Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FOTOGRAMETRI II
“ORTHOPHOTO”

Tanggal Penyerahan: 20 MEI 2021

Disusun Oleh :

Dicky Prayoga / 232018050

Kelas B

Nama Asisten :

Sepki Utomo
Karlina Dwidjayanti Bambang (23-2017-010)

LABORATORIUM FOTOGRAMETRI

JURUSAN TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG

2021
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Maksud dan Tujuan................................................................................................................1
1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum...........................................................................1
BAB II DASAR TEORI.................................................................................................................2
2.1 Fotogrametri............................................................................................................................2
2.1.1 Kegunaan Fotogrametri..................................................................................................2
2.2 Foto Udara..............................................................................................................................2
2.2.1 Skala Foto.......................................................................................................................2
2.3 Pesawat Tanpa Awak (UAV).................................................................................................2
2.4 Kamera....................................................................................................................................2
2.5 Desain Jalur Terbang..............................................................................................................2
2.6 Titik Kontrol Tanah................................................................................................................2
2.7 Model Elevasi Digital.............................................................................................................2
2.8 Orthophoto..............................................................................................................................2
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM..................................................................................3
3.1 Langkah-langkah Proses Orthophoto...........................................................................................3
BAB IV HASIL DAN ANALISIS.................................................................................................4
4.1 Hasil........................................................................................................................................4
4.2 Analisis...................................................................................................................................4
BAB V KESIMPULAN..................................................................................................................5
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................6
LAMPIRAN....................................................................................................................................7

i
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah

Tujuan praktikum kali ini adalah

1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan pada :

Hari : Senin, 3 Mei 2021


Waktu : 08.30 - Selesai
Tempat : Virtual Conference
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

BAB II

DASAR TEORI
2.1 Fotogrametri

Fotogrametri adalah seni, ilmu, dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya
tentang objek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran, dan interpretasi
gambaran fotografik dan pola radiasi energi elektromagnetik yang terekam. Definisi lain
Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang
dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan di sekitarnya melalui proses perekaman,
pengamatan atau pengukuran dan interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar gelombang
elektromagnetik.(Anggoro Pratomo Adi, Yudo Prasetyo, 2017) Seiring berkembangnya ilmu
dan teknologi, teknik fotogrametri terus berkembang. Mulai dari fotogrametri analog,
fotogrametri analitik hingga fotogrametri digital.(Rendy Putra Maretika, n.d.)

2.1.1 Kegunaan Fotogrametri

Penerapan paling awal bagi fotogrametri ialah untuk pemetaan topografi. Disamping
untuk pemetaan topografi, banyak peta lain yang dibuat secara fotogrametrik. Peta-peta
tersebut skalanya bervariasi dari skala besar hingga skala kecil. Penggunaannya untuk
perencanaan jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jaringan pipa, jaringan transmisi,
bendungan, struktur pencegahan banjir, perbaikan sungai dan pelabuhan, proyek
pembaharuan kota dan sebagiannya .

Di samping bidang rekayasa juga banyak bidang yang memanfaatkan fotogrametri


yaitu antara lain untuk pembuatan peta pajak bumi, peta
tanah, peta hutan, peta geologi, dan peta bagi perencanaan serta bagi pewilayaan kota
dan daerah. Foto udara juga digunakan didalam bidang astronomi, arsilektrul, ekologi, dan
mineralogi. Salah satu kegunaan tertua dan masi merupakan kegunaan utama hingga saat
ini ialah untuk pengumpulan informasi kemiliteran. (Hamur et al., 2014)
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

2.2 Foto Udara

Foto udara adalah foto yang didapat dari survei udara yaitu melakukan pemotretan lewat
udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrammetri tertentu. Hasilnya berupa suatu
rekaman detail permukaan bumi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor panjang fokus lensa
kamera, ketinggian terbang pesawat, waktu pemotretan.

Foto udara selanjutnya diklasifikasikan sebagai foto udara vertikal dan foto udara
condong. Foto udara vertikal, yaitu apabila sumbu kamera pada saat pemotretan dilakukan
benar-benar vertikal atau sedikit miring tidak lebih dari 3˚. Sebagian besar dari foto-foto udara
termasuk dalam jenis foto udara vertikal. Tipe kedua dari foto udara yakni foto udara condong
yaitu apabila sumbu foto mengalami kemiringan antara 3˚ dan 90˚ dari kedudukan vertikal.
Jika horison tidak tampak, disebut condong/ miring rendah. Jika horizon tampak, disebut
condong tinggi/ sangat miring. Kemudian lebih detail lagi, menurut Wolf (1993), orientasi
kamera udara dibagi menjadi tiga yaitu vertikal, agak condong, dan sangat condong.(Naryoko)
& , Yudo Prasetyo, 2019)

2.2.1 Skala Foto

Skala foto udara adalah rasio perbandingan jarak di foto udara dengan jarak
horizontal yang ada pada lapangan (jarak sesungguhnya di lapangan).

Beda Skala Peta dengan Skala Foto :

 Pada peta yang proyeksinya ortogonal, maka skala pada setiap titik adalah sama
(seragam). Sedangkan, pada sebuah foto udara yang proyeksinya sentral,
mempunyai skala bervariasi tergantung dengan variasi ketinggian medan (terrain).

 Fungsi skala foto :


 Menghitung fokus kamera.
 Menentukan ketinggian terbang.
 Menentukan ketinggian relatif.
 Menentukan jarak sesungguhnya di lapangan.
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

Penulisan Skala pada Foto sebagai berikut :

1. Fraksi Representatif (representative fraction atau RF)

Penulisan skala foto udara dalam bentuk pecahan, misalnya 1/10.000 atau 1:10.000,
artinya jika jarak dua buah titik di peta adalah 1 satuan panjang, maka jarak sebenarnya
adalah 10.000 satuan panjang yang sama. Skala fraksi representatif ini paling sering
digunakan dalam sebuah foto udara karena pembacaan dan penulisannya yang sangat
mudah.

2. Kebalikan Skala Foto (photo scale reciprocal atau PSR)

Penulisan skala foto udara yang hanya dituliskan penyebutnya, misalnya 10.000,
50.000, 100.000, dll. Penulisan skala jenis ini sangat jarang digunakan karena
pembacaannya yang sulit (kurang lengkap) sehingga sering membingungkan pembaca
foto udara.

3. Skala Ekuivalen

Penulisan skala foto udara dalam bentuk kalimat, misal 1 inch to 1 miles (one inch to
one miles). Penulisan skala jenis ekuivalen ini sangat jarang digunakan di Indonesia.
Pada umumnya penulisan skala jenis ekuivalen digunakan di negara-negara barat,
seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang tidak memakai satuan metrik.

Jenid-jenis skala foto :

1. Skala rata-rata

Skala rata-rata adalah skala yang diperhitungkan untuk daerah yang terliput oleh satu
foto, atau seluruh daerah yang dipotret. Dalam satu lembar foto udara dengan proyeksi
sentral skala bervariasi tergantung dari variasi ketinggian medan. Skala foto rata-rata
diperoleh dengan cara membandingkan panjang fokus kamera dengan ketinggian
terbang terhadap tinggi rata-rata dari medan.
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

2. Skala lokal

Skala lokal yaitu skala yang diperhitungkan pada tiap titik atau pada tiap daerah sempit
yang ketinggiannya sama. Skala ini lebih teliti bila dibandingkan terhadap skala rata-
rata. (Ardian, 2013)

2.3 Pesawat Tanpa Awak (UAV)

Pesawat tanpa awak atau Pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau UAV), adalah
sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu
mengendalikan dirinya sendiri, menggunakan hukum aerodinamika untuk mengangkat dirinya,
bisa digunakan kembali dan mampu membawa muatan baik senjata maupun muatan lainnya.
Dahulu mungkin orang mengenal drone atau pesawat tanpa awak digunakan oleh militer untuk
memata-matai musuh di daerah konflik. Secara garis besar penggunaan dari pesawat tanpa
awak ini adalah dibidang militer.

Drone merupakan pesawat tanpa pilot. Pesawat ini dikendalikan secara otomatis melalui
program komputer yang dirancang, atau melalui kendali jarak jauh dari pilot yang terdapat di
dataran atau di kendaraan lainnya. Awalnya UAV merupakan pesawat yang dikendalikan jarak
jauh, namun sistem otomatis kini mulai banyak diterapkan. Perkembangan teknologi membuat
drone juga mulai banyak diterapkan untuk kebutuhan sipil, terutama di bidang bisnis, industri
dan logistik. Dunia industri bisnis, drone telah diterapkan dalam berbagai layanan seperti
pengawasan Infrastruktur, pengiriman paket barang, pemadam kebakaran hutan, eksplorasi
bahan tambang, pemetaan daerah pertanian, dan pemetaan daerah industri.

Berdasarkan jenisnya, terdapat dua jenis drone, yaitu multicopter dan fixed wing. Fixed
wing memiliki bentuk seperti pesawat terbang biasa yang dilengkapi sistem sayap. Tipe fixed-
wing memerlukan desain aerodinamika pada sayap dan badannya sehingga perancangannya
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

cukup rumit. Multicopter yaitu jenis drone yang memanfaatkan putaran baling-baling untuk
terbang seperti pada gambar 2.3. Multicopter dibagi menjadi dua yaitu single-rotor dan multi-
rotor. Tipe single-rotor berbentuk seperti helikopter menggunakan baling-baling tunggal,
sedangkan multi-rotor menggunakan 3 sampai 8 baling-baling. (Suroso, n.d.)

Gambar 2.3 Drone Multicopter

Gambar 2.3.1 Drone Fixed Wing


Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

2.4 Kamera

Dalam fotogrametri kamera merupakan salah satu instrumen paling penting, karena
kamera digunakan untuk membuat foto yang merupakan alat utama dalam fotogrametri. Oleh
karena itu dapat dikatakan pula bahwa foto yang akurat (mempunyai kualitas geometri yang
tinggi) diperoleh dari kamera yang teliti. Baik untuk keperluan foto udara maupun foto
terestrial, kamera diklasifikasikan menjadi dua kategori umum yaitu :

a. Kamera Metrik

Kamera metrik merupakan kamera yang dirancang khusus untuk keperluan


fotogrametrik. Kamera metrik yang umum digunakan mempunyai ukuran format 23cm ×
23cm, kamera metrik dibuat stabil dan dikalibrasi secara menyeluruh sebelum
digunakan. Nilai-nilai kalibrasi dari kamera metrik seperti panjang fokus, distorsi radial
lensa, koordinat titik utama foto diketahui dan dapat digunakan untuk periode yang
lama.

b. Kamera non metrik

Kamera non-metrik dirancang untuk foto profesional maupun pemula, dimana


kualitas lebih diutamakan dari pada kualitas geometrinya. Kamera non-metrik memiliki
dua keterbatasan utama yaitu :

1) Ketidakstabilan geometri

Masalah terbesar penggunaan kamera non-metrik adalah ketidakstabilan


geometrik. Kamera non-metrik memiliki lensa yang tidak sempurna, sehingga
foto udara yang dihasilkan dari perekaman kamera non-metrik mengalami
kesalahan. Kamera ini tidak memiliki tanda- tanda fidusial, namun dapat
dilakukan modifikasi untuk membuat tanda fidusial. Selainitu pada kamera non-
metrik tidak diketahui secara pasti besarnya panjang fokus dan posisi principal
point, sehingga pengukuran pada foto udaramenjadi kurang teliti. Kamera non-
metrik dapat dikalibrasi dengan teknik tertentu sehingga parameter-parameter
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

internal yang berpengaruh pada ketelitian geometrik foto dapat diketahui dan
kamera non-metrik dapat digunakan untuk aplikasi fotogrametri.

2) Ukuran film

Keterbatasan lain dalam penggunaan kamera non-metrik adalah terbatasnya


ukuran film. Untuk mengcover area dengan luas dan skala yang sama,
penggunaan kamera format kecil 24mm×36mm membutuhkan jumlah foto lebih
banyak dibandingkan jika pemotretan itu dilakukan dengan menggunakan
kamera metrik format besar 23 cm × 23cm. Selain itu seringkali dalam pemetaan
metode foto udara dibutuhkan foto dengan ukuran asli yang besar, sehingga
penggunaan kamera format kecil menjadi masalah.

2.5 Desain Jalur Terbang

Dalam suatu pekerjaan fotogrametri memerlukan suatu rencana jalur terbang agar foto
yang di hasilkan mempunyai kualitas baik. Proses pengambilan jalur terbang biasanya diambil
jarak yang terpanjang untuk melakukan perekaman, hal ini untuk memperoleh kestabilan
pesawat di saat pemotretan. Dalam mendesain jalur terbang di buat sepanjang garis yang
sejajar untuk membuat foto yang bertampalan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

-Tampalan Ke Depan

-Tamapalan ke depan (over lap ) ialah tampalan antara foto yang berurutan sepanjang
jalur terbang.

2.6 Titik Kontrol Tanah

Ground Control Point (GCP) atau yang biasa disebut dengan titik control tanah adalah
titik-titik yang berada di lapangan yang dapat digunakan untuk mentransformasikan sistem
koordinat udara dengan sistem koordinat tanah suatu objek yang dipetakan. Titik kontrol ini
nantinya akan digunakan pada saat pengolahan foto udara tahap triangulasi udara . Disamping
titik GCP, adapula titik-titik yang disebut dengan ICP (Independent Check Point) yakni titik
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

yang digunakan untuk menguji kualitas hasil dan tidak diikutkan pada proses pengolahan foto
udara. (Syarifa Naula Husna, Sawitri Subiyanto, 2016)

Selain fungsi utama tersebut, GCP juga berfungsi sebagai :

1. Faktor penentu ketelitian geometris hasil olah foto (misalnya ortofoto, DSM, DTM).
Semakin teliti GCP maka akan semakin baik pula ketelitian geometris hasil dari
pengolahan foto udara tersebut.

2. Mempermudah proses orientasi relatif antar foto.

3. Mengkoreksi hasil olah foto udara yang berupa ball effect (kesalahan yang
mengakibatkan model 3D akan berbentuk cembung di tengah area yang di ukur).

4. Menyatukan hasil olah data yang terpisah dengan lebih cepat dan lebih efektif.

2.7 Model Elevasi Digital

DEM merupakan bentuk tiga dimensi dari permukaan bumi yang memberikan
databerbagai morfologi permukaan bumi, seperti kemiringan lereng, aspek lereng, ketinggian
tempat, dan area DAS.Pembuatan DEM pada dasaranya merupakan proses matematis terhadap
data ketinggian yang diperlukan dari peta kontur. Hasil DEM yang biasa dibuat berbentuk data
vektor (TIN) dan data raster (Grid). Jenis TIN (Triangulated Irreguler Network) merupakan
representasi dari permukaan bumi, digambarkan dalam tiga dimensi berkoordinat (x,y dan z).
(Sobatnu, 2014)
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

2.8 Orthophoto

Ortofoto adalah reproduksi foto yang telah dikoreksi pada kesalahan oleh kemiringan
pesawat, relief, serta distorsi lensa. Ortofoto dibentuk berdasarkan foto stereomodel, yaitu
pembuatannya model demi model, dengan proses rektifikasi diferensial sehingga gambaran
obyek pada foto tersebut posisinya benar sesuai dengan proyeksi orthogonal

Rektifikasi diferensial adalah proses peniadaan pergeseran letak gambar oleh


kesendengan fotografik dan relief. Tujuan rektifikasi adalah menghapus efek kesendengan
sumbu dan menghasilkan ekuivalen foto tegak. Ortofoto berbeda dengan foto yang diretifikasi,
karena dalam rektifikasi hanya kesalahan oleh kemiringan pesawat saja yang dikoreksi. Dalam
rektifikasi diferensial dilakukan pemotretan kembali atas foto aslinya. Pada ortofoto tidak
terdapat lagi pergeseran letak oleh relief serta tidak terdapat paralaks sehingga tidak mungkin
dilakukan pengamatan stereoskopik. (Syarifa Naula Husna, Sawitri Subiyanto, 2016)
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Langkah-langkah Proses Orthophoto

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum kali ini adalah :

BAB IV
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

HASIL DAN ANALISI


4.1 Hasil

4.2 Analisis

BAB V
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Praktikum Fotogrametri II : Orthophoto

Anggoro Pratomo Adi, Yudo Prasetyo, B. D. Y. (2017). Jurnal Geodesi Undip Januari 2017
MENGGUNAKAN WAHANA UNMANNED AERIAL VEHICLE ( UAV ). Jurnal
Geodesi Undip, 6(Januari), 208–217. https://media.neliti.com/media/publications/85264-ID-
pengaruh-variasi-tinggi-terbang-mengguna.pdf
Ardian, M. (2013). Skala Foto (pp. 1–9). https://id.scribd.com/presentation/146103652/Skala-
Foto
Hamur, P. K., Tjahjadi, M. E., & M, A. Y. (2014). KAJIAN PENGOLAHAN DATA FOTO
UDARA MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK AGISOFT PHOTOSCAN DAN PIX4D
MAPPER ( Studi Kasus : Kecamatan Lowokwaru , Kota Malang ).
Laboratory, R. (n.d.). PERENCANAAN JALUR TERBANG UAV MANUAL – RoseGIS
Laboratory. Retrieved April 10, 2021, from
https://rosegislabs.com/2016/11/03/perencanaan-jalur-terbang-uav-manual/
Naryoko, & , Yudo Prasetyo, A. L. N. (2019). KAJIAN TERAPAN TEKNOLOGI UAV DAN SIG
DALAM PEMBUATAN PETA DESA SKALA 1:1000 UNTUK WILAYAH RW-04
KELURAHAN TEMBALANG TAHUN 2017. 8(1), 278–287.
Rendy Putra Maretika, N. M. F. (n.d.). PEMROGRAMAN ’VIRTUAL STEREOPLOTTER’
SEBAGAI PROGRAM SPASIAL PENGHASIL DIGITAL SURFACE MODEL DARI FOTO
UDARA STEREO DIGITAL. 244–253. https://media.neliti.com/media/publications/238160-
none-e453cc0b.pdf
Sobatnu, F. (2014). Permodelan Elevasi Digital Pada Lahan Rawa. Intekna, Tah4n XV(2), 102–
109.
Suroso, I. (n.d.). PERAN DRONE/UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV) BUATAN STTKD
DALAM DUNIA PENERBANGAN. 104–112.
Syarifa Naula Husna, Sawitri Subiyanto, H. (2016). PENGGUNAAN PARAMETER
ORIENTASI EKSTERNAL (EO) UNTUK OPTIMALISASI DIGITAL TRIANGULASI
FOTOGRAMETRI UNTUK KEPERLUAN ORTOFOTO. Jurnal Geodesi Undip, 5, 178–
187.
Wolf, P., R. 1993, Elemen Fotogrametri dengan Interpretasi Foto Udara dan Penginderaan Jauh,
Penerjemah: Gunadi, Gunawan, T., Zuharnen, Edisi kedua, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai