Anda di halaman 1dari 69

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

HIDRODINAMIKA I
MATERI 1

HIDRODINAMIKA DASAR
(ELEMENTARY HYDRODYNAMICS)
Eko B Djatmiko
Jurusan Teknik Kelautan
Fakultas Teknologi kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya - 2014

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

HIDRODINAMIKA I
MATERI 1

HIDRODINAMIKA DASAR
(ELEMENTARY HYDRODYNAMICS)

MINGGU 1

1. PENDAHULUAN

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

HIDRODINAMIKA secara keilmuan adalah merupakan cabang ilmu FISIKA, yang


dikonsentrasikan untuk mempelajari dasar statika dan dinamika fluida dalam disiplin ilmu
MEKANIKA FLUIDA, dan selanjutnya dikembangkan untuk mengkaji lebih mendalam
mengenai perilaku dinamis fluida air, khususnya air laut yang terrefleksi dalam bentuk arus
dan gelombang, serta pengaruhnya terhadap struktur laut, baik yang dioperasikan dalam mode
terpancang ataupun terapung, baik stasioner maupun bergerak melaju.
Catatan: Ilmu FISIKA yang telah dikonsentrasikan dalam MEKANIKA FLUIDA juga telah dikembangkan untuk
disiplin ilmu lain: DINAMIKA FLUIDA (T Mesin), HIDROLIKA (T Sipil), dan AERODINAMIKA (T Penerbangan)
HIDRODINAMIKA di bidang teknologi kelautan dapat secara khusus dikelompokkan lagi menjadi:
HIDRODINAMIKA KAPAL (SHIP HYDRODYNAMICS), HIDRODINAMIKA LEPAS PANTAI (OFFSHORE
HYDRODYNAMICS), dan HIDRODINAMIKA PANTAI (COASTAL HYDRODYNAMICS)

FISIKA
MEKANIKA FLUIDA
Hidrodinamika Kapal
HIDRODINAMIKA (Tekn Kelautan)
DINAMIKA FLUIDA (T Mesin)
HIDROLIKA (T Sipil)
AERODINAMIKA (T Penerbangan)

Hidrodinamika Lepas Pantai


Hidrodinamika Pantai

Gambar 1.1. Rumpun keilmuan fluida

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

1. PENDAHULUAN ... lanjut


PRINSIP ANALISIS HIDRODINAMIKA adalah menghitung besarnya beban fluida air laut akibat aksi dari arus
dan/atau gelombang yang bekerja pada struktur (laut), yang diawali dengan pemodelan medan aliran di
sekitar struktur, dilanjutkan dengan perhitungan kecepatan aliran yang mengenai struktur serta tekanan yang
ditimbulkannya, dan akhirnya mengintegrasikannya menjadi gaya dan momen aksi fluida terhadap struktur.
HASIL ANALISIS HIDRODINAMIKA secara umum kemudian akan digunakan sebagai input beban yang
digunakan dalam melakukan analisis Kekuatan Struktur

PRINSIP ANALISIS HIDRODINAMIKA:


1. Identifikasi bentuk/pola Aliran (di sekitar
struktur)
2. Komputasi Kecepatan Aliran
3. Komputasi Tekanan integralkan menjadi
Gaya dan/atau Momen (beban pada
struktur)

TEORI
1. Sifat Fisik
Fluida
2. Fluida Statis:
- Archimedes
3. Fluida
Dinamis:
- Bernoulli
- Euler
- Navier-Stokes

RESPONS/REAKSI STRUKTUR:
1. Mekanika Benda Padat (Solid
Mechanics)
2. Hidro-elastisitas (Hydroelasticity)
KEKUATAN STRUKTUR
Gambar 1.2. Skema prinsip hidrodinamika

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

1.1. Capaian Pembelajaran


1.1.1. JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS
Mampu merancang bangunan bangunan apung
Mampu merancang bangunan lepas pantai
Mampu merancang bangunan pantai
Mampu merancang bangunan konversi energi laut

1.1.2. HIDRODINAMIKA I (MO-141307) 3 SKS


Mahasiswa mampu memahami konsep timbulnya beban dinamis, yang terdiri dari komponen
hambatan dan inersia, pada benda yang berada dalam medan aliran fluida cair,
Mahasiswa mampu memahami perumusan kinematika gelombang dari sejumlah teori gelombang
reguler dan region validitas, serta penerapannya,
Mahasiswa mampu memahami konsep teori Morison dan penerapannya dalam menentukan beban
gelombang reguler pada silinder langsing,
Mahasiswa mampu melakukan komputasi dan analisis dasar beban dinamis eksitasi gelombang
terhadap bangunan laut langsing terpancang, seperti jacket dan jack-up,
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar beban gelombang pada struktur besar terpancang.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

Gambar 1.3. Konfigurasi umum struktur anjungan Jacket

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

Gambar 1.4. Konfigurasi umum struktur anjungan Jack-Up

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

Gambar 1.5. Konfigurasi umum struktur anjungan Guyed Tower (sd 3,000 ft)

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

Gambar 1.6. Konfigurasi umum struktur Articulated Tower

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

Gambar 1.7. Konfigurasi umum anjungan Concrete Gravity

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

1.2. Pokok Bahasan


Hidrodinamika Dasar: review materi mekanika fluida dengan menekankan pada superposisi
aliran elementer, khususnya aliran seragam dengan doublet untuk memodelkan aliran di
sekitar silinder dan penerapan persamaan Bernoulli untuk menghitung distribusi kecepatan
dan tekanan, serta menggambarkan pola aliran
Gaya Hambatan: pada silinder dan benda streamline dalam medan aliran seragam: lapisan
batas laminer dan turbulen, pemisahan lapisan batas, hambatan gesek dan hambatan bentuk,
persamaan gaya hambatan dan koefisien hambatan
Konsep Massa Tambah dan Gaya Inersia: energi kinetik gerakan fluida, perlambatan dan
massa tambah, gaya untuk menggerakkan benda, massa tambah silinder dalam fluida,
koefisien massa tambah
Gelombang Reguler: region validitas, kinematika gelombang, dan teori sejumlah
gelombang: Airy, Stokes, Cnoidal, dan Stream Function
Teori Morison dan Penerapannya: gaya tekanan dinamik, gaya percepatan, gaya
hambatan, gaya gelombang pada silinder terpancang tegak dan miring, gaya gelombang pada
struktur kerangka dalam bidang 2-dimensi, gaya gelombang pada struktur kerangka 3-dimensi
Dasar Teori Beban Gelombang Struktur Besar: rejim gaya gelombang, difraksi linier,
difraksi dan koefisien inersia efektif, silinder besar tegak.

