HIDRODINAMIKA I
MATERI 1
HIDRODINAMIKA DASAR
(ELEMENTARY HYDRODYNAMICS)
Eko B Djatmiko
Jurusan Teknik Kelautan
Fakultas Teknologi kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya - 2014
HIDRODINAMIKA I
MATERI 1
HIDRODINAMIKA DASAR
(ELEMENTARY HYDRODYNAMICS)
MINGGU 1
1. PENDAHULUAN
FISIKA
MEKANIKA FLUIDA
Hidrodinamika Kapal
HIDRODINAMIKA (Tekn Kelautan)
DINAMIKA FLUIDA (T Mesin)
HIDROLIKA (T Sipil)
AERODINAMIKA (T Penerbangan)
TEORI
1. Sifat Fisik
Fluida
2. Fluida Statis:
- Archimedes
3. Fluida
Dinamis:
- Bernoulli
- Euler
- Navier-Stokes
RESPONS/REAKSI STRUKTUR:
1. Mekanika Benda Padat (Solid
Mechanics)
2. Hidro-elastisitas (Hydroelasticity)
KEKUATAN STRUKTUR
Gambar 1.2. Skema prinsip hidrodinamika
Gambar 1.5. Konfigurasi umum struktur anjungan Guyed Tower (sd 3,000 ft)
2. PROPERTI FLUIDA
2.1 MASSA:
Massa (m) dengan satuan ton
Massa Jenis (=m/V) dengan satuan ton/m 3
Berat Spesifik atau Kepadatan Massa ( g) dengan satuan kN
Spesifik Gravitasi (SG=/air)
2.3 VISKOSITAS:
Hubungan antara tegangan geser dan rate perubahan regangan geser ( = dy/dt)), di mana adalah besaran yang disebut
sebagai viskositas absolut, viskositas dinamis, atau singkatnya viskositas dengan satuan N-s/m 2;
Viskositas kinematis adalah perbandingan antara viskositas dinamis dengan massa jenis, dengan satuan m 2/s
3. STATIKA FLUIDA
3.1 VARIASI TEKANAN:
Tekanan pada Sebuah Titik
Medan Tekanan
Variasi Tekanan dalam Fluida Statis
4. KINEMATIKA FLUIDA
Vektor rotasi:
Aliran dikatakan irrotasional bila pada elemen fluida tidak terjadi rotasi sehingga secara
matematis aliran dikatakan irrotasional bila vortisitas dari curl kecepatan adalah sama dengan nol,
yaitu:
Bukti Potensial Kecepatan: Dari teori vektor kalkulus dapat diketahui bahwa curl dari setiap
gradien akan sama dengan nol, jadi:
Kurva dalam medan aliran (lihat Gambar 4.5) yang menghubungkan titik-titik
Gambar 4.5. Equipotential lines
dengan harga konstan disebut sebagai equipotential lines, kurva-kurva tersebut
dan streamlines
akan selalu tegak lurus dengan streamlines, yakni kurva-kurva yang
menghubungkan titik-titik yang mempunyai harga stream function konstan.:
Konsep potensial kecepatan secara khusus akan berguna bila dikombinasikan dengan
kekekalan massa untuk fluida incompressible. (tak mampu mampat)
Di mana untuk aliran steady dan incompressible, kekekalan massa dalam bentuk vektor akan
menjadi persamaan kontinyuitas, berikut (divergensi vektor kecepatan):
Bila aliran incompressible juga irrotasional, maka persamaan kontinyuitas dapat dituliskan:
Persamaan ini secara umum dikenal sebagai persamaan Laplace, dan persamaan aliran yang
memenuhi persamaan tersebut diistilahkan sebagai aliran potensial.
Dalam koordinat Cartesius, persamaan kontinyuitas dapat diekspresikan dalam bentuk
potensial kecepatan sebagai berikut:
Sejumlah aliran elementer yang diklasifikasikan sebagai aliran potensial (mis. aliran seragam,
source, sink, vortex dan doublet) akan dibahas kemudian.
Prinsip kekekalan massa menyatakan bahwa massa untuk suatu sistem akan tidak
berubah (kekal)
Pertimbangkan suatu elemen kecil seperti dalam Gambar 5.1; Bila ditetapkan
densitas dan kecepatan-kecepatan dalam arah x-, y- dan z- pada titik tengah
elemen adalah , u, v dan w.
