Anda di halaman 1dari 54

i

PROPOSAL PENELITIAN

REKAYASA TEKNOLOGI BAHAN DENGAN


MENGGUNAKAN BETON POROUS YANG RAMAH
LINGKUNGAN

HALAMAN JUDUL

RUHANA
219 190 011

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2022
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

REKAYASA TEKNOLOGI BAHAN DENGAN


MENGGUNAKAN BETON POROUS YANG RAMAH
LINGKUNGAN

RUHANA

NIM. 21919006

Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti seminar proposal

Parepare, 22 Agustus 2022

Komisi pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Mustakim, ST.,MT
Dr.adnan ST,.MT
NBM. 103 472
NBM. 933 291

Mengetahui:

Ketua Program Studi

Mustakim, ST.,MT

NBM. 103 4728


iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Batasan Masalah 4

E. Manfaat Penelitian 5

F. Sistematika Penulisan 6

BAB II 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

A. Beton 8

B. Material Penyusun Beton 13

D. Penelitian Terdahulu 27
iv

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu 29

BAB III 32

METODOLOGI PENELITIAN 32

A. Jenis Penelitian 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 32

C. Alat dan Bahan Penelitian 32

D. Prosedur Standar Penelitian 34

F. Teknik Analisis Data 40

G. Diagram Alur Penelitian 42

DAFTAR PUSTAKA 43
v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Susunan oksida semen portland.......................................................16

Tabel 3. 1 Volume agregat kasar per satuan volume beton (Sumber: SNI

7656:2012) 37
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1Bagan Alur Penelitian 42


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beton berongga (porous concrete) adalah beton tanpa agregat halus dan

hanya terdiri dari agregat kasar, semen dan air serta bahan kimia tambahan. Beton

non pasir memiliki volume pori tinggi, yang mengakibatkan kekuatannya rendah

dan bersifat ringan. Beton non pasir memiliki banyak nama yang berbeda

diantaranya adalah beton tanpa agregat halus (zero-fines concrete), beton yang

dapat tembus (pervious concrete), dan beton berpori (porous concrete) (Harber,

2005). Beton porous adalah jenis beton khusus dengan porositas tinggi yang

diaplikasikan sebagai plat beton yang memungkinkan air hujan dan air dari

sumber-sumber lain untuk dapat melewatinya, sehingga mengurangi limpasan

permukaan dan meningkatkan muka air tanah (NRMCA, 2004). Aplikasi umum

untuk beton porous adalah untuk lapangan parkir, trotoar, jalan setapak, lapangan

tenis, taman, stabilisasi lereng, teras kolam renang, lantai rumah kaca, area kebun

binatang, bahu jalan, drainase, peredam kebisingan, lapisan permukaan untuk

perkerasan jalan raya, lapisan permeabel di bawah perkerasan beton, dan jalan

dengan volume lalulintas rendah. Beton yang dapat tembus umumnya tidak

digunakan untuk perkerasan dengan lalu lintas padat dan beban roda berat (Obla,

2007).

Dengan rongga-rongga yang saling berhubungan maka air dapat masuk

kedalam tanah. Rongga-rongga tersebut juga bermanfaat untuk menyaring kotoran


2

sehingga tidak terbawa kedalam tanah atau saluran air. Di atas beton berongga

dapat ditutupi tanah, ditanami rumput dan bawah rerumputan diharapkan sejumlah

mikroba dapat hidup. Rerumputan tersebut bersama dengan rongga-rongga yang

tidak tidak tertutupi tanah dapat menyerap energi sinar matahari. Penggunaan

beton berongga sebagai lapisan permukaan jalan dapat menjadi salah satu metode

untuk memperbaiki siklus hidrologi air dan menanggulangi efek pemanasan efek

pemanasan global.

Penggunaan beton porous ini paling banyak adalah untuk lapisan

perkerasan jalan dengan lalulintas rendah,lapangan parkir,Tempat perjalan kaki

dan taman agar air tidak lama tergenang dan dapat diserap kedalam tanah.Selain

itu kuat tekannya juga cenderung rendeh.oleh karena itu beton porous tidak bisa

diaplikasikan pada elemen struktur yang vital.Keunggulan utama beton ini adalah

bisa meneruskan Air.bobot lebih ringan dari beton biasa,kemampuan meredam

suara dan panas lebih baik karena adanya rongga dalam beton.sedangkan

kekurangannya adalah kuat tekan yang rendah,tidak bisa diberi tulangan sehingga

pemanfaatannya masih sangat terbatas.Beton porous juga dikenal sebagai beton

permeable atau beton berpori menjadi salah untuk melayani fungsi struktur yang

dibutuhkan,serta memungkinkan semua air hujan atau air dari sumber lain untuk

meresap dan bergabung dengan air tanah Cara ini efektif untuk meminalkan

limpasan dan lapis perkerasan sehingga membantu dalam pengisian air tanah dan

pengolahan air hujan.

Meskipun terdapat beragam kelebihan pada beton porous, namun beton

yang memiliki celah antar agregatnya ini juga memiliki kekurangan, yaitu
3

kekuatan yang relatif rendah dibanding beton konvensional karena menghilangkan

atau hanya menggunakan sedikit agregat halus sehingga meningkatkan celah yang

ada. Namun jika celah diminimalisir dengan menggunakan lebih banyak agregat

halus, air tidak dapat mengalir melewati beton porous ini. Ukuran agregat dan

campuran air dan semen yang benar menjadi penentu kuat atau tidaknya beton

porous.Dari beberapa uraian yang telah dibahas diatas, Melatarbelakangi penulis

untuk mengambil penelitian mengenai “Rekayasa Teknologi Bahan Dengan

Menggunakan Beton Porous Yang Ramah lingkungan”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pengaruh kuat tekan serta permeabilitas beton porous berdasarkan

agregat kasar yang digunakan?

2. Bagaimana hasil Penerapan Penanaman rumput 0,5 x 3 x 0,1 m di atas beton

porous untuk melihat porositasnya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui pengaruh kuat tekan serta permeabilitas beton porous agregat

kasar yang digunakan.

2. Mengetahui hasil penerapan penanaman rumput 0,5 x 3 x 0,1 m di atas beton

porous untuk melihat porositasnya.

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan, maka

diperlukan pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut:


4

1. Perencanaan campuran beton sesuai SNI 7656:2012.

2. Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 25 Mpa.

3. Pengujian yang dilakukan pada uji selinder adalah kuat tekan,kuat tarik

belah,kuat lentur dan Penanaman Rumput diatas Beton berongga 3m x 0,5m x

0,1m.

4. Standar pengujian kuat tekan benda uji menggunakan SNI 1974:2011.

5. Nilai slump yang digunakan 75 – 100 mm dan pengujian slump dilakukan

sesuai dengan SNI 1972:2008.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil dari penelitian ini dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan

dengan mengurangi betonisasi menggunakan beton konvensional,

2. Dapat menghindari bencana banjir yang merugikan masyarakat serta dapat

pula meningkatkan kualitas air tanah karena terfiltrasi lewat beton porous.

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan yang dapat disajikan sebgai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori teori yang menyangkut tentang penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN


5

Bab ini menguraikan mengenai metode metode yang akan digunakan dalam

penelitian baik dari jenis penelitiannya,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil yang telah dicapai dari penelitian yang telah dilakukan

dari hasil uji laboratorium.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh penulisan, serta saran-saran yang

dikemukakan berupa sumbangan pemikiran penulis tentang permasalahan tersebut

diatas.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beton Porous

Beton berongga (porous concrete.pervious concrete,no file concrete,

permeable concrete) adalah beton tanpa agregat halus dan hanya terdiri dari

agregat kasar, semen dan air serta bahan kimia tambahan. Dengan rongga-rongga

yang saling berhubungan maka air dapat masuk kedalam tanah. Rongga-rongga

tersebut juga bermanfaat untuk menyaring kotoran sehingga tidak terbawa

kedalam tanah atau saluran air.

Di atas beton berongga dapat ditutupi tanah ,ditanami rumput dan bawah

rerumputan diharapkan sejumlah mikroba dapat hidup. Rerumputan tersebut

bersama dengan rongga-rongga yang tidak tidak tertutupi tanah dapat menyerap

energi sinar matahari. Penggunaan beton berongga sebagai lapisan permukaan

jalan dapat menjadi salah satu metode untuk memperbaiki siklus hidrologi air dan

menanggulangi efek pemanasan efek pemanasan global.

