Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

TUGAS AKHIR PENGINDRAAN JAUH DAN FOTOGRAMETRI

Dosen Pengampu :

Drs. Sucahyanto, M.Si.

Di susun oleh :

Renggo Tri Utomo (4315151520)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2015

Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 1322, Telp. (021) 4893668, Fax. (021) 4759081

www.unj.ac.id
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan Bapak dosen sehingga kendala – kendala
yang saya hadapi teratasi. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada
Bapak dosen mata kuliah Pengindraan Jauh dan Fotogrametri yang telah memberikan
tugas, petunjuk, kepada saya sehingga saya termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Januari 2017

Penulis.

i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................................... 3

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Penginderaan Jauh ................................................................ 4

2.2 Pengertian Fotogrametri.. ........................................................................ 9

2.3 Interpretasi Foto Udara ......................................................................... 10

2.4 Alat yang Digunakan untuk Interpretasi Citra ................................... 11

BAB III METODELOGI PRAKTEK KERJA

3.1 Tugas 1 ..................................................................................................... 15

3.2 Tugas 2 ..................................................................................................... 18

3.3 Tugas 3 ..................................................................................................... 23

3.4 Tugas4 ....................................................................................................... 25

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 28


4.2 Saran ......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 29

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penginderaan jauh dan Fotogrametri adalah mata kuliah yang berkelanjutan. Di


semester 3 ini Penginderaan Jauh dan Fotogrametri di gabung menjadi satu mata kuliah.
Penginderaan Jauh atau yang sering juga disingkat menjadi “Inderaja” merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang memadukan antara seni dan teknologi dalam memperoleh
suatu informasi tentang sebuah objek baik itu gejala maupun fenomena yang terdapat
di permukaan bumi. Dengan penginderaan jauh, seseorang tak perlu mengadakan
kontak langsung dalam mendapatkan informasi tersebut sebab sistem pengideraan jauh
menggunakan energi yang bersumber dari gelombang elektromagnetik yang pada
akhirnya mewujudkan informasi data yang diinginkan dalam bentuk gambar atau citra.
Pada mulanya, metode memperoleh informasi dengan cara Penginderaan Jauh ini tidak
dimasukkan ke dalam lingkup Geografi melainkan Kartografi. Namun, lambat laun
ilmuan sadar bahwa Penginderaan Jauh ini merupakan alat yang sangat berperan dan
berguna dalam menopang Ilmu Geografi sebab ia mampu menyajikan Synoptic
Overview atau pandangan ringkas sekaligus menyeluruh suatu objek yang menjadi
fokus kajian Geografi.

Di era modern merupakan penyediaan data yang serba digital dan canggih, hal ini
membuat beberapa pemikiran akan apa yang seharusnya ada dalam era teknologi seperti
ini. Perkembangan ini ditandai oleh perkembangan sensor ( kamera, scanner, hingga
hyperspectral). Penginderaan jauh ditujukan untuk menginterpretasikan citra sehingga
citra tersebut menjadi dapat dipahami serta menjadi lebih tematik / memiliki tema tema
tertentu. Sebuah citra yang memiliki tema akan memiliki fungsi yang jelas. Interpretasi
dengan menggunakan stereoskop saku maupun cermin merupakan salah satu teknik
dasar yang digunakan dalam penginderaan jauh. Dalam hal ini metode ini adalah
metode yang sederhana dalam memahami penginderaan jauh dan sesuai untuk

1
dipelajari oleh pemula. Oleh karena itu memahami dan mempelajari Penginderaan Jauh
menjadi menarik dengan teknik menggunakan stereoskop saku maupun cermin.

Fotogrametri adalah mata kuliah lanjutan dari mata kuliah sebelumnya yaitu Kartografi
Dasar, Kartografi Tematik dan Penginderaan Jauh yang saling berkelanjutan. Pada era
informasi seperti sekarang ini, perkembangan teknologi PJ dan SIG semakin pesat.
Perkembangan tersebut ditandai oleh perkembangan sensor (kamera, scanner, hingga
hyperspectral). Pengelolaan dan penanganan data, maupun keragaman aplikasinya.
(Hartono, 2004). Salah satu aplikasi dari penginderaan jauh adalah pada bidang ilmu
fotogrametri. Fotogrametri ialah ilmu, seni dan teknologi untuk memperoleh ukuran
terpercaya dari foto udara. (Kiefer, 1993).

Dari pengertian tersebut obyek yang dikaji adalah kenampakan dari foto udara dengan
menginterpretasinya menggunakan sistem penginderaan jauh. Akan tetapi analisis
fotogrametri dapat berkisar dari pengukuran jarak, luas dan elevansi dengan alat atau
teknik, sampai menghasilkan berupa peta topografik. (Kiefer, 1993).

