Anda di halaman 1dari 8

JURNAL TEKNIK SIPIL

SECANT PILE SEBAGAI PENAHAN REMBESAN


DI COFFERDAM
(Studi Kasus Pada Proyek Dermaga Lamongan)
Yunaefi
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Malang
E- mail: yyunaefi@yahoo.com

Abstract

At the construction of Lamongan beach which is located in a pool of sea water necessaryly to uses waste
rock boulder, marshal, and soil embankment as a cofferdam. That temporary structure was is used as a retaining
structure / dam water to protect the excavation work of the foundation pier. Since the sea water pressure is big, it
will inevitably lead to considerable seepage that will inundate an area of making the dock.To reduce the seepage
we need to strengthen the embankment (cofferdam), so that the construction is strengthened with a secant pile
cofferdam. In the design the secant pile design as covered permeability on cofferdam in graving dock Lamongan
performed calculations using the guidelines of building construction and Department of Public Works. From these
calculations we can know that the diameter of secant pile. The secant pile depths is 10-24 m, K -125 concrete
quality, and quality of iron reinforcement is 400 MPa. With this secant pile cofferdam on the beach pier project is
expected to reduce the seepage Lamongan cofferdam so as to accelerate work on the pier project.

Key Words : Cofferdam, gravingdock, secant pile, seepage, embankment

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan kebutuhan dalam bidang transportasi dan kebutuhan penunjang
lainnya khususnya pada bidang keairan, maka di butuhkan sarana dan prasarana untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Sejalan dengan meningkatnya produktivitas alat transportasi khususnya kapal laut
maka dapat disimpulkan perlu adanya pembangunan suatu dermaga untuk perbaikan kapal-kapal tersebut.
Di karenakan lokasi proyek yang berada di tepian laut, maka perlu di ketahui bahwa terdapat rembesan-
rembesan dalam proses pembuatan dan pengerjaan dermaga. Untuk mengurangi rembesan tersebut perlu
adanya perkuatan timbunan (cofferdam), sehingga pada konstruksi cofferdam diperkuat dengan secant
pile. Struktur cofferdam dan struktur secant pile merupakan suatu struktur gabungan yang berfungsi
sebagai dinding penahan atau membendung air untuk melindungi galian pada area dermaga.
Struktur secant pile berupa struktur tiang beton yang disusun memanjang dan rapat, di mana antara
tiang satu dengan yang lainnya saling memotong dengan panjang overlap 10 cm. Penggunaan besi
tulangan pada struktur secant pile adalah sebagai perkuatan terhadap gaya tekanan air yang bekerja pada
struktur secant pile tersebut. Metode yang digunakan dalam pengerjaan secant pile menggunakan metode
bored pile. Sedangkan bored pile berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya dukung yang
mampu memikul dan memberikan keamanan pada struktur atas. Untuk menghasilkan daya dukung yang
akurat maka diperlukan suatu penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada dua Metode yang bisa digunakan
dalam penentuan kapasitas daya dukung bored pile yaitu dengan menggunakan metode statis (Sondir) dan
dinamis Standart Penetrasi Test (SPT). Penyelidikan sondir bertujuan untuk mengetahui perlawanan
penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang merupakan indikasi dari kekuatan daya dukung lapisan
tanah dengan menggunakan rumus empiris. Perencanaan tersebut mencakup rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan dengan berbagai tahapan yang meliputi studi kelayakan dan perencanaan teknis. Semua itu
dilakukan supaya menjamin hasil akhir suatu konstruksi yang kuat, aman, serta ekonomis. Penyelidikan
Standart Penetrasi Test (SPT) bertujuan untuk mendapatkan gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis
dan warna tanah melalui pengamatan secara visual, sifat-sifat tanah, karakteristik tanah. Sesuai uraian
diatas dapat di angkat permasalahan yang sesuai yaitu bagaimana perencanaan secant pile dan bagaimana

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 111


JURNAL TEKNIK SIPIL

metode pelaksanaan dalam pembuatan secant pile. Dengan demikian dapat diketahui perencanaan secant
pile serta metode pelaksanaan yang digunakaan dalam perencanaan secant pile.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Secant Pile