Jumlah massa fluida yang mengalir per satuan waktu (mass flow rate) pada setiap
permukaan elemen kemudian akan dapat diperoleh dengan menggunakan deret
Taylor orde-1.
Dengan
mengabaikan besaran orde tinggi (pangkat 2 dst), maka rate aliran massa
pada permukaan x- dapat dihitung sebagai:
Secara analogi rate aliran massa pada kelima permukaan yang lain dapat
Gambar 5.1. Konservasi massa
dituliskan dalam bentuk persamaan:
pada suatu elemen kecil dalam
koordinat Cartesius
Rate aliran massa netto yang melewati permukaan kontrol dari elemen
kecil kemudian akan diberikan sebagai selisih antara dua permukaan
yang paralel, atau
+
Persamaan kekekalan massa untuk elemen kecil (untuk aliran unsteady dan compressible) kemudian dapat ditul
kontinyuitas:
Untuk aliran steady, yang bukan merupakan fungsi waktu, maka persamaan
menjadi lebih sederhana:
Gambar 5.2. Konservasi massa
pada suatu elemen kecil dalam
koordinat polar
function,
dengan notasi , sebagai berikut:
Hubungan kecepatan dengan fungsi aliran tersusun khas seperti di atas,
sehingga nantinya streamlines akan selalu tegak lurus dengan equipotential
lines
Sehingga persamaan kontinyuitas kemudian menjadi:
Di mana q adalah rate volume aliran per satuan lebar (arah sumbu z) yang
terjadi di antara streamlines 1 dan 2.
Perlu dicatat bahwa bila nilai (1 2) adalah positip maka aliran bergerak
dari kiri ke kanan, sedangkan bila (1 2) adalah negatip maka aliran
bergerak sebaliknya, dari kanan ke kiri.
Oleh karena itu hubungan antara kecepatan dan fungsi aliran dalam
koordinat polar, yang memenuhi persamaan kontinyuitas, akan berbentuk:
Di mana F adalah resultan gaya yang bekerja pada elemen fluida, dengan
massa m, serta a adalah percepatan elemen fluida yang mempunyai
persamaan (lihat sub-bab 4.4):
Gambar 5.5. Hukum Newton ke-2 yang dalam koordinat Cartesius ekspansi komponennya adalah:
pada elemen fluida
Gaya benda yang dipertimbangkan di sini adalah gaya berat elemen fluida,
yaitu:
Secara umum gravitasi hanya akan bekerja pada satu arah, namun karena
sistem koordinat adalah merupakan satu kesatuan maka ketiga komponen
telah dimasukkan sebagai bentuk umumnya.
Gaya benda yang lain, seperti akibat medan magnet dan medan listrik dapat
dimasukkan ke dalam persamaan tersebut, namun untuk lingkup
hidrodinamika dasar kedua hal tersebut tidak akan dibahas.
Gaya permukaan yang bekerja adalah berupa tegangan yang terjadi pada
permukaan elemen (lihat Gambar 5.6); yang terdiri dari tegangan normal
(ij) dan tegangan geser (ij).
Gaya normal bekerja tegak lurus terhadap permukaan, sedangkan gaya
Gambar 5.6. Notasi tegangan
geser bekerja pada arah tangensial terhadap permukaan.
pada permukaan elemen fluida
Subskrip i menyatakan arah sumbu yang tegak lurus terhadap permukaan,
sedangkan j adalah menyatakan arah tegangan, seperti dalam Gambar 5.6.
Secara analogi, gaya permukaan pada arah y dan z akan dapat dituliskan
sebagai:
Untuk fluida Newtonian, seperti air, minyak dan udara, medan tegangan geser adalah
simetris, dan ini akan berkorelasi dengan rate regangan geser secara linier.
Sehingga akan dapat dihasilkan:
Meskipun persamaan vektor di atas terlihat sederhana, namun persamaan ini adalah
merupakan inti dari mekanika fluida yang dapat memecahkan permasalahan aliran
unsteady, non-linier, order-2, dengan persamaan diferensial parsial.
Persamaan tersebut sulit untuk diselesaikan, hanya permasalahan 2-dimensi sederhana yang
dapat dipecahkan.
Penyelesaian persamaan Navier-Stokes biasanya diselesaikan dengan menerapkan
Computational Fluid Dynamics (CFD).
