3, NOVEMBER 2011
I Wayan Wiraga
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali
Bukit Jimbaran, Po Box 1064 Tuban Badung Bali
Phone 6203617895683, Fax 620361701981
Abstrak : Dalam rangka penunjang program PLN untuk pemasangan sejuta sambungan,
maka diareal Indonesia Power Pesanggaran dibangun beberapa Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD). Diperlukan adanya investigasi tanah lapangan maupun
laboratorium untuk menentukan jenis pondasi yang tepat untuk pondasi PLTD.
Dilakukan pengujian tanah lapangan berupa 7 titik sondir dan pengeboran yang disertai
pengujian SPT sampai kedalaman 30 meter. Pengambilan sampel terganggu dan tidak
terganggu dilakukan pada interval tertentu sesuai dengan perubahan strata lapisan tanah.
Pengujian laboratorium menyangkut specific grafity, dray density, direck shear dan
konsolidasi.
Secara umum lapisan tanah pada lokasi explorasi sampai kedalaman 2 meter dari
permukaan tanah adalah lapisan lime stone yang merupakan material urugan. Lapisan
tanah dibawah elevasi -2 meter sampai -24 meter didominasi oleh tanah lanau dan
lempung kepasiran dengan nilai SPT sangat kecil. Nilai SPT yang dianggap layak untuk
meletakkan pondasi ditemukan mulai elevasi -24 meter, dimana lapisan tanah merupakan
lapisan pasir halus padat. Disarankan menggunakan pondasi dalam dengan penetrasi
mencapai kedalaman –24 meter. Bila digunakan pondasi tiang dengan diameter 30 cm
dan penetrasi mencapai elevasi –27 meter, daya dukung tanah yang mampu dikerahkan
oleh pondasi berada pada kisaran 84,98 ton per tiang.
cohesi dan sudut geser tanah. Pemilihan <2 Sangat lunak <25
jenis pondasi ditetapkan berdasarkan daya 2-4 Lunak 25-50
dukung tanah pada kedalaman tertentu 4-8 Sedang 50-100
dimana daya dukung tanah dianggap 8-15 Kaku 100-200
memadai untuk keamanan bangunan. 15-30 Sangat kaku 200-400
>30 Keras >400
Bab III:DASAR TEORI 2.3. Pengujian Sondir
3.1. Standar Penetration Test(SPT) Alat sondir merupakan
SPT merupakan alat penetrometer dinamis. penetrometer statis yang dipakai secara
Pengujiannya dilakukan dengan mengebor luas di Indonesia. Alat ini berasal dari
tanah terlebih dahulu. Setelah kedalaman negeri Belanda dan dikenal dengan sebutan
yang diinginkan tercapai, maka split spoon Dutch-Cone Penetrometer Test. Prinsip
sampler dimasukkan ke dalam dasar kerja dari alat ini adalah menekan ujung
lubang lalu dipancang dengan penetrometer (konus) kebawah dengan
menggunakan palu seberat 63,5 kg yang mesin penekan yang dijangkarkan pada
dijatuhkan dari ketinggian 75 cm. Setelah tanah, lalu mencatat nilai perlawanan
dipancang sedalam 15 cm, maka penetrasi konus dan hambatan lekat tanah.
selanjutnya dicatat jumlah pukulan yang Perlawanan penetrasi konus adalah
diperlukan untuk memancang sedalam 30 perlawanan tanah terhadap ujung konus
cm. Jumlah pukulan ini disebut dengan yang dinyatakan dalam gaya per satuan
nilai N atau standard penetration luas. Hambatan lekat adalah perlawanan
resistance value. Seperti halnya sondir, geser tanah terhadap selubung bikonus
nilai N pada SPT tidak secara otomatis dalam satuan gaya per satuan panjang. Ada
menunjukkan daya dukung dari tanah yang dua macam ujung penetrometer yang biasa
bersangkutan. Hubungan antara nilai N dipakai, yaitu konus (standard type) dan
dengan nilai sudut gesek dalam dan nilai bikonus (friction sleeve atau adhesion
qu ditunjukkan pada tabel 2.1 dan 2.2. jacket type). Konus ini berupa kerucut
dengan sudut 60% dengan luas penampang
Tabel 2.1 Hubungan N dengan Dr dan 10 cm2, yang dipasang pada suatu
sudut gesek dalam (Sosrodarsono, 1981) rangkaian batang dalam dan pipa sondir.
