STEREO PLOTTER
Disusun oleh:
NRP. 03311540000065
DOSEN
DOSEN ASISTENSI
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maga Esa yang telah memberi kesehatan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum Fotogrametri Digital tentang Stereo Plotter
dengan baik. Dalam menyelesaikan laporan ini, penyusun banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Agung Budi Cahayono, ST., M.Sc. DEA selaku dosen pengampu matakuliah
Fotogrametri Digital kelas B
2. Ibu Cherie Bekti Pribadi, ST., MT asisten dosen mata kuliah Fotogrametri Digital kelas B.
3. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum
Fotogrametri Digital tentang Stereo Plotter.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga
laporan ini, dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ttd
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latarbelakang ........................................................................................................................ 4
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
LANDASAN TEORI ...................................................................................................................... 5
2.1 Foto Udara ............................................................................................................................. 5
2.2 Stereo Plotter ......................................................................................................................... 6
2.3 Plotting .................................................................................................................................. 8
BAB III ........................................................................................................................................... 8
PELAKSANAAN ........................................................................................................................... 8
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................................................. 8
3.2 Tempat dan Waktu Praktikum ......................................................................................... 9
3.3 Petunjuk Praktikum .......................................................................................................... 9
3.2 Proses Plotting ............................................................................................................... 10
BAB IV ......................................................................................................................................... 13
HASIL DAN ANALISA .............................................................................................................. 13
4.1 Stereo Plotter .................................................................................................................. 13
BAB V .......................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Seiring dengan perkembangan teknologi digital, sistem fotogrametri telah mengalami
perkembangan dari sistem fotogrametri analog berkembang menjadi sistem fotogrametri
analitik dan kemudian yang termutakhir adalah sistem fotogrametri digital (softcopy
fotogrametry). Perkembangan sistem fotogrametri berdampak pada berkembangnya alat
restitusi yang digunakan dari alat restitusi analog dan analitik seperti analog/analitik stereo
plotter dimana proses pekerjaannya dikerjakan secara otomatis menggunakan komputer
Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk
memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaandisekitarnya melalui suatu
proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis(hasil pemotretan). Seiring
dengan perkembangan teknologi geospasial, fotogrametri juga semakin berkembang. Hal ini
disebabkan data-data dan informasi dari fotogrametri semakin dibutuhkan, sehingga teknologi
dibidang fotogrametri terus ditingkatkan untuk kemudahan dalam akses dan pemrosesan
datanya. Teknologi digital sudah mulai dilibatkan sejak penghujung abad ke-20. Kegiatan
fotogrametri berupa pengukuran dan pembuatan peta berdasarkan foto udara
bisamenggunakan proses program aplikasi. Dalam fotogrametri, kamera merupakan alat yang
krusial karena digunakan untuk menghasilkan photo. Dalam proses fotogrametri, setiap
pengambilan foto dengan kameradimungkinkan terjadinya error (salah pengoperasian/hasil).
oleh karena itu, perlu dilakukan kalibrasi kamera, agar hasil pemotretan yang dilakukan oleh
kamera tepat dan diminimalisir dari kesalahan.
Pemotretan suatu daerah yang dilakukan dengan overlap atau pertampalan depan 60% serta
pertampalan samping sebesar 20%-40% semua titik dari obyek paling tidak akan terletak pada
dua foto berurutan dipasang di dalam proyektor, dan diberi penyinaran maka akan
terkonstruksi atau terbentuk kembali berkas-berkas sinar di dalam kamera. Dalam fotogrametri
akan diketahui terdapat 4 macam orientasi yaitu, orientasi dalam, orientasi luar, orientasi
relative, dan orientasi absolut. Setelah melakukan orientasi perlu melakukan hal-hal lain yang
penting dalam mengkoreksi dan mengidentifikasi foto salah satunya yaitu, stereo plotter.