Aplikasi fotogrametri yang paling utama ialah untuk survei dan kompilasi peta
topografik berdasarkan pengukuran dan informasi yang diperoleh dari foto udara atau
citra satelit. Meskipun fotogrametri merupakan sebagian dari kegiatan pemetaan, tetapi
ia merupakan jantung kegiatan tersebut karena fotogrametri merupakan cara deliniasi
yang aktual atas detail peta. Kegiatan fotogrametri berupa pengukuran dan pembuatan
peta berdasarkan foto udara. Karena yang diukur berupa obyek-obyek yang tergambar
pada foto udara. Perlu pula pengenalan atas obyek-obyek tersebut. Oleh karena itu
dalam fotogrametri juga dipelajari pengenalan obyek yang lazimnya termasuk
interpretasi foto udara. Alat pengukuran dan pengenalan obyek, pengukuranlah yang
menjadi tujuan utama. (Sutanto, 1983).

2
1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan SOP Penginderaan Jauh dan
Fotogrametri adalah:
 Memenuhi tugas mata kuliah Penginderaan Jauh & Fotogrametri.
 Mengetahui apa itu Penginderaan Jauh & Fotogrametri serta manfaatnya.
 Mengetahui cara menganalisis dan mengidentifikasi objek, daerah atau
fenomena.
 Agar mahasiswa mampu menginterpretasi obyek-obyek yang tampak pada foto
udara/citra.
 Mahasiswa dapat menggunakan alat - alat untuk interpretasi foto udara salah
satunya dengan stereoskop cermin.
 Mahasiswa mampu menghitung beda tinggi, luas, dan volume suatu objek pada
foto udara Agar mahasiswa mampu menginterpretasi obyek-obyek yang tampak
pada foto udara/citra.
 Mahasiswa mampu menghitung beda tinggi, luas, dan volume suatu objek pada
foto udara.

3
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Penginderaan Jauh

Penginderaan Jauh adalah suatu ilmu dan teknik untuk memperoleh data dan
informasi tentang objek dan gejala menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan
objek yang dikaji. (Hartono, 2004) Dalam penginderaan jauh, terdapat interpretasi data
baik itu berupa citra atau foto udara.

Menurut Este dan Simonett (1975), interpretasi foto udara merupakan kegiatan
menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek
pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto termasuk
di dalam kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek. Dengan kata lain
interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara sistematis
untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek.

Gambar 1. Sistem Pengindraan jauh

Interpretasi Foto udara biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas
bentangan. Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang
tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi
sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsiran, kondisi objek yang di interpretasi,
dan kualitas foto yang digunakan. Di dalam menginterpretasi suatu foto udara
diperlukan pertimbangan pada karakteristik dasar citra foto udara. Dengan karakteristik
dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran objek-objek yang
tampak pada foto udara. Pengenalan objek merupakan bagian paling vital dalam
interpretasi citra. Foto udara sebagai citra di dalam penginderaan jauh memiliki unsur

4
interpretasi yang paling lengkap dibandingkan unsur interpretasi pada citra lainnya
(Sutanto, 1994:121). Dalam interpretasi citra dilakukan melalui 6 tahap yaitu :

1. Deteksi adalah penyadapan data secara selektif atas objek dan elemen dalam
citra.
2. Identifikasi adalah proses penemu kenali objek yang akan dikaji.
3. Proses analisis atau pemisahan dengan penarikan garis batas kelompok
objek atau elemen yang memiliki kesamaan wujud.
4. Deduksi yaitu proses yang sangat rumit yang dilakukan berdasarkan asas
Konvergensi bukti yaitu penggunaan bukti-bukti yang masing-masing
mengarah ke satu titik simpul.
5. Klasifikasi yaitu dilakukan untuk menyusun objek dan elemen ke dalam
sistem yang teratur
6. Idealisasi yaitu penggambaran hasil interpretasi tersebut

A. Analisis Citra Terdiri Dari


1. Memisahkan dan mendeteksi melalui rona dan warna setelah itu
mendelesiasi.
2. Mengklasifikasi melalui kelompok rona dan warna.
3. Mengenali hubungan spasial melalui : ukuran, bentuk, tekstur, dan pola.
4. Menentukan pola melalui : Bentuk Lahan, Kultural, Aliran, Penggunaan
Lahan dan Penutup Lahan.
B. Unsur – Unsur Interpretasi Citra
1. Rona dan Warna
Rona ialah adanya tingkat keabuan yang teramati pada foto udara hitam
putih dan dapat diwujudkan dengan nilai densitas secara logaritmik antara
hitam dan putih, dengan pedoman pada skala keabuan (Sutanto, 1996). Pada
foto hitam putih rona yang ada biasanya hitam, putih, dan kelabu. Tingkat
kecerahan tergantung pada keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah
datangnya sinar matahari, waktu pengambilan gambar, dan sebagainya.
Sedangkan foto udara berwarna, sangat dipengaruhi oleh spektrum
ultraviolet, spektrum tampak, spektrum inframerah dan sebagainya. Tiap
objek di muka bumi memiliki karakteristik tersendiri dalam memantuklan
sinar yang mengenainya (karakteristik spektral). Perbedaan penggunaan

5
spektrum gelombang yang digunakan juga mempengaruhi warna dan rona
pada foto udara berwarna. Rona cerah adalah daerah dengan topografi tinggi
dan kering, sedangkan rona gelap mengisyaratkan daerah dengan topografi
rendah dan basah.

Rona dan warna merupakan unsur pengenalan utama atau primer


terhadap suatu objek pada citra penginderaan jauh. Fungsi utama adalah
sebagai identifikasi batas objek pada citra. Pada citra foto, rona ditentukan
oleh jumlah sinar yang dipantulkan oleh objek. Pada citra inframerah termal,
rona bergantung pada jumlah energi yang dipancarkan oleh objek,
sedangkan pada citra radar, rona bergantung pada energi yang dipantulkan
kembali sensor ke muka bumi. Rona juga bergantung pada :
 Objek
a. Permukaan yang kasar cenderung menimbulkan rona gelap.
b. Warna gelap cenderung menimbulkan rona gelap.
c. Tanah basah atau lembap cenderung menimbulkan rona gelap.

 Bahan yang digunakan


Tiap jenis film mempunyai kepekaan yang tidak sama terhadap
spektrum elektromagnetik. Kombinasi film dan filter yang berbeda juga
menyebabkan perbedaan rona pada citra. Nilai pantulan sinar tidak sama
bagi tiap objek. Hal ini yang menyebabkan objek dapat dikenali melalui
perbedaan ronanya.
 Pengaruh lingkungan alamiah
Jumlah sinar yang diterima tergantung pada hambatan cuaca dan sudut
datang sinar matahari yang mengenai objek yang mempengaruhi jumlah
sinar yang dipantulkan sensor. Sudut datang ini bergantung atas jam
pemotretan, letak tempat berdasarkan garis lintangnya dan musim pada
saat dilakukan pemotretan.

6
Warna merupakan wujud yang tampak mata dengan
menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum
elektromagnetik tampak (Sutanto, 1986). Berbeda dengan rona,
perbedaan warna lebih mudah dikenali oleh penafsir dalam mengenali
objek secara visual. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk menciptakan
citra multispectral.

Warna pada citra foto dapat dibedakan atas dua jenis, yakni :

 Warna Asli (true colour) adalah warna yang terdapat pada citra
pankromatik berwarna.
 Warna Semu (fase colour) adalah warna yang terdapat pada citra foto
inframerah berwarna. Disebut warna semu karena warna yang
tergambar pada citra berlainan dengan warna objek di tempat
sesungguhnya. Warna semu lebih menguntungkan, karena kontras atau
beda antara objek yang satu dengan yang lain sering lebih kontras dan
daya tembus kabut lebih besar daripada daya tembus pada warna asli
sehingga ketajaman fotonya lebih besar.

2. Bentuk
Bentuk merupakan variabel yang kualitatif yang memberikan
konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk memiliki dua makna, yaitu :
 Bentuk luar / umum
 Bentuk rinci atau susunan bentuk yang lebih rinci dan spesifik

Bentuk dan ukuran sering berasosiasi, terutama pada foto berskala besar.
Bentuk menunjukan pada konfigurasi umum suatu objek sebagaimana
terekam pada citra penginderaan jauh. Bentuk juga merupakan kunci
pengenalan yang penting, karena banyak objek yang bentuknya spesifik
sehingga pengenalan objek dapat dilakukan berdasarkan bentuknya. Pada
dasarnya, bentuk budaya lebih teratur dibandingkan bentukan alamiah,
sehingga dapat dengan mudah mengenalinya. Contohnya : Lapangan sepak
bola pada foto udara berbentuk persegi panjang.

7
3. Ukuran
Ukuran adalah bagian informasi kontekstual selain bentuk dan letak.
Ukuran merupakan atribut objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi,
lereng, dan volume. Ukuran meliputi dimensi panjang, lebar, kemiringan,
dan volume suatu objek. Ukuran memiliki dua aspek dan biasanya
memerlukan sebuah stereoskop untuk pengamatan 3 dimensional.

4. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan warna dalam citra (Kiefer,1979).
Tekstur dihasilkan oleh kelompok unit kenampakan kecil, tekstur sering
dikatakan kasar, halus ataupun belang-belang (Sutanto, 1986). Tekstur
merupakan hasil dari rona, ukuran, bentuk, pola, bayangan dan kualitas
pantulan objek. Tekstur dibedakan atas :
 Kasar dan Halus
 Seragam atau tidak seragam
 Granular atau seragam

5. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai banyak
objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah (Sutanto, 1986).
Pola merupakan sebuah karakteristik makro yang digunakan untuk
mendeskripsi tata ruang pada citra, termasuk di dalamnya kenampakan –
kenampakan alami. Pola sering diasosiasikan dengan geologi, topografi,
tanah, iklim, dan komunitas tanaman. Pola dan pengulangan dari bentuk
umum atau hubungan tertentu merupakan karakteristik dari objek bentukan
manusia dan beberapa objek alamiah, contoh : pola aliran sungai dendritik
menunjukkan homogenitas batuan.

6. Bayangan
Bayangan sering menjadi kunci pengenalan bagi beberapa karakteristik
tertentu. Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau yang berada di
daerah gelap, contoh : lereng terjal akan sangat jelas dengan adanya

8
bayangan, begitu juga dengan cerobong asap dan menara. Foto-foto yang
condong akan memperlihatkan bayangan objek yang tergambar jelas.
Bayangan juga dapat mempersulit pengenalan objek, Karena bayangan yang
lebih besar akan menghambat bayangan yang lebih kecil.

7. Situs
Menurut Estes dan Simonett, situs adalah letak suatu objek terhadap
objek lain disekitarnya. Situs juga diartikan sebagai letak objek terhadap
bentang darat seperti objek di rawa, dipuncak bukit, dan lainnya. Itulah
sebabnya situs dapat dilakukan untuk menarik kesimpulan (deduksi)
terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya.

8. Asosiasi
Asosiasi merupakan keterkaitan antara objek yang satu dengan objek
lainnya. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya objek pada citra
sering merupakan petunjuk bagi objek lain. Contoh : Gedung sekolah dapat
dikenali karena memiliki lapangan bermain/lapangan sepak bola
didekatnya.

2.2 Pengertian Fotogrametri


Menurut para ahli:
 Fotogrametri berasal dari kata Yunani yakni dari kata “photos” yang berarti
sinar, “gramma” yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan “metron”
yang berarti mengukur. Oleh karena itu “fotogrametri” berarti pengukuran scara
grafik dengan menggunakan sinar. (Thompson, 1980 dalam Sutanto, 1983).
Dalam manual fotografi edisi lama, fotogrametri didefinisikan sebagi ilmu atau
seni untuk memperoleh ukuran terpercaya dengan menggunakan foto.
 Fotogrametri merupakan seni, ilmu, dan teknologi untuk memperoleh informasi
tentang obyek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran, dan
penafsiran foto udara (Thomson dan Gruner, 1980).
 Fotogrametri adalah proses mendapatkan informasi metrik tentang objek yang
diamati oleh hasil pengukuran foto (C. Vincent Tao, York University, Toronto)

9
2.3 Interpretasi Foto Udara
Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan
maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam
pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya
kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.

Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari


bayangan foto secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek.
Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan.
Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto
udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan
dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang
digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam
memperoleh informasi yang digunakan. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam
interpretasi konvensional adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni
paralaks bar.

Di dalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada


karakteristik dasar citra foto udara. Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara
visual atau manual dan pendekatan digital. Keduanya mempunyai prinsip yang hampir
sama. Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti
dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan
pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan
dengan cara manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena
digunakan sejumlah kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan
karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran objek –
objek yang tampak pada foto udara. Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu:

1. Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek
individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam
pengenalan objek pada citra foto.

10
2. Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto. Objek dapat
disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.
3. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau
keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan
manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam
mengenalinya.
4. Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan
dengan pantulan sinar oleh objek.
5. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan
menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam
interpretasi, tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk
dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.
6. Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh
susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara
individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola,
bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu
objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.
7. Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam
identifikasi.

2.4 Alat yang Digunakan untuk Interpretasi Citra

A. Stereoskop

Stereoskop merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk pengamatan tiga
dimensional atas foto udara yang bertampalan depan (dengan syarat tampalan minimal
50%). Alat ini merupakan alat yang sangat penting dalam interpretasi citra, terutama
bagi foto udara atau citra tertentu yang daripadanya dapat ditimbulkan perwujudan tiga

11
dimensional. Pada dasarnya alat ini terdiri dari lensa atau kombinasi antar lensa, cermin,
dan prisma. Secara sederhana.

Menurut La prade, stereoskop wheatstoneterdiri dari dua cermin untuk mengamati


pasangan foto stereo agar tampak tiga dimensional. Dalam perkembanganya,
stereoskop ini meliputi 3 jenis, yakni stereoskop lensa (ada yang menyebutnya
stereoskop saku, karena mudahnya dimasukkan kedalam saku sehingga mudah di bawa
kelapangan), stereokop cermin (ada yang menyebutnya stereoskop meja, karena hanya
dapat digunakan diatas meja).

1. Stereoskop Saku / Stereoskop Lensa


Stereoskop yang berukuran kecil , stereoskop ini terdiri dari lensa convex yang
sederhana, dan mempunyai faktor perbesaran yang cukup besar. Bagian –
bagian dari stereoskop ini meliputi lensa cembung dan tiang penyangga.
Kelebihan stereoskop ini adalah harganya yang murah, praktis dapat dibawa
kemana – mana, faktor perbesarannya cukup besar. Kekurangan dari stereoskop
ini adalah daerah yang bisa diamati sangat terbatas.

Gambar 2 Stereoskop Saku

2. Stereoskop Cermin
Stereoskop yang digunakan untuk melihat foto yang bertampalan yang
berukuran lebih besar daripada stereoskop saku. Bagian – bagian dari
stereoskop ini meliputi lensa cembung, sepasang prisma/cermin, cermin perak,
tiang penyangga, lensa binokuler. Kelebihan dari stereoskop ini adalah dapat
melakukan perbesaran dengan penambahan lensa binokuler, daerah yang
diamati lebih luas daripada stereoskop saku, dan dapat menampakkan satu

12
lembar foto udara secara penuh. Kekurangan stereoskop ini adalah ukurannya
yang besar sehingga tidak praktis, harga relatif mahal, jika ditambahkan dengan
binokuler maka akan memperkecil daerah yang diamati

Gambar 3 Stereoskop Cermin

13
B. Paralaks Bar

Alat ini terdiri dari sebuah batang yang pada kedua ujungnya terpasang masing-
masing lensa. Pada kedua lensa tersebut terdapat tanda berupa titik, silang atau
lingkaran kecil yang disebut tanda apung (Floating mark) tanda di lensa sebelah kiri
disebut fixed mark, karena pada batang terdapat titik merah atau hitam, dimana orang
yang akan menggunakanya harus menentukan konstanta batang paralaks dengan
memilih salah satu titik tersebut. Bila telah ditetapkan titik merah, maka selanjutnya
lensa kiri ini tidak diubah-ubah lagi (fixed). Lensa sebelah kanan memiliki tanda juga
yang disebut half mark. Titik ini dapat digerakkan sesuai dengan posisinya pada objek
yang dikehendaki dengan cara memutar-mutar skip mikrometer.

Paralaks batang digunakan untuk mengukur besarnya paralaks suatu titik.


Paralaks titik biasanya diperlukan untuk mengukur ketinggian titik tersebut.
Pengukuran tinggi ini dapat pula dilakukan dengan mistar, paralaks tangga dan paralaks
meter.

Gambar 4 Paralax Bar

14
BAB 3
METODOLOGI PRAKTEK KERJA

3.1 TUGAS 1 Interpretasi 3D pada Gambar Stereoskopik

Tujuan : melihat efek 3 dimensi dari strereofair

A. Alat dan Bahan


 Alat :
1. Stereoskop saku
 Bahan :
1. Fotokopi stereofile (fotokopi xerox)
2. Buku catatan dan bolpoin

B. SOP (Standar Operational Procedural )


1. Dalam Tugas 1 ini, mahasiswa diharuskan untuk dapat melihat
dua gambar secara stereoskopis dengan menggunakan
stereoskop.
2. Fotokopi stereofair dengan fotokopi xerox
3. Meminjam stereoskop saku di Jurusan Geografi FIS UNJ
dengan menggunakan kartu mahasiswa.
4. Letakan stereoskop di atas stereofile dan atur jarak pandang
mata kita
5. Fokuskan mata ke foto tersebut sampai foto tersebut terlihat
menjadi satu.
6. Amati gambar, setelah kedua gambar terlihat menjadi satu, lalu
kerjakan hal sesuai dengan petunjuk dalam tugas, yaitu :
a. Mencari dalam bulatan besar, gambar bulatan kecil
nomor berapa yang paling tinggi hingga yang paling
bawah.
b. Mencari dalam setiap bulatan kecil yang ada dalam
soal, gambar mana saja yang paling tinggi dan gambar
mana yang paling bawah.

15
c. Dalam teks PRUFUNGSTAFEL
STEREOSKOPISCHES SEHEN, manakah huruf -
huruf yang memiliki ketinggian yang sama.

3.1.1 Hasil Praktikum dan Pengamatan Tugas 1

Gambar 5 Stereoscopic vision test

Dapat dianalisa dari gambar stereofair di atas terjadi kenampakan 3 dimensi


dengan menggunakan stereoskop saku. Dimana hasilnya terlihat tinggi
rendahnya lingkaran gambar maupun tulisannya. Terlihat efek 3 dimensi dari
gambar tesebut. Namun, apabila kita mengamati tidak menggunakan stereoskop
atau hanya dilihat dengan mata biasa maka efek 3 dimensi tidak terlihat.
Kemampuan dari setiap individu dalam menghasilkan efek 3 dimensi berbeda-
beda. Hal yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah jarak dari pupil mata
kiri dan mata kanan. Kelelahan mata, fokus pengamat, usia pengamat yang
mempengaruhi penglihatan (semakin bertambah usia kemampuan melihat
sudah menurun). Maka hasil setiap pengamatan orang yang satu dengan yang
lain kemungkinan berbeda-beda karena faktor tersebut.