Beton porous diperoleh dengan menghilangkan agregat halus dari

campuran sehingga didapat aglomerasi nominal partikel agregat kasar satu

ukuran, yang masing-masing diselimuti oleh lapisan pasta semen sampai Brooks,

2010). Berdasarkan ACI 522R-10 mix design untuk 1 m3 pervious concrete

terdiri dari: semen (270 - 415 kg), agregat (1190 - 1480 kg), factor air semen (0,27

– 0,34), dan menggunakan chemical admixtures. Abadjieva dan Sephiri (2000)

melakukan penelitian beton non pasir dengan perbandingan berat agregat dengan
7

semen dari 6 : 1 sampai 10 :1. Kuat tekan beton non pasir pada umur 28 hari

bervariasi antara 1,1 sampai 8,3 MPa, tergantung pada perbandingan agregat

dengan semen, dan penurunan terjadi dengan meningkatnya perbandingan agregat

dengan semen. Campuran dengan perbandingan agregat dengan semen 6 : 1

merupakan yang terkuat. Kuat tekan beton non pasir lebih rendah dari kuat tekan

beton normal konvensional disebabkan oleh peningkatan porositas. Gradasi

adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Jika butir agregat memiliki ukuran

yang sama (seragam) maka volume pori besar. Jika butir agregat memiliki ukuran

bervariasi maka volume pori kecil, karena butiran yang kecil mengisi pori diantara

butiran yang lebih besar sehingga porinya sedikit dan kepampatannya tinggi.

Gradasi seragam adalah gradasi yang memiliki ukuran sama atau seragam,

sedangkan gradasi menerus adalah gradasi yang memiliki semua ukuran butir dan

terdistribusi dengan baik (Tjokrodimuljo, 1996).

Pada pembuatan beton porous biasanya disarankan untuk menggunakan

agregat kasar bergradasi seragam. Agregat kasar bergradasi seragam sulit

didapatkan di pasaran dan biasanya yang tersedia adalah agregat kasar bergradasi

menerus.Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian mengenai

perbandingan kuat tekan dan porositas beton poros menggunakan agregat kasar

bergradasi seragam dengan gradasi menerus. pendahuluan agregat kasar (kerikil),

pengujian kuat tekan, pengujian porositas, dan pengujian berat volume beton

porous.
8

B. State of art Beton Berongga

Di indonesia sekarang ini, jumlah limbah batu bara berupa abu terbang (fly

ash) akan terus bertambah karena semakin banyak pabrik dan pembangkit listrik

yang mengalihkan sumber energinya dari bahan bakar minyak ke batu bara. Fly

ash merupakan residu pembakaran batubara. Selain itu di indonesia terdapat

pabrik besi dan tembaga yang juga menghasilkan limbah berupa terak besi dan

terak tembaga mengandung silika (siO2) dalam jumlah besar sehingga dapat

dikategorikan sebagai bahan pozzolan. Pencampuran abu terbang,terak besi dan

terak tembaga yang mengandung pozzolan dengan klinker semen portland

Komposit dan semen portland pozzolan, kedua semen itu merupakan langkah

nyata dari penerapan teknologi material berkelanjutan (sustainable material

technology), yang menurunkan konsumsi energi dan mengurangi penggunaan

sumber alam tidak terbarukan untuk memproduksi semen (S.Antiohos et.al,2005).

Semen portland komposit dikategorikan sebagai CEM II menurut standar Eropa

EN 197-1:2011,Semen ini relatif baru di Indonesia karena baru diproduksi pada

tahun 2005,namun di Eropa pangsa pasar semen kategori CEM II telah 50% lebih

besar dari semen portland jenis 1 yang hanya sekitar 35%.Gambar 5S

memperlihatkan beton berongga memiliki permeabilitas terhadap air. American

Concrete Institute (ACI S22R06, Pervious Concrete) telah membuat informasi

teknik mengingat metode desain, material, karakteristik, proporsi campuran,

metode pelaksanaan, pengujian dan pengawasan beton berongga. Penulis telah

menggunakan semen Portland jenis II, semen Portland Pozolan dan semen
9

Portland Komposit sebagai bahan pengikat (binding material) pada beberapa

penelitian mengenai beton berongga.

Beton berongga digunakan sebagai lapisan permukaan pada daerah

pedestrian seperti tempat pejalan kaki (pedestrian walkways) di taman, trotoar dan

untuk kendaraan angan Night vehic) seru pada Gambar 6. Gambar 7 menunjukkan

beton berongga telah digunakan sebagai bottom hijau melindungi tanggul sungai

di Icpang (Motwhatu Tama, 2001) Beton berongga juga digunakan untuk

menyerahkan 3w (Sung Bum Park dan Mang Tia, 2004) Selam sifat mekanik,

maka mikrostruktur, ikatan antara material dan permeabilitas adalah karakteristik

penting pada beton berongga (Dale P.Bentz, 2008). Di Eropa, beton berongga

digunakan meredam kebisingan lalu lintas, meningkatkan ketahanan gelincir jalan

dan permeabilitasnya digunakan meneruskan air ke dalam tanah sehingga

digunakan dalam manajemen hidrologi perkotaan (Dionys Van Gemert et.al,

2003).

1. Klasifikasi Beton

Beton porous memiliki kuat tekan yang tergolong rendah apabila

dibandingkan dengan kuat tekan beton konvensional. Menurut ACI522R10 (2010)

menyatakan bahwa kuat tekan ratarata beton porous berkisar antara 2.8MPa

sampai dengan 28 MPa,sehingga aplikasi beton porous hanya cocok untuk

diaplikasikan pada perkerasan jalan dengan intensitas beban lalu lintas ringan

seperti trotoar, tempat parkir, jalur pejalan kaki, jalan-jalan perumahan dan taman.
10

a) Porositas beton porous

Porositas merupakan suatu rasio antara volume rongga-rongga udara

terhadap volume total dari keseluruhan benda uji beton porous. Pada beton porous

nilai porositas sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya rongga udara yang

dihasilkan. Semakin besar rongga udara, maka nilai porositas juga semakin besar

yang berarti beton porous dapat mengalirkan air dengan cepat. Semakin besar

nilai porositas, maka kekuatan beton porous menjadi semakin berkurang karena

terjadinya penurunan ikatan-ikatan antar agregat dengan semen.

b) Permeabilitas beton porous

Permeabilitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh batuan

untuk meloloskan cairan melalui rongga-rongga yang saling berhubungan.

Menurut ACI 552R-10 (2010) menyatakan bahwa nilai permeabilitas pada beton

porous yang diperoleh berkisar antara 0.14-0.22cm/detik. Untuk mengetahui nilai

permeabilitas pada beton porous dapat ditentukan dengan melakukan pengujian

yang menggunakan prinsip falling head permeability, yaitu dengan mengukur

waktu yang dibutuhkan oleh ketinggian air jatuh dari batas atas sampai batas

bawah. Nilai permeabilitas biasanya disajikan dalam satuan cm/detik.

c) Pengaruh kadar air pada beton porous

Kadar udara sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton terutama kuat

tekan. Semakin besar nilai kadar udara pada beton maka kuat tekan beton yang

didapatkan semakin kecil, dan sebaliknya semakin kecil nilai nilai kadar udara pa-
11

da beton maka kuat tekan beton yang didapatkan relative semakin besar. Rasio

kehilangan kekuatan pada beton dapat dilihat dari besarnya rasio kadar udara yang

terdapat pada beton.

2. Kelebihan Dan Kekurangan Beton

Beton mempunyai fungsi yang penting dalam suatu bangunan kontruksi

yang digunakan baik untuk struktur rumah tinggal, gedung bertingkat, dan

berbagai macam infrastruktur yang lain.

Beton memiliki beberapa kelebihan seperti :

1. Manajemen efektif untuk aliran air hujan

2. Mengurangi kontaminasi di aliran air

3. Mengisi kembali persediaan air tanah

4. Mengurangi efek panas bumi

5. Mengurangi suara ribut akibat interaksi antara ban dan jalan

Namun beton juga memiliki kekurangan seperti :

1. Pemakaian terbatas untuk kendaraan berat di lalu lintas padat.

2. Praktek konstruksi khusus.

3. Sensitif terhadap konten air dan control dalam beton segar.

4. Kekurangan metode percobaan yang distandarisasi.

5. Perhatian khusus dan pemeliharaan dalam desain untuk tipe tanah tertentu.

6. Perhatian khusus mungkin diperlukan untuk tanah dengan kandungan air

tanah yang tinggi.

3. Faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton

Faktor yang berpengaruh terhadap kuat tekan beton adalah :


12

a. Umur beton

Karena semakin lama umur beton maka peningkatan kuattekannya pun

akan semakin menurun, hal ini tidak dapat dilihat pada umur beton muda seperti

28 hari karena biasanya pada umur tersebut beton masih mengalami peningkatan,

tetapi jika beton sudah berumur 360 hari ke atas baru akan terlihat penurunan

tersebut .

b. Workability pada saat pengerjaan beton

Karena biasanya pada beton normal beton yang memiliki workability yang

tinggi akan cenderung mengalami segregasi dan bleeding yang menyebabkan nilai

kuat tekannya pun menurun.

c. Gradasi butiran

Pada saat pembuatan sampel beton tentu dibutuhkan gradasi yang tidak

seragam dari gradasi yang paling kecil hingga besar untuk mengisi rongga -

rongga atau celah pada saat pembuatan cetakan/silinder beton. Hal ini sangat

berpengaruh karena jika jumlah gradasi agregat kasar yang seragam terlalu besar

maka rongga-rongga pada beton tidak akan tertutup sempurna dan mengakibatkan

terjadinya lubang - lubang atau keropos pada bagian beton, yang akan berakibat

pada kekuatan beton yang menurun


13

C. Material Penyusun Beton

Beton Berongga Sebagai Perkerasan Kaku dan Beton Hijau (Green

Concrete) penggunaan semen Portland jenis 1 sebagai bahan pengikat beton

berongga. Pengujian kuat tekan dan kuat lentur dilaksanakan untuk menguji

kekuatan beton berongga sebagai bahan perkerasan kaku. Selain itu sepetak

hamparan beton berongga ditanami rumput untuk mengevaluasi kemampuan

beton berongga sebagai beton hijau (green concrete) yang ramah terhadap

lingkungan.

Salah satu faktor yang menentukan dalam mendesain perkerasan kaku

adalah kuat lentur. Kuat lentur untuk perkerasan kaku berdasarkan Tabel

Perencanaan Jalan Beton Semen Untuk Lalu Lintas Rendah dan Menengah adalah

lebih besar dari 3,8 MPa (sumber : Thickness Design for Concrete Highway and

Street Pavements, American Concrete Pavement Association dalam Warta Semen

dan Beton Indonesia, 2003).

1. Semen Portland Jenis 1

Beton berongga dibuat dengan menggunakan semen Portland jenis 1

(Ordinary Portland Cement) yang tersedia di pasaran dan diproduksi oleh salah

satu produsen semen nasional di Sulawesi Selatan. Semen Portland jenis 1

memenuhi persyaratan SNI 15-20492004 dimana sifat fisiknya.

Agregat Kasar dan Mix Design Beton Berongga

Agregat sebagai bahan pengisi yang memberikan sifat kaku dan stabilitas

dimensi dari beton.Agregat halus sebaiknya berbentuk bulat dan halus

dikarenakan untuk mengurangi kebutuhan air. Agregat halus yang pipih akan
14

membutuhkan air yang lebih banyak dikarenakan luas permukaan agregat (surface

area) akan lebih besar. Semen Portland Jenis 1

Beton berongga dibuat dengan menggunakan semen Portland jenis 1

(Ordinary Portland Cement) yang tersedia di pasaran dan diproduksi oleh salah

satu produsen semen nasional di Sulawesi Selatan. Semen Portland jenis 1

memenuhi persyaratan SNI 15-20492004 dimana sifat fisiknya.

Tabel 2.1 Susunan oksida semen portland

No. Oksida Persentase


1 Kapur (Ca 04) 60 – 65
2 Silika (SiO2) 17 – 25
3 Aluminia (Al2O3) 3–8
4 Besi (Fe2O3) 0,5 – 6
5 Magnesia (MgO) 0,5 – 4
6 Sulfur (SO3) 1–2
7 Soda / Portash (Na2O + K2O) 0,5 – 1

Menurut SII 0031-81 (Tjokrodimulyo, 1996), semen Portland dibagi

menjadi lima jenis, namun untuk penggunaan umum biasanya hanya digunakan

jenis semen tipe 1 (satu) karena tidak memerlukan persyaratan khusus terhadap

panas hidrasi dan kekuatan tekan awal serta cocok dipakai pada tanah dan air yang

mengandung sulfat antara 0-0,10%.

a. Tipe I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan

persyaratan persyaratan khusus.

b. Tipe II : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.


15

c. Tipe III : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan

awal yang tinggi.

d. Tipe IV : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut

persyaratan panas hidrasi rendah.

e. Tipe V : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut

persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.

Untuk keperluan campuran pembuatan beton, semen harus memenuhi syarat-

syarat sesuai dengan Standar Normalisasi Indonesia (SNI) sebagai berikut:

a. Waktu pengikatan awal untuk segala jenis semen tidak boleh kurang dari

1jam (60 menit).

b. Pengikatan awal semen normal 60 – 120 menit.

c. Air yang digunakan memenuhi syarat air minum, yaitu bersih dari zat

organis yang dapat mempengaruhi proses pengikatan awal.

d. Suhu ruangan 23° c.

2. Agregat Kasar dan Mix Design Beton Berongga

Batu-batu kali yang berasal dari Sungai Jeneberang, Sulawesi Selatan,

diolah menjadi batu pecah dan dijadikan sebagai agregat kasar. Tabel 21

memperlihatkan sifat-sifat fisik agregat kasar.

Mix desain beton berongga dalam Im³ beton diperlihatkan pada Tabel 22.

Nilai persentase volume pori yang ingin dicapai adalah sebesar 15%±5%. Mix

desain ini menggunakan bahan kimia tambahan (gabungan retarder dan

plasticizer) sebesar 0,2% dari berat semen pada pembuatannya.


16

Pencampuran material-material dilaksanakan dengan menggunakan pan

mixer di laboratorium. Setiap kali pencampuran dibuat 40 liter. Pencampuran

dengan komposisi material yang sama dilakukan empat kali pada suhu ruangan

26º C.

3. Pengukuran Berat Jenis dan Persentase Volume Pori

Sebelum pengujian kuat tekan dilaksanakan, benda uji silinder digunakan

untuk pengukuran berat jenis dan persentase volume pori atau rongga dari beton

berongga. Benda uji silinder memiliki diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.

Benda uji silinder dikeringkan hingga kondisi kering permukaan setelah benda uji

dikeluarkan dari dalam air. Benda uji ditimbang dan diukur untuk mengetahui

berat jenis dan persentase volume porinya. Persentase volume pori dihitung

dengan rumus berikut,

Vp(Vs - Vpo)/Vs x 100% ....(1)

Dimana,

Vp = Persentase volume pori(%)

Vs =volume silinder (liter)

Vpo=volume pori (liter)

dan untuk mendapatkan Vpo digunakan rumus berikut,

Vpo —(Wa — Ww)/yw .... (2)

dimana,

Wa=berat silinder di udara (kg)

Ww=berat silinder di air (kg)

Yw=berat jenis air (1 kg/liter)


17

4. Pengujian Kuat Tekan

Pembuatan benda uji untuk kuat tekan adalah dengan cara memasukkan

beton berongga yang masih segar (fresh concrete) secara tiga lapis ke dalam

cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan cara menusuk-nusuknya dengan sebatang

besi tumpul berdiameter 1 cm sebanyak 25 kali kemudian ditumbuk sebanyak 25

kali dengan balok kayu. Pengujian kuat tekan dilaksanakan pada umur 28 hari

berdasarkan ASTM C39/C39M-01.

Kuat tekan beton merupakan kemampuan beton untuk menerima tekanan

yang berupa gaya tekan per satuan luasnya. Kuat tekan beton dapat diketahui

dengan pengujian dengan menggunakan sampel beton berbentuk silinder dengan

diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Kuat tekan beton dapat diketahui dalam

umur 28 hari dan dinyatakan dalam satuan Mpa. Selama 28 hari, beton disimpan

dan dirawat dengan suhu dan kelembaban yang tetap.

Adapun kuat tekan beton dapat dirumuskan sebagai berikut :

' P
f c=σ=
A
.............................................................................(1)

Dimana :

f’c = σ = Kuat tekan Beton (Mpa)

P = Beban maksimum (N)

A = Luas permukaan sampel (mm2)

Menurut SNI 2847:2013, Untuk beton struktur, Kuat tekan f’c tidak boleh

kurang dari 17 MPa.Nilai maksimum f’c tidak dibatasi kecuali bilamana dibatasi

oleh ketentuan standar tertentu.


18

5. Pengujian Kuat Lentur

untuk kuat lentur adalah balok yang berukuran 100 mm x 100 mm x 400

mm yang memenuhi persyaratan JIS A 1106 - 1999. Pembuatan benda uji untuk

kuat lentur adalah dengan cara memasukkan beton berongga secara dua lapis ke

dalam cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan cara menusuk-nusuknya dengan

sepotong besi tumpul berdiameter 1 cm sebanyak 25 kali kemudian ditumbuk

sebanyak 25 kali dengan balok kayu. Pengujian kuat lentur dilaksanakan pada

umur 28 hari dan berdasarkan modifikasi JIS A 1106 -1999. Untuk memahami

hubungan beban lentur (P) dengan lendutan (5) maka di tengah bentang

diletakkan pengukur lendutan. Pengukur lendutan tersebut memenuhi persyaratan

JIS B 7503.

