan menggunakan tabung pengambilan
conto tanah (Split Spoon Sampler) berdiameter 50 mm dan memiliki
panjang 500 mm. Tabung ini awalnya dipancangkan ke dalam titik
tanah pemboran untuk diambil conto tanah di dalamnya.
Standard Penetration Test (SPT) digunakan untuk mendapatkan daya
dukung tanah secara langsung di lokasi penelitian. Uji penetrasi ini
nantinya dilakukan secara bersamaan dengan pengeboran untuk
mengetahui kekuatan dinamik tanah serta pengambilan conto tanah
terganggu.
Tujuan dilakukannya metode uji penetrasi SPT ini adalah untuk
menentukan kepadatan relatif lapisan tanah berdasarkan hasil
pengambilan conto tanah melalui tabung. Conto tanah terganggu ini
kemudian dapat memberikan informasi secara kualitatif terhadap
identifikasi jenis tanah serta mengkorelasikan berbagai parameter
tanah yang diteliti.
Uji parameter SPT memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
Pengoperasian relatif cepat dan sederhana
Metode uji SPT dapat dilakukan dengan cara yang relatif
mudah sehingga tidak membutuhkan ketrampilan khusus dari

pemakai yang mengoperasikannya.


Biaya relatif murah
Metoda pengujian tanah dengan SPT merupakan metode yang
sangat umum digunakan serta diperkirakan 85% dari desain
pondasi untuk gedung bertingkat menggunakan cara ini.
Metode

SPT

telah

banyak

dikembangkan

untuk

menyempurnakan hasil korelasi data, sehingga komponen-

komponen alat pada uji penetrasi terbilang cukup sederhana


serta murah biaya pemeliharaannya.
Walaupun

memiliki

biaya

pemeliharaan

yang

murah

dan

pengoperasian yang cukup sederhana, pengaplikasian uji penetrasi


masih memiliki kekurangan yaitu conto tanah yang diambil
merupakan sampel tanah yang masih terganggu, sehingga masih
terdapat kemungkinan hasil SPT memiliki beberapa kekeliruan. Untuk
meminimalisir

hal

ini,

ketergantungan

pada

operator

untuk

menyelidiki dan menghitung hasil SPT masih cukup tinggi.


Spesifikasi Alat SPT
Spesifikasi alat SPT terdiri atas sebuah tabung yang dapat dibelah
(split tube, split spoon) yang mempunyai driving shoe agar tidak
mudah rusak pada saat penetrasi ke dalam lapisan tanah. Pada bagian
atas alat ii terdapat coupling yang tersambung dengan batang bor
(drill rod) ke permukaan tanah. Untuk mengambil conto batuan, maka
sebuah sisipan pengambil contoh (sampel insert) dapat dipasang pada
bagian bawah alat pada bagian tanah pasir lepas atau lumpur
(Gambar 1).

Gambar 1. Spesifikasi Alat Uji Penetrasi SPT


(Sumber: http://www.google.com)

Adapun spesifikasi ukuran alat uji penetrasi dapat dilihat pada


(Gambar 2) berikut ini.

Gambar 2. Spesifikasi Ukuran Alat Uji Penetrasi SPT


(Sumber: http://www.google.com)

Pengoperasian & Pengambilan Data Uji SPT


Metode pelaksanaan Uji penetrasi mengacu pada Aturan Metode
Pengujian Penetrasi dengan SPT pada SNI 03-4153 tahun 1996 serta
Surat Keputusan (SK) Dirjen Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986
sebagai berikut :
1. Memasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor,
2. Memberi tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang
berada di atas penahan,
3. Membersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan
pengujian dari bekas-bekas pengeboran,
4. Memasang split barrel sampler pada pipa bor, kemudian pada
ujung lainnya disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi
blok penahan,

5. Memasukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau


sampai kedalaman pengujian yang diinginkan,
6. Memberi tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai
ketinggian 15 cm, 30 cm dan 45 cm,
7. Menumbuk dengan hammer dan mencatat jumlah tumbukan setiap
15 cm. Hammer dijatuhkan bebas pada ketinggian 760 mm.
8. Mencatat nilai tumbukan sebanyak 3 kali (N0, N1, N2) dimana
harga N = N1 + N2. Split spoon sampler diangkat ke atas dan
kemudian dibuka. Sampel yang diperoleh dengan cara ini
umumnya sangat terganggu,
9. Sampel yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam plastik
untuk diuji di laboratorium. Pada plastik tersebut harus diberikan
catatan nama proyek, kedalaman, dan nilai N.
Hasil Interpretasi Uji SPT
Pada umumnya, informasi yang diperoleh dari uji penetrasi ini dapat
digunakan untuk menggambarkan profil daya dukung tanah yang
nantinya akan digambarkan pada grafik SPT (Gambar 3). Lebih
lanjut setelah mengetahui daya dukung tanah ini, maka dapat
ditentukan letak dan kedalaman pondasi yangsesuai untuk bangunan.
Interpretasi hasil SPT bersifat empiris. Untuk tanah pasir, maka nilai
N-SPT mencerminkan kepadatan yang dapat diprediksi besar sudut
geser dalam () dan berat isi tanah (), serta kapasitas daya dukung
pondasi dan penurunan pondasi. Sedangkan pada tanah lempung, hasil
SPT dapat menentukan secara empiris konsistensi tanah, serta
kapasitas daya dukung pondasi dan penurunan pondasi.