2. PROPERTI FLUIDA

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

2.1 MASSA:
Massa (m) dengan satuan ton
Massa Jenis (=m/V) dengan satuan ton/m 3
Berat Spesifik atau Kepadatan Massa ( g) dengan satuan kN
Spesifik Gravitasi (SG=/air)

2.2 GAS IDEAL:


Hukum Gas Ideal (pV=mRT)
Faktor Kompressibilitas (z=pV/mRT)

2.3 VISKOSITAS:
Hubungan antara tegangan geser dan rate perubahan regangan geser ( = dy/dt)), di mana adalah besaran yang disebut
sebagai viskositas absolut, viskositas dinamis, atau singkatnya viskositas dengan satuan N-s/m 2;
Viskositas kinematis adalah perbandingan antara viskositas dinamis dengan massa jenis, dengan satuan m 2/s

2.4 TENSI PERMUKAAN (SURFACE TENSION):


Gaya yang dikenakan pada permukaan fluida cair per satuan panjang disebut sebagai tensi permukaan, dengan notasi
dan satuan N/m. Dengan kata lain tensi permukaan adalah gaya (per satuan panjang) yang dibutuhkan untuk merubah
bentuk permukaan fluida cair.

2.5 TEKANAN PENGUAPAN (VAPOR PRESSURE):


Tekanan yang timbul pada proses perubahan dari fluida cair menjadi gas, pV dengan satuan kPa mis. diperlukan dalam
analisis kavitasi propeller

3. STATIKA FLUIDA
3.1 VARIASI TEKANAN:
Tekanan pada Sebuah Titik
Medan Tekanan
Variasi Tekanan dalam Fluida Statis

3.2 PENGUKURAN TEKANAN:


Tekanan Absolut dan Tekanan Alat Ukur,
Barometer,
Manometer,
Piezometer

3.3 GAYA HIDROSTATIS:


Gaya Hidrostatis pada Bidang Datar,
Prisma Tekanan,
Gaya Hidrostatis pada Bidang Lengkung

3.4 GAYA APUNG:


Gaya Apung dan Hukum Archimedes,
Dasar Stabilitas Benda Apung

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

4. KINEMATIKA FLUIDA

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

4.1 DISKRIPSI ALIRAN:


Metode Euler
Metode Lagrange

4.2 ALIRAN STEADY DAN UNSTEADY:


Aliran Steady Property fluida independent terhadap waktu (kecepatan pada sembarang titik
dalam medan aliran tidak berubah terhadap waktu)
Aliran Unsteady Property fluida dependent terhadap waktu (mis. aliran turbulen)

4.3 STREAMLINE, STREAKLINE, DAN PATHLINE:


Streamlines adalah sekumpulan garis-garis atau kurva-kurva yang pada suatu saat tertentu pada
sembarang titik dalam medan aliran akan mempunyai arah tangensial terhadap vektor kecepatan.
Garis-garis atau kurva-kurva tersebut akan menunjukkan ke mana arah elemen fluida akan
bergerak pada sembarang titik dalam waktu tertentu. Streamline dapat dijelaskan juga sebagai
garis atau kurva yang menghubungkan titik-titik dengan harga stream function yang sama.
Streakline adalah garis atau kurva yang menghubungkan posisi partikel-partikel yang telah
melewati suatu titik yang sama
Pathline adalah garis atau kurva yang merupakan lintasan yang dilewati oleh suatu partikel fluida
yang bergerak.(metode Lagrange)

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut


4.4 KECEPATAN DAN PERCEPATAN:
Medan Kecepatan (Gambar 4.1 dan 4.2):

Gambar 4.1. Komponen kecepatan

Medan Percepatan (Gambar 4.3):

Gambar 4.2. Medan kecepatan

Derivatif Material atau Substansial:

Gambar 4.3. Medan Percepatan

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut


4.5 ALIRAN IRROTASIONAL:
4.5.1 Vortisitas

Elemen Fluida Berrotasi (lihat Gambar 4.4):


Dalam interval waktu kecil t
Titik B dan C bergerak tegak lurus dalam aliran linier pada arah
x dan y
Dalam waktu yang kecil t B dan C bergerak menjadi B dan
C
Kemudian garis AB (juga AC) akan berrotasi dengan sudut kecil
(juga
), sehingga:
Garis
AB
akan
mempunyai kecepatan sudut AB= / t ,

yang selanjutnya memberikan:

Demikian pula kecepatan sudut AC akan


diperoleh sebagai:
(tanda negatif menunjukkan rotasi searah
jarum jam)
Kombinasi putaran AB dan AC adalah putaran
z, yang sumbu
dituliskan
sebagai:
dengan
Analogi,sumbu
rotasi dengan
x dan
y adalah:
Gambar 4.4. Rotasi elemen fluida
(a) Pada waktu t ; (b) pada waktu (t + t)

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut


4.5.1 Vortisitas .....
lanjut

Vektor rotasi:

Di mana operasi vektor adalah disebut sebagai CURL dari vektor


kecepatan V.
Kemudian vektor vortisitas z didefinisikan sebagai dua kali vektor
rotasi, yi:
Bila vortisitas dituliskan dalam bentuk sumbu polar akan mempunyai
bentuk:

Aliran dikatakan irrotasional bila pada elemen fluida tidak terjadi rotasi sehingga secara
matematis aliran dikatakan irrotasional bila vortisitas dari curl kecepatan adalah sama dengan nol,
yaitu:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut


4.5 ALIRAN IRROTASIONAL:
4.5.2 Potensial Kecepatan (Velocity Potential)

Bukti Potensial Kecepatan: Dari teori vektor kalkulus dapat diketahui bahwa curl dari setiap
gradien akan sama dengan nol, jadi:

tersebut di atas dapat diterapkan untuk aliran irrotasional jika


Persamaan
memenuhi persyaratan:

Parameter disebut sebagai potensial kecepatan bukan merupakan besaran fisik


fluida, tetapi merupakan identitas matematis (besaran skalar)yang dapat
digunakan untuk menjelaskan fenomena fluida (medan kecepatan) dan berkaitan
dengan
streamline
aliran
erat
Potensial
kecepatan
adalah
persamaan matematis, yang bila diturunkan terhadap
suatu sumbu tertentu akan menghasilkan persamaan kecepatan pada arah sumbu
tersebut:

Dalam sumbu polar dituliskan sebagai:

Kurva dalam medan aliran (lihat Gambar 4.5) yang menghubungkan titik-titik
Gambar 4.5. Equipotential lines
dengan harga konstan disebut sebagai equipotential lines, kurva-kurva tersebut
dan streamlines
akan selalu tegak lurus dengan streamlines, yakni kurva-kurva yang
menghubungkan titik-titik yang mempunyai harga stream function konstan.:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

4. KINEMATIKA FLUIDA ... lanjut


ALIRAN IRROTASIONAL:
4.5.3 Aliran Potensial

Konsep potensial kecepatan secara khusus akan berguna bila dikombinasikan dengan
kekekalan massa untuk fluida incompressible. (tak mampu mampat)
Di mana untuk aliran steady dan incompressible, kekekalan massa dalam bentuk vektor akan
menjadi persamaan kontinyuitas, berikut (divergensi vektor kecepatan):

Bila aliran incompressible juga irrotasional, maka persamaan kontinyuitas dapat dituliskan:

Persamaan ini secara umum dikenal sebagai persamaan Laplace, dan persamaan aliran yang
memenuhi persamaan tersebut diistilahkan sebagai aliran potensial.
Dalam koordinat Cartesius, persamaan kontinyuitas dapat diekspresikan dalam bentuk
potensial kecepatan sebagai berikut:

Sejumlah aliran elementer yang diklasifikasikan sebagai aliran potensial (mis. aliran seragam,
source, sink, vortex dan doublet) akan dibahas kemudian.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA


5.1 KEKEKALAN MASSA:
5.1.1 DALAM KOORDINAT CARTESIUS:

Prinsip kekekalan massa menyatakan bahwa massa untuk suatu sistem akan tidak
berubah (kekal)
Pertimbangkan suatu elemen kecil seperti dalam Gambar 5.1; Bila ditetapkan
densitas dan kecepatan-kecepatan dalam arah x-, y- dan z- pada titik tengah
elemen adalah , u, v dan w.
Jumlah massa fluida yang mengalir per satuan waktu (mass flow rate) pada setiap
permukaan elemen kemudian akan dapat diperoleh dengan menggunakan deret
Taylor orde-1.

Dengan
mengabaikan besaran orde tinggi (pangkat 2 dst), maka rate aliran massa
pada permukaan x- dapat dihitung sebagai:
Secara analogi rate aliran massa pada kelima permukaan yang lain dapat
Gambar 5.1. Konservasi massa
dituliskan dalam bentuk persamaan:
pada suatu elemen kecil dalam

koordinat Cartesius

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.1.1 DALAM KOORDINAT CARTESIUS: ..... lanjut

Rate aliran massa netto yang melewati permukaan kontrol dari elemen
kecil kemudian akan diberikan sebagai selisih antara dua permukaan
yang paralel, atau
+

Persamaan kekekalan massa untuk elemen kecil (untuk aliran unsteady dan compressible) kemudian dapat ditul

Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam beberapa bentuk:

Suku disebut sebagai divergensi vektor kecepatan.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.1.1 DALAM KOORDINAT CARTESIUS: ..... lanjut

Untuk aliran steady, yang bukan merupakan fungsi waktu, maka


persamaan menjadi lebih sederhana:

Bila aliran bersifat incompressible (yi. mempunyai massa jenis konstan,


maka turunan substansial dari massa jenis akan sama dengan nol
(D/dt = 0),
Sehingga persamaan kekekalan massa akan menjadi persamaan

kontinyuitas:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.1 KEKEKALAN MASSA:
5.1.2 DALAM KOORDINAT POLAR:

Memperhatikan elemen dalam koordinat polar seperti dalam Gambar 5.2,


pendekatan yang sama dapat digunakan untuk menurunkan persamaan konservasi
massa seperti dalam koordinat Cartesius.
Untuk ringkasnya prosedur penurunan tidak akan dijelaskan secara rinci.
Secara langsung persamaan konservasi massa (aliran unsteady dan compressible)
dalam koordinat polar dituliskan sebagai:

Untuk aliran steady, yang bukan merupakan fungsi waktu, maka persamaan
menjadi lebih sederhana:
Gambar 5.2. Konservasi massa
pada suatu elemen kecil dalam
koordinat polar

Untuk aliran incompressible maka persamaan kekekalan massa akan menjadi


persamaan kontinyuitas:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.2 FUNGSI ALIRAN (STREAM FUNCTION):

Untuk aliran steady dan incompressible 2-dimensi, persamaan kontinyuitas


dalam koordinat Cartesius adalah:

Persamaan diferensial di atas mempunyai dua besaran yang belum


diketahui, yaitu u dan v.
Seperti halnya korelasinya dengan potensial kecepatan , kemudian kedua
besaran kecepatan tersebut didefinisikan sebagai turunan dari fungsi
matematis tertentu, yang disebut sebagai fungsi aliran atau stream

function,
dengan notasi , sebagai berikut:
Hubungan kecepatan dengan fungsi aliran tersusun khas seperti di atas,
sehingga nantinya streamlines akan selalu tegak lurus dengan equipotential
lines
Sehingga persamaan kontinyuitas kemudian menjadi:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.2 FUNGSI ALIRAN (STREAM FUNCTION): ..... lanjut

Selanjutnya perhatikan Gambar 5.3, di mana telah diketahui bahwa


streamlines adalah kurva yang menghubungkan titik-titik dengan posisi
tangensial dalam medan kecepatan, yang dituliskan:

Kemudian seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.4, harga fungsi yang


berhubungan dengan streamline tertentu, yaitu 1 dan 2, sebenarnya
Gambar 5.3. Streamline
belum dapat memberikan informasi yang berarti.
Namun perbedaan antara harga kedua fungsi aliran tersebut akan
menunjukkan nilai rate volumetrik aliran, dan juga arah alirannya; yang
disebut sebagai tabung aliran atau stream tube, yakni:

Gambar 5.4. Rate


volume aliran di antara
dua streamline yang
bersebelahan

Di mana q adalah rate volume aliran per satuan lebar (arah sumbu z) yang
terjadi di antara streamlines 1 dan 2.
Perlu dicatat bahwa bila nilai (1 2) adalah positip maka aliran bergerak
dari kiri ke kanan, sedangkan bila (1 2) adalah negatip maka aliran
bergerak sebaliknya, dari kanan ke kiri.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.2 FUNGSI ALIRAN (STREAM FUNCTION): ..... lanjut

Untuk aliran steady dan incompressible dua dimensi, persamaan


kontinyuitas dalam koordinat polar adalah:

Oleh karena itu hubungan antara kecepatan dan fungsi aliran dalam
koordinat polar, yang memenuhi persamaan kontinyuitas, akan berbentuk:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES:
Dengan melihat Gambar 5.5, hukum Newton ke-2 menyangkut gaya pada elemen
fluida akan berlaku dan dituliskan sebagai:

Di mana F adalah resultan gaya yang bekerja pada elemen fluida, dengan
massa m, serta a adalah percepatan elemen fluida yang mempunyai
persamaan (lihat sub-bab 4.4):

Gambar 5.5. Hukum Newton ke-2 yang dalam koordinat Cartesius ekspansi komponennya adalah:
pada elemen fluida

