BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
FOTOGRAMETRI Page 1
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
DASAR TEORI
2.1 Persepsi Kedalaman
Dalam keadaan sehari-hari kita mengukur kedalaman atau menduga suatu jarak dari
tempat kita adalah melalui pandangan normal dari penglihatan kita. Persepsi kedalaman
merupakan fungsi dari sudut paralaktik = sudut perpotongan sumbu optik mata kiri dan
kanan manakala kedua mata terfokus pada suatu titik/ obyek.
FOTOGRAMETRI Page 2
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Seorang yang dapat melihat secara stereoskopis sudah tentu dapat melihat secara
monoskopis dengan menutup salah satu matanya. Cara Monoskopis untuk mengamati
suatu kedalaman atau jarak hanyalah suatu cara yang kasar saja. Dengan penglihatan
stereoskopis kekasaran dalam pengamatan di atas dapat dieliminir.
FOTOGRAMETRI Page 3
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Perubahan ini terjadi bolak balik dengan sangat cepat sekitar 60 kali per detik yang
jika dilakukan dengan benar maka akan memberikan efek 3D pada layer monitor.
Pada penglihatan binokuler, jika kedua mata difokuskan pada suatu titik, maka
sumbu optis dari kedua mata tersebut berpotongan pada titik tersebut dan membentuk
suatu sudut yang disebu sudut paralaktis. Untuk suatu obyek yang dekat dengan mata
akan mempunyai sudut paralaktis yang besar dibandingkan dengan obyek yang
letaknya lebih jauh.
Dalam restitusi foto, paralaks dapat pula dijelaskan dari rekontruksi berkas
sinar. Pada suatu pemotretan udara, objek titik A di permukaan tanh dapat dipotret
dari dua posisi kamera, sebut saja titik a’ pada foto kiri dan titik a” pada foto kanan.
FOTOGRAMETRI Page 4
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Kedua titik mempunyai posisi relatif yang berbeda pada masing-masing foto. Pada
proses restitusi pasangan sinar dari titik pada foto kiri dan kanan direkonstruksi
dengan cara memproyeksikannya pada suatu bidang datar. Pada rekonstruksi biasanya
kedua sinar akan diproyeksikan pada bidang proyeksi di dua titik yang berbeda.
Perbedaan posisi titik ini disebut sebagai paralaks atau paralaks stereoskopik.
Komponen ke arah sumbu x disebut sebagai paralaks x (Px) dan paralaks sumbu Y
disebut sebagai paralaks Y (Py).
FOTOGRAMETRI Page 5
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
foto kiri
foto kanan
Gambar 2.4 Stereoskop Saku atau Stereoskop Lensa
2. Stereoskop Cermin
Stereoskop cermin dirancang untuk pengamatan stereoskopik bagi
pasangan foto stereo berukuran baku yang daerah pertampalannya luas
yaitu 60 % atau lebih. Jarak stereonya, jarak antara satu objek yang
teragambar pada pasangan foto stereo bila foto stereo itu dipasang di
bawah pengamatan stereoskopik, dibuat jauh lebih besar dari jarak
FOTOGRAMETRI Page 6
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
lensa
cermin cermin
Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan
maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan
FOTOGRAMETRI Page 7
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan
fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-
kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek. Dengan kata lain interpretasi foto
merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan
identifikasi atau penafsiran objek.
Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan.
Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto
udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan
dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang
digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam
memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat
diberbagai bidang Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan
dengan teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan cara
fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan
bantuan komputer.Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional
adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar.
1. Bentuk
FOTOGRAMETRI Page 8
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek
individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam
pengenalan objek pada citra foto.
2. Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat
disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.
3. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau
keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan
manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam
mengenalinya.
4. Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan
dengan pantulan sinar oleh objek.
5. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan
menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi,
tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada
foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.
6. Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh
susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara
individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola,
bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek
menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.
7. Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam
identifikasi.
FOTOGRAMETRI Page 9
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
BAB III
PELAKSANAAN
Stereoskop ialah suatu alat yang digunakan untuk dapat melihat sepasang
gambar/foto secara stereoskopis. Untuk dapat melihat sepasang foto yang saling overlap
secara streoskopis tanpa bantuan perlengkapan optis, sangat dirasakan sekali kesulitannya.
Hal ini disebabkan karena :
a. Melihat sepasang foto dari jarak yang dekat akan menyebabkan ketegangan pada
otot-otot mata.
b. Mata difokuskan pada jarak yang sangat pendek ± 15 cm dari foto yang terletak
diatas meja, sedangkan pada saat itu otak kita mengamati atau melihat sudut
paralaktis dengan tujuan dapat membentuk stereo model pada suatu jarak atau
kedalaman.
Keadaaan yang demikian sangat mengacaukan pandangan stereoskop. Karena kesukaran-
kesukaran itulah diperlukan suatu stereoskop untuk membantu kita dalam pengamatan.
