Anda di halaman 1dari 9

36 JURNAL MATRIX VOL. 1, NO.

3, NOVEMBER 2011

INVESTIGASI DAN UJI DAYA DUKUNG TANAH DIAREAL PLN


PESANGGARAN DALAM RANGKA PEMILIHAN PONDASI YANG
TEPAT UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL PLN

I Wayan Wiraga
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali
Bukit Jimbaran, Po Box 1064 Tuban Badung Bali
Phone 6203617895683, Fax 620361701981

Abstrak : Dalam rangka penunjang program PLN untuk pemasangan sejuta sambungan,
maka diareal Indonesia Power Pesanggaran dibangun beberapa Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD). Diperlukan adanya investigasi tanah lapangan maupun
laboratorium untuk menentukan jenis pondasi yang tepat untuk pondasi PLTD.
Dilakukan pengujian tanah lapangan berupa 7 titik sondir dan pengeboran yang disertai
pengujian SPT sampai kedalaman 30 meter. Pengambilan sampel terganggu dan tidak
terganggu dilakukan pada interval tertentu sesuai dengan perubahan strata lapisan tanah.
Pengujian laboratorium menyangkut specific grafity, dray density, direck shear dan
konsolidasi.
Secara umum lapisan tanah pada lokasi explorasi sampai kedalaman 2 meter dari
permukaan tanah adalah lapisan lime stone yang merupakan material urugan. Lapisan
tanah dibawah elevasi -2 meter sampai -24 meter didominasi oleh tanah lanau dan
lempung kepasiran dengan nilai SPT sangat kecil. Nilai SPT yang dianggap layak untuk
meletakkan pondasi ditemukan mulai elevasi -24 meter, dimana lapisan tanah merupakan
lapisan pasir halus padat. Disarankan menggunakan pondasi dalam dengan penetrasi
mencapai kedalaman –24 meter. Bila digunakan pondasi tiang dengan diameter 30 cm
dan penetrasi mencapai elevasi –27 meter, daya dukung tanah yang mampu dikerahkan
oleh pondasi berada pada kisaran 84,98 ton per tiang.

Kata kunci: Sondir, SPT, lanau dan lempung kepasiran.

Abstract : Support for a millions connection PLN program, at Indonesia Power


Pesanggaran divelove some diesel generator. They need field and laboratory soil test for
choose feasible generator foundations. Field soil investigation are seven point sondir
(DCP) and two point boring. Every point boring include SPT test interval 2 meter deft of
bor. The deft of bor until -30 meter elevation. Undisturb and disturb sample take from
every different soil layer. That is specific grafity , dray density, direct shear and
consolidation are the laboratory soil test .
Until -2 meter elevation are fill soil layer, that is lime stone. Under -2 meter
elevation until -24 meter, the layer of soil domination by silt and sandy clay with very
small SPT value. The feasible SPT value available under -24 meter elevation, that is hard
fine sand layer. For the generator foundation, suggestion with deft foundation. If the
foundation is bor pile with 30 cm diemeter, and penetration until -24 meter, the single
pile support is 84,98 ton.

Keywords: Sondir, SPT, Silt and sandy clay.

