SI-108
Oleh:
Ahmad Nabil Haidar 22-2018-144
Darwis 22-2018-163
Dhaniel Widyanto 22-2017-128
M. Ilham Widiansyah 22-2018-147
Rahmat Adi 22-2018-155
Ratu Arba Salsabilla 22-2018-159
Asisten Pembimbing:
Fauziyah Fitriani I, S.T
Fikri , S.T
Disusun Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PENGAMBILAN SAMPLE (SAMPLING)
BOR TANGAN (HAND BORING)
2.3 Teori
Tanah adalah material yang terbentuk dari himpunan mineral, bahan
organik/anorganik, air , endapan yang relatif lepas. Deposit tanah dapat terdiri dari
butiran-butiran dengan bergabagai jenis bentuk dan ukuran. Ikatan antara butiran
tanah disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida yang mengendap
diantara butiran-butiran.
Partikel tanah dapat dibagi menjadi dua kelompok utama:
A. Butiran Kasar
1) Kerikil (gravel) 2 mm – 150 mm
2) Pasir (sand) 0,06mm – 2mm
B. Butiran Halus
1) Lanau (silt) 0,002 mm – 0,06 mm
2) Lempung (clay) <0,0002 mm – 0,002 mm
1) Batu Kerikil dan Pasir
Golongan ini terdiri dari pecahan batu dari berbagai ukuran dan bentuk butiran
batu kerikil. Butiran batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu, atau terdiri dari
suatu macam zat mineral tertentu terutama kwartz.
2) Lempung
Lempung terdiri dari butiran-butiran yang sangat kecil menunjukkan sifat-
sifat kohesi dan plastis. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian-bagian
bahan itu melekat satu sama lain, Plastisitas adalah sifat yang memungkinkan
bentuk bahan itu rubah-rubah tanpa perubahan isi atau kembali ke bentuk asalnya
tanpa terjadi retak-retakan atau terpecah-pecah.
3) Lanau
Lanau merupakan peralihan lempung dan pasir halus. Lanau
memperlihatkan sifat kurang plastis, lebih mudah ditembus air daripada lempung,
serta adanya sifat dilatasi yang tidak terdapat pada lempung. Dilatasi adalah gejala
perubahan isi apabila diubah bentuknya. Lanau sebagaimana juga pasir,
menunjukkan sifat “quick” (hidup) apabila diguncang atau digetarkan.
2.7 Perhitungan
Dalam pengujian ini tidak menggunakan perhitungan secara matematis tetapi
menggunakan pengujian visual seperti yang tersebut sebelumnya.
Gambar 2.1 Stang Bor Gambar 2.2 Mata Bor Auger Iwan
LOGBOR
-0,20 M
JENIS TANAH : LEMPUNG
WARNA : COKELAT KEHITAMAN
TEKSTUR : TANAH BERLEMPUNG
(BERTEKSTUR SEDANG)
-0,70 M PLASTISITAS : SEDANG
AKHIR PEMBORAN
-1,70 M
2.11 Kesimpulan
Dari praktikum Hand Boring pada kedalaman 0,0 sampai dengan -1,70 meter
diperoleh hasil berupa pengamatan visual bahwa jenis tanah yang ada pada lokasi
pengeboran ialah tanah lempung dengan warna coklat kehitaman. Disebut tanah
lempung karena tanah tersebut memiliki daya lekat yang tinggi (kohesi) selain itu
tanah ini juga bersifat plastis dimana bentuk tanahnya dapat diubah-ubah dan
kembali ke bentuk asalnya tanpa mengalami kerusakan atau perubahan isi.
BAB III
INDEKS PROPERTIES (SIFAT FISIK TANAH)
KADAR AIR (WATER CONTENT)
(ASTM D – 2216)
3.3 Teori
Kadar air tanah adalah kandungan air pada tanah yang ditentukan dari
perbandingan dari berat air yang dikandung tanah dengan berat bagian padat (solid)
dari tanah. Kadar air tanah yang ditentukan adalah berat air tanah asli dan kadar air
tanah untuk penentu sifat mekanis tanah seperti pemadatan tanah asli dan kadar iar
tanah untuk penentu sifat mekanis tanah seperti pemadatan tanah, CBR
laboratorium, batas cair, batas plastis, batas susut tanah.
Komposisi massa dan volume tanah terdiri dari:
37,5 mm 1 ½ in 10 kg 1 kg
75,0 mm 3 in 50 kg kg
3.7 Perhitungan
1) Berat cawan + tanah basah = W1 gram
Berat cawan + tanah kering = W2 gram
Berat cawan kosong = W3 gram
Berat air = (W2 - W1) gram
Berat tanah kering = (W2 – W3) gram
𝑊𝑤
2) w = 𝑥 100 %
𝑊𝑠
Pekerjaan : Praktikum
No. Log bor :1
Lokasi : Lab Geoteknik
Kedalaman : 1,2 m -1,7 m
Tanggal : 18 Februari 2019
Dikerjakan : Kelompok 3
Dihitung : Kelompok 3
Diperiksa : Asisten Laboratorium
66,060%
Kadar air rata –rata(w)(%)
PERHITUNGAN
1. Berat air = (berat tanah basah+cawan) – (berat tanah kering+cawan)
= 18,11 – 14,89
= 3,22 gr
2. Berat tanah Kering = (berat tanah kering+cawan) – (berat cawan)
= 14,89 – 9,31
= 5,58 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
3. Kadar air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑔𝑟 × 100%
3,22
= 5,58 𝑔𝑟 × 100%
= 57,706%
57,706%+ 65,704%+ 67,486%+ 73,346%
4. Kadar air rata-rata =
4
= 66,060%
3.11 Kesimpulan
Dari pengujian terhadap sampel tanah 3 diperoleh hasil bahwa pada
kedalaman 1,2 m -1,7 m memiliki rata-rata kadar air yaitu 66,060% , Hal ini
dipengaruhi oleh proses pemanasan oven.