16
Dari hasil pengujian didapat bahwa urutan ring dari tinggi ke rendah adalah
sebagai berikut:

A. BAGIAN I

Cincin 1 Cincin 2
Cincin tepi (1) Cincin tepi (3)
Persegi (2) Gunung kanan kiri (4)
Segitiga (3) Gunung Tengah (6)
Titik (4) Panah Terbalik (5)
Zeiss (1)
Aeorotopo (2)

Cincin 3 Cincin 4
Lingkaran kiri bawah (1) Cincin tepi (1)
Cincin tepi (2) Garis vertikal sedang (2)
Silang (3) Garis vertikal kecil (4)
Persegi (4) Garis vertikal besar (3)
Lingkaran tengah atas (5)

Cincin 5 Cincin 6
Cincin Tepi (1) Cincin tepi (2)
Garis kiri (4) Lingkaran kiri atas (3)
Garis tengah (2) Lingkaran kanan atas (1)
Garis kanan (3) Lingkaran kiri bawah (4)
Lingkaran kanan bawah (5)

Cincin 7 Cincin 8
Cincin tepi (1) Cincin tepi (1)
Anak panah (2) Menara (3)

17
Garis silang kembar (2) Titik kiri (4)
Segitiga hitam (3) Titik kanan (2)
Lingkaran hitam (4)
Bendera hitam dengan bola (5)
Persegi (6)
Menara dengan tanda silang (7)

B. BAGIAN II

Ketinggian Relatif Cincin 1 sampai dengan Cincin 8

(7) (6) (5) (1) (4) (3) (2) (8)

Paling Tinggi Paling Rendah

C. BAGIAN III

Profil untuk mengenali ketinggian relatif huruf-huruf dalam kata :

P R U FU N G S T A F E L S T E R E O S K O P I S C H E S S E H E N

3.2 TUGAS 2 Interpretasi Foto Udara Menggunakan Stereoskop


Saku
A. Tugas dua terdiri dari tiga gambar yaitu :
1. Gambar 3.43. Batupasir rebah vertikal pada iklim arid, Utah
Selatan. Skala 1 : 20.000 (foto USGS)
2. Gambar 3.47. Aliran lava kental pada iklim arid, Siskyou
County, California. Skala 1 : 33.000 (foto USDA-ASCS)
3. Gambar 3.60. Kipas alluvial pada iklim arid, Inyo County,
California ( lembah kematian ). Skala 1 : 75.000

18
B. Alat dan Bahan
 Alat yang digunakan:
1. Bahan Foto Udara dari Dosen di fotokopi xerox
2. 1 Set Stereoskop Saku
3. Kertas Plastik Transparan (plastik mika)
 Bahan yang digunakan:
1. Spidol untuk plastik transparan, min 3 warna (pembeda objek)
2. Doubletip / stapler

C. SOP (Standar Operational Procedural)


 Dalam Tugas 2 ini, mahasiswa diharuskan untuk menginterpretasi
Foto Udara berdasarkan unsur-unsur Interpretasi yang ada. Objek
dapat berupa bentang alam dan bentang budaya.
 Mahasiswa menyiapkan 1 set stereoskop saku dan fotocopy foto
udara.
 Lapisi kertas fotokopi dengan plastik transparan lalu beri doubletip
/stapler.
 Letakkan Fotokopi foto udara dibawah stereoskop, lalu amati foto
udara tersebut.
 Lukislah gambar yang ada pada foto udara sesuai dengan petunjuk
masing-masing gambar.
 Interpretasikan unsur-unsur yang ada dalam foto udara sehingga
pada akhirnya kita mengetahui objek tersebut.
 Buatlah tanda pada tiap Objek interpretasi menggunakan spidol
berwarna.
 Dikarenakan ada 3 gambar dalam tugas 2 ini, maka lakukan langkah
yang sama pada tiap gambar.

19
3.2.1 Hasil Praktikum dan Pengamatan Tugas 2
1. Gambar 3.43. Batupasir rebah vertikal pada iklim arid, Utah Selatan. Skala
1 : 20.000 (foto USGS)

Analisis

Gambar ini menunjukkan batupasir rebah vertikal pada iklim arid. Batupasir
pada mulanya menutup daerah yang lebih luas dari pada yang sekarang, tetapi
erosi pada batuan tersebut berangsur – angsur mengurangi ukurannya.
Pelapukan batuan menyebabkan kegagalan longsor lahan.

Bayanga
Rona Bentuk Pola Ukuran Tekstur Site Asosiasi
n

Retakan Tidak Batuan


Memanjang Sedikit
Gelap berbentuk beratur ada pasir Plateu
dan melebar kasar
alur an rebah

20
2. Gambar 3.47. Aliran lava kental pada iklim arid, Siskyou County,
California. Skala 1 : 33.000 (foto USDA-ASCS)

Analisis

Terlihat di kawasan tersebut terdapat sebuah objek yang tampak seperti sesuatu
yang timbul dengan warna yang gelap. Objek tersebut adalah lava yang
mengalir menuruni lereng gurung api di California.