Copyright ©JURNAL MATRIX 2011


I WAYAN WIRAGA : INVESTIGASI DAN UJI DAYA DUKUNG TANAH… 37

Bab 1: PENDAHULUAN pengambilan sampel untuk uji laboratorium


memerlukan proses pengeboran. Mengingat
1.1.Latar Belakang daerah yang akan dibangun adalah merupakan
Penyediaan listrik di Pulau bali saat ini daerah bekas rawa, maka proses pengeboran,
sangat tergantung oleh tranmisi Jawa-Bali yang pengambilan sampel dan uji SPT dilakukan
sangat rentan terhadap gangguan. Volume sampai kedalaman 30 meter. Uji SPT
itupun masih dirasa masih sangat kurang dilakukan setiap kedalaman 2 meter dan
mengingat pertumbuhan kebutuhan listrik pengambilan sampel undisturb dilakukan
dibandingkan dengan kemampuan PLN sebanyak 4 sampel per lubang bor. Mengingat
menyediakan aliran listrik sangat lambat. Hal luasan areal yang akan dibangun maka uji
ini tentu sangat menghambat pertumbuhan sondir dilakukan sebanyak 7 titik dengan
ekonomi terutama sektor pariwisata di daerah lokasi sesuai petunjuk PT Indonesia Matra
Bali. Untuk mengatasi kurangnya kebutuhan Power, sedangkan boring dan pengujian SPT
listrik ini, meskipun tidak ramah lingkungan, dilakukan pada dua titik yaitu sisi barat dan sisi
diareal Indonesai Power Pesanggaran dibangun timur rencana pondasi mesin. Uji sondir
beberapa pembangkit listrik tenaga diesel. dilakukan sampai kedaman tanah keras yaitu
Pembangkit listrik tenaga diesel ini bacaan manometer sampai 250 kg/cm2. Hasil
memerlukan pondasi khusus untuk mengatasi pengujian lapangan yang berupa grafik SPT
getaran dan beban bangunan penyangga dan dan grafik sondir dapat dipakai sebagai dasar
mesin yang begitu berat. Oleh karena itu, untuk menentukan daya dukung tanah.
diperlukan adanya penyelidikan tanah yang Pengujian laboratorium menyangkut
memadai sehingga bangunan pondasi yang uji direck shear, uji spesific grafity, water
dirancang dapat menciptakan bangunan yang content dan konsolidasi dilakukan pada
aman. laboratorium Mekanika Tanah Politeknik
Daya dukung tanah dapat diketahui Negeri Bali. Hasil pengujian direct shear
melalui penyelidikan tanah, baik penyelidikan berupa nilai cohesi (c) dan nilai sudut geser
laboratorium maupun penyelidikan lapangan. tanah ( f ). Nilai ini dapat juga dipakai sebagai
Pemilihan kedua jenis penyelidikan ini dasar untuk menghitung daya dukung tanah,
didasarkan pada peruntukan hasil penyelidikan misalnya dengan rumus Terzagi, Hansen atau
dan jenis lapisan tanah yang diuji. Untuk Mayerhof.
perencanaan bangunan gedung pada tanah dari
jenis lempung dan lanau biasanya dipakai 1.2. Rumusan Permasalahan
peralatan Sondir atau Dutch Cone Melalui penelitian ini pertanyaan yang
Penetrometer (DCP). Pada bangunan jembatan ingin dijawab adalah sebagai berikut :
dan tanah bergrevel biasanya dilakukan
pengeboran plus uji Standard Penetration Test 1. Bagaimanakah stratigrafi lapisan
(SPT). Mengingat ketidak pastian jenis lapisan tanah dibawah rencana bangunan
tanah yang akan diuji, maka sebagai yang akan dibangun?
pembanding kedua jenis pengujian diatas 2. Berapa kedalaman tanah keras yang
(Sondir dan SPT) dapat dilakukan bersama-
layak dipakai sebagai dasar untuk
sama pada satu lokasi. Pengujian laboratorium
diperlukan sebagai pelengkap bagi pengujian
meletakkan dasar pondasi?
lapangan atau bila parameter tanah yang ingin 3. Bagaimakah sifat-sifat fisik dan
diketahui tidak dapat dilakukan melalui mekanis tanah dibawah rencana
penyelidikan lapangan. Pengujian laboratorium bangunan?
untuk menentukan daya dukung dapat berupa 4. Berapa daya dukung tanah dibawah
uji direct shear, Unconfine Compression Test rencana bengunan?
(UCT) atau triaksial test. 5. Jenis pondasi apakah yang sesuai
Pada pembangunan beberapa dengan jenis tanah pada areal
pembangkit listrik tenaga disesel ini diperlukan rencana bangunan PLTD?
informasi tentang daya dukung tanah melalui
uji Sondir, SPT dan uji geser langsung (Direct
Shear) dilaboratorium. Uji SPT dan
38 JURNAL MATRIX VOL. 1, NO. 3, NOVEMBER 2011

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian dilakukan setiap interval 2 meter,


Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk: sedangkan pengujian sondir dilakukan
sampai tegangan 250 kg/cm2.
1. Mengetahui jenis dan stratigrafi
lapisan tanah dibawah rencana 2.2.Pengumpulan data
bangunan PLTD. Pengumpulan data dilakukan dengan
2. Mengetahui kedalaman tanah keras cara ekplorasi dilapangan berupa
yang dianggap layak untuk pengeboran dan pengujian sondir.
meletakkan dasar pondasi. Pengeboran bertujuan untuk mengetahui
3. Mengetahui sifat-sifat fisik dan jenis lapisan tanah dan nilai SPT (N) setiap
mekanis tanah dibawah rencana interval 2 meter kedalaman. Sedangkan
bangunan PLTD. pengujian sondir bertujuan untuk
4. Mengetahui daya dukung tanah mengetahui tahanan ujung (konus) dan
dibawah rencana bangunan sesuai hambatan pelekat sebagai dasar untuk
dengan alternative pondasi yang menghitung lekatan dinding tiang bila
akan digunakan. pondasi menggunakan pondasi tiang.
5. Mengetahui jenis pondasi yang Pembacaan manometer dilakukan setiap
ideal untuk pembangunan PLTD. interval 20 cm. Pengeboran juga bertujuan
untuk mendapatkan sampel tidak terganggu
Hasil penelitian ini diharapkan
(undisturb sample) yang akan dipakai
memberikan manfaat :
sebagai sampel untuk uji dilaboratorium.
1. Memberikan masukan kepada Pengujian dilaboratorium dilakukan
pihak perencana dan pemilik dengan mesin geser langsung/direck shear
bangunan tentang jenis dan daya untuk mendapatkan nilai sudut geser tanah
dukung tanah, jenis dan kedalaman dan cohesinya. Pengujian konsolidasi
pondasi yang ideal untuk dilakukan untuk setiap sampel tak
pembangunan PLTD. terganggu untuk menaksir setlement yang
2. Memberikan rasa aman dan kemungkinan terjadi dilapangan.
keyakinan tentang keamanan
bangunan kepada pemilik 2.3.Variabel dan difinisi operasiponal
bangunan, dalam hal ini pihak variabel
PLN. Karena penelitian ini bersifat explorasi
3. Memberikan keamanan kepada yang bertujuan untuk menentukan besaran
masyarakat disekitar PLN. daya dukung tanah, maka beberapa
variabel yang menentukan adalah nilai
sudut geser tanah, cohesi tanah, nilai konus
Bab II. METODE PENELITIAN dan lekatan pada setiap kedalaman serta
nilai SPT (N). Variabel-variabel tersebut
2.1.Populasi dan Sampel merupakan indikator daya dukung tanah
Mengingat luasan areal yang diteliti, dan nilai pada kedalaman tertentu akan
pengambilan sampel dilapangan dilakukan menentukan pemilihan jenis pondasi,
pada lima titik bor. Sampel tidak terganggu ukuran serta kedalamannya. Sedangkan
diambil setiap ada perbedaan jenis lapisan perkiraan terjadinya setlement/penurunan
tanah. Mengingat pengaruh beban dan waktu penurunan ditentukan oleh nilai
bangunan yang sangat berat, pengujian koefisien konsolidasi.
lapangan dilakukan sampai kedalaman 30
meter dari permukaan tanah. Pengeboran 2.4.Analisa data
dilakukan dengan bantuan bor mesin yang Analisa daya dukung tanah dilakukan
dikombinasi dengan pengujian Standard berdasarkan rumus Terzagi dan Mayerhof
Penetration Test (SPT). Pengujian SPT sesuai nilai SPT, konus, hambatan pelekat,
I WAYAN WIRAGA : INVESTIGASI DAN UJI DAYA DUKUNG TANAH… 39