Pada tipe standar, hasil pengukuran berupa
perlawanan penetrasi konus saja (nilai
konus). Hal ini didapatkan dengan cara
menekan hanya pada batang dalam saja.
Gaya yang diperlukan untuk menekan
ujung konus diukur dengan alat pengukur
tekanan yang dipasang pada mesin
Tabel 2.2 Hubungan N dengan qu penekan. Pengukuran dilakukan pada
(Sosrodarsono, 1981) kedalaman-kedalaman tertentu yang telah
ditetapkan dan biasanya dilakukan untuk
setiap kedalaman 20 cm. Setelah
pengukuran pada suatu kedalaman
dilakukan, maka pipa sondir ditekan
sampai pada kedalaman berikutnya,
Tabel 2.3. kemudian pengukuran selanjutnya
Hubungan nilai N dengan kuat tekan bebas dilakukan dengan menekan batang dalam,
(qu), Terzagi dan Peck (1948) dan gaya yang diperlukan diukur dengan
Nilai N Konsistensi Kuat tekan membaca alat pengukur tekanan.
bebas (qu) Pada tipe bikonus, hasil
(kN/m2) pengukuran yang didapatkan adalah nilai
40 JURNAL MATRIX VOL. 1, NO. 3, NOVEMBER 2011
konus dan hambatan lekat, yang dilakukan 2. Untuk pondasi telapak dengan lebar
dengan cara menekan batang dalam. Pada B > 1,2 m, rumus yang digunakan
awalnya, penekanan batang dalam hanya adalah :
menyebabkan masuknya ujung konus, æ B + 0,3 ö
2
50 è B ø
qc . Ab c.U
Qsp = + ...................(2.9)
Fb Fs
Dimana :
Qsp : Daya Dukung Aksial Ijin Bore Pile
B : Lebar pondasi
qc :Tahanan konus pada ujung tiang, (a)
merupakan nilai rata-rata pada kedalaman
4D diatas dan di bawah ujung tiang
Ab : Luas Penampang Ujung Tiang
C : Hambatan lekat ( cleef ) total
sepanjang tiang
U : Keliling tiang
Fb : Faktor Keamanan ( diambil = 3 )
Fs : Faktor Keamanan ( diambil = 5 )
Hasil explorasi lapangan disajikan pada Lapisan tanah dibawah elevasi ini
gambar 4.1 dan 4.2 berupa hasil uji sondir merupakan lapisan tanah pasir halus padat
pada titik S1 dan S7 dan hasil uji SPT pada yang diprediksi tidak mampu ditembus
lubang bor B1 dan B2. Hasil uji oleh tiang pancang bila dalam perencanaan
laboratorium dirangkum pada tabel 4.1 pondasi digunakan tiang pancang.