Persamaan Euler akan dapat disederhanakan lagi menjadi persamaan Bernoulli, yang akan
sesuai diterapkan dalam permasalahan aliran steady dan incompressible sepanjang
di mana
di mana V adalah kecepatan dari sistem; dalam hal ini massa tidak
disertakan, karena persamaan tersebut adalah untuk kuantitas per
satuan potensial
massa. spesifik adalah energi yang timbul sehubungan dengan
Energi
elevasi atau ketinggian sistem diukur dari sembarang bidang referensi.
Sehingga mempunyai persamaan:
5.5.3 Panas:
temperatur.
Panas akan selalu dipindahkan dari daerah yang bertemperatur tinggi ke
daerah bertemperatur rendah.
Perpindahan panas dinyatakan positip jika ada panas yang ditambahkan ke
volume kontrol, dan sebaliknya negatip jika panas ke luar dari volume
kontrol.
Bila suatu volume kontrol dikatakan mengalami proses adiabatik, maka
berarti perpindahan panas tidaklah terjadi (yi. =0) pada volume kontrol.
Perpindahan panas dapat terjadi dengan tiga cara: konduksi, konveksi, dan
radiasi
Panas tidak secara langsung diterapkan dalam hidrodinamika dasar. Namun
di mana p adalah tekanan, A adalah luas penampang, dan V adalah kecepatan fluida.
Bila kecepatan adalah tegak lurus terhadap permukaan dA, dan A adalah konstan,
maka persamaan di atas akan mempunyai bentuk yang lebih sederhana:
Kerja akibat dari tekanan bisa positip ataupun negatip, tergantung bagaimana aksi
tekanan terhadap aliran, yi. jika bersama (searah) dengan aliran maka didefinisikan
sebagai negatip (nV = -V) dan bila berlawanan dengan aliran maka didefinisikan
positip.
di mana T adalah torsi dari poros, dan kecepatan sudut dari poros.
Sebagai contoh, kerja poros yang dihasilkan dari turbin akan diubah menjadi listrik
melalui generator pada instalasi pembangkit.
Daya yang keluar dari turbin mempunyai notasi positip.
Dengan mengombinasikan faktor panas dan kerja, maka keadaan tetap atau steady
state dari persamaan energi menjadi:
Dalam banyak kasus, head loss yang terjadi akibat efek viskositas dapat diabaikan.
Selanjutnya, bila sistem tidak dilengkapi dengan pompa ataupun turbin, maka persamaan di
atas akan menjadi:
di mana p adalah tekanan statis, V2/2 adalah tekanan dinamis, dan gz adalah
tekanan hidrostatik.
6. ALIRAN ELEMENTER
Dalam mempelajari aliran elementer (2-dimensi) harap mengingat beberapa hal berikut.
Aliran 2-dimensi yang incompressible, inviscid, and irrotational dapat dijelaskan
dengan memakai potensial kecepatan dan fungsi aliran , yang memenuhi
persamaan Laplace:
Streamlines: garis-garis atau kurva-kurva yang menghubungkan titik-titik dalam medan aliran
yang mempunyai harga konstan
Streamlines: adalah sekumpulan garis-garis atau kurva-kurva yang pada suatu saat tertentu
pada sembarang titik dalam medan aliran akan mempunyai arah tangensial terhadap vektor
kecepatan. Garis-garis atau kurva-kurva tersebut akan menunjukkan ke mana arah elemen
fluida akan bergerak pada sembarang titik dalam waktu tertentu.
Equipotential lines: garis-garis atau kurva-kurva yang menghubungkan titik-titik dalam medan
aliran yang mempunyai harga konstan.
Streamlines dan Equipotential lines dalam medan aliran akan selalu saling tegak lurus.
Maka potensial kecepatan dan fungsi aliran dalam koordinat polar adalah:
Aliran sumber: adalah aliran fluida yang mengalir secara radial dari suatu
titik (sumber), seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.2.
Sehingga streamlinesnya adalah merupakan garis-garis radial, dan
equipotential linesnya merupakan lingkaran-lingkaran dengan satu titik
pusat.
Komponen kecepatan dalam koordinat polar dapat dituliskan sebagai:
di mana Q adalah kekuatan source (m2/sec), atau rate volume aliran per
Gambar 6.2. Aliran sumber
satuan panjang, atau disebut juga sebagai discharge (debit per satuan
(source)
panjang).