cohesi dan sudut geser tanah. Pemilihan <2 Sangat lunak <25
jenis pondasi ditetapkan berdasarkan daya 2-4 Lunak 25-50
dukung tanah pada kedalaman tertentu 4-8 Sedang 50-100
dimana daya dukung tanah dianggap 8-15 Kaku 100-200
memadai untuk keamanan bangunan. 15-30 Sangat kaku 200-400
>30 Keras >400
Bab III:DASAR TEORI 2.3. Pengujian Sondir
3.1. Standar Penetration Test(SPT) Alat sondir merupakan
SPT merupakan alat penetrometer dinamis. penetrometer statis yang dipakai secara
Pengujiannya dilakukan dengan mengebor luas di Indonesia. Alat ini berasal dari
tanah terlebih dahulu. Setelah kedalaman negeri Belanda dan dikenal dengan sebutan
yang diinginkan tercapai, maka split spoon Dutch-Cone Penetrometer Test. Prinsip
sampler dimasukkan ke dalam dasar kerja dari alat ini adalah menekan ujung
lubang lalu dipancang dengan penetrometer (konus) kebawah dengan
menggunakan palu seberat 63,5 kg yang mesin penekan yang dijangkarkan pada
dijatuhkan dari ketinggian 75 cm. Setelah tanah, lalu mencatat nilai perlawanan
dipancang sedalam 15 cm, maka penetrasi konus dan hambatan lekat tanah.
selanjutnya dicatat jumlah pukulan yang Perlawanan penetrasi konus adalah
diperlukan untuk memancang sedalam 30 perlawanan tanah terhadap ujung konus
cm. Jumlah pukulan ini disebut dengan yang dinyatakan dalam gaya per satuan
nilai N atau standard penetration luas. Hambatan lekat adalah perlawanan
resistance value. Seperti halnya sondir, geser tanah terhadap selubung bikonus
nilai N pada SPT tidak secara otomatis dalam satuan gaya per satuan panjang. Ada
menunjukkan daya dukung dari tanah yang dua macam ujung penetrometer yang biasa
bersangkutan. Hubungan antara nilai N dipakai, yaitu konus (standard type) dan
dengan nilai sudut gesek dalam dan nilai bikonus (friction sleeve atau adhesion
qu ditunjukkan pada tabel 2.1 dan 2.2. jacket type). Konus ini berupa kerucut
dengan sudut 60% dengan luas penampang
Tabel 2.1 Hubungan N dengan Dr dan 10 cm2, yang dipasang pada suatu
sudut gesek dalam (Sosrodarsono, 1981) rangkaian batang dalam dan pipa sondir.
Pada tipe standar, hasil pengukuran berupa
perlawanan penetrasi konus saja (nilai
konus). Hal ini didapatkan dengan cara
menekan hanya pada batang dalam saja.
Gaya yang diperlukan untuk menekan
ujung konus diukur dengan alat pengukur
tekanan yang dipasang pada mesin
Tabel 2.2 Hubungan N dengan qu penekan. Pengukuran dilakukan pada
(Sosrodarsono, 1981) kedalaman-kedalaman tertentu yang telah
ditetapkan dan biasanya dilakukan untuk
setiap kedalaman 20 cm. Setelah
pengukuran pada suatu kedalaman
dilakukan, maka pipa sondir ditekan
sampai pada kedalaman berikutnya,
Tabel 2.3. kemudian pengukuran selanjutnya
Hubungan nilai N dengan kuat tekan bebas dilakukan dengan menekan batang dalam,
(qu), Terzagi dan Peck (1948) dan gaya yang diperlukan diukur dengan
Nilai N Konsistensi Kuat tekan membaca alat pengukur tekanan.
bebas (qu) Pada tipe bikonus, hasil
(kN/m2) pengukuran yang didapatkan adalah nilai
40 JURNAL MATRIX VOL. 1, NO. 3, NOVEMBER 2011

konus dan hambatan lekat, yang dilakukan 2. Untuk pondasi telapak dengan lebar
dengan cara menekan batang dalam. Pada B > 1,2 m, rumus yang digunakan
awalnya, penekanan batang dalam hanya adalah :
menyebabkan masuknya ujung konus, æ B + 0,3 ö
2

sehingga dengan demikian hanya nilai qa = 8N ç ÷ (kN/m )....(2.2)


2

konus yang diukur. Setelah konus ditekan è B ø


sedalam 4 cm, maka penekanan
selanjutnya akan menyebabkan tertekannya Menurut Bowels (1968) nilai daya
konus dan selubung lekatan (friction dukung yang diusulkan oleh Mayerhof
sleeve) secara bersama-sama, sedalam 4 masih dianggap terlalu konserpatif,
cm. Jadi nilai yang terbaca pada alat sehingga rumus Mayerhof direvisi dengan
pengukur tekanan adalah jumlah dari nilai menambahkan fungsi kedalaman dasar
konus dan hambatan lekat. Nilai hambatan pondasi dari permukaan tanah :
lekat didapatkan dengan mengurangkan 1. Untuk lebar pondasi B ≤ 1,2 meter,
nilai konus dari jumlah nilai konus dan rumus daya dukung adalah :
hambatan lekat. Untuk mendapatkan qa =20.N.Kd ............................(2.3)
pembacaan berikutnya, pipa sondir ditekan, 2. Untuk pondasi telapak dengan lebar
sehingga konus, batang dalam dan B > 1,2 meter daya dukung tanah
selubung lekatan akan tertekan secara adalah :
æ B + 0,3 ö
2
bersamaan. Selanjutnya batang dalam
ditekan, dan prosesnya berulang seperti q a = 12,5 N ç ÷ .Kd ......(2.4)
è B ø
yang telah dijelaskan di atas.
Ada dua jenis mesin penekan, yaitu
tipe ringan dan tipe berat. Tipe ringan Dimana :
dapat mengukur tekanan sampai 150 qa = Kapasitas daya dukung netto
kg/cm2, sedangkan tipe berat dapat untuk penurunan maksimum 1”
mengukur sampai 400 kg/cm2. Kedalaman (kN/m2)
penetrasi dapat mencapai 30 m bila lapisan æ 0,33D ö
Kd = ç1 + ÷ ....................(2.5)
tanahnya berupa lapisan tanah lunak. Nilai è B ø
perlawanan penetrasi konus yang didapat
dari hasil pengujian sondir ini tidak secara
B = lebar pondasi (m)
langsung menunjukkan nilai daya dukung
D = Kedalaman pondasi (m).
tanah yang bersangkutan. Nilai konus
Daya dukung yang didapat tentu
merupakan suatu angka empiris, yang
saja harus dibandingkan dengan besarnya
harus dianalisa terlebuh dahulu untuk dapat
tegangan yang didistribusikan oleh pondasi
dipakai sebagai dasar perhitungan daya
ketanah dasar ( beban bangunan dibagi luas
dukung tanah.
pondasi). Daya dukung tanah netto (qa) >
2.4. Perhitungan daya dukung tegangan akibat bangunan diatasnya.
berdasarkan nilai SPT
Perhitungan pondasi tiang bor
Perhitungan daya dukung untuk pondasi berdasarkan nilai SPT dapat digunakan
dangkal (telapak) berdasarkan nilai N rumus Mayerhof :
dapat mengunakan rumus dari Mayerhof, N . As
Qu = 4 N b . Ab + ...............(2.6)
dimana daya dukung tanah dipengaruhi 50
oleh nilai N dan lebar pondasi(B):
1. Untuk pondasi telapak dengan lebar Qu = kapasitas ultimit tiang (ton)
B ≤ 1,2 meter, rumus daya dukung Ab = Luas dasar tiang (ft2)
adalah: Nb = N rata-rata disekitar dasar
qa=12N (kN/m2)......................(2.1) tiang (pada 8d diatas sampai
4d di bawah dasar tiang)
I WAYAN WIRAGA : INVESTIGASI DAN UJI DAYA DUKUNG TANAH… 41