6. Perawatan Benda Uji

Setelah 24 jam benda-benda uji silinder dan balok dikeluarkan dari dalam

cetakan. Seluruh benda uji dirawat di dalam air dengan suhu 20º±3ºC hingga

umur 28 hari berdasarkan ASTM C192/C192M02. Perendaman ini dimaksudkan

agar proses hidrasi berjalan baik.

7. Pengujian Penanaman Rumput diAtas Beton Berongga

Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan beton berongga

untuk ditanami rumput. Beberapa potongan balok yang telah digunakan untuk

menguji kuat lentur diletakkan di atas tanah. Potongan balok-balok tersebut

kemudian ditutupi dengan tanah dan akar rumput atau rumput yang telah

mengering di atasnya.
19

D. Penelitian Terdahulu

1. Berat Jenis dan Persentase Volume Pori

Hasil pengukuran berat jenis beton berongga dengan komposisi yang sama

untuk tiap-tiap pencampuran diperlihatkan pada abad 9. Setiap nilai berat jenis

adalah rata-rata dari berat jenis dua buah benda uji silinder.

Berat jenis Beton berongga dengan komposisi yang sama adalah sebesar 1986

kg/m³ hingga 2073 kg/m³ dengan nilai rata-rata 2021 kg/m³.standar deviasinya

adalah sebesar 47,39 kg/m³. Hasil ini menunjukkan bahwa karena tidak

mengandung agregat halus maka beton berongga yang menggunakan semen

Portland jenis 1 memiliki berat jenis yang lebih rendah dari berat jenis beton

normal.

Persentase volume rongga diperlihatkan pada Gambar 10. Setiap nilai dari

persentase volume rongga adalah hasil rata-rata pengukuran rongga dari dua

benda uji silinder. Persentase volume rongga adalah sebesar 14,41% hingga

18,66% dimana nilai rata-rata dan standar deviasinya adalah masing-masing

16,77% dan 2,26%. Hasil ini menunjukkan bahwa komposisi campuran beton

berongga telah optimum sehingga yang dihasilkan memenuhi persentase volume

rongga yang diinginkan (15% ± 5%).

2. Hasil Pengujian Kuat Tekan dan Kuat Lentur

Hasil pengujian kuat tekan beton berongga dengan komposisi yang sama

dan dibuat dalam 4 kali pencampuran. Setiap nilai kuat tekan adalah rata-rata dan

kuat tekan dua buah benda wi silinder.


20

Beton berongga dengan komposisi yang sama memiliki kuat tekan sebesar 16,16

MPa hingga 17,31 MPa. Kuat tekan rata-rata dan standar deviasinya adalah

masing-masing sebesar 16,88 MPa dan 0,5 gts Hasil ini menunjukkan bahwa kuat

tekan beton berongga sera dan tidak berubah-ubah sehingga kualitasnya dapat

dijaga baik.

Hasil pengujian kuat lentur beton dengan komposisi yang sama pada

pencampuran pertama keempat. Setiap nilai kuat lentur adalah hasil dari dua

Benda uji balok Beton berongga memiliki kuat lentur sebesar 4,36 MPa hingga

5,08 MPa. Kuat lentur rata-rata dan standar deviasinya adalah masing masing

sebesar 4,70 MPa dan 0,3 MPa. Hasil ini menunjukan bahwa kuat lentur beton

berongga mampu memenuhi standar untuk kuat lentur perkerasan kaku yaitu lebih

besar dari 3,8 MPa. Beton berongga yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki

kuat tekan 3,6 kali lebih besar dari kuat lenturnya. Observasi visual terhadap

seluruh benda uji silinder dan balok menunjukkan bahwa pasta semen dapat

menyelimuti agregat-agregat kasar dengan baik sehingga memberikan ikatan yang

kuat antara butir-butir agregat kasar. Hal ini meningkatkan kekuatan beton

berongga. Ikatan yang kuat antara pasta semen dan agregat kasar membuat kedua-

duanya secara bersamaan menerima beban sehingga kerusakan yang terjadi adalah

bersamaan pada pasta dan agregat kasar.


21

Hubungan beban lentur (P) dengan lendutan di tengah bentang (6).

Lendutan yang terjadi di tengah bentang adalah sebesar 0,19 mm hingga 0,25 mm.

Selama menerima beban lentur seluruh benda uji tidak memperlihatkan retak pada

pasta semennya yang menyelimuti agregat. Seluruh benda uji langsung patah

sambil mengeluarkan bunyi ketika beban puncak tercapai. Hasil ini menunjukkan

bahwa benda uji bersifat getas. Hubungan antara beban lentur (P) dengan lendutan

di tengah bentang (5) bersifat linear terjadi hingga beban lentur (P) sebesar 1075 -

206 dari Pernak: Perbandingan antara lendutan di tengah bentang (5) dengan

panjang bentang (L350 mm) adalah sekitar 1: 1400 hingga 1:1850.

Selama menerima beban lentur seluruh benda uji tidak memperlihatkan

retak pada pasta semennya yang menyelimuti agregat. Seluruh benda uji langsung

patah sambil mengeluarkan bunyi ketika beban puncak tercapai. Hasil ini

menunjukkan bahwa benda uji bersifat getas. Hubungan antara beban lentur (P)

dengan lendutan di tengah bentang (5) bersifat linear terjadi hingga beban lentur

(P) sebesar 10% - 20% dari Pmas. Perbandingan antara lendutan di tengah

bentang (5) dengan panjang bentang (L350 mm) adalah sekitar 1: 1400 hingga

1:1850.

3. Hasil Pengujian Penanaman Rumput diAtas Beton Berongga

Balok yang telah mengalami uji lentur disusun secara rapi di atas tanah

kosong. Potongan-potongan balok tersebut ditutupi dengan tanah, akar rumput

dan rumput kering diletakkan di atas tanah pada beton berongga, rumput hijau

yang tumbuh di atas beton berongga.


22

Beton berongga mampu berfungsi sebagai lapis permukaan yang mampu

ditanami rumput dan sebagai penahan gerusan air. Selain itu,rongga-rongga dalam

beton berongga yang tidak ditanami rumput atau yang ditanami rumput dapat

dilewati oleh air (water permeability) dan berfungsi menyaring kotoran sehingga

air tidak mencemari air permukaan di dalam tanah.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

1. Arusmalem Ginting (2015) Beton porous adalah jenis beton khusus dengan

porositas tinggi. Campuran beton porous terdiri dari semen, air, dan agregat

kasar berukuran tunggal (bergradasi seragam). Agregat kasar bergradasi

seragam sulit didapatkan di pasaran dan biasanya yang tersedia adalah agregat

kasar bergradasi menerus. Kuat tekan dan porositas merupakan dua hal yang

sangat penting pada beton porus.(1) Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan kuat tekan dan

porositas beton poros menggunakan agregat kasar bergradasi seragam dengan

gradasi menerus.(2)Gradasi agregat kasar (kerikil) yang digunakan pada

pembuatan beton porous pada penelitian ini ada dua jenis yaitu gradasi

seragam dan gradasi menerus. Rasio berat agregat/semen yang digunakan

adalah 4 dan 5, dan faktor air semen (FAS) adalah 0,27. Bahan kimia

tambahan yang digunakan adalah SicaCim Concrete Additive dengan dosis 7,5

ml/kg semen.(3) Benda uji berupa silinder beton dengan diameter 15 cm dan

tinggi 30 cm. Jumlah benda uji untuk setiap variasi campuran sebanyak 3 buah

dan total benda uji sebanyak 27 buah. Perawatan dilakukan dengan merendam

benda uji dalam bak yang berisi air. Pengujian porositas dan kuat tekan beton
23

dilakukan setelah beton berumur 28 hari. Dari hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa semakin besar ukuran maksimum kerikil bergradasi

seragam dan bergradasi menerus yang digunakan mengakibatkan semakin

kecil kuat tekan dan semakin besar porositas. Kuat tekan beton porous

menggunakan agregat gradasi seragam lebih rendah dari gradasi menerus.