berupa hasil uji kadar air, berat jenis, hasil
pengujian direck shear dan konsolidasi. Melihat dari dua metode uji lapangan yang
Hasil pengujian laboratorium tersebut dilakukan antara sondir dan SPT, maka
merupakan hasil pengujian terhadap selayaknya pondasi diletakan minimal pada
sample terganggu dan tak terganggu pada elevasi -24 meter. Mengingat beberapa titik
beberapa elevasi. sondir, penetrasinya mencapai elevasi -27
meter, maka disarankan agar rancangan
4.2. Pembahasan pondasi mencapai elevasi-27 meter. Pada
tabel 4.2 disajikan nilai daya dukung
Dari dua log bor yang didapat dari pondasi tiang dengan beberapa diameter
proses pengeboran sampai kedalaman -30 dengan kedalaman -27 meter yang dihitung
meter, diketahui bahwa sampai kedalaman berdasarkan nilai sondir S1 menggunakan
-2 meter dari muka tanah, lapisan tanah rumus Mayerhoff. Pada tabel 4.2 dapat
berupa lapisan tanah urugan berupa lime dilihat bahwa bila dalam perencanaan
stone. Antara -2 meter samapi dengan -24 digunakan pondasi tiang pancang atau
meter merupakan lapisan tanah yang tiang bor dengan diameter 30 cm dan
didominasi oleh lapisan lanau atau penetrasi mencapai -27 meter, daya dukung
lempung kepasiran dan dibeberapa lapisan tanah yang mampu dikerahkan oleh
bercampur dengan karang jahe. Lapisan pondasi tiang tunggal adalah sebesar 84,96
tanah setelah elevasi -24 meter samapai -30 ton per tiang.
meter merupakan lapisan pasir halus padat
dengan nilai SPT>50. Tabel 4.2. Daya dukung pondasi tiang
dengan kedalaman penetrasi 27 meter
Pada Gambar 4.1 disajikan dua grafik (dihitung berdasarkan hasil sondir S1)
hasil uji sondir dengan kedalaman Dia. Tiang f qc Qsp
penetrasi mencapai 17 meter (gambar a) ( cm ) (kg/cm )
2
( ton )
dan penetrasi 27 meter (pada gambar b). 25.00 217.00 65.26
Gambar tersebut adalah dua dari 7 hasil uji 30.00 209.17 84.98
sondir dengan hasil penetrasi paling 35.00 202.14 106.48
40.00 194.63 129.13
dangkal dan paling dalam. Dari tujuh titik
45.00 194.63 156.73
sondir yang dilakukan, kedalaman tanah 50.00 188.00 182.55
keras (bacaan manometer mencapai 55.00 462.30 376.76
250kg/cm2) ditemukan mulai dari elevasi - 60.00 462.80 447.79
17 s/d -27 meter. Variasi kedalaman tanah Tabel 4.3: Hasil analisa daya dukung tiang
keras ternyata cukup besar, hal ini menggunakan rumus Mayerhof
kemungkinan disebabkan oleh lapisan d Kedalaman N Nb Qu Qa
tanah pada interval -17 s/d -27 meter (m) (m) ( ton ) ( ton )
merupakan lapisan tanah dengan campuran
karang jahe yang tidak mampu ditembus 0.3 24 12.7 24.8 137.3 68.7
0.4 24 12.7 24.8 216.6 108.3
oleh ujung konus sondir. Hal itu dapat 0.5 24 12.7 24.8 312.6 156.3
dilihat dari log bor yang disajikan pada
Gambar 4.2. 0.3 27 15.2 45.3 220.9 110.5
0.4 27 15.2 45.3 355.8 177.9
Dari hasil uji SPT pada dua lubang bor 0.5 27 15.2 45.3 521.2 260.6
terlihat bahwa nilai SPT>50 baru
ditemukan mulai elevasi -24 meter.