BAB IV
SIFAT FISIK TANAH (INDEX PROPERTIES)
BERAT ISI (UNIT WEIGHT)
(ASTM D-2937)
4.3 Teori
Berat volume tanah adalah perbandingan antara berat tanah total dengan
volume tanah total. Berat volume tanah merupakan berat volume tanah asli
merupakan sifat fisik (propertis) tanah, jika diketahui kadar air tanah akan dapat
menentukan nilai berat volume kering tanah tersebut.
Berat isi merupakan perbandingan antara berat tanah persatuan volume
dimana untuk mendapatkan besaran nilai dari berat isi tanah perlu di lakukan
pengujian berat isi dengan cara mencetak tanah kedalam suatu yang nantinya tanah
yang telah di cetak di timbang beratnya lalu di ukur volumenya. Berikut besar nilai
berat isi tanah berdasarkan jenis tanahnya ditunjukan pada table di bawah ini :
4.7 Perhitungan
W2 − W1
1) ɣ = 𝑉
ɣ
2) ɣd = 1+𝑤
Pekerjaan : Praktikum
No. Log bor :1
Lokasi : Lab Geoteknik
Kedalaman : 1,2 m -1,7 m
Tanggal : 18 Februari 2019
Dikerjakan : Kelompok 3
Dihitung : Kelompok 3
Diperiksa : Asisten Laboratorium
61,72
Volume ring (v) cm3
174,24
Berat ring (W1) gr
260,44
Berat ring + tanah (W2) gr
86,2
Berat tanah (W3 = W2 - W1) gr
1,397
Berat volume tanah (ɣ = W3/v) gr/cm3
% 66,060
Kadar air (w)
ɣ
Berat Isi Kering ɣd = gr/cm3
1−𝑤
PERHITUNGAN
1
Volume Ring =4 x π × d² x t
1
=4 x 3,14 x (6,35)2 x 1,95 = 61,72 cm3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ
Berat Volume Tanah =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
86,2
=
61,72
=1,397 gram/cm3
ɣ
Berat isi kering tanah =ɣd =1−𝑤
1,397
=1−0.66060
= gram/cm3
4.11 Kesimpulan
Dari hasil pengujian ini diperoleh berat volume tanah rata-rata dari hasil
perbandingan antara berat tanah termasuk kandungan air yang didalamnya dengan
volume tanah total yang bernilai 1,397 gr/cm3 dan berat isi kering bernilai sebesar
0,92 gr/cm3.
BAB V
INDEKS PROPERTIS (INDEX PROPERTIES)
BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)
(ASTM D-854)
5.1 Tujuan
Untuk mendapatkan harga specific gravity (Gs) dari butiran tanah, yaitu
perbandingan isi butir tanah dan berat isi air pada suhu 20o.
5.3 Teori
Dengan mengetahui Gs suatu tanah dapat diketahui suatu contoh tanah
apakah tanah tersebut organik atau anorganik. Jadi untuk tanah yang terdiri dari
campuran bahan organik maupun bahan anorganik mempunyai nilai Gs yang
tergantung dari komposisi bahan-bahan tersebut. Untuk perencanaan bangunan,
pengetahuan tentang adanya bahan organik sangat penting, karena tanah organik
berbahaya untuk tanah bangunan.
Tabel 5.1 Nilai Gs
Type of Soil Gs
Kerikil 2,65 – 2,67
Pasir 2,67 – 2,68
Lanau anorganik 2,62 – 2,68
Lempung organik 2,58 – 2,63
Lempung anorganik 2,68 – 2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25 – 1,80
5.7 Perhitungan
1) Berat Piknometer = W1
Berat Piknometer + tanah = W2
Berat Piknometer + air + tanah
pada temperatur 26oC = W3
Berat Piknometer +
air pada 24oC = W4
Koreksi temperatur =K
Berat tanah (Wt) = (W2 – W1)
(W5) = (Wt +W4)
𝑊𝑡
2) Gs = 𝑊5−𝑊3
Pekerjaan : Praktikum
No. Log bor :1
Lokasi : Lab Geoteknik
Kedalaman :0,5 m s/d 1,0 m
Jenis tanah : Asumsi pasir
Tanggal : 26 Februari 2018
Dikerjakan : Kelompok 2
Diperiksa : Asisten
PERHITUNGAN
1. Berat tanah kering = (Berat piknometer+tanah)-(Berat piknometer)
Wt = 74,20 – 44,81
Wt = 29,39 gr
W3 = 170,53 x 0,9936
W3 = 169,4386 gr
0,9982343
W4 = x (153,102 – 44,81) + 44,81
0,9973286
W4 = 153,2 gr
4. W5 = Wt + W4
= 29,39 + 153,2
= 182,59 gr
= 182,59 – 170,53
= 12,06 cm3
𝑊𝑡
6. Spesific Grafic = 𝑊5−𝑊3
29,39
= 182,59−170,53 = 2,43
5.11 Kesimpulan
Dari hasil pengujian diperoleh harga Specific Gravity (Gs) rata rata
berdasarkan perbandingan berat isi tanah dan air pada suhu 260 sebesar 2,43, sedikit
lebih rendah dari pada Gs tanah pada umumnya (2.6 – 2.75).
BAB VI
BATAS-BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)
BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)
(ASTM D-4318)
6.1 Tujuan
Untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas cari dalam
satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis, plastis, serta kemampuan dari tanah
(perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah, serta
untuk mengetahui apakah tanah mengandung zat-zat organis atau tidak.
6.3 Teori
Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air masing-
masing sample, kemudian digambar dalam bentuk grafik. Jumlah ketukan
(pukulan) sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma sedangkan nilai kadar
air sebagai sumbu tegak dengan skala
Dengan membuat garis lurus melalui titik-titik tersebut atau jika diperoleh
titik-titik tersebut tidak pada satu garis lurus, maka garis lurus dibuat sebagai garis
regresi linear dari ketiga garis tersebut. Kadar air pada batas cair ditentukan pada
jumlah ketukan (pukulan) 25. Kadar air inilah yang disebut batas cair (Liquid
Limit). Penentuan LL dapat juga ditentukan berdasarkan persamaan berikut :
𝑁 0,121
LL = 𝑤𝐿 = 𝑊𝑁 [25]
Semi Solid
Solid Plastis Cair
Semi Plastis
Ws Wp WL Kadar air (%)
4) Masukantanahdalammngkokkuningandanlakukanpengujianselama 30
menit;
5) Tambahakn air danadukkembaliselama 30 menit.
6.7 Perhitungan
Metode koreksi menggunakan nilai kadar air dikalikan dengan faktor koreksi
(k) dan banyaknya pukulan pada penutupan alur. Nilai batas cair dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus berikut :
𝑁 0,121
LL = 𝑤𝐿 = 𝑊𝑁 [25]
Atau
LL = k x wn
N = Jumlah pukulan yang menyebabkan tertutupnya alur pada kadar
air tertentu.
LL = Batas cair terkoreksi untuk tertutupnya alur pada 25 pukulan ( %)
Wn = Kadar air (%)
K = Faktor koreksi jumlah pukulan dan batas cair.
Pekerjaan : Praktikum
No. Log bor :1
Lokasi : Lab Geoteknik
Kedalaman :0,5 m s/d 1,0 m
Jenis tanah : Lempung
Tanggal : 5 Maret 2018
Dikerjakan : Kelompok 2
Diperiksa : Asisten
2. No Cawan
3. Berat Cawan + Berat Tanah Basah (gr) 27,23 28,88 21,00 18,62
4. Berat Cawan + Berat Tanah Kering (gr) 20,35 21,68 16,94 15,71
10.LL(%) 64
Perhitungan
Berat air = Berat cawan + berat tanah basah (gr) - Berat cawan + berat tanah kering (gr)
= 28,88 - 21,6
= 7,2 gr
Berat tanah kering = Berat cawan + berat tanah kering (gr) - Berat Cawan (gr)
= 21,6 - 10,21
= 11,49 gr
berat air
Kadar air = berat tanah x100%
kering
7,2
= 11,49 x100%
= 62,7 %
𝑁 0,121
Batas cair = 𝑊𝑁 [25]
30 0,121
= 62,7% [25]
= 64%
6.11 Kesimpulan
Dari data yang telah diperoleh menunjukan bahwa semakin banyak jumlah
ketukan, maka menunjukan semakin rendahnya kadar air yang terdapat pada tanah.
Batas cair yang diperoleh pada ketukan 25 adalah 64 %. Dengan menunjukan sifat
tanah lempung jika dilihat dari nilai – nilai Atterberg.
BAB VII
BATAS – BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)
BATAS PLASTIS (PLASTIS LIMIT)
(ASTM D-4318)
7.1 Tujuan
Untuk menetukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas plastis dalam
satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis, plastis, serta kemampatan dari tanah
( perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklarifikasikan tanah, serta
untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organis atau tidak.
7.3 Teori
Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan sutau tanah
yang merupakan kadar air pada keadaan plastis dan keadaan semi solid. Batas ini
didefinisikan sebagai kadar air yang dinyatakan dalam persen (%) dimana apabila
tanah digulung sampai mencapai diameter 1/8 inch (3.2 mm) menjadi retak-retak.
Ukuran keplastisan tanah disebut indeks plastis (PI), yaitu
PI = LL – P
𝑤−𝑃𝐿
IL= 𝐼𝑃
𝐿𝐿−𝑤
IC= 𝐼𝑃
7.7 Perhitungan
Hitung batas plastis , dinyatakan dalam persen, sebagai berikut:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
PL = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Pekerjaan : Praktikum
No. Log bor :1
Lokasi : Lab Geoteknik
Kedalaman : 0,5 m -1,0 m
Tanggal : 12 maret 2018
Dikerjakan : Kelompok 2
Dihitung : Kelompok 2
Diperiksa : Asisten
2. No Cawan 1 2
PERHITUNGAN
1. Berat Air
Berat Cawan + Berat Tanah Basah - Berat Cawan + Berat Tanah Kering
= 11,91 - 11,41
= 0,5 gram
3. Kadar Air
Berat Cawan + Berat Tanah Basah − Berat Cawan + Berat Tanah Kering
= Berat Cawan + Berat Tanah Kering −𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛
11,91− 11,41
= 11,41−10,16
= 40 %
5. indeks Plastisitas = LL – PL
= 64 % - 39 %
= 25 %
7.11 Kesimpulan
Pada pengujian ini diperoleh hasil batas plastis yang berdasarkan dari kadar
batas plastis sebesar 39% pada batasan yang digulung hingga 3 mm sampai terjadi
retakan. Nilai keplastisan sampel tanah (Plasticity Index) tersebut adalah 25 %.