Kuat tekan beton porous menggunakan agregat gradasi seragam tertinggi

sebesar 8,92 MPa dan gradasi menerus sebesar 14,04 MPa. Porositas beton

porous menggunakan agregat gradasi seragam lebih tinggi dari gradasi

menerus. Porositas beton porous menggunakan agregat gradasi seragam

tertinggi sebesar 87,68 ltr/dt/m2 dan gradasi menerus sebesar 37,86

ltr/dt/m2.Berat volume beton porous menggunakan agregat gradasi seragam

lebih rendah darigradasi menerus.

2. Samsul Nasrul,Gusneli yanti dan Shanti Wahyuni megasari (2021) Beton

berpori merupakan beton yang mempunyai rongga sehingga dapat

mengalirkan air dari atas permukaan kedalam tanah.(1)Riset bertujuan untuk

mengetahui nilai kuat tekan dan kuat lentur padam beton berpori. Penelitian

ini berdasarkan pada metode ACI-522R-10 dengan menggunakan ukuran

gradasi agregat kasar sebesar 9,5-19,5 mm,(2) perbandingan semen dan

agregat kasar sebesar 1:4 dan faktor air semen sebesar 0,3. Zat aditif yang

digunakan berupa Master Glenium ACE 8595 Concrete Additive dengan

penambahan aditif sebanyak 0%, 1% dan 2% terhadap berat semen.(3) Benda

uji yang digunakan berbentuk silinder untuk pengujian kuat tekan dan

berbentuk balok untuk pengujian kuat lentur. Hasil pengujian menunjukkan


24

terdapat hubungan antara kuat tekan dan kuat lentur. Nilai kuat tekan

mengalami penurunan seiring dengan nilai kuat lenturnya. Hal ini terlihat dari

nilai kuat tekan rata-rata dan kuat lentur rata rata tertinggi ada pada campuran

I dengan nilai kuat tekan rata-rata 5,4 MPa, dan nilai kuat lentur rata-rata

sebesar 1,96 MPa, Penggunaan Masterglenium pada penelitian tidak menaikan

kuat tekan maupun kuat lentur beton,

3. Monica Fransisca,Khonado Hieryco, dan Manalip, Steenie E. Wallah (2019)

Beton Porous atau beton yang menggunakan sedikit pasir atau tidak sama

sekali merupakan inovasi beton ramah lingkungan, karena jika digunakan

sebagai concrete pavement maka dapat membiarkan air mengalir melewati

beton sehingga mengurangi air tergenang dan kontaminasi aliran air serta

dapat mengisi kembali persediaan air tanah. Namun beton porous memiliki

kuat tekan yang rendah karena memiliki banyak pori.(1) Dalam penelitian ini,

diuji sejumlah sampel dengan komposisi variasi ukuran agregat beton porous

yang berbeda-beda untuk mendapatkan beton porous dengan hasil kuat tekan

yang optimum namun dapat dialiri air dengan efektif juga. (2)Ada 4 variasi

yang diuji, yakni variasi 1 dengan komposisi 55% agregat lolos saringan 1/2"

namun tertahan saringan 3/8” dan 45% agregat lolos saringan nomor 4 namun

tertahan saringan nomor 8, kemudian variasi 2 dengan 55% agregat lolos

saringan 1/2" namun tertahan 3/8” dan 45% agregat lolos saringan 3/8”

namun tertahan nomor 4, variasi 3 terdiri dari 100% agregat lolos saringan

1/2" namun tertahan saringan 3/8”, dan yang terakhir ada variasi 4 yang terdiri

dari 55% agregat lolos saringan 1/2" namun tertahan 3/8” dan 45% agregat
25

lolos saringan 3/4" namun tertahan 1/2". Variasi 4 adalah variasi beton porous

dengan hasil kuat tekan yang optimum, yakni 15,517 MPa pada usia beton 28

hari.(3) Variasi ini adalah variasi dengan komposisi ukuran agregat terbesar

diantara ke 4 variasi yang ada, sehingga dapat dilihat bahwa semakin besar

ukuran agregat dalam campuran, maka semakin tinggi hasil kuat tekannya.

Sedangkan untuk variasi campuran beton porous yang efektif dialiri air atau

dengan permeabilitas optimum adalah Variasi 3 yang memiliki komposisi

ukuran agregat yang seragam dengan nilai permeabilitas 2,322 cm/detik.

Dapat dilihat bahwa semakin seragam ukuran agregat dalam campuran, maka

semakin tinggi nilai permeabilitasnya karena rongga atau pori dari beton akan

semakin besar dan banyak.

4. Erma Desmaliana, Hazairin, Bernardinus Herbudiman, dan Rossa Lesmana

(2018) Beton porous merupakan salah satu inovasi teknologi beton

berkelanjutan tanpa agregat halus dengan porositas tinggi. Beton porous ini

dapat digunakan pada perkerasan jalan untuk menanggulangi air run-off, serta

dapat diaplikasikan sebagai dinding penahan tanah yang berfungsi untuk

meminimalisir tekanan air tanah. Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji

secara eksperimental sifat mekanis terhadap kuat tekan, kuat tarik belah, kuat

lentur dan permeabilitas beton porous dengan berbagai variasi faktor air

semen. Agregat kasar yang digunakan batu pecah Batujajar berukuran 10 mm

– 20 mm. Penelitian ini menggunakan campuran beton dengan variasi faktor

air semen sebesar 0.3, 0.35, 0.4, 0.45, dan 0.5 pada gradasi agregat kasar

menerus. Benda uji yang digunakan untuk setiap varian adalah 3 benda uji
26

beton silinder yang berukuran 15x30 cm untuk uji kuat tekan beton dan uji

kuat tarik belah beton dan 1 benda uji beton silinder 10x20 cm untuk uji

permeabilitas. Benda uji balok berukuran 15x15x60 cm untuk uji kuat lentur

dengan metode third point loading. Sifat mekanik yang diuji adalah kuat tekan

beton pada umur 7, 14 dan 28 hari untuk uji kuat tekan beton dan 28 hari

untuk kuat tarik belah beton, kuat lentur beton dan permeabilitas. Hasil

eksperimen menunjukkan nilai kuat tekan beron porous dengan varian

campuran faktor air semen 0.3, 0.35, 0.4, 0.45, 0.5 untuk 28 hari berturut-turut

adalah 17.9 MPa,16.1 MPa, 14.2 MPa, 11.2 MPa, dan 8.8 MPa. Nilai kuat

tarik belah beton dengan varian campuran faktor air semen 0.3, 0.35, 0.4, 0.45,

0.5 untuk 28 hari berturut-turut adalah 1.6 MPa, 1.5 MPa, 1.4 MPa, 1.2 MPa,

dan 0.9 MPa. Nilai kuat lentur beton dengan varian campuran faktor air semen

0.3, 0.35, 0.4 untuk 28 hari berturut-turut adalah 1.6 MPa, 1.5 MPa, 1.1 MPa.

Nilai permeabilitas beton porous dengan varian campuran faktor air semen

0.3, 0.35, 0.4, 0.45, 0.5 adalah 3.5 mm/det, 3.7 mm/det, 4.1 mm/det, 4.3

mm/det dan 5.0 mm/det. Dari hasil eksperimen menunjukkan bahwa beton

porous dengan semua variasi faktor air semen mampu mencapai kekuatan

struktural dan penggunaannya layak direkomendasikan sebagai material

struktur perkerasan pre-fabrikasi dengan dimensi yang relatif kecil untuk

menghindari retak lentur.

5. Arusmalem Gintin (2015) Beton berpori adalah jenis beton khusus dengan

porositas tinggi yang memungkinkan air dari presipitasi dan sumber lain

melewatinya, sehingga mengurangi limpasan dan mengisi kembali permukaan


27

air tanah. Kuat tekan beton berpori lebih rendah dari beton berat normal

konvensional karena peningkatan porositas.(1)Faktor-faktor yang

mempengaruhi kuat tekan dan porositas beton porous adalah rasio

agregat/semen dan rasio air semen (wcr),penting untuk mengetahui pengaruh

masing-masing faktorx Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian ini

adalah batu pecah (split) dengan berat jenis 1466 kg/m3. Agregat kasar Rasio

berat orment yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3S : 4,0 : 4,5 : dan

5,0, rasio air-semen (wcr) 0,25 dan 030.(2) Bahan tambahan kimia yang

digunakan adalah SicaCim Concrete Additive, dengan dosis 75 ad /kg semen.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beton silinder 150 mm x

300 mm. Masing-masing warasi berjumlah 3 benda uji dan jumlah benda uji

berjumlah 24 benda uji. Benda uji beton curing dibuat dengan cara merendam

benda uji di dalam kotak pengawetan. Pengujian kuat tekan dan porositas

beton porous dilakukan setelah umur 28 hari. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa.(3)peningkatan rasio agregat/semen beton porous

mengakibatkan: penurunan kuat tekan, peningkatan porositas, dan penurunan

densitas. Kuat tekan beton berpori dengan rasio air semen (wcr) 0,25 lebih

rendah dari 0,30.

