Anda di halaman 1dari 7

JURNAL TEKNIK SIPIL (JTSIP) : VOL. 1 NO.

1 JUNI 2022

PERHITUNGAN DAYA DUKUNG RENCANA PONDASI


BORE PILE PADA PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KANTOR BALAI/POS PELAYANAN PENEGAKAN HUKUM
DI JL SISINGAMANGARAJA MEDAN BERDASARKAN
SONDIR, SPT DAN BORING
Preddy Pratama, Bangun Pasaribu, Ronal HT Simbolon
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Islam Sumatera Utara
Jl. Sisingamangaraja Medan
Preddypratama97@gmail.com; bangun@ft.uisu.ac.id; ronal.h.t.simbolon@ft.uisu.ac.id

Abstrak
Pondasi adalah struktur bagian bawah dari konstruksi bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah
dan merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang
akan memikul dan menahan suatu beban yang bekerja di atasnya. Dalam perencanaan pondasi perlu
diperhitungkan besar beban yang diterima dan daya dukung tanah setempat. Setiap pondasi harus mampu
mendukung beban sampai batas keamanan yang telah ditentukan. Daya dukung pondasi bore pile, dimana
kapasitas daya dukung pondasi dihitung berdasarkan data Sondir, Standart Penetration Test (SPT) dan Boring
dengan menggunakan Metode Mayerhoff. Lokasi penelitian merupakan Perencanaan Pembangunan Balai/Pos
Pelayanan Penegakan Hukum. Hasil perhitungan daya dukung ultimate pondasi terdapat perbedaan nilai
disetiap data, terlihat dari data Sondir nilai daya dukung ultimate pada titik 1 (S-1) sebesar 304,657 Ton, pada
titik 1 (S-2) sebesar 287,088 Ton, pada titik 1 (S-3) sebesar 337,409 Ton, pada titik 1 (S-4) sebesar 305,816 Ton.
Berdasarkan data SPT nilai daya dukung ultimate nya sebesar 237,093 Ton. Sedangkan untuk data Boring nilai
daya dukung ultimate nya sebesar 49,1892 Ton.

Kata Kunci : Bore Pile, Pondasi, Daya Dukung Tanah.

I. PENDAHULUAN dapat dilakukan dengan metode sondir, spt dan


boring. Ketiga metode ini dapat memberikan nilai
Pemilihan dan pemakaian pondasi pada suatu daya dukung yang berbeda.
bangunan haruslah terlebih dahulu
mempertimbangkan beberapa hal antara lain jenis II. LANDASAN TEORI
bangunan, lokasi, keadaan tanah, dana yang tersedia
serta peralatan pendukung yang ada. Pondasi 2.1 Penyelidikan Tanah
berfungsi sebagai wadah penerima beban dari Penyelidikan tanah merupakan suatu tahapan
struktur atas dan kemudian meneruskannya ke dasar awal yang dilakukan sebelum proses pemancangan
tanah. Pondasi dibagi menjadi dua bagian pondasi pondasi, diperlukan suatu pondasi yang baik untuk
dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal adalah mendapatkan suatu konstruksi bangunan yang
pondasi dimana lebar pondasi lebih besar dengan kokoh. Penyelidikan tanah dilakukan dilapangan
kedalaman pondasi dari permukaan tanah, sedangkan dan laboratorium guna mengetahui kondisi tanah
pondasi dalam adalah pondasi dimana lebar pondasi secara menyeluruh dengan detail dan terperinci.
lebih kecil dengan kedalaman pondasi dari Sehingga akan mempermudah perhitungan desain
permukaan tanah. Salah satu jenis pondasi tiang ini pondasi yang benar, aman dan ekonomis. Ada
adalah pondasi tiang pancang. Tiang pancang (pile) beberapa aspek 9 yang didapat dari penyelidikan
adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk tanah atau soil investigation adalah sebagai berikut:
menerima dan mentransfer beban dari struktur atas ke 1. Kedalaman tanah keras atau hard/dense soil
tanah penunjang yang terletak pada kedalaman dan daya dukungnya.
tertentu. Tiang pancang biasanya berbentuk persegi 2. Mengamati level atau letak muka air tanah.
panjang, lingkaran dan segitiga dengan cara 3. Mengetahui secara detail dan terperinci profil
pemasangan yang berbeda-beda seperti dipukul, lapisan tanah dan deskripsi tanah
dibor, atau di dongkrak ke dalam tanah. 4. Mendapatkan nilai SPT ( Standart Penetration
Dilihat berdasarkan material, tiang pancang Test)
(pile) biasanya terbagi kedalam tiga jenis yaitu: 5. Analisa teknis yang menghasilkan daya
Tiang Pancang Kayu (Timber Pile), Tiang Pancang dukung setiap lapisan tanah, sebagai dasar
Baja (Steel Pile), Tiang Pancang Beton (Concrete dalam mendesain pondasi.
Pile). Analisa daya dukung tiang pancang dihitung Perlu diketahui kedalaman muka air tanah
berdasarkan parameter-parameter tanah hasil dari dengan teliti agar dapat memudahkan pelaksanaan
penyelidikan tanah (soil investigation). Penyelidikan

21
JURNAL TEKNIK SIPIL (JTSIP) : VOL. 1 NO. 1 JUNI 20

pembangunan pondasi dan dapat menganalisis Diantara perbedaan tes dilapangan, sondir atau
dengan tepat stabilitasnya. cone penetration test (CPT) seringkali sangat
dipertimbangkan berperanan, ekonomis dan tes
2.2 Data Sondir (Sondering Test) tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan
Sondir adalah suatu alat berbentuk silindris pengukuran terus–menerus dari permukaan
dengan ujungnya berupa suatu konus. Dalam uji tanahdasar. CPT atau sondir ini dapat juga
sondir, alat ini ditekan ke dalam tanah dan kemudian mengklasifikasikan lapisan tanah dan dapat
perlawanan tanah terhadap ujung sondir (tanah memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari
ujung) dan gesekan pada selimut silinder diukur. tanah. Didalam perencanaan pondasi bore piledata
Uji sondir saat ini merupakan salah satu uji tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
lapangan yang telah diterima oleh para praktisi dan kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari
pakar geoteknik. Uji sondir ini telah menunjukkan tiangsebelum pembangunan dimulai, guna
manfaat untuk pendugaan profil atau pelapisan menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari
(stratifikasi) tanah karena jenis perilaku tanah telah tiang bor. Untuk menghitung daya dukung bore
dapat diidentifikasi dari kombinasi hasil pembacaan pileberdasarkan data hasil pengujian sondir dapat
tahanan ujung dan gesekan selimutnya (Rahardjo, dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhof.
2000). Daya dukung batas pondasi tiang dinyatakan
Alat ini telah lama popular di Indonesia dan dengan rumus:
telah digunakan hampir pada setiap penyelidikan Qult = (Qc.Ab) + (qf.o)(2.1)
tanah pada pekerjaan-pekerjaan sipil karena relatif Dimana:
mudah pemakaiannya, cepat dan sangat Qult = kapasitas daya dukung ultimit (Ton)
ekonomis.Menurut Bowles (1997), pengujian ini Qc = Perlawanan ujung konustiang (Kg/cm²)
tidak diterapkan pada tanah berkerikil dan lempung Ab = luas penampang tiang (cm²)
kaku/keras. Pengujian ini dilakukan dengan Qf = jumlah hambatan lekat(Kg/cm)
mendorong kerucut baku (menurut ASTM D 3441 O = keliling tiang(cm)
mempunyai ujung 60º dan diameter dasar = 35,7 mm Daya dukung ijin pondasi dinyatakan
dengan luas irisan lintang 10 cm2) ke dalam tanah dengan rumus (Anugrah dan Erny, 2010:43).
q .𝐴𝑏 q 𝑓.𝑂
dengan kecepatan 10 sampai 20 mm/detik. 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝑐3 + 5 (2.2)
Dewasa ini terdapat paling sedikit lima bentuk
Dimana:
kerucut yang dipakai:
Q ijin =kapasitas daya dukung ijin pondasi(Ton)
1. Mekanis, jenis paling dini dinamakan “kerucut
Qc = kapasitas daya dukung tiang pancang
belanda” karena berasal dari negeri Belanda.
tunggal(Kg/cm²)
2. Gesekan listrik, modifikasi pertama memakai
Ab = luas penampang tiang(cm²)
pengukur regangan untuk mengukur qc dan qs.
Qf = jumlah hambatan lekat(Kg/cm²)
3. Piezo listrik, suatu modifikasi atas kerucut
gesek untuk memungkinkan pengukuran
tekanan air pori pada ujung kerucut.
4. Piezo/gesek listrik, modifikasi lanjutan untuk
mengukur gesekan selongsong tahanan ujung
dan tekanan pori.
5. Kerucut seismic, sebuah modifikasi tambahan
baru-baru ini untuk mencakup pengambilan
getaran agar memperoleh data guna menghitung
kecepatan gelombanggeser dari suatu kejut
permukaan sehingga modulus geser dinamiknya
dapat diukur.
Penggunaan uji sondir yang makin luas
terutama disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Cukup ekonomis dan dapat dilakukan ulang
dengan hasil yang konsisten.
2. Korelasi empirik semakin andal.
3. Perkembangan yang semakin meningkat
khususnya dengan ada penambahan sensor pada
sondir listrik seperti batu pori dan stress cell
untuk mengukur respon tekanan lateral tanah.
4. Kebutuhan untuk pengujian di lapangan (insitu
test) dimana sampel tanah tidak dapat diambil
(tanah lembek dan pasir). Gambar 1. Contoh grafik CPT
5. Dapat digunakan untuk menentukan daya Sumber https://untungsuprayitno.wordpress.com/
dukung tanah dengan baik (Rahardjo, 2000). 2011/05/18/pengolahan-data-sondir/

22
JURNAL TEKNIK SIPIL (JTSIP) : VOL. 1 NO. 1 JUNI 2022

2.3 Standard Penetration Test ( SPT) Nb = Nilai rata-rata statistik dari bilangan-
Standart Penetration Test (SPT) telah bilangan SPT dalam daerah kira-kira 8B di
memperoleh popularitas dimana-mana sejak tahun atas sampai dengan 4B di bawah titik
1927 dan telah diterima sebagai uji tanah rutin di tiang.
lapangan . SPT dapat dilakukan dengan cara yang Ab = Luas penampang pile.
relatifmudah sehingga tidak membutuhkan b. Tahanan gesek selimut tiang berdasarkan
keterampilan khusus dari pemakainnya. data pengujian SPT dihitung dengan
Metode pengujian tanah dengan SPT termasuk persamaan Meyerhoff (Bowles, 1993),
cara yang cukup ekonomis untuk memperoleh yaitu:
informasi mengenai kondisi di bawah permukaan Qs = f . L . p(2.7)
tanah dan diperkirakan 80% dari desain pondasi Dimana:
untuk gedung bertingkat menggunakan cara ini. f = 0,2 untuk bore pile
Karena banyaknya data SPT, korelasi empiris telah L = Panjang lapisan tanah(m)
banyakmemperoleh kemajuan. P = Keliling tiang (m)
Alat uji ini terdiri dari beberapa komponen yang
sederhana, mudah ditransportasikan, dipasang dan 2. Berdasarkan Metode Reese & Wright:
mudah memeliharanya. Pandangan para ahli masih Kapasitas daya dukung pondasi tiang pada
sama yaitu bahwa alat ini akan terus sipakai untuk tanah pasir dan silt didasarkan pada data SPT,
penyelidikan tanah rutin karena relative masih ditentukan dengan perumusan berikut :
ekonomis dan dapat diandalkan (Rahardjo, 2000). a. Daya dukung ujung tiang (end bearing),
Standart Penetration Test (SPT) adalah sejenis (Reese & Wright, 1977)
percobaan dinamis dengan memasukan suatu alat 𝑄p = 𝑞p . Ap(2.8)
yang dinamakan split spoonke dalam tanah. Dengan Dimana:
percobaan ini akan diperoleh kepadatan relative 𝐴p= Luas penampang tiang bor (m2)
(relative density), sudut geser tanah (θ) berdasarkan 𝑞p= Tahanan ujung per satuan luas, (ton/
nilai jumlah pukulan (N). Perkiraan kapasitas daya m2)
dukung pondasi bore pile pada tanah pasir dan silt 𝑄p= Daya dukung ujung tiang (ton)
didasarkan pada data uji lapangan SPT, ditentukan Untuk tanah kohesif:
dengan perumusan Meyerhoff. 𝑞p = 9.𝐶u (2.9)
Data tanah sangat diperlukan dalam Untuk tanah non-kohesif:
merencanakan kapasitas daya dukung (bearing Untuk N ≤ 60 maka,
capacity) dari tiang sebelum pembangunan dimulai. 𝑞p = 7N (t/m2) < 400 (t/m2)
Tahanan ujung ultimit tiang (Qb) dihitung dengan Untuk N > 60 maka,
persamaan: 𝑞p = 400 (t/m2)
Qb = Ab . fb(2.3) 𝑁1 + 𝑁2
Tahanan gesek dinding tiang (Qs) dihitung dengan N = Nilai Rata − Rata SPT =
2
persamaan: Ap = 1/4 . π . D2.
Qs = As . fs(2.4)
Kapasitas daya dukung ultimit tiang (Qu)
adalah jumlah dari tahanan ujung ultimit tiang (Qb)
dan tahanan gesek dinding tiang (Qs) antara sisi tiang
dan tanah di sekitarnya dinyatakan dalam persamaan
berikut ini (Hardiyatmo, 2010):
Qu = Qb + Qs = Ab . fb + As . fs(2.5)
Dimana:
Qb = Tahanan ujung ultimit tiang
Qs = Tahanan gesek dinding tiang
Ab = Luas ujung tiang bawah
As = Luas selimut tiang
fb = Tahanan ujung satuang tiang
fs = Tahanan gesek satuan tiang

1. Berdasarkan Metode Meyerhoof:


Kapasitas dukung ultimit tiang dapat dihitung
secara empiris dari nilai N hasil uji SPT.
a. Tahanan ujung tiang berdasarkan data
pengujian SPT dihitung dengan persamaan
Meyerhoff(Bowles, 1993), yaitu: Gambar 2. Daya Dukung Ujung Batas Tiang Bor
Qb = 40. Nb. Ab(2.6) Pada Tanah Pasiran
Dimana: Sumber : (Reese & Wright, 1977)

23
JURNAL TEKNIK SIPIL (JTSIP) : VOL. 1 NO. 1 JUNI 20

b. Daya dukung selimut (skin friction), (Reese & dikerahkan oleh tanah disepanjang bidang-bidang
Wright, 1977) gesernya. Perencanaan pondasi harus
𝑄s= f. 𝐿. P (2.10) dipertimbangkan terhadap keruntuhan geser dan
Dimana: penurunan yang berlebihan. Untuk ini, perlu
f = Tahanan satuan skin friction, (ton/m2) dipenuhi dua kriteria, yaitu kriteria stabilitas dan
𝐿= Panjang lapisan tanah (m) kriteria penurunan. Persyaratan yang harus dipenuhi
p = Keliling tiang (m) dalam perancangan pondasi adalah:
𝑄s= Daya dukung selimut tiang (ton) 1. Faktor aman terhadap keruntuhan akibat
Pada tanah kohesif: terlampauinya daya dukung harus dipenuhi.
f = α . 𝐶u(2.11) Dalam hitungan daya dukung, umumnya
dimana: digunakan faktor aman 3.
α = faktor adhesi 2. Penurunan pondasi harus masih dalam batas-
(berdasarkan penelitian Reese & Wright (1977) batas nilai yang ditoleransikan. Khusus nya
α = 0,55 penurunan yang tak seragam (differential
Cu= kohesi tanah (ton/m2) settlement) harus tidak mengakibatkan
Pada tanah non kohesif: kerusakan pada struktur. Untuk terjaminnya
N < 53 maka, stabilitas jangka panjang, perhatian harus
f = 0,32 N (ton/m2) diberikan peada perletakan pondasi. Pondasi
N < 53 < N ≤ 100 maka, harus diletakkan pada kedalaman yang cukup
𝑁−53 1 untuk menanggulangi resiko erosi permukaan,
f = 450 𝑥 0,3048 2
gerusan, kembang susut tanah dan gangguan
Cu = 2/3 . NSPT . 10. tanah disekitar pondasi lainnya. Analisis-
analisis daya dukung, dilakukan dengan cara
2.5.3 Boring Test pendekatan untuk memudahkan hitungan.
Analisisnya dilakukan dengan menganggap
Boring test dilakukan sesuai dengan standart
bahwa tanah berkelakuan sebagai bahan
ASTM desaignation. Hasil yang didapatkan dari bor bersifat plastis. Konsep ini pertama kali
mesin lebih teliti dibandingkan dengan DCPT karena
diperkenalkan oleh Prandtl (1921),yang
dapat menembus lapisan tanah keras atau batu kemudian dikembangkan oleh Terzaghi
sampai kedalaman lebih dari 60 meter. Panjang
(1943), Meyerhoff (1955), De Beer dan Vesic
contoh max yang didapat dari bor mesin adalah 1,5 (1958).
meter. Untuk memperoleh contoh tanah yang
maksimal maka mata bor harus sesering mungkin
2.7 Analisis Mayerhoff
