Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Teknik Sipil Polinema memiliki dua jenis penjurusan yaitu, bangunan sipil
dan bangunan gedung. Di bangunan sipil mahasiswa difokuskan terhadap
bangunan-bangunan sipil seperti jembatan, jalan, bangunan air, dll. Jembatan
merupakan salah satu bangunan sipil yang sangat besar manfaatnya terhadap
kehidupan manusia. Di sebuah jembatan pasti memiliki pondasi yang kuat
agar jembatan kokoh sehingga jembatan dapat digunakan dengan aman.
Pondasi merupakan dasar bangunan yang paling kuat di bawah permukaan
tanah tempat bangunan didirikan. Terdapat beberapa jenis pondasi seperti
pondasi dalam dan pondasi dangkal. Jembatan Suramadu merupakan jembatan
yang menggunakan pondasi dalam jenis tiang pancang, sehingga penulis
mengangkat topik berupa Perencanaan Pondasi Tiang Pancang pada Jembatan
Suramadu Sisi Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari judul Perencanaan Pondasi Tiang Pancang pada Jembatan Suramadu Sisi
Surabaya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana perencanaan pondasi tiang pancang pada Jembatan Suramadu
sisi Surabaya ?
1.2.2 Bagaimana biaya pondasi yang diperlukan pada pelaksanaan pekerjaan
Jembatan Suramadu ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan proposal tugas akhir ini sebagai berikut :
1.3.1 Menjelaskan perencanaan pondasi tiang pancang Jembatan Suramadu sisi
Surabaya.
1.3.2 Menjelaskan total biaya perencanaan pondasi tiang pancang.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Penulis


1) Mengetahui lebih dalam tentang pondasi tiang pancang.
2) Mengetahui kelebihan pondasi tiang pancang.

1.4.2 Bagi Instansi


1) Mengetahui berapa biaya pada perencanaan pondasi Jembatan Suramadu
sisi Surabaya
2) Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pondasi yang baik pada
pembangunan jembatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jembatan

Menurut Struyk dan Veen (2007), jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya
untuk meneruskan jalan melalui rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan
ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa).

Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007), jembatan adalah suatu bangunan yang
memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang
jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Secara umum suatu jembatan
berfungsi untuk melayani arus lalu lintas dengan baik, dalam perencanaan dan
perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan
transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek
lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika.

2.2 Pondasi Jembatan

Menurut Gunawan (1983) “Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan
yang bertugas meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upper
structure/ super structure) ke dasar tanah yang cukup kuat mendukungnya. Untuk
tujuan itu pondasi bangunan harus diperhitungkan dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap berat sendiri, beban berguna, dan gaya-gaya luar, seperti
tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain, dan tidak boleh terjadi penurunan
pondasi setempat ataupun penurunan pondasi yang merata lebih dari batas
tertentu.”

Secara garis besar pondasi dibagi menjadi dua jenis yaitu pondasi dangkal dan
pondasi dalam. Jenis pondasi dangkal adalah pondasi menerus dan pondasi
setempat, sedangkan jenis pondasi dalam adalah pondasi sumuran dan pondasi
tiang pancang. https://id.wikipedia.org/wiki/Fondasi_(arsitektur)
Menurut Das (2007), Piles atau tiang pancang adalah struktur yang terbuat dari
baja, beton, atau kayu. Piles digunakan untuk membangun pondasi pile atau
Pondasi tiang pancang, yang membutuhkan biaya lebih besar daripada pondasi
dangkal. Pondasi tiang pancang sering diperlukan untuk keamanan struktural.

2.3 Jenis Pondasi Tiang Pancang

2.3.1 Point bearing pile

Dimaksudkan kekuatan tiang didasarkan pada daya dukung tanah. Sering kali
didalam perencanaan didapatkan daya dukung tersebut sangat besar sehingga
kekuatan tiang pancangnya sendiri yang lebih menentukan.

2.3.2 Friction piles


jika tanah tersebut mengandung banyak pasir, maka akan bekerja gaya – gaya dari
pasir tersebut.

2.3.3 Adhesive pile

Jika tanah tersebut tanah liat, maka akan bekerja gaya – gaya lekatan. Tiang
pancang demikian dinamakan Adhesive pile.

2.4 Bentuk dan Material Pondasi Tiang Pancang

2.4.1 Tiang pancang kayu

Pada umumnya bentuk tiang pancang ini bulat atau segi empat.

2.4.2 Tiang pancang beton bertulang

Paling banyak digunakan untuk pondasi tiang pada jembatan–jembatan di


Indonesia.
2.4.3 Tiang Baja

Dilihat dari daya dukungnya tiang baja ini mempunyai kekuatan yang lebih besar
dari pada tiang beton (untuk luas bidang kekuatan yang sama). Untuk tanah–tanah
yang berpasir, tiang pancang baja lebih sesuai dari tiang beton. Pada umumnya
bentuk tiang pancang baja adalah profile atau pipa (bentuk–bentuk ini yang
banyak dilaksanakan untuk jembatan – jembatan di Indonesia).

2.5 Desain Pondasi

Pemilihan jenis pondasi bergantung pada beban yang harus didukung dan kondisi
tanah. Langkah-langkah perencanaaan pondasi adalah sebagai berikut:
2.5.1 Menentukan jumlah beban efektif yang akan ditransfer ke tanah
bawah pondasi.
2.5.2 Menentukan nilai kapasitas dukung ijin (qa).
2.5.3 Menghitung momen-momen lentur dan gaya geser yang terjadi pada
pelat pondasi.

2.6 Pondasi Tiang Bor (Bored Pile)

Menurut Reese & Wright (1977), pondasi adalah bagian terendah bangunan yang
meneruskan beban bangunan ke tanah atau bantuan yang berada di bawahnya.
Pada sebuah proyek, pemilihan tipe pondasi tergantung pada data tanah, beban
yang harus dipikul(ketinggian lantai, bahan bangunan yang digunakan), dan
kondisi lingkungan.Untuk bangunan jembatan jenis rangka atasnya adalah busur
baja dengan bentang ± 174 m dan tinggi maksimal ± 20 m ini disarankan
menggunakan pondasi dalam(pondasi tiang).Untuk pondasi tiang bor sendiri
memiliki beberapa kriteria, antara lain:dapat digunakan pada semua jenis tanah,
tingkat keberhasilan konstruksi sangat bergantung pada kemampuan dari
kontraktor pelaksana, dan berbahaya bila adatekanan artesis yang dapat
menerobos ke atas.
2.6.1 Perhitungan Daya Dukung Tiang Bor
Daya dukung pondasi tiang bor dihitung sebagai berikut:

Qu = Qp + Qs - Wp

dimana:
Qu = daya dukung ultimit tiang (ton)
Qp = daya dukung ultimit ujung tiang (ton)
Qs = daya dukung ultimit selimut tiang (ton)
Wp= berat pondasi tiang (ton)

2.6.2 Daya dukung ultimit ujung tiang (Qp) didapatkan dengan cara:

Qp= qp x A

dimana:
qp = tahanan ujung per satan luas (ton/m2)
A = luas penampang bor (m2)

2.6.3 Untuk tanah kohesif qp dapat diambil 9 kali kuat geser tanah, untuk tanah
non-kohesif diambil dari gambar 2.2.

2.6.4 Untuk daya dukung ultimit selimut tiang (Qs) dicari dengan cara
sebagai berikut:
Qs = fs x L x P

dimana:
fs = gesekan selimut tang (ton/m2)
L = panjang tiang
P = keliling penampang tiang (m)
Gambar 2.2 Tahanan Ujung Ultimit pada Tanah non-kohesif (sumber: ; GEC)

2.6.5 Gesekan selimut tiang dipengaruhi oleh jenis dan kuat geser tanah.

Perhitungan fs dapat diambil dari:


1) Untuk tanah kohesif:

fs = α x cu

dimana:
α = faktor adhesi = 0,55
cu = kohesi tanah (ton/m2)
2) Untuk tanah non kohesif, fs diambil dari gambar berikut.