6. Kintarman Kintarman, Sophian Sutedja, Gogot Setyo Budi, Hurijanto

Koentjoro (2017) Dalam pembuatan tiang pondasi, beton yang diterapkan

dalam pondasi dapat berbentuk kotak atau tiang spun pile. Produksi tiang spun

pile menggunakan metode spinning sehingga kekuatan tekan beton

kemungkinan tidak merata antara dinding di bagian dalam dan bagian luar.
28

Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan, perkuatan

eksternal (external confinement) pada beton solid bisa meningkatkan performa

beton terkompresi yang mengalami gaya lentur siklik atau gaya dinamis akibat

kejadian seismik, serta menaikkan regangan pada beton.(1) Dalam penelitian

ini dilakukan pengujian kuat tekan serta regangan terhadap silinder beton

berongga dengan mutu beton fc’= 50 MPa dan 33 MPa dengan perkuatan

eksternal menggunakan clamp baja. Panjang dan diameter silinder beton

masing-masing adalah 30cm dan 15cm, dan diameter rongga yang terbentuk

akibat proses spinning adalah 5cm. Clamp dengan tebal 1.7mm dan lebar

27mm, dipasang pada benda uji dengan jarak tertentu sebesar 3, 4, dan 5 buah

clamp baja.(2) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perkuatan silinder

beton berongga dengan menggunakan clamp mampu menaikkan tegangan

hancur beton serta meningkatnya regangan. Selain itu,(3) penambahan clamp

pada silinder beton berongga berpengaruh pada pola keruntuhan, dimana pola

keruntuhan silinder beton berongga dengan clamp secara umum terjadi di

antara clamp baja. Pemberian clamp baja pada silinder beton berongga yang

diisi dengan beton mutu fc’ = 19 MPa memiliki kekuatan yang hampir sama

dengan silinder beton berongga tanpa isi.

7. Muhammad Ridho,Arbain Tata,dan Suyuti Nurdin (2021) Pembangunan jalan

secara umum menggunakan perkerasan lentur atau kaku yang kedap air. Untuk

mencegah masalah kerusakan jalan yang disebabkan oleh genangan air, saat

ini banyak cara baru untuk mengendalikan aliran air pada permukaan

perkerasan. Salah satu altrnatif dalam pengendalian air pada permukaan


29

perkerasan adalah dengan menggunakan beton berongga. Dalam hal ini

penggunaan beton berongga adalah sebagai bahu jalan yang berfungsi sebagai

drainase sehingga dapat meneruskan aliran air ke dalam tanah, diharapkan

beton berongga ini dapat mencegah berkurangnya kekuatan perkerasan utama

yang disebabkan oleh genangan air, serta dapat meningkatkan pembangunan

infrastruktur jalan yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan Untuk

mengetahui pengaruh bentuk agregat dalam campuran beton berongga

terhadap nilai porositas, permeabilitas dan kuat tekan yang akan di aplikasikan

pada taman dan jalur pejalan kaki. Metode yang digunakan adalah metode

eksperimen. Agregat yang digunakan terdiri dari batu pecah dan batu tidak

pecah variasi 0,5-1 cm, 1-2 cm, dan 2-3 cm dengan  faktor air semen (FAS)

0,40. Pengujian dilakukan pada umur perawatan basah 28 hari. Berdasarkan

penelitian yang tlah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari variasi agregat

yang digunakan campuran optimal diperoleh pada campuran dengan variasi

0,5-1 cm dan 1-2 cm yang menghasilkan nilai kemampuan merembeskan air

yang tinggi. Beton berongga dengan variasi agregat kasar 0,5-1 cm memiliki

laju infiltrasi terkecil yaitu  87852,5 mm/h akan tetapi memiliki kuat tekan

terbesar yaitu 9,78 MPa. Beton berongga dengan variasi agregat kasar 1-2 cm

memiliki laju infiltrasi  yaitu 136532,4 mm/h dengan kuat tekan sebesar 7

MPa. Beton berongga dengan variasi agregat kasar 2-3 cm yang memiliki

laaju infiltrasi terbesar yaitu 191497,1 mm/h akan tetapi memiliki kuat tekan

terkecil yaitu 6,29 MPa. 


30

8. Pamungkas, Siswanto Sigit  (2015)  Pengujian kuat lentur terhadap pelat beton

pracetak berongga. S1 thesis, UAJY. Pelat lantai merupakan salah satu elemen

struktur yang berfungsi untuk menahan dan meneruskan beban dari struktur di

atasnya seperti beban hidup, beban mati, dan dinding. Komponen penyusun

pelat lantai terdiri dari beton, tulangan tarik, tulangan desak, dan tulangan

susut. Tulangan tarik dan tulangan desak digunakan untuk menahan momen

lentur sedangan tulangan susut digunakan untuk meminimalisir retak beton

akibat volume susut beton. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi eksperimental yaitu dengan melakukan percobaan langsung di

laboratorium. Penelitian bertujuan untuk menemukan bentuk penampang pelat

pracetak yang telah dianalisis sehingga mampu menahan beban yang akan

ditentukan. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi

2 kelompok. Kelompok pertama adalah benda uji beton silinder dengan

ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm berjumlah 3 buah, dengan

rincian setiap 1 benda uji silinder beton diambil pada pengadukan untuk

membuat 1 benda uji pelat beton pracetak. Benda uji silinder beton digunakan

untuk pengujian kuat desak. Sedangkan kelompok kedua adalah benda uji

pelat beton pracetak yang berjumlah 3 buah, dimana 3 benda uji tersebut

menggunakan bentuk penampang dengan rongga trapesium yang telah

dianalisis dan menggunakan tulangan 1 arah berdiameter 6 mm dan 8 mm.

Pengujian semua benda uji setelah mencapai umur 28 hari. Hasil penelitian

menunjukkan perbandingan antara hasil analisis dengan hasil pengujian di

lapangan Rata – rata beban maksimum yang mampu diterima oleh pelat
31

setelah diuji adalah 2016,83 kg, sedangkan rata – rata beban maksimum pelat

hasil analisis teori adalah 2885,5 kg. Nilai tegangan lentur pelat hasil

pengujian secara berurutan mulai dari PL1, PL2, dan PL3 adalah 2,152 MPa,

2,768 MPa, dan 2,622 MPa, sedangkan hasil secara analisis secara berurutan

adalah 3,502 MPa, 3,696 MPa, dan 3,593 MPa.

9. Daryanto Ari Prabowo, Ary Setyawan, Kusno Adi Sambowo Sari (2013)

Pembangunan jalan secara umum menggunakan perkerasan lentur dan

perkerasan kaku yang kedap air menyebabkan berkurangnya lahan hijau yang

berdampak pada berkurangnya daerah resapan air. Penggunaan beton berpori

merupakan alternatif yang ramah lingkungan, penggunaannya diharapkan

dapat meresapkan air ke dalam tanah pada bagian sisi jalan. Penelitian yang

dilakukan menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan mengurangi

proporsi agregat halus pada mix desain beton normal. Agregat batu pecah

yang dipakai yaitu ukuran seragam 1-2 cm. Agregat halus dalam uji

pendahuluan dengan proporsi 5%, 10% dan 30% dari proporsi agregat halus

beton normal. Setelah diketahui proporsi yang tepat maka akan diuji dengan

variasi FAS 0,30; 0,35; dan 0,40. Kemudian akan diuji kuat tekan, kuat lentur,

porositas, permeabilitas dengan metode falling head water permeability test.

Dari hasil pengujian beton berpori menggunakan 30% pasir dan variasi FAS

0,30; 0,35; dan 0,40 didapat nilai tertinggi yaitu pada campuran 30% pasir dan

FAS 0,35 sebesar 5,190 MPa untuk kuat tekan dan 0,383 Mpa untuk kuat

lentur. Porositas dan permeabilitas horisontal tertinggi terjadi pada campuran

30% pasir dan FAS 0,40 yaitu porositas sebesar 20,807 % (Metode beton
32

normal) ,porositas sebesar 27,696 % (Metode VIM), permeeabilitas horisontal

sebesar 1,363 cm/dt. Permeabilitas secara vertikal dicapai pada FAS 0,30

dengan nilai 3,132 cm/dt. Beton berpori dalam penelitian ini tidak memenuhi

spesifikasi sebagai perkerasan untuk badan jalan karena memilikki nilai kuan

tekan dan kuat tarik lentur yang rendah, sehingga hanya dapat digunakan

sebagai bahan trotoardan bahu jalan saja.