N = N rata-rata di sepanjang tiang D w Gs gb f c Cc mv cv k


As = luas selimut tiang (ft2) (m) % gr/cm
3
der gr/cm
2 2 2
cm /kg cm /dt cm/dt
d = diameter tiang (ft) -0.5 29 2.66 1.70 32.62 0.13 0.43 0.08 0 0
-4.5 51 2.69 1.70 30.96 0.15
-9.5 38 2.65 1.82 38.22 0.05
2.5.Perhitungan daya dukung dengan -14.5 56 2.70 1.67 36.87 0.08
data Sondir -19.5 42 2.66 1.78 39.52 0.06
Daya dukung tanah untuk pondasi -24.5 56 2.70 1.67 38.88 0.06
-29.5 39 2.66 1.81 41.39 0.09
bujur sangkar dan memanjang dihitung
menggunakan rumus Mayerhof (1956). (b)
Daya dukung disesuaikan dengan ukuran D w Gs gb f c Cc mv cv k
3
lebar pondasi. (m) % gr/cm der gr/cm2 cm2/kgcm2/dt cm/dt
Untuk lebar pondasi ≤ 1,2 meter: -0.5 33 2.67 1.79 38.2 0.13 0.29 0.07 0 0
q -4.5 55 2.56 1.64
qu = c (kg / cm 2 ) .............................(2.7) -9.5 40 2.67 1.8 39.5 0.12
30 -14.5 55 2.58 1.65
Untuk lebar pondasi > 1,2 meter -19.5 40 2.66 1.8 40.2 0.06
q c æ B + 0,30 ö
2
-29.5 57 2.68 1.66 31 0.07
qu = ç ÷ (kg / cm ) ..........(2.8)
2

50 è B ø

Sedangkan daya dukung pondasi


tiang dengan menggunakan data sondir
digunakan rumus :

qc . Ab c.U
Qsp = + ...................(2.9)
Fb Fs

Dimana :
Qsp : Daya Dukung Aksial Ijin Bore Pile
B : Lebar pondasi
qc :Tahanan konus pada ujung tiang, (a)
merupakan nilai rata-rata pada kedalaman
4D diatas dan di bawah ujung tiang
Ab : Luas Penampang Ujung Tiang
C : Hambatan lekat ( cleef ) total
sepanjang tiang
U : Keliling tiang
Fb : Faktor Keamanan ( diambil = 3 )
Fs : Faktor Keamanan ( diambil = 5 )

Bab IV:HASIL DAN PEMBAHASAN


(b)
Gambar 4.1. Hasil pengujian sondir
4.1.Hasil explorasi lapangan dan uji
laboratorium (a) Hasil uji sondir pada titik S1
(b) Hasil uji sondir pada titik S7
Tabel 4.1: (a) properties tanah pada bor 1,
(b) properties tanah pada bor 2
(a)
42 JURNAL MATRIX VOL. 1, NO. 3, NOVEMBER 2011

Hasil explorasi lapangan disajikan pada Lapisan tanah dibawah elevasi ini
gambar 4.1 dan 4.2 berupa hasil uji sondir merupakan lapisan tanah pasir halus padat
pada titik S1 dan S7 dan hasil uji SPT pada yang diprediksi tidak mampu ditembus
lubang bor B1 dan B2. Hasil uji oleh tiang pancang bila dalam perencanaan
laboratorium dirangkum pada tabel 4.1 pondasi digunakan tiang pancang.
berupa hasil uji kadar air, berat jenis, hasil
pengujian direck shear dan konsolidasi. Melihat dari dua metode uji lapangan yang
Hasil pengujian laboratorium tersebut dilakukan antara sondir dan SPT, maka
merupakan hasil pengujian terhadap selayaknya pondasi diletakan minimal pada
sample terganggu dan tak terganggu pada elevasi -24 meter. Mengingat beberapa titik
beberapa elevasi. sondir, penetrasinya mencapai elevasi -27
meter, maka disarankan agar rancangan
4.2. Pembahasan pondasi mencapai elevasi-27 meter. Pada
tabel 4.2 disajikan nilai daya dukung
Dari dua log bor yang didapat dari pondasi tiang dengan beberapa diameter
proses pengeboran sampai kedalaman -30 dengan kedalaman -27 meter yang dihitung
meter, diketahui bahwa sampai kedalaman berdasarkan nilai sondir S1 menggunakan
-2 meter dari muka tanah, lapisan tanah rumus Mayerhoff. Pada tabel 4.2 dapat
berupa lapisan tanah urugan berupa lime dilihat bahwa bila dalam perencanaan
stone. Antara -2 meter samapi dengan -24 digunakan pondasi tiang pancang atau
meter merupakan lapisan tanah yang tiang bor dengan diameter 30 cm dan
didominasi oleh lapisan lanau atau penetrasi mencapai -27 meter, daya dukung
lempung kepasiran dan dibeberapa lapisan tanah yang mampu dikerahkan oleh
bercampur dengan karang jahe. Lapisan pondasi tiang tunggal adalah sebesar 84,96
tanah setelah elevasi -24 meter samapai -30 ton per tiang.
meter merupakan lapisan pasir halus padat
dengan nilai SPT>50. Tabel 4.2. Daya dukung pondasi tiang
dengan kedalaman penetrasi 27 meter
Pada Gambar 4.1 disajikan dua grafik (dihitung berdasarkan hasil sondir S1)
hasil uji sondir dengan kedalaman Dia. Tiang f qc Qsp
penetrasi mencapai 17 meter (gambar a) ( cm ) (kg/cm )
2
( ton )
dan penetrasi 27 meter (pada gambar b). 25.00 217.00 65.26
Gambar tersebut adalah dua dari 7 hasil uji 30.00 209.17 84.98
sondir dengan hasil penetrasi paling 35.00 202.14 106.48
40.00 194.63 129.13
dangkal dan paling dalam. Dari tujuh titik
45.00 194.63 156.73
sondir yang dilakukan, kedalaman tanah 50.00 188.00 182.55
keras (bacaan manometer mencapai 55.00 462.30 376.76
250kg/cm2) ditemukan mulai dari elevasi - 60.00 462.80 447.79
17 s/d -27 meter. Variasi kedalaman tanah Tabel 4.3: Hasil analisa daya dukung tiang
keras ternyata cukup besar, hal ini menggunakan rumus Mayerhof
kemungkinan disebabkan oleh lapisan d Kedalaman N Nb Qu Qa
tanah pada interval -17 s/d -27 meter (m) (m) ( ton ) ( ton )
merupakan lapisan tanah dengan campuran
karang jahe yang tidak mampu ditembus 0.3 24 12.7 24.8 137.3 68.7
0.4 24 12.7 24.8 216.6 108.3
oleh ujung konus sondir. Hal itu dapat 0.5 24 12.7 24.8 312.6 156.3
dilihat dari log bor yang disajikan pada
Gambar 4.2. 0.3 27 15.2 45.3 220.9 110.5
0.4 27 15.2 45.3 355.8 177.9
Dari hasil uji SPT pada dua lubang bor 0.5 27 15.2 45.3 521.2 260.6
terlihat bahwa nilai SPT>50 baru
ditemukan mulai elevasi -24 meter.
I WAYAN WIRAGA : INVESTIGASI DAN UJI DAYA DUKUNG TANAH… 43