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES: ..... lanjut
Di sini gaya yang bekerja pada elemen fluida akan terdiri dari dua jenis, yakni gaya
benda (body force) FB dan gaya permukaan (surface force) FS :

Gaya benda yang dipertimbangkan di sini adalah gaya berat elemen fluida,
yaitu:

Secara umum gravitasi hanya akan bekerja pada satu arah, namun karena
sistem koordinat adalah merupakan satu kesatuan maka ketiga komponen
telah dimasukkan sebagai bentuk umumnya.
Gaya benda yang lain, seperti akibat medan magnet dan medan listrik dapat
dimasukkan ke dalam persamaan tersebut, namun untuk lingkup
hidrodinamika dasar kedua hal tersebut tidak akan dibahas.
Gaya permukaan yang bekerja adalah berupa tegangan yang terjadi pada
permukaan elemen (lihat Gambar 5.6); yang terdiri dari tegangan normal
(ij) dan tegangan geser (ij).
Gaya normal bekerja tegak lurus terhadap permukaan, sedangkan gaya
Gambar 5.6. Notasi tegangan
geser bekerja pada arah tangensial terhadap permukaan.
pada permukaan elemen fluida
Subskrip i menyatakan arah sumbu yang tegak lurus terhadap permukaan,
sedangkan j adalah menyatakan arah tegangan, seperti dalam Gambar 5.6.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES: ..... lanjut
Semua gaya permukaan yang bekerja dalam arah x pada elemen fluida
adalah seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.7.
Penjumlahan semua gaya permukaan pada arah x akan menghasilkan:

Secara analogi, gaya permukaan pada arah y dan z akan dapat dituliskan
sebagai:

Gambar 5.7. Gaya permukaan


pada arah x

Sehingga resultan gaya permukaan adalah:

Perhatikan bahwa untuk mendapatkan gaya permukaan adalah tegangan


dikalikan dengan luas permukaan.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES: ..... lanjut
Massa elemen fluida dapat diekspresikan dalam bentuk volume serta densitasnya (m
=xyz), sehingga persamaan momentum linier dalam koordinat Cartesius akan
menyadi:

Untuk fluida Newtonian, seperti air, minyak dan udara, medan tegangan geser adalah
simetris, dan ini akan berkorelasi dengan rate regangan geser secara linier.
Sehingga akan dapat dihasilkan:

di mana adalah viskositas dari fluida.


Perhatikan bahwa besaran tekanana p hanya bekerja tegak lurus ke setiap permukaan elemen
fluida, dan diasumsikan sama pada ketiga bidang, yakni tekanan hidrostatik.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.3 PERSAMAAN NAVIER-STOKES: ..... lanjut
Untuk aliran incompressible, berdasar persamaan kontinyuitas maka akan sama
dengan nol.
Jadi persamaan momentum linier akan menjadi:

Persamaan di atas secara umum dikenal sebagai persamaan Navier-Stokes, yang


biasanya dituliskan dalam bentuk persamaan vektor tunggal berikut:

Meskipun persamaan vektor di atas terlihat sederhana, namun persamaan ini adalah
merupakan inti dari mekanika fluida yang dapat memecahkan permasalahan aliran
unsteady, non-linier, order-2, dengan persamaan diferensial parsial.
Persamaan tersebut sulit untuk diselesaikan, hanya permasalahan 2-dimensi sederhana yang
dapat dipecahkan.
Penyelesaian persamaan Navier-Stokes biasanya diselesaikan dengan menerapkan
Computational Fluid Dynamics (CFD).

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.4 PERSAMAAN EULER:
Dalam permasalahan aliran inviscid, di mana = 0, maka bentuk persamaan NavierStokes akan menjadi lebih sederhana seperti di bawah ini:

Persamaan di atas secara umum dikenal sebagai persamaan Euler.


Dengan hilangnya komponen viskositas, persamaan ini sudah sangat jauh lebih sederhana
dibanding dengan persamaan Navier-Stokes.
Namun demikian tetap juga belum dapat diselesaikan secara analitik karena kompleksitas
faktor-faktor non-liniernya (yi, u u/x, v u/y, w u/z, dll.); jadi harus diterapkan metode
numerik untuk pemecahannya: finite elemen, finite difference, dll.
Persamaan Euler dapat dituliskan dalam bentuk vektor berikut:

Persamaan Euler akan dapat disederhanakan lagi menjadi persamaan Bernoulli, yang akan
sesuai diterapkan dalam permasalahan aliran steady dan incompressible sepanjang

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:
5.5.1 Hukum Termodinamika I
Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa energi tidak akan dapat
diciptakan ataupun dihilangkan; namun energi dapat berubah bentuk.
Konsep ini akan dapat dimodelkan dengan satu set persamaan integral,
satu volume kontrol, dan satu permukaan kontrol.
Bentuk energi baru dapat ditambahkan atau dikurangkan dari sistem,
yang ditinjau melalui panas ataupun kerja.
Bentuk akhir dari integral persamaan energi untuk suatu volume kontrol,
seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.8, dapat diberikan sebagai:
Gambar 5.8. Unit vektor normal
pada permukaan volume kontrol

di mana

e adalah energi total spesifik (energi per satuan massa),


Vadalah kecepatan fluida,
adalah rate perpindahan panas yang ditambahkan ke volume
kontrol,
adalah rate perpindahan kerja (disebut juga sebagai daya) yang
ditimbulkan oleh volume kontrol,
n adalah unit vektor normal terhadap permukaan volume kontrol.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:
5.5.1 Hukum Termodinamika I ..... lanjut
Pada dasarnya persamaan energi menyatakan bahwa:

Pernyataan di atas mempunyai arti yang sama dengan Hukum


Termodinamika I.
Untuk aliran steady, suku pertama di sebelah kiri persamaan energi akan hilang.
Tanda dalam besaran Vn akan tergantung pada kecepatan dan juga orientasi dari
permukaan kontrol.
Unit vektor normal didefinisikan mempunyai harga positip jika mengarah ke luar dari
permukaan kontrol.
Dengan demikian Vn akan positip jika aliran mengalir ke luar volume kontrol.
Hal ini adalah sama dengan persamaan integral momentum.
Untuk aliran steady dan luasan yang konstan (dengan mengasumsikan bahwa V dan n
saling tegak lurus, seperti halnya dengan pipa inlet dan outlet), maka persamaan
adalah
energi akan menjadi:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:
5.5.2 Energi Total:
Variabel energi total per satuan massa, e, perlu dijelaskan secara khusus.
Energi total (E) yang tersimpan pada suatu sistem terbentuk dari tiga
komponen dasar, yi. Energi kinetik (KE), energi potensial (PE), dan energi
internal (), sehingga dapat diekspresikan sebagai:

Persamaan di atas dapat juga diekspresikan dalam bentuk per satuan


massa melalui pembangian langsung dengan massanya:

Gambar 5.9. Energi kinetik dan


energi potensial

Energi kinetik spesifik adalah energi yang dikaitkan dengan gerakan


sistem, dan adalah sama dengan energi partikel yang dihasilkan dalam
dinamika. Energi tersebut dituliskan:

di mana V adalah kecepatan dari sistem; dalam hal ini massa tidak
disertakan, karena persamaan tersebut adalah untuk kuantitas per
satuan potensial
massa. spesifik adalah energi yang timbul sehubungan dengan
Energi
elevasi atau ketinggian sistem diukur dari sembarang bidang referensi.
Sehingga mempunyai persamaan:

di mana g adalah percepatan gravitasi, dan z adalah elevasi sistem

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:
5.5.2 Energi Total: ..... lanjut
Energi internal spesifik adalah merupakan penjumlahan dari bentuk-bentuk energi
mikroskopis (yi. energi molekuler atau atom) yang dimiliki oleh sistem.
Sehingga persamaan energi akan menjadi (ingat bahwa: dm/dt =VA):

5.5.3 Panas:

Perpindahan panas adalah perpindahan energi akibat perbedaan

temperatur.
Panas akan selalu dipindahkan dari daerah yang bertemperatur tinggi ke
daerah bertemperatur rendah.
Perpindahan panas dinyatakan positip jika ada panas yang ditambahkan ke
volume kontrol, dan sebaliknya negatip jika panas ke luar dari volume
kontrol.
Bila suatu volume kontrol dikatakan mengalami proses adiabatik, maka
berarti perpindahan panas tidaklah terjadi (yi. =0) pada volume kontrol.
Perpindahan panas dapat terjadi dengan tiga cara: konduksi, konveksi, dan
radiasi
Panas tidak secara langsung diterapkan dalam hidrodinamika dasar. Namun

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:
5.5.4 Kerja
Kerja adalah perpindahan energi yang terjadi sehubungan dengan gaya yang bekerja
melampaui suatu jarak.
Kerja yang dilakukan oleh suatu volume kontrol ditetapkan sebagai bernilai positip.
Contoh
kerja
antara
lain adalah
ditimbulkan
oleh dari
aliran
dan akan
poros (propeller).
Bila aliran
fluida
melewati
suatuyang
volume
kontrol, kerja
aliran
timbul karena gaya-gaya tekanan yang dikenakan pada inlet dan outlet.
Kerja dari aliran dapat dituliskan dalam persamaan:

di mana p adalah tekanan, A adalah luas penampang, dan V adalah kecepatan fluida.
Bila kecepatan adalah tegak lurus terhadap permukaan dA, dan A adalah konstan,
maka persamaan di atas akan mempunyai bentuk yang lebih sederhana:

Kerja akibat dari tekanan bisa positip ataupun negatip, tergantung bagaimana aksi
tekanan terhadap aliran, yi. jika bersama (searah) dengan aliran maka didefinisikan
sebagai negatip (nV = -V) dan bila berlawanan dengan aliran maka didefinisikan
positip.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:
5.5.4 Kerja ..... lanjut
Kerja poros seringkali dijumpai dalam sistem rekayasa, mis untuk transmisi daya pada
turbin, transmisi daya pada poros propeller, dll, yang dapat dituliskan sebagai:

di mana T adalah torsi dari poros, dan kecepatan sudut dari poros.
Sebagai contoh, kerja poros yang dihasilkan dari turbin akan diubah menjadi listrik
melalui generator pada instalasi pembangkit.
Daya yang keluar dari turbin mempunyai notasi positip.
Dengan mengombinasikan faktor panas dan kerja, maka keadaan tetap atau steady
state dari persamaan energi menjadi:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:
5.5.5 Persamaan Energi Tetap dengan Inlet dan Outlet

Aplikasi umum dari persamaan energi keadaan adalah untuk kasus


volume kontrol dengan inlet dan outlet, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 5.10.
Dengan memakai subskrip in dan out untuk menjelaskan aliran pada
sistem, dan membaginya dengan g(dm/dt) maka akan didapat:

Variabel u dan Q lazimnya dikelompokkan menjadi satu, dan diistilahkan


Gambar 5.10. Sistem energi tetap sebagai head loss, hL
dengan inlet dan outlet

Persamaan di atas memperhitungkan semua efek viskositas, seperti


halnya dengan aliran dalam pipa; termasuk juga memperhitungkan
kehilangan energi pada ujung-ujung inlet dan outlet akibat viskositas.
Kerja yang dihasilkan oleh pompa (energi masuk) dan turbin (energi
keluar) dipisahkan.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.5 HUKUM KEKEKALAN ENERGI:
5.5.5 Persamaan Energi Tetap dengan Inlet dan Outlet ..... lanjut

Sehingga bentuk akhir persamaan adalah:

Subskrip pump menyatakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem


dan turbine menyatakan energi yang dikeluarkan dari sistem (untuk
melakukan kerja).
Kedua besaran tersebut adalah merupakan energi absolut yang masuk
Gambar 5.10. Sistem energi tetap atau keluar, dan tidak mempertimbangkan efisiensi pompa ataupun
dengan inlet dan outlet
turbin.
Dalam aplikasi praktis, kehilangan energi internal dalam pompa ataupun
Persamaan
atas mengasumsikan hanya ada satu inlet dan satu
turbin harusdidiperhitungkan.
outlet untuk sebuah volume kontrol, dan dalam keadaan tetap.
Persamaan ini adalah sama dengan persamaan Bernoulli, hanya
saja mengikutkan juga faktor kerja dan efek viskositas.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.5 PERSAMAAN BERNOULLI:
Pada pembahasan tentang konservasi energi telah ditunjukkan bahwa untuk suatu volume
kontrol persamaan energi dapat disimplifikasi menjadi:

Dalam banyak kasus, head loss yang terjadi akibat efek viskositas dapat diabaikan.
Selanjutnya, bila sistem tidak dilengkapi dengan pompa ataupun turbin, maka persamaan di
atas akan menjadi:

Hubungan ini adalah merupakan bentuk dari persamaan Bernoulli.