Dalam melakukan interpretasi objek ada beberapa pedoman yang dapat digunakan
untuk mengenal benda/obyek yang diamati:
FOTOGRAMETRI Page 10
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
1. Bentuk
Ini merupakan hal yang harus dipehatikan karena dapat langsung membedakan yang
diamati .Misalnya : jalan raya, lapangan terbang, dsb
2. Ukuran
Disini ukuran relatif dan absolute merupakan hal-hal yang penting. Jalan raya dapat
dibedakan dengan jalan desa atau pemukiman pribadi (individual) dapat dibedakan
dengan apartement yang harus diperhatikan adalah faktor skala.
4. Pattern (susunan)
Disini ditunjukkan susunan/jaringan yang selalu terdapat pada kondisi umumnya.
Misalnya : susunan/jaringan yang ditemukan pada alur sungai akan berbeda dengan
susunan patahan pada jenis-jenis batuan.
5. Bayangan
Bayangan sangat membantu dalam menginterpretasikan sesuatu, misalnya jembatan
gantung akan mempunyai bayangan yang lain dengan jembatan beton. Oleh karena
itu, untuk keperluan interpretasi dan pemetaan, pemotretan udara selalu diusahakan
pagi atau sore hari dengan harapan akan timbulnya bayangan dari setiap benda yang
dipotret.
6. Lokasi Topografis
Jelas bahwa lokasi topografis memberikan kondisi yang berbeda untuk setiap benda
yang ada disekitarnya. Misalnya : arah aliran sungai akan segera diketahui jika
diketahui ketinggian dari suatu arca. Disamping itu terdapa juga jenis-jenis tanaman
tertentu yang tumbuh pada ketinggian tertentu.
7. Tekstur
Tekstur seperti juga ukuran dari suatu benda, tapi erat sekali hubungannya dengan
skala. Misalnya : tekstur dari padang rumput yang berbeda dengan tekstur dari
padang jagung.
FOTOGRAMETRI Page 11
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
FOTOGRAMETRI Page 12
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
FOTOGRAMETRI Page 13
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
BAB IV
Gambar 4.1 Jalannya Sinar pada Pembentukan Bayangan pada Stereoskop Cermin
Pemantulan cahaya dari titik b1 dan b2 diteruskan oleh cermin samping dan cermin
mata ke mata sehingga mata melihat bayangan pada cermin mata. Oleh karena cermin
bayangan datar dan bersifat maya, maka bayangan titik b1 dan b2 bertemu di titik B
karena keduanya terbentuk dibelakang cermin mata oleh perpanjangan sinar pantul. Hal
yang sama terjadi pada bayangan titik a1 dan a2 di titik A. Dari gambar terlihat bayangan
titik B terlihat lebih dekat ke pengamat dibandingan bayangan di titik A. Adanya
perbedaan jarak bayangan tersebut membuat otak mempersepsikan bahwa titik A dan B
tidak terletak di bidang datar.
FOTOGRAMETRI Page 14
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
1. Latihan 3 No. 1
Daerah : Akaike, Kyusu, Japan
Skala : 1:8000
Instansi pembuat : PPFK - ITB – BAKOSURTANAL
Kotak Bentuk
A Sawah
Teratur Ukuran
Halus Tekstur
Lineair tekstur
FOTOGRAMETRI Page 15
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Teratur Bentuk
Seragam Tekstur
Halus Tekstur
Teratur Bentuk
Teratur Bentuk
Teratur Bentuk
G Lereng
Lebih luas dari bangunan Ukuran
Halus Tekstur
Seragam Tekstur
Lineair Pola
Panjang Ukuran
Lineair Tekstur
FOTOGRAMETRI Page 16
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Teratur Bentuk
K Jalan ke Puncak
Panjang Ukuran
Lineair Tekstur
Teratur Bentuk
Berpetak-petak Ukuran
L Gedung-gedung
Bayangannya tinggi Tekstur
Diantara
Asosiasi
pemukiman/perumahan
Teratur Bentuk
Berpetak-petak Ukuran
Pabrik/ Daerah
R Bayangannya tinggi Tekstur industri
Diantara pemukiman asosiasi
FOTOGRAMETRI Page 17
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Teratur Bentuk
2. Latihan 3 No. 2
Daerah : Netherlands
Skala : 1:10000
Instansi pembuat : -
1. Identifikasi detail/objek:
Tabel 4.2 Interpretasi Netherlands
Memanjang Ukuran
FOTOGRAMETRI Page 18
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Lineair Tekstur
Teratur Bentuk
Seragam Tekstur
Teratur Bentuk
Jalan
C Pada jalur rel kereta api Site
Lineair Tekstur
Teratur Bentuk
Lineair Bayangan
Kasar tekstur
Teratur Bentuk
Kasar Tekstur
Lineair Tekstur
Teratur Bentuk
Berpetak-petak Ukuran
FOTOGRAMETRI Page 19
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Teratur Bentuk
Terletak diantara
Asosiasi
pemukiman
Lineair tekstur
Terletak diantara
asosiasi
pemukiman
Teratur Bentuk
L Berpetak-petak Ukuran Pemukiman
Bayangannya seragam
Tekstur
dengan daerah sekitar
Teratur Bentuk
M Jalan
Lebih luas dari bangunan Ukuran
Halus Tekstur
FOTOGRAMETRI Page 20
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Terletak diantara
Asosiasi
pemukiman
Terletak diantara
asosiasi
pemukiman
Halus Tekstur
2 .Kunci interpretasi apa saja yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi objek A dan
J?