BAB VIII
BATAS-BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)
BATAS SUSUT (SHRINKAGE LIMIT)
(ASTM D-4318)
8.1 Tujuan
Untuk menentukan kadar air suatu pada keadaan batas sudut dalam satuan
persen (%), dapat mengetahui sifat fisis, plastis, serta kemampatan dari tanah
(perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah, serta
untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organis atau tidak.
8.3 Teori
Tanah akan menyusut apabila air yang dikandung secara perlahan-lahan
hilang dari dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus-menerus tanah akan
mencapai suatu tingkat keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak
akan mengakibatkan perubahan volume. Kadar air dinyatakan dalam persen
diamana perubahan volume suatu massa tanah berhenti didefinisikan sebagai batas
susut. Batas susut dapat dihitung melalaui persamaan berikut :
𝑉𝑜 1
SL =(𝑊𝑜 − 𝐺𝑠)x 100%
𝑉 − 𝑉𝑜
SL = (𝑤 − ) 𝑥 100%
𝑊𝑜
𝑊𝑜
SR= .
𝑉𝑜
8.7 Perhitungan
1) Menghitung kadar air alami (w)
2) Menghitung beerat air raksa
Berat air raksa = (berat air raksa + dish kaca) – berat dish kaca
= (W5 – W1)
3) Menghitung Volume tanah basah
Volume berat kering = Volume cawan
4) Menghitung Volume tanah kering
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎
Volume berat kering = 𝐵𝐽 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎(13.6)
Pekerjaan : Praktikum
No. Log bor :1
Lokasi : Lab Geoteknik
Kedalaman : 0,5 m -1,0 m
Tanggal : 12 maret 2018
Dikerjakan : Kelompok 2
Dihitung : Kelompok 2
Diperiksa : Asisten
PERHITUNGAN
Berat air =Berat cawan + berat tanah basah (gr) - Berat cawan + berat tanah kering
= 34,56 - 27,08
= 7,48 gr
Berat tanah kering = Berat cawan + berat tanah kering (gr) - Berat Cawan (gr)
= 27,08 - 10,93
= 16,15 gr
berat air
Kadar air = x100%
berat tanah kering
7,48
= x100%
16,15
= 46,31 %
1
Volume tanah basah = 4 x 𝜋d2t
1
= 4 x 3,14 x (4,5)2 x 1,3
= 20,665125 cm3
𝑊
Volume contoh tanah kering =
ɣhg
209
=
13,5
= 15,48 cm3
( 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)
Batas susut = SL = 𝑊 − x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
(𝑉−𝑊𝑠 )
=W- x 100%
𝑊3 −𝑊1
(20,665−15,48)
= 46,31 - x 100%
16,15
= 14,20 %
8.11 Kesimpulan
Sample tanah yang didapatkan dari bab IV dengan menggunakan bor tangan
(hand boring) dikeluarkan dengan alat bernama extruder. Tanah yang lolos
saringan no.40 tersebut digunakan dalam percobaan Atterberg, yakni sebagai
berikut:
a.) Dalam hasil pengujian ini diperoleh nilai Liquid limit sebesar 64%
pada ketukan 25.
b.) Pada pengujian ini diperoleh hasil batas plastis sebesar 39% dari
ketukan ke-25 pada batasan yang digulung hingga 3 mm sampai terjadi
retakan. Nilai keplastisan sampel tanah (Plasticity Index) tersebut adalah
25%.
c.) Dari hasil pengujian ini diperoleh tingkat batas suatu benda kehilangan
kadar air/menyusut yang ditandai dengan berkurangnya suatu volume
massa tanah yakni nilai batas susut sebesar 14,20%.
BAB IX
ANALISA UKURAN BUTIR (GRAINSIZE ANALYSIS)
ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS)
(ASTM D-421)
9.1 Tujuan
Menentukan distribusi butiran suatu contoh tanah (pasir dan kerikil) sebagai
dasar untuk menklasifikasikan macam-macam tanah.
9.3 Teori
Secara umum tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu butiran padat, air dan udara.
Sifat-sifat suatu macam tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirannya.
Ukuran butiran menentukan klasifikasi tanah tersebut. Untuk butiran kasar dipakai
cara penyaringan dalam pentuan ukuran butiran tanah. Tanah dikeringkan dan
disaring pada serangkaian saringan dengan ukuran diameter kisi saringan tertentu
dari mulai yang kasar hingga yang halus. Dengan demikian butiran tanah terpisah
menjadi beberapa bagian dengan batas ukuran yang diketahui.
9.7 Perhitungan
1. Menghitung berat total
Berat total = Σ berat tanah yang tertahan dalam saringan
2. Menghitung berat tertahan untuk masing-masing ukuran saringan secara
kumulatif.
3. Menghitung presentase tanah yang tertahan pada setiap saringan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Persentase tanah tertahan = 𝑥100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Pekerjaan : Praktikum
No. Log bor :1
Lokasi :Lab Geoteknik
Kedalaman : 0.5 m -1.00 m
Tanggal : 26 Maret 2018
Dikerjakan : Kelompok 2
Dihitung :Kelompok 2
Diperiksa :Asisten
PERHITUNGAN
Diketahui : Berat Tertahan = 1 gr
Jumlah Berat Tertahan = 41 gr
Ditanyakan : a. Jumlah Persen Tertahan
b. Jumlah Persen Lolos
= 1.09 %
BAB X
ANALISA UKURAN BUTIR (GRAINSIZE ANALYSIS)
ANALISA LUMPUR (HYDROMETER ANALYSIS)
(ASTM D-422)
10.1 Tujuan
Menentukan persentase kadar lumpur dalam tanah (menentukan distribusi
butiran suatu contoh tanah lanau lempung).
10.3 Teori
Alat hidrometer yang digunakan makin lama makin turun ke bawah jika
lumpurmengendap, sehingga alat hidrometer pada waktu tertentu menunjukkan
angka nol dan hal ini berarti bahwa lumpur sudah mengendap. Percobaan ini
didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh dari suatu butiran didalam suatu
laruta, diameter butiran, berat jenis butiran, berat jenis larutan dan kepekaan larutan.
10.7 Perhitungan
𝑁
1. P =( ) x presentase lolos saringan no. 200
100
2. D = K x √𝐿/𝑡
30 𝜂
3. K = √
𝐺𝑠−1
Dimana :
VALUES OF K
TEMPERAT
URE SPESIFIC GRAVITY OF SOIL PARTICLES
°C 2.45 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
0.015 0.015 0.014 0.014 0.014 0.014 0.013 0.013 0.013
16 10 05 81 57 35 14 94 74 56
0.015 0.014 0.014 0.014 0.014 0.013 0.013 0.013 0.013
17 11 86 62 39 17 96 76 56 38
0.014 0.014 0.014 0.014 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013
18 92 67 43 21 99 78 59 39 21
0.014 0.014 0.014 0.014 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013
19 74 49 25 03 82 61 42 23 05
0.014 0.014 0.014 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.012
20 56 31 08 86 65 44 25 07 89
0.014 0.014 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.012 0.012
21 38 14 91 69 48 28 09 91 73
0.014 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.012 0.012 0.012
22 21 97 74 53 32 12 94 76 58
0.014 0.013 0.013 0.013 0.013 0.012 0.012 0.012 0.012
23 04 81 58 37 17 97 79 61 43
0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.012 0.012 0.012 0.012
24 86 65 42 21 01 82 64 46 29
0.013 0.013 0.013 0.013 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012
25 72 49 27 06 86 67 49 32 15
0.013 0.013 0.013 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012
26 57 34 12 91 72 53 35 18 01
0.013 0.013 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.011
27 43 19 97 77 58 39 21 04 88
0.013 0.013 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.011 0.011
28 27 04 83 64 44 25 08 91 78
0.013 0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.011 0.011 0.011
29 12 90 69 49 30 12 95 78 62
0.012 0.012 0.012 0.012 0.012 0.011 0.011 0.011 0.011
30 98 76 56 36 17 99 82 55 49
Catatan:
Bila dalam pengujian didapat Gs yang tidak persis sama, maka digunakan rumus
sebagai berikut :
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐺𝑠
Kkoreksi = K [ dari Gs terkecil ] . { 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 x ( K [ dari Gs terkecil ] – K [ dari
Gs besar]}
TABEL KOREKSI
HTDROMETER ANALYSIS
Catatan :
Bila dalam pengujian didapat Gs yang
tidak persis sama, maka digunakan
rumus sebagai berikut:
Konstanta =5
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐺𝑠
akoreksi = a [ 10.4
Tabel dari Gs terkecil
Faktor ] – { 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 x ( a [ dari Gs kecil ] – a [ dari Gs besar ]}
Koreksi
berdasarkan Temperatur
TEMPERATURE CORRECTION
FACTORS CT
TEMPERATUR CORRECTION
ºC FACTOR
CT
15 -1.10
16 -0.90
17 -0.70
Pekerjaan : Praktikum
No. Log bor :1
Lokasi : Lab geoteknik
Tanggal :
Dikerjakan : Kelompok 2
Dihitung :Kelompok 2
Diperiksa :Asisten
Berat Tanah Kering : 50 gram
PERHITUNGAN
Diketahui :t = 0,25
T = 27
Ra = 25
Ditanyakan :
a. Rc c. R
b. N d. D
e. %
Penyelesaian :
a. Rc = Ra -3
= 25 -3
= 22
𝑅𝑐 𝑥 𝑎
b. N =( 𝑊𝑠
) x 100% ; ws = berat tertahan di pan
12 𝑥 1.05
=( 53
) x 100%
= 23.77 %
c. R = Ra + 0,5
= 15 + 0,5
= 15.5
d. D = K x √𝐿/𝑡
13.75
= 0,01343 x √ 15
= 0.012
𝑁
e. P = (100) x presentase lolos saringan no. 200
23.77
= ( 100 ) x 57.61 %
= 13.69 %
120
100
80
% Lolos
60
40
20
0
0.0001 0.001 0.01 0.1 1 10
Φ Lubang saringan (mm)
10.10 Kesimpulan
Pada analisa butiran tanah melalui analisa tapis (Sieve Analysis) yang lolos
saringan No.200 adalah 57.61%, Kemudian hasil perhitungan analisis saringan dan
analisis hydrometer disatukan dalam sebuah grafik diameter dan % lolos saringan.