Hubungan yang sama, namun dengan bentuk yang sedikit berbeda, dapat diturunkan dengan
mengaplikasikan konservasi momentum pada suatu elemen fluida sepanjang suatu streamline
aliran, dan memberikan:

di mana p adalah tekanan statis, V2/2 adalah tekanan dinamis, dan gz adalah
tekanan hidrostatik.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

5. HUKUM DASAR FLUIDA ..... lanjut


5.5 PERSAMAAN BERNOULLI: ..... lanjut

a) Aliran dari tanki

Persamaan Bernoulli memberikan hubungan antara tekanan, kecepatan


dan elevasi sepanjang streamline.
Persamaan ini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan
sederhana (lihat Gambar 5.11), seperti aliran dalam tanki (free jets),
aliran pada pintu air (sluice gate), dan aliran melewati nozzle.
Dengan mengaplikasikan persamaan Bernoulli antara titik 1 dan 2 akan
dihasilkan:

b) Aliran lewat pintu air

Penting untuk dicatat di sini bahwa persamaan Bernoulli


mempunyai sejumlah keterbatasan, dan hanya dapat diterapkan
pada situasi tertentu saja.
Persamaan
juga diturunkan dengan mengambil sejumlah
(1) SteadyBernoulli
flow
asumsi,
berikut:
(2) Incompressible
flow
(3) Inviscid flow (zero viscosity)
(4) Flow along a streamline

c) Aliran lewat nozzle


Gambar 5.11. Contoh persoalan
aliran sederhana untuk diselesaikan
dengan persamaan Bernoulli

6. ALIRAN ELEMENTER

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

Dalam mempelajari aliran elementer (2-dimensi) harap mengingat beberapa hal berikut.
Aliran 2-dimensi yang incompressible, inviscid, and irrotational dapat dijelaskan
dengan memakai potensial kecepatan dan fungsi aliran , yang memenuhi
persamaan Laplace:

Komponen kecepatan dalam koordinat Cartesius:

Komponen kecepatan dalam koordinat Polar:

Streamlines: garis-garis atau kurva-kurva yang menghubungkan titik-titik dalam medan aliran
yang mempunyai harga konstan
Streamlines: adalah sekumpulan garis-garis atau kurva-kurva yang pada suatu saat tertentu
pada sembarang titik dalam medan aliran akan mempunyai arah tangensial terhadap vektor
kecepatan. Garis-garis atau kurva-kurva tersebut akan menunjukkan ke mana arah elemen
fluida akan bergerak pada sembarang titik dalam waktu tertentu.
Equipotential lines: garis-garis atau kurva-kurva yang menghubungkan titik-titik dalam medan
aliran yang mempunyai harga konstan.
Streamlines dan Equipotential lines dalam medan aliran akan selalu saling tegak lurus.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.1 ALIRAN SERAGAM (UNIFORM FLOW):
Aliran seragam adalah bentuk aliran potensial paling sederhana, bergerak
dengan arah lurus, bisa paralel ataupun membentuk sudut dengan garis
sumbu.
Persamaan umum potensial kecepatan untuk aliran seragam, dalam
koordinat Cartesius, yang membentuk sudut terhadap sumbu-x (lihat
6.1) adalah:
Gambar
Sedangkan persamaan fungsi alirannya , dalam koordinat Cartesius, adalah:

di mana U adalah resultan kecepatan awal aliran

Gambar 6. 1. Aliran seragam dengan


Selanjutnya, telah diketahui bahwa dalam koordinat polar:
arah terhadap sumbu-x dan
Mempunyai kecepatan awal U

Maka potensial kecepatan dan fungsi aliran dalam koordinat polar adalah:

Komponen kecepatan dalam koordinat


Cartesius:

Komponen kecepatan dalam koordinat


polar:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.2 ALIRAN SUMBER DAN SUMUR (SOURCE AND SINK):

Aliran sumber: adalah aliran fluida yang mengalir secara radial dari suatu
titik (sumber), seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.2.
Sehingga streamlinesnya adalah merupakan garis-garis radial, dan
equipotential linesnya merupakan lingkaran-lingkaran dengan satu titik
pusat.
Komponen kecepatan dalam koordinat polar dapat dituliskan sebagai:

di mana Q adalah kekuatan source (m2/sec), atau rate volume aliran per
Gambar 6.2. Aliran sumber
satuan panjang, atau disebut juga sebagai discharge (debit per satuan
(source)
panjang).
Perhatikan dalam persamaan di atas, jika jari-jari r mendekati nol maka nilai
kecepatan radial vr akan menjadi tidak berhingga jadi titik pusatnya
Potensial kecepatan
dan fungsi alirannya dalam koordinat polar adalah:
diistilahkan sebagai singularitas.

Gambar 6.3. Aliran sumur


(sink)

Jika Q mempunyai harga negatip, maka ini mengindikasikan bahwa aliran


mengalir secara radial menuju ke satu titik disebut sebagai aliran sumur
atau sink, seperti diperlihatkan dalam Gambar 6.3.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.3 ALIRAN PUSARAN (VORTEX):
Aliran pusaran: adalah aliran fluida yang mengalir berpusar dalam bentuk
lingkaran, seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.4.
Sehingga streamlinesnya adalah merupakan lingkaran-lingkaran dengan
satu titik pusat, dan equipotential linesnya merupakan garis-garis radial.
Dengan demikian bentuk persamaan komponen kecepatan dari vortex,
dalam koordinat polar, akan merupakan kebalikan dari bentuk persamaan
source, yakni:

di mana K adalah suatu konstanta yang menyatakan kekuatan vortex.


Gambar 6.4. Aliran pusaran
(vortex)

Potensial kecepatan dan fungsi alirannya dalam koordinat polar adalah:

Kekuatan vortex dapat dijelaskan dengan mengacu pada konsep sirkulasi


(), yang didefinisikan sebagai integral garis vektor kecepatan di sekitar
kurva tertutup dalam fluida:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.3 ALIRAN PUSARAN (VORTEX): ..... lanjut
Untuk aliran irrotasional, di mana maka persamaan sirkulasi menjadi:

Namun jika kurva tertutup memuat titik singularitas, seperti halnya vortex,
maka sirkulasi menjadi tidak sama dengan nol, sebagai berikut:

Gambar 6.4. Aliran pusaran


(vortex)

Sebagai kesimpulannya, kekuatan vortex adalah sebanding dengan


sirkulasinya.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.4 SUPERPOSISI ALIRAN:
Aliran yang kompleks dapat disusun dengan melakukan superposisi atau kombinasi
sejumlah aliran elementer.
Superposisi ini secara konsepnya cukup sederhana, yakni dengan melakukan
penjumlahan aljabar potensial kecepatan dan/atau fungsi aliran dari semua komponen
aliran yang membentuknya.
Jadi suatu aliran yang kompleks, yang tersusun dari sejumlah n aliran elementer, akan
mempunyai
potensial kecepatan dan fungsi aliran sebagai berikut:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.5 ALIRAN DOUBLET:
Aliran Doublet: adalah suatu bentuk aliran spesifik yang terbentuk dari
kombinasi aliran source dan aliran sink yang saling mendekati, sehingga
jaraknya sama dengan nol.
Untuk menurunkan persamaan doublet, dapat diawali dengan melakukan
superposisi potensial kecepatan source dan sink yang berjarak 2a berikut

(lihat Gambar
6.5):

Gambar 6.5. Kombinasi aliran


source dan sink

Jika jarak source dan sink semakin mengecil, sehingga menjadi a, maka
selisih jari-jari r2 dan r1 pun akan semakin mengecil, menjadi r.
Kemudian persamaan di atas menjadi:

Perhatikan di sini bahwa nilai dari ln(1 + x) x jika x <<< 1


Oleh karena itu persamaan di atas akan menjadi:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.5 ALIRAN DOUBLET: ..... lanjut
Pada saat a 0 maka Q a akan mencapai harga berhingga
tertentu, .
= Qa kemudian menjadi kekuatan dari doublet, yang terbentuk
dari kombinasi source dan sink yang saling mendekati tersebut.
Selanjutnya, saat a 0 maka 2 = dan r1 = r, sehingga persamaan
potensial kecepatan di atas menjadi:

Dengan melakukan manipulasi matematis seperti halnya pada


potensial kecepatan, maka persamaan fungsi aliran untuk doublet
Gambar 6.6. Streamlines akan diperoleh:
sebuah doublet

Streamlines sebuah doublet adalah seperti ditunjukkan dalam


Gambar 6.6.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.6 SUPERPOSISI ALIRAN SERAGAM DAN SOURCE:

Superposisi aliran seragam dengan kecepatan U (untuk memudahkan


permasalahan aliran seragam ditetapkan sejajar dengan sumbu-x, sehingga
= 0) dan aliran source dengan kekuatan Q dapat diformulasikan dengan
terlebih dulu memperoleh persamaan potensial kecepatan dan fungsi
alirannya (dalam koordinat polar), sebagai berikut:

Gambar 6.7. Superposisi aliran Selanjutnya, komponen kecepatan radial dan tangensialnya, yang
seragam dan source
merupakan turunan dari potensial kecepatan ataupun fungsi aliran, dapat

dituliskan:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.6 SUPERPOSISI ALIRAN SERAGAM DAN SOURCE: ..... lanjut

Menarik untuk diketahui di sini, bahwa streamlines yang merupakan hasil


dari superposisi tersebut akan berbentuk kurva oval.
Titik stagnasi yang terjadi akan dapat dipakai untuk mendefinisikan bentuk
setengah benda.
Lokasi dari titik stagnasi dapat ditentukan dengan menetapkan kecepatan
radial dan tangensialnya, vr dan v, sama dengan nol, dan menghasilkan:

Nilai dari streamline yang melewati titik stagnasi, yang selanjutnya akan
Gambar 6.8. Aliran di sekitar mendefinisikan bentuk setengah benda oval, adalah:
setengah benda

Jika streamline tersebut digantikan dengan batas benda pejal, maka kita akan
dapat melihat dengan jelas aliran di sekitar bentuk setengah benda ini, yang
merepresentasikan superposisi aliran seragam dan source.
Besarnya resultan kecepatan V di sembarang titik dalam medan aliran
kemudian akan dapat dihitung dengan:

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.6 SUPERPOSISI ALIRAN SERAGAM DAN SOURCE: ..... lanjut

Besarnya resultan kecepatan V di sembarang titik pada permukaan setengah


benda adalah:

Setelah kecepatan diketahui, maka tekanan pada sembarang titik dalam medan aliran
juga akan dapat diperoleh dengan menerapkan persamaan Bernoulli, sebagai berikut:

Dalam studi hidrodinamika, utamanya dalam rangka untuk melakukan komparasi


karakteristik aliran, tekanan lazimnya tidak dihitung nilai riilnya. Namun lebih sering
diturunkan harga koefisiennya, pada sembarang titik dalam medan aliran, seperti di
bawah ini:

atau

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

6. ALIRAN ELEMENTER ..... lanjut


6.6 SUPERPOSISI ALIRAN SERAGAM DAN SOURCE: ..... lanjut

Bentuk atau kontur dari stengah benda oval tersebut dapat didefinisikan
dengan memasukkan kembali nilai stag yang telah diperoleh ke dalam fungsi
aliran, dengan mengambil = .
Dari sini akan diperoleh:

Dengan demikian koefisien tekanan pada permukaan setengah benda


adalah:
Gambar 6.8. Aliran di sekitar
setengah benda

atau

Pada titik stagnasi, di mana V = 0


maka:

Lokasi di mana p = p0
adalah:

dengan iterasi diperoleh hasil = 133.3o

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

Selamat

Belajar

55

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

HIDRODINAMIKA I
MATERI 1

HIDRODINAMIKA DASAR
(ELEMENTARY HYDRODYNAMICS)

MINGGU 2

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

7.1 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER DIAM:


Aliran di sekitar silinder berpenampang lingkaran dalam keadaan tetap/diam
dapat dimodelkan sebagai superposisi antara aliran seragam dan sebuah
doublet, seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.1.
Potensial kecepatan dan fungsi aliran yang terbentuk dari superposisi tersebut
dapat diberikan sebagai:

..... (7.1)

dan

..... (7.2)

Komponen kecepatan dalam koordinat polar:

Gambar 7.1. Aliran di


sekitar silinder DIAM yang
terbentuk dari superposisi
aliran seragam dan
sebuah doublet

..... (7.3)

dan

..... (7.4)

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER


7.1 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER DIAM: ..... lanjut

Streamline yang melewati titik stagnasi dapat diperoleh dengan memenuhi


persyaratan bahwa di mana yang artinya bahwa

akan mempunyai harga nol hanya jika atau


Kemudian dengan menyubstitusikan ke dalam pers. (7.3) akan dihasilkkan:

..... (7.5)

Namun karena maka akan didapatkan:

atau

..... (7.6)

Mengingat bahwa seperti ditunjukkan dalam pers. (7.6) mempunyai harga


Gambar 7.1. Aliran di
sekitar silinder diam yang
terbentuk dari superposisi
aliran seragam dan
sebuah doublet

konstan maka profil streamline yang melewati titik stagnasi akan


membentuk sebuah lingkaran. Dengan kata lain adalah jari-jari lingkaran
silinder.
penampang
Jadi di sini terbukti
bahwa superposisi antara aliran seragam dengan sebuah
doublet adalah identik dengan aliran melewati silinder berpenampang
lingkaran dalam keadaan diam.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER


7.1 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER DIAM: ..... lanjut

Harga atau nilai streamline yang melewati titik stagnasi akan dapat dihitun

dengan menyubstitusikan pers. (7.6) ke dalam pers. (7.2) dengan mengambil


sebagai berikut:

karena

..... (7.7)

Selanjutnya bentuk umum dari dan untuk superposisi aliran di sini akan
dapat diperoleh dengan menyubstitusikan pers. (7.6) ke dalam pers. (7.1)
dan (7.2), yakni:

..... (7.8)
dan
Gambar 7.1. Aliran di
sekitar silinder diam yang
terbentuk dari superposisi
aliran seragam dan
sebuah doublet

..... (7.9)

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER


7.1 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER DIAM: ..... lanjut
Berikutnya bentuk umum komponen kecepatan akan dapat diperoleh
dengan menyubstitusikan pers. (7.6) ke dalam pers. (7.3) dan (7.4), yakni:

..... (7.10)

dan

..... (7.11)

Resultan kecepatan pada sembarang titik pada streamline dengan nilai nol ()
dapat diperoleh dengan memasukkan ke dalam pers. (7.10) sehingga
didapat ,
Jadi:
..... (7.12)

Gambar 7.1. Aliran di


sekitar silinder diam yang
terbentuk dari superposisi
aliran seragam dan
sebuah doublet

Persamaan (7.12) pada dasarnya menyatakan bahwa pada streamline

dengan nilai nol (), atau pada sisi silinder komponen kecepatan radial selalu
sama dengan nol, dan yang ada hanyalah kecepatan tangensial .

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER


7.1 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER DIAM: ..... lanjut
Dari pembahasan di bagian 6 telah dijelaskan bahwa dari korelasi
persamaan Bernoulli telah diperoleh bentuk umum persamaan koefisien
tekanan aliran, yaitu:

Dalam kasus aliran di sini maka koefisien tekanan yang terjadi di sekeliling
silinder akan diperoleh dengan menyubstitusikan pers. (7.12) ke dalam
persamaan umum di atas dan mengambil harga , sehingga:

Gambar 7.1. Aliran di


sekitar silinder diam yang
terbentuk dari superposisi
aliran seragam dan
sebuah doublet

..... (7.13)

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER


7.1 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER DIAM: ..... lanjut

Harus dipahami pada tahap ini, bahwa pola aliran di


sekeliling silinder yang dibahas seperti di atas adalah
merupakan kasus aliran potensial atau aliran ideal,
sehingga pola alirannya akan simetri di bagian atas-bawah
serta muka-belakang silinder
Dalam kasus fluida riil, pada khususnya yang mempunyai
kekentalan, dan pada dinding silinder terjadi gaya
gesekan, maka pola alirannya tidaklah akan simetri pada
bagian muka dan belakang silinder, seperti ditunjukkan
dalam Gambar 7.2.
Fenomena lapisan batas, pemisahan lapisan batas, serta
ulekan akan timbul dalam hal ini, sebagaimana akan
dibahas dengan lebih seksama di bagian berikutnya
mengenai gaya hambatan,
Fenomena tersebut akan meningkat bersamaan dengan
kenaikan angka Reynolds Re.
Gambar 7.2. Pola aliran fluida riil di sekitar silinder diam
sebagai fungsi angka Reynolds Re
(http://www.azimuthproject.org/azimuth/show/Blog++eddy+who%3F)

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER


7.1 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER DIAM: ..... lanjut
Pada Gambar 7.3 ditunjukkan perbandingan antara hasil
perhitungan dan hasil eksperimen untuk mengukur Cp di
sekeliling silinder dalam medan aliran seragam.
Perhitungan dan eksperimen dilakukan dengan mengamati
perubahan Cp antara sudut 0o sd 180o; jelas terlihat perbedaan
antara keduanya.
Pada bagian depan silinder nilai Cp masih sama, namun ke
belakang perbedaan Cp semakin besar. Perbedaan ini secara
langsung dapat dijelaskan, bahwa eksperimen telah dilakukan
dalam fluida riil, sehingga efek viskositas timbul.
Distribusi Cp secara teoritis dalam
Gambar 7.3 dapat divisualisasikan
bersamaan dengan penampang
silinder dalam Gambar 7.4

Gambar 7.3. Perbandingan hasil


perhitungan dan eksperimen Cp
sebagai fungsi kenaikan sudut
keliling silinder dalam medan aliran

Gambar 7.4. Visualisasi


distribusi tekanan di
sekeliling silinder dalam
medan aliran seragam

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER


7.2 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER BERPUTAR:
Aliran di sekitar silinder berputar dapat diperoleh dengan melakukan
superposisi antara aliran seragam, sebuah doublet dan sebuah vortex,
seperti dalam Gambar 7.5. Sehingga persamaan potensial kecepatan dan
fungsi aliran yang diperoleh adalah:

..... (7.14)
dan

Gambar 7.5. Superposisi


aliran seragam-doubletvortex

..... (7.15)

Komponen kecepatannya kemudian diperoleh sebagai:

..... (7.16)

dan

..... (7.17)

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER


7.2 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER BERPUTAR: ..... lanjut

Perhatikan di sini bahwa komponen kecepatan radial tidak akan berubah,


seperti halnya yang terjadi pada silinder tetap, yang dapat dilihat dari
kesamaan antara pers. (7.16) dan (7.10).
Di pihak lain, komponen kecepatan tangensial pada permukaan silinder di
mana dapat dituliskan:

..... (7.18)

Untuk titik(-titik) stagnasi, di mana harga maka:

..... (7.19)

Dari pers. (7.19) akan diperoleh kondisi sebagai berikut:


Jika
maka akan ada dua titik stagnasi (lihat Gambar 7.6a)

Jika maka akan ada satu titik stagnasi dengan posisi pada (lihat Gambar 7.6b)
Jika maka titik stagnasi akan berada pada sumbu-y positip di atas silinder (lihat
Gambar 7.6c)

Gambar 7.6. Posisi titik


stagnasi pada silinder
berputar sebagai fungsi

Perhatikan di sini, dalam hal vortex berputar berlawanan dengan arah jarum
jam maka silinder akan bergerak terbenam, sebaliknya bila vortex searah
dengan jarum jam maka silinder akan terangkat. Prinsip inilah yang dijadikan
dasar studi gaya angkat pada foil.

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER


7.2 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER BERPUTAR: ..... lanjut

Memperhatikan persamaan umum koefisien tekanan Cp berikut:

Dalam kasus silinder yang berputar dalam aliran seragam, V pada

permukaan silinder adalah sama dengan dalam pers. (7.18). Jadi dengan
memasukkan V2 ke persamaan umum Cp di atas akan didapat nilai Cp pada
permukaan silinder yang berputar adalah:

..... (7.20)

7. ALIRAN DI SEKITAR SILINDER


7.2 ALIRAN DI SEKITAR SILINDER BERPUTAR: ..... lanjut

Contoh Cp di sekitar silinder berputar:


U = 10.0 m/s
M = 40.0 m2/s
K = 20.0 m2/s

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN - ITS

Selamat

Belajar

68

volume
kontrol

Source

Sink

Anda mungkin juga menyukai