BOR LOG BOR LOG


Proyek : Indonesia Power Undisturb Sample ( UDS ) Proyek : Indonesia Power Undisturb Sample ( UDS )
Lokasi : Indonesia Pawer Pesanggaran Denpasar,Bali Disturb Sample ( DS ) Bor 1 Lokasi : Indonesia Pawer Pesanggaran Denpasar,Bali Disturb Sample ( DS ) Bor 2
Dites oleh: CV SoilINDO SPT Dites oleh: CV SoilINDO SPT
Tanggal : 20-27 Oktober 2009 Muka air tanah Tanggal : 20-27 Oktober 2009 Muka air tanah
Titik B1 Titik B2
D D STANDARD PENETRATION TEST D D STANDARD PENETRATION TEST
e i D e i D
p a e N p a e N
t g Description p t g Description p
h r t Penetrasi Tot h r t Penetrasi Tot
a h a h
15 15 15 al 15 15 15 al
m m
(m) (m) I II II N (m) (m) I II II N

0.0 0.0 0 0 0 0 0.0 0.0 0 0 0 0


0.2 0.2 0.2 0.2
0.4 urugan lime stone 0.4 0.4 urugan lime stone 0.4
SPT (N)
0.6 0.6 0.6 0.6
0.8 0.8 0.8 0.8
1.0 1.0 0 10 20 30 40 50 1.0 1.0
1.2 1.2 1.2 1.2
0.0 SPT (N)
1.4 1.4 1.4 1.4
1.6 1.6 1.6 Lanau Kelempungan warna abu-abu 1.6
1.8 1.8 1.8 1.8
2.0 2.0 2 4 6 10 2.0 2.0 2 3 5 8
2.2 2.2 1.0 2.2 2.2 0 10 20 30 40 50
2.4 2.4 2.4 2.4
0.0
2.6 2.6 2.6 2.6
2.8 2.8 2.8 2.8
3.0 3.0 3.0 3.0
3.2 3.2 2.0 3.2 3.2
3.4 3.4 3.4 3.4 1.0
3.6 3.6 3.6 3.6
3.8 Pasir kelanauan, warna abu-abu 3.8 3.8 3.8
4.0 4.0 3.0 2 2 3 5 4.0 Pair kasar, warna hitam +kulit kerang 4.0 2 4 4 8
4.2 4.2 4.2 4.2 2.0
4.4 4.4 4.4 4.4
4.6 4.6 4.6 4.6
4.8 4.8 4.8 4.8
5.0 5.0 4.0 5.0 5.0
5.2 5.2 5.2 5.2
3.0
5.4 5.4 5.4 5.4
5.6 5.6 5.6 5.6
5.8 5.8 5.0 5.8 5.8
6.0 6.0 1 2 4 6 6.0 6.0 4.0 2 2 2 4
6.2 6.2 6.2 6.2
6.4 6.4 6.4 6.4
6.6 6.6 6.6 6.6
6.8 6.8 6.0 6.8 6.8 5.0
7.0 7.0 7.0 7.0
7.2 7.2 7.2 7.2
7.4 7.4 7.4 7.4
7.6 7.6 7.6 7.6
7.0 6.0
7.8 7.8 7.8 7.8
8.0 8.0 1 2 4 6 8.0 8.0 1 1 2 3
8.2 8.2 8.2 8.2
8.4 8.4 8.4 8.4
8.6 Pair kelanauan bercampur kulit kerang 8.6 8.0 8.6 8.6 7.0
8.8 warna abu-abu 8.8 8.8 8.8
9.0 9.0 9.0 9.0
9.2 9.2 9.2 9.2
9.4 9.4 9.4 9.4 8.0
9.6 9.6
9.0 9.6 9.6
9.8 9.8 9.8 9.8
10.0 10.0 1 2 3 5 10.0 10.0 1 0 0 0
10.2 10.2 10.2 10.2
10.4 10.4 10.0 10.4 10.4 9.0
10.6 10.6 10.6 10.6
10.8 10.8 10.8 10.8
11.0 11.0 11.0 11.0
11.2 11.2 11.2 11.2 10.0
11.4 11.4 11.0 11.4 11.4
11.6 11.6 11.6 11.6
11.8 11.8 11.8 11.8
12.0 12.0 1 1 1 2 12.0 12.0 1 0 0 0
11.0
12.2 12.2 12.0 12.2 Lanau kepasiran 12.2
12.4 Pair kelanauan bercampur karang jahe 12.4 12.4 +kulit kerang 12.4
12.6 warna abu-abu 12.6 12.6 12.6
12.8 12.8 12.8 12.8
13.0 13.0 13.0 13.0 12.0
13.2 13.2 13.0 13.2 13.2
13.4 13.4 13.4 13.4
13.6 13.6 13.6 13.6
13.8 13.8 13.8 13.8 13.0
14.0 14.0 1 1 2 3 14.0 14.0 1 1 1 2
14.0
14.2 14.2 14.2 14.2
14.4 14.4 14.4 14.4
Elevasi
(m)