Struktur secant pile merupakan struktur tiang beton yang disusun memanjang dan rapat dimana
antara tiang satu dengan tiang lainnya saling memotong dengan panjang overlap 10 cm. Penggunaan besi
tulangan pada struktur secant pile adalah sebagai perkuatan terhadap gaya tekanan air yang bekerja pada
struktur secant pile tersebut. Dengan demikian struktur secant pile diharapkan dapat mempermudah
proses pengerjaan penggalian lahan dalam proyek dermaga.
Struktur cofferdam dan struktur secant pile merupakan suatu gabungan yang berfungsi sebagai
struktur penahan / membendung air untuk melindungi pekerjaan galian pada area dermaga. Untuk
material yang digunakan dalam pembuatan struktur tersebut terdiri dari timbunan material boulder dan
tanah pedel yang disuplay dari lokasi quary dalam area proyek maupun dari lokasi quary diluar area
proyek, skema secant pile seperti Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Secant Pile

2.2. Pondasi Tiang Bor


Faktor utama yang sering menjadi bahan pertimbangan untuk pemilihan pondasi adalah biaya dan
keandalannya. Keandalan disini diartikan keyakinan dari ahli pondasi dimana rancangan yang tertulis
dalam dokumen desain akan memperoleh kondisi yang mendekati kondisi lapangan sehingga dapat
memikul beban dengan suatu faktor keamanan yang memadai. Kemajuan-kemajuan telah diperoleh
terhadap informasi mengenai perilaku tiang bor dengan adanya instrumentasi pada tiang bor yang diuji.
Pondasi tiang bor mempunyai karakteristik khusus karena cara pelaksanaannya yang dapat
mengakibatkan perbedaan perilakunya di bawah pembebanan dibandingkan dengan tiang pancang.
Hal-hal yang mengakibatkan perbedaan tersebut diantaranya:
a. Tiang bor dilaksanakan dengan menggali lubang bor dan mengisinya dengan material beton,
sedangkan tiang pancang dimasukkan ke tanah dengan mendesak tanah disekitanya (displacement
pile).
b. Beton dicor dalam keadaan basah dan mengalami masa curing di bawah tanah.
c. Kadang-kadang digunakan casing untuk kestabilan dinding lubang bor dan dapat pula casing tersebut
tidak dicabut karena kesulitan di lapangan.
d. Kadang-kadang digunakan slurry untuk kestabilan lubang bor yang dapat membentuk lapisan lumpur
pada dinding galian, serta mempengaruhi mekanisme gesekan tiang dengan tanah.

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 112


JURNAL TEKNIK SIPIL

e. Cara penggalian lubang bor disesuaikan dengan kondisi tanah.

2.3. Daya Dukung Pondasi Tiang Berdasarkan Uji SPT

Secara umum daya dukung satu tiang:


Qu = Qp + Qs (1)
dimana:
Qu = kapasitas tiang dalam kondisi batas
Qp = kapasitas ujung tiang dalam kondisi batas
Qs = kapasitas friksi tiang dalam kondisi batas
Mayerhof (1956) mengusulkan formulasi daya dukung batas dengan harga N-SPT sebagai berikut:
Tiang pancang dengan perpindahan besar (high-displacement driven pile) :
N.A s
Qu 4.A p .Np
50 (2)
Tiang pancang dengan perpindahan kecil (low-displacement driven pile) :
N.A s
Qu 4.A p .Np
100 (3)
dimana:
Qu = daya dukung batas pondasi tiang (ton)
Ap = luas penampang dasar tiang (m²)
Np = nilai N-SPT pada dasar pondasi
As = luas permukaan keliling tiang (m²)
N = nilai N-SPT rata-rata sepanjang tiang
Menurut Mayerhof (1967), nilai unit tahanan ujung (q p) pada tanah pasir akan bertambah dengan
bertambahnya kedalaman tiang sampai sampai ratio (Lb/D) dan akan mencapai maksimum pada saat
(Lb/D) = (Lb/D)cr. Sedangkan nilai unit tahanan ujung (qp) pada tanah lempung homogen (L = Lb) adalah
qp (kN/m³) = 40. N (L/D) 400.D (4)
dimana:
N = nilai N-SPT rata-rata pada 10.D di atas dan 4.D di bawah ujung tiang
Menurut Mayerhof (1976), nilai unit friksi tiang rata-rata (fav) sebagai berikut:
Tiang pancang dengan perpindahan besar (high-displacement driven pile) :
fav (kN/m²) = 2. N , atau fav (lb/ft²) = 40. N (5)
Tiang pancang dengan perpindahan kecil (low-displacement driven pile) :
fav (kN/m²) = N , atau fav (lb/ft²) = 20. N (6)
dimana:
N = nilai N-SPT rata-rata sepanjang tiang
Dengan demikian kapasitas daya dukung batas oleh Mayerhof menjadi :
. (7)
dimana:
Ap = luas ujung tiang
D = lebar tiang
L = panjang pemancangan tiang
p = keliling tiang
qp = kapasitas ujung tiang dalam kondisi batas
fav = friksi tiang rata-rata

Sehingga kapasiats daya dukung ijin pondasi tiang :

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 113


JURNAL TEKNIK SIPIL

Qu
Qall
FS (8)
dimana:
Qu = kapasitas daya dukung batas tiang
FS = angka keamanan (2,5 s/d 4)

Meyerhoff dalam Das (2007) menganjurkan formula daya dukung untuk tiang sebagai berikut:

Qult = 40 Nb . Ap + 0.2 N . As (9)

dimana:
Qult = daya dukung ultimit pondasi tiang (ton)
Nb = harga N-SPT pada elevasi dasar tiang
Ap = luas penampang dasar tiang (m2)
As = luas selimut tiang (m2)
N = harga N-SPT rata rata
Untuk tiang dengan desakan tanah yang kecil seperti tiang bor dan tiang baja H, maka daya dukung
selimut hanya diambil separuh dari formula diatas, sehingga menjadi:
Qult = 40 Nb. Ap + 0.1 N . As (10)
Harga batas untuk Nb adalah 40 dan harga batas untuk 0.2 N adalah 10 ton/m2

2.4. Perhitungan Penurunan Tiang Tunggal


Perhitungan penurunan tiang tunggal struktur secant pile merupakan bangunan cover dam yang
membentang sepanjang daerah rembesan yang berfungsi sebagai dinding penahan juga. Oleh sebab itu
perhitungan penurunan didasarkan hanya terhadap tiang tunggal, Das (2007).

St = S1 + S2 + S3 (11)

S1 =

S2 = . ( 1 - µs2 ) . Iwp

S3 = . .( 1 - µs2 ) . Iws
dimana:
St = penurunan tiang tunggal total (m)
S1 = penurunan sepanjang tiang dan ujung tiang (m)
S2 = penurunan disebabkan beban yang diterima ujung tiang (m)
S3 = penurunan disebabkan beban yang diterima sepanjang tiang (m)

2.5. Perhitungan Daya Angkat


Perhitungan daya angkat air diperlukan karena struktur secant pile berada pada sebagian yang
terndam air sehingga diperlukan perhitungan daya angkat air yang dihitung sebagai berikut:
σw = γw . h . A (12)
dimana:
σw = daya angkat air (ton)
γw = berat isi air (t/m3)
h = tinggi air (m)
A = luas penampang tiang (m2)

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 114


JURNAL TEKNIK SIPIL

2.6. Metode Pelaksanaan


a. Pekerjaan secant pile dilakukan setelah pekerjaan cofferdam selesai karena fungsi secant pile adalah
untuk memperkuat cofferdam. Bila pekerjaan timbunan cofferdam selesai dilakukan sesuai elevasi
rencana maka pekerjaan bor pile dapat dilaksanakan. Pekerjaan bor pile ini dilaksanakan dengan
menggunakan drilling machine, dan truck mixer.

