Abstract
At the construction of Lamongan beach which is located in a pool of sea water necessaryly to uses waste
rock boulder, marshal, and soil embankment as a cofferdam. That temporary structure was is used as a retaining
structure / dam water to protect the excavation work of the foundation pier. Since the sea water pressure is big, it
will inevitably lead to considerable seepage that will inundate an area of making the dock.To reduce the seepage
we need to strengthen the embankment (cofferdam), so that the construction is strengthened with a secant pile
cofferdam. In the design the secant pile design as covered permeability on cofferdam in graving dock Lamongan
performed calculations using the guidelines of building construction and Department of Public Works. From these
calculations we can know that the diameter of secant pile. The secant pile depths is 10-24 m, K -125 concrete
quality, and quality of iron reinforcement is 400 MPa. With this secant pile cofferdam on the beach pier project is
expected to reduce the seepage Lamongan cofferdam so as to accelerate work on the pier project.
1. PENDAHULUAN
metode pelaksanaan dalam pembuatan secant pile. Dengan demikian dapat diketahui perencanaan secant
pile serta metode pelaksanaan yang digunakaan dalam perencanaan secant pile.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Qu
Qall
FS (8)
dimana:
Qu = kapasitas daya dukung batas tiang
FS = angka keamanan (2,5 s/d 4)
Meyerhoff dalam Das (2007) menganjurkan formula daya dukung untuk tiang sebagai berikut:
dimana:
Qult = daya dukung ultimit pondasi tiang (ton)
Nb = harga N-SPT pada elevasi dasar tiang
Ap = luas penampang dasar tiang (m2)
As = luas selimut tiang (m2)
N = harga N-SPT rata rata
Untuk tiang dengan desakan tanah yang kecil seperti tiang bor dan tiang baja H, maka daya dukung
selimut hanya diambil separuh dari formula diatas, sehingga menjadi:
Qult = 40 Nb. Ap + 0.1 N . As (10)
Harga batas untuk Nb adalah 40 dan harga batas untuk 0.2 N adalah 10 ton/m2
St = S1 + S2 + S3 (11)
S1 =
S2 = . ( 1 - µs2 ) . Iwp
S3 = . .( 1 - µs2 ) . Iws
dimana:
St = penurunan tiang tunggal total (m)
S1 = penurunan sepanjang tiang dan ujung tiang (m)
S2 = penurunan disebabkan beban yang diterima ujung tiang (m)
S3 = penurunan disebabkan beban yang diterima sepanjang tiang (m)
b. Persiapan lokasi pekerjaan (site preparation) mempelajari lay-out pondasi dan titik bored pile yang
harus bersih dan rata agar tidak mengganggu jalannya proses pengerjaan bored pile.
c. Melakukan survey lapangan dan penentuan titik pondasi dimana mengukur dan menentukan posisi
titik koordinat bored pile dengan bantuan alat total station.
d. Kemudian dilakukan pemasangan patok sementara dimana patok dipasang dengan ketentuan bahwa
pusat dari patok harus berada pada titik as pondasi yang telah di survey.
e. Setting Mesin HDR (HDR Machine Instalation), hal ini dilakukan untuk menentukan mata bor yang
sesuai diameter yang ditentukan diluruskan pada titik as patok, kemudian beberapa buah plat dipasang
untuk memperkuat dasar dudukan mesin HDR, kemudian mesin HDR diposisikan dengan ketentuan
posisi mesin HDR harus tegak lutus terhadap lubang yang akan di bor (titik as pondasi), hal ini dapat
di cek dengan alat water pass.
f. Setelah letak / posisi HDR sudah benar-benar tegak lurus, maka proses pengeboran dapat dimulai dan
proses pengeboran dilakukan secara bersamaan dengan proses penghisapan lumpur hasil pengeboran.
Setiap kedalaman pengeboran ± 3 meter, dilakukan pembuangan material hasil pengeboran (yang
tertampung pada Auger).
g. Jika kedalaman yang diinginkan hampir tercapai (± 1 meter lagi), maka proses penghisapan dihentikan
(mesin pompa hisap tidak di aktifkan), sementara proses pengeboran terus dilakukan sampai
kedalaman yang diinginkan.
h. Instalasi tulangan dan pipa tremi (Steel Cage & Tremie Pipe Instalation) dimaksudkan agar tulangan
sudah dirakit rapih dan ikatan tulangan spiral dengan tulangan utama harus benar-benar kuat sehingga
pada waktu pengangkatan tulangan oleh crane tidak terjadi kerusakan pada tulangan.
i. Pengecoran dengan ready mix concrete (concreting) adalah proses pengecoran setelah instalasi
tulangan dan pipa tremi selesai, oleh karena itu pemesanan ready mix concrete harus dapat
diperkirakan waktunya dengan waktu pengecoran.
Gambar 4. Potongan Melintang Proses Pengecoran. Gambar 5. Penutupan Kembali Lubang Pengeboran
j. Setelah pengecoran selesai dilakukan, pipa tremi diangkat dan dibuka, serta dibersihkan kemudian
dilakukan penutupan kembali/ Back Filling . Lubang pondasi yang telah selesai di cor, setelah
betonnya mengeras ditutup kembali menggunakan tanah kemudian tanah tersebut di padatkan,
sehingga dapat di lewati truck dan alat-alat berat lainya.
Dalam seluruh perhitungan dibagi dalam zona-zona yang menunjukkan perbedaan kondisi
lapangan sesuai dengan tinggi timbunan total sampai dasar tanah pendukung sehingga panjang tiang
untuk masing-masing zona akan berbeda sesuai Tabel 1. sedangkan diamater tiang adalah sama.
Dari perhitungan perhitungan daya dukung tiang, penurunan dan daya angkat air diperoleh hasil seperti
pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Daya Dukung Tiang, Penurunan Dan Daya Angkat Air.
Zona Diameter (m) Daya Dukung (ton) Penurunan (cm) Daya Angkat (ton)
A 0,6 74,229 4,81 1,1303
B 0,6 302,585 11,80 2,8260
C 0,6 59,363 4,64 3,6738
D 0,6 80,032 6,63 5,0868
Dari perhitungan penulangan secant pile diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Penulangan Secant Pile
Zona Diameter (m) Panjang (m) Penulangan Utama Penulangan Bagi
A 0,6 10 6- 8 6 – 300
2- 8 6 - 450
B 0,6 16 14 - 18 28 - 350
8 - 19 13 - 250
7 - 18
C 0,6 19 24 - 19 36 - 250
8 - 32 25 - 400
14 - 19
D 0,6 24 24 - 29 50 - 150
10 - 50 32 - 250
16 - 29
4. KESIMPULAN
1. Untuk mengatasi rembesan yang terjadi pada pembuatan dermaga Lamongan maka perlu adanya
perkuatan timbunan menggunakan secant pile dengan membagi beberapa zona dalam pelaksanaannya
dan kedalaman secant pile antara 10 meter samapai 24 meter sesuai dengan kedalaman tanah
pendukungnya. Sedangkan diameternya rata-rata adalah 60 cm.
2. Metode pelaksanaan pembuatan secant pile menggunakan sistim bor dengan menggunakan alat
Hidroulic Drilling Rigg (HDR) dengan urutan pekerjaan persiapan, pengeboran tiang primer (tanpa
menggunakan tulangan), pengecoran, pengeboran tiang sekunder (menggunakan tulangan),
pemasangan tulangan, pengecoran, dan penutupan kembali lubang hasil pengeboran
5. DAFTAR PUSTAKA
ACI 336.1-01, 2001. Specification for the Construction of Drilled Piers.
Das, B. M. 2007. Principles of Foundation Engineering. 3rd ed. PWS-KENT, Publishing Company
Boston. New York.
Das, B.M. 2009. Shallow Foundation Bearing Capacity and Setllement. 2nd ed. Thomson, CRC Press
Taylor & Francis Group. Boca Raton.FL.
DPU Dirjen Pengairan (1986), Standart Perencanaan Irigasi Kp 01 BagianPerencanaan Jaringan
Irigasi, Bandung: Galang Persada
Meyerhof, G. G. 1953. “The Bearing Capacity of Foundations Under Eccentric and Inclined Loads,”
Proceedings, Third International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering,
Zürich, Vol. 1, pp. 440–445.
Meyerhof, G. G. (1976). “Bearing Capacity and Settlement of Pile Foundations,” Journal of the
Geotechnical Engineering Division, American Society of Civil Engineers, Vol. 102, No. GT3, pp.
197–228.
Kumara, W.C., (2006) Study Enginering Desain Rencana Pembuatan Waduk Pengendali Banjir Di Desa
Jadi Kecamatan Semanding.