Dengan nilai diameter dan % lolos saringan hidrometer lebih kecil dari analisis
saringan.
BAB XI
PENYELIDIKAN TANAH DI LAPANGAN
SONDIR (CONE PENETRATION TEST / CPT )
(ASTM D – 3441 / SNI 2827-2008 )
11.1 Tujuan
Uji sondir dilakukan untuk mendapatkan nilai perlawanan penetrasi konus
(Qc), hambatan lekat (LF), jumlah hambatan lekat (JHL) dan friction ratio (FR)
pada setiap dalaman tanah, dan juga untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah
keras.
11.3 Teori
Yang dimaksud dengan Qc adalah perlawanan penetrasi konus atau
perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan
luas (kg/c𝑚2 ).
JHL adalah jumlah hambatan lekat perlawanan geser tanah terhadap selubung
biconus yang dinyatakan dalam per satuan panjang (Kg/cm).
11.7 Perhitungan
Perlawanan konus (qc)
Pkonus = Ppiston
qc x Ac = Cw x Api
Api = π (Dpi)2 / 4
Ac = π (Dc)2 / 4
Qc = pk x C0
Fs = pk x C1
Hambatan lekat = ( jp-pk) x C2
Fr = fs/qc
11.10
Perhitungan
Qc = Pk x C0
=6
Fs = (Jp-Pk) x C1
= 0.36
HL = (Jp-Pk) x C2
= 7.2
= 0 + 7,2
= 7.2
= (0,36 / 6) x 100 %
=6%
11.11 Kesimpulan
Pada data uji sondir yang kami terima dan kami olah, kami dapat
menyimpulkan bahwa elevasi mempengaruhi jumlah hambatan lekat, makin ke
dalam makin besar.
BAB XII
DINAMIC CONE PENETROMETER TEST (DCP)
12.1 Tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk dapat mengetahui kekuatan suatu pada
kedalaman ± 1,0 meter, yang dapat dikorelasikan dengan nilai CBR lapangan.
12.3 Teori
Pengujian ini biasanya digunakan untuk keperluan perkerasan jalan, untuk
mendapatkan nilai CBR lapangan suatu subgrade untuk dasar perkerasan jalan.
2) Baca posisi awal penunjuk mistar ukur (X0) dalam satuan mm yang
terdekat. Penunjukan X0 ini tidak perlu tepat pada angka nol (0) karena
nilai Xo akan diperhitungkan pada nilai penetrasi. Masukkan nilai Xo
pada formulir perhitungan data kolom ke-2 untuk tumbukan n=0 (baris
ke-1).
3) Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pegangan lalu lepaskan
sehingga menumbuk landasan penumbuk, ini menyebabkan konus
menembus tanah di bawahnya.
4) Baca posisi penunjukan mistar ukur (X1) setelah terjadi penetrasi.
Masukkan nilai X1 pada formulir pada kolom ke-2 pada baris ke-2 (n =
1), isilah kolom ke-3 pada formulir data yaitu selisih antara X1 dan X0
(X1 - X0 ).
5) Ulangi lagi prosedur 5 berulang kali sampai batas kedalaman yang akan
diperiksa. Masukkan data X2 ,X3 , .............Xn pada kolom ke-2 sesuai
dengan baris n = 2, n = 3, ............n=n
6) Isilah kolom ke-3 pada formulir data yaitu selisih antara nilai X1 dengan
X0 (1,2,3,4......n). Isilah kolom ke-4 mempergunakan tabel CBR
lapangan.