Gambar 2. Pekerjaan Timbunan Cofferdam

b. Persiapan lokasi pekerjaan (site preparation) mempelajari lay-out pondasi dan titik bored pile yang
harus bersih dan rata agar tidak mengganggu jalannya proses pengerjaan bored pile.
c. Melakukan survey lapangan dan penentuan titik pondasi dimana mengukur dan menentukan posisi
titik koordinat bored pile dengan bantuan alat total station.
d. Kemudian dilakukan pemasangan patok sementara dimana patok dipasang dengan ketentuan bahwa
pusat dari patok harus berada pada titik as pondasi yang telah di survey.
e. Setting Mesin HDR (HDR Machine Instalation), hal ini dilakukan untuk menentukan mata bor yang
sesuai diameter yang ditentukan diluruskan pada titik as patok, kemudian beberapa buah plat dipasang
untuk memperkuat dasar dudukan mesin HDR, kemudian mesin HDR diposisikan dengan ketentuan
posisi mesin HDR harus tegak lutus terhadap lubang yang akan di bor (titik as pondasi), hal ini dapat
di cek dengan alat water pass.

Gambar 3. Proses Pengeboran

f. Setelah letak / posisi HDR sudah benar-benar tegak lurus, maka proses pengeboran dapat dimulai dan
proses pengeboran dilakukan secara bersamaan dengan proses penghisapan lumpur hasil pengeboran.
Setiap kedalaman pengeboran ± 3 meter, dilakukan pembuangan material hasil pengeboran (yang
tertampung pada Auger).
g. Jika kedalaman yang diinginkan hampir tercapai (± 1 meter lagi), maka proses penghisapan dihentikan
(mesin pompa hisap tidak di aktifkan), sementara proses pengeboran terus dilakukan sampai
kedalaman yang diinginkan.
h. Instalasi tulangan dan pipa tremi (Steel Cage & Tremie Pipe Instalation) dimaksudkan agar tulangan
sudah dirakit rapih dan ikatan tulangan spiral dengan tulangan utama harus benar-benar kuat sehingga
pada waktu pengangkatan tulangan oleh crane tidak terjadi kerusakan pada tulangan.

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 115


JURNAL TEKNIK SIPIL

i. Pengecoran dengan ready mix concrete (concreting) adalah proses pengecoran setelah instalasi
tulangan dan pipa tremi selesai, oleh karena itu pemesanan ready mix concrete harus dapat
diperkirakan waktunya dengan waktu pengecoran.

Gambar 4. Potongan Melintang Proses Pengecoran. Gambar 5. Penutupan Kembali Lubang Pengeboran

j. Setelah pengecoran selesai dilakukan, pipa tremi diangkat dan dibuka, serta dibersihkan kemudian
dilakukan penutupan kembali/ Back Filling . Lubang pondasi yang telah selesai di cor, setelah
betonnya mengeras ditutup kembali menggunakan tanah kemudian tanah tersebut di padatkan,
sehingga dapat di lewati truck dan alat-alat berat lainya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Struktur Cofferdam


Lebar top level = 15,00 m
Kemiringan timbunan = 1 : 1 m.Lws
Elevasi top level = + 4.50 m.Lws
Diameter Secant pile = 600 mm
Panjang Secant pile = 10 – 24 m
Tinggi muka air maksimum (HWL) = + 2.20 m.Lws
Data Pembebanan pada struktur cofferdam meliputi:
Beban hidup (aktivitas pekerjaan konstuksi) = 0,8 ton /m 2
Beban sendiri struktur cofferdam.