33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental

yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan suatu percobaan secara

langsung untuk mendapatkan suatu hasil yang menghubungkan antar variabel–

variable yang diselidiki. penelitian dilakukan di laboratorium struktur dan beton

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah parepare

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pembuatan benda uji, pemeliharaan, dan pengujian dilaksanakan di

laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Parepare

dan waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan mulai pada bulan Oktober sampai

Desember 2022

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Adapun bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Agregat

Agregat yang digunakan dalam penelitian ini adalah agregat kasar

b. Semen

Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Semen Portland Dan

semen pozzolan
34

c. Air

Air yang digunakan dalam penelitian ini air dari Laboratorium Struktur

dan Bahan Universitas Muhammadiyah Parepare

2. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Saringan

Saringan yang dipakai dalam menentukan gradasi agregat yaitu saringan

dengan lubang saringan sebesar 25 mm, 19.5 mm, 9.5 mm, 4.75 mm, 2.36

mm, 1.18 mm, 0.60 mm, 0.30 mm, dan 0.15 mm.

b. Oven

Oven digunakan untuk mengeringkan agregat pada pengujian kadar air

dan berat jenis

c. Gelas Ukur

Gelas ukur berfungsi untuk mengukur banyaknya air yang digunakan pada

pembuatan beton

d. Timbangan

Timbangan difungsikan untuk menimbang bahan-bahan benda uji

e. Cetakan Beton

Cetakan beton yang digunakan adalah cetakan silinder ukuran 150mm

x300mm

f. Universal Testing Machine

Digunakan untuk menguji kuat tekan benda uji beton


35

g. Concrete mixer / mesin pencampur

Digunakan untuk mencampur semua bahan-bahan benda uji

D. Prosedur Standar Penelitian

1. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat

Pengujian ini dilakukan guna mengetahui berat jenis agregat serta tingkat

penyerapan air.Jumlah berat jenis yang diperiksa adalah untuk agregat dalam

keadaan kering, berat kering permukaan (Saturated Surface Dry), berat jenis semu

(Apparent). Adapun keterangan dari berat jenis yang diperiksa adalah sebagai

berikut :

a. Berat jenis kering permukaan (Bulk Specific Grafity)

Berat jenis kering permukaan (Bulk Specific Grafity) yaitu perbandingan

antara berat agregat kering dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat

dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu

b. Berat jenis permukaan (SSD)

Berat jenis permukaan (SSD)yaitu perbandingan antara berat agregat

kering permukaan jenuh dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam

keadaan jenuh pada suhu tertentu

c. Berat jenis semu (Apparent Specific Grafity)

Berat jenis semu (Apparent Specific Grafity) yaitu perbandingan antara

berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air yang isinya sama dengan isi

agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu


36
37

d. Penyerapan

Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap

berat agregat kering.

Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan ialah

dengan didasarkan pada ukuran butir-butirnya. Agregat yang mempunyai ukuran

butir-butir besar disebut agregat kasar, sedangkan agregat yang berbutir kecil

disebut agregat halus. Secara umum, agregat kasar sering disebut sebagai kerikil,

kericak, batu pecah atau split. Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami

yang diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecahan

batu. Dalam praktek agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm.

b. Kerikil, untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm.

c. Pasir, untuk butiran antara 0,15 mm dan 5 mm.

Agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat atau mendekati kubus),

bersih, keras, kuat, dan gradasinya baik. Agregat harus pula mempunyai

kestabilan kimiawi, dan dalam hal-hal tertentu harus tahan aus dan tahan cuaca.

Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan

ukuran secara alamiah (misalnya kerikil) atau dapat pula diperoleh dengan cara

memecah batu alam. Agregat pecahan (kerikil maupun pasir) diperoleh dengan

memecah batu menjadi berukuran butiran yang diingini dengan cara meledakkan,

memecah, menyaring, dan seterusnya. Batu pecah mempunyai butir-butir yang

berbentuk tajam, sehingga sedikit lebih memperkuat betonnya.


38

Adapun prosedur percobaan adalah sebagai berikut :

a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang

melekat pada permukaan

b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 105° C sampai berat tetap

c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama satu jam, kemudian

menimbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk)

d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar

e. Keluarkan benda uji dari dalam air, lap dengan kain penyerap sampai

selaput air pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar

pengering harus satu persatu

f. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj)

g. Letakkan benda uji dalam keranjang, goncangkan batunya untuk

mengeluarkan udara yang tersekapdan menentukan beratnya dalam air

(Ba)

h. Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan ke suhu standar (25° C)

Berikut adalah perhitungan yang digunakan dalam menentukan berat jenis

agregat :

Bk
1. Berat jenis (Bulk Specify Gravity) = ...................................... (2)
( Bj−Ba)

Bk
2. Berat jenis SSD = ....................................... (3)
( Bj−Ba)

Bk
3. Berat jenis semu = ...................................... (4)
( Bk−Ba)
39

( Bj−Bk )
4. Penyerapan (Arbsorbsi) = x 100 % .......................... (5)
Bk

Dimana :

Bk = Berat benda uji kering oven (gram)

Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)

Ba = Berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gram)

2. Perkiraan Kadar Agregat

a. Perkiraan kadar agregat kasar

Agregat dengan ukuran nominal maksimum dan gradasi yang sama

akanmenghasilkanbeton dengan sifat pengerjaan yang memuaskan bila

sejumlahtertentu volume agregat(kondisi kering oven) dipakai untuk tiap satuan

volumebeton. Volume agregat kasar persatuan volume beton dapat dilakukan

perhitungan secara analitisatau grafis .

Untuk beton dengan tingkat kemudahan pengerjaan yang lebih baik bila

pengecoran dilakukan memakai pompa, atau bila beton harus ditempatkan ke

dalam cetakan dengan rapatnya tulangan baja, dapat mengurangi kadar agregat

kasar sebesar 10% dari nilai yang ada dalam Tabel. Namun demikian tetap harus

berhati-hati untuk meyakinkan agar hasil-hasil uji slump, rasio air-semen atau

rasio air - (semen + bahan bersifat semen), dan sifat-sifat kekuatan dari beton

tetap memenuhi rekomendasi serta memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang

bersangkutan

Volume ini dipilih dari hubungan empiris untuk menghasilkan beton

dengan sifat pengerjaan untuk pekerjaan konstruksi secara umum.Untuk beton


40

yang lebih kental (kelecakan rendah), seperti untuk konstruksi lapis lantai

(pavement), nilainya dapat ditambah sekitar 10%.

Untuk menentukan berat agregat kasar yang digunakan dapat

menggunakan rumus sebagai berikut :

W =V x SSD ...........................................................................................................(3)

Dimana :

W = Berat agregat kasar

V = Volume agregat kasar

SSD = Berat jenis permukaan agregat kasar

b. Perkiraan kadar agregat halus

Prosedur yang dapat digunakan untuk menentukanagregat halus adalah

metoda berdasarkan berat atau metodaberdasarkanvolume absolut.Bila berat per

satuan volume beton dapat dianggap atau diperkirakan daripengalaman, maka

berat agregat halus yang dibutuhkan adalah perbedaan dari berat betonsegar dan

berat total dari bahan-bahan lainnya. Umumnya, berat satuan dari beton telahdi

ketahui dengan ketelitian cukup dari pengalaman sebelumnya yang memakai

bahan-bahanyang sama.Dalam hal informasi semacam ini tidak diperoleh, dapat

digunakanuntuk perkiraanawal. Sekalipun bila perkiraan berat beton per m3tadi

adalah perkiraan cukup kasar, proporsi campuran akan cukup tepat untuk

memungkinkan penyesuaian secara mudah berdasarkancampuran percobaan.


41

F. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Mulai

Studi Literatur dan Penyediaan Bahan

Agregat Kasar

Uji Karakteristik Agregat


semen

Mix design beton dengan variasifasl

Tidak
Pembuatan benda uji
Beton normal kuat tekan 6 bh
Beton normal kuat tarik belah 6 bh
Beton normal kuat lentur 6bh
Penanaman Rumput diAtas Beton Berongga 3m x 0,5m x 0,1m,

Uji slump test

Ya

Pengujian Benda Uji

Hasil dan analisa data

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1Bagan Alur Penelitian


42

G. Teknik Analisis Data

Persentase volume pori

Persentase volume pori dihitung dengan rumus berikut,

Vp(Vs - Vpo)/Vs x 100% ..................................................................................(1)

Dimana,

Vp = Persentase volume pori(%)

Vs =volume silinder (liter)

Vpo=volume pori (liter)

dan untuk mendapatkan Vpo digunakan rumus berikut,

Vpo —(Wa — Ww)/yw ................................................................................... (2)

dimana,

Wa=berat silinder di udara (kg)

Ww=berat silinder di air (kg)

Yw=berat jenis air (1 kg/liter)

Pengujian Kuat Tekan

Pembuatan benda uji untuk kuat tekan adalah dengan cara memasukkan

beton berongga yang masih segar (fresh concrete) secara tiga lapis ke dalam

cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan cara menusuk-nusuknya dengan sebatang

besi tumpul berdiameter 1 cm sebanyak 25 kali kemudian ditumbuk sebanyak 25

kali dengan balok kayu. Pengujian kuat tekan dilaksanakan pada umur 28 hari

berdasarkan ASTM C39/C39M-01.