Gambar 3. Hasil Interpretasi Uji Penetrasi SPT


(Sumber: http://www.google.com)

b) Uji Penetrasi Konus (CPT = Cone Penetration Test)


Uji Cone Penetration Test (CPT) atau lebih dikenal dengan uji sondir
merupakan salah satu uji lapangan yang telah diterima oleh para
praktisi dan pakar geoteknik. Uji sondir ibanyak dimanfaatkan untuk
mengetahui profil atau perlapisan (stratifikasi) tanah. Identifikasi
stratifikasi tanah dapat diidentifikasi berdasarkan kombinasi hasil
pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimut pada alat uji CPT.
Spesifikasi Alat Uji CPT

Cone Penetration Test (CPT) menggunakan alat sondir yang ujungnya


berbentuk kerucut dengan sudut 600 , dengan luasan ujung alat sebesar
10 cm2. Penggunaan alat ini ditekan ke dalam tanah terus menerus
dengan kecepatan tetap yaitu 20 mm/detik, seiring dengan besarnya
perlawanan tanah terhadap kerucut penetrasi (qc) yang terus diukur.
Ukuran alat uji penetrasi kerucut (CPT) telah distandardisasi dalam
ISSMFE (1989) dan D3441-75T (ASTM 1987) (Gambar 4).

Gambar 4. Spesifikasi Ukuran Alat Uji CPT


(Sumber: http://www.google.com)
Hal-Hal Penting dalam Uji CPT

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji CPT antara lain sebagai
berikut :
(1) Pengujian

dapat dilakukan dengan menggunakan alat konus

bersistem mekanik konvensional (berdasarkan SNI 03-2827) atau


alat dengan menggunakan sistem elektronik (Berdasarkan ASTM
D 5778 Test Method for Electronic Cone Penetration Testing of
Soils) (Gambar 5).

Gambar 5. Contoh Konus Elektrik pada Alat Uji CPT


(Sumber: http://www.google.com)

(2) Uji CPT dapat digunakan dalam tanah lempung sangat lunak
sampai pasir padat, tetapi tidak untuk kerikil atau batuan.
(3) Pengujian CPT tidak dapat digunakan untuk pengambilan contoh
uji. Oleh karena itu, guna melengkapi hasil pengeboran diperlukan
pengambilan conto yang diambil dengan menggunakan uji SPT.
Interpretasi Hasil Uji Sondir

Terdapat beberapa parameter yang dihasilkan pada alat uji CPT


(Gambar 6) diantaranya :
(1) Tahanan Ujung (qc)
Tahanan ujung diperoleh dari penekanan ujung konus untuk
memperoleh perlawanan tanah yang dipenetrasi. Tahanan ujung
diukur sebagai gaya penetrasi persatuan luas penampang ujung
konus (qc). Besarnya nilai ini menunjukkan identifikasi jenis
tanah. Pada tanah pasiran, perlawanan ujung yang besar
menunjukkan tanah pasir padat.
(2) Gesekan selimut (fs)
Gesekan selimut (fs) diperoleh dari hasil pengukuran perlawanan
ujung konus dan selimut bersama-sama ditekan ke dalam tanah
dikurangi hasil pengukuran tahanan ujung konus dengan
kedalaman penetrasi yang sama. Gesekan selimut diukur sebagai
gaya penetrasi persatuan luas selimut konus (fs). Gesekan selimut
digunakan untuk menginterpretasikan sifat-sifat tanah dalam
klasifikasi tanah dan memberikan data yang dapat langsung
digunakan untuk perencanaan pondasi tiang.
(3) Friction Ratio (rf)
Friction Ratio merupakan perbandingan antara gesekan selimut
(fs) dengan tahanan ujung (qc). Rasio gesekan (fs/qc) dari hasil
sondir dapat digunakan untuk membedakan tanah berbutir halus
dengan tanah yang berbutir kasar. Adapun harga Friction Ratio
tertentu antara lain :
Harga Friction Ratio < 1 % biasanya untuk tanah pasir.
Harga Friction Ratio > 1 % biasanya untuk tanah Lempung
Harga Friction Ratio > 5 % atau 6 % biasanya untuk jenis tanah
organik (peat)

Gambar 6. Contoh Hasil Uji CPT


(Sumber: http://www.google.com)

Keunggulan Alat Sondir


Penggunaan alat sondir semakin populer dan banyak digunakan di
dunia karena alat ini memiliki kelebihan antara lain :
1. Merupakan jenis uji yang cukup ekonomis dan dapat dilakukan
ulang dengan hasil yang relatif sama, dan
2. Tidak bergantung pada kesalahan operator atau kesalahan operasi
alat.

DAFTAR PUSTAKA

ASTM.(1987). Standart Test Method for Cone Penetration Testing, New York.
ASTM.(1992). 1586-84 (reapproved 1992),.Standart Test Method for
Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soils.
Aturan Standar Nasional Indonesia, 2007. Rancangan Konstruksi Bangunan dan
Rekayasa Sipil. Direktorat Jenderal Sumber Daya Geologi : Jakarta.
Baecher, G. B., and Christian, J. T. (2003). Reliability and Statistics in
Geotechnical Engineering, John Wiley & Sons Ltd, Chichestes, England.
Bowles, J. (1996). Foundation analysis and design, McGraw-Hill, Singapore.
Campbell, 1987, Extracting Topographic Structure from Digital Elevation Data
for MODIS Analysis, Photogram. Eng. & Remote Sensing 54(11).
Idham, 2000. Studi Estimasi Bearing Stratum Pondasi Tiang Dengan
Menggunakan Geostatistik Pada Pembangunan Dermaga Coal Unloading
Pt. Semen Tonasa. Laporan Skripsi. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Lacasse, S., and Nadim, F. (1996). "Uncertainties in Characterizing Soil
Properties." Uncertainty in the Geologic Environment (GSP 58), edited by
Shackelford, CD, Nelson, PP, and Roth, MJS, ASCE, New York, pp.49-75.

Anda mungkin juga menyukai