14.6 14.6 14.6 14.6


14.0
14.8 14.8 14.8 14.8
15.0 15.0 15.0 15.0 15.0

Elevasi
(m)
15.2 15.2 15.2 15.2
15.4 Lanau kepasiran + karang jahe 15.4 15.4 15.4
15.6 15.6 15.6 15.6 15.0
15.8 15.8 15.8 15.8
16.0
16.0 16.0 3 3 5 8 16.0 16.0 2 2 4 6
16.2 16.2 16.2 16.2
16.4 16.4 16.4 16.4 16.0
16.6 16.6 16.6 16.6
16.8 16.8 17.0 16.8 16.8
17.0 17.0 17.0 17.0
17.2 17.2 17.2 17.2
17.4 Lanau kepasiran, abu-abu 17.4 17.4 17.4 17.0
17.6 + kulit kerang 17.6 17.6 17.6
17.8 17.8 18.0 17.8 17.8
18.0 18.0 3 4 6 10 18.0 18.0 6 8 10 18
18.2 18.2 18.2 18.2 18.0
18.4 18.4 18.4 18.4
18.6 18.6 19.0 18.6 18.6
18.8 18.8 18.8 18.8
19.0 19.0 19.0 19.0 19.0
19.2 19.2 19.2 19.2
19.4 19.4 19.4 19.4
19.6 19.6 20.0 19.6 19.6
19.8 19.8 19.8 19.8
20.0 20.0 4 5 8 13 20.0 20.0 20.0 4 3 3 6
20.2 20.2 20.2 20.2
20.4 20.4 21.0 20.4 20.4
20.6 20.6 20.6 Lanau Kelempungan 20.6
20.8 Lanau kelempungan + serpihan batu karang 20.8 20.8 + kulit kerang 20.8 21.0
21.0 warna abu-abu kekuningan 21.0 21.0 warna abu-abu kehitaman 21.0
21.2 21.2 21.2 21.2
21.4 21.4 22.0 21.4 21.4
21.6 21.6 21.6 21.6
22.0
21.8 21.8 21.8 21.8
22.0 22.0 2 10 12 22 22.0 22.0 4 3 4 7
22.2 22.2 22.2 22.2
23.0
22.4 22.4 22.4 22.4
22.6 22.6 22.6 22.6 23.0
22.8 22.8 22.8 22.8
23.0 23.0 23.0 23.0
23.2 23.2 24.0 23.2 23.2
23.4 23.4 23.4 23.4 24.0
23.6 23.6 23.6 23.6
23.8 Pasir laut kasar 23.8 23.8 23.8
24.0 24.0 14 32 18 50 24.0 24.0 10 16 28 44
24.2 24.2
25.0 sisa 10 cm 24.2 24.2
25.0
24.4 24.4 24.4 24.4
24.6 24.6 24.6 24.6
24.8 24.8 24.8 24.8
25.0 25.0 26.0 25.0 25.0
25.2 25.2 25.2 25.2 26.0
25.4 25.4 25.4 25.4
25.6 25.6 25.6 25.6
25.8 25.8 25.8 25.8
26.0 26.0 27.0 50 50 26.0 26.0 10 18 24 42
27.0
26.2 26.2 sisa 35cm 26.2 26.2
26.4 26.4 26.4 26.4
26.6 26.6 26.6 26.6
26.8 26.8 28.0 26.8 26.8
27.0 27.0 27.0 27.0
28.0
27.2 27.2 27.2 27.2
27.4 27.4 27.4 Lime stone 27.4
27.6 27.6 27.6 27.6
27.8 27.8 29.0 50 50 27.8 27.8 29.0
28.0 Lime stone 28.0 sisa 35 cm 28.0 28.0 10 21 22 43
28.2 28.2 28.2 28.2
28.4 28.4 28.4 28.4
28.6 28.6 30.0 28.6 28.6 30.0
28.8 28.8 28.8 28.8
29.0 29.0 29.0 29.0
29.2 29.2 29.2 29.2
29.4 29.4 29.4 29.4
29.6 29.6 29.6 29.6
29.8 29.8 50 50 29.8 29.8 9 26 26 52
30.0 30.0 sisa 35 cm 30.0 30.0