I WAYAN WIRAGA : INVESTIGASI DAN UJI DAYA DUKUNG TANAH… 43
Elevasi
(m)
15.2 15.2 15.2 15.2
15.4 Lanau kepasiran + karang jahe 15.4 15.4 15.4
15.6 15.6 15.6 15.6 15.0
15.8 15.8 15.8 15.8
16.0
16.0 16.0 3 3 5 8 16.0 16.0 2 2 4 6
16.2 16.2 16.2 16.2
16.4 16.4 16.4 16.4 16.0
16.6 16.6 16.6 16.6
16.8 16.8 17.0 16.8 16.8
17.0 17.0 17.0 17.0
17.2 17.2 17.2 17.2
17.4 Lanau kepasiran, abu-abu 17.4 17.4 17.4 17.0
17.6 + kulit kerang 17.6 17.6 17.6
17.8 17.8 18.0 17.8 17.8
18.0 18.0 3 4 6 10 18.0 18.0 6 8 10 18
18.2 18.2 18.2 18.2 18.0
18.4 18.4 18.4 18.4
18.6 18.6 19.0 18.6 18.6
18.8 18.8 18.8 18.8
19.0 19.0 19.0 19.0 19.0
19.2 19.2 19.2 19.2
19.4 19.4 19.4 19.4
19.6 19.6 20.0 19.6 19.6
19.8 19.8 19.8 19.8
20.0 20.0 4 5 8 13 20.0 20.0 20.0 4 3 3 6
20.2 20.2 20.2 20.2
20.4 20.4 21.0 20.4 20.4
20.6 20.6 20.6 Lanau Kelempungan 20.6
20.8 Lanau kelempungan + serpihan batu karang 20.8 20.8 + kulit kerang 20.8 21.0
21.0 warna abu-abu kekuningan 21.0 21.0 warna abu-abu kehitaman 21.0
21.2 21.2 21.2 21.2
21.4 21.4 22.0 21.4 21.4
21.6 21.6 21.6 21.6
22.0
21.8 21.8 21.8 21.8
22.0 22.0 2 10 12 22 22.0 22.0 4 3 4 7
22.2 22.2 22.2 22.2
23.0
22.4 22.4 22.4 22.4
22.6 22.6 22.6 22.6 23.0
22.8 22.8 22.8 22.8
23.0 23.0 23.0 23.0
23.2 23.2 24.0 23.2 23.2
23.4 23.4 23.4 23.4 24.0
23.6 23.6 23.6 23.6
23.8 Pasir laut kasar 23.8 23.8 23.8
24.0 24.0 14 32 18 50 24.0 24.0 10 16 28 44
24.2 24.2
25.0 sisa 10 cm 24.2 24.2
25.0
24.4 24.4 24.4 24.4
24.6 24.6 24.6 24.6
24.8 24.8 24.8 24.8
25.0 25.0 26.0 25.0 25.0
25.2 25.2 25.2 25.2 26.0
25.4 25.4 25.4 25.4
25.6 25.6 25.6 25.6
25.8 25.8 25.8 25.8
26.0 26.0 27.0 50 50 26.0 26.0 10 18 24 42
27.0
26.2 26.2 sisa 35cm 26.2 26.2
26.4 26.4 26.4 26.4
26.6 26.6 26.6 26.6
26.8 26.8 28.0 26.8 26.8
27.0 27.0 27.0 27.0
28.0
27.2 27.2 27.2 27.2
27.4 27.4 27.4 Lime stone 27.4
27.6 27.6 27.6 27.6
27.8 27.8 29.0 50 50 27.8 27.8 29.0
28.0 Lime stone 28.0 sisa 35 cm 28.0 28.0 10 21 22 43
28.2 28.2 28.2 28.2
28.4 28.4 28.4 28.4
28.6 28.6 30.0 28.6 28.6 30.0
28.8 28.8 28.8 28.8
29.0 29.0 29.0 29.0
29.2 29.2 29.2 29.2
29.4 29.4 29.4 29.4
29.6 29.6 29.6 29.6
29.8 29.8 50 50 29.8 29.8 9 26 26 52
30.0 30.0 sisa 35 cm 30.0 30.0
(b)
(a)
Gbr 4.2: bor log untuk (a) titik B1 dan (b) titik B2
44 JURNAL MATRIX VOL. 1, NO. 3, NOVEMBER 2011
Pada tabel 4.3 disajikan hasil 4. Jenis pondasi yang tepat untuk
analisa daya dukung tiang pancang atau pembangunan PLTD adalah jenis
tiang bor dengan penetrasi 24 dan 27 meter pondasi dalam dengan kedalaman
dari muka tanah. Analisa ini dilakukan penetrasi minimal 24 meter dari
mengunakan rumus Mayerhoff dan permukaan tanah.