Metode stereo plotting dengan menggunakan software digital dapat dilakukan secara
otomatis maupun interaktif. Pemilihan metode yang digunakan dapat diseusaikan dengan
tujuan, tenggang waktu pelaksanaan serta biaya yang dimiliki dalam melakukan suatu
pekerjaan. Data foto udara yang dijadikan Iinput Idalam proses stereoplotting bertujuan untuk
membentuk model tiga dimensi dari permukaan bumi dengan menggunakan foto udara stereo.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Foto Udara
Fotogrametri merupakan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh suatu
informasi yang dapat dipercaya mengenai benda-benda fisik melalui proses, pencatatan,
pengukuran, dan penafsiran gambar fotografi dan pola energi radiasi elektromagnetik yang
terekam (Slama, 1980). Sedangkan foto udara merupakan foto yang dibuat dari perspektif pesawat
udara atau balon udara (Sutanto 1994). Foto yang diasilkan dari pemotretan udara diperoleh dari
kamera dengan detector film yang mengandung suatu emulsi atau lapisan yang sangat pekaan
terhadap cahaya. Dewasa ini detektor film sudah jarang digunakan dan banyak pekerjaan
pemotretan udara dilakukan secara digital dengan menggunakan sensor berupa CCD (Charge
Coupled Device) atau CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor). Perekaman diudara
dapat dilakukan dengan menggunakan wahana berupa pesawat udara berawak, pesawat udara tidak
berawak, balon udara dan lain sebagainya. Pemilihan wahana ini perlu disesuaikan dengan tujuan
pembuatan peta.
Pemotretan udara untuk tujuan pemodelan perlu memperhatikan pertampalan antar foto,
karena yang dibutuhkan dalam pemodelan menggunakan foto adalah berkas sinar yang
membentuk foto tersebut. Berkas sinar tersebut direkonstruksi dengan sebuah foto dan sebuah
perspektif. Besarnya pertampalan antar foto berpengaruh terhadap pembentukan model. Dalam
membuat satu model diperlukan minimal dua buah foto yang saling bertampalan maka untuk
membuat model dalam satu strip penerbangan perlu memenuhi syarat trilap, maksudnya terdapat
minimal tiga buah foto yang saling bertampalan dalam area pemodelan dan besarnya pertampalan
antar foto sebesar kurang lebih 60% pertampalan kedepan dan kebelakang antar foto yang berada
pada satu jalur terbang Overlap sebesar 60% ini bertujuan agar tidak terdapat gap saat dibuat
model dalam satu strip penerbangan, seperti yang terlihat pada gambar 2.1. Tetapi apabila
besarnya pertampalan antar foto kurang dari 60% dikhawatirkan akan terdapat gap seperti yang
terlihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Pertampalan trilap pada jalur terbang dan gap yang terjadi akibat
syarat tidak terpenuhi
5
Pada gambar I.1 diketahui bahwa dengan besarnya pertampalan sebesar 60% maka pada
area foto B dapat dibuat model dengan mengorientasikan foto secara relatif antara foto A dengan
foto B dan foto B dengan foto C, sehingga model akan terbentuk pada area yang terarsir tetapi
apabila besarnya pertampalan antar foto kurang dari 60% dikhawatirkan akan terdapat gap seperti
yang terlihat pada gambar I.1. Pada gambar I.1. daerah terarsir menunjukkan daerah bertampalan
sedangkan daerah x yang berwarna abu-abu menunjukan kondisi gap yang terjadi jika pertampalan
antar foto kurang dari 60%, seperti yang telah diketahui bahwa wahana terbang akan dipengaruhi
oleh angin dan kecepatan pesawat oleh karena itu diperlukan syarat threelap untuk mengatasi
ketidak stabilan wahana.
Tinggi terbang wahana udara terhadap permukaan bumi akan mempengaruhi skala foto
yang dihasilkan. Semakin tinggi wahana udara terbang maka cakupan rekaman foto yang diperoleh
akan semakin luas tetapi detil obyek tidak terlalu tampak karena skala foto yang diperoleh kecil.
Jika pemotretan dilakukan dengan persyaratan 60% untuk pasangan foto dalam satu jalur maka
hasil foto udara adalah cakupan yang cukup luas dan kenampakan obyek yang cukup detil pula.
Penentuan tinggi terbang pesawat disesuaikan dengan tujuan dari pemotretan foto udara.