Kuat tekan beton merupakan kemampuan beton untuk menerima tekanan

yang berupa gaya tekan per satuan luasnya. Kuat tekan beton dapat diketahui
43

dengan pengujian dengan menggunakan sampel beton berbentuk silinder dengan

diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Kuat tekan beton dapat diketahui dalam

umur 28 hari dan dinyatakan dalam satuan Mpa. Selama 28 hari, beton disimpan

dan dirawat dengan suhu dan kelembaban yang tetap.

Adapun kuat tekan beton dapat dirumuskan sebagai berikut :

' P
f c=σ=
A
.............................................................................(1)

Dimana :

f’c = σ = Kuat tekan Beton (Mpa)

P = Beban maksimum (N)

A = Luas permukaan sampel (mm2)

Menurut SNI 2847:2013, Untuk beton struktur, Kuat tekan f’c tidak boleh

kurang dari 17 MPa.Nilai maksimum f’c tidak dibatasi kecuali bilamana dibatasi

oleh ketentuan standar tertentu.

Pengujian Kuat Lentur

untuk kuat lentur adalah balok yang berukuran 100 mm x 100 mm x 400

mm yang memenuhi persyaratan JIS A 1106 - 1999. Pembuatan benda uji untuk

kuat lentur adalah dengan cara memasukkan beton berongga secara dua lapis ke

dalam cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan cara menusuk-nusuknya dengan

sepotong besi tumpul berdiameter 1 cm sebanyak 25 kali kemudian ditumbuk

sebanyak 25 kali dengan balok kayu. Pengujian kuat lentur dilaksanakan pada

umur 28 hari dan berdasarkan modifikasi JIS A 1106 -1999. Untuk memahami

hubungan beban lentur (P) dengan lendutan (5) maka di tengah bentang
44

diletakkan pengukur lendutan. Pengukur lendutan tersebut memenuhi persyaratan

JIS B 7503.

Perawatan Benda Uji

Setelah 24 jam benda-benda uji silinder dan balok dikeluarkan dari dalam

cetakan. Seluruh benda uji dirawat di dalam air dengan suhu 20º±3ºC hingga

umur 28 hari berdasarkan ASTM C192/C192M02. Perendaman ini dimaksudkan

agar proses hidrasi berjalan baik.

Pengujian Penanaman Rumput diAtas Beton Berongga

Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan beton berongga

untuk ditanami rumput. Beberapa potongan balok yang telah digunakan untuk

menguji kuat lentur diletakkan di atas tanah. Potongan balok-balok tersebut

kemudian ditutupi dengan tanah dan akar rumput atau rumput yang telah

mengering di atasnya.

E. Komposisi Campuran Beton Porous

Perencanaan campuran beton porous menggunakan cara coba-coba di

laboratorium (Trial and Error), yaitu dengan membuat campuran beton dengan

perbandingan perbandingan bahan penyusun yang berbeda-beda Sehingga

diperoleh komposisi dengan workability tertentu.Setelah melakukan beberapa kali

trial and error, akhirnya diambil mix design cara perbandingan antara semen,

agregat, dan air. Perbandingan mix design yang diambil adalah 1 (semen) : 6

(agregat) : 0,6 (air).


45

Tabel 3. 2 Mix Design Beton Porous

Perbandingan mix design


C: A: W
1 6 0.6
Komposisi dalam 1 m³
Semen :0,14 m³
Agregat :0,80 m³
Air :0,01 m³
46

DAFTAR PUSTAKA

1. Gina, M. B., & Amalia, A. (2019). Kualitas Beton Berpori Dengan Bahan

Tambah Silica Fume Sebagai Bahan Perkerasan Kaku Yang Ramah

Lingkungan. Jurnal Poli-Teknologi, 18(1).

2. Ginting, A. (2015). Kuat tekan dan porositas beton porous dengan bahan

pengisi styrofoam. Jurnal Teknik Sipil, 11(2), 76–98.

3. Megasari, S. W., Yanti, G., & Zainuri, Z. (2020). Hubungan Karakteristik

Beton Porous Dengan Variasi Komposisi Agregat Kasar.

4. Prosiding Seminar Nasional Pakar, 1–17. Mulyono, T. (2003). Teknologi

Beton. Yogyakarta: Penerbit Andi.

5. Pane, F. P., Tanudjaja, H., & Windah, R. S. (2015). Pengujian kuat tarik

lentur beton dengan variasi kuat tekan beton. Jurnal Sipil Statik, 3(5)

6. Badan Standarisasi Nasional, 2011. SNI 1974:2011; Cara uji Kuat Tekan

Beton dengan Benda Uji Silinder.

7. Tjokrodimuljo, K. 1992. Beton Non-Pasir Dengan Agregat Dari Pecahan

Genteng Keramik. Laporan Penelitian. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

8. ASTM C192'C192M-02, Praktik standar pembuatan dan perawatan benda

uji Beton di laboratorium.


47

9. Kobayashi Tetsuo, Kagata Mamoru, Kodama Takayoshi, Itou Masaaki,

2001, Pengembangan perkerasan beton permeabel hibrida yang ramah

lingkungan, Jurnal Beton, Vol.39, No.3, pp-36-43. (dalam bahasa Jepang)

10. [13.08, 11/9/2022] ‫روحانا‬: Miyamoto Takahide. Yuasa Yukihisa and

Hatanaka Shigemitsu, (2001), Studi Eksperimental Metode Produksi

Beton Berpori -kemampuan alir dan kekompakan pasta semen, Masukan

[13.12, 11/9/2022] ‫روحانا‬: Ringkasan makalah teknis Pertemuan Tahunan

Arsitektur Institut Jepang, hal.407-408 (dalam bahasa Jepang) Motoharu

Tamai, (2001), Garis besar buku panduan di sunga.

11. Muhammad Wihardi Tjaronge, (2007), Modulus kuat tekan dan elastisitas

beton berpori yang mengandung semen portland pozzolan, Proceeding of

The Ist International Conference of EACEF (European Asian Civil

Engineering Forum), pp.D85D90, Universitas Pelita Harapan, Jakarta.

12. .M. W. Tjaronge, B. Bakri, Arifuddin dan D. Patah, (2010): Studi

Eksperimental Kuat Tarik Beton Berpori yang Mengandung Semen

Komposit Portland, Prosiding The 1" Makassar International Conference

on Civil Engineering MICCE 2010, pp.273-276, Jurusan Teknik Sipil

Hasanuddin, Makassar, ISBN 978-602-95227-0-9.

13. M. W. Tjaronge, R. Irmawaty, D. Gunawan dan H. Kaselle, (2010), Kuat

tarik beton berpori dengan serat polipropilin mikro monofilamen dan

semen komposit portland, Prosiding The 1 “ Makassar International

Conference or.
48

14. M. Maknun (2010), Pengaruh Perendaman dan Pengeringan terhadap Kuat

Tekan Beton Berongga yang Menggunakan Semen Portland Komposit dan

Serat Monofilament Polypropylene Simposium, XIII FSTPT, Universitas

Katolik Soegijapranata Semarang, 9 Oktober 2010.

15. S. Antiohos dan S. Tsimas (2005), Menyelidiki peran silika reaktif dalam

mekanisme hidrasi sistem fly ash/semen berkalsium tinggi, Semen dan

Kompasi Beton, Vol.27, Edisi 2, pp.171-181.

16. S. L. Suhaendi, M. Sudo dan T. Horiguchi, (2006), Optimalisasi serat

polipropilena untuk beton mutu tinggi pada kondisi suhu tinggi, Prosiding

Konferensi Asia-Pasifik Kesepuluh tentang Rekayasa Struktural &

Konstruksi (EASEC10), hlm. 467- 472

17. 7. JIS A 1106, 1999. Metode Pengujian Lentur Lentur BetonSuplemen :

Menggunakan Balok Sederhana Dengan Pembebanan Titik Pusat. Asosiasi

Standar Jepang, Tokyo.

Anda mungkin juga menyukai