didasarkan pada hasil uji SPT pada lubang 5. Rata-rata daya dukung tanah yang
bor B2. Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mampu dikerahkan oleh pondasi tiang
daya dung tanah yang mampu dikerahkan dengan diameter 30 cm dan penetrasi
oleh tiang pancang dengan penetrasi 27 mencapai kedalaman -27 meter
meter dan diameter tiang 30 cm adalah berada pada kisaran 84,94 ton per
sebesar 110,5 ton per tiang. Bila tiang.
dibandingkan dengan daya dukung yang
didapat berdasarkan nilai sondir, maka
daya dukung berdasarkan nilai SPT lebih
5.2.Saran
besar. Oleh karena itu, disarankan
1. Bila dipilih tiang pancang, perlu
mengunakan daya dukung hasil analisa
dipertimbangkan kesulitan
berdasarkan nilai sondir. Diameter dan
pemancangan dan dampak getaran
jumlah tiang yang diperlukan disesuikan
hammer terhadap bangunan
dengan beban yang diterima oleh pondasi.
disekitarnya. Metode pemancangan
Hasil pengujian terhadap beberapa
sebaiknya tidak menggunakan hammer,
sample terganggu maupun tidak terganggu
tetapi jackpile sehingga dampak
(Tabel 4.1) menunjukkan karakteristik
getaran tidak merusak bangunan
tanah untuk tanah kepasiran dengan nilai
disekitarnya.
sudut geser pada kisaran 32o s/ 41o. Nilai
2. Penggunaan bor pile akan memerlukan
cohesi berada pada kisaran 0,07 s/d 0,13
waktu pelaksanaan lebih lama karena
gr/cm2. Berat volume berada pada kisaran
kesulitan proses pengeboran.
1,75 gr/cm3 dan sprcific grafity berada
pada kisaran 2,6-2,7 gr/cm3. Pada anaisa Daftar Pustaka:
ini belum dilakukan analisa penurunan Craig R.F., 1986, Mekanika Tanah,
mengingat beban pondasi belum diketahui Erlanga, Jakarta.
besarnya. Coduto Donald P.,1994,PE, GE,
Foundation Design Principle and Practice,
Prentice Hall, Engewood Cliffs, NJ 07632.
Bab V: Simpulan dan Saran Das Braja M, Noor Endah, Indra Surya
B Mochtar, 1988, Mekanika Tanah
5.1 Simpulan (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik),
1. Lapisan tanah dibawah rencana Erlanga, Jakarta.
konstruksi sampai kedalaman -24 Joseph E Bowels, Erlangga, Jakarta
meter didominasi oleh tanah lempung 1986, Analisa dan Disain Pondasi Jilid 1.
dan lanau yang bercampur pasir dan Joseph E Bowels, Erlangga, Jakarta
kerang jahe. Dibawah elevasi –24 1986, Analisa dan Disain Pondasi Jilid 2.
meter, lapisan tanah berupa pasir halus Surya Negara, Wiraga, Arya, Denpasar
padat. 2009, Laporan Pengujian Tanah untuk
2. Lapisan tanah yang dianggap memiliki Pembangunan Pembangkit Listrik PLN
nilai SPT yang memadai untuk Sanggaran.
meletakkan dasar pondasi ditemukan Suyono Sosro Darsono, Kazuto
mulai kedalaman -24 meter. Nakazawa, 1990, Mekanika Tanah dan
3. Sifat-sifat fisik tanah dibawah rencana Teknik Pondasi, PT Pradnya Paramita,
pondasi PLTD mengarah pada jenis Jakarta.
tanah kerpasir.