6
matetais, proses penentuan titiktitik obyek dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan
intersection linear model, seperti yang tertulis pada rumus 2.1 (Habib, 2007).
Dari persamaan I.10 dapat diperoleh rumusan untuk mendapatkan nilai koordinat tanah untuk
suatu titik, yaitu dengan menggunakan rumus I.11 atau rumus I.12.
Keterangan:
7
Plotting interaktif merupakan proses plotting yang dilakukan dengan cara menentukan sendiri
titik-titik obyek yang akan dilakukan digitasi pada ruang tiga dimensi. Posisi titik dapat ditentukan
dengan mengatur posisi x,y kursor plotter serta ketinggian dari kursor plotter.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari ke dua teknik pengumpulan data foto stereo. Pada
teknik plotting otomatis proses pengumpulan data dapat dilakukan dalam waktu yang singkat
tetapi ketelitian pemilihan obyek yang didigitasi kurang baik, misalnya obyek yang akan di plot
merupakan obyek ground tetapi pada prosesnya obyek-obyek lain yang bukan katagori ground ikut
di plot (bangunan atau pohon). Sedangkah untuk teknk plotting interaktif proses pelaksanaan
membutuhkan waktu yang lebih lama apabila dibandingkan dengan plotting otomatis, karena
penentuan titik obyek dilakuakan sendiri oleh operator. Hasil plotting yang dihasilkan dengan
menggunakan teknik plotting interaktif memliki ketelitian yang lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan teknik plotting otomatis.
2.3 Plotting
Plotting adalah menggambar atau membuat titik atau garis di peta, membuat atau
menggambar tanda-tanda tertentu di peta. Plotting membantu dalam membaca peta. Dalam Teknik
plotting lintasan ada beberapa tanda medan tertentu sebagai patokan dalam membuat jalur. Jalur
ini bersifat fleksibel tetapi menyesuaikan kondisi medan dengan tetap berpatokan tanda medan
tertentu.
BAB III
PELAKSANAAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah:
a. Citra Foto Udara
Citra foto udara adalah sebuah citra yang diambil menggunakan pesawat, helicopter,
dan lain-lain dengan ketinggian tertentu.
8
Gambar 3.1 Citra Foto Udara
b. Seperangkat Komputer
Seperangkat komputer digunakan sebagai wadah untuk mengolah data citra foto udara.
9
1) Point
Pada proses stereo plotter digunakan untuk prosses digitasi objek yang besarnya
tidak memiliki panjang dan lebar yang lebih besar dari ukuran minimal skala.
2) Line
Pada proses stereo plotter digunakan untuk proses digitasi objek yang memiliki
panjang.
3) Pollygon
Pada proses stereo plotter diguanakan untuk proses digitasi objek yang memiliki
luasan.
Tabel 1. Fungsi buttons dari jendela stereoploter
Button Fungsi
Add New Feature - Untuk menambahkan fitur
10
Gambar 3.4 Tampilan awal software efoto
2. Pilih excute >> stereo plotter, maka akan tampil jendela sebagai berikut.
11
Gambar 3.6 Tampilan hasil open file
3. Tambahkan point dengan mengklik tools add point ( ) >> memberikan nama fitur
dan memilih fitur yanag dibutuhkan >> Ok.
12
Gambar 3.9 Tampilan digitasi feature
5. Pilih tools save ( ) >> simpan file sesuai tempat yang diinginkan >> ok >> done.
6. Selesai.
BAB IV
13
Analisis dari proses stereoplotter adalah saat melakukan digitasi terlihat 2 point dengan angka
yang sama yang menunjukkan pertampalan peta. Pertampalan tersebut terlihat untuk menunjukkan
pergesaran antar foto yang telah dilakukan orientasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum adalah pertampalan foto terlihat berbeda
walaupun tidak jauh. Perbedaan jarak ini diakibatkan salah memberikan titik yang diakibatkan
oleh mouse dan atau citra yang merupakan data raster.
DAFTAR PUSTAKA
Athkinson, K.B. 1996. Close Range Photogrammetry and Machine Vision. London: Departement
of Photogrammetry and Surveying University College.
14