Jawab: Warna, tone ( derajat kehitaman), ukuran, bentuk
3. Apakah kunci interpretasi bayangan berguna dalam melakukan interpretasi pada
pasangan foto stereo ini? Jelaskan jawaban saudara!
Jawab:Benar , karena bayangan untuk mengenali jenis suatu objek dari foto
khususnya sekitar titik utama, kadang perlu bantuan bayangan spesifik dari
objek tersebut.
3. Latihan 3 No. 3
FOTOGRAMETRI Page 21
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Daerah : Suriname
Skala : 1: 20000
Instansi pembuat : -
1. Identifikasi detail/objek :
Tabel 4.3 Interpretasi Suriname
FOTOGRAMETRI Page 22
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Terletak diantara
Asosiasi
pemukiman
F Kelabu-Hitam Rona dan warna Sawah
Teratur Bentuk
Lebih kecil dari perkebunan Ukuran
Halus dan Seragam Tekstur
Terletak diantara
Asosiasi
pemukiman
G Kelabu-hitam-hitam Rona dan warna Lahan Terbuka
Tidak teratur Bentuk
Kotak tak teratur Ukuran
Lineair Tekstur
H Putih-kelabu-putih Rona dan warna Hutan
Teratur Bentuk
Panjang Ukuran
Lineair Tekstur
J Kelabu-hitam-hitam Rona dan warna Danau
Tidak teratur Bentuk
Lebih luas dari rawa Ukuran
Halus Tekstur
K Putih-kelabu-putih Rona dan warna Pemukiman
Teratur Bentuk
Panjang Ukuran
Lineair Tekstur
2. Dimana letak daerah pemukiman ?
Jawab : Letak daerah pemukiman di K
4. Latihan 3 No. 4
Daerah : Pasifik II
Skala : 1:20000
Instansi pembuat : PPFK - ITB –
BAKOSURTANAL
FOTOGRAMETRI Page 23
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Lineair tekstur
Teratur Bentuk
Berpetak-petak Ukuran
B Bayangannya tinggi Tekstur Bangunan
FOTOGRAMETRI Page 24
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Teratur Bentuk
Panjang Ukuran
Lineair Tekstur
Halus Tekstur
Halus Tekstur
Halus Tekstur
2. Detail/objek mana saja menurut anda yang harus dipetakan pada skala
1:100000 dan mana saja yang dapat dipetakan dalam skala 1:10000.
Jelaskan !
FOTOGRAMETRI Page 25
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
Jawab : yang dipetakan dalam skala 1 : 100000 yaitu laut, batas antara
pantai dengan hutan, hutan dan yang dipetakan dalam skala 1 :
10000 yaitu pemukiman , jalan, ladang, lahan kosong
FOTOGRAMETRI Page 26
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil praktikum
interpretasi foto udara, yaitu
1. Orientasi foto udara sangatlah penting untuk dilakukan jika akan melakukan
interpretasi udara
2. Objek-objek pada foto 1, 2, 3, dan 4 dapat diinterpretsikan berdasarkan prinsip 7
kunci interpretasi, yaitu bentuk, rona , warna, tekstur, pola, bayangan, lokasi, dan
lokasi.
3. Ketepatan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan
kemampuan dan asumsi penafsir, keadaan obyek yang diamati, dan kualitas foto
yang digunakan.
4. Dalam menetukan stereogram dengan stereoskop saku ataupun cermin harusnya
dilakukan dengan teliti dengan menghilangkan factor-faktor koreksi paralaks dan
factor rotasi.
5. Identifikasi obyek yang kurang tepat akan mempengaruhi hasil interpretasi.
5.2 Saran
Dari praktikum modul #2 terdapat beberapa kekurangan sehingga diperlukan adanya
beberapa saran untuk perbaikan selanjutnya. Berikut saran untuk praktikum modul #2:
FOTOGRAMETRI Page 27
2012 PEMBUATAN STEREOGRAM DAN IDENTIFIKASI OBYEK
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, Dr.-Ing. Ir. Teguh, MSc. 2003. Photogrametri I (GD- 1508). Surabaya: ITS
Hartono, DEA DESS. 2004. Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG di Bidang
Pendidikan.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Kiefer dab Lillisand. 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Santoso, Dr. Ir. Bobby,MSc. 2001. GD-355 Pengantar fotogrameri. Bandung: ITB.
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
_______.2008.Petunjuk Praktikum Fotogrametri I. Surabaya: ITS
FOTOGRAMETRI Page 28