3.2. Pendimensian Secant Pile Terhadap Tekanan Air


Tabel 1. Data Tiang Sesuai Kedalaman Tanah Pendukung
Data Zona A Zona B Zona C Zona D
w (kg/ m3) 1.000 1000 1000 1000
Lv ( m) 4 10 13 4
Tiang (m) 0.6 0.6 0.6 0.6
Tebal tul (m) 0.5 0.5 0.5 0.5
fc' ( Mpa) 12.5 12.5 12.5 12.5
fy (MPa) 300 300 300 300
Ey (kg/ m2) 2 x 106 2 x 106 2 x 106 2 x 106
Ec (kg/ m2) 242.880,3 242880.3 242880.3 242880.3
beton (kg/ m3) 2200 2200 2200 2200
q merata (ton / m2) 0.8 0.8 0.8 0.8

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 116


JURNAL TEKNIK SIPIL

Dalam seluruh perhitungan dibagi dalam zona-zona yang menunjukkan perbedaan kondisi
lapangan sesuai dengan tinggi timbunan total sampai dasar tanah pendukung sehingga panjang tiang
untuk masing-masing zona akan berbeda sesuai Tabel 1. sedangkan diamater tiang adalah sama.

Gambar 6. Potongan Melintang Secant Pile Zona A

Dari perhitungan perhitungan daya dukung tiang, penurunan dan daya angkat air diperoleh hasil seperti
pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Daya Dukung Tiang, Penurunan Dan Daya Angkat Air.
Zona Diameter (m) Daya Dukung (ton) Penurunan (cm) Daya Angkat (ton)
A 0,6 74,229 4,81 1,1303
B 0,6 302,585 11,80 2,8260
C 0,6 59,363 4,64 3,6738
D 0,6 80,032 6,63 5,0868

Dari perhitungan penulangan secant pile diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Penulangan Secant Pile
Zona Diameter (m) Panjang (m) Penulangan Utama Penulangan Bagi
A 0,6 10 6- 8 6 – 300
2- 8 6 - 450
B 0,6 16 14 - 18 28 - 350
8 - 19 13 - 250
7 - 18
C 0,6 19 24 - 19 36 - 250
8 - 32 25 - 400
14 - 19
D 0,6 24 24 - 29 50 - 150
10 - 50 32 - 250
16 - 29

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 117


JURNAL TEKNIK SIPIL

Gambar 7. Penulangan Secant Pile Zona A

4. KESIMPULAN
1. Untuk mengatasi rembesan yang terjadi pada pembuatan dermaga Lamongan maka perlu adanya
perkuatan timbunan menggunakan secant pile dengan membagi beberapa zona dalam pelaksanaannya
dan kedalaman secant pile antara 10 meter samapai 24 meter sesuai dengan kedalaman tanah
pendukungnya. Sedangkan diameternya rata-rata adalah 60 cm.
2. Metode pelaksanaan pembuatan secant pile menggunakan sistim bor dengan menggunakan alat
Hidroulic Drilling Rigg (HDR) dengan urutan pekerjaan persiapan, pengeboran tiang primer (tanpa
menggunakan tulangan), pengecoran, pengeboran tiang sekunder (menggunakan tulangan),
pemasangan tulangan, pengecoran, dan penutupan kembali lubang hasil pengeboran

5. DAFTAR PUSTAKA
ACI 336.1-01, 2001. Specification for the Construction of Drilled Piers.
Das, B. M. 2007. Principles of Foundation Engineering. 3rd ed. PWS-KENT, Publishing Company
Boston. New York.
Das, B.M. 2009. Shallow Foundation Bearing Capacity and Setllement. 2nd ed. Thomson, CRC Press
Taylor & Francis Group. Boca Raton.FL.
DPU Dirjen Pengairan (1986), Standart Perencanaan Irigasi Kp 01 BagianPerencanaan Jaringan
Irigasi, Bandung: Galang Persada
Meyerhof, G. G. 1953. “The Bearing Capacity of Foundations Under Eccentric and Inclined Loads,”
Proceedings, Third International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering,
Zürich, Vol. 1, pp. 440–445.
Meyerhof, G. G. (1976). “Bearing Capacity and Settlement of Pile Foundations,” Journal of the
Geotechnical Engineering Division, American Society of Civil Engineers, Vol. 102, No. GT3, pp.
197–228.
Kumara, W.C., (2006) Study Enginering Desain Rencana Pembuatan Waduk Pengendali Banjir Di Desa
Jadi Kecamatan Semanding.

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 118

Anda mungkin juga menyukai