Rona Bentuk Pola Ukuran Bayangan Tekstur Site Asosiasi

Bergelo Bergelom
Iklim Gunung
Gelap mbang bang besar Tidak ada halus
arid berapi
melebar melebar

21
3. Gambar 3.60. Kipas alluvial pada iklim arid, Inyo County, California (
lembah kematian ). Skala 1 : 75.000

Analisis

Kipas aluvial cenderung terbentuk padan daerah muara sungai dengan arus yang
tenang dan ombak yang kecil. Kipas aluvial terbentuk karena sungai membawa
material material berat seperti pasir, kerikil, dan batuan – batuan yang
kemudian di endapkan di muara sungai yang memiliki arus dan ombak yang
relatif tenang

Rona Bentuk Pola Ukuran Bayangan Tekstur Site Asosiasi

Seperti Lurus Iklim


Cerah besar Tidak ada halus pantai
kipas melebar arid

22
3.3 TUGAS 3 Menentukan Jalur Terbang Pesawat Saat Pengambilan
Foto Udara
A. Alat dan Bahan
 Alat yang digunakan:
a. Foto Udara dari Dosen di fotocopt xerox
b. Kertas Plastik/sampul plastik transparan
c. Penggaris
d. 1 Set Stereoskop Cermin

 Bahan yang digunakan:


a. Spidol permanen untuk plastik transparan, minimal dua warna
(pembeda objek)
b. Doubletip/perekat
c. Kertas Karton
d. Plastik Sampul Transparan
e. Fotokopi foto udara masing-masing 1 pasang

B. SOP (Standar Operational Procedural)


1. Meminjam 1 set stereoskop cermin ke jurusan Geografi FIS UNJ.
2. Sediakan karton secukupnya sebagai alas dari foto udara.
3. Sampul plastik foto udara dengan doubletip dengan rapi.
4. Setelah kedua foto udara tersebut disampul plastik dengan rapi,
kemudian gambar garis diagonal dari kiri ke kanan dan sebaliknya
agar terlihat titik potongnya sebagai titik tengah dari foto tersebut.
Lakukan hal yang sama pada foto udara yang satunya.
5. Tempel kan foto udara 1 pada karton yang telah di sediakan pada
sebelah kiri bagian karton dengan tegal lurus.
6. Kemudian keluarkan stereoskop cermin yang telah dipinjam dari
jurusan Geografi dari dalam kotak lalu bentangkan ke empat kaki
stereoskop cermin tersebut.
7. Bentangkan karton yang telah di tempel foto udara 1 di bawah
streoskop cermin secara tegak lurus.

23
8. Ambil foto udara 2 yang belum ditempel di karton, kemudian
letakan disisi kanan foto udara 1 sambil di sesuaikan agar
menimbulkan efek 3 dimensi pada foto udara tersebut.
9. Setelah kedua foto terlihat menjadi satu gambar, berefek 3 dimensi
dan fokus minta bantuan teman untuk rekatkan foto udara 2 pada
karton sisi kanan dengan solatip sementara mata tetap fokus pada
foto udara.
10. Tandai titik tengah pada foto udara 1 dengan nama P1, dan pada foto
udara 2 dengan nama P2.
11. Letakkan foto udara 1 yang telah beralaskan karton di bawah
stereoskop cermin secara tegak lurus.
12. Gerakan foto udara 2 sehingga mendapatkan fokus menjadi gambar
3 dimensi dan rekatkan pada karton dengan menggunakan selotip.

13. Cari titik P1’ pada foto udara 2 dengan cara menunjuk letak P1
sambil melihat stereoskop cermin. Setelah terlihat maka tandai
dengan menggunakan spidol OHP ukuran F pada foto udara 2.
14. Lalu cari titik P2’ pada foto udara 1 dengan cara menunjuk letak P2
sambil melihat stereoskop cermin. Setelah terlihat maka tandai
dengan menggunakan spidol OHP ukuran F pada foto udara 1.
15. Setelah ditemukan P1’ dan P2’, tarik garis lurus dari titik P1 ke P2’
lalu P1’ ke P2 dan harus sejajar. Setelah menjadi satu garis lurus
maka itulah jalur terbang pesawat pada saat pengambilan foto udara.

24
Gambar 6 Intepretasi Foto Udara Menggunakan Streoskop Cermin

Analisis

Dari Gambar foto udara yang sudah dilihat dengan menggunakan stereoskop
cermin, dari dua gambar tersebut kita dapat menentukan jalur terbang dalam
pengambilan foto udara tersebut, jalur terbang yang benar jika garis lurus dari
titik P1 ke P2’ lalu P1’ ke P2 dan harus sejajar. Namun jika tidak satu garis
disebabkan oleh adanya gangguan angin.

3.4 TUGAS 4 Menentukan Ketinggian Bendungan


A. Alat dan Bahan
 Peralatan yang diperlukan :
1) Stereoskop cermin
2) Penggaris
3) Spidol permanen ukuran F (minimal 3 warna)
4) Gunting/cutter
5) Pensil/Pulpen
6) Busur derajat
7) Kertas untuk mencatat

25
 Bahan yang dibutuhkan :
1) 2 Fotocopy Xeroxfoto udara
2) Kertas karton (ukuran disesuaikan)
3) Plastik sampul tipis transparan
4) Milimeter blok secukupnya
5) Selotip
6) Tissue
7) Alkohol (untuk menghapus apabila ada kesalahan)
8)
B. Standar Operasional Prosedur (SOP)

1. Lihat foto udara yang telah menjadi gambar 3 dimensi dengan


menggunakan stereoskop cermin.
2. Carilah titik puncak tertinggi dan titik terendah bendungan pada foto
udara 2 yang telah menjadi gambar 3 dimensi.
3. Beri tanda dan di beri nama Xa untuk titik puncak tertinggi
dan beri nama XB terendah.
4. Cari titik bayangan yang sama pada foto udara 1 dengan
menggunakan stereoskop cermin. Beri nama Xa’ untuk titik puncak
tertinggi dan Xb’ pada titik terendah
5. Kemudian ukur titik tersebut dengan menggunakan cara
manual/mistar. Tentukan beda tinggi dari titik tersebut.
6. Cara menghitung dengan menggunakan cara manual/mistar adalah
membuat garis dari titik yang telah ditentukan ke garis vertikal di
tengah foto. Lakukan pada kedua foto udara.
7. Kemudian cari beda tinggi dengan menggunakan cara manual/
mistar.
Rumus:
 Puncak A dan lembah B
PAB = P A - PB
PAB = (XA – XA1) – (XB – XB1)

26
3.5.1 Perhitungan Ketinggian Bendungan Menggunakan Mistar /
Manual

 Puncak A dan Lembah B


Rumus :
PAB = Pa – Pb
PAB = (Xa – Xa’) – (Xb – Xb’)
Keterangan :
PAB = paralaks beda tinggi dari puncak A ke lembah B
PA = Xa – Xa’
PB = Xb – Xb’
XA = jarak A dari garis vertikal yang melewati titik pusat (garis y)
XB = jarak B dari garis vertikal yang melewati titik pusat (garis y)
XA’ = jarak A’ dari garis vertikal yang melewati titik pusat (garis y)
XB’ = jarak B’ dari garis vertikal yang melewati titik pusat (garis y)
Perhitungan :
PAB = PA – PB
PAB = (XA – XA’) – (XB – XB’)
PAB = (0,18 cm – (-6,1 cm)) – (-0,1 cm – (-6,1 cm)
PAB = 6,28 cm – 6 cm
PAB = 0,28 cm
Perbandingan Tinggi Sebenarnya
= HCD x Skala

= 0,28 x 2500

= 700 cm

=7m

27
Bab 4
Penutup

4.1 Kesimpulan

Penginderaan Jauh dan Fotogrametri adalah mata kuliah yang berkaitan. Pada
semester 3 ini Penginderaan Jauh dan Fotogrametri di gabungkan menjadi satu mata
kuliah. Keterbatasan mata sangat berpengaruh untuk melakukan praktik Penginderaan
Jauh dan Fotogrametri. Dalam mengerjakan Penginderaan Jauh dan Fotogrametri
diperlukan teknik keahlian dan ketelitian yang sangat tinggi. Oleh karena itu tidak
banyak orang yang mampu menggunakan metode ini dalam memperoleh suatu
informasi melalui interpretasi foto udara. Dalam menginterpretasi foto udara harus
secara tekun dan teliti. Kita dapat mencari beda tinggi titik puncak dan lembah suatu
tempat dengan menggunakan foto udara tempat tersebut dan menggunakan stereoskop
cermin dan paralaks bar untuk menganalisis beda tinggi. Kemudian dianalisis
menggunakan stereoskop cermin dan paralaks bar. Sehingga kita sebagia mahasiswa
Geografi diharapkan mampu mengetahui dan mahir dalam menggunakan metode
interpretasi citra dalam melihat fenomena pada suatu wilayah dan dapat
menginterpretasi dengan benar.

4.2 Saran
Adapun Sedikit saran yang disampaikan yaitu :
 Kepada mahasiswa, harus teliti dan tekun dalam mengerjakan analisis suatu
objek yang diamati.
 Kepada Prodi Pendidikan Geografi, fasilitas alat praktik sangat kurang dan
perlu di tambah, kekurangan fasilitas dapat menghambat pengerjaan tugas
mahasiswa.

28
DAFTAR PUSTAKA

Sucahyanto dan Aris Munandar.2008.Penginderaan Jauh.Jakarta:Universitas Negeri


Jakarta.

Purbowasose,Bambang.1996.Penginderaan Jauh Terapan.Jakarta:UI Press.

http://belajargeomatika.wordpress.com/2011/06/15/interpretasi-foto-udara/

http://belajargeomatika.wordpress.com/2011/04/30/interpretasi-foto-udara-dengan-
stereoskop/

http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/26/fotogrametri/

29

Anda mungkin juga menyukai