12.7 Perhitungan
3
∑(𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑥 3√𝐶𝐵𝑅 )
1. CBR rata-rata = ( ∑ 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ
)
12.8TabelHubungan
NILAI DCP DENGAN NILAI CBR LAPANGAN
Pekerjaan : DCP
No Log Bor :1
Lokasi : Depan lab
Kedalaman :
Jenis Tanah : Lempung
Tanggal : april 2018
Dikerjakan : Kelompok 2
Diperiksa :Asistenn
𝟑
NO Angka DCP Selisih CBR lapangan Selisih x √𝑪𝑩𝑹
(mm) (mm)
1 5.7 5.7 3.22 8.417055
2 11.3 5.6 3.25 8.294989
3 16.2 4.9 3.45 7.404046
4 21.5 5.3 3.47 8.023903
5 27.6 6.1 3.35 9.127351
6 32.3 4.7 3.47 7.115537
7 36.1 3.8 3.67 5.861457
8 40.1 4 3.81 6.247434
9 44.4 4.3 3.89 6.762672
10 49.2 4.8 3.9 7.555492
11 50.9 1.7 4.23 2.749344
12 52.6 1.7 4.54 2.81493
13 54.7 2.1 4.79 3.539955
14 57.4 2.7 4.96 4.60459
15 60.4 3 5.08 5.157143
16 62.4 2 5.30 3.487027
17 63.4 1 5.62 1.77792
18 64 0.6 5.98 1.08906
19 64.5 0.5 6.36 0.92638
20 65 0.5 6.73 0.944007
21 65.5 0.5 7.10 0.960999
22 66.1 0.6 7.46 1.172369
23 66.6 0.5 7.83 0.992866
24 67.2 0.6 8.19 1.209426
25 67.9 0.7 8.52 1.429699
26 68.5 0.6 8.87 1.242012
27 69.1 0.6 9.21 1.257683
28 69.6 0.5 9.57 1.06155
29 70 0.4 9.95 0.860335
30 70.4 0.4 10.32 0.87087
31 70.9 0.5 10.68 1.101101
𝟑
NO Angka DCP Selisih CBR lapangan Selisih x √𝑪𝑩𝑹
(mm) (mm)
32 71.3 0.4 11.05 0.890938
33 71.8 0.5 11.40 1.125309
34 72.3 0.5 11.75 1.136709
45 72.9 0.6 12.08 1.376703
70
71.3
72.9
74.9
76.9
78.6
81.1
84.6
88
90.1
92.6
96.9
0 5 10 15 20
CBR Lapangan
Gambar 12.1 grafik hubungan jumlah tumbukan DCP terhadap nilai CBR lapangan
Perhitungan
Data ke 50
Diketahui : Data ke 50 DCP = 84.6 mm
Data ke 51 DCP = 85.8 mm
Ditanya : a. Selisih
b. CBR Lapangan
c. CBR
Penyelesaian :
a. Selisih = Data ke 51 DCP - Data ke 50 DCP
= 85.8 – 84.6
= 1.2 mm
b. CBR Lapangan = log2,8135-1,313 log(84.6 : 50)
= 15.87 mm
3
∑(𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑥 3√𝐶𝐵𝑅 )
c. CBR Rata-rata =( )
∑ 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ
(178.7321 3
=( )
96.9
= 6.2753
12.10 Kesimpulan
Dari hasil percobaan DCP yang telah dilakukan pada kedalaman 1000 mm
didapatkan CBR lapangan terkecil adalah 5.7 mm sedangkan yang terbesar 96.9
mm dan menghasilkan CBR rata-rata sebesar 6.2753.
BAB XIII
STANDARD PENETRATION TEST (SPT)
(ASTM – 1452)
13.1 Tujuan
Untuk mengetahui nilai SPT pada setiap kedalaman 2m dimana untuk menguji
SPT dilakukan sedalam 45cm per interval kedalamannya dan untuk mendapatkan
parameter yang dikorelasikan berdasarkan nilai SPT. Parameter yang didapatkan
adalah Modulus Elastisitas (E), Berat Isi (𝛾), Poison Ration (v), Kohesi (c), Sudut
Geser (𝜑), Relative Density (Dr).
dimana :
N = harga yang dikoreksi.
N’ = harga yang didapat di lapangan.
Po = overburder pressure = h
Seringkali bila harga yang didapat tidak memenuhi, maka harga yang dipakai
adalah N’ sesuai dengan hasil pengujian.
Pada tanah berbutir amat halus, silty dan saturated sand, Terzaghi dan peck
menyarankan bahwa harga N harus dikoreksi bila harga tumbukan di lapangan > 15
dengan rumus :
1
N = 15 + 2 (N’ – 15)
Catatan :
Penetration number = jumlah tumbukan yang dibutuhkan untuk memasukan
split spoon pada 5 inch (15 cm) yang kedua pada 6 inchi (15 cm) ketiga pada 12
inchi (30 cm).
Biasanya harga N ditentukan tiap kedalaman 1 atau 2 meter. Penetration test
yang dilakukan pada gravel atau gravely soils dan silty sand cenderung memberikan
hasil yang memerlukan interpretasi yang teliti. Pada gravel yang lepas, rongga akan
terbentuk disebabkan karena gravel berpindah tempat karena tertekan oleh driving
shoe split spoon dimana hal ini akan memberikan harga penetrasi yang kecil,
sebaliknya bila penekanan pada sepotong batu yang besar, kemungkinan harganya
akan lebih besar.
13.6Perhitungan
Menghitung Nspt :
Nspt = N2 + N3
Dimana :
N2 = Jumlah tumbukan kedua yang dibutuhkan untuk mencapai 30 cm.
N1 = Jumlah tumbukan ketiga yang dibutuhkan untuk mencapai 30 cm.
13.7 Pelaporan
a. Menentukan nilai Nspt
b. Membuat Borlog
1 1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1
1
13.9 Kesimpulan
Dari data tersebut dapat menunjukan NSPT pada kedalaman tertentu dan dapat
menentukan jenis tanah seperti pada table di bawah ini :
E
Kedalaman NSPT Jenis Tanah Cu
𝛾 𝜙
(kN/m 2)
kN/m2
2.00 – 2.45 23 Pasir halus (hitam) 8700 15 36.61 0
4.00 – 4.45 32 SDA 11400 18 39.59 0
6.00 – 6.45 36 Pasir Halus (hitam) 16320 19 40.78 0
8.00 – 8.45 32 11400 16 39.59 0
10.00 – 10.45 35 12300 18 40.49 0
12.00 – 12.45 32 SDA 11400 18 39.59 0
14.00 – 14.45 21 8100 16 35.87 0
16.00 – 16.45 21 8100 16 35.87 0
18.00 – 18.45 22 Lempung lanau tupa 8400 16 0 132
20.00 – 20.45 35 SDA 12300 18 0 210
22.00 – 22.45 53 Lempung hitam 21760 21 0 318
24.00 – 24.45 65 21300 21 0 390
26.00 – 26.45 70 SDA 22800 23 0 420
28.00 – 28.45 >60 19800 23 0 360
BAB XIV
UJI PERMEABILITAS TANAH (PERMEABILITY TEST)
(ASTM – 2432)
TINGGI ENERGI JATUH (FALLING HEAD)
14.1 Tujuan
Untuk mengetahui nilai koefisien permeability (k) dari suatu contoh tanah
berbutir halus kemudian menentukan jenis tanah yang diuji.
14.5 Prosedur
a. Mengambil sample tanah undisturbed dari extruder.
b. Mencetak sample tanah undisturbed dengan cetakan permeabilitas.
Catatan :
Untuk mencetak tanah dilakukan dengan sample tanah diletakan dibawah
kemudian cetakan diletakan di atasnya kemudian ditekan hingga cetakan
seluruhnya terisi tanah.
c. Mengukur suhu air dengan thermometer.
Catatan :
Pengukuran suhu air dapat diasumsikan sama dengan suhu ruangan saat
praktikum sedang berlangsung.
d. Mengukur dan mencatat diameter dalam dari buret dan permeameter.
Catatan :
Pengukuran diameter pipa dapat dilakukan dengan pendekatan volume.
e. Mengukur panjang (L) dari sample tanah.
Catatan :
Untuk pengukuran diameter dalam dan L dari buret dan permeameter
sebaiknya tanyakan terlebih dahulu pada teknisi. Jika tidak ada maka ukur
sendiri diameter dalam dan L dengan penggaris yang presisi.
f. Masukkan sample tanah undisturbed kedalan permeameter, ratakan
permukaan sample tanah dengan pisau kawat. Bagian bawah sample
dikerik ± 2mm.
Catatan :
Pengerikan 2 mm dikarenakan dalam alat permeabilitas terdapat tonjolan
setinggi 2mm apabila tanah tidak dikerik dapat menyebabkan kebocoran
pada alat.
g. Menempatkan batu pori dibagian atas dan bawah dari permeameter,
sehingga benda uji yang sudah dilapis kertas saring terpit oleh kedua batu
pori.
14.6 Perhitungan
𝑎𝑙 ℎ1
𝑘 = 2,303 𝐿𝑜𝑔10
𝐴𝑡 ℎ2
Dimana :
A = Luas penampang melintang sampel tanah (cm2)
a = Luas penampang melintang buret
L = Panjang sample tanah yang dilalui air (cm)
h1 = Posisi ketinggian air pada saat t = 0 (cm)
h2 = Posisi ketinggian air pada saat t = t2 (cm)
t = Waktu berlangsungnya pembacaan antara h1 dan h2 (s)
14.7 Pelaporan
a. Koefisien Permeabilitas (k) dalam cm/s
b. Jenis tanah berdasarkan nilai k
No log bor :1
Pekerjaan : Praktikum
Lokasi : Lab Geoteknik
Dikerjakan : Kelompok 2
Dihitung : Kelompok 2
Diperiksa : Asisten
Perhitungan
Diketahui :
L = 55 cm t = 180
a = 2 cm2 h1 = 100
d = 5.5 cm h2 = 74.5
Ditanya :
A? Log h1/h2 ?
h1/h2 ? K?
Jawab
A = π r2
22
= x 2.752
7
= 23,77
100
h1/h2 = 74.5
= 1.34
Log h1/h2 = Log 1.34
= 0.13
𝑎𝑙 ℎ1
K = 2,303 𝐿𝑜𝑔10
𝐴𝑡 ℎ2
2 . 55 100
= 2,303 23,77 . 𝐿𝑜𝑔10 74.5
180
= 7.569 × 10-3
14.9 Kesimpulan
Dari data falling head yang di dapat menghasilkan h1 100 cm dan h2 64 cm
dan menghasilkan koefisien falling head (permabilitas) pada suhu ruang sebesar
7.569 × 10-3 maka termasuk jenis tanah pasir halus jika di lihat dari nilai koefisien
permeabilitas tanah saturated.
BAB XV
PENUTUP
A. kesimpulan
Ilmu Mekanika Tanah merupakan salah satu ilmu dasar penting yang akan
terus dipakai di bidang sipil yang bertujuan untuk menyelidiki sifat-sifat tanah
termasuk kekuatan tanah karena tanah merupakan dasar dari suatu bangunan.
Tujuan praktikum mekanika tanah 1 yaitu untuk mengetahui segi teknis dan
karakteristrik dari suatu tanah, mengetahui bentuk dan jenis tanah yang di pakai
dalam praktikum dan juga untuk mengetahui proses kerja suatu praktikum
mekanika tanah 1.
B. Saran
Demikianlah laporan hasil praktikum kami paparkan, besar harapan kami
untuk dapat memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah “MEKANIKA
TANAH 1”.
Kami benar-benar mendapat banyak manfaat setelah melakukan praktikum
ini, tidak hanya mengerti teori tetapi juga bias membuktikannya dengan melakukan
praktikum. Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” begitu pula dengan
hasil laporan ini yang tentunya ada kekurangan. Oleh karena itu kami meminta maaf
dan menerima kritikan serta saran yang membangun agar kami dapat membuat
laporan yang lebih baik.