dicabut dan pada lapisan tanah kohesif dan mudah
Analisa daya dukung Meyerhof
lepas lubang bornya harus dipasang casing agar mengasumsikan sudut baji antara bidang AD atau
contoh asli dapat diambil disetiap kedalaman tanah
BD terhadap normal horisontal lebih besar dari
yang diinginkan serta disimpan di dalam peti contoh sudut geser dalam tanah. Hal ini menyebabkan
(core box). Pada boring test pengambilan contoh
faktor daya dukung Meyerhof lebih rendah
tanah dibagi menjadi 2 yaitu: daripada yang disarankan oleh Terzaghi. Akan
1. Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed
tetapi Meyerhof mempertimbangkan faktor
sample ) pengaruh kedalaman pondasi, sehingga nilai daya
Tanah terganggu diambil tanpa adanya usaha-
dukung menjadi lebih besar.
usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur Meyerhof menganalisa daya dukung dengan
tanah asli. Tanah ini dipergunakan untuk
mempertimbangkan bentuk pondasi, kemiringan
percobaan properties index, yaitu : Atterberg beban, dan kuat geser tanah di atas pondasinya
Limit, Berat Jenis dan Analisa Saringan.
yang dinyatakan dengan persamaan berikut.
2. Pengambilan contoh tanah tidak terganggu
(undisturbed sample)
2.7.1 Analisis Mayerhoff dengan Data SPT
Tanah asli adalah tanah yang masih Penentuan daya dukung pondasi tiang
menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah yang ada
pancang berdasarkan uji SPT menurut Mayerhof.
dan tidak mengalami perubahan dalam Mayerhof (1956) menganjurkan formula daya
strukturnya, kadar air dan susunan kimianya.
dukung tiang pancang data SPT sebagai berikut:
Tanah ini dipergunakan untuk percobaan Qu = 40 Nb . Ap + 0,2 . N . As
engineering properties, yaitu : permebilitas,
Dengan:
konsolidasi dan Direct Shear. - Qu = daya dukung ultimate pondasi
tiang pancang (Ton)
2.6 Daya Dukung - Nb = harga N-SPT pada elevasi
Analisa daya dukung mempelajari tanah
dasar tiang
dalam mendukung beban pondasi struktur yang
- Ap = luas penampang dasar tiang
terletak diatasnya. Daya dukung menyatakan tahanan
(m2)
geser tanah untuk melawan penurunan akibat - As = luas selimut tiang (m2)
pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat

24
JURNAL TEKNIK SIPIL (JTSIP) : VOL. 1 NO. 1 JUNI 2022

- N = harga N-SPT rata-rata Nq ̽ = faktor daya dukung tanah


Untuk tiang dengan desakan tanah yang kecil Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2)
seperti tiang bor dan tiang baja, maka daya dukung
selimut hanya diambil separuh dari formula di atas,
sehingga menjadi: III. HASIL PENELITIAN
Qu = 40 Nb . Ap + 0,1 . N . As
Harga batas untuk Nb adalah 40 dan harga
batas untuk 0,2 N adalah 10 Ton/m2 .