(b)
(a)
Gbr 4.2: bor log untuk (a) titik B1 dan (b) titik B2
44 JURNAL MATRIX VOL. 1, NO. 3, NOVEMBER 2011

Pada tabel 4.3 disajikan hasil 4. Jenis pondasi yang tepat untuk
analisa daya dukung tiang pancang atau pembangunan PLTD adalah jenis
tiang bor dengan penetrasi 24 dan 27 meter pondasi dalam dengan kedalaman
dari muka tanah. Analisa ini dilakukan penetrasi minimal 24 meter dari
mengunakan rumus Mayerhoff dan permukaan tanah.
didasarkan pada hasil uji SPT pada lubang 5. Rata-rata daya dukung tanah yang
bor B2. Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mampu dikerahkan oleh pondasi tiang
daya dung tanah yang mampu dikerahkan dengan diameter 30 cm dan penetrasi
oleh tiang pancang dengan penetrasi 27 mencapai kedalaman -27 meter
meter dan diameter tiang 30 cm adalah berada pada kisaran 84,94 ton per
sebesar 110,5 ton per tiang. Bila tiang.
dibandingkan dengan daya dukung yang
didapat berdasarkan nilai sondir, maka
daya dukung berdasarkan nilai SPT lebih
5.2.Saran
besar. Oleh karena itu, disarankan
1. Bila dipilih tiang pancang, perlu
mengunakan daya dukung hasil analisa
dipertimbangkan kesulitan
berdasarkan nilai sondir. Diameter dan
pemancangan dan dampak getaran
jumlah tiang yang diperlukan disesuikan
hammer terhadap bangunan
dengan beban yang diterima oleh pondasi.
disekitarnya. Metode pemancangan
Hasil pengujian terhadap beberapa
sebaiknya tidak menggunakan hammer,
sample terganggu maupun tidak terganggu
tetapi jackpile sehingga dampak
(Tabel 4.1) menunjukkan karakteristik
getaran tidak merusak bangunan
tanah untuk tanah kepasiran dengan nilai
disekitarnya.
sudut geser pada kisaran 32o s/ 41o. Nilai
2. Penggunaan bor pile akan memerlukan
cohesi berada pada kisaran 0,07 s/d 0,13
waktu pelaksanaan lebih lama karena
gr/cm2. Berat volume berada pada kisaran
kesulitan proses pengeboran.
1,75 gr/cm3 dan sprcific grafity berada
pada kisaran 2,6-2,7 gr/cm3. Pada anaisa Daftar Pustaka:
ini belum dilakukan analisa penurunan Craig R.F., 1986, Mekanika Tanah,
mengingat beban pondasi belum diketahui Erlanga, Jakarta.
besarnya. Coduto Donald P.,1994,PE, GE,
Foundation Design Principle and Practice,
Prentice Hall, Engewood Cliffs, NJ 07632.
Bab V: Simpulan dan Saran Das Braja M, Noor Endah, Indra Surya
B Mochtar, 1988, Mekanika Tanah
5.1 Simpulan (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik),
1. Lapisan tanah dibawah rencana Erlanga, Jakarta.
konstruksi sampai kedalaman -24 Joseph E Bowels, Erlangga, Jakarta
meter didominasi oleh tanah lempung 1986, Analisa dan Disain Pondasi Jilid 1.
dan lanau yang bercampur pasir dan Joseph E Bowels, Erlangga, Jakarta
kerang jahe. Dibawah elevasi –24 1986, Analisa dan Disain Pondasi Jilid 2.
meter, lapisan tanah berupa pasir halus Surya Negara, Wiraga, Arya, Denpasar
padat. 2009, Laporan Pengujian Tanah untuk
2. Lapisan tanah yang dianggap memiliki Pembangunan Pembangkit Listrik PLN
nilai SPT yang memadai untuk Sanggaran.
meletakkan dasar pondasi ditemukan Suyono Sosro Darsono, Kazuto
mulai kedalaman -24 meter. Nakazawa, 1990, Mekanika Tanah dan
3. Sifat-sifat fisik tanah dibawah rencana Teknik Pondasi, PT Pradnya Paramita,
pondasi PLTD mengarah pada jenis Jakarta.
tanah kerpasir.

Anda mungkin juga menyukai