Gambar 2.3 Nilai fs dalam korelasinya dengan N SPT


(sumber : Wright, 1977 ; GEC)
BAB III
METODELOGI

3.1 Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis


penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sukmadinata (2006), menjelaskan
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan fenomena lainnya. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif
karena penelitian ini mengkaji ulang perencanaan dan anggaran Jembatan
Suramadu sisi Surabaya yang telah ada sebelumnya.

3.1.1 Studi Kepustakaan

Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan menggunakan


beberapa literatur yang berhubungan dengan judul yang diangkat penulis antara
lain tentang pondasi, jembatan, pondasi tiang pancang, pondasi “bored pile”, dan
kekuatan konstruksi jembatan.

3.1.2 Studi Lapangan

Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan studi lapangan, karena selain
menggunakan studi dari literatur, penulis juga melakukan penelitian di lokasi
Jembatan Suramadu sisi Surabaya.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penulisan proposal tugas akhir ini penulis melakukan penelitian di


Jembatan Suramadu bagian Surabaya.
3.3 Jenis Sumber Data

Dalam proses perencanaan, diperlukan analisis yang teliti, semakin rumit


permasalahan yang dihadapi maka semakin kompleks pula analisis yang akan
dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis yang baik, diperlukan data/informasi,
teori konsep dasar dan alat bantu memadai, sehingga kebutuhan data sangat
mutlak diperlukan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara metode
literatur, yaitu dengan mengumpulkan mengidentifikasi, mengolah data tertulis
dan metode kerja yang digunakan sebagai input proses perencanaan lalu metode
observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi, untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya di lapangan.

Adapun jenis data yang digunakan adalah :

3.3.1 Data Primer

Merupakan data yang didapat dari survey lapangan melalui pengamatan dan
pengukuran secara langsung, yaitu foto-foto kondisi jembatan terutama yang
berhubungan dengan pondasi.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait atau literatur
yang berhubungan dengan penelitian ini. Peta lokasi menggambarkan situasi di
lapangan dan data tanah digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah, jenis
tanah, sehingga dapat menentukan jenis dan kedalaman pondasi yang akan
dipakai.
3.4 Sarana Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sarana penelitian sebagai berikut :

3.4.1 Wawancara

Wawancara dilakukan langsung kepada pihak pimpinan dalam berlangsungnya


pengerjaan proyek Jembatan Suramadu sisi Surabaya yang sedang dikaji ulang.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang terstruktur, yaitu wawancara
yang sudah disusun secara sistematis dan runtut.

3.4.2 Dokumentasi

Dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data–data yang dibutuhkan yang
berhubungan dengan karyawan dengan melihat dokumen–dokumen serta catatan
yang ada pada perusahaan tersebut sebagai data pendukung penulisan tugas akhir.
3.5 Alur Penelitian

Mulai

Tahap Persiapan

Pengumpulan Data
Metode Literatur

Survey Lokasi

Pengumpulan Data
Metode Observasi

Pengolahan Data

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan
Daftar Pustaka

Ir. Rudy Gunawan, Pengantar Teknik Fondasi, Kanisius, 1983, Jogjakarta

Braja M. Das, Principles of Foundation Engineering, SI (seventh edition),


Cengage Learning. 2007, Stamford, USA

Supriyadi dan Muntohar, Rekayasa Pondasi II, Penerbit Gunadarma, 2007,


Jakarta

Struyk dan Veen, The STP Guide – Design, Operation and Maintenance, First
Edition, Karnataka State Pollution Control Board (KSPCB), 2007, Bangalore,
India

https://id.wikipedia.org/wiki/Fondasi_(arsitektur)

Reese & Wright, Current Construction Practices in the Installation of High-


Capacity Pilling, Hwy. Res. Rec, 1977

Anda mungkin juga menyukai