2.7.2 Analisis Mayerhoff dengan Data Sondir


Metode ini dikemukakan oleh beberapa ahli
diantaranya : Mayerhoff, Tomlinson, Begemann. Q
Daya dukung pondasi tiang dinyatakan dalam rumus Ti 8
a s
sebagai berikut : m
Qu = qc . Ap + JHL . Kt n
Keterangan : g
Qu = Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang
Q = Tahanan ujung sondir ( perlawanan
ujung konus pada tanah yang ditinjau )
Gambar 3. Tiang pancang
Dapat digunakan faktor koreksi Mayerhoff :
qc1 = Rata-rata PPK (qc) 8D diatas ujung tiang Perhitungan kapasitas daya dukung bored pile
qc2 = Rata-rata PPK (qc) 4D dibawah ujung dari data Sondir dengan menggunakan metode
tiang Mayerhoff
JHL = Jumlah hambatan lekat Perhitungan kapasitas daya dukung ultimate pada
Kt = Keliling tiang titik 1:
Ap = Luas penampang tiang Data Bore pile:
Daya dukung ijin pondasi tiang dinyatakan dalam Diameter Tiang (D) = 60 cm
rumus sebagai berikut :
𝑞𝑐𝑥𝐴𝑝 𝐽𝐻𝐿𝑥𝐾𝑡 Keliling Tiang (p) =πxD
Qu Ijin = 3 + 5 = 3,14 x 60
Keterangan : = 188,5 cm
Qu Ijin = Kapasitas daya dukung ijin tiang = 1,885 m
pancang Luas Tiang (Ap) = ¼. π . D2
qc = Tahanan ujung sondir dengan = ¼ . 3,14 . 602
memakai faktor koreksi Mayerhoff = 2827,43 cm2
JHL = Jumlah hambatan lekat ( total = 0,2827 m2
friction )
Kt = Keliling tiang 1. Perhitungan kapasitas dukung ujung tiang (Qp)
Ap = Luas penampang tiang Berdasarkan data sondir titik 1 (S-1) sebesar:
𝑞𝑐 1+qc
Dari hasil uji sondir ditunjukan bahwa qc = 2 2
tahanan ujung sondir (harga tekan konus) bervariasi 13,76+161 ,5
terhadap kedalaman. Oleh sebab itu pengambilan = 2
harga qc untuk daya dukung siujung tiang kurang = 87,63 kg/cm2
tepat. Suatu rentang disekitar ujung perlu Qp = qp x Ap
dipertimbangkan dalam menentukan daya = 87,63 x 2827
dukungnya. = 247730 kg
qp = qc Untuk keperluan praktis = 247,73 Ton
qp = (2/3 – 3/2) qc a. Perhitungan kapasitas daya dukung kulit(Qs)
Keterangan : Qs = JHL x p
qp = Tahanan ujung ultimate = 302 x 188,5
qp = Harga rata-rata tahanan ujung konus = 56927 kg
dalam daerah 2D dibawah ujung tiang. = 56,927 Ton
b. Kapasitas daya dukung ultimate
Qu = Q p + Qs
2.7.3 Analisis Mayerhoff dengan Data = 247,73+ 56,927
Laboratorium = 304,657 Ton
Qp Qs
Untuk menentukan kekuatan daya dukung Qall = 3 + 5
ujung tiang menggunakan rumus sebagai berikut: 247,73 56,927
Qp = q’ . Nq .̽ Ap = +
3 5
Keterangan:
= 93,96 Ton
Qp = Daya dukung ujung tiang
q’ = Tekanan vertikal efektif (ton/m2)

25
JURNAL TEKNIK SIPIL (JTSIP) : VOL. 1 NO. 1 JUNI 20

2. Perhitungan kapasitas dukung ujung tiang (Qp) Qu = Q p + Qs


Berdasarkan data sondir titik 1 (S-2) sebesar:
= 270,68 + 66,729
𝑞𝑐 1+qc 2
qc = 2 = 337,409 Ton
11,53+158 ,5 Qp Qs
= Qall = +
2 3 5

= 85,015 kg/cm2 =
270,68
+
66,729
3 5
Qp = qp x Ap
= 103,57 Ton
= 85,015 x 2827
4. Perhitungan kapasitas dukung ujung tiang (Qp)
= 240337,405 kg Berdasarkan data sondir titik 1 (S-4) sebesar:
= 240,34 Ton 𝑞𝑐 1+qc 2
qc = 2
a. Perhitungan kapasitas daya dukung kulit(Qs) 14,28+154 ,6
Qs = JHL x p = 2

= 248 x 188,5 = 84,44 kg/cm2


= 46748 kg Qp = qp x Ap
= 46,748 Ton = 84,44 x 2827
b. Kapasitas daya dukung ultimate = 238711,88 kg
Qu = Qp + Qs
= 238,71 Ton
= 240,34 + 46,748
a. Perhitungan kapasitas daya dukung kulit(Qs)
= 287,088 Ton Qs = JHL x p
Qp Qs
Qall = + = 356 x 188,5
3 5