Perhatikan dalam persamaan di atas, jika jari-jari r mendekati nol maka nilai
kecepatan radial vr akan menjadi tidak berhingga jadi titik pusatnya
Potensial kecepatan
dan fungsi alirannya dalam koordinat polar adalah:
diistilahkan sebagai singularitas.
Namun jika kurva tertutup memuat titik singularitas, seperti halnya vortex,
maka sirkulasi menjadi tidak sama dengan nol, sebagai berikut:
(lihat Gambar
6.5):
Jika jarak source dan sink semakin mengecil, sehingga menjadi a, maka
selisih jari-jari r2 dan r1 pun akan semakin mengecil, menjadi r.
Kemudian persamaan di atas menjadi:
Gambar 6.7. Superposisi aliran Selanjutnya, komponen kecepatan radial dan tangensialnya, yang
seragam dan source
merupakan turunan dari potensial kecepatan ataupun fungsi aliran, dapat
dituliskan:
Nilai dari streamline yang melewati titik stagnasi, yang selanjutnya akan
Gambar 6.8. Aliran di sekitar mendefinisikan bentuk setengah benda oval, adalah:
setengah benda
Jika streamline tersebut digantikan dengan batas benda pejal, maka kita akan
dapat melihat dengan jelas aliran di sekitar bentuk setengah benda ini, yang
merepresentasikan superposisi aliran seragam dan source.
Besarnya resultan kecepatan V di sembarang titik dalam medan aliran
kemudian akan dapat dihitung dengan:
Setelah kecepatan diketahui, maka tekanan pada sembarang titik dalam medan aliran
juga akan dapat diperoleh dengan menerapkan persamaan Bernoulli, sebagai berikut:
atau
Bentuk atau kontur dari stengah benda oval tersebut dapat didefinisikan
dengan memasukkan kembali nilai stag yang telah diperoleh ke dalam fungsi
aliran, dengan mengambil = .
Dari sini akan diperoleh:
atau
Lokasi di mana p = p0
adalah:
Selamat
Belajar
55
HIDRODINAMIKA I
MATERI 1
HIDRODINAMIKA DASAR
(ELEMENTARY HYDRODYNAMICS)
MINGGU 2
..... (7.1)
dan
..... (7.2)
..... (7.3)
dan
..... (7.4)
..... (7.5)
atau
..... (7.6)
Harga atau nilai streamline yang melewati titik stagnasi akan dapat dihitun
karena
..... (7.7)
Selanjutnya bentuk umum dari dan untuk superposisi aliran di sini akan
dapat diperoleh dengan menyubstitusikan pers. (7.6) ke dalam pers. (7.1)
dan (7.2), yakni:
..... (7.8)
dan
Gambar 7.1. Aliran di
sekitar silinder diam yang
terbentuk dari superposisi
aliran seragam dan
sebuah doublet
..... (7.9)
..... (7.10)
dan
..... (7.11)
Resultan kecepatan pada sembarang titik pada streamline dengan nilai nol ()
dapat diperoleh dengan memasukkan ke dalam pers. (7.10) sehingga
didapat ,
Jadi:
..... (7.12)
dengan nilai nol (), atau pada sisi silinder komponen kecepatan radial selalu
sama dengan nol, dan yang ada hanyalah kecepatan tangensial .
Dalam kasus aliran di sini maka koefisien tekanan yang terjadi di sekeliling
silinder akan diperoleh dengan menyubstitusikan pers. (7.12) ke dalam
persamaan umum di atas dan mengambil harga , sehingga:
..... (7.13)
..... (7.14)
dan
..... (7.15)
..... (7.16)
dan
..... (7.17)
..... (7.18)
..... (7.19)
Jika maka akan ada satu titik stagnasi dengan posisi pada (lihat Gambar 7.6b)
Jika maka titik stagnasi akan berada pada sumbu-y positip di atas silinder (lihat
Gambar 7.6c)
Perhatikan di sini, dalam hal vortex berputar berlawanan dengan arah jarum
jam maka silinder akan bergerak terbenam, sebaliknya bila vortex searah
dengan jarum jam maka silinder akan terangkat. Prinsip inilah yang dijadikan
dasar studi gaya angkat pada foil.
permukaan silinder adalah sama dengan dalam pers. (7.18). Jadi dengan
memasukkan V2 ke persamaan umum Cp di atas akan didapat nilai Cp pada
permukaan silinder yang berputar adalah:
..... (7.20)
Selamat
Belajar
68
volume
kontrol
Source
Sink