240,34 46,478 = 67106 kg


= +
3 5
= 67,106 Ton
= 89,46 Ton
b. Kapasitas daya dukung ultimate
Qu = Q p + Qs

3. Perhitungan kapasitas dukung ujung tiang (Qp) = 238,71 + 67,106


Berdasarkan data sondir titik 1 (S-3) sebesar: = 305,816 Ton
𝑞𝑐 1+qc 2
qc = Qp Qs
2 Qall = +
3 5
15,70+175 ,8
= 238,71 67,106
2 = +
3 5
= 95,75 kg/cm2
= 92,9912 Ton
Qp = qp x Ap
Ton
= 95,75 x 2827 Grafik Hasil
= 270685,25 kg Perhitungan
= 270,68 Ton 350 337,409
300 304,657 305,816
a. Perhitungan kapasitas daya dukung kulit(Qs) 287,088
Qs = JHL x p 250
titik 1 (S-1) titik 1 (S-2) titik 1 (S-3) titik 1 (S-4)
= 354 x 188,5
= 66729 kg
Gambar 4. Grafik daya dukung ultimit pada data
= 66,729 Ton Sondir
Sumber : Hasil perhitungan data Sondir
b. Kapasitas daya dukung ultimate

26
JURNAL TEKNIK SIPIL (JTSIP) : VOL. 1 NO. 1 JUNI 2022

IV. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

4.1 Kesimpulan [1]. Bowles, 1991. Analisis Dan Desain Pondasi


Berdasarkan hasil analisis perhitungan Edisi Ketiga Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
penelitian pada Perencanaan Pembangunan Kantor [2]. Hardiyatmo, H.C., 2015. Perancangan
Balai/Pos Pelayanan Penegakan Hukum maka dapat Perkerasa Jalan Dan Penyelidikan Tanah,
diambil kesimpulan sebagai berikut : Cetakan Ke-2, Gadjah Mada University
1. Daya dukung ultimit pada bored pile data SPT Press, Yogyakarta.
adalah sebesar 237,093 Ton. [3]. Mayerhof, G.G. 1956. Penetration Test and
2. Daya dukung ultimit pada bored pile data Bearing Capacity of Cohesi on less Soil.”
Sondir: Journal of the Soil Mechanics and
Dari hasil perhitungan data sondir daya dukung Foundations Division. American Society of
ultimit terbesar terdapat pada titik 1 (S-3) Civil Engineers. Vol. 82. No. SM-1.pp.1-19.
kedalaman 8 meter sebesar 337,409 Ton, [4]. Rahardjo, 2000. Pengembangan Wilayah
sedangkan daya dukung ultimit terkecil terdapat Konsep dan Teori.Yogyakarta.:Garaha Ilmu.
pada titik 1 (S-2) kedalaman 8 meter sebesar [5]. Terzaghi, Karl. Ralph. Peck, Mekanika
287,088 Ton. Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid 1,
3. Daya dukung tanah yang diizinkan pada bored Erlangga, Jakarta, 1987.
pile data Boring (Laboratorium) adalah sebesar
49,1892 Ton.
4. Dari ketiga data tersebut daya dukung ultimit
terbesar yaitu data sondir dengan nilai sebesar
337,409 Ton, sedangkan data terkecil yaitu data
boring dengan nilai sebesar 49,1892 Ton.

4.2 Saran
Dari hasil perhitungan dan kesimpulan di atas,
Penulis memberi saran sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan analisis yang akurat, data
yang dimiliki harus benar-benar valid dan
lengkap sehingga dalam perhitungan tidak
terjadi kesalahan.
2. Sebaiknya mencoba perhitungan dengan
metode-metode yang lainnya supaya mendapat
hasil perhitungan yang lebih akurat.
3. Teliti dalam mengolah data dan pembacaan
hasil pengujian karena dapat mempengaruhi
perhitungan.
4. Meninjau lokasi proyek yang akan dibangun,
penulis menyarankan untuk menggunakan
pondasi Bored Pile karena tidak memungkinkan
untuk melakukan pemancangan di area lokasi
yang akan dibangun.

27

